A Moment To Remember ‘Spesial EunSeo Brithday’ A Moment To Remember ‘Spesial EunSeo Brithday’
“kenapa bunga teratai?”
“kau tau kehebatan bunga teratai?”
“kehebatannya adalah dia tumbuh dari lumpur kotor, tapi tidak menjadi busuk.” Senyuman itu – “aku ingin mengatakan sesuatu, tapi kurasa ini lumayan sulit”
“kurasa lebih sulit jika harus memendam terlalu lama, hingga kau lupa, dan semuanya lenyap tanpa jejak”
Dia berlutut. Mungkin memang sulit untuk dirinya memulai dan mengatakannya, sebab bahasa tubuh yang kaku, ia paksakan untuk terlihat lebih percaya diri dengan keromantisan yang ingin ia sampaikan.
“EunSeo ya, aku pernah berharap, jika suatu saat nanti aku berlutut dihadapan perempuan lain selain dirimu, itu adalah hanya saat aku mengikatkan tali sepatu anak gadis kita”
“Cause all of me, loves all of you. Love your curves and your edges, all your perfect imperfections, Song EunSeo, would you marry me? And being a mother for my child?”
***
Yesung mengerang dengan mata yang terbuka secara tiba-tiba. Ia kembali memimpikan banyak bagian kenangan yang ia lewati dengan wanita itu. Saat pertama mereka bertemu, dan masih banyak kenangan lainnya.
Yesung menoleh kesamping pada seseorang yang selalu menemani hari gila seorang Kim Jong Woon. Seseorang yang menjadi sumber kebahagiaannya, dengan menghadirkan banyak cinta yang luar biasa dan memberikannya seorang duplikat ‘Jong Woon’ kecil yang sangat sempurna dengan keangkuhannya.
Song EunSeo..
Wanita yang kini tengah berada dalam pelukannya. Wajahnya yang selalu bersih dan hening. Menyisakan mata teduh yang sangat ‘limited edition’ karena ketika mata itu terbuka, semua tatapan tajam mamalia buas diluar sana bersatu padu hingga mampu membunuh banyak orang hanya dengan sebuah tatapan.
Wajahnya begitu hening dan tenang.
Sunyi dan ringan
Wajahnya polos dan sangat damai. Mata elang itu melengkung dengan tepat.
Tapi bagaimana mungkin, seorang wanita dengan tatapan tegas dan kokoh bisa menyimpan hal yang serapuh itu dari Yesung. Mengatakan jika semuanya baik-baik saja dengan tatapan tegap dan tenang miliknya.
Sekali lagi, Yesung membenci kata ‘baik-baik saja’ darinya karena toh semua yang EunSeo alami seiring dengan berjalannya waktu mulai menunjukan bahwa wanita sialan ini tidak lagi baik-baik saja.
9 tahun hidupnya ia habiskan dengan wanita membosankan ini, tapi bagaimana mungkin ia baru mengetahuinya? Hal gila yang mampu membuat Yesung menangis sekarang.
Kenapa wanita ini membuatnya terlihat sangat konyol? Menjadi lelaki bodoh sekian tahun dan mengetahui hal –gila- itu diakhir cerita? Siapa yang harus Yesung jadikan sasaran kemarahannya sekarang? Karena ia seperti ini karena terlalu bodoh menganggap seoonggok punggung tegap itu bagai sekokoh tembok cina, namun ternyata sangat rapuh dan sangat hancur.
Mata itu bergerak didadanya, nafas yang Yesung rasakan teratur didadanya kini mulai gelisah. Hingga kedua bola mata elang miliknya menatap mata Yesung yang memerah dan basah. Ia pasti akan mengamuk lagi.
“hei” EunSeo tidak membalas salam pagi dari suaminya, sangat terlihat jelas ia menatap dengan berang kearah Yesung seolah berkata bahwa kau telah membuat dirinya terlihat bagai gadis malang yang sangat konyol.
“kau sudah bangun?” Yesung bertanya dengan suara serak dan beratnya. “jika masih mengantuk, tidurlah kembali”
“kenapa kau sangat sialan, Jong Woon” Yesung menatap mata elang yang baru saja terbuka itu dengan tidak percaya. Ia bahkan sudah mampu membunuh Yesung dengan tatapannya. Selalu seperti ini, ia akan memaki suaminya , dan berkata bahwa ia adalah suami tersialan karena selalu menatapnya dengan mata basah. Seolah-olah ia adalah wanita lemah yang akan mati konyol sebelum waktunya, atau wanita ini akan menunjukan kemarahannya dengan diam bungkam seribu tatapan mata samudranya yang menenggelamkan Yesung dengan ribuan penyesalannya.
“simpan tatapan kasihanmu itu, karena aku tidak cukup tepat kau kasihani” EunSeo berdesis dengan berang, tanpa tau matanya pun kini sudah memerah. Membuat Yesung langsung memeluk EunSeo dengan erat, menyembunyikan betapa rapuhnya hati Yesung sekarang.
“jangan memperlakukanku seperti ini!” Kali ini EunSeo sudah tidak tahan melihat tingkah Yesung, “kenapa kau seperti ini! aku bukan wanita yang dengan mudah untuk mati, Kim Jong Woon! Lepaskan aku, sialan!” EunSeo terus meronta-ronta hingga suara melengking dan memekik Yesung membungkamnya.
“tutup mulutmu!”
EunSeo terdiam, melihat bagaimana sosok itu membuatnya kembali pesimis dan ingin menangis. Ia tak sanggup, dan ia tak mau jika suatu hari nanti ia harus kehilangan mereka dimemorinya.
“Whe?! kenapa kau memperlakukanku bagai orang yang akan mati! Aku tidak selemah itu Kim Jong Woon!”
“apa kau masih menganggap dirimu sangat kuat? Mungkin aku akan mentoleransi jika kau hanya sekali dua kali kehilangan telepon genggammu, namun setiap hari kau akan selalu bertanya dimana ponselmu bagai orang bodoh jika nyatanya ponselmu ada digenggamanmu sendiri! Kau ingat? Kau bahkan hampir membakar dirimu dan anakku didalam rumah ini hanya karena kau lupa mematikan kompor! Lalu apa lagi?! Kau masih saja bertriak padaku bahwa kau kuat dan bisa melakukannya sendiri dan berakhir membahayakan nyawamu, tanpa tau kau juga bisa membunuhku secara perlahan, Song EunSeo!” Pertahanan itu runtuh, EunSeo menangis, hal yang hampir tidak pernah ia lakukan jika ia benar-benar merasa hancur dan rapuh.
“kau selalu berkata bahwa kau baik-baik saja, bertriak padaku dengan gamlang bahwa kau bukan mahkluk lemah yang pantas kukasihani! Aku tidak kasihan padamu! Aku mencintaimu! Kau dengar itu? aku mencintaimu! Kau dengar, hah?! Kau egois tanpa tau aku hatiku sangat sakit ketika kau bertriak padaku setiap hari, kau memarahi Yong yang mengingatkanmu seolah-olah kau tidak mau terlihat lemah dihadapannya, tapi apa?! kau menyakiti hatinya! kau menyakiti hati putraku dengan keras kepalamu yang sangat sialan! Kau tau itu hah?!”
“Argh! Cukup Jong Woon! Cukup!” EunSeo bangkit dengan histeris dari tempat tidurnya, wanita itu
menjambak rambutnya dengan keras dan hebat, “Cukup Yesung.. Cukup..” Tubuh itu merosot disisi ranjangnya, kepalanya terasa pusing dan ingin meledak mendengar bagaimana emosi Yesung yang mungkin lelaki itu cukup tahan untuk menahannya selama ini.
“Yesung Cukup..” Yesung langsung melemparkan tubuhnya dari ranjang dan memeluk istrinya.
“maafkan aku.. maafkan aku EunSeo ya..” EunSeo meringis merasakan hatinya teriris menyadari betapa ia juga membuat orang disekitarnya tertekan dengan keadaannya kini.
Yesung memapah tubuh EunSeo dan membaringkannya disana, matanya terpejam dan meringkuk, membuat Yesung langsung meraih jari-jari dingin itu dan mengenggamnya, takut-takut EunSeo akan melupakannya sekarang, hanya karena ulahnya.
“maafkan aku” Sebuah kalimat lolos dari bibir tipis keunguan itu,
Yesung mengusap air matanya, air mata tidak menyangka jika kehidupan mereka akan berakhir seperti ini, “tidak.. tidak apa-apa, sekarang tidurlah kembali” Yesung berusaha tersenyum dan menyelimuti istrinya, tapi tangan EunSeo menahannnya.
“tidak, jika aku tertidur terlalu lama, aku takut tidak ingat caranya bangun lagi” Bisiknya mulai berbeda, EunSeo sudah mulai kaku dan linglung, matanya terpejam erat menikmati hangat yang menguar dari dalam dri Yesung yang sekarang memeluk tubuh linglungnya. Tanpa menyadari bagaimana perubahan wajah Yesung, bagaimana Yesung terlalu takut untuk sendirian, terlalu takut untuk membenarkan fakta bahwa nanti EunSeo akan melupakannya, meninggalkannya tanpa memori memori indah yang pernah mereka lalui bersama, dan EunSeo akan meninggalkan Yesung bagai orang asing.
Terlalu berlebihan memang,
Tapi ini,
Sakit
Yesung ingin memiliki istrinya sepenuhnya, seutuhnya, dan selamanya.
Egois memang.
“Yesung..”
“hm..”
“jika aku melupakanmu, apa yang akan kau lakukan?”
“aku akan membuatmu mengingatku kembali”
“kau sangat percaya diri, Bagaimana caranya?” Wajah itu sudah berangsur-angsur membaik, terlihat dari untaian intonasi kalimat EunSeo yang sudah mulai kembali menjadi dirinya, Song EunSeo, wanita keras kepala yang bar-bar.
“aku akan menunjukan Yong padamu”
“bagaimana jika aku –juga melupakannya” Ada kekhawatiran yang gamlang muncul begitu saja. Ia.juga.akan.melupakan.Yongnya.
“dia pintar dan sangat keras kepala sepertimu, aku yakin dia akan melakukan banyak hal yang tak bisa kusebutkan”
“Yesung..”
“hm..”
“bagaimana jika aku tak mengenalimu?”
“aku akan memperkenalkan siapa diriku, maka kita akan saling mengenal kembali”
EunSeo tertawa dingin, ditatapnya wajah yang kini sejajar dengan wajahnya. Mata elang itu menyendu saat menyadari bahwa ia akan kehilangan wajah ini dimemorinya.
“Yesung ah…”
“kau memanggil namaku sudah 3 kali”
“Benarkah? Aku bahkan melupakannya” Hati Yesung teriris, inikah istrinya? Kenapa seperti ini? ini tidak adil.
“Ya.”
“Yesung..”
“hei.. sudah empat kali sayang..”
“aku tau, dan bisakah kau memelukku lebih erat, disini dingin sekali” Air mata Yesung tumpah dan memeluk tubuh yang dulunya sangat tegap itu kini mulai ringkih dan meringkuk.
“hm… jangan khawatir, aku akan selalu memelukmu, selalu”
***
Yong Gun menutup pintu kamar orangtuanya, namja kecil itu meremas ujung kaos tipisnya, ketika berbalik tubuh anak kecil berusia 7 tahun itu merosot, menekuk lututnya dengan kaku. Wajahnya yang dingin dihiasi raut sembab dan mata memerah.
“apa dia juga akan lupa bagaimana ia menyusuiku? Bagaimana aku besar didalam tubuhnya, dan bagaimana cara dia menyebut namaku?” Lirihnya kecil,
“aku benci mengakuinya, tapi bagaimana caranya aku tidur jika dia lupa caranya membacakan dongeng untukku..”
“eomma..”
***
“baiklah, siapa namaku”
“kau? Yong Gun. Kim Yong Gun” EunSeo masih menyiapkan sebuah senyum elegannya, saat Yong dengan teliti terduduk diatas rumput taman mereka, menemani dirinya yang menyiram tanaman.
“siapa nama appa?”
“hahaha, Kim Jong Woon.”
Yong tersenyum saat mendengar tawa ibunya, sambil mencoret tanda centang dikertas yang bertuliskan daftar-daftar apa saja yang harus ia tanyakan kepada ibunya. Ia ingat, metode inilah yang digunakan Yoon sonsaenim saat menguji psikotest nya disekolah.
“lalu kau siapa?”
“aku?”
“Ya, kau” tunjuk Yong dengan jari telunjuknya,
“aku tidak tahu siapa diriku hahaha..” jawabnya dengan wajah mengerling jenaka membuat Yong mendecak, kenapa appa selalu berkata bahwa eommanya wanita ular? Dia bahkan selalu menunjukan kekonyolannya didepan Yong.
“apa kau masih ingat tanggal lahirku?”
DEG
Wajah EunSeo menegang. ia menatap putranya yang menanti dengan wajah harap-harap cemas.
“tang –tanggal lahir –mu?” ucapan terbata-bata itu dibalas Yong Gun dengan anggukan antusiasnya.
“tanggal lahir –mu..”
“itu.. –“
Wajah Yong memucat, ia melihat tatapan linglung ibunya kembali. Sama seperti saat dilampu merah ia melupakan cara untuk menyetir, ingatannya hilang dan kembali secara tiba-tiba.
“ah tidak apa-apa, jangan dipaksakan, tanggal lahirku adalah –“
“tunggu, jangan sebutkan. Aku mengingatnya”
Yong Gun menatap ibunya yang memejamkan matanya kuat-kuat, “jangan panggil aku eomma jika tidak bisa mengingatnya”
DEG
Yong meremas bulpoint ditangannya, hatinya teriris melihat kondisi sang ibu sekarang. Sangat jauh berbeda.
“Empat, Empat, Empat.. Empat april 2004”
“Ya, kau benar” Yong sumbringah dan bersemangat, ia kembali mencentang pertanyaan yang berhasil diingat oleh ibunya.
“Eomma hebat. Ah aku haus..”
EunSeo tersenyum dan mengarahkan jari telunjuknya kearah meja teras. “ajjumha Go membawakan kita parsel, kau bisa mengambil minuman kalengnya”
Yong mengangguk dan mencuat mengambil minuman kalengnya, terlihat sekali raut kelegaan terpancar disana. Namun, tepat ketika Yong berbalik, ia melihat ibunya sudah terduduk diatas rumput dengan air selang yang terus keluar.
“eomma!” pekiknya. “gwencanayo?!”
EunSeo menatap wajah putranya dengan linglung, ia meremas ujung baju yang ia kenakan,
“bagaimana –bisakah kau mematikan airnya?”
***
Joong Ki membuka pintu mobilnya dan langsung disambut wajah berbinar cerah EunSeo yang menyambutnya didepan garasi rumahnya. Lelaki itu membuka kaca matanya dan menatap sendu sang adik yang berbeda dari biasanya, Ia terlihat sangat pucat dengan rambut yang tergerai. Tolong jangan katakan ia melupakan cara mengepang rambut juga.
“YA! kau sinting? Mendadak sekali, bagaimana jika aku tidak dirumah?” EunSeo membalas rangkulan kakaknya yang memeluk tubuhnya.
“dimana jagoanku?”
“dia baru saja berangkat berkemah pagi ini, Yesung baru saja mengantarnya” Joong Ki mengekori sang adik yang berjalan didepannya. Ketika pintu rumah mereka dibuka, mata Joong Ki melebar, tubuhnya terkunci saat melihat semua tembok rumah adiknya penuh dengan coretan tangan Yesung dan Yong Gun mengenai hal-hal yang pernah mereka lalui bersama. Membuat Joong Ki terenyuh dan menarik nafas. Rasanya ia sudah bosan menangis sejak beberapa bulan lalu ketika dokter memvonis adiknya dengan gampang bahwa adik satu-satunya, permata keluarga satu-satunya yang ia jaga dari kecil menderita Alzaimer.
“teh?kopi?susu?” Suara EunSeo dari belakang mengagetkan Joong Ki yang refleks menghapus air matanya. Karena jika EunSeo tau, ia akan mengamuk dan memaki-maki siapapun yang berani menangisnya.
“apa saja.”
“ah, dia terlihat memperlakukanmu dengan sangat baik” Pertanyaan sederhana yang membuat EunSeo menghentikan kegiatanya menyendokan isi toples yang berisi tulis tangan Yesung. Gula
“as you see, mereka kadang membuatku seperti wanita tua yang pikun. Menulis semua perabotan dirumah ini. ia bahkan menuliskan letak gunting dilaci nomor keberapa.” Joong Ki menatap punggung tegap yang kini meletakan secangkir teh hangat dihadapannya,
“ah, ngomong-ngomong bagaimana perusahaan?”
“jangan menanyakan tentang hal itu karena kau akan sakit kepala” EunSeo terkekeh mendengarnya.
“kau akan kemana?” EunSeo memutar kepalanya saat Joong Ki bangkit dari tempat duduknya dan meraih sebuah karet lalu mengucir rambut EunSeo, membuat wanita itu terdiam.
“aku seperti tidak sedang melihat adikku.” Dengan telaten meski EunSeo kira mengikat rambut bukan bidang nya, tapi Joong Ki tetap melakukannya,
“kau tau? Aku terkadang takut untuk tertidur”
“kalau begitu jangan tidur” Gurau Joong Ki membuat adiknya itu tertawa pelan sementara tangannya sibuk mengepang rambut hitam panjang EunSeo.
“aku seperti memiliki sebuah penghapus didalam kepalaku, semakin kesini maka semakin banyak saja yang hilang dari ingatanku.”
“itulah sebabnya aku takut tidur , sangat sialan kan jika keesokan harinya aku tidak tau siapa namamu, siapa nama yesung, dan meneriaki kalian dengan suara keras bahwa aku tak mengenal kalian, orang asing yang seenaknya, dan memaki-maki kalian semua sebagai seseorang yang lancang menganggu kehidupanku. Tidakah itu terdengar sangat brengs*k?”
“EunSeo ya..”
“aku tak akan menyalahkan takdir karena itu percuma. Hanya saja aku tidak ingin melupakan kalian begitu cepat” Curahan hati EunSeo yang melemah membuat Joong Ki tidak dapat menahan air matanya. Ia sungguh sedih dan marah. Tak tau harus marah pada siapa.
“hei, aku harap kau tidak seperti Yesung yang diam-diam selalu menangisiku seolah-olah aku akan mati.”
“kenapa kau begitu keras kepala ? kenapa kau terlahir begitu menyebalkan? Hidupmu selalu membosankan, dan kenapa kau menjadi gadis malang yang selalu bersembunyi dibalik bulu serigala. Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu, kenapa aku harus memiliki adik sepertimu? Kenapa adikku harus mendapatkan hal gila seperti ini? aku marah EunSeo ya.. tapi aku tak tau aku marah pada siapa.. aku kecewa.” Joong Ki meninju sofa dibelakang tubuh EunSeo, membuat wanita itu memejamkan matanya dan merasakan apa yang kakaknya rasakan kini.
“aku memang sangat merepotkan. Aku benci ini”
EunSeo bangkit dengan wajah dinginnya, ia kembali melukai orang disekitarnya karena penyakit sialan ini. “maafkan aku, oppa”
DEG
“Jangan meminta maaf kepadaku”
Joong Ki mengalihkan wajahnya kesamping dengan telapak tangan yang mengusap wajahnya yang penuh dengan air mata tanpa kendali.
***
“kapan Yong akan kembali?” Joong Ki berdiri memunggungi adik iparnya. Kini kedua lelaki dewasa itu menghadap kearah balkon.
“tiga hari lagi. Ini adalah penuntasan nilai akhirnya. Dia bahkan sempat beradu argumen dengan kepala sekolah karena tidak diijinkan pulang dihari ulang tahun ibunya, kau tau? Dia menyebut-nyebut kata keprofesionalitasan pada lelaki yang sangat jauh lebih tua darinya. Aku bahkan sempat mengeluarkan keringat dingin mendengar ucapannya tadi. Dia benar-benar membuatku kehilangan wajah sebagai aparat penegak hukum”
Joong Ki tersenyum kecil, ia pun merasakannya, ia bahkan berhasil mewarisi mulut tajam ibunya secara
100% diusianya kini.
“maksud kedatanganku kemari, aku ingin merawat EunSeo” Perkataan dan permintaan Joong Ki yang terkesan memaksa membuat Yesung terperangah, matanya memerah dan berkilat sambil meminjat pelipisnya pelan.
“kau gila, bung? Aku suaminya”
“tapi aku kakaknya. Meski kau bisa merawatnya dengan baik. Tapi kau memiliki kewajiban lain sebagai hakim. Setidaknya ada Hyunri yang akan merawat adik iparnya”
“untuk kali ini, aku tidak bisa menghormati permintaanmu sebagai kakak iparku,” Yesung menahan emosinya. Siapa lagi yang ingin memisahkannya dari EunSeo disaat-saat seperti ini?
“Kim Jong Woon! Aku hanya ingin bersama dengan EunSeo sebelum dia melupakan semuanya! Kuharap kau menghargaiku sebagai kakak dari wanita yang kau nikahi!”
“aku juga merasakan hal yang sama denganmu, hyung! Kenapa kau egois?! “
“apa? kau menyebutku egois? Lalu apa bedanya aku dengan dirimu?!” Teriak Joong Ki lantang dengan menuding tepat kearah adik iparnya. Layaknya lelaki dihadapannya ini sebagai seorang penjahat.
“aku tidak tahu hyung., aku tidak tau” Jawab Yesung pasrah dan mengusap wajahnya kasar, ia frustasi.
“kenapa kalian saling bertriak?!” sebuah suara pelan membuat Yesung dan Joong Ki menoleh bersamaan kearah sumber suara yang mereka perebutkan barusan.
Senyum Yesung mengembang dipaksakan melihat EunSeo keluar dari kamar dengan wajahnya yang
sudah berbeda. Pucat. Sangat pucat. Dan..
Pandangan Yesung terpaku saat ia melihat kearah kaki EunSeo yang dibalut celana kain berwarna putih panjang. Terlihat seperti basah oleh..
Air.
Air kencing.
Dengan cepat Yesung menarik EunSeo masuk kedalam kamar lagi dan berlutut dihadapan EunSeo yang berdiri terdiam dan bersandar didaun pintu yang tertutup. Yesung membuka kemeja putihnya dan mengusap air yang mengalir diantara kaki istrinya dan menangis bahwa ia menyadari jika EunSeonya sendiri akan lupa bagaimana cara mengendalikan diri.
Lupa bagaimana caranya berbuat dan merasakan sesuatu.
Yesung menangis. Hatinya sakit sekali karena hal ini. sangat sakit.
“apa yang terjadi denganmu, Yesung. Kenapa kau menangis?” Ucap EunSeo tanpa sadar bahwa setetes air mata jatuh dipelupuk mata kanannya.
***
Ini sudah 2 hari, dan Joong Ki datang lagi. kali ini bersama Hyunri dan seorang bocah kecil yang dingin namun dengan wajah panik nya. Ia benar-benar mengalami peremajaan dini. “Yong, hei.. dengarkan ajjumha, guru Park tidak sepenuhnya salah, dia hanya tidak tau..”
Hyunri mengejar keponakannya yang keluar dari mobil masih dengan wajah berangnya. Ia baru saja membentak seorang guru dengan sadarnya. Hanya karena memaksa Yong untuk mengikuti olimpyade sains tingkat SD. Apa dia gila?! Mengikuti perkemahan dengan paksaan sang appa, dan sekarang? Mengikuti pelatihan olimpyade sains dan meninggalkan ulang tahun eomma? ulang tahun terakhir yang mungkin ia bisa ingat.
“Yong..”
“biarkan saja” Joong Ki menarik bahu istrinya yang menarik nafasnya gusar. “dia bahkan bisa melakukan lebih dari itu pada siapa saja yang menghalangi hal yang menyangkut ibunya. Ia sangat sensitive akhir-akhir ini”
“nunna, hyung” Yesung datang dari dalam setelah berpapasan dengan wajah tidak bersahabat putranya yang berlari tanpa melepas kaos kaki kedalam kamar ibunya. Ia nampak tidak ingin menjadi orang pertama yang dilupakan eommanya. Ia tak mau. Tidak sama sekali.
“dia berulah lagi” Joong Ki menurunkan satu demi satu koper mereka, Yah, setelah perdebatan Yesung dan Joong Ki tempo hari lalu, Joong Ki memutuskan tinggal untuk sementara waktu disini. Nampaknya Hyunri sama sekali tidak keberatan. Dia tidak terlalu mempermasalahkannya, justru Hyunri lah yang selalu menguatkan hati suaminya itu.
“dia sedang apa?”
“dia memutuskan untuk memasak pagi ini, ia berkata sedang ingat beberapa menu” Joong Ki mengangguk dan masuk kedalam rumah.
“Yong Gun!” Hyunri memekik hebat saat melihat Yong Gun terduduk dilantai dengan lemas, ia menangis! Namja kecil itu menangis meraung dengan duduk asal diatas lantai, dibawah kursi makan tempat EunSeo duduk sendiri sambil menatap kosong kearah makanan yang belum tersentuh sama sekali.
“APPA! Dia melupakanku appa! Eomma tidak tau namaku appa!” Hyunri langsung meraih Yong Gun kegendongannya, membuat Yesung dan Joong Ki saling pandang dan berlari menghampiri EunSeo.
“ken –kenapa belum dimakan?” Air mata sudah merembes dimata ketiganya. Hyunri menangis memeluk Yong Gun, Joong Ki terduduk pasrah dan menangis disamping adiknya. Tidak percaya semua ini akan sangat cepat.
“kau tidak lapar?” tanya Yesung sambil mengelus rambut istrinya yang terlihat linglung, ia hanya menatap Yesung dengan bingung.
“kau tau –siapa aku?” Lidah Yesung terasa terikat mengucapkannya.
Hanya gelengan yang dia dapatkan. Raungan Yong dan Hyunri semakin keras, air mata Joong Ki mengalir deras, tapi tidak untuk Yesung, ia malah mengulurkan tangannya kehadapan istrinya itu. Seolah mengajak bersalaman.
“Namaku Kim Jong Woon”
Dan EunSeo menerima uluran tangan itu dengan pelan-pelan.
“Song EunSeo”
-tersenyum-
“senang berkenalan denganmu, Song EunSeo” EunSeo mengangguk dengan memberikan senyuman elegannya seperti biasa.
Seolah-olah dia memang benar-benar baru pertama kali bertemu dengan mereka.
Seolah-olah ini adalah pertemuan pertamanya dengan suaminya, sendiri.
Seolah-olah Yesung memang benar-benar orang asing yang baru bertemu dengannya.
***
5 Juni 2011
Langit senja perlahan namun pasti bergerak membentu pola yang indah disana. Ia duduk diatas rumput taman rumahnya sambil memejamkan mata pelan. Hari ini EunSeo hampir saja hilang kesadaran saat memejamkan matanya hingga membuat Yesung dan Joong Ki harus lebih ekstra untuk membuat EunSeo untuk tetap terjaga. Agar ia tidak lupa caranya bernafas, mendengar, dan bangun dari mimpinya.
Yong datang dari belakang dan menutup mata ibunya, membuat wanita seperempat abad lebih itu menoleh dan tersenyum kearah anaknya.
Dia kembali mengingat siapa Yong Gun.
“kau akan kemana? Kau meminta samchon dan imomu mengantarmu ke bascame?” EunSeo memandangi Yong Gun yang memakai pakaian sepakbola lengkap bernomor punggung 4. Angka kesukaannya.
Yong Gun menggeleng.
“eomma, kau terlihat cantik hari ini”
EunSeo menatap dirinya dengan gaun biru tua yang membalut tubuhnya. “ah, aku juga tidak mengerti kenapa imo mu memakaikanku gaun seperti ini”
“kau tidak sendiri, aku juga memakainya” Keduanya menoleh kearah Hyunri yang datang dengan gaun yang sama. Bercorak biru langit tua.
“kau mengingat sesuatu?” EunSeo murung dan menunduk, bahu tegap itu melemas,
“maafkan aku”
Yong menahan dirinya untuk tidak bernafas dan berusaha untuk tersenyum. Tidak apa-apa. ini bukan yang pertama kalinya, ia bahkan pernah mengalami hari buruk dimana ia tak dikenali oleh ibunya sendiri satu hari penuh, dan bukan tidak mungkin selanjutnya, ibunya akan melupakannya selamanya. Melupakan bahwa ia pernah melahirkan seorang anak kecil bernama Kim Yong Gun.
“eomma, tutup matamu”
“Ya?”
“sebentar saja, EunSeo ya”
EunSeo menurut dengan linglung, ia mulai tidak terbiasa dengan suasana sore ini.
“sekarang buka matamu”
Dan..
Taraaaaa….
Mata wanita itu terbuka dengan lebar, melihat 2 sosok pria berdiri diujung kolam didepannya dengan sebuah gitar. Dan mereka mulai bernyanyi. Menyanyikan sebuah lagu yang ia lupa judulnya, tapi hatinya berdebar mendengarkannya, seolah-olah lagu itu tidak asing lagi ditelinganya.
_____________Back Sound : JYJ To Love_________________
Lagu sesederhana itu mampu membuat Yong menangis, namja kecil yang angkuh itu kini menangis dipangkuan ibunya. Hyunri mengusap air matanya dan memeluk Joong Ki. Ia tak kuasa menebak kapan semua ini akan berakhir menyedihkan.
“kau menyukai lagu itu” Kini Yesung berjongkok dihadapan EunSeo yang menatap wajahnya dengan sendu.
EunSeo mengangguk. “itu lagu yang kau pilih dihari pernikahan kita”
Hyunri semakin menangis dan mengeratkan pelukannya pada Joong Ki. Ia tak kuat melihat EunSeo seperti ini.
“kau tau siapa aku?”
“Kim Jong Woon”
“dan siapa ini” Yesung mengelus puncak kepala Yong yang menangis tersedu-sedu dipangkuan ibunya.
“Yong Gun, Kim Yong Gun.”
“kau tau siapa mereka?” EunSeo mengangguk dengan air mata yang mengering dikedua pipinya.
“Hyunri!” Joong Ki bertriak dan mengejar HyunRi yang berlalu masuk sambil menutup mulutnya dan menangis. Ia tak kuat. Sungguh, EunSeo bukan lagi sosok kuat yang mampu melindungi orang lain, adik iparnya akan berhenti menjadi gadis dingin yang keras kepala. Ia akan melupakannya, melupakan bagaimana kebersamaan mereka. Hyunri tidak sanggup.
Kini tersisa mereka bertiga. Yong mengusap air matanya, dan bersimpuh meraih kening ibunya. “saengil cukkae, eomma” Ungkapnya perih, anak kecil berusia tujuh tahun itu menghapus air mata yang kembali keluar dari kelopak
samudra itu.
“eomma harus mengingatku. Warna merah dengan nomor punggung 4. Uri Yong! Yonguem dangsindae. Eomma masih bisa meneriaki namaku dari bangku penonton, eomma masih bisa. Jika eomma lupa aku nomor berapa, aku akan memberitahu eomma, eomma bisa mengingatku dengan mudah. Angka 4. Aku menanam biji bunga matahari sebanyak 4 buah disana. Agar eomma bisa mengingatku dengan 4 buah biji matahari. Kalau eomma masih lupa padaku, aku masih bisa terus mengingatkannya. Aku punya 2 tangan dan kaki yang masih sehat untuk membantu eomma menyebrang, menuntunmu, dan mengajakmu kesupermarket untuk membeli banyak bahan makanan. Tenang saja, aku sudah menghapal semua nama bahan makanan. Jika aku tidak tau , aku masih bisa bertanya pada ajjumha Kwon. Eomma tenang saja, masih ada aku. aku yang akan menuntun eomma, karena eomma , adalah eomma ku. Eomma Kim Yong Gun”
PECAH
Tangis Eunseo pecah, ia memeluk putranya sangat erat. Ia akan melupakan ini, melupakan bagaimana kasih sayangnya untuk Yong Gun, namja kecil yang selalu menyayanginya, yang berjanji menjaganya, ia akan melupakannya, lalu ia akan berkata tidak mengenalnya suatu hari nanti. Ia akan melupakan Yong Gun nanti.. ia akan melupakannya..
“Maafkan eomma Yong, setelah ini eomma akan selalu menyakiti hatimu, tapi disini” EunSeo menuntun tangan mungil Yong Gun kedadanya. “disini tak akan pernah lupa bahwa aku memiliki seorang namja kecil yang sangat pintar bernama Kim Yong Gun. Yongeumdangsingdae..”
“saranghae Yong.. eomma sangat mencintaimu”
“nado eomma, dan ini…” Yong menyodorkan sebuah MP3 player.
“ini hadiah dariku. Jika eomma lupa padaku, eomma tinggal dengarkan suara kita, agar eomma yakin bahwa aku benar-benar anak eomma..”
Tangan EunSeo bergetar menerimanya, lalu ia kembali menarik putranya kedalam pelukannya. “Yong..” “sudah kukatakan, eomma jangan khawatir, aku akan selalu menuntun eomma sepenuh hidupku. Ini janji seorang lelaki..”
Ungkapnya polos namun penuh linangan air mata.
Dan kini, Yesung membuka tangannya, dan memeluk kedua sumber kebahagiaanya. Siapapun, lihatlah kemari. Ia nyaris menjadi lelaki sempurna dengan Song EunSeo dan Kim Yong Gun dihidupnya.
***
“hey…” Yesung menggoyangkan badan EunSeo yang berada dalam pelukannya, mereka masih berada ditaman meski hari sudah mulai gelap. Hanya diterangi lilin berbentuk hati yang melingkari mereka. Cahaya lilin diatas kolam renang. Dan banyak lagi kejutan Yesung hari ini.
“jangan tutup matamu”
“aku lelah sekali”
“hey” kembali Yesung menggoyangkan tubuh EunSeo, tak ingin istrinya terpejam dan tidak membuka matanya lagi.
“Yesung..”
“hm..”
“hiduplah dengan baik setelah ini”
“baiklah, asal bersamamu, aku mau”
“Yesung.. aku mencintaimu” Bisik EunSeo lagi. suaranya sangat lemah dan halus.
“aku juga”
“maaf aku merepotkan selama ini”
“tolong jangan meminta maaf padaku, EunSeo ya” Yesung mengusap lelehan air matanya lagi.
“aku lelah Yesung. Aku ingin tidur.”
Bukannya menjawab, Yesung malah mendekatkan bibirnya ke bibir EunSeo, memberikan sebuah ciuman. Ciuman yang dalam dan penuh penekanan. Namun entahlah, Yesung tak memaksa EunSeo membalasnya, karena –ia mungkin sudah lupa caranya berciuman. Yesung hanya ingin menyalurkan rasa cintanya, Yesung hanya ingin mengatakan bahwa EunSeo tetap menjadi EunSeonya. Dengan atau tanpa penyakit itu.
Dan EunSeo pun bisa merasakan bahwa ciuman mereka terasa asin, karena bercampur air mata Yesung yang ikut bercampur dengan semua curahan hati laki-laki yang sudah menemani hidupnya 9 tahun lebih.
‘Maaf Yesung, aku tidak bisa untuk disini bersamamu walau aku ingin, sesungguhnya aku ingin bertahan, tapi maaf aku lelah. Aku bertriamakasih pada Joong Ki oppa, dan Hyunri, terimakasih mau merawatku seperti bayi. Terimakasih atas kenangan bahagia kita selama ini, dan Yong, cukup hati ini berkata bahwa kau akan tetap menjadi putra eomma selamanya. Aku menyayangi kalian, mencintai kalian. Maafkan aku’
Dan berakhirnya ciuman Yesung yang tak terbalaskan oleh EunSeo maka Yesung mengasumsikan bahwa EunSeo tengah tertidur.
“EunSeo ya..”
Yesung tertawa pelan dengan semakin mempererat rengkuhannya untuk EunSeo. Yang rasanya tak membalasnya sama sekali.
Tertawa dalam linangan air mata yang meluncur dari kedua sudut matanya, terlapau sedih dan menyakitkan hingga Yesung tidak tau harus bersikap seperti apa.
Ini sudah berakhir.
END
Makasih, Aku mencoba menuangkan imajinasi sementara. Aku memang berhenti, tapi aku masih menghormati EunSeo sebagai sosok fiksi yang aku lahirkan. Dan aku ingat, dia berulang tahun hari ini. Maaf yang tidak bisa membaca, karena ini sangat dalam dan menusuk sekali maknanya untukku, dan aku tidak mau membebankan kalian untuk membacanya.
Ah 1 lagi.
Ini terinspirasi dari
Film A Moment To Remember, dan Sebuah fanfiction amazing karya kak Zaky dan eon Hye Ah. ‘ALZAIMER’
Sekali lagi,
HAPPY BRITHDAY EUNSEO SONG ..