50 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
EFEKTIFITAS PEMBERIAN BISKUIT BMC TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN ANAK GIZI KURANG USIA 12-24 BULAN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS DASAN CERMEN CAKRANEGARA oleh : I Gde Narda Widiada, Reni Sofiyatin Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram Abstrak: Anak balita pada rentang umur 12-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, anak dapat diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan. MP-ASI dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan pangan lokal seperti singkong (sumber karbohidrat), buah kelapa (sumber lemak nabati), dan kacang kedelai (sumber protein nabati). Tujuan penelitian ini mengetahui Apakah Biskuit BMC efektif dalam meningkatkan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan. Desain penelitian pre test and post test with control design. Sampel penelitian adalah anak gizi kurang yang berumur 12-24 bulan sebanyak 30 orang yang terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan (15 orang) dan kelompok kontrol (15 orang). Hasil penelitian ada perbedaan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan setelah diberikan biskuit BMC (p<0,05). Pemberian biskuit BMC selama 60 hari dapat meningkatkan berat badan anak gizi kurang rata-rata sebesar 0,7800±0,7213 kg. Kata Kunci: Biskuit BMC,Berat Badan,Balita Gizi Kurang Pendahuluan Pangan merupakan hal yang penting untuk kehidupan. Supaya sehat, perlu mengkonsumsi pangan yang cukup dan beragam baik kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan pangan (makanan bergizi) pada tingkat rumah tangga dapat berdampak pada status kesehatan dan status gizi anggota keluarganya. Dampaknya akan jelas terlihat terutama bagi anggota keluarga yang akses terhadap pangannya terbatas, misalnya pada balita. Hal ini apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama dan tanpa penanganan yang baik akan menimbulkan masalah kekurangan gizi. Anak balita pada rentang umur 12-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan, salah satunya adalah memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat, indigenous food (Kresnawan, dkk. 2006).
Berdasarkan data hasil penimbangan bulan Agustus 2012 di dua kelurahan (kelurahan Dasan Cermen dan Babakan) yang ada diwilayah kerja Puskesmas Dasan Cermen diperoleh bahwa sebanyak 225 orang balita berstatus gizi kurang dan 57 orang (25,33%) diantaranya dalam kelompok umur 12-24 bulan. Hasil Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa di Propinsi NTB masalah gizi pada balita yaitu prevalensi gizi buruk (BB/U) sebesar 10,6% dan gizi kurang (BB/U) sebesar 19,9%, prevalensi anak yang sangat pendek (TB/U) sebesar 27,8% dan pendek (TB/U) sebesar 20,5%, dan prevalensi anak yang sangat kurus (BB/TB) sebesar 5,9% dan kurus (BB/TB) sebesar 8,0%. Masih tingginya masalah gizi di Propinsi NTB perlu dicermati dan mendapat penanganan dengan lebih serius. Masalah gizi muncul disebabkan salah satunya karena faktor konsumsi pangan. Propinsi NTB yang kaya akan potensi pangan lokal seperti singkong (sumber karbohidrat), buah kelapa (sumber lemak nabati), dan kacang kedelai (sumber protein nabati) dapat dimanfaatkan sebagai formula makanan dalam bentuk BMC. Buah kelapa dapat diolah menjadi minyak kelapa murni, VCO (Elfianus, 2008). Kacang kedelai sebagai sumber protein nabati yang kaya akan asam amino lisin, leusin dan isoleusin, dapat dijadikan kecambah kacang kedelai. Mengingat potensi gizi kecambah kacang kedelai yang cukup besar tapi daya tahan simpannya sangat rendah, diperlukan upaya penyelamatan untuk memperbesar daya gunanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan tepung
_______________________________________________ Volume 7, No. 2, Maret 2013
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 kecambah (Astawan, 2003). Pangan lokal seperti kacang kedelai produksinya di NTB pada tahun 2008 sebanyak 95.106 ton (BPS Provinsi NTB, 2009). Sedangkan produksi kelapa di NTB pada tahun 2009 sebanyak 56.179 ton, dan produksi singkong sebanyak 85.062 ton (BPS Propinsi NTB, 2010). Sebagai sumber pangan karbohidrat, singkong dapat diolah menjadi beberapa produk olahan, salah satunya berupa tepung singkong termodifikasi, mocaf (Subagio, 2010). Tepung Mocaf sebaiknya dibuat dari singkong manis yaitu singkong dengan kandungan HCN dibawah 50 mg/kg umbi segar. Modified Cassava Flour (Mocaf) berarti tepung singkong yang dimodifikasi, yaitu dengan memodifikasi sel singkong dengan cara fermentasi, sehingga menyebabkan perubahan karakteristik yang lebih baik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut. Selama proses fermentasi terjadi penghilangan komponen penimbul warna, seperti pigmen (khususnya pada ubi kayu kuning), dan protein yang dapat menyebabkan warna coklat ketika pemanasan. Dampaknya adalah warna mocaf yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung ubi kayu biasa dan juga berbau netral (tidak berbau apek khas singkong). Selain itu, proses ini akan menghasilkan tepung yang secara karakteristik dan kualitas hampir menyerupai tepung terigu. Sehingga tepung mocaf sangat cocok untuk menggantikan bahan terigu untuk kebutuhan industri makanan (Anonim, 2010). Potensi pangan lokal seperti tepung singkong termodifikasi (mocaf) mengandung karbohidrat sebesar 88,2% (Mahmud, dkk., 2008). VCO kaya akan kandungan asam lemak laurat yaitu sebesar 49,08% (Widiada, dkk., 2010), dan tepung kecambah kacang kedelai mengandung protein sebesar 35,9% (Mahmud, dkk., 2008). Pemanfaatan ketiga pangan lokal tersebut dalam bentuk BMC kiranya perlu dikaji untuk digunakan sebagai MPASI dalam menangani masalah gizi pada balita. Jumlah zat gizi dalam Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang menggunakan bahan pangan lokal untuk anak umur 6-12 bulan setiap harinya mengandung 250 kkal dan 6-8 g protein. Sedangkan untuk anak umur 12-24 bulan setiap harinya mengandung 400-500 kkal dan 12-15 g protein (Kresnawan, dkk. 2006).Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 224/Menkes/SK/II/2007 tertanggal 26 Februari 2007 tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) mensyaratkan bahwa untuk MP-ASI dalam bentuk Biskuit dapat menggunakan campuran terigu, margarin, gula, susu, lesitin kedelai, garam bikarbonat, dan diperkaya dengan
Media Bina Ilmiah 51 vitamin dan mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan aroma (flavour), dengan komposisi gizi per 100 g biskuit yaitu Energi 400 kkal, Protein 8-12 g, Lemak 10-18 g, dan Karbohidrat dalam bentuk gula (sukrosa) maksimal 30 g (Supari, 2007). Berdasarkan latar belakang ini, maka perlu diteliti Apakah biskuit BMC tersebut efektif dalam meningkatkan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Dasan Cermen dan Kelurahan Babakan yang merupakan kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dasan Cermen dengan jumlah balita gizi kurang sebanyak 225 orang. Jenis penelitian eksperimen terkendali acak dimasyarakat dengan desain penelitian pre test and post terst with control design. sampel penelitian adalah anak gizi kurang umur 1224 bulan sebanyak 30 orang dibagi menjadi kelompok perlakuan ( 15 orang) dan kelompok kontrol ( 15 orang) pengambilan sampel secara acak sederhana. Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel independennya adalah pemberian biskuit BMC. Sedangkan variabel dependennya adalah berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan. Data yang dikumpulkan, Karakteristik sampel (umur, jenis kelamin, pekerjaan ibu, dan pendidikan ibu), Konsumsi zat gizi (energi dan protein) sehari. Data konsumsi zat gizi (energi dan protein) sehari diolah dan dianalisis secara deskriptif. Data konsumsi zat gizi (energi dan protein) sehari dibandingkan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan untuk anak umur 12-24 bulan. Data uji efektivitas pemberian biskuit BMC selama 60 hari dikumpulkan dengan mengukur berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan, baik sebelum dan sesudah diberikan biskuit BMC (perlakuan) dan yang tanpa diberikan biskuit BMC (kontrol). Data karakteristik sampel dikumpulkan melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan, Data konsumsi zat gizi (energi dan protein) dikumpulkan menggunakan metode food recall yang akan dilakukan selama 3 kali (1 kali sebelum pemberian perlakuan bersamaan dengan pengukuran berat badan awal), dan 2 kali selama pemberian perlakuan yaitu pada hari ke-31 dan hari ke-61 (bersamaan dengan pengukuran berat badan akhir). Pengolahan data untuk Data karakteristik sampel (umur, jenis kelamin, pekerjaan ibu dan pendidikan ibu) diolah dan dianalisis secara deskriptif (distribusi frekuensi). untuk mengetahui efektivitas yang meliputi data berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan diolah dan dianalisis secara deskriptif dan analitik menggunakan Paired Samples-T Test untuk mengetahui pengaruh pemberian MP-ASI (biskuit
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 2, Maret 2013
52 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
BMC) terhadap perbedaan berat badan awal dan berat badan akhir pada kelompok perlakuan. Sedangkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan berat badan awal anak gizi kurang umur 12-24 bulan antara kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dianalisis menggunakan Independent Samples-T Tes
kontrol signifikan (p <0,05). Hal ini berarti bahwa rata-rata konsumsi energi dan protein anak gizi kurang umur 12-24 bulan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada awal penelitian adalah tidak sama atau berbeda.
Hasil Penelitian
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada awal penelitian (sebelum diberikan perlakuan) rata-rata berat badan untuk anak gizi kurang umur 12-24 bulan pada kelompok perlakuan adalah sebesar 8,1933±0,7333 kg dan pada akhir penelitian adalah sebesar 8,9733±1,0215 kg. Sedangkan untuk kelompok kontrol pada awal penelitian, rata-rata berat badannya sebesar 8,4600 ± 0,8416 dan pada akhir penelitian adalah 9,1267±1,1367 kg. Hasil uji statistik menggunakan Paired Samples T-Test, menunjukkan bahwa ada perbedaan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan setelah diberikan biskuit BMC (p<0,05). Perbedaan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan setelah diberikan biskuit BMC rata-rata perbedaannya sebesar 0,7800±0,7213 kg. Konsumsi energi setelah dibandingkan dengan kecukupan energi yang dianjurkan untuk anak umur 12-24 bulan, diperoleh data bahwa pada awal penelitian rata-rata konsumsi energinya sebesar 81,2933±31,9838%, dan pada akhir penelitian rata-rata konsumsi energinya sebesar 92,1533±28,1858%. Hasil uji statistik menggunakan Paired Samples T-Test, menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata konsumsi energi pada anak gizi kurang umur 12-24 bulan (p<0,05). Perbedaan rata-rata konsumsi energinya sebesar 10,860±19,2082%. Sedangkan untuk konsumsi protein, pada awal penelitian sebesar 121,17±65,7832%, dan pada akhir penelitian sebesar 105,65±47,4391%. Hasil uji Paired Samples T-Test, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata konsumsi protein pada anak gizi kurang umur 12-24 bulan (p>0,05). Perbedaan rata-rata konsumsi proteinnya sebesar 15,520±46,5478%
a.
Karakteristik Sampel
Dalam kegiatan pengujian efektivitas tersebut digunakan sampel anak gizi kurang umur 12-24 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Dasan Cermen. Jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan perincian 14 orang (46,7%) laki-laki dan 16 orang (53,3%) perempuan. Pekerjaan ibu dari sampel sebanyak 21 orang (70,0%) sebagai ibu rumah tangga, 7 orang (23,4%) sebagai wiraswasta, dan sisanya masing-masing 1 orang (3,3%) sebagai guru dan petani. Sedangkan untuk pendidikan ibu dari sampel sebanyak 20 orang (66,7%) berpendidikan Sekolah Dasar (SD), 6 orang (20,0%) berpendidikan SMP, dan 4 orang (13,3%) berpendidikan SMA. b.
Perbedaan berat badan anak gizi kurang antara kelompok perlakuan dan kontrol
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada awal penelitian rata-rata berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan untuk kelompok perlakuan (diberikan biskuit BMC) sebesar 8,1933±0,7333 kg dan untuk kelompok kontrol (tidak diberikan biskuit BMC) sebesar 8,4600±0,8416 kg. Hasil uji Independent Samples-T Test, menunjukkan bahwa pada awal penelitian rata-rata berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol tidak signifikan (p>0,05). Hal ini berarti bahwa rata-rata berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada awal penelitian adalah sama atau tidak berbeda. Data awal (data sebelum penelitian) untuk konsumsi zat gizi seperti energi dan protein setelah dibandingkan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan, terlihat bahwa rata-rata konsumsi energi untuk kelompok perlakuan sebesar 81,2933±31,9838% dan untuk kelompok kontrol sebesar 48,4333±23,3952%. Sedangkan rata-rata konsumsi protein untuk kelompok perlakuan sebesar 121,17±65,7832% dan untuk kelompok kontrol sebesar 60,5067±45,6126%. Hasil uji Independent Samples-T Test, menunjukkan bahwa pada awal penelitian rata-rata konsumsi energi dan protein anak gizi kurang umur 12-24 bulan antara kelompok perlakuan dengan kelompok _______________________________________________ Volume 7, No. 2, Maret 2013
c.
Pengaruh pemberian biskuit BMC terhadap perbedaan berat badan (awal dan akhir) pada anak gizi kurang umur 12-24 bulan
Pembahasan Berat badan menggambarkan keseimbangan antara asupan zat gizi dengan penggunaan zat gizi tersebut dalam tubuh. Kecukupan asupan zat gizi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi seharihari dan adanya penyakit akan mempengaruhi secara langsung status berat badan seseorang. Asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan dan adanya penyakit infeksi merupakan penyebab langsung gizi kurang pada anak. Hal ini berdampak tidak saja terhadap kekurangan zat gizi makro tetapi juga zat gizi mikro yang sangat diperlukan untuk http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Wiryo (2002) bahwa anak pada usia satu tahun, pemberian MP-ASI bertujuan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizinya, namun juga untuk merangsang ketrampilan makan anak dalam bentuk biskuit. Biskuit umumnya dibuat dari bahan dasar tepung-tepungan seperti dari serealia, kacangkacangan, biji-bijian yang mengandung minyak, dan bahan pangan lain yang sesuai. Biskuit BMC dibuat dari campuran bahan pangan lokal seperti tepung mocaf, vco, dan tepung kecambah kacang kedelai, serta ditambah dengan bahan-bahan lain seperti tepung terigu, susu skim, margarin dan gula pasir. Pemberian biskuit BMC pada anak gizi kurang umur 12-24 bulan telah diberikan selama 60 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan setelah diberikan biskuit BMC (p<0,05). Perbedaan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan setelah diberikan biskuit BMC rata-rata perbedaannya sebesar 0,7800±0,7213 kg. Menurut Suhardjo (1989) bahwa anak yang cukup gizi dan bebas dari penyakit infeksi sejak didalam kandungan, setelah lahir akan tumbuh dan berkembang cepat khususnya dalam beberapa bulan pertama, namun pertambahan tersebut semakin menurun sampai akhir tahun pertama. Selama tahun pertama pertambahan berat badan sekitar 7 kg, dan dalam tahun kedua pertambahan berat sekitar 2,5-3,0 kg. Sedangkan menurut Soetjiningsih (1995) menyatakan bahwa besarnya fluktuasi pertambahan berat badan tergantung pada kelompok umur dan bersifat sangat individual yang berkisar antara 100200 g sampai 500-1000 g, bahkan bisa lebih sehingga dapat mempengaruhi hasil penilaian. Arisman (2002) menyatakan anak yang berumur 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat badan sebanyak 2,0-2,5 kg dan tinggi badan rata-rata sebesar 12 cm setahun. Pertambahan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Dasan Cermen (Kelurahan Dasan Cermen dan Babakan) selama 60 hari pemberian biskuit BMC masih belum memenuhi harapan. Rendahnya pertambahan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan tersebut, disebabkan karena pemberian formula t5 tersebut hanya dalam bentuk biskuit BMC dan pemberiannya cukup lama sehingga anak menjadi bosan, biskuit BMC yang diberikan teksturnya agak keras untuk anak umur 12-24 bulan. Dampaknya asupan zat gizi (energi dan protein) bagi anak gizi kurang umur 12-24 bulan akan berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi untuk anak gizi kurang umur 12-24 bulan masih dibawah kecukupan energi
Media Bina Ilmiah 53 yang dianjurkan untuk anak umur tersebut. Sedangkan untuk rata-rata konsumsi protein telah melebihi kecukupan protein yang dianjurkan untuk anak umur 12-24 bulan, namun hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan konsumsi protein pada anak gizi kurang umur 12-24 bulan (p>0,05). Perbedaan konsumsi proteinnya sebesar 15,520±46,5478%. Masih belum optimalnya pertambahan berat badan anak gizi kurang umur 1224 bulan setelah diberikan biskuit BMC, mengindikasikan bahwa formula t5 yang disajikan dalam bentuk biskuit mempunyai efektivitas yang belum optimal dan masih perlu dikaji lebih lanjut, serta perlu dipikirkan pemanfaatannya untuk kelompok sasaran selain anak balita seperti untuk ibu hamil atau ibu menyusui. Penutup a.
Simpulan
Ada perbedaan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan setelah diberikan biskuit BMC (p<0,05). Namun efektivitas pemberian biskuit BMC tersebut masih belum optimal dalam meningkatkan berat badan anak gizi kurang umur 12-24 bulan. Pemberian biskuit BMC selama 60 hari dapat meningkatkan berat badan anak gizi kurang rata-rata sebesar 0,7800±0,7213kg b.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengaplikasikan Formula BMC dalam bentuk selain biskuit dan pada sasaran yang lain seperti pada ibu hamil atau ibu menyusui yang menderita masalah gizi. Daftar Pustaka Anonim. 2010. Mocaf Primadona Tepung, Alternatif Pengganti Terigu. Diunduh dalam URL: http://bisnisukm.com/%E2%80%9Cmocaf-%E2%80%9D-primadona-tepungalternatif-pengganti-terigu.html Arisman. 2002. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Dirjen Dikti, Depdiknas, Jakarta. Astawan, M. 2003. Mari, Ramai-ramai Makan Tauge. Diunduh dalam URL: http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1051083094 ,28560, pada tanggal 23 April 2003. BPS Provinsi NTB.2009. Analisis Profil Rumah Tangga Usaha Tani Padi, Jagung, Kedelai, dan Tebu Provinsi Nusa
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 2, Maret 2013
54 Media Bina Ilmiah Tenggara Barat. Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Mataram. BPS Provinsi NTB. 2010. Nusa Tenggara Barat dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Mataram. Elfianus, G. 2008. Teknik Pengolahan Virgin Coconut Oil Menggunakan Ragi Tape. Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 (2) Tahun 2008. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado. Kresnawan, I.E. Ranida, S.Zainab, E.Zainal, Djasmidar, M. Karmini, R. Apriantono, E. Lugiarti, E. Herlina, Hardinsyah,, D. Pranadji, M. Poppy, dan E. Hariyanto. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Lokal Tahun 2006. Depkes RI., Jakarta. Mahmud, M.K., Hermana, N.A. Zulianto, R.R. Apriyantono, I. Ngadiarti, B. Hartati, Bernadus, dan Tinexcelly. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Alex Media Komputindo, Jakarta. Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI., Jakarta. Subagio, A. 2010. Anak Singkong Penemu Tepung Singkong. Diunduh dalam URL : http://motekap.blogspot.com/2010/07/ach
_______________________________________________ Volume 7, No. 2, Maret 2013
ISSN No. 1978-3787 mad-subagio-anak-singkong-penemu.html pada tanggal 13 Juli 2010. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta Suhardjo. 1989. Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Petunjuk Laboratorium. PAU Pangan dan Gizi, IPB, Bogor Supari, S.F. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 224/Menkes/SK/II/2007 tertanggal 26 Februari 2007 tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Kemenkes RI., Jakarta. Widiada, I.G.N., Suhaema, dan Gunarti. 2010. Perbandingan Komposisi Asam Lemak Virgin Coconut Oil (VCO) Hasil Fermentasi Starter Ragi Roti dengan VCO Hasil Pabrikan serta Aktivitas Antibakterinya pada Bakteri Penyebab Diare. Laporan Penelitian Risbinakes. Poltekkes Kemenkes Mataram, Jurusan Gizi, Mataram. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan ke-11. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wiryo, H. 2002. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan Makanan Lokal. Sagung Seto, Jakarta.
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 55
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMSOSTEK PRESPEKTIF MANAJEMEN Oleh: Siti Maemunah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram Abstract: Social Security Labor set forth in the Act No. 3 of 1992 on Social Security Labor jo. Government Regulation No. 14 of 1993 concerning Social Security is intended to provide protection for workers against the risk of affecting the socio-economic labor in doing a good job of work accidents, illness, old age and death. It is expected the peace of work for employees will materialize, so productivity will increase. The Company shall involve employees in the Social Security program in accordance with the provisions of Government Regulation No. 14 of 1993 on Social Security Organization in Article 2, paragraph 3 which states that "employers who employ as many as 10 (ten) or more, or pay wages of at least Rp. 1,000,000,. (One million rupiah) per month, includes compulsory labor in the social security program. This study classified the types of normative legal research studies that examine the legislation in a coherent legal system. This study uses the approach: (1) Approach legislation (Statute approach) that is by studying and researching legislation on Social Security regulations and other regulations relating to the invitation of Social Security. (2) The concept (conceptual aproach), which is the approach taken to assess the opinions of experts relating to corporate responsibility in the implementation of the Social Security according to Act No. 3 of 1992 on Social Security. Forms of corporate responsibility towards the implementation of the Social Security includes Social Security workers into the program as set forth in Article 6 paragraph (1) of Law No. 3 Year 1992 on Manpower Social Security, Social Security programs Labor include: 1) Work Accident Insurance, 2) Security Death; 3) Old Age Security, 4) Health Insurance. For Private Companies that employ as many as 10 (ten) or more or pay wages of at least Rp. 1,000,000,. (One million rupiahs) a month, should have selfawareness in its workforce enrolled in the Social Security program, because it actually is the right of workers/ laborers who worked in his company as mandated in the Act No. 3 of 1992 on Social Security and Government Regulation No. 14 of 1993 on Social Security Organisation in Article 2, paragraph 3. Keywords: Corporate Responsibility in the Implementation of Social Security, Social Security Program Pendahuluan Pembangunan Nasional yang telah dan terus berlangsung selama ini dan dengan dibuka dan terus berkembangnya industri baru diberbagai bidang usaha telah memperluas kesempatan kerja dan memberikan penghasilan bagi tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarganya. Namun penghasilan yang diperoleh tenaga kerja tersebut dapat berkurang atau bahkan hilang karena berbagai risiko yang dialami oleh tenaga kerja, baik selama bekerja atau di luar kerja, yaitu akibat mengalami kecelakaan, cacat, sakit, usia tua (pensiun) dan tidak mampu bekerja lagi dan meninggal dunia. Sehubungan dengan perkembangan ilmu serta teknologi yang kian maju dan membutuhkan keahlian khusus, dan di lain pihak diikuti dengan tuntutan masalah peningkatan jaminan sosial dan keselamatan kerja para buruh/pekerja di suatu perusahaan merupakan bagian integral dari peningkatan produktivitas perusahaan yang berorientasi kepada efisiensi dan efektivitas kerja para tenaga kerja. Masalah keselamatan kerja sesungguhnya merupakan kepentingan perusahaan dan tenaga kerja. Tetapi masih banyak perusahaan
dan tenaga kerja yang kurang atau bahkan tidak peduli akan masalah yang erat hubungannya dengan keselamatan kerja. Oleh karena itu, untuk mendukung aktivitas perusahaan dan menjamin ketenangan dan kenyamanan tenaga kerja dalam bekerja Pemerintah telah mewajibkan perusahaan untuk mengikutsertakan para buruh/pekerjanya dalam program Jamsostek. Program Jamsostek ini memberikan manfaat perlindungan dasar dalam memberikan jaminan kenyamanan dan keamanan kerja serta untuk menjaga harkat dan martabat manusia, jika mengalami risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh perusahaan dan buruh/pekerja. Selain hal tersebut di atas program jaminan sosial tenaga kerja ini memberikan kepastian tetap berlangsungnya penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang kemungkinan bisa hilang akibat berbagai risiko dalam bekerja. Oleh karena itu, jaminan sosial tenaga kerja ini dikatakan mempunyai beberapa aspek, antara lain: (1). Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi tenaga
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 2, Maret 2013