27/09/2012
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA FISIK DAN MEKANIK MERUPAKAN TEKNIK PENGENDALIAN PALING KUNO
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA FISIK 1. PERLAKUAN PANAS DAN KEBASAHAN PENGERINGAN LAHAN KEONG PENGGENANGAN SARANG-SARANG TIKUS PEMBAJAKAN LAHAN URET PEMBAKARAN BAGIAN TANAMAN YANG TERSERANG HAMA
TUJUANNYA SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG: 1. MEMATIKAN HAMA 2. MENGGANGGU AKTIVITAS FISIOLOGI HAMA 3. MODIFIKASI LINGKUNGAN AGAR TIDAK SESUAI UNTUK HAMA, NAMUN BUKAN MERUPAKAN BAGIAN BUDIDAYA TEKNIK INI MEMERLUKAN DUKUNGAN PENELITIAN DAN INFORMASI YANG RELEVAN, MISALNYA BIOLOGI DAN EKOLOGI HAMA SASARAN
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA FISIK 2. PENGGUNAAN LAMPU PERANGKAP UNTUK SURVEI DAN PENGENDALIAN HAMA NOKTURNAL TERPERANGKAP DIPERLUKAN INTESIF DAN BANYAK PERANGKAP PERALATAN MEMERLUKAN SUMBER LISTRIK KEMUNGKINAN HAMA YANG TIDAK TERTANGKAP ADA
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA FISIK 3. PENGGUNAAN PERANGKAP WARNA PERLU PENELITIAN WARNA-WARNA YANG MEMIKAT HAMA BIASANYA WARNA KUNING MEMIKAT LEBIH BANYAK SERANGGA KEMUNGKINAN MUSUH ALAMI JUGA DAPAT TERPERANGKAP DIPERLUKAN BANYAK PERANGKAP DIPASANG DI PERTANAMAN DAN SEKITARNYA PERLU PENGGANTIAN PERANGKAP SECARA TERJADWAL
1
27/09/2012
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA FISIK 4. PENGGUNAAN GELOMBANG SUARA PENELITIAN FREKUENSI SUARA YANG DAPAT DIGUNAKAN SECARA TEORITIK: INTENSITAS SUARA TINGGI UNTUK MERUSAK SERANGGA, INTENSITAS SUARA LEMAH UNTUK MENGUSIR SERANGGA, DAN MEREKAN KEMUDIAN MENDENGARKAN SUARA UNTUK MENGGANGGU PERILAKU HAMA SERANGGA MEMPUNYAI SISTEM STRIDULATORY
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA FISIK 6. PENGASAPAN UNTUK MEMODIFIKASI LINGKUNGAN MERUPAKAN USAHA KURATIF PERLU USAHA PROAKTIF BERDASARKAN PENGETAHUAN BIOLOGI HAMA YANG MEMBUTUHKAN OKSIGEN
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA FISIK 5. PENGHALANG ATAU BARIER MERUPAKAN USAHA PREVENTIF PERLU USAHA PROAKTIF PERLU PENGHALANG YANG KUAT TRAP BARIER SYSTEM UNTUK TIKUS PEMASANGAN MULSA MENCEGAH SERANGGA HAMA MELETAKKAN TELUR PEMBERONGSONGAN / PENYARUNGAN BUAH MENCEGAH SERANGAN LALAT BUAH
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA MEKANIK 1. PENGAMBILAN LANGSUNG DENGAN TANGAN PERLU INTENSIF MENCARI HAMA YANG ADA DI PERTANAMAN DAPAT MENGGUNAKAN ALAT BANTU UNTUK MEMOTONG/MEMANGKAS BAGIAN TANAMAN YANG TERSERANG HAMA HAMA DIAMBIL, DIKUMPULKAN, DIMATIKAN
PENGENDALIAN LALAT BUAH
2
27/09/2012
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA MEKANIK 2. GROPYOKAN PERLU KEKOMPAKAN DAN BANYAK PERSONIL DILAKUKAN PADA WAKTU PRATANAM DAN PASCAPANEN DAPAT MENGGUNAKAN ALAT BANTU: ALAT PEMUKUL, CANGKUL GROPYOKAN TIKUS PERLU INTENSIF
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA MEKANIK 4. PENGUSIRAN ALAT BANTU PATUNG-PATUNGAN PENGHALAUAN DENGAN SUARA GADUH PERLU SECARA INTENSIF PERLU PENGETAHUAN PERILAKU HAMA SASARAN
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA MEKANIK 3. PEMASANGAN ALAT PERANGKAP DIPERLUKAN PENGETAHUAN PERILAKU HAMA SASARAN DAPAT DITAMBAH ZAT-ZAT PEMIKAT PERANGKAP UNTUK TIKUS PERANGKAP UNTUK WALANGSANGIT PERANGKAP UNTUK LALAT BUAH
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA BIOLOGI / HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI = PENGENDALIAN ALAMI
? 3
27/09/2012
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA BIOLOGI / HAYATI PENGENDALIAN HAYATI: TAKTIK PENGELOLAAN HAMA YANG DILAKUKAN SECARA SENGAJA MEMANFAATKAN ATAU MEMANIPULASIKAN MUSUH ALAMI UNTUK MENURUNKAN ATAU MENGENDALIKAN POPULASI HAMA
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA BIOLOGI / HAYATI TEKNIK PENGENDALIAN HAYATI SULIT UNTUK DIDUGA DAN DIANALISA SECARA TEPAT KEBERHASILANNYA: KARENA KERUMITAN DAN DINAMIKA AGROEKOSISTEM PENGETAHUAN DASAR EKOLOGI DAN BIOLOGI PEMANGSA (PREDATOR) DAN MANGSA (PREY) SANGAT DIPERLUKAN
PENGENDALIAN ALAMI: PROSES PENGENDALIAN POPULASI YANG BERJALAN SENDIRI TANPA KESENGAJAAN YANG DILAKUKAN MAUSIA, PROSES INI TIDAK HANYA KARENA ADANYA MUSUH ALAMI, NAMUN JUGA ADANYA KOMPONEN-KOMPONEN EKOSISTEM YANG LAIN
AGENS PENGENDALIAN HAYATI PREDATOR Organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa binatang lain Secara luas predator meliputi: predator, parasitoid, dan patogen, yang bersimbiosis komensalisme Secara sempit predator merupakan binatang pemangsa binatang lain, biasanya bersifat polifagus Contoh: - Belalang sembah (Mantodea: Mantidae) memangsa lebih dari dua jenis serangga lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya - Harimau dapat memangsa berbagai jenis hewan lain
PARASITOID Binatang yang hidup di atas atau di dalam tubuh binatang lain yang lebih besar sebagai inangnya. Parasitoid: serangga yang memarasit serangga atau binatang artropoda lain, bersifat parasitik pada fase pradewasanya dan bersifat hidup bebas tidak terikat pada inangnya ketika sudah dewasa PARASITOID - ektoparasitoid: larva menghisap nutrisi dari inangnya dan menyelesaikan perkembangannya berada di luar tubuh inang Contoh: Campsomeris sp. Uret - endoparasitoid: sebagian besar perkembangan larva berada di dalam tubuh inangnya. Contoh: Trichogramma sp. telur penggerek batang tebu/padi
4
27/09/2012
PARASITOID - parasitoid soliter: perkembangan hidupnya hanya sendiri berada pada satu tubuh inang. Contoh: Charops sp. - parasitoid gregarius: beberapa individu parasitoid ini hidup bersama-sama dalam satu inang yang sama. Contoh: Tetrastichus schoenobii
FENOMENA PARASITOID - hiperparasitasi: serangga parasitoid memarasit parasitoid lain parasitoid primer parasitoid sekunder parasitoid tersier
PATOGEN VIRUS. BAKTERI, NEMATODA
PROTOZOA,
JAMUR,
RIKETTSIA,
TELAH DIKETAHUI LEBIH DARI 2000 JENIS PATOGEN MENYERANG SERANGGA 1. VIRUS GENERA VIRUS PENTING: • NUCLEOPOLYHEDROVIRUS • GRANULOVIRUS • IRIDOVIRUS • ENTOMOPOXVIRUS • CYPOVIRUS • NODAVIRUS
PERBEDAAN PREDATOR DAN PARASITOID: Parasitoid monofagus / oligofagus Predator polifagus Parasitoid ukuran tubuh lebih kecil dari mangsa Predator ukuran tubuh lebih besar dari mangsa Parasitoid satu inang untuk hidup Predator lebih dari satu inang Parasitoid hanya betina yang mencari inang Predator jantan dan betina mencari inang Sinkronisasi prey-predator Daya cari inang
NPV : NUCLEOPOLYHEDRO VIRUS 40% Jenis virus menyerang serangga Penggunaan pertama kali pada tahun 1970 an untuk mengendaliakan hama Trichoplusia ni di California, dengan cara mengambil dan memperbanyak virus dari hama tersebut di lapangan SNPV diformulasikan dalam bentuk tepung (wettable powder), memiliki sifat mudah menyebar, persisten, dan mudah diproduksi Spodoptera litura pada kedelai SeNPV, HaNPV
5
27/09/2012
2. JAMUR ENTOMOPATOGENIK - Beuveria bassiana Nilaparvata lugens (Wereng Coklat) - Metarhizium anisopliae Oryctes rhinoceros (uret) - Nomuraea sp. Helicoverpa zea, Spodoptera litura - Paecilomyces sp. Diaphorina citri - Verticillium sp. Aleurodicus destructor - Hirsutella sp. Plutella xylostela - Sorosporella sp. Berbagai ulat grayak (Spodoptera spp.) - Spicaria sp. Helopeltis antonii
3. Bakteri - Bacillus thuringiensis (Bt) ada yang diformulasikan sebagai pestisida hayati gen disisipkan pada tanaman transgenik - B. popilliae Uret
STRATEGI PENGENDALIAN HAYATI 1. INTORDUKSI Langkah-langkah: - eksplorasi origin - pengiriman - karantina - perbanyakan - pelepasan dan pemapanan - evaluasi
4. Protozoa dan Rikettsia - Protozoa mikrosporodia lebih dari 250 spesies Nosema locustae belalang - Rikettsia menyerang kumbang, kematian akaibat rikettsia baru terjadi pada 1-4 bulan
5. Nematoda - 19 famili nematoda menyerang serangga, - Mermithidaefamili yang pentingSteinernema spp. - Steinernema carpocapsae penggerek batang padi/tebu, Cylas formicarius, Spodoptera litura, Crocidolomia binotalis
2. AUGMENTASI meningkatkan jumlah musuh alami atau pengaruhnya - Melepaskan sejumlah tambahan musuh alami ke ekosistem - Memodifikasi ekosistem shelter, refuge Pelepasan: - inokulatif - suplemen - inundatif / pelepasan massal 3. KONSERVASI menghindarkan tindakan-tindakan yang dapat menurunkan populasi musuh alami
6
27/09/2012
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA DENGAN SERANGGA MANDUL TEKNIK OTOSIDAL: MENDORONG HAMA MEMBERIKAN KONSTRIBUSI TERHADAP PENGURANGAN POPULASINYA SENDIRI (OTOCIDE: MEMBUNUH SENDIRI) STERILE INSECT TECHNIQUE (SIT)=TEKNIK SERANGGA MANDUL PERNAH DILAKUKAN DI: FLORIDA, CURACAO, PUERTO RICO, DAN AMERIKA PENGENDALIAN “SCREWWORM” Cochliomyia hominivorax (lalat ternak)
PERMASALAHAN TEKNIK SERANGGA MANDUL 1. PEMISAHAN JENIS KELAMIN 2. PEMELIHARAAN DAN PEMBIAKAN MASSAL SERANGGA DENGAN MEDIA BUATAN 3. PENENTUAN DOSIS MANDUL 4. PELEPASAN SERANGGA MANDUL KE LAPANGAN 5. PENENTUAN KEPADATAN POPULASI DI LAPANGAN 6. EVALUASI PENGARUH PELEPASAN SERANGGA MANDUL TERHADAP BERAT SERANGAN DAN KEPADATAN POPULASI SERANGGA HAMA SASARAN
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA DENGAN SERANGGA MANDUL PEMANDULAN SERANGGA JANTAN / BETINA UMUMNYA YANG DIGUNAKAN PEMANDULAN SERANGGA JANTAN PEMANDULAN: 1. RADIASI SINAR GAMMA (COBALT 60), SINAR X, SINAR NEUTRON 2. BAHAN PEMANDUL - ZAT ALKYLATING: AZIRIDIN, ASAM BENSOIK - ZAT ANTIMETABOLIT: PURIN DAN PIRIMIDIN
PERSYARATAN KEBERHASILAN TEKNIK SERANGGA MANDUL 1. SERANGGA BETINA TIDAK BERSIFAT PARTHENOGENESIS 2. SERANGGA BETINA HANYA BERKOPULASI SEKALI 3. PEMANDULAN TIDAK MENYEBABKAN PENURUNAN KEMAMPUAN KOPULASI 4. SERANGGA HARUS DIBIAKKAN SECARA MASSAL 5. PELEPASAN DENGAN TEKNIK DAN WAKTU YANG TEPAT 6. DAERAH PELEPASAN HARUS TERISOLIR SECARA GEOGRAFIS
7
27/09/2012
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA SEJARAH KARANTINA INDONESIA (http://karantina.deptan.go.id/main.php?link=or1)
KARANTINA
?
KARANTINA TUMBUHAN BAHAN DAN BAHAN PEMBAWA PRODUK BERUPA TUMBUHAN KARANTINA HEWAN BAHAN DAN BAHAN PEMBAWA PRODUK BERUPA HEWAN DAN IKAN
Karantina Pertanian tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia Tugas Pokok Karantina adalah melaksanakan perkarantinaan tumbuhan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan hewan budidaya.
FUNGSI KARANTINA TUMBUHAN DI INDONESIA 1. Mencegah masuknya hama dan penyakit tumbuhan karantina dari luar negeri ke dalam wilayah negara RI 2. Mencegah tersebarnya hama dan penyakit tumbuhan karantina dari satu daerah ke daerah lain dalam wilayah negara RI 3. Mencegah keluarnya hama dan penyakit tumbuhan tertentu dari wilayah negara RI apabila negara tujuan menghendakinya
KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN MASA SEKARANG: KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN DI INDONESIA DI LEBUR MENJADI SATU YAITU KARANTINA PERTANIAN INDONESIA, YANG MENANGANI KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN
8
27/09/2012
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA (OPTK) OPTK ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA OPTK Golongan I OPTK yang tidak bisa dibebaskan dari media pembawanya dengan cara perlakuan, biasanya OPTK ini tergolong patogen OPTK Golongan II OPTK yang bisa dibebaskan dari media pembawanya dengan menggunakan cara perlakuan tertentu, biasanya hama OPTK A1 OPTK yang belum ada di wilayah Indonesia OPTK A2 sudah ada di wilayah Indonesia namun penyebaran masih terbatas pada daerah tertentu OPTP: Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting selain OPTK yang keberadaannya pada benih tanaman yang dilalulintaskan dapat menimbulkan pengaruh merugikan secara ekonomis terhadap tujuan penggunaan benih tersebut misalnya: patogen yang terbawa benih
TINDAKAN KARANTINA (8P): 1. pemeriksaan 2. pengasingan 3. pengamatan 4. perlakuan 5. penahanan 6. penolakan 7. pemusnahan 8. pembebasan
SERTIFIKAT KESEHATAN KARANTINA (PHYTOSANITARY CERTIFICATE) Surat keterangan yang dibuat oleh pejabat berwenang di negara atau area asal/pengirim/transit yang meyatakan bahwa tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan yang tercantum di dalamnya bebas dari OPT, OPTK, OPTK Gol. I, OPTK Gol. II, dan atau OPTP
CONTOH OPTK Gol. II A1 Berbagai spesies lalat buah: Anastrepa spp. Bactrocera spp. Rhagoletis spp. menyerang buah apel Ceratitis capitata menyerang buah jeruk
CONTOH OPTK Gol. II A2 Belalang Sexava nubila menyerang daun kelapa di Kepulauan Sangihe Talaud (Sulawesi Utara), Maluku Utara, dan Papua
BEBERAPA ISTILAH IPPC International Plant Protection Convention NPPO National Plant Protection Organization ISPM International Standard for Phytosanitary Measures Sanitary and Phytosanitary (kebersihan dan kesehatan tumbuhan) Pest Risk Analysis (analisis resiko hama) Pest Risk Assessment (penaksiran/pendugaan resiko hama) Pest Risk Management (evaluasi dan seleksi meminimalkan resiko hama) Surveillance kegiatan survey hama Pest Free Area (Daerah yang bebas hama) Inspection (Inspeksi) secara visual Pest Status (status hama) OPT/OPTK/OPTP Pest Records (Catatan Mengenai status dan kondisi Hama) Pest List (Daftar Hama) Point of Entry (pintu masuk produk pertanian dari luar negeri/daerah) FAO (Badan Pangan Dunia) WHO (Badan Kesehatan Dunia)
9
27/09/2012
PENGALAMAN MENGENAI MASUKNYA OPTK: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kumbang Trogoderma granarium Siput Afrika (Giant Snail) Achatina fulica Eceng gondok Eichornia crassipes Keong Mas Pomacea caniculata Lalat pengorok daun kentang Liriomyza huidobrensis Nematoda Sista Kuning Globodera rostochiensis
PESTISIDA Zat atau senyawa kimia, zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA KIMIAWI
PESTISIDA
PEMBERIAN NAMA PESTISIDA Nama Umum : karbofuran Nama Dagang: Furadan, Currater, Indofur, Dharmafur Nama Kimia
PENGELOMPOKAN PESTISIDA BERDASARKAN SASARAN - Larvisida - Akarisida - Mitisida - Adultsida - Moluskisida - Algisida - Nematisida - Arborisida - Ovisida - Avisida - Piscisida - Bakterisida - Predasida - Fungisida - Rodentisida - Herbisida - Silvisida - Insektisida - Termitisida - Ixosida
?
: 2,3-hidro 2,2,-dimetil-7-benzonil metilkarbamat
Rumus Bangun
PENGGOLONGAN PESTISIDA MENURUT PENGARUH TERHADAP HAMA MENURUT CARA MASUK KE TUBUH HAMA (MODE OF ENTRY) MENURUT SIFAT KIMIA
10
27/09/2012
PESTISIDA BERDASAR PENGARUH TERHADAP SASARAN ANTIFIDAN (ANTI-FEEDANT) ANTITRANSPIRAN (ANTI-TRANPIRANT) ATRAKTAN (ATTRACTANT)
PESTISIDA BERDASARKAN MODE OF ENTRY RACUN PERUT (STOMACH POISON) PESTISIDA SISTEMIK RACUN KONTAK (CONTACT POISON) FUMIGAN (FUMIGANT)
KHEMOSTERILAN (CHEMOSTERILANT) DEFOLIAN (DEFOLIANT)
PESTISIDA BERDASARKAN SIFAT KIMIA
DESIKAN (DESICCANT)
PESTISIDA ANORGANIK / INORGANIK
DISENFEKTAN (DISINFECTANT)
TIDAK MENGANDUNG UNSUR KARBON
PERANGSANG MAKAN (FEEDING STIMULANT)
TOKSISITAS TINGGI PADA MAMALIA DAN MANUSIA
PENGATUR PERTUMBUHAN (GROWTH REGULATOR) REPELEN (REPELLENT) SEMIOKIMIA (SEMIOCHEMICAL) SINERGIS (SYNERGIST)
KALSIUM ARSENAT, Pb ARSENAT, KLORID, BELERANG PESTISIDA ORGANIK MENGANDUNG UNSUR KARBON PESTISIDA ORGANIK ALAMI PESTISIDA ORGANIK SINTETIK
PESTISIDA ORGANIK ALAMI DIBUAT DARI TUMBUHAN (PESTISIDA BOTANI) Chrysanthemum cinerariaefolium Nicotiana tabacum Azadirachta indica Derris elliptica PESTISIDA ORGANIK SINTETIK Organo Klorin (OK) Difenilalifatik DDT, dikofol, metoksiklor, klorbensid
PESTISIDA ORGANIK SINTETIK Organofosfat (Organophosphat OP) dengan unsur P meliputi semua ester asam fosforik (H3PO4) ada 3 kelompok: Alifatik rantai karbon lurus tdk berbentuk cincin TEPP, malation, dikrotofos, dll Fenil cincin-cincin fenil paration, metil paration, profenofos, dll Heterosiklik ada cincin fenil, satu atau beberapa atom C
Derifat benzen BHC (benzena heksaklorid), lindan
diikat oleh O, N, atau S
Siklodien klordan, endosulfan, endrin, heptaklor, mirex
diazinon, klorpirifos, fention, dll
Polikloreoterpene kamfeklor (toksapene) GOLONGAN INI JARANG DIGUNAKAN DILARANG!
11
27/09/2012
PESTISIDA ORGANIK SINTETIK PESTISIDA ORGANIK SINTETIK Karbamat (Carbamate) Ada 3 kelas: Metil karbamat dengan cincin fenil BPMC, MICP, Isokarb, dll Metil karbamat dan dimetil karbamat dengan struktur heterosiklik bendiokarp, karbofuran, dioxakarb, dll Metil karbamat dari oksin yang mempunyai struktur rantai aldikarb, metomil, dll
Kloronikotinil tiruan dari nikotin imidakloprid Pengatur Pertumbuhan Serangga (IGR= Insect Growth Regulator) selektif secara fisiologis mempengaruhi sistem endokrin tebufenozoid, metoxyfenozoid, dan halofenozoid
Piretroid Sintetik (PS) meniru bahan aktif piretrum dari ekstra bunga Chrysanthemum cinerariaefolium 4 generasi PS: Allerin Resmetrin Fenvalerat dan permetrin Sipermetrin, flusitrinat, fenpropatrin, fluvalinat, sihalotrin, deltametrin, siflutrin
Minyak Petrolium minyak mineral Insektisida Kimia Lain formamidin, tiosianat, dinitrofenol, organosulfur, organotin, dan antibiotik Insektisida Botani dari bahan tumbuhan
di Indonesia menggunakan buprofezin penghambat khitin Fumigan bahan atau campuran bahan kimia yang dapat menghasilkan gas, uap, dan asap yang beracun metil bromida, kloropikrin, aluminium fosfida, naftalena, fosfin
12
27/09/2012
Bahan Teknis Bahan Aktif Teknis bahan kimia atau bahan lain yang terkandung dalam pestisida yang merupakan bahan yang berdaya racun FORMULASI PESTISIDA
Bahan Inert Bahan Tambahan
UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT-SIFAT BAHAN TEKNIS AGARA SESUAI
Surfaktan
DENGAN KEPERLUAN PENYIMPANAN, PENANGANAN, APLIKASI,
Solvent
PENINGKATAN EFEKTIVITAS, ATAU KEAMANAN BAGI MANUSIA
Carrier
DAN LINGKUNGAN
Bahan khusus stabilizers sinergis wetters minyak odorants cat dan pigment thickeners colouring agent zat anti mikrobia
Sistem Kode Formulasi Pestisida Kode Formulasi karena perkembangan pembuatan Bahan Aktif dan formulasi pestisida sangat cepat, agar tidak membingungkan pengguna dan konsumen perlu dilakukan pembakuan kode formulasi secara internasional GCPF : Global Crop Protection Federation, yaitu asosiasi industri pestisida global, sebelumnya disebut GIFAP, sekarang menjadi Crop Life International Kode formulasi dengan dua huruf besar/kapital, sekitar 71 kode formulasi telah dibakukan. GCPF mengelompokkan: 1. konsentrat yang diencerkan dengan air 2. konsentrat yang diencerkan dengan pelarut organik 3. formulasi diaplikasikan tanpa diencerkan 4. macam-macam formulasi untuk keperluan khusus
KODE FORMULASI
Emulsifiable Concentrat (EC)
Terdiri dari: bahan aktif teknis, cairan pelarut untuk bahan aktif, dan pengemulsi
Biasanya mengandung 15-50% bahan aktif
Emulsi minyak dalam air terbentuk bila formulasi ini dicampur dengan air cairan putih seperti susu
Wettable Powders (WP)
Tepung kering yang dapat dilarutkan dalam air
Terdapat surfaktan dan pembasah (wettable)
Bahan aktif 95%
Pembuatan dan pengemasan lebih mudah daripada EC
13
27/09/2012
Suspension Concentrate (SC)
Dustable Powder (DP)
Formulasi ini dapat diencerkan dalam air
Tepung kering
Keuntungan mudah ditangani, prosentase bahan aktif tinggi
Bahan aktif 1-10%
Kelemahan harus sering diaduk, dapat cepat mengendap
Alat penyemprot duster
Kurang efektif
Water Soluble Powder (SP)
Berupa bubuk kering
Lebih larut dalam air daripada WP
Butiran
Kandungan bahan aktif 75-95%
Bahan aktif 20-40%
Pengadukan hanya dilakukan pada awal pelarutan
Penggunaan dengan penyebaran secara langsug di lahan
Ultra Low Volume Liquid (ULV)
Granules (GR)
Aerosol Dispenser (AE)
Konsentrat cair yang homogen
Larutan dalam kaleng yang bertekanan udara
Harus dengan alat khusus Ultra Low Volume (ULV)
Gas bertekanan: karbondioksida atau fluorokarbon
ULV menghasilkan butiran lembut (< 50 um)
Persentase bahan aktif rendah
Bahan aktif 95-100%
Bait (RB)
Umpan beracun
Dapat berupa granular bait (GB), plate bait (PB), block bait (BB)
Konsentrasi bahan aktif < 5%
Capsule Suspension (CS) Emulsi atau dispersi dari bahan aktif yang telah diselimuti atau dienkapsulasi dengan kulit polimer Bentuk formulasi: mikrokapsul berlubang mikroskopis, bersifat semi permeabel Keunggulan: aktivitas residual lebih lama, mengurangi dampak bagi lingkungan, mengurangi kehilangan karena penguapan, mengurangi kontaminasi air tanah, memudahkan pencampuran dalam tangki, laju penggunaan bahan aktif dapat dikurangi Kelemahan: mahal membuatnya, kandungan bahan aktif lebih rendah daripada EC
TOKSISITAS PESTISIDA AKUT Pengaruh meracuni yang timbul segera setelah pemaparan Keracunan dan atau kematian secara langsung atau cepat KRONIK Pengaruh merugikan yang timbul sebagai akibat pemberian takaran harian berulang pestisida dalam jumlah sedikit yang berlangsung sebagian besar rentang hidup organisme Karsinogenik, mutagenik, teratogenik, endocrine destruptor SUBKRONIK Pengaruh merugikan yang timbul sebagai akibat pemberian takaran harian berulang pestisida yang langsung pada sebagian kecil rentang hidup organisme
14
27/09/2012
PENGUJIAN TOKSISITAS INSEKTISIDA Toksisitas akut melalui oral atau dermal Unit pengukuran miligram (mg) bahan aktif per kilogram (kg) berat tubuh binatang uji Dosis median letal (LD 50): suatu dosis innsektisida yang diperlukan untuk membunuh 50% dari individu-individu spesies binatang uji dalam kondisi percobaan yang telah ditetapkan.
MASALAH RESIDU PESTISIDA Resistensi hama faktor genetik, biologi, dan operasional Resurjensi hama peningkatan populasi hama sasaran yang mencolok sehingga jauh melampaui ambang ekonomi segera setelah diadakan tinndakan pengendalian dengan pestisida tertentu BMR (MRLs) APLIKASI DAN SELEKTIVITAS PENGGUNAAN PESTISIDA Selektivitas fisiologi selektif terhadap hama sasaran Selektivitas ekologi waktu yang tepat perlakuan secara parsial perlakuan pada tanaman perangkap cara aplikasi, misalnya melalui tanah atau air Selektivitas melalui formulasi dan cara aplikasi penggunaan formulasi butiran insektisida sistemik penggunaan formulasi ULV mengurangi pencemaran pelatihan agar aplikasi tepat cara dan sasaran
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA SECARA BUDIDAYA TANAMAN SEHAT Tujuan Mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa sehingga menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangan hama serta dapat mengurangi laju peningkatan populasi hama dan kerusakan tanaman, selain itu diupayakan untuk dapat mendorong berfungsinya musuh alami sebagai pengendali hama yang efektif. Teknik pengendalian secara budidaya tanaman (Pedigo, 1996): 1. Mengurangi kesesuaian ekosistem 2. Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup hama 3. Mengalihkan populasi hama menjauh tanaman 4. Mengurangi dampak kerusakan tanaman
15
27/09/2012
MENGURANGI KESESUAIAN EKOSISTEM 1. Sanitasi 2. Penghancuran atau modifikasi inang atau habitat pengganti 3. Pengerjaan tanah 4. Pengelolaan air GANGGUAN KONTINUITAS PENYEDIAAN KEPERLUAN HIDUP HAMA 1. Pergiliran tanaman 2. Pemberoan lahan 3. Penanaman serentak 4. Penetapan jarak tanam 5. Lokasi tanaman 6. Memutuskan sinkronisasi tanaman-hama 7. Menghalangi peletakan telur PENGALIHAN POPULASI HAMA MENJAUHI PERTANAMAN 1. Penanaman tanaman perangkap 2. Panen lajur PENGURANGAN DAMPAK KERUSAKAN HAMA 1. Mengubah toleransi inang 2. Mengubah jadwal panen
MEKANISME KETAHANAN TANAMAN 1. KETAHANAN GENETIK a. Non preference (ketidaksukaan) Antixenosis kimiawi Antixenosis Morfologis b. Antibiosis Adanya metabolit toksis (alkaloid, glukosida, dan quinon) Ketersediaan unsur hara kurang dalam tanaman Perbandingan unsur hara dalam tanaman tidak seimbang Adanya antimetabolit Adanya enzim-enzim penghalang proses pencernaan makan c. Toleran Kekuatan tanaman secara umum Pertumbuhan kembali jaringan yang rusak Ketegaran batang dan ketahanan terhadap perebahan Produksi cabang-cabang tambahan Pemanfaatan nutrisi lebih efisien oleh serangga Kompensasi lateral oleh tanaman tetangga
TANAMAN TAHAN HAMA SIFAT TANAMAN SEBAGAI SUMBER RANGSANGAN 1. Sifat Morfologi rangsang fisik, misalnya: ukuran daun, bentuk daun, warna daun, dsb 2. Sifat Fisiologi zat-zat kimia yang dihasilkan oleh tanaman semiokimia feromon dan allelokimia allelokimia allomon dan kairomon Allomon: - repellent penolak - penggairah gerakan mempercepat gerakan serangga - suppresant penekan, menghalangi pengisapan oleh serangga - deterrent menghalangi proses makan dan peletakan telur - antibiotik mengganggu pertumbuhan dan perkembangan normal larva, mengurangi umur dan fekunditas imago - antixenotik mengganggu perilaku normal pemilihan inang Kairomon: - Atraktan (attractant) - Arrestant (penahan) - Penggerak makan dan oviposisi
2. KETAHANAN EKOLOGI a. Pengelakan inang (host evasion) b. Ketahanan dorongan (induced resistance) c. Inang luput dari serangan (host escape)
TIPE KETAHANAN GENETIK TANAMAN BERDASARKAN LATAR BELAKANG SIFAT GENETIK 1. Ketahanan vertikal tahan terhadap biotipe tertentu dikendalikan oleh satu atau sedikit gen pada tanaman 2. Ketahanan horizontal tahan terhadap kisaran luas genotipe hama dan bebas biotipe hama dikendalikan banyak gen
16
27/09/2012
TIPE KETAHANAN GENETIK TANAMAN BERDASARKAN CARA SIFAT KETAHANAN DITURUNKAN 1. Ketahanan Oligogenik 2. Ketahanan Poligenik 3. Ketahanan Sitoplasmik
KELEBIHAN PENGGUNAAN VARIETAS TAHAN 1. 2. 3. 4. 5.
Praktis dan ekonomis menguntungkan Sasaran pengendalian spesifik Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten Kompatibilitas dengan komponen PHT lainnya Dampak negatif terhadap lingkungan terbatas
KELEMAHAN PENGGUNAAN VARIETAS TAHAN 1. 2. 3. 4.
Waktu dan biaya pengembangan Keterbatasan sumber ketahanan Timbulnya biotipe hama Sifat ketahanan yang berlawanan
TANAMAN TRANSGENIK Tanaman hasil rekayasa genetik, misalnya: tanaman kapas transgenik yang telah disisipi gen tahan dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) KELEBIHAN: 1. Efektif mengendalikan hama sasaran dan pengurangan kehilangan hasil 2. Penurunan penggunaan pestisida kimia 3. Penurunan biaya pengendalian 4. Pengendalian hama secara selektif 5. Penurunan populasi hama dalam areal yang luas KETERBATASAN: 1. Resistensi hama terhadap toksin 2. Pengaruh tanaman transgenik terhadap non target organism 3. Pengurangan keanekaragaman hayati 4. Variasi hasil 5. Kepekaan terhadap jenis hama lain 6. Pengembalian investasi tidak terjamin 7. Risiko bagi kesehatan 8. Ketergantungan pada industri benih transgenik
17