Edisi 011/ Agustus /2015 Data per tanggal 31 Juli 2015
Inflasi bulan Juli terkendali dan terendah dalam empat tahun terakhir Inflasi bulan Juli 2015 tercatat sebesar 0,93%mom atau 7,26%yoy, relatif terkendali dan lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi historis lebaran dalam empat tahun terakhir. Hal tersebut ditopang oleh inflasi harga bahan makanan yang yang terjaga dan inflasi inti yang rendah. Inflasi sampai dengan Juli 2015 tercatat masih rendah, yaitu 1,9%ytd. Inflasi kelompok bahan makanan tercatat sebesar 2.02%mom dan kontribusi sebesar 0.40%. Inflasi harga bahan makanan disumbang oleh kenaikan harga ikan segar, daging ayam, beras, dan aneka cabai. Sedangkan inflasi kelompok transportasi didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota, tarif angkutan dalam kota, tarif kereta api yang berkontribusi sebesar 0.35% dari jadi menjadi penyumbang inflasi terbesar kedua pada bulan Juli lalu. Inflasi inti bulan Juli 2015 yang tercatat sebesar 0,34%mtm atau 4,86%yoy dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang terkendali dan kegiatan ekonomi domestik yang melambat. Secara keseluruhan, ekspektasi inflasi diperkirakan akan cenderung lebih terkendali. Sehingga inflasi pada akhir tahun 2015 akan berada di kisaran 4,5%-5,0%.
Inflasi Mei 2015 (%)
Foodstuff Prepared Food Housing Clothing Medical Care Education Transportation General
M-on-M changes May-15 Jun-15 Jul-15 1.39 1.60 2.02 0.50 0.55 0.51 0.20 0.23 0.13 0.23 0.28 0.39 0.34 0.32 0.36 0.06 0.07 0.34 -2.87 0.11 1.74 0.50 0.54 0.93
Foodstuff Prepared Food Housing Clothing Medical Care Education Transportation General
Y-on-Y changes May-15 Jun-15 Jul-15 7.92 8.58 8.66 8.47 8.71 8.19 7.49 7.33 6.99 3.78 3.76 3.29 5.68 5.63 5.60 4.15 4.13 4.02 7.84 7.75 8.67 7.15 7.26 7.26
Source: Bloomberg & PermataBank Economic Research
Berita Ekonomi : Agustus 2015 Surplus neraca perdagangan meningkat
%yoy 80
Trade Balance (LHS)
3000
Export
2000
Import
60
40
1000 20 0 0
-1000 -2000
-20
-3000
-40 Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Oct-12
Jul-12
Apr-12
Jan-12
Oct-11
Jul-11
Apr-11
Jan-11
Oct-10
Jul-10
Sumber: Bloomberg & PermataBank Economic Research
Kontributor Inflasi bulan Juli 2015 (%) (%) 0.45 0.40 0.40
0.35
0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.09
0.10
0.03
0.02
0.05
0.02
0.02
0.00 Foodstuffs Prepared foods Housing
Clothing
Medical Care Education Transportation
Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research
BI rate dan Inflasi (%) Inflation y-y
BI rate
Core Inflation y-y
10
8
6
4
2
Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research
Jul-15
Jan-15
Apr-15
Jul-14
Oct-14
Jan-14
Apr-14
Jul-13
Oct-13
Jan-13
Apr-13
Jul-12
Oct-12
Jan-12
Apr-12
Jul-11
Oct-11
Jan-11
Apr-11
Jul-10
Oct-10
Jan-10
Apr-10
Jul-09
Oct-09
Jan-09
0 Apr-09
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 Agustus 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%. Keputusan tersebut sejalan dengan upaya membawa inflasi menuju pada kisaran sasaran sebesar 4±1% di 2015 dan 2016. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek diarahkan pada langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global, dengan mengoptimalkan operasi moneter baik di pasar uang Rupiah maupun pasar valuta asing.
USD bn 4000
Apr-10
Kebijakan moneter Bank Indonesia tetap ketat
Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia
Jan-10
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2015 meningkat dipengaruhi oleh kenaikan surplus neraca nonmigas dan menyempitnya defisit neraca migas. Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar 1,33 miliar dolar AS pada Juli 2015, lebih tinggi dibandingkan surplus neraca perdagangan Juni 2015 sebesar 0,53 miliar dolar AS. Peningkatan surplus neraca pedagangan nonmigas disebabkan oleh penurunan impor nonmigas yang lebih tajam dibandingkan dengan penurunan ekspor nonmigas. Surplus neraca perdagangan nonmigas naik menjadi 2,20 miliar dolar AS pada bulan Juli 2015 dari 1,67 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut ditopang oleh impor nonmigas yang turun sebesar 25,1%mom menjadi USD7,79 miliar, terutama karena penurunan impor mesin dan peralatan mekanik. Sementara itu, ekspor nonmigas turun sebesar 17,2%mom seiring turunnya ekspor lemak dan minyak hewan/nabati. Di sisi lain, defisit neraca migas menyempit seiring turunnya impor migas. Defisit neraca migas turun menjadi USD 0,87 miliar di Juli 2015 dari USD1,14 miliar pada bulan sebelumnya. Impor migas tercatat turun 11,0%mom, karena penurunan impor minyak mentah, hasil minyak, dan gas. Sementara itu, penurunan ekspor minyak mentah dan hasil minyak menekan ekspor migas, yang mengalami penurunan sebesar 1,3%mom. Defisit transaksi berjalan pada 2Q15 tercatat sebesar USD 4,5 miliar atau 2,1% dari PPDB, jauh lebih baik dibandingkan dengan defisit pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar US$9,6 miliar atau 4,3% dari PDB. Peningkatan kinerja transaksi berjalan tersebut terutama ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan nonmigas, akibat impor nonmigas yang turun tajam sebesar -15,8%yoy seiring dengan melambatnya permintaan domestik. Di sisi lain, meskipun ekspor nonmigas mengalami penurunan sebesar -5,3%yoy di tengah penurunan harga komoditas, kinerja ekspor nonmigas secara riil mengalami perbaikan, yang ditunjukkan dengan peningkatan volume ekspor sebesar 7,7%yoy.
Berita Ekonomi : Agustus 2015
Pertumbuhan ekonomi 2Q15 kembali melambat Pertumbuhan ekonomi 2Q15 tercatat 4,67%yoy, menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar 4,72% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 yang masih melambat terutama didorong oleh melemahnya pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah, dan konsumsi rumah tangga. Pelemahan investasi sejalan dengan implementasi proyek infrastruktur pemerintah yang belum secepat perkiraan serta perilaku menunggu (wait and see) investor swasta. Sementara itu, reorganisasi beberapa kementerian/lembaga (penyesuaian nomenklatur) berdampak pada penyerapan belanja pemerintah yang rendah, sehingga konsumsi pemerintah masih tumbuh terbatas. Meski masih kuat, konsumsi rumah tangga sedikit melambat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh terbatas seiring dengan pemulihan ekonomi global yang belum kuat dan harga komoditas yang masih menurun. Di sisi lain, pertumbuhan impor terkontraksi lebih dalam sejalan dengan lemahnya permintaan domestik. Perekonomian diperkirakan akan mulai meningkat pada 3Q15 dan berlanjut pada 4Q15. Peningkatan tersebut didukung oleh akselerasi belanja pemerintah seiring dengan realisasi proyek-proyek infrastruktur yang semakin meningkat. Hal itu sejalan dengan berbagai upaya khusus yang dilakukan pemerintah untuk mendorong percepatan realisasi belanja modal, termasuk dengan menyiapkan perangkat aturan yang diperlukan. Sementara itu, konsumsi juga diperkirakan membaik, seiring dengan ekspektasi pendapatan yang meningkat dan penyelenggaraan Pilkada serentak di 4Q15. Selain itu, pelonggaran kebijakan makroprudensial juga diperkirakan akan mulai memberikan dampak terhadap aktivitas ekonomi pada semester II 2015. Secara keseluruhan,
Indonesia’s GDP Growth %yoy 10
GDP Growth
9 8 7
6 5 4 3 2 1 0 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : BPS & PermataBank Economic Research
2011
2012
2013
2014 2015
Berita Ekonomi : Agustus 2015 Indonesia’s Real GDP Growth and Contribution by Expenditure
Sumber : BPS & PermataBank Economic Research
Indonesia’s Real GDP Growth and Share by Industry
Sumber : BPS & PermataBank Economic Research
Berita Ekonomi : Agustus 2015 Indonesia’s current Account Deficit
Sumber : Bank Indonesia & PermataBank Economic Research
Macro Economic Indicators Indicators
2010
2011
2012
2013
2014
2015F
Inflation (%YoY) Exchange Rate Eop (Rp/US$) Current Account (% GDP) Fiscal Balance (% GDP) Interest Rate BI Rate (%p.a) Time Deposit 3 month (%p.a) Lending rate working capital (%p.a) Credit Growth (% YoY) Deposit Growth (% YoY) NPL Commercial Banks (%) Car Sales (1000 Units) Car Sales Growth (%) Motorcycle Sales (1000 Units) Motorcycle Sales Growth (%) Government Capital Exp. (Rp tn) Unemployment Rate (%) International Reserve (US$ bn) GDP Growth (%)
6,96 8.991 0,70 -0,73
3,79 9.068 0,20 -1,14
4,30 9.670 -2,74 -1,77
8,38 12.189 -3,30 -2,23
8,36 12.440 -2,95 -2,15
5,00 13.700 -2,30 -1,90
5,50 13.800 -2,70 -1,60
6,50 7,06 12,83 22,80 18,54 2,50 765 57,33 7.373 25,99 80,3 7,14 96,2 6,22
6,00 6,81 12,18 24,59 19,07 2,17 894 16,93 8.013 8,67 117,9 6,56 110,1 6,49
5,75 5,76 11,50 23,08 15,81 1,87 1.116 24,84 7.064 -11,83 145,1 6,14 112,8 6,26
7,50 7,61 12,12 21,60 13,60 1,77 1.220 9,31 7.745 9,63 172,4 6,25 99,4 5,78
7,75 8,95 12,81 11,44 12,14 2,20 1.208 -1,78 7.867 1,59 138,3 5,94 111,9 5,02
7,50 8,50 12,50 10,00 12,00 2,50 1.000 -17,22 6.300 -19,92 290,2 5,90 110,0 4,80
7,75 8,60 12,70 12,00 14,00 2,30 1.100 10,00 6.600 3,17 n.a 5,75 115,0 5,00
Sumber : PermataBank Economic Research
2016F
Analisa Market : Agustus 2015
Analisa Valas : Agustus 2015
Review dan Outlook Pasar Obligasi Indonesia
US Dollar Index
Pasar obligasi pada bulan Juli berlanjut dengan dominasi bearish tercermin dari menurunnya kinerja obligasi. Dominasi kondisi bearish yang terjadi pada pasar obligasi di bulan Juli dipengaruhi oleh tekanan yang datang dari eksternal utamanya adalah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS menjelang rapat FOMC pada tanggal 2829 Juli. Dan sesuai dengan prediksi, the Fed menyatakan bahwa suku bunga acuan berpeluang untuk dinaikkan paling cepat diputuskan pada rapat FOMC bulan September mendatang menyusul solidnya kondisi perekonomian AS. Kembali meningkatnya ekspektasi naiknya suku bunga AS tersebut, bahkan turut mendorong depresiasi nilai tukar rupiah hingga ke level 13,539 per dollar. Selain dari tekanan yang berasal dari ekspektasi kenaikan suku bunga AS, terkontraksinya ekonomi China yang berdampak pada anjloknya saham China, sekaligus merupakan kejatuhan indeks terdalam sejak delapan tahun terakhir ini, turut mendorong semakin tertekannya pasar obligasi domestik. Rata-rata yield Surat Utang Negara (SUN) tercatat naik hingga 22bps mom. Tenor panjang (8-30tahun) tertekan naik paling tinggi hingga mencapai 27bps mom. Diikuti oleh tenor menengah (5-7tahun) yang naik sebesar 15bps mom dan tenor pendek (1-4tahun) sebesar 0,9bps mom. Berlanjutnya kenaikan yield SUN sejalan dengan naiknya ekspektasi risiko global. Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5-tahun di akhir bulan Juli tercatat naik sebesar 8,7bps mom. SUN seri benchmark berlanjut terkoreksi di keempat serinya dengan rata-rata penurunan harga sebesar 195bps mom atau lebih dalam dari bulan sebelumnya yang turun 89,8bps mom. FR70, FR71 dan FR68 mencatatkan koreksi harga di rentang 173bps mom – 300bps mom. Sedangkan FR69 hanya terkoreksi sebesar 16,4bps mom.
Dolar secara umum cenderung terapresiasi sekitar 7,7%ytd. Indeks dolar cenderung stabil tapi terus menguat di Juli di tengah berbagai sentimen dari data AS dan fluktuasi pasar saham. Tren secara umum didukung oleh kelemahan euro di tengah kekhawatiran keluarnya Yunani dari kawasan Euro. Data AS yang membaik, perubahan arah kebijakan bank sentral AS, memberi sinyal kenaikan suku bunga dalam waktu dekat ini yang dapat menyebabkan beberapa penyesuaian di tingkat dan pasar valas dari bulan September dan seterusnya, masih mungkin untuk memberikan dukungan lebih lanjut untuk bullish dolar. Indeks dolar diperkirakan akan mencapai 99,00 pada Q3 dan 97,50 di 4Q 2015.
JCI 5,600
JCI
IDMA
IDMA 125
5,400
120
5,200 115 5,000 4,800
110
4,600
105
4,400
100 4,200 95
4,000 3,800
90
Aug-15 Jul-15 Jun-15 May-15 Apr-15 Mar-15 Feb-15 Jan-15 Dec-14 Nov-14 Oct-14 Sep-14 Aug-14 Jul-14 Jun-14 May-14 Apr-14 Mar-14 Feb-14 Jan-14 Dec-13 Nov-13 Oct-13 Sep-13 Aug-13 Jul-13 Jun-13 May-13 Apr-13 Mar-13 Feb-13 Jan-13
Sumber : Bloomberg, PermataBank Economic Research
EUR/USD Dengan risiko Grexit secara bertahap mereda dan volatilitas EUR yang mereda dari level tertinggi tahun ini, fokus kembali divergensi kebijakan moneter yang akan terjadi. Bank sentral Eropa (ECB) sudah melakukan pembelian surat berharga (obligasi) sebesar EUR60miliar per bulan sejak Maret 2015 dan mempertahankan suku bunga deposito negatif (-0,2%) di tengah terkelolanya inflasi, sementara Fed diperkirakan akan cenderung mengimplementasikan kebijakan moneter ketat dalam beberapa bulan mendatang. Dalam jangka menengah-panjang, EUR masih berpotensi kembali tertekan seiring dengan divergensi kebijakan moneter antara bank sentral AS dan Eropa mengingat stimulus moneter bank sentral Eropa akan berlangsung hingga September 2016. EUR/USD diperkirakan akan berada di rentang 1,0800-1,1200 dalam jangka pendek ini.
AUD/USD AUD adalah salah satu mata uang yang paling rentan di bulan Juli yang lalu. Kombinasi koreksi di pasar saham China dan drama bailout Yunani mendorong pelemahan nilai tukar Asussie terhadap dollar AS sebesar 4% sejak awal Juli. Penyesuaian harga komoditas di bagian akhir dari bulan menyeret AUD bawah level 0,73 pada 24 Juli. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter bukanlah faktor penggerak dari Aussie. Sejak RBA memangkas suku bunga pada 5 Mei, RBA telah menghilangkan kalimat ”easing bias” dalam pernyataan resmi bank sentral Australia. AUD/USD diperkirakan akan berada di rentang 0,7200-0,7400 dalam jangka pendek.
Analisa Valas : Agustus 2015 GBP/USD
USD/IDR Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali terpuruk hingga menyentuh level Rp 13.637 per dolar AS untuk transaksi di pasar uang luar negeri. Dalam setahun terakhir, depresiasi rupiah mencapai 16,7% atau nomor dua terburuk di Asia setelah yen yang terdepresiasi 22,18% terhadap dolar AS pada periode yang sama. Pemulihan ekonomi di AS dan rencana Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat membuat nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia terus menguat karena investor memburu asetaset dalam dolar AS. Kondisi ini diperburuk dengan keputusan Bank Sentral Tiongkok (PBOC) untuk mendevaluasi nilai tukar Yuan demi menyelamatkan ekspor dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tengah melambat. Dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia melakukan langkah intervensi di pasar domestik dan hal tersebut terkonfirmasi dengan turunnya cadangan devisa pada bulan Juli menjadi USD 107,55 miliar dari USD 108,03 miliar pada bulan Juni. Selama bulan Juli di pasar saham tercatat aksi jual dana asing mencapai USD 10,9 juta. Namun investor asing membukukan pembelian bersih IDR 3,9 triliun pada pasar obligasi Indonesia. BI diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter ketat pada tahun 2015 ini supaya defisit neraca transaksi berjalan menuju ke level lebih sehat. BI rate diperkirakan akan bertahan di level 7,50% yang diharapkan dapat menahan keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia. Dengan demikian, USD/IDR diperkirakan akan berada di rentang 13,80014,000 dalam bulan Agustus0 ini.
USD/IDR 6,000
USD/IDR
JCI
JCI 6000
7,000 5000 8,000 9,000
4000
10,000 3000 11,000 12,000
2000
13,000
1000 14,000 15,000
0
Aug-15 Jun-15 May-15 Mar-15 Jan-15 Dec-14 Oct-14 Aug-14 Jul-14 May-14 Mar-14 Feb-14 Dec-13 Nov-13 Sep-13 Jul-13 Jun-13 Apr-13 Feb-13 Jan-13 Nov-12 Sep-12 Aug-12 Jun-12 Apr-12 Mar-12 Jan-12 Dec-11 Oct-11 Aug-11 Jul-11 May-11 Mar-11 Feb-11 Dec-10 Oct-10 Sep-10 Jul-10 May-10 Apr-10 Feb-10 Jan-10
Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research
GBP diperkirakan akan kembali terapresiasi seiring dengan kombinasi dari beberapa faktor antara lain: pemulihan ekonomi Inggris yang sedang berlangsung (ekspansi dalam 10 kuartal berturutturut) didukung oleh permintaan domestik dan pasar tenaga kerja yang tangguh. Anggota bank sentral Inggris juga telah mengadopsi tone hawkish dalam pidato terbaru para pejabatnya. Namun dalam waktu dekat, GBP berpotensi rentan terkoreksi karena meningkatnya potensi kenaikan suku bunga AS pada tahun ini. Data makro Inggris juga bisa membebani penguatan GBP. GBP/USD cenderung menguat GBP/USD diperkirakan akan berada di rentang 1.5500-1.5800.
USD/JPY Kombinasi antara kebijakan bank sentral Jepang dan aliran dana ke aset safe haven karena isu Grexit, telah membatasi pelemahan JPY terhadap dollar AS selama bulan lalu. Tidak seperti di Juni, USD/JPY bergerak terbatas di rentang 123,00124,50. Nilai tukar JPY yang cenderung undervalued berpotensi membatasi pelemahan nilai tukar Yen terhadap dollar AS. USD/JPY diperkirakan akan berada di rentang 122-125 dalam jangka pendek.
This document is issued by Global Markets PT. Bank Permata, Tbk. (PermataBank) for information and private circulation purpose only. It does not constitute any offer, proposal, recommendation or solicitation to any person to enter into any transaction or adopt any hedging, trading or investment strategy, nor does it constitute any prediction of likely future movement in rates or prices or any representation that any such future movement will not exceed those shown in any illustration. All reasonable care has been taken in preparing this document, no responsibility or liability is accepted for error, omissions, negligence, and/or inaccuracy of fact or for any opinion expressed herein. Opinion, projection and estimates are subject to change without notice. PermataBank and/or its members of Board of Director and Commissioners, employees, affiliates, agents and/or its advisors disclaims any and all responsibility or liability relating to or resulting from the use of this documents whatsoever which may be brought against or suffered by any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this document. You are advised to make your own independent judgment with respect to any matter contained herein, by fully aware of any consequences obtained on said judgment.