Edisi Januari 2015 * Data per tanggal 1 Januari 2015
Inflasi Desember 2014 (%)
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Desember puncak inflasi, namun inflasi 2014 terkendali
Inflasi Desember mencapai 2,46%mom atau secara tahunan sebesar 8,36%yoy, didorong oleh kenaikan inflasi kelompok komoditas pangan serta tingginya tekanan inflasi kelompok harga diatur pemerintah yang bersumber dari kenaikan harga BBM bersubsidi, penyesuaian tarif tenaga listrik untuk kelompok rumah tangga dan industri, kenaikan harga LPG 12 kg, dan penyesuaian tarif angkutan udara.
Pendorong inflasi pada bulan Desember antara lain adalah inflasi kelompok transportasi yang tumbuh 5,55%mom didorong oleh biaya transportasi sejalan dengan kenaikan harga BBM bersubsidi. Pendorong inflasi lainnya adalah kelompok bahan pangan yang meningkat 3,22%mom bersumber dari kenaikan harga komoditas beras dan cabai yang terjadi hingga penghujung tahun.
Kedepannya, sehubungan dengan reformasi kebijakan pemerintah terkait subsidi BBM yang diberlakukan per 1 Januari 2015, kami memperkirakan inflasi bulan Januari 2015 berpotensi di bawah 1%. Lebih lanjut, inflasi pada akhir tahun 2015 akan berada di kisaran 5%-5,5%.
M-‐on-‐M changes Oct-‐14 0,25
Nov-‐14 2,15
Dec-‐14 3,22
Prepared Food
0,43
0,71
1,96
Housing
1,04
0,49
1,45
Clothing
0,21
-‐0.08
0.64
Medical Care
0,60
0,43
0,74
Education
0,23
0,08
0,36
Transportation
0,16
4,29
5,55
General
0,47
1,50
2,46
Foodstuff
Y-‐on-‐Y changes Oct-‐14 5,19
Nov-‐14 7,97
Dec-‐14 10,57
Prepared Food
6,63
6,79
8,11
Housing
6,37
6,18
7,36
Clothing
2,80
2,67
3,08
Medical Care
5,08
5,17
5,71
Education
4,13
4,13
4,44
Transportation
2,25
6,58
12,14
General
4,83
6,23
8,36
Foodstuff
Source: Bloomberg & PermataBank Economic Research
Berita Ekonomi : Januari 2015
Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia
Kinerja neraca perdagangan November Neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit USD 0,42 miliar setelah pada bulan sebelumnya mencatat surplus USD 0,02 miliar. Penurunan kinerja tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan defisit neraca perdagangan migas di saat surplus neraca perdagangan nonmigas mengalami penurunan. Defisit neraca perdagangan migas November 2014 tercatat sebesar USD 1,36 miliar, lebih tinggi dibandingkan defisit bulan sebelumnya sebesar USD 1,11 miliar, akibat penurunan ekspor migas dari 2,47 miliar dolar AS menjadi USD 2,11 miliar. Penurunan ekspor migas tersebut terutama disebabkan oleh turunnya ekspor hasil minyak dan gas di tengah tren penurunan harga minyak dan komoditas internasional. Sumber: Bloomberg & PermataBank Economic Research
Penurunan kinerja neraca perdagangan tersebut juga dipengaruhi oleh turunnya surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah pelemahan permintaan global. Surplus neraca perdagangan nonmigas turun menjadi sebesar USD 0,94 miliar diakibatkan oleh ekspor nonmigas yang menurun dari USD 12,9 miliar pada bulan Oktober menjadi USD 11,5 miliar pada bulan November. Penurunan ekspor nonmigas terutama terjadi pada ekspor lemak dan minyak hewan/nabati, mesin/peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesinmesin/pesawat mekanik, dan kendaraan dan bagiannya
Kontributor Inflasi bulan Desember 2014 (%)
Perkembangan neraca perdagangan sampai dengan November 2014 ini masih sesuai dengan arah perbaikan kinerja transaksi tahun 2014. Perbaikan kinerja neraca perdagangan ke depan akan didukung oleh peningkatan aktivitas ekspor seiring dengan perbaikan ekonomi global dan tren penurunan harga minyak dunia yang dapat mendorong berkurangnya tekanan pada defisit neraca migas. Secara keseluruhan, defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan akan tercatat defisit 3,1% dari PDB pada keseluruhan tahun 2014 ini. Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research
Kebijakan moneter Bank Indonesia tetap ketat. Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan BI rate tetap di level 7.75% pada bulan Januari 2015 karena tingkat suku bunga tersebut masih konsisten untuk memastikan tekanan inflasi jangka pendek pasca kebijakan realokasi subsidi BBM yang ditempuh
BI rate dan Inflasi (%)
Pemerintah akan tetap terkendali dan temporer sehingga akan kembali normal di kisaran 5%-5,5% pada 2015.
Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research
Berita Ekonomi : Januari 2015 Pertumbuhan ekonomi 2015 diperkirakan membaik Melihat perkembangan perekonomian yang terjadi sepanjang 2014 dan berbagai kemungkinan situasi ekonomi ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 diperkirakan akan berkisar sebesar 5,3%yoy. Hal tersebut didasari oleh respon positif seluruh pelaku ekonomi di Indonesia terhadap perbaikan di awal pemerintahan baru, terutama terhadap ekspektasi membaiknya investasi pada tahun ini. Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut akan tercapai apabila terdapat konsistensi kebijakan ekonomi pemerintahan baru. Perlu adanya komitmen kuat dalam memperlebar ruang fiskal sehingga mampu memberikan stimulus yang nyata bagi pembangunan sektor riil seperti penguatan sektor hulu serta pembangunan dan perbaikan infrastruktur untuk mendukung hilirisasi industri. Komposisi pertumbuhan ekonomi 2015 diperkirakan belum akan banyak perubahan dibanding dengan tahun sebelumnya, yaitu dicirikan oleh dominasi kontribusi sektor konsumsi dari sisi penggunaan. Sementara dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan sektor non-tradeable tetap akan lebih menonjol dibandingkan dengan sektor tradeable. Namun jika Pemerintah konsiten dengan program Nawacita, maka minimal akan mulai ada pergeseran secara nyata dari dominasi sektor non-tradeable kepada menggeliatnya sektor tradeable. Jika sumber pertumbuhan tetap didominasi sektor non-tradeable tidak akan banyak berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja dan pengurangan jumlah penduduk miskin. Secara keseluruhan tahun 2014, pertumbuhan diperkirakan mencapai kisaran 5,0%-5,1% pada tahun 2014. Lebih lanjut, ekonomi Indonesia diproyeksikan akan membaik menjadi 5,3% pada tahun 2015.
Indonesia’s Real GDP Growth and Share by Expenditure
Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research
Indonesia’s Real GDP Growth and Share by Industry
Sumber : BPS & PermataBank Economic Research
Macro Economic Indicators Indicators Inflation (%YoY) Exchange Rate Eop (Rp/US$) Current Account (% GDP) Fiscal Balance (% GDP) Interest Rate BI Rate (%p.a) Time Deposit 3 month (%p.a) Lending rate working capital (%p.a) Credit Growth (% YoY) Deposit Growth (% YoY) NPL Commercial Banks (%) Car Sales (1000 Units) Car Sales Growth (%) Motorcycle Sales (1000 Units) Motorcycle Sales Growth (%) Government Capital Exp. (Rp tn) Unemployment Rate (%) International Reserve (US$ bn) GDP Growth (%) Sumber : PermataBank Economic Research
2010
2011
2012
2013
2014F
2015F
6,96 8.991 0,70 -‐0,73 6,50 7,06 12,83 22,80 18,54 2,50 765 57,33 7.373 25,99 80,3 7,14 96,2 6,22
3,79 9.068 0,20 -‐1,14 6,00 6,81 12,18 24,59 19,07 2,17 894 16,93 8.013 8,67 117,9 6,56 110,1 6,49
4,30 9.670 -‐2,74 -‐1,77 5,75 5,76 11,50 23,08 15,81 1,87 1.116 24,84 7.064 -‐11,83 145,1 6,14 112,8 6,26
8,38 12.189 -‐3,30 -‐2,23 7,50 7,61 12,12 21,60 13,60 1,77 1.220 9,31 7.745 9,63 172,4 6,25 99,4 5,78
8,36 12.385 -‐3,10 -‐2,20 7,75 9,40 12,80 13,00 11,00 2,50 1.250 1,71 8.000 3,29 160,8 5,94 111,9 5,10
5,50 11.900 -‐2,80 -‐1,80 8,00 9,50 12,90 16,00 11,00 2,30 1.250 0,00 8.100 1,25 156,5 5,93 116,0 5,30
Analisa Market : Januari 2015 Review dan Outlook Pasar Obligasi Indonesia Kinerja pasar obligasi sepanjang 2014 lebih baik dibandingkan dengan kinerja tahun 2013 dimana tercatat total return pasar obligasi Indonesia tahun 2014 mencapai 12,6%. Kinerja tersebut lebih baik dibandingkan total return obligasi tahun 2013 lalu yang -10% dari 163,536 menjadi 147,189. Return obligasi ini dihitung dari capital gain akibat perubahan harga dan perolehan kupon obligasi. Sepanjang 2014, return obligasi pemerintah mencapai 12,9%. Di sisi lain, rata-rata volume perdagangan obligasi pemerintah di 2014 meningkat 49,01%yoy menjadi Rp 10,2 triliun per hari. Rata-rata total frekuensi harian juga naik menjadi 577 kali per hari di 2014, dibandingkan 2013 lalu yang sebesar 453 kali per hari. FR0068 tercatat menjadi obligasi yang paling aktif diperdagangkan pada 2014 dengan total frekuensi sebanyak 19.307 dan volume sebesar Rp 303,4 triliun. Obligasi dengan volume transaksi terbesar dipegang oleh FR0070 dengan nominal mencapai Rp 461,8 triliun. Meski kondisi Pasar obligasi di Indonesia pada tahun 2014 banyak dipengaruhi faktor ekonomi global dan iklim sosial politik di Indonesia, kepemilikan asing meningkat yang menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia masih positif. Kepemilikan asing di pasar surat berharga nasional (SBN) domestik mengalami peningkatan sebesar 42% selama tahun 2014 menjadi Rp460,1 triliun dari Rp323,8 triliun di akhir 2013.
Analisa Valas : Januari 2015 USD Index Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS masih dukung penguatan dollar AS. Indeks dollar AS di awal pekan ini sempat melejit ke level 91.70. Ini merupakan level tertinggi baru tahun 2015 ini. Dollar AS juga mendapatkan keuntungan dari komitmen Bank Sentral Eropa dan Jepang untuk melonggarkan kebijakan moneter untuk membantu pemulihan ekonomi negara masing-masing. Pertemuan Federal Open Market Committee di bulan Desember tidak menghasilkan keputusan untuk menaikkan suku bunga, namun sejumlah anggota mengindikasikan bahwa kondisi sedang berubah. Dan sementara Bank Sentral AS masih diproyeksikan akan menaikan suku bunga acuan sekitar kuartal II tahun 2015. Proyeksi kenaikan ini mungkin bisa datang lebih cepat bila data-data ekonomi AS terus mengalami kemajuan di kuartal pertama. Data Non-farm Payrolls dan tingkat pengangguran yang akan dirilis bulan ini mungkin bisa mendorong kembali penguatan dollar AS bila hasilnya lebih bagus dari prediksi.
EUR/USD
Kedepannya, pasar obligasi tahun 2015 masih akan dibayangi volatilitas. Akibatnya, total return berinvestasi di obligasi pemerintah terancam turun menjadi sekitar 9% hingga 10%. Tingginya volatilitas lantaran belum adanya kepastian kenaikan suku bunga oleh the Fed.
Presiden Bank Sentral Eropa memberi sinyal akan melakukan QE. Mario Draghi dalam wawancaranya mengatakan bahwa resiko ECB tidak bisa memenuhi mandat untuk menstabilkan harga meningkat dibandingkan enam bulan lalu. Draghi juga menambahkan bahwa ECB sedang melakukan persiapan teknis untuk menentukan jumlah, kecepatan, komposisi stimulus di awal 2015. Dalam waktu dekat, ECB akan melakukan rapat moneter pada tanggal 22 Januari. Ekspektasi akan dirilisnya stimulus pelonggaran kuantitatif (QE) mendorong pelemahan nilai tukar euro.
Sementara pemerintah menargetkan penerbitan surat berharga negara (SBN) tahun 2015 sebesar Rp 226 triliun terbilang relatif tinggi. Padahal, aliran dana asing tahun ini diperkirakan menyusut akibat normalisasi suku bunga AS serta kenaikan yield surat utang AS atau US treasury. Yeld US Treasury tahun ini diperkirakan akan berkisar 3% dari posisi saat ini yang berada di level 2,5%. Sedangkan yield surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun secara rata-rata akan naik menjadi 8,3% dari tahun lalu 8,2%. Yield obligasi tenor 20 tahun diperkirakan naik menjadi 9% dibandingkan tahun lalu di kisaran 8,7%. Investasi di obligasi masih menarik mengingat faktor domestik seperti inflasi yang lebih rendah dari tahun 2014 serta perbaikan kurs rupiah terhadap dollar Amerika akan membawa sentimen positif ke pasar obligasi.
Persoalan Yunani membawa kekhawatiran ke pasar keuangan global. Sebelumnya parlemen Yunani belum berhasil memilih presiden. Partai koalisi yang berkuasa telah tiga kali mengajukan pemilihan presiden di parlemen namun calon presiden yang diajukan tidak juga mendapatkan suara yang cukup. Ini mengharuskan Perdana Menteri Yunani, Antonio Samaras, untuk membubarkan parlemen dan mengadakan pemilu anggota parlemen yang baru. Pemilu parlemen dijadwalkan pada tanggal 25 Januari. Bila partai oposisi dalam hal ini Partai Syriza memenangi kursi mayoritas di parlemen, Yunani beresiko keluar dari program bailout yang saat ini sedang berjalan dan bakal kesulitan untuk membayarhutang-hutangnya.EUR/USD diperkirakan akan bergerak di rentang 1.1700-1.2100.
USD/JPY Nilai tukar Yen sepanjang tahun 2014 diperdagangkan melemah terhadap dollar AS didorong oleh rencana stimulus moneter lanjutan dari bank sentral Jepang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik yang terkontraksi pada 2Q14 dan 3Q14. Namun demikian, dalam jangka pendek ini, permintaan Yen sebagai mata uang safe haven meningkat seiring dengan meningkatnya risiko keluarnya Yunani dari kawasan Zona Euro. Namun demikian, dalam jangka menengah dan panjang Yen Jepang diperkirakan akan kembali melemah terhadap dollar AS mengingat pada tahun ini bank sentral Jepang akan menjaga supay inflasi Jepang mendekati level 2% pada tahun ini. Dengan demikain, USD/JPY diperkirakan akan berada di rentang 122-126 hingga akhir tahun ini.
Analisa Valas : Januari 2015 USD/IDR Secara keseluruhan, rupiah cenderung melemah terhadap dollar AS pada tahun 2014. Rupiah melemah secara rata-rata 13,75% ke level 11,874 per dollar AS dibandingkan rata-rata nilai tukar rupiah pada tahun 2013 yakni di level 10,438 per dollar AS. Pelemahan nialai tukar rupiah di sepanjang tahun 2014 didorong olehkurang kondusifnya kondisi politik dalam negeri serta penghentian pembelian obligasi AS pada tahun 2014 yang lalu. Pada awal tahun 2015 ini, rupiah kembali melemah terhadap dollar AS, didorong oleh beberapa sentimen negatif dari global. Pertama, tren penurunan harga minyak dunia yang mendorong permintaan dollar AS sebagai mata uang safe have. Di samping itu, penurunan harga minyak dunia juga mempengaruhi turunnya harga komoditas ekspor Indonesia antara lain, batubara, kelapa sawit, dan karet, yang selanjutnya berpotensi menekan kinerja ekspor Indonesia kedepannya. Kedua, tren penguatan dollar AS terhadap mata uang utama seperti EUR yang dipicu oleh antisipasi stimulus lanjutan bank sentral Eropa (ECB) untuk mencegah kondisi deflasi pada ekonomi Zona Euro. Ketiga, data neraca perdagangan bulan November yang menunjukkan kinerja ekspor Indonesia kembali menurun. Meskipun laju impor menunjukkan penurunan yang bertahap, kinerja ekspor Indonesia juga mengalami penurunan karena permintaan global yang melemah seiring dengan masih lesunya ekonomi dunia.
AUD/USD Pertumbuhan ekonomi Australia masih moderat dan diperkirakan akan tumbuh di bawah-tren sebesar 2,8% untuk 2015. Perekonomian masih mengalami perlambatan seiring dengan turunnya harga komoditas batu bara yang merupakan komoditas ekspor utama Australia. Kedepannya, bank sentral Australia diperkirakan berpotensi untuk memangkas suku bunga acuan seandainya bank sentral Eropa dan bank sentral Jepang memutuskan untuk melonggarkan kebijakan moneter guna mendorong ekonomi masing-masing negara. Lebih lanjut, tren penurunan harga komoditas di pasar internasional diproyeksikan akan memberikan tekana lanjutan nilai tukar Aussie terhadap dollar AS. AUD/USD diperkirakan akan berada di rentang 0.81-0.82 pada 1H-2015 dan di rentang 0.79-0.80 pada 2H-2015.
GBP/USD Sterling Anjlok di Bawah $1.51. Sterling terperosok hingga mendekati posisi terendah 18-bulan terhadap Dollar AS pada awal tahun 2015 ini pasca data AS yang solid mensinyalkan perbaikan pasar tenaga kerja, sementara investor kembali menggeser harapan kenaikan suku bunga di Inggris. Tanda-tanda hilangnya momentum pemulihan ekonomi Inggris telah memaksa investor untuk kembali memundurkan ekspektasi waktu kenaikan pertama suku bunga Bank of England hingga tahun depan. Langkah bank sentral Inggris untuk menahan suku bunga acuan didorong oleh penurunan harga minyak menekan laju inflasi ke level terendah 12-tahun dan meredanya tanda-tanda pemulihan tahun lalu. GBP/USD diperkirakan akan berada di rentang 1.50-1.53.
Kedepannya, Bank Indonesia diperkirakan akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah pada level fundamentalnya, Dengan demikian, BI diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter ketat pada tahun 2015 ini supaya defisit neraca transaksi berjalan menuju ke level lebih sehat. BI rate diperkirakan akan naik hingga 25bps dari level 7,75% menjadi 8,00% pada tahun seandainya dampak dari pengetatan kebijakan moneter AS pada tahun ini memicu keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia. Namun demikian, reformasi kebijakan subsidi BBM pada awal tahun 2015 akan membatasi dampak pelemahan nilai tukar rupiah pada tahun ini. Dengan demikian, USD/IDR diperkirakan akan berada di rentang 11,900-12,500 pada tahun 2015 ini.
Sumber : Bloomberg & PermataBank Economic Research
This document is issued by Global Markets PT. Bank Permata, Tbk. (PermataBank) for information and private circulation purpose only. It does not constitute any offer, proposal, recommendation or solicitation to any person to enter into any transaction or adopt any hedging, trading or investment strategy, nor does it constitute any prediction of likely future movement in rates or prices or any representation that any such future movement will not exceed those shown in any illustration. All reasonable care has been taken in preparing this document, no responsibility or liability is accepted for error, omissions, negligence, and/or inaccuracy of fact or for any opinion expressed herein. Opinion, projection and estimates are subject to change without notice. PermataBank and/or its members of Board of Director and Commissioners, employees, affiliates, agents and/or its advisors disclaims any and all responsibility or liability relating to or resulting from the use of this documents whatsoever which may be brought against or suffered by any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this document. You are advised to make your own independent judgment with respect to any matter contained herein, by fully aware of any consequences obtained on said judgment.