3Y__PROLOG_ Yesung || EunSeo Yong Gun || So Ae || Tiffany || Haneul Yoo Na || Luhan Yoon Ha || Hanny
***
EunSeo membuka tirai berwarna biru toska gelap yang membuat kamar Yong Gun seperti etalase tak berpenghuni. Satu-satunya daya tarik kamar Yong Gun adalah dengan balkon utama didepannya, selebihnya hanya furniture yang ia perlukan. Meskipun rumah mereka memang terkesan besar idealis dan kelebihan halaman depan terbukti dari jarak gerbang hingga rumah utama lumayan menjadi latihan jogging sehat tanpa sengaja. Dan dari 8 kamar yang ada, kamar putra sulungnya lah yang sama membosankannya dengan kamar Yesung dulu, yah underline sebelum ada dirinya yang menambahkan hal-hal penyejuk mata.
Ketika EunSeo membuka tirainya, terdengar suara melenguh yang keras, layaknya retina normal, mata Yong bereaksi cepat, membuat anak laki-laki yang berada di tingkat 3 senior High School itu menguap lebar-lebar dan mengucek matanya. Satu hal yang baru EunSeo ketahui pagi ini, ternyata putranya yang sudah beranjak pada masa puber ini memiliki bahu yang tegak dan lebar meski terlihat agak kurus , dihiasi otot sedikit saja seperti Yesung, dia pasti akan lebih baik.
“have a nice dream, boy?” Yong mengucek matanya dan bangkit sambil melakukan peregangan. Matanya menyipit melihat punggung wanita yang tengah membuka semua korden kamarnya. Mata Yong sedikit melebar, bukan karena pencuri atau perampok melainkan punggung tegap tinggi dengan rambut panjang yang bergelombang, tapi dengan kemeja panjang yang kebesaran lengkap dengan celana
pendek yang melekat dipinggulnya, kadang jika ia tidak melihat wajah ibunya, seringkali Yong salah mengira jika ibunya adalah noona sunbae disekolahnya dulu.
Yong menyipit lalu bangkit dari posisi tidurnya sekarang, menguap sebentar, meregangkan otot lehernya. Boleh EunSeo berkata dia persis sekali Yesung ketika baru bangun tidur?
“kau akan bersekolah hari ini, Yong?”
“nde. Demamku sudah turun”
Pernyataan Yong membuat sebuah suara bariton bass yang baru EunSeo sadari telah dimiliki putranya kini.
“Omma akan membangunkan Yoo dan Yoon Ha”
Mata Yong menyipit lagi sambil memperhatikan tubuh proposional ibunya. Entah kenapa dari semua wanita yang ia temui, ibunya selalu menjadi momok mata paling lama yang sanggup membuatnya terpaku lebih dari 1 menit.
EunSeo membuka korden berwarna jingga kemerahan yang menutup ruangan beraksen putih yang pias akan area wanita. Disana Yoo Na tengah meringkuk tanpa selimut yang menampakan tubuhnya yang sudah beranjak dewasa. EunSeo berpaling sebentar menatap cermin diruangan itu lalu menatap putrinya, yah. Yoo Na memang dirinya, bahkan melebihi. Dia mewarisi rahang miliknya dan hidung ayahnya, dan dari kedua saudaranya, Yoo Na lah yang berhasil meraup seluruh Gen baik dari pihak keluar. Senyuman milik Joong Ki, rahang dan alis yang mirip dirinya, lalu sekali lagi Jong Woon berhasil meraup paling banyak untuk mengisi bagian dari wajah Yoo Na. Hidung, mata, bentuk bibir, dan dahi, semuanya Jong Woon. Dan yang paling sedikit menyebalkan mungkin –sikap dingin dirinya.
Rambutnya benar-benar kloningan sukses EunSeo. Lurus panjang namun bergelombang . Jadi tidak ayal semua itu membuat Jong Woon siaga satu, selain dirinya tau ia dan EunSeo tidak bisa menjaga putri satusatunya ini, sejak berumur 6 tahun dia sudah memasuki club karate. Dan Yoo Na tumbuh menjadi gadis yang penuh percaya diri dan penjagaan diri.
“Yoo…” Sama seperti Yong, adik yang berada hanya 1 tahun dibawahnya itu melenguh juga, ia melakukan peregangan dengan memanjangkan tubuhnya, salah satu kegiatan yang selalu Yoo Na lakukan sebelum bangun tidur mungkin. Jadi kadang EunSeo merasa bersalah karena melewatkan hal-hal menyenangkan ketika menyaksikan pertumbuhan putra-putrinya.
“morning sayang” EunSeo mengecup kening putrinya saat Yoo Na kini sudah menegakan tubuhnya.
“morning” Ucap putrinya sembari tersenyum sekilas sebelum punggung ibunya menghilang dibalik pintu.
Kamar selanjutnya adalah Yoon Ha. Kim Yoon Ha. Jika Yong adalah versi Jong Woon yang penuh misteri atau Jong Woon yang kaku, maka Yoon adalah Jong Woon yang penuh kebebasan. Dia bisa lebih jujur dari yang kita kira, namun parahnya kadang sifat kritisnya menurun juga pada Yoon.
“Pagi ma’am..”
EunSeo terkejut ketika membuka pintu ia sudah dikejutkan dengan sambutan suara bass yang agak rusak. Yah, dia baru menginjak masa puber dan EunSeo tidak akan melewatkannya seperti perkembangan Yong dan Yoo Na , EunSeo berusaha keras agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
“sudah bangun?” Tanyanya sambil tersenyum lembut pada Yoon Ha. EunSeo, omma Yoon Ha yang kini sudah menginjak usia 40 tahun –an dan masih terlihat muda dan cantik apalagi ketika tersenyum mengingat ibunya sangat jarang tersenyum jika sudah berada dipengadilan. Dia akan seolah-olah memanipulatif senyumnya untuk orang lain, kecuali Yoon dan ketiga saudara-saudaranya.
“omma jarang sekali dirumah, dan jarang juga sempat membangunkanku. Apa apa?” EunSeo meringis dalam hati. Dan ia akui, semua itu benar dan ia merasa ditampar oleh kenyataan tersebut.
“apa omma jarang melakukannya?” Pertanyaan itu membuat Yoon hanya menyengir lebar, dia tidak sengaja membuat ibunya kecewa seperti itu.
“bisa kukatakan seperti itu?” Mereka tertawa bersama, dan EunSeo cukup takjub juga dengan segala hal yang ada di kamar Yoon Ha.
***
KLEK
EunSeo menutup kamar Yoon Ha, dia tersenyum puas melihat ketiga pintu dilantai dua ini sudah ia kunjungi pagi ini. Belum pernah rasa sebahagia ini ia rasakan menjalankan sebuah tugas. Memenangkan kasus, menghukum, dan bersilat lidah dipengadilan, EunSeo tidak pernah merasa sebahagia ini. Mungkin inikah yang disebut naluri sesungguhnya dimana menjadi seorang ibu dari tiga orang bayi yang kini sudah tampan dan elegan dengan suami yang masih berkharisma, tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu semua.
“annyeong hasimnika” EunSeo terperanjat saat sepasang tangan menyusup dari balik punggungnya, membelit dipinggangnya, dan menghembuskan nafas diarea leher. Sensual dan dingin.
“kalau ada yang melihatmu seperti ini -…”lanjut Yesung EunSeo membalikan badannya dan memperlihatkan senyuman meremehkan yang mengintimidasi, lalu memerkan senyum sinting, ah bukan, maksudnya adalah senyum yang selalu bisa membuat Yesung sinting.
“apalagi dengan 2 kancing kemejaku yang kau pakai dibiarkan dibuka, ditambah rambut berantakan, kau terlihat cukup enak untuk dimakan. Aku tidak tahu kau sangat suka memarkan pahamu yang kurus kering itu with a cessy hotpants.”
EunSeo tersenyum miring melihat aksi suaminya dan membalas dengan tak kalah sintingnya.
“jika 3 anak yang beranjak puber ditambah 2 ajjumha yang sudah sampai pada puber kedua melihat semua ini apa yang kau pikirkan?” Yesung melepas pelukan dari tubuh EunSeo. Memangnya ada yang salah dengan perlakuannya?
Atau penampilannya? Pikir Yesung. Ia melihat dirinya dari atas dada hingga kebawah.
Tentu saja! hanya kaos putih sangat tipis dan boxer yang demi Tuhan EunSeo jadi sesak nafas melihatnya.
“aku sedang malas berdebat denganmu aggashi, so please bring me the kisses.”
EunSeo memutar bola matanya dan meletahakn telunjuknya sebagai sebuah tiang yang menghalangi laju kening Yesung beserta komponen wajah itu mendekat.
Yesung melengos malas , “by the way, you’re also shining today. Sebenarnya kau terlihat bagus dengan semua warna, tapi dengan putih, you’re especially stunning” EunSeo menampilkan kerjapan menantangnya saat mendengar Yesung menyerangnya balik dengan godaan sehingga kini membalas lingkaran dipinggangnya dengan melingkarkan tangannya di leher Yesung.
“aku tahu. Tapi I like black to more. Putih dan Hitam”
Yesung tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya, menantang sorot menantang yang ditampakan oleh istrinya.
“ya, lemarimu nyaris dua warna saja” Kini hidung keduanya sudah saling beradu.
“kau ingat pertemuan pertama kita? Kau memakai setelah warna baju memuakan berwarna hitam, lalu gaun saat pernikahan berwarna putih, thank top berwarna putih saat malam pertama dan lagi lagi kemeja hitam menyebalkan keesokan harinya. Apa jadinya hidupmu tanpa aku? pasti tidak akan berwarna dan hanya hitam putih saja” lanjut Yesung
Jadi apa sekarang lelaki ini benar-benar serius balik menggodanya?
“do you even find me sexy today?”
“very very sexy. So please bring me the kisses”
“AJJUMHAAA!!!” Yesung melepaskan pinggang EunSeo secara refleks, begitupun EunSeo, melihat beberapa langkah dibelakang Yesung, pintu kamar Yong sudah terbuka.
“Ajjumha bawakah sepatuku kekamar! Aku tidak bisa keluar karena ada nyamuk berpasangan yang membuat telinga pria puber sepertiku gatal!!!”
BRAK
Yong tersenyum puas saat mendengar pintu kamar orang tuanya tertutup. Rasakan, bermesraan ditangga, mereka kira penghuni rumah hanya mereka berdua?
***
Yesung turun dari tangga sambil melipat kemejanya. Dan dari belakang, muncul seorang wanita yang sudah memiliki 3 orang anak, tapi masih memiliki tubuh yang jenjang sekali. Leher yang tertarik keatas dengan rambut yang tergelung sempurna. Pakaian serba hitam yang kontras sekali dengan kulitnya yang sangat mengkilat.
“kau melupakan ini”
EunSeo menyerahkan jas dokter Yesung, lalu sedikit mempercepat turunan langkahnya disamping Yesung untuk segera menghampiri ketiga putra dan putrinya di meja makan tiba-tiba tercekal tangan Yesung. Pria itu menghadiahi sebuah ciuman pipi disana.
“gomawo”
EunSeo hanya tersenyum kecil lalu bergegas menghampiri ketiga putra putrinya yang sudah menunggu dimeja makan.
“ada apa dengan wajah kalian?” tanyanya sambil menyiapkan beberapa roti di piring ketigannya.
“aku tiba-tiba merasa selai ini terlalu manis dan nyaris membuatku diabetes” Gurauan Yoo Na ternyata diikuti Yong.
“dan kupikir pemandangan tadi semakin menaikan gula darahmu, Kim Yoo Na”
“Kim Yoon Ha! Apa yang kau lihat?!!!” Yoon langsung tersadar dari lamunannya.
***
07.08 KST _HONDAM SENIOR HIGH SCHOOL_Yong Gun & Yoo Na School_
“anda bisa menelponku jika ada kesulitan, Nona muda” Shin Hong Dae membuka pintu mobil lalu perlahan membungkuk hormat pada seorang gadis dengan wajah peranakan. Satu tangan gadis itu menggapai tasnya dengan malas, kakinya keluar dari dalam mobil seolah tanpa niat, andai kata ia baru saja berjalan tanpa karpet merahnya.
“sekarang pun aku kesulitan” Cecarnya sambil menatap sinis bagaimana orang-orang yang terlihat saling bercanda satu sama lain. Hal yang tidak berguna dan tidak penting.
“aku memerintahkanmu, Putar mobil cepat!” Pekik yeoja itu sambil mengerang emosi dan frustasi, ia masuk lagi kedalam mobilnya dengan geram. Bagaimana ayahnya bisa memasukannya pada sekolah seperti ini?
Di Manhattan dia bersekolah dengan tenang, tentunya tanpa hal yang disebut –berlari-larian atau kejarkejaran- , lalu saling tertawa dan menyentuh satu sama lain, membiarkan bakteri ditangan menyebar dari satu kulit kekulit lainnya, lalu mereka menggunakan tangan itu untuk makan dan bakteri itu menyebar diorgan terdalam mereka. Organ dan organ terserang maka hancurlah sistem organ mereka. Jika manusia memiliki sistem organ yang tidak sehat, maka individu tersebut akan sakit, dan sakit pun akan menular, tentu saja tidak menutup kemungkinan akan menular padanya! Dia akan tertular virus bebas yang berkeliaran lalu –
“nonna muda, disini aku mempertaruhkan nasib pekerjaanku. Tolong keluarlah , dan mulai bersekolah. 7 menit lagi pintu gerbang ditutup” Fany menatap kesal dan melengos tidak perduli. Hidupnya sangat tidak perlu memikirkan nasib orang lain, itu tidak penting.
“putar kembali, CEPAT!”
Pekiknya penuh kemenangan, sebelum akhirnya mata pearl itu membulat saat mendengar sambungan telepon yang di loudspeaker.
“baiklah! Baiklah! Kau puas?!” Pak Shin tersenyum dan menunduk melihat tuan putrinya mau mengikuti perintah. Ia membatalkan panggilan yang tertuju pada Tuan Hwang.
“terimakasih, nona muda. Telepon aku jika sekolah telah selesai. Selamat menempuh harimu” Fanny berdecak sebelah saat melihat mobil hitam era nyamannya telah sirna. Meninggalkannya seorang diri dengan debu yang mengintai, kuman-kuman yang siap menyergapnya, dan tidak luput dari polusi yang bisa saja melukainya. Oh Tidak! Ia harus segera berlindung!
***
“st, st menjauhlah. Dia datang” Fany memandang jijik pada siswa-siswa yang tadinya sedang bercanda membentuk kerumunan langsung menyingkir, mereka layaknya hapal pada kelakuan tuan putri Cheondamdong yang katanya memiliki alergi pada Kuman. Tapi mungkin bukan alergi, melainkan sejenis Anti Fanz yang memandang kuman dengan sebelah mata, dan setengah otak. Bayangkan, ia nyaris mendefinisikan kata –kotor- , -Kuman- , dan Bakteri- sesuka hatinya. Salah satunya menjadi trendcenter saat memberikan definisi –jabat tangan- sebagai jembatan penghubung 2 bakteri dari kota yang berbeda. lalu menyatu membuat jenis bakteri baru. Dia kira bakteri ada darah campuran seperti dirinya?
Sekarang tidak lupa ia mengambil hand sanitiser dan menyemprotkannya diganggang pintu kelas. Ganggang pintu kelas ini disentuh ribuan tangan dan kemungkinan paling buruknya setiap tangan pasti meninggalkan seekor bakteri yang akan melakukan persilangan satu sama lain hingga menghasilkan bakteri baru dengan kekuatan penyebaran penyakit yang semakin baik.
“dia sedang mendefinisikan ganggang pintu sebagai markas tempat perkembang biakan bakteri.” Seorang siswi yang berada didekat pintu tidak ragu berkata dengan gamblang, ia tahu itu menyinggung, tapi
pengecualian untuk si Tiffanny Hwang ini. dia kebal akan segala hal disekitarnya selama ia membawa hand sanister. Ia tidak perduli. Seolah-olah ia tidak akan mati tanpa makan, tapi akan mati jika detik-detik kehidupannya tidak diwarnai Hand sanister.
Tililing Ting Ting ‘good student, going on to your class’
Suara bel khusus memecah semua kerumunan siswa agar menuju kelasnya, tidak terkecuali Fanny, ia langsung masuk kedalam kelas dengan cepat dan menyingkir menghindari tubrukan. Sekaligus menghindari bajunya bersentuhan dengan baju mereka yang mungkin saja belum dicuci, lalu bajunya akan tertempel bakteri, lalu menyebar kekulitnya.
Tidak lupa, Fanny langsung membersihkan tempat duduk dan meja sambung yang ia tempati dengan tisue dan beberapa kali semprotan ramuan antiseptic yang entah apa lagi namanya. Hhh… para siswa dan siswi lainnya hanya bisa menggeleng melihat kegilaan si maniak itu.
“hey, Fanny bisa kau letakan saja tasmu dibawah kursimu saja? Pemiliknya sudah mulai sekolah lagi hari ini” Seorang siswa berkata dengan ketus disertai lirikan-lirikan kejam dan menusuk dari yeoja-yeoja dikelasnya.
“memangnya siapa yang duduk disana?”
“aku” Tatapan Fanny sekarang mencuat pada sumber suara didepannya, seorang laki-laki dengan wajah datar plus perawakan yang membuat Fanny melotot beberapa detik. Demi Tuhan, 2 hari bersekolah di tempat ini, Fanny baru bisa mendefinisikan lelaki ini sebagai manusia. Lelaki yang sekarang berdiri disamping kanan meja fanny, ia menatap asing namun tidak perduli pada gadis itu. penampilannya benar-benar membius, tapi wangi papermint yang ditimbulkan olehnya paling membuat Fanny terbius.
“selamat pagi anak-anak” Tiba-tiba Guru Ahn sudah masuk kedalam kelas.
BUK
“YA!” Fanny memekik keras saat dengan enteng tangan panjang kurus itu melempar tasnya begitu saja kelantai.
“sonsaenim sudah datang” Raut dingin itu menampar Fanny, seolah tanpa salah pada Fanny yang sekarang sudah semerah kepiting panggang. Baiklah, sekarang semua siswa bahkan meringis melihat tas yang biasanya teragung-agungkan dan tak ternodai sekarang terlempar asal kelantai yang pastinya ada jejak kaki banyak siswa disana. baiklah, one.. two…. Thre –
“OH MY BAG!!!!!!!!!!!!!”
***
Hondam high school sekarang didera gosip panas yang menggelikan. Baru saja si murid baru maniak kebersihan menjadi trending topik seentero Kantin. Menjadikannya kemalangan Fanny mungkin bisa dikatakan sebagai penambah nafsu makan yang baik sekali.
“hah? Yong Gun oppa hari ini kembali bersekolah?! benarkah itu sunbae? Demamnya sudah sembuh?” Seorang siswi langsung menarik kursinya kearah meja yang mungkin menjadi tempat gosip paling panas , untuk menceritakan bagaimana tuan putri cheondamdong memekik pagi ini.
PLUK
“aw, kenapa kau memukulku sunbae?!”
“sejak kapan kau memanggil Yong Gun-shi dengan sebutan oppa! menggelikan” Semuanya sekarang tertawa lepas.
“kau sedang membuat So Ae cemburu, Sunny ya.. menyingkirlah sebelum dia mengamuk” Seseorang lagi malah memperkeruh suasana, jadilah gadis yang dipanggil So Ae itu melayangkan sendoknya kuat-kuat.
“hey, aku hanya tidak ingin lelaki itu mendengarnya dan besar kepala. Heiss! Apa saja isi kepalamu!”
Si yeoja yang terkena lemparan sendok masih saja membuat ulah meski keningnya terasa berdenyut. “sudahlah.. katakan saja So Ae ya.. kalian pernah tertangkap basah saling berpegangan tangan..”
So Ae serasa ingin muntah mendengarnya. “kalian bisa membedakan antara berpegangan tangan dan memukul tidak sih!”
Pekiknya lalu berlalu, meninggalkan kikikan dan adu tos 2 temannya setelah berhasil menggodai So Ae, hahaha :D
***
“oh aku akan mati.. aku akan mati…… ini semua karenamu tuan Hwang!” Fanny panik setengah mati dengan mode loudspeakernya.
‘hahahaha’
Fanny hanya mendengus saat mendengar respon ayahnya yang mungkin saja sekarang sedang tertawa jungkir balik diatas kursi kebesarannya yang ia katakan dibeli di Paris dari bahan kulit anaconda.
“tertawalah kau appa! Lalu setelah itu kau akan melihat jenasahku pulang dengan tubuh yang terkena infeksi kuman spesies lokal.” Fanny sibuk menggerutu sambil menyemprot dan mengusap tasnya dengan cairan antiseptik berwarna hijau tua, kalau saja mereka tidak tahu, pasti akan mengira itu adalah pembersih kaca.
‘kau tidak mungkin mati semudah itu, my princess, tidak sebelum Jessica mengumpal telingamu dengan tawanya yang mengglegar. Dia akan bertriak histeris sambil melompat-lompat dengan penuh kemenangan, mungkin juga detik itu ia akan melaksanakan upacara pemberkatan dengan mengundang seluruh keluarga besar Kris atas hal ini’
Fanny malah berenggut dan mendekatkan handphonenya kearah bibir lalu mengencangkan nafas mengeluarkan suara yang membuat tuan Hwang tuli sementara.
“APPAAAA!!!”
Triakan Fanny mungkin membuat beberapa orang diluar toilet putri bergidik. Berfikir bahwa itu semacam urband legend yang ada di toilet sekolah mereka. Seorang gadis yang mati dibunuh dengan arwah yang gentayangan. Yeah, mungkin.
‘suaramu membuat telingaku berdengung my princess…’
“kau benar-benar tega membuat princess mu ini menderita? Appa.. kumohon.. hari kedua aku bersekolah disini, aku benar-benar merasa berbahaya, selalu diincar, dikejar, bahkan dihantui oleh penjahat-penjahat itu..”
‘kuman, bakteri, fungi, virus dan kindom monera lainnya maksudmu?’
“yes, alright! You know me so well, dad.. It’s so hard for me” Fanny merengek dengan cepat, hal itu tentu saja membuat tuan Hwang menghembuskan nafas berkali-kali.
‘aku dan kakakmu mungkin berfikir yang sama, kau harus berubah dan mulailah membangun interaksi dengan lingkunganmu. Itu berguna untuk dirimu nanti my princess’
“tapi interaksi lingkungan tidak seburuk ini, appa. Aku dan lingkungan bukan paket yang bisa berlaku sama dan membuat simbiosis mutualisme. Lingkunganku adalah dimana tidak ada kuman, bakteri, dan sejenisnya. Aku hidup ditempatku. Era nyamanku. Dan aku tidak ingin keluar, seperti dia –lalu mati ditengah jalan” Fanny meremas ujung ponselnya. “dan aku –tidak akan pernah keluar” ia mulai menyadari bahwa air mata sudah menumpuk pelupuk matanya.
***
“ah, aku tidak menyangka caranya se-sederhana ini.”
“itu karena kau belajar hanya dengan menebak rumus, bukan mencoba” Yong Gun menatap datar tapi pengertian lawan bicaranya yang terlihat menyesal. Yah.. sejenis menyesal telah menyia-nyiakan hidupnya yang indah ini karena –malas mencoba- mungkin .
“ya sudah, terimakasih.” Yong Gun hanya tersenyum dan kembali menatap bukunya. Tapi temannya tadi kembali dan duduk dihadapannya.
“eum, tentang kemarin, adikmu memang menolakku”
Kepala Yong Gun terangkat
“haaah.. sepertinya kau benar. Terlepas dari aku memang bodoh dan tidak cocok untuk adikmu, mungkin aku menemukan sebuah hal lain yang membuat kita tidak bisa bersama. Oh maaf, maksudku, tidak pantas bersama.”
Rahang Yong Gun bergemeretak, pancaran matanya yang teduh kini hilang dan berganti dengan tatapan yang sulit diartikan. Menunggu setiap kata lanjutan yang akan diucapkan lelaki itu padanya.
“kemarin dia menolakku didepan umum, dan kau pasti menyaksikan itu” Cecarnya lagi, menatap Yong Gun dengan penuh kemenangan.
“itu benar-benar memalukan, sekaligus menggelikan. Kurasa aku pantas ditolak karena aku terlalu bodoh menyelesaikan soal fisika anak sekolah dasar. Tapi perlu kau juga tahu, meskipun kalian sangat popular dan menakjubkan ditempat ini, tapi tetap saja adikmu itu nyaris menjadi objek taruhan. Ya, kukira itu juga cukup untuk mempermalukannya juga.” Lelaki itu bangkit dan memandang sinis kearah Yong Gun.
“hanya taruhan. Jadi kau tidak usah berbangga.”
BRAK
Perioritas penghuni perpustakaan kini berpindah dari buku dan objek sejenisnya. Mereka lebih tertarik pada gebrakan meja di sudut kiri yang menampakan bintang lapangan dan bintang sekolah sedang berdiri satu sama lain. Terakhir kali pemicunya mungkin kemarin, saat Young Jae harus menahan malu karena ditolak untuk pertama kalinya oleh seorang gadis tingkat 2, yang notabennya adalah adik kandung dari Yong Gun.
“kau tidak usah bertingkah jagoan disini, jangan hanya karena kau adalah murid terpandai dan memiliki segalanya, kau kira aku akan takut pada mulut ibumu yang berbusa itu?!”
Tangan Yong Gun sudah mengepal , harusnya ia dengan mudah melayangkan tinjunya secara gratis sekarang, tapi sayangnya dia tidak bodoh.
Yong Gun berdehem sedikit, lalu kembali menampakan senyum menantang nan menekannya. “Kang Young Jae ssi menyelesaikan soal fisika bukan hanya menebak dan mencoba. Masih ada satu hal, dan itu ada .. disini” Ia menunjuk pelipis disebelah kening bagian kiri. Menunjuk otaknya.
“disini, semuanya ada disini. otak manusia terdiri dari jutaan milyar neuron yang dipergunakan untuk berfikir dan menyimpan dengan benar. Kurasa lain kali kau perlu mempergunakannya dengan sebaik mungkin agar tidak mempermalukan dirimu seperti sekarang.”
Yong Gun maju selangkah, mensejajarkan dirinya didepan Young Jae. Oh neptunus, aura dan pembawaan seorang Kim Yong Gun, putra Klan Kim, penerus klan Kim, putra seorang dokter bedah otak Kim Jong Woon dengan seorang jaksa wanita yang demi Tuhan menjadi momok menakutkan di dunia peradilan Korea.
“jika kau hanya menggertakku dan berharap aku memukulmu, itu mudah saja. aku bisa melakukan itu kapanpun termasuk jika menyangkut Yoo Na. Aku masih memiliki 2 tangan dengan buku-buku jari yang mengetahui titik tepat agar pukulan terasa menyakitkan. Dan aku tau dititik mana aku bisa melumpuhkan manusia dengan cepat dan tanpa tenaga.”
Yong Gun memiringkan senyumannya, ia mampu melihat senyuman Young Jae yang memudar dan membentuk sebuah aliran keringat dingin. Mungkin disini mereka memang berbeda image. Ketua tim basket dengan kekuatannya, ketangkasannya. Tapi bukankah didunia ini tidak memerlukan kekuatan untuk menjamin kau akan hidup lebih lama? Jadi sudah jelas siapa pemenangnya disini.
“jadi, -“ Yong Gun melirik kertas remidial fisika digenggaman Young Jae. Ia baru saja mengajari lelaki itu tanpa memikirkan hal kemarin, dan dengan sangat bodoh namja ini mengungkit dan bahkan menantangnya, menjebaknya agar ia menciptakan keributan lalu berharap Yong Gun akan didepak dari sekolah ini. woah! Ide yang cemerlang namun payah. Ia harus tahu berhadapan dengan siapa.
“jadi semoga remidialmu berjalan dengan baik. Young Jae-shi”
Young Jae mematung merasakan tepukan dibahu kanannya, tangannya mengepal keras, ini penghinaan.
Fanny terhenyak menyaksikan pemandangan itu. ia bahkan melupakan kaca perpustakaan didepannya yang menyimpan ribuan debu yang mungkin saja akan membunuhnya. Mata pearl besar itu mengerjap beberapa saat, lelaki itu membiusnya. Bagaimana mungkin ada lelaki se keren itu. tadi itu pembelaan yang … -indah sekali.
“hachi!” akhirnya Fanny sadar dan menutup mulutnya. Oh No! debu berada kurang dari 20 cm didepannya!
***
“Yong Gun berkelahi dengan Young Jae!”
GLEDUGH
“aw..” So Ae mengelus kepalanya yang terjatuh dari tumpukan siku berbentuk bantal. Ia meringis saat keningnya dan meja mengalami pertemuan singkat. Tapi tunggu, ia rasa mendengar sebuah objek menarik.
“MWORAGO?! Yong Gun -shi?! Young Jae? Ada yang terluka?!” terdengar triakan triakan yeoja disampingnya. So Ae terpaksa bangkit dari tidurnya dan mengusap wajahnya pelan, hoahem.. ia sebenarnya masih mengantuk sekali, bagaimana pun café tempatnya bekerja kemarin mengadakan pesta ulang tahun dan ramai sekali. Hingga ia harus bergadang hingga larut malam.
“So Ae ya.. kau dengar?! Yong Gun membuat keributan! Oh tidak, Young Jae picik itu pasti sedang
membalas dendam karena kejadian kemarin. Oh tidak, aku tidak bisa membayangkan jika semua itu benar dan Yong Gun ssi terluka! Young Jae pasti melukainya!”
“kau bicara apa sih?” Eun Ra terasa tertampar telak saat mendengar respon So Ae, baiklah, mereka memang berada di kelas paling bawah, bukan berlogikan cepat seperti Yong Gun dikelas khusus, tapi setidaknya kelas ini memiliki eksistensi seru dalam hal pergosipan! Dan gadis ini mungkin memang paling bodoh diantara mereka yang sudah bodoh.
“baiklah nona Han, ku ulang sekali lagi. Yong Gun berkelahi dengan Young Jae!!!!”
One
Two
Three
“oh”
DOENG
Eunra rasanya tergeletak tak berdaya sekarang.
“aku ketoilet sebentar, hoahem.. 10 menit lagi bel masuk kan, aku tak mau Jung Sonsaenim melempariku penghapus lagi nanti” EunRa hanya menegang melihat respon itu. Tuhan.. cabut saja nyawanya. Cabut… huaa..
‘Yong Gunberkelahi dengan Young Jae!’
So Ae memandang pantulan wajah dicermin toilet, disana hanya ada seonggok wanita kurus dengan mata panda dan wajah kusut. Melihatnya saja membuat dirinya merasa malang. “dasar makhluk dingin. Dia pintar tapi bodoh! Bagaimana jika itu hanya akal-akalan Young Jae saja? hanya untuk menjatuhkannya?! Ah! Aku tidak perduli! Tidak perduli!” So Ae menggeleng-geleng skeptis dan autis, sadar akan tindakannya yang berlebihan di cermin, Gengsi nya pada diri sendiri bangkit lagi. “ekhem, itu bukan urusanku” Katanya gagah selama beberapa detik, karena detik selanjutnya dadanya yang membusung turun lagi dengan nafas malas. “haaaah… kenapa didunia ini aku harus peduli padanya sih....” Akhirnya So Ae menyerah dan keluar dari kamar mandi dengan wajah tidak enak dipandang.
***
Tililing Ting Ting ‘good student, going on to your class’
Semua murid kelas khusus sedang mempersiapkan peralatannya dengan tegang. Jam ini akan ada ujian Biologi molekuler. Baiklah, meskipun mereka sudah mempunyai internet berjalan yang sekarang tengah duduk tenang dengan senyum mematikan disudut sana. Oh lihatlah, ia bahkan sudah berhasil menggegerkan dunia hari ini, perkelahian dengan Young Jae yang paling menggemparkan. Dan sekarang ia masih bisa stay with the cool body language disaat neraka berikutnya akan segera menghampiri?
“baiklah, masukan seluruh buku dan ponsel kalian didalam tas, dan letakan didepan” Suara guru Jang yang mengglegar bagai suara singa yang mengaum.
“tidak ada meminta contekan ataupun memberi contekan, jika sampai tertangkap kalian keluar dari kelasku. Arra?!”
“arraso!” Rasanya para murid tidak sedang mengucapkannya dengan iklas.
“Tiffany Hwang! Letakan tasmu didepan!”
Fanny berdecak sebelum melakukan pembelaan. “sorry miss, tapi tas ku sudah didepan, ini adalah tas pelindung ku. Silahkan periksa kalau tidak percaya” Guru Jang mendekat dan terbelalak melihat isi dari tas putih bersih itu.
“ini penting untuk keselamatanku, miss” Murid lain rasanya sudah sangat hapal dan hanya menghela nafas.
Dahi guru Jang berkerut, ternyata gosip diruang guru memang benar. Kelas khusus memiliki miracle kedua setelah Kim Yong Gun dan tentunya keajaiban di sisi yang berbeda. yakni putri maniak hand sanister.
Waktu bergulir begitu cepat, tidak ada krasak-krusuk, semuanya khusuk pada lembar jawaban masingmasing, hanya sesekali terdengar semprotan hand sanister dan bangku paling belakang urutan nomor 2. Baiklah jangan ditanya lagi itu siapa.
“15 menit lagi” Akhirnya kelas pecah dengan keriuhan dan kekhawatiran. Detik-detik neraka akan segera menyambut didepan mata dengan nilai merah menyala.
DRAG
Suara kursi berderak.
“sudah selesai, songsaenim”
“finish”
Kelas hening seketika. Bukan karena apa-apa, Yong Gun memang selalu menjadi paling awal meskipun didetik-detik mengkhawatirkan, tapi tidak dengan hari ini. si pirang maniak hand sanister itu pun ikut bangkit secara bersamaan. Membuat guru Jang juga kaget. Cepat-cepat ia berdehem menghilangkan kecanggungan.
“baiklah, kumpulkan disini” Yong Gun yang berada di bangku paling depan maju dengan tenang dan wajah flat andalannya. Diikuti oleh Fanny yang berlenggok santai tanpa beban seolah tanpa kebanggaan setelah berhasil menyesuaikan timer dengan si –internet berjalan-
“kau memang selalu bisa diandalkan, Kim Yong Gun!” Yong Gun hanya bisa mengerjit sedikit mendengar ucapan guru Jang yang sudah pasti bisa ditebak, si internet berjalan berhasil menembus hasil menakjubkan. Yah, meskipun guru Jang sedikit kecewa, soal yang ia mati-matian buat semalaman suntuk berhasil jebol pertahanan lagi dan lagi.
“tiff –fanny hwang?” Fanny yang sedang menyemprotkan hand sanister lagi ke pensil dan alat-alat tulis yang baru saja selesai ia gunakan, mendongak.
“yes, miss”
Bibir guru Jang nyaris menganga, ia menelan ludahnya secara bulat. “menakjubkan”
Kelas hening seketika. Seolah detik-detik waktu yang berjalan tidak digunakan dengan baik oleh semua
siswa untuk menyelamatkan diri dan mengerjakan soal lagi. mereka malah sibuk menatap bergantian antara Yong Gun, Fanny, dan guru Hwang. Menunggu respon salah satu dari mereka.
“of course, miss” Fanny menutup keheningan dengan suara ceria dan entengnya. Seolah ia tidak sadar akan hal yang baru saja ia capai. Mengalahkan Kim Yong Gun, dihari keduanya bersekolah?
***
Disekolah yang sama, tapi di lapangan olahraga, beberapa menit setelahnya, sesosok gadis tinggi dengan segala komponen tubuhnya yang panjang jenjang tengah menarik busur dengan gagah. Dengan topi bertungkai dan seragam srikandi, ia melesatkan sebuah tembakan hingga beberapa cm dititik kesepuluh. Senyuman tangguhnya terbentang, ia berniat sekali lagi menarik busur panah, tapi sesuatu menghalangi konsentrasinya. Seorang namja dengan pakaian tingkat 3 datang sambil dan duduk dibangku penonton.
“hey, girl” Lelaki itu datang dengan wajah datarnya, menaikan salah satu kakinya dan bersedekap menatap sang adik yang berjalan mendekat. Ia seharusnya bisa mematahkan leher Young Jae saat berkata adiknya hanya bahan taruhan, dan berkata Yoo Na tidak cukup pantas untuknya. Mari Yong underline, Kang Young Jae. Bukan sebuah fantasi mistis yang pantas memporak-porandakan hidup keluarganya, termasuk Yoo Na, dan tidak juga harga diri ibunya , seperti yang preman sialan tadi katakan memiliki bibir berbusa. Yong rasa tuan muda Kang Young Jae itu perlu mendengar bagaimana berbisanya seorang nyonya Song didepan terdakwa, hingga telinganya akan terinfeksi. Dan seharusnya dirinya tahu bagaimana sempurnanya wanita itu didalam pelukan seorang lelaki tidak sadar umur seperti ayahnya. Mungkin ia akan menarik semua ucapan itu dalam detik pertama.
“ayo kita pulang” Yoo Na mengangguk dan melepas topi kerucut lalu meletakan anak panah yang berselempang dipunggungnya.
“turnamentnya minggu lagi, dan kurasa latihan hari ini cukup” Yong Gun mengangguk dan menyodorkan air mineralnya. “kudengar, kau berkelahi dengan Young Jae.” Lanjut wanita itu.
“gosip berjalan sangat cepat” Yong Gun kini gantian meneguk air mineral itu.
“aku tidak percaya” Ucap Yoo Na sambil memakai sweather putih untuk menutupi tubuhnya.
“harusnya memang begitu.” Yoo Na memandang oppanya yang sekarang melepaskan sedekap tangannya, dan mengelap keringat yang mengucur dari wajah adiknya, dia memang bidadari, Yong selalu ingat ungkapan ayahnya sekali waktu yang berkata, bahwa melihat gadis-gadis korea yang paling cantik adalah hal biasa saja, tapi melihat ibunya setiap malam, ia bisa melihat kadar kecantikan dewa-dewi, dan itulah Kim Yoo Na.
“aku tidak lelah. Bukankah kau seharusnya yang lelah? baru saja menghabiskan tenagamu untuk berkelahi?” Kerlingan Yoo Na membuat tawa mereka pecah. Baiklah sudah Yong Gun bilang, adiknya terlalu berharga untuk lelaki manapun.
***
Faany melenggang penuh semangat melintasi area sekolahnya menuju gerbang. Lengkap dengan pakaian super pelindungnya, mengesampingkan tatapan-tatapan penuh tanda tanya dari banyak siswi yang menatapnya. Gosip disekolah ini memang berjalan sangat cepat. Baiklah, setidaknya mereka tahu jika dirinya tidak berotak udang seperti mereka.
Langkah Fanny tiba-tiba diperintahkan berhenti oleh otaknya, saat saraf matanya memerintah bahwa ada sebuah hal yang menarik perhatian. Sosok lelaki yang berdiri menghadap kearah seorang wanita yang berlatih memanah. Wanita itu begitu menyilaukan. Fanny bahkan sempat melirik tubuhnya sendiri sebentar lalu melirik sosok wanita tegap bagai srikandi yang menarik busur panah semudah itu. ia melesatkan tembakan dengan tegas, dan samar-samar melihat senyum manis terukir di bibir Yong Gun. Mereka berdua lalu duduk bersama, entah apa yang mereka bicarakan, entahlah. Otak Fanny tidak sinkron dengan penglihatannya. Punggung wanita itu sangat tegap dan gagah berselempangkan busur panah. Mereka sangat menawan dari jarak pandang Fanny saat ini. Fanny tiba-tiba menatap lagi anggota tubuhnya, ia terlalu pendek dan lebih kurus dari wanita itu.
“nona muda!” Triakan pak Shin membuat Fanny terlonjak lalu kembali sadar bahwa kuman-kuman mungkin sudah menggerayanginya sedari tadi.
Saat Fanny sudah berada didalam mobil, ekor matanya tiba-tiba tidak sengaja melihat 2 sosok itu berjalan menuju gerbang. Fanny memicing saat melihat mereka berdua tertawa kecil namun terasa sangat hangat namun maskulin. Bahkan wanita itu memiliki tinggi sejajar dengan Yong Gun . Mereka benar-benar mirip dan serasi. Mereka berjalan beriringan dengan pandangan banyak mata disana-sini, mereka memorsir langkah siapapun yang melihat, ada guratan cahaya yang menguar dari keduanya, sesuatu yang sangat misterius bagi Fanny, ada bisikan dihatinya tentang rasa penasaran pada lelaki itu. jujur saja, Fanny baru melihat sosok lelaki berbeda seperti itu.
Mobil menyala, sebentar lagi Pak Shin akan memutar balik keareal rumahnya.
“ajjushi,”
Pak shin menatap nona mudanya dari kaca spion depan dengan bingung, “ada apa nona?”
“tidak. ayo kita pulang” Fanny buru-buru sadar dan menempeleng suara hatinya. ia baru saja berfikir apa? mengikuti mereka?! Hey! Itu tidak penting Tiffanny Hwang!
***
Suara mobil menderu, saat berhenti di didepan sebuah rumah bak istana. Dari dalam ferarry silver mengkilat itu Fanny keluar dengan menggerutu. “PAK SHIN! Kau membuat polusi!”
Pak Shin hanya menahan tawanya. 20 tahun hidupnya melayani keluarga ini, ia sudah hapal betul akan apa yang dibenci oleh nona mudanya ini. bagaimana maniaknya dia dengan kebersihan, dan bagaimana tingkahnya yang bak putri raja di film disney yang sering ia tonton. Apalagi semenjak kepindahan mereka dari New York, Tuan putrinya itu semakin menjadi-jadi.
Fanny berlari dengan pakaian serba pelindungnya, ia melempar masker sekali pakainya ke tongsampah, dan menutup pintu kamar rapat-rapat. Ia hampir saja terkontaminasi sampah dunia!
“kau dikejar bactery? Atau bahan-bahan antiseptikmu habis?”
Fanny menganga melihat sosok lelaki yang kini tengah bergulat dibawah selimut diatas tempat tidur berwarna merah muda lengkap dengan desain tempat tidur princess aurora. Baiklah, bukan hanya tempat tidur, tapi seluruhnya, hingga seluruh hal yang melekat pada tubuhnya sekarang.
“Xii Luhan!” Pekiknya lalu berhambur naik ke atas tempat tidur dan membanting diri diatas tubuh pemuda itu.
“Hey! kau menekan perutku!”
“hahaha sorry sorry, Oh God! Akhirnya aku memiliki nahkoda pelindung! Jadi kau serius dengan tawaran pak tua itu?!”
Luhan bangkit dan mengusap rambutnya sedikit, beralih pada cermin dimeja Fanny , tidak memperdulikan wanita itu yang memasang wajah berbinar cemerlang, seolah-olah ia adalah Hermione yang baru saja menemukan Harry Potter setelah sekian lama diculik dan hidup di kungkungan Voldemort.
“pak tua siapa maksudmu? Hei, ayahmu belum setengah abad” Luhan tertawa yang langsung dibalas dengusan dari Fanny, tapi yah.. walaupun lelaki ini kadang menyebalkan, setidaknya ia tidak perlu takut ada bactery lagi disekitar sini.
“tapi kau serius akan bersekolah disini?”
Luhan menyingkir dari depan cermin setelah melihat rambutnya sudah mulai membaik. “as your wish, Tiff”
“Woaah! Mengagumkan!”
Luhan kini terpingkal-pingkal saat melihat ekspresi Fanny yang tidak sekeruh tadi. Ia seolah-olah baru saja mendapat angin surga. “baiklah ayo!”
“Where we go?”
“MALL HYUNDAI!”
“What?!”
“aku hanya perlu membelikanmu beberapa pelindung agar para kingdom monera tidak berani mendekati kita. Jadi, aku hanya tidak ingin kau ikut menjadi sarang bactery!”
Luhan langsung melepas kaitan lengan Fanny, lalu mendengus. “No..No..No… aku tidak mau bergelut dengan gas insectifektan memabukan seperti itu lagi.”
“tapi –“
“st..st.. please okay. Oh ya, dimana kamarku? Woah.. aku tak menyangka ayahmu memiliki selera rumah yang baik sekali. Ini hampir duplicated rumahmu di Manhattan” Fanny menatap sebal punggung Luhan yang berjalan mendahuluinya.
***
JEGUK SENOR HIGH SCHOOL _Yoon Ha School_
Alasan Yoon menolak satu sekolah dengan kedua kakaknya adalah karena ada trauma tersendiri. diawasi dan dijaga ketat. Terutama Yong Gun hyung. Si dingin tapi mematikan. Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama Yoon masih tahan dengan segala pesona Yong yang memorsir keadaan, tidak pernah membiarkan pesonanya masuk sedikit saja. Jadi dengan segala perdebatan, perang argumentasi yang Yoon janjikan hanya sekali seumur hidup, ia takan mau lagi 4 lawan satu seperti saat penentuan sekolah Yoon berapa bulan yang lalu. Ayahnya dengan ucapan yang tidak bisa ditawar-tawar, ibunya dengan pertanyaan yang sungguh Yoon bingung menjawabnya, agar tidak salah mengucapkan, lalu raut intimidasi dari hyungnya, ditambah decakandecakan dari noona nya, Yoon berjanji hanya sekali seumur hidup dia bertingkah membangkang seperti saat itu.
Bola basket mengejutkan perdebatan hati Yoon, menggelinding tepat didepan kakinya, diiringi sorak-sorai perempuan-perempuan –eyecathing- yang selalu everywhere mewarnai langkahnya. Dia sendiri pun tidak tahu entah apa yang menjadi momok menyenangkan melihat seorang anak laki-laki yang sama sekali tidak tertarik memperhatikan mereka. Bukan dalam artian sombong, hanya saja Yoon tidak tahu harus bersikap seperti apa pada kumpulan wanita-wanita itu, mereka bukan satu atau dua orang, melainkan koloni temanteman baru dan kumpulan nona nona sunbaenya.
“jadi bagaimana tentang tawaran membuat sebuah band?” Yoon secara reflesk menerima lemparan cola dari Key, sunbaenya dalam club basket sekolah menengah atas ini, sekarang mereka berlima sudah duduk berjejer ditengah lapangan basket, mengabaikan koor dari gadisgadis berisik diluar sana.
“ini akan menjadi debut pertama yang sangat menakjubkan di festival musim panas tahun ini, dengan koloni diluar sana, tiket konser tunggal kita akan terjual habis” lanjutnya
“tapi ini akan menjadi tahun sibuk untuk OSIS bodoh”
Key hanya berdecak dan duduk dengan malas disamping Yoon, mendengar penolakan dari leadernya Jin Ki.
“ah, apa program berikutnya adalah pemilih calon ketua lead student baru? Aku jadi bersemangat Jin Ki ya~” JongHyun menyikut Minho yang nampak tersenyum penuh arti disela tegukan colanya, keringat mereka berlima mengalir diteriknya jam istirahat siang ini. tapi semakin banyak keringat mereka mengalir, kumpulan koor diluar sana malah semakin menjadi-jadi.
“hei, kalian mencuri start? Aku juga memerlukan ketua tim basket pengganti bodoh!” Jin Ki menendang pinggang Minho dan Jong hyun yang duduk didepannya.
“dan niatku membuat band pupus sudah” Kali ini Key semakin memperkeruh, keempat orang-orang ini sibuk dengan perdebatannya , tanpa menghiraukan Yoon yang hanya fokus pada tegukan demi tegukan colanya. Demi Tuhan Yoon adalah lelaki dengan ribuan ketenangan dalam hidupnya.
“kuharap kau berhenti seegois ini Jin Ki ya, sekolah kita memerlukan ketua OSIS baru”
“dan tim basket juga memerlukan leader baru”
“STOP! Tapi Yoon sudah lebih dulu masuk kedalam list personel band terbaruku”
“uhuk” Air bersoda itu sekarang sudah tersangkut refleks di tenggorokan Yoon,
“hey, dengarkan aku, OSIS lebih penting daripada Band basket dan sebangsanya” Jonghyun mulai bereaksi jika lagi-lagi mereka melakukan sebuah perdebatan kecil yang menyenangkan. Namun sayangnya kali ini tidak terlalu menyenangkan mengingat pihak yang mereka perdebatkan saja masih diam tak bergeming sama sekali.
“dan basket akan mengadakan pertandingan yang membawa nama baik sekolah setiap enam bulan sekali” Jin Ki tidak mau kalah dan mengacungkan bola basket ditangannya tinggi-tinggi lalu memutarnya ditelunjuk dengan gaya tidak mau kalah juga.
“dan band –“
“sekolah kita tidak memerlukan leader band Kibeom ssi”
“band bisa dibuat kapan saja Key Beom ssi” Sahut Jin Ki mengamini ucapan Jonghyun.
“sudahlah, sekarang semuanya ada ditangamu Yoon”
Yoon yang sedari tadi belum selesai pada keterkejutan hatinya yang sedari tadi disebut-sebut oleh sunbaenya, kini kembali dikejutkan ketika tangan pucat pasi khas tuan Muda Choi Min Ho pemilik Hyundai itu di bahunya.
“jadi –?” JinKi mulai tidak sabaran dan ikut meletakan tangannya dibahu sang hobae. Jika dilihat-lihat popularitas Yoon paling mumpuni diantara seluruh murid baru di SMA Jeguk ini. entah mungkin karena posisi kedua orang tuanya yang sangat berpengaruh, atau mungkin entah karena alasan lain, yang jelas yang Yoon tahu, dia tidak pernah sekalipun menunjukan diri seperti yang selalu hyungnya katakan.
“na .. naega –“ Jujur, Yoon memang menyukai sebuah kegiatan, basket, band, semua yang melanglang jiwanya berkreasi, tapi untuk menjadi seorang leader dan pemimpin di tahunnya yang masing baru Yoon masih memiliki ketenangan diri dalam memilih.
“Yoon Ha! Ya! Kim Yoon Ha!” Yoon dan keempat sunbaenya terperanjat, kembali sebuah triakan koor menggema. Yoon nyaris tergelak saat melihat siapa yang berkacak pinggang dan menyeberangi kerumunan. Masuk kedalam lapangan basket yang diluarnya dipenuhi koloni gadis-gadis berbahaya.
“Neo! Jinjja!! Jinjja! Aish!”
“aaaa… noona wae? Wae gurae?” Yoon langsung bangun dan menghindar kebelakang punggung satu dan punggung lainnya. Jin Ki sebagai yang tertua bahkan ngeri sendiri melihat aksi Hanny, apalagi Yoon, sepupunya yang satu ini adalah adik dari Haneul noona putri Yunho samchon dan Hyun Ri imo yang baiknya luar biasa, tapi memiliki putri yang sangat cerewet seperti ini. padahal Haneul noona yang sekarang bersekolah di Kyunghee university tidak sepecicilan gadis urakan ini.
“kemari kau bebek kemari, akan kuberi kau pelajaran! Apa maksudnya kata-kata dimading itu eoh! Kau ! kau! Oh jeongmal! kemari kau kupukul pantatmu!!”
“noona mianhae, mian.. aku tidak sengaja, itu hanya aaw!!! Aww!! Noona dengarkan penjelasanku!!”
PLUK
PLUK
“tidak ada lagi penjelasan, kemari kau kemari! Ash anak ini! rasakan ini! rasakan! Rasakan!”
“aww.. awww.. noona stop stop!” Hanny tidak berhenti, dia terus meneror Yoon dengan lemparan kaleng-kaleng soda, bahkan cola digenggaman Jonghyun tidak luput dari kegalakan Hanny.
“membeberkan cerita seperti itu kau kira manusiawi hah?! Kubunuh kau Kim Yoon Ha!!!”
“NOONA MIANHAEEEEEE!!!” Yoon terus berkocar-kacir dilapangan basket, dengan koloni yang sudah urak-urakan diluar lapagan melihat idola mereka dilempari Soda oleh seorang Jung Hanny. Hanya karena Yoon diwawancarai club mading mengenai hal menggelikan dalam hidup dan menjawab bahwa menyaksikan bagaimana Hanny mengompol di selimut saat tingkat 6 disekolah dasar. Dan itu menjadi momok paling menyebalkan bagi Hanny. Karena menjadi berita utama di mading hari ini.
“kemari kau bebek!!!!!!!”
TBC
Image not found or type unknown