i
© 2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI) UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali*
Katalog dalam Terbitan
Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Prosiding Seminar/Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo (Ed.). – Jakarta: LIPI Press, 2009. xx + 738 hlm.; 21 x 29,7 cm ISBN 978-979-799-447-1 1. Konservasi 2. Flora Indonesia
2. Keanekaragaman Hayati 4. Pemanasan Global
333.95
Penelaah
Setting dan Layout Desain Sampul Penerbit
: Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa : I Putu Agus Hendra Wibawa : Gede Wawan Setiadi : LIPI Press, anggota Ikapi
*UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191 Telp. : +62368 21273; Fax.: +62368 22051 E-mail: kebunrayabali.yahoo.com www.kebunrayabali.com
ii
PROSIDING
Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global” Bali, 14 Juli 2009 ISBN : 978-979-799-447-1
Penelaah : Bayu Adjie Dedy Darnaedi Sutrisno Joko R. Witono Pande Ketut Sutara Enik Kriswiyanti Teguh Triyono Ida Bagus Ketut Arinasa
Penyunting : Agung Kurniawan Ni Kadek Erosi Undaharta I Putu Agus Hendra Wibawa I Gede Tirta Wawan Sujarwo
Penyelenggara : UPT BKT Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali - LIPI
bekerja sama dengan PTTI, FMIPA Universitas Udayana dan BLH Prov. Bali
iii
PROSIDING
Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global” Bali, 14 Juli 2009 Tidak dibenarkan mengutip ataupun memperbanyak seluruh maupun sebagian isi buku ini kemudian mendistribusikannya, tanpa ijin tertulis dari penerbit. Diterbitkan oleh : UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191 website : www.kebunrayabali.com e-mail :
[email protected] cetakan 2009© ISBN : 978-979-799-447-1
Penelaah : Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa Penyunting : Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo
Setting & Layout : I Putu Agus Hendra Wibawa Desain Sampul : Gede Wawan Setiadi
iv
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global telah diselenggarakan pada tanggal 14 Juli 2009 di Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI. Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan. Seminar ini terlaksana atas kerjasama antara UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” - LIPI dengan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia (PTTI) dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Seminar ini diikuti oleh 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia pelaksana dan seluruh pihak yang telah secara langsung maupun tidak langsung membantu terselenggaranya seminar ini. Besar harapan kami bahwa prosiding ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global yang terus berlangsung.
Ir. I Nyoman Lugrayasa Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI
v
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ REKOMENDASI ................................................................................................... SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA “EKA KARYA BALI” LIPI ...................................................... SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI – LIPI ..................
iv xv xvi xix
MAKALAH KUNCI Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global Endang Sukara .........................................................................................................
1
MAKALAH UTAMA Pembangunan Kebun Raya Daerah dan Peran Strategisnya dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim Global Mustaid Siregar, Hendrian dan Sutrisno ..................................................................
7
Kedalaman Informasi dan Kelembagaan Taksonomi Menghadapi Perubahan Iklim Global Dedy Darnaedi ..........................................................................................................
14
Pemanasan Global Sebagai Akibat Ulah Manusia Diplanet Bumi I Wayan Kasa ............................................................................................................
15
Bali dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim Ketut Suryadarmadi ..................................................................................................
22
MAKALAH ORAL Impact of Climate Change on Distribution of Elatostema (Urticaceae) In Indonesia Barry J. Conn dan Julisasi T. Hadiah ......................................................................
31
Menyusun Prioritas Koleksi Bagi Kebun Raya Baru di Indonesia Irawati .....................................................................................................................
40
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global di Indonesia; Dampaknya terhadap Kondisi Biogeofisik Rachmat Fajar Lubis dan Robert Delinom ..............................................................
45
Peran Hutan Masyarakat Adat dalam Menjaga Stabilitas Iklim Satu Kajian Perspektif Deep Ecology (Kasus Masyarakat Desa Adat Tenganan, Bali) I.G.P.Suryadarma .....................................................................................................
50
New cpDNA Sequences Of The Tree Fern Dicksonia From Indonesia Bayu Adjie .................................................................................................................
58
vi
MAKALAH PENUNJANG Inventarisasi dan Eksplorasi Anggrek di Wamena-Papua I Gede Tirta dan I Nyoman Peneng ..........................................................................
61
Keanekaragaman Anggrek di Kawasan Sungai Busang, Kalimantan Tengah Dwi Murti Puspitaningtyas .......................................................................................
66
Eksplorasi Flora di Kawasan Hutan Komara oleh Kebun Raya Purwodadi Esti Endah Ariyanti ..................................................................................................
75
Konservasi Tumbuhan Secara Ex Situ Langkah Awal Domestikasi Subekti Purwantoro ..................................................................................................
81
Beberapa Jenis Pohon yang Menjadi Inang Anggrek Pteroceras javanicum (J.J.Sm.) Bakh.F. di Twa Lejja Kab. Soppeng Propinsi Sulawesi Selatan Suhartono .................................................................................................................
85
Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack) di Hutan Lindung Sungai Wain Kabupaten Balikpapan Propinsi Kalimantan Timur Suhartono .................................................................................................................
88
Peranan Konservasi Tumbuhan Warna Alam di Kab. Gianyar dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global Pande Ketut Sutara ...................................................................................................
91
Konservasi Nipah (Nypa fruticans) Sebagai Alternatif Desa Banjarasem dalam Kaitannya dengan Penekanan Pemanasan Global I Gusti Ngurah Puger ................................................................................................
99
Eksplorasi Begonia di Cagar Alam Pulau Batanta Barat, Propinsi Papua Barat I Made Ardaka, I Wayan Mudarsa dan I Nyoman Sudiatna ....................................
110
Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Pohon pada Perbedaan Status Kepemilikan Lahan Garapan di Lampung Barat Indriani Ekasari ........................................................................................................
119
Anggrek Epifit di Twa Bukit Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat Pa’i Dan Esti Endah Ariyanti ...................................................................................
128
Digitalisasi Data Konservasi dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ...........................................................
133
Identifikasi Dendrobium Spp Daun Pipih dari Seksi Aporum (Orchidaceae) di Kebun Raya Purwodadi Nina Dwi Yulia .........................................................................................................
139
vii
Eksplorasi dan Penelitian Tanaman Upacara Agama Hindu di Kecamatan Kintamani, Bangli – Bali I Made Sudi ...............................................................................................................
145
Eksplorasi Flora di Bukit Silangjana Singaraja-Bali I Made Sudi, I Gusti Putu Wendra dan Ketut Sandi .................................................
149
Taman Begonia Kebun Raya “Eka Karya” Bali : dalam Tinjauan Analisis I Made Ardaka dan I Dewa Putu Darma .................................................................
154
Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Percobaan Kultur Invitro Rafflesia patma dan R. meijerii . Sofi Mursidawati dan Elizabeth Handini .................................................................
158
Studi Pertumbuhan Anthurium x. ferriense dan Philodendron wendlandii Schott di Dalam Ruangan pada Intensitas Cahaya yang Berbeda Siti Fatimah Hanum .................................................................................................
162
Manipulasi Warna Bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla) dengan Pengaturan pH Tanah Made Ria Defiani dan Ni Luh Suriani .......................................................................
170
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Jenis Media Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Epidendrum (Epidendrum radicans Pav.)” Gede Lemes ..............................................................................................................
175
Studi Penyimpanan Biji Anggrek Cymbidium finlaysonianum Elizabeth Handini dan Dwi Murti Puspitaningtyas ..................................................
183
Pelestarian Majegau (Dysoxylum caulostachyum) Flora Identitas Propinsi Bali Yunita Hardini dan Hartutiningsih M. Siregar ........................................................
191
Masa Berbunga Beberapa Jenis Rhododendron spp. (Sub Sect. Vireya) Koleksi Kebun Raya ’Eka Karya’ Bali Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri ..............................................................................
196
Kultur Daun Phalaenopsis sumatrana Korth. & Rchb.f. Asal Kalimantan Barat Elizabeth Handini dan Yupi Isnaini .........................................................................
206
Isolasi Bakteri Dari Bunga Bangkai (Amorphophalus titanium Becc.) di Kebun Raya Bogor Sri Hartin Rahaju, Novik Nurhidayat dan Yuzammi ................................................
211
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Kelompok Pseudomonas “Fluoresens” dari Bunga Bangkai Amorphophalus paeoniifolius Sri Hartin Rahaju dan Novik Nurhidayat .................................................................
215
viii
Keanekaragaman Isolat Bakteri dari Bunga Bangkai Amorphophalus titanum Becc. di Kebun Raya Cibodas Sri Hartin Rahaju dan Novik Nurhidayat .................................................................
220
Perbanyakan Baccaurea dulcis dengan Cara Cangkok dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Reni Lestari ...............................................................................................................
227
Aplikasi Bahan Organik untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman dan Populasi Cacing Tanah di Sumberjaya Lampung Barat Agus Karyanto, Sri Murwani, Rusdi Evizal dan Sugiatno .......................................
232
Perkecambahan Biji Beberapa Jenis Tumbuhan Berpotensi Tri Handayani dan Melani Kurnia Riswati ..............................................................
240
Daya Hidup Biji Majegau (Dysoxylum caulostachyum Miq) dan Rijasa (Elaeocarpus grandiflorus JE.Smith). Dewi Lestari .............................................................................................................
244
Kajian Tumbuhan Endemik Kalimantan: Osmoxylon borneense Seem. Hary Wawangningrum dan Dwi Murti Puspitaningtyas ..........................................
249
Manfaat Aren, Arenga pinnata Wurmb. Merr. dan Potensinya Sebagai Tanaman Reintroduksi di Daerah Aliran Sungai (DAS) I Made R. Pendit, Ni Putu Sriasih, dan I Made Sumerta .........................................
254
Pemanfaatan Gatep (Inocarpus fagiferus (Parkinson) Fosb.) Sebagai Penghijauan Lahan Marginal I Made Sumerta, I Made R. Pendit dan I Made Suja ................................................
258
Averrhoa spp. di Kebun Raya Bogor dan Upaya Konservasinya Inggit Puji Astuti dan Rugayah .................................................................................
261
Keanekaragaman Flora di Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar Danau Bawah - Jamrud, Riau. Esti Munawaroh ........................................................................................................
265
Studi Populasi Jenis-Jenis Bambu Alam di Kawasan Hutan Palungan Batu, Kabupaten Jembrana-Bali. Ida Bagus Ketut Arinasa ...........................................................................................
271
Reintroduksi Palem Nyabah (Pinanga arinasae J.R. Witono) Jenis Endemik di Bali Ida Bagus Ketut Arinasa ...........................................................................................
276
Inventarisasi Tumbuhan di Taman Nasional Kepulauan Togean Sri Hartini dan Hary Wawangningrum ....................................................................
280
ix
Analisa Kromosom dan DNA Serta Diversifikasi Morfologi; Studi Kasus pada Salvia spp. (Lamiaceae) Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ..........................................................................
295
Kumis Kucing (Orthosiphon spp.; Lamiaceae) di Indonesia dan Indikasi Jenis Baru dari Pulau Waigeo, Papua Barat Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ..........................................................................
303
Studi Pendahuluan Deteksi Keragaman Populasi Jati (Tectona grandis L.) dengan Marka RAPD Made Pharmawati ....................................................................................................
307
Taman Panca Yadnya Kebun Raya ”Eka Karya” Bali Suatu Konsep Konservasi dan Budaya Dalam Harmoni I Dewa Putu Darma...................................................................................................
312
50 Tahun Peran Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Konservasi Tumbuhan Siti Fatimah Hanum dan Wenni Setyo Lestari ..........................................................
316
Inventarisasi Jenis Tanaman Pekarangan yang Berpotensi Obat di Desa Sukajadi Kabupaten Bogor Siti Fatimah Hanum .................................................................................................
328
Potensi Ficus benjamina L. sebagai Tanaman Konservasi di Bali I Nyoman Peneng .....................................................................................................
337
Peranan Ecopark dalam Pengembangan dan Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan Berpotensi di Indonesia Tri Handayani, Sugiarti dan Ika Sartika ..................................................................
344
Keanekaragaman Jenis Araliaceae di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatera Barat Hary Wawangningrum .............................................................................................
353
Kekayaan Sumber Daya Alam di Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara Rismita Sari ...............................................................................................................
359
Keanekaragaman Spesies Burung dan Habitatnya di Kebun Raya Eka Karya Bali Sudaryanto ................................................................................................................
365
Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Buah di Kalimantan Tengah dan Habitat Tumbuhnya Reni Lestari, Rismita Sari, Didit Okta Pribadi dan Andy Bhermana .......................
370
Potensi dan Konservasi Genitri (Elaeocarpus sphaericus Schum) di Bali Dewi Lestari .............................................................................................................
382
x
Eksplorasi Tumbuhan di Kawasan Cagar Alam Gunung Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara Agung Kurniawan dan I Made Raharja Pendit ........................................................
386
Pematahan Dormansi Biji Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) dengan Larutan H2SO4 Sri Wahyuni dan Syamsul Hidayat ...........................................................................
396
Perkecambahan Palem Endemik Sulawesi Pigafetta elata (Giseke) Becc. Kebun Raya Purwodadi Rony Irawanto ..........................................................................................................
404
Biji dan Perkecambahan Typhonodorum lindleyanum Schott Kebun Raya Purwodadi Rony Irawanto dan Abban Putri Fiqa ......................................................................
410
Studi Perilaku Perkecambahan Biji Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) Abban Putri Fiqa dan Dewi Ayu Lestari ..................................................................
416
Teknik Perbanyakan Konvensional dengan Spliting Batang pada Beberapa Media Tanam Anggrek Dendrobium macrophyllum A. RICH. I Gede Tirta ..............................................................................................................
420
Efektivitas Media Tanam dan Perlakuan Pratanam pada Perkecambahan Biji Tanjung (Mimusops elengi L.) dan Trengguli (Cassia fistula L.) sebagai Tumbuhan Penyerap Karbondioksida Winda Utami Putri ...................................................................................................
424
Analisis Kandungan Klorofil Caulerpa lentillifera J. Agardh Ditinjau dari Aspek Fisiologis dan Ekologis Ni Wayan Sri Ika Yadnyasari dan Ni Putu Adriani Astiti ........................................
430
Palem Marquesas (Pelagodoxa henryana Becc.;Arecaceae), Salah Satu Koleksi Kritis di Kebun Raya Bogor dan Perbanyakannya Sumanto ....................................................................................................................
433
Induksi Pembentukan Kantong Tanaman Nepenthes rafflesiana Jack pada Berbagai Konsentrasi Media dan Ukuran Wadah Kultur Eka Martha Della Rahayu dan Yupi Isnaini ............................................................
436
Perbanyakan Syzygium cumini dan Syzygium polyanthum di Kebun Raya Purwodadi Deden Mudiana ........................................................................................................
442
Kegiatan Perbanyakan Tanaman di Kebun Raya Purwodadi Deden Mudiana dan Suhadinoto ..............................................................................
447
xi
Variasi Konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan Planlet Dendrobium conanthum Secara In Vitro Destario Metusala dan Fajar Nurrachman ..............................................................
451
Efektifitas Beberapa Tanaman Penyerap Timbal (Pb) pada Kawasan Pabrik dan Padat Lalu Lintas di Kawasan Singosari, Kabupaten Malang Agung Sri Darmayanti dan Siti Sofiah .....................................................................
456
Kondisi Fisiologis Daun Puring (Codiaeum variegatum) pada Tingkat Cemaran Timbal (Pb) yang Berbeda Agung Sri Darmayanti ..............................................................................................
461
Perkecambahan Biji Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack.) pada Berbagai Media In Vitro dan di Rumah Kaca Yupi Isnaini ...............................................................................................................
465
Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Inokulasi Biji Rafflesia patma Secara In-Vivo Sofi Mursidawati dan Melani Kurnia Riswati ..........................................................
472
Pemekaran Bunga Hibiscus Di Kebun Raya Cibodas Sumanto .....................................................................................................................
476
Sempupu Island Nature Reserve : A Contribution To Small Island’s Plant Diversity And Karst Ecosystem Conservation As A Potential Investment In Climate Change Mitigation And Adaptation Activity Rosniati A. Risna and Dwi Narko ............................................................................
481
Keberadaan Pulai (Alstonia spp.) di Taman Nasional Ujung Kulon dan Upaya Perbanyakannya untuk Bahan Baku Kerajinan Maupun Obat Tradisional Syamsul Hidayat dan Sutrisno ..................................................................................
491
Kebun Raya “Eka Karya” Bali dan Begonia Sewindu Perjalanan Konservasi, Penelitian dan Pengembangan Begonia Hartutiningsih - M. Siregar, I.M. Ardaka, G. W. Setiadi, I.N. Lugrayasa dan Mustaid Siregar .......................................................................................................
497
Konservasi Tanaman Upacara Agama Hindu Bali dari Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali Agung Kurniawan, I Gusti Putu Wendra dan I Ketut Sandi ....................................
505
Pembuatan Arang Aktif dari Limbah Kulit Suren (Toona sureni Merr.) dalam Upaya Konservasi Bahan Wawan Sujarwo ........................................................................................................
513
xii
Karbon Aktif Serbuk Gergaji Kayu Kelapa (Cocos nucifera L.) dalam Memperbaiki Kualitas Air Wawan Sujarwo ........................................................................................................
517
Potensi Obat Tumbuhan Benalu di Taman Wisata Alam (TWA) Cani Sirenreng Dusun Maningo Desa Tellu Boccoe Kecamatan Ponre Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Sri Wuryanti dan Deden Mudiana ...........................................................................
521
Inventarisasi Tumbuhan Obat di Beberapa Daerah di Kabupaten Banyuwangi Sri Wuryanti dan Esti Endah Ariyanti ......................................................................
527
Potensi Baccaurea spp. : Studi Kasus di Kebun Raya Bogor Popi Aprilianti, Reni Lestari dan Winda Utami Putri ..............................................
534
Pemanfaatan Bahan Tumbuhan dalam Tradisi Nginang Sirih pada Perayaan Sekaten di Keraton Kasultanan Jogjakarta Destario Metusala ....................................................................................................
545
Studi Potensi Beberapa Jenis Bulbophyllum (Orchidaceae) di Kebun Raya Purwodadi sebagai Tumbuhan Epifit Penyerap CO2 Destario Metusala ....................................................................................................
550
Pendugaan Nilai Keindahan Tanaman Palem Koleksi Kebun Raya Purwodadi Dendik Subekti dan Rony Irawanto ..........................................................................
554
Etnobotani Sirih ( Piper betle.L.) sebagai Pelengkap Canang untuk Sarana Upacara Yadnya Cornelius Sri Murdo dan Pande Kadek Ayu Suarsini ..............................................
557
Skrining Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Pestisida Ramah Lingkungan Untuk Meminimalisir Penyebab Pemanasan Global I Putu Agus Hendra Wibawa ....................................................................................
562
Pemanfaatan Gleditsia assamica Bor. Sebagai Tanaman Reboisasi I Nyoman Peneng dan Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri .........................................
569
Diversifikasi Pangan Sebagai Salah Satu Alternatif untuk Mengurangi Pemanasan Global Joko Ridho Witono dan Yuzammi .............................................................................
573
Fenologi Empat Jenis Tumbuhan Akumulator Merkuri Syamsul Hidayat, Titi Juhaeti dan Nuril Hidayati ...................................................
579
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Evaluasi Pemilihan Lahan Tanam Rachmawan Adi Laksono dan Diah Harnoni Apriyanti S.T. ...................................
587
xiii
Murraya sp. dari Cyclops : Karakteristik Morfologi dan Persebarannya I Nyoman Lugrayasa, Inggit Puji Astuti dan Sutrisno .............................................
590
Beberapa Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi Dewi Ayu Lestari dan Siti Sofiah ..............................................................................
595
Kadar Karbon Pohon Manii (Maesopsis eminii Engl.) di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY Wawan Sujarwo ........................................................................................................
600
Studi Habitat Dan Populasi Ascocentrum Miniatum (Lindl.) Schltr di Kabupaten Malang Pa’i, Siti Nurfadilah dan Nina Dwi Yulia ................................................................
603
Ki Calung (Diospyros macrophylla Blume) di Taman Nasional Ujung Kulon Banten Dodo .....................................................................................................................
608
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan untuk Menciptakan Kenyamanan Klimatik di Jakarta Pusat Imawan Wahyu Hidayat ...........................................................................................
612
Estimasi Stok Karbon Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi Siti Sofiah dan Dewi Ayu Lestari ..............................................................................
621
Peran Masyarakat dalam Penurunan Efek Global Warming: Studi Kasus Pada 5 Desa di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali Ni Luh Watiniasih, N. L. P. Eswaryanti K., I. A. Astarini, Retno Kawuri dan Ni Made Suartini ...........................................................................................................
626
Analisis Pemanfaatan Digital Library: Hubungannya dengan Konservasi Tumbuhan dan Isu GlobalWarming Diah Harnoni Apriyanti, Patmiati ............................................................................
630
Digitalisasi Data Keragaman dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ...........................................................
634
Keragaman Vegetasi di Plot Permanen Cibogo, Kawasan Hutan Kebun Raya Cibodas: Studi Awal Dinamika Populasi Anggun R. Gumilang ................................................................................................
640
Potensi Hutan Pinus Sebagai Penyimpan Karbon di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang Titut Yulistyarini, Rossyda Priyadarshini dan Eny Dyah Yuniwati ........................
644
xiv
Estimasi Sumbangan Karbon, Serasah, dan Hubungannya dengan Keberadaan Cacing Tanah pada Sistem Agroforestri Amir Hamzah dan Rossyda Priyadarshini ...............................................................
650
Persebaran dan Pemanfaatan Ketak [Lygodium circinnatum (Burm.f.) Sw.] di Gunung Pusuk, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. I Dewa Putu Darma dan Ida Bbagus Ketut Arinasa ................................................
658
Peranan Pertanian Organik dalam Mencegah Pemanasan Global Solikin .....................................................................................................................
664
Sistem Bertanam untuk Meningkatkan Penyerapan CO2 dan Cadangan Karbon : Kajian Pada Pekarangan Solikin .....................................................................................................................
670
Evaluasi Kualitas Visual Arsitektur Pohon untuk Desain Lansekap Dwi Setyanti dan Aris Munandar .............................................................................
675
Peranan Kawasan Hutan Mangrove Perapat Benoa sebagai Kawasan Konservasi Flora di Daerah Kota Denpasar A. A. Ketut Darmadi .................................................................................................
684
Penurunan Keragaman Pohon dan Nematoda Akibat Alih Guna Hutan Menjadi Lahan Pertanian Memacu Munculnya Masalah Nematoda I G. Swibawa, R. Evizal, F.K. Aini, F.X. Susilo, K. Hairiah dan D. Suprayogo .......
688
Could The Antagonistic Plants In Rubber Plantation Save The Natural Carbon Dioxide Sequestration? Joko Prasetyo and F.X. Susilo ..................................................................................
698
Jenis-jenis Lygodium dari Cagar Alam Bukit Bungkuk, Riau dan Pertumbuhannya di Kebun Raya Bogor Sri Hartini .................................................................................................................
702
Huperzia squarrosa (G. Forster) Trevisan: Potensi Pemanfaatan, Keberadaan di Alam dan Konservasinya di Kebun Raya Bogor Sri Hartini .................................................................................................................
707
Konservasi dan Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Lahan Kering I Gede Tirta ...............................................................................................................
711
Cadangan Karbon pada Sistem Penggunaan Lahan Kopi : Apakah Umur Tegakan Mempengaruhi Besarnya Karbon Tersimpan? Rossyda Priyadarshini, Titut Yulistyarini dan Enny Dyah Yuniwati .......................
716
Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan Berguna Melalui Kearifan Lokal Di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali Nyoman Wijana ........................................................................................................
724
DAFTAR PESERTA ................................................................................................
732
xv
REKOMENDASI Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Peserta seminar lebih lanjut menyampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Konservasi ex situ flora dalam bentuk kebun raya mempunyai peluang untuk dijadikan model mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan global. 2. Konservasi harus diimbangi dengan kegiatan riset mendasar baik untuk menggali nilai ekonomi tumbuhan maupun untuk mempelajari sifat tumbuhan dalam kaitannya dengan adaptasi dan mitigasi terhadap pemanasan global 3. Penerapan hasil riset diharapkan dapat menekan laju kepunahan jenis akibat dampak pemanasan global sekaligus meningkatkan nilai ekonomi tumbuhan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis sumber daya keanekaragaman hayati. 4. Diperlukan sosialisasi yang lebih intensif untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan, menanam dan memelihara tumbuhan untuk mengatasi pemanasan global tanpa mengabaikan kearifan lokal. 5. Pendirian kebun raya daerah membuka kesempatan pemanfaatan tumbuhan lokal untuk kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, pembangunan ekonomi serta perbaikan lingkungan hidup.
Tim Perumus Ketua : Ir. Mustaid Siregar, M.Si (Kebun Raya Bogor - LIPI) Sekretaris : Wawan Sujarwo, M.P (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI) Anggota : Ir. I Nyoman Lugrayasa (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI) : Dr. Irawati (Kebun Raya Bogor - LIPI) : Prof. Dr. I Wayan Kasa (FMIPA - Universitas Udayana) : Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si (FMIPA - Universitas Udayana) : Ida Bagus Ketut Arinasa, M.Si (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI)
xvi
SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA “EKA KARYA” BALI - LIPI
Ir. I Nyoman Lugrayasa
Om Swastiastu Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua Yth. Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI Yth. Bapak Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI Yth. Para Pemakalah Utama dan seluruh peserta seminar Serta para undangan yang Saya hormati Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan anugerah - Nya sehingga di pagi ini kita dapat bersama-sama kembali di Gedung Serba Guna “Nayaka Loka” ini untuk mengikuti Seminar Nasional “Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.” Para hadirin yang saya hormati, Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan. Sebelumnya, tiga seminar dan simposium yang pernah diselenggarakan oleh Kebun Raya “Eka Karya” Bali : yaitu yang pertama di tahun 2004, bekerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Mahasaraswati, menyelenggarakan seminar khusus tentang “Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu”. Yang ke dua, di tahun 2005, bekerjasama dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Bali, untuk menyelenggarakan Simposium “Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Air di Kawasan Tri-danau Beratan, Buyan dan Tamblingan.” Dan yang ke tiga, di tahun 2007 melalui kerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Hindu Indonesia - Denpasar menyelenggarakan seminar tentang tumbuhan usada dengan tema “Konservasi Tumbuhan Usada Bali dan Peranannya dalam Mendukung Ekowisata”. Pada tahun 2009 ini Kebun Raya “Eka Karya” Bali menggandeng kembali Universitas Udayana, beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali untuk menyelenggarakan seminar dengan tema “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.” Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan
xvii
terhadap perubahan iklim. Naiknya permukaan air laut sebagai salah satu dampak perubahan iklim menyebabkan terancamnya jutaan penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai. Selain itu para petani dan nelayan yang mata pencahariannya sangat bergantung pada cuaca dan musim juga rentan terhadap perubahan iklim. Dampak dari pemanasan global terhadap flora yang ada di dalam kawasan hutan, beberapa juga akan diperkirakan punah karena tidak mampu beradaptasi, sebaliknya spesies yang mampu bertahan akan berkembang tak terkendali. Kebakaran hutan juga punya andil besar terhadap hilangnya berbagai keanekaragaman hayati terutama yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan diperkirakan setiap tahunnya telah terjadi kebakaran hutan di Indonesia seluas 5 juta Ha. Para hadirin yang saya hormati, Kita menyadari bahwa mengkonservasi tumbuhan bukanlah pekerjaan mudah, tidak cukup dikerjakan oleh satu instansi dan sekelompok orang. Di sinilah dibutuhkan kesadaran dan kerja sama semua instansi dan lapisan masyarakat harus terlibat aktif berperan. Hal ini tidak mudah kita lakukan apalagi harus mengubah suatu kebiasaan. Ini tantangan untuk kita bersama ke depannya, bagaimana tumbuhan di muka bumi tidak mudah habis akibat penggunaan yang berlebihan dan akibat degradasi habitat. Sebuah sumber yang saya kutip dari hasil Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado yang diselenggarakan pada tanggal 11 - 15 Mei 2009, yang mengkaji secara ilmiah tentang potensi laut dalam menyerap dan melepas karbon, turunnya produksi pangan serta meningkatnya banjir dan badai karena perubahan iklim. Iklim sudah mengalami perubahan ekstrim dan jika dibiarkan akan membuat bumi hancur atau bumi tetap ada tetapi manusia tidak ada/punah. Sebuah peringatan bagi perusak lingkungan, usia bumi diramalkan tinggal 100 th lagi terhitung sejak terjadinya pemanasan bumi akibat ulah manusia pada kurun 1990 - 2000 (Sek. Menteri Lingkungan Hidup, Ir. Arief Yuono, M.A, 16/5, dalam seminar Nasional bertajuk “Strategi Adaptasi dan Mitigasi terhadap Perubahan Iklim” yang disampaikan di Universitas Kristen Surabaya). Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI yang saya hormati, Pada kesempatan ini dapat kami laporkan bahwa target peserta seminar ini adalah 150 orang. Kini jumlah peserta yang terdaftar di sekretariat adalah 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster. Kami selaku penyelenggara berharap, semoga seminar ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai ajang diskusi dan tukar menukar informasi, mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pemanasan global, khususnya mengenai peran serta konservasi flora dalam mengatasi dampaknya. Dalam kesempatan ini pula, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI atas kehadirannya, dan nantinya kami mohonkan pula untuk dapat memberi sambutan sekaligus membuka secara resmi acara seminar ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana, Ketua Penggalang Taksonomi Tumbuhan dan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali atas kerjasamanya. Semoga kerja sama ini dapat terus kita jalin.
xviii
Akhirnya, adalah karena keuletan dan kegigihan dari seluruh panitia, seminar ini dapat terlaksana. Tiada kata yang lebih tepat dalam menggambarkan dedikasi dan jerih payah Saudara. Dari hati yang paling dalam Saya ucapkan terima kasih atas kebersamaannya. Akhirnya, kepada seluruh peserta seminar saya ucapkan selamat datang dan selamat berdiskusi.
Om Shanti Shanti Shanti Om Wassalamualikum Wr. Wb.
xix
SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI - LIPI
Prof. Dr. Endang Sukara
Ass. wr. wb. Selamat pagi Salam sejahtera Om swastiastu Yth. Bapak Prof. Dr. Suparka Yth. Bapak Dr. Deddy Darnaedi Yth. Ibu Dr. Irawati Yth. Saudara Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Yth. Saudara Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Ekakarya Bali, Para tamu undangan dan sdr peserta seminar yang berbahagia Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang atas ridhoNYA, kita dapat hadir dalam keadaan sehat walafiat. Saudara sekalian, kebun raya sebagai mana kita maklumi, memiliki posisi strategis. Kebun raya adalah tempat untuk konservasi tumbuh-tumbuhan. Di Kebu Raya pula, tumbuhan diteliti secara mendasar agar potesi tumbuhan cepat terungkap. Melalui Kebun Raya ini pula pengetahuan tentang tumbuhan ini dapat dikomuniksikan kepada masyarakat. Kebun Raya mempunyai peran sebagai sarana pendidikan. Karena keindahannya, kesejukannya, dan kenyamanannya, kebun raya merupakan tempat rekreasi. Saudara sekalian yang berbahagia, Dalam kaitan tema dari seminar ini, peran konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global, maka yang menjadi isu penting saat ini meningkatnya kesadaran publik tentang arti pentingnya tumbuhan untuk menjaga keutuhan bumi shg dapat dihuni manusia lebih lama lagi. Saya sangat menghargai usaha yang dilakukan Kebun Raya Bali menggalang kemitraan menyelenggarakan berbagai kegiatan produktif termasuk menyelenggarakan berbagai kegiatan seminar melalui kerjasama strategis dengan berbagai pihak seperti Universitas, pemerintah daerah dan Departemen Sektor. Aksi nyata untuk merespon isu strategis dapat segera dilakukan dengan penghijauan untuk menekan laju pendangkalan danau, dengan melaksanakan pelestarian adat dan tradisi kedekatan masyarakat dg tumbuhan, pembangunan ekonomi berbasis kekayaan hayati Bali mulai ecotourism industry (keindahan landskap ekosistem dan budaya) sampai ke industri pharmaceutical berbasis usada. Saya yakin, melalui usaha positif kita untuk melindungi tumbuhan dan memanfaatkan tumbuhan akan memberikan sumbangan terhadap penurunan laju pemanasan global.
xx
Dalam kesempatan, perkenankanlah, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada panitia yang telah bekerja keras dan tekun sehingga acara ini berlangsung dengan baik. Saudara sekalian, demikian sambutan saya, Dengan mengucapkan bimillahirrokhmanirrohim, Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Dibuka dengan resmi. Selamat berseminar Ass. wr. wb. Om Santi Santi Santi Om
66 ISBN 978-979-799-447-1
KEANEKARAGAMAN ANGGREK DI KAWASAN SUNGAI BUSANG, KALIMANTAN TENGAH Dwi Murti Puspitaningtyas Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI ABSTRACT - Orchid Inventory and Exploration was conducted to study the orchid diversity along Busang river. This river is located in a remote area at the slope of Muller Montains in Central Kalimantan. It was recorded that at least 75 orchid species (in 28 genera) occured in that area. They consist of 69 epiphytic orchids species and 5 terrestrial orchids, growing on the altitude of 215-280 a.s.l The most common epiphytic orchids were Coelogyne asperata, Dendrobium hosei, D. Salaccense, Grammatophyllum speciosum and Eria jenseniana. Those orchids mostly grew epiphytically on trees of Dipterocarpus elongatus, Saraca declinata, Baccaurea bracteata, Sandoricum borneense and Syzygium sp. Terrestrial orchids were rarely found along the river side, and only 3 species were found, i.e Claderia viridiflora, Tropidia curculigoides and Plocoglottis sp. However, some other terrestrial orchids were found abundently in the open area not far from the river, such as Arundina graminifolia, Bromheadia finlaysoniana and Spathoglottis plicata. Bulbophyllum rafractilingue which is endemic orchids of Borneo was also found in the area. This exploration also found a new record in which Bulbophyllum binnendijkii is so far known as an endemic orchid of Java, was also found along Busang river in Central Kalimantan. Key words: Orchid inventory, Busang river, Central Kalimantan. PENDAHULUAN Borneo dikenal memiliki biodiversitas yang paling tinggi baik flora maupun fauna di paparan Sunda, baik dari jumlah kekayaan maupun keragaman jenisnya. Banyak para ahli tumbuhan yang menyatakan bahwa Borneo merupakan salah satu pusat biodiversitas di dunia. Floranya sekaya flora diseluruh Afrika yang luasnya 40 kali lebih besar. Keragaman jenis itu mencakup unsur Asia dan Australia. Tidak kurang dari 3000 jenis pohon, termasuk di antaranya 267 jenis Dipterocarpaceae tumbuh di Borneo dan 58% di antaranya merupakan jenis endemik (Ashton, 1982). Tingkat endemisitas floranya cukup tinggi, yaitu sekitar 34% dari seluruh tumbuhan di dunia, 59 marga diantaranya dinyatakan sebagi tumbuhan unik. Borneo juga merupakan pusat keragaman buah-buahan (Whitmore, 1984). Berbagai jenis mangga, durian, Baccaraurea, Artocarpus, rambutan dapat dijumpai di pulau ini. Selain itu, Borneo juga dikenal pulau yang kaya akan jenis-jenis anggrek (±2500-3000 jenis) dan tumbuhan paku (±1000 jenis), serta merupakan pusat penyebaran kantung semar (Nepenthes). Tingginya keanekaragaman jenis tumbuhan tersebut sangat erat hubungannya dengan tipe tanah, keragaman tipe habitat dan tingkat endemisitas yang berkaitan dengan tanah dan iklim mikronya. Berbagai tipe hutan seperti hutan mangrove, hutan gambut, hutan rawa gambut, hutan kerangas, hutan dataran rendah, hutan kayu ulin, hutan kapur, hutan
Dipterocarpaceae, hutan pegunungan, sampai hutan pantai terdapat di Pulau Kalimantan. Kekayaan hayati di pulau ini telah menjadikannya sebagai tempat yang menarik bagi ilmuwan untuk mempelajari ekosistem yang alami. Menurut van Steenis (1971) Borneo memiliki 25.000 jenis tumbuhan berbunga atau 10% dari seluruh flora di dunia. Suku yang paling banyak menempati Borneo adalah anggrek, Lamb (1991 dalam Chan et al., 1994) menyebutkan bahwa kurang lebih ada 2500-3000 jenis (kira-kira 10% dari total jumlah anggrek di dunia). Dari jumlah tersebut 30-40% jenis diantaranya merupakan anggrek endemik di pulau tersebut. Sungai Busang yang merupakan bagian dari kawasan Pegunungan Muller, memiliki kekayaan fenomena alam lengkap dengan keanekragaman hayatinya. Posisinya yang unik dan strategis di garis Khatulistiwa serta keindahan alam yang mempesona mulai dari keragaman ekosistem, gunung dan bukit serta gua didalamnya, air terjun, riam-riam sungai yang menantang, hutan yang lebat lengkap dengan keanekaragaman hayatinya merupakan potensi bagi Kalimantan sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia. Dalam rangka pengembangan wilayah pariwisata, perlu kiranya kawasan-kawasan yang memiliki keindahan alam yang istimewa unik segera dilindungi dan diusulkan menjadi salah satu bagian dari warisan Alam dunia (World Natural Herritage) (Hendrian et al., 2005).
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
67 ISBN 978-979-799-447-1
METODE Inventarisasi dilakukan secara eksploratif, sepanjang Sungai Busang dan anak Sungai Busang (S.Bohongi dan S. Takun) pada ketinggian 215-280 m dpl. Dari beberapa kawasan eksplorasi diasumsikan bahwa inventarisasi anggrek di dataran rendah tersebut sudah dapat terwakili keragaman jenisnya di kawasan tersebut. Jenis-Jenis anggrek yang ditemui diambil koleksinya untuk kepentingan konservasi secara ex situ di Kebun Raya Bogor dan untuk keperluan identifikasi jenisnya. Identifikasi tingkat marga dilakukan dengan cara melakukan pengamatan morfologi tumbuhan. Untuk mengidentifikasi sampai tingkat jenis diperlukan pengamatan morfologi bunganya. Jenis-jenis yang sedang tidak berbunga hanya dapat diidentifikasi sampai tingkat marganya. Metode identifikasi dilakukan dengan cara penelusuran pustaka dan pembuatan herbarium basah untuk kemudian dideterminasi di Herbarium Bogoriense dan Kebun Raya Bogor. Jenis-jenis yang diambil sampelnya hanya jenis-jenis yang banyak populasinya, hal ini untuk mendukung pelestarian secara in situ. Sedangkan jenis yang jarang cukup diambil sampel herbariumnya serta didokumentasikan gambarnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kawasan Sungai Busang merupakan habitat alami yang sangat baik bagi berbagai jenis anggrek dataran rendah. Kurang lebih ada 75 jenis anggrek (yang termasuk dalam 28 marga)
yang terinventaris tumbuh di kawasan sekitar Sungai Busang (Tabel 1.). Jumlah jenis tersebut terhitung tinggi bagi kawasan dataran rendah. Marga yang paling banyak jenisnya adalah Bulbophyllum dan Eria ada 12 jenis, kemudian marga Dendrobium dan Coelogyne ada 7 jenis, Appendicula 4 jenis, Agrostophyllum 3 jenis dan marga lainnya hanya 1-2 jenis. Keragaman anggrek biasanya meningkat seiring dengan ketinggian tempat di hutan. Anggrek epifit banyak tumbuh di lapisan-lapisan hutan yang terkena sinar matahari tidak penuh. Oleh karena itu anggrek senang sekali memilih tumbuh di percabangan pohon yang rindang dengan intensitas matahari 50-75%. Anggrek raksasa (Grammatophyllum speciosum) banyak tumbuh di percabangan pohon besar seperti pohon Koompasia, Elaeocarpus, Saraca declinata, Baccaurea dll.. Menurut Dressler (1982) marga Cymbidium dan Grammatophyllum sering ditemukan tumbuh hanya di cabangcabang pohon yang cukup besar karena anggrek tersebut berumpun padat dan besar serta memerlukan cahaya yang cukup terang. Fenomena tersebut juga dijumpai di kawasan Cagar Alam Batang Pangean I – Sumatera Barat (Puspitaningtyas, 2007). Sedangkan anggrek tanah tidak terlalu umum dijumpai di lantai hutan yang teduh di dataran rendah, namun di dataran tinggi anggrek tanah tersebar luas di lantai hutan yang teduh dan lembab. Di hutan sekunder dan padang rumput yang terbuka merupakan habitat yang cocok untuk anggrek yang menyukai cahaya, seperti contohnya Arundina graminifolia, Bromheadia finlaysoniana, Phaius tankervilleae dan Spathoglottis plicata.
Tabel 1. Daftar Jenis Anggrek yang tumbuh di sekitar kawasan Sungai Busang DAFTAR NAMA JENIS ANGGREK Acriopsis javanica Reinw. ex Blume Agrostophyllum bicuspidatum J.J.Smith Agrostophyllum elongatum (Ridl.) Schuit. Agrostophyllum sp. Appendicula longa J.J.Smith Appendicula pendula Bl. Appendicula torta Bl. Appendicula undulata Bl. Bromheadia sp. Bulbophyllum binnendijkii J.J.Smith Bulbophyllum lasianthum Lindl.
HABITUS Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Tipe pertumbuhan Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial
68 ISBN 978-979-799-447-1
Bulbophyllum lepidum (Bl.) J.J.Smith Bulbophyllum limbatum Lindl. Bulbophyllum lobbii Lindl. Bulbophyllum macranthum Lindl. Bulbophyllum odoratum (Bl.) Lindl. Bulbophyllum penduliscapum J.J.Smith Bulbophyllum refractilingue J.J. Sm. Bulbophyllum sp. Bulbophyllum sp. Bulbophyllum vaginatum (Lindl.) Rchb.f. Cleisostoma sp. Cleisostoma subulatum Bl. Coelogyne asperata Lindl. Coelogyne cuprea Wendl. ex Kranzl. Coelogyne foerstermannii Reichb.f Coelogyne pandurata Lindl. Coelogyne rochussenii de Vriese Coelogyne septemcostata J.J.Smith Coelogyne sp. Cymbidium atropurpureum (Lindl.) Rolfe Cymbidium sp. Dendrobium grande Hook.f. Dendrobium hosei Ridl. Dendrobium reflexitepalum J.J.Smith Dendrobium salaccense (Bl.) Lindl. Dendrobium sp. Dendrobium sp. Dendrobium sp. Dendrochillum sp. Dendrochillum sp. Dilochia wallichii Lindl. Dipodium pictum (Lindl.) Rchb.f. Epigeneium treacherianum (Rchb.f ex Hook.f.) Summerh. Eria densa Ridl. Eria floribunda Lindl. Eria iridifolia Hook.f. Eria jenseniana J.J.Smith Eria leiophylla Lindl. Eria monostachya Lindl. Eria pannea Lindl. Eria pudica Ridl. Eria pulchella Lindl. Eria saccifera Hook.f. Eria sp. Eria verruculosa J.J.Smith Flickingeria sp. Flickingeria xantholeuca (Rchb.f.) A.D. Hawkes
Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial monopodial monopodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Monopodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial
69 ISBN 978-979-799-447-1
Geesinkorchis alaticallosa de Vogel Grammatophyllum speciosum Bl. Liparis lacerata Ridl. Liparis latifolia (Bl.) Lindl. Pomatocalpa latifolia (Lindl.) J.J. Sm. Pomatocalpa spicata Breda Robiquetia spathulata (Bl.) J.J.Sm Thelasis pygmaea (Griff.) Bl. Thrixspermum centipeda Lour. Trichotosia sp. Trichotosia sp. Arundina graminifolia (D.Don) Hocher Bromheadia finlaysoniana (Lindl.) Miq. Claderia viridiflora Hook.f. Plocoglottis sp. Spathoglottis plicata Bl. Tropidia curculigoides Lindl.
Jenis anggrek yang mendominasi tumbuh di sepanjang sungai Busang adalah Coelogyne asperata, Dendrobium hosei, Dendrobium salaccense, Grammatophyllum speciosum, Eria jenseniana. Anggrek epifit tersebut umumnya tumbuh menempel di pohon Dipterocarpus elongatus, Saraca declinata, Baccaurea bracteata, Sandoricum borneense dan Syzygium sp. Dendrobium salaccense yang memiliki perawakan seperti rumput, tumbuh merumpun dan menjalar menutupi permukaan batang pohon. Daunnya kadang-kadang terjurai ke bawah diterpa arus sungai. Anggrek raksasa (Grammatophyllum speciosum) maupun Coelogyne asperata tumbuh dominan hampir di setiap percabangan pohon di pinggir sungai. Selain itu kadang-kadang dijumpai pula Cymbidium sp. atau Coelogyne foerstermannii menempel di cabang-cabang pohon. Di percabangan pohon yang lebih tinggi tumbuh jenis anggrek lainnya yang berukuran kecil seperti Eria spp., Bulbophyllum spp., Dendrobium spp. Appendicula spp., Agrostophyllum spp. dll. Dendrobium hosei Ridl. Anggrek epifit yang tumbuh merumpun. Tinggi batang mencapai 80-150 cm mendukung 30 helai daun. Batangnya berwarna hijau kehitaman, berbuku-buku jelas, panjang buku 22,5 cm. Bentuk daunnya lanset, tersusun alternate (selang-seling berhadapan), tanpa tangkai daun. Panjang daun 7,5 – 9 cm dan lebarnya 0,8-1 cm. Bunga tunggal, muncul di ruas seberang batang daun. Panjang tangkai bunga 1,2 cm, seperti benang, warna coklat dan putih ke arah ujungnya. Warna bunga putih dengan variasi kuning orange di tengah bibir
Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Terrestrial Terrestrial Terrestrial Terrestrial Terrestrial Terrestrial
Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Monopodial Monopodial Monopodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial Simpodial
bunga. Diameter bunga mekar 1,7-2 cm dan beararoma harum lembut. Perhiasan bunga berwarna putih, bentuknya lanset. Kelopak punggung berukuran 0,7 x 0,3 cm dan kelopak samping 1x 0,5 cm. Mahkota bunganya menggulung ke belakang, berukuran hampir sama dengan kelopak punggung, 0,7 x 0,2 cm. Bibir bunga memiliki spur sepanjang 0,5 cm. Tumbuh epifit pada pohon Dipterocarpus elongatus di tepi Sungai Busang dan Sungai Bohongi pada ketinggian 240 m dpl. Tercatat dijumpai tumbuh di Sumatera dan Borneo (Seidenfaden dan Wood, 1992; Wood dan Cribb, 1994). Dendrobium grande Hook.f. Anggrek epifit yang tumbuh simpodial. Daun berbentuk segitiga tanpa tangkai daun, tersusun rapat berselang-seling berhadapan. Panjang tanaman mencapai 80 cm. Daunnya berukuran panjang 6 cm dan lebar 1,5 cm, tebal berdaging. Bunga muncul di ketiak daun. Warna bunga kuning pucat dan ada pola warna merah hati di pangkal perhiasan bunganya. Bunga yang mekar berukuran 1 cm lebar melintangnya dan 1,2 cm panjangnya. Dagu bunga (mentum) membentuk benjolan di pangkal bunga, 7 mm panjangnya Kelopak punggung berukuran 0,5 x 0,3 cm, kelopak samping 0,8 x 0,5 cm dan mahkota bunganya 0,5 x 0,2 cm. Bibir bunga 1 cm panjangnya, cuping samping tegak ke atas dan cuping tengah 0,3 panjang dan 0,7 cm lebarnya, ujungnya membelah dua. Dijumpai tumbuh di hutan sekunder di kawasan Takori-Puruk Cahu. Penyebaran mulai dari kepulauan Andaman, Semenanjung Thailand, Malaysia dan menyebar ke Sumatera
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
70 ISBN 978-979-799-447-1
dan Borneo (Comber, 2001; Wood dan Cribb, 1994). Sungai Bohongi merupakan salah satu anak Sungai Busang yang relatif masih utuh keragaman floranya. Di sepanjang jalur Sungai Bohongi anggrek Coelogyne asperata masih tetap merupakan jenis yang dominan, dan umumnya tumbuh di percabangan pohon Saraca declinata, Dipterocarpus elongatus atau Sandoricum sp. Berbagai jenis Appendicula spp. dan Agrostophyllum bicuspidatum menjadi anggrek yang dominan tumbuh di ranting-ranting pohon yang kecil. Coelogyne asperata Lindl. Bulb/umbi semu bulat panjang, beralur permukaannya. Panjang bulb 15 cm dan lebarnya 6 cm. Setiap bulb mendukung 2 helai daun. Daun lanset-obovate, panjang 103 cm dan lebar 12 cm. Bunga muncul dari dasar bulb. Panjang inflorescence/perbungaan 31 cm, mendukung 10 kuntum bunga. Bunga beraroma harum lembut. Diameter bunga yang mekar 9,5 cm. Setiap kuntum diselimuti bractea/seludang daun, berwarna coklat kekuningan, bentuknya lanset dan panjangnya 3,5 cm Kelopak dan mahkota berwarna kuning kehijauan. Bibir bunga berwarna dasar putih, ditengahnya didominasi dengan warna merah orange, bervariasi dengan bercak-bercak kuning di tengahnya. Kelopak dan mahkotanya berbentuk lanset. Kelopak punggung berukuran 5,5 x 2 cm, kelopak samping berukuran 5,5 x 1,5 cm. Mahkota bunga sedikit lebih ramping, berukuran 4,5 x 0,9 cm. Bibir bunga panjangnya 3,5 cm dan lebarnya 1,8 cm. Cuping samping pada bibir tegak ke atas, panjangnya 1,5 cm. Cuping bibir bagian tengah berukuran panjang 2,5 cm dan lebar 1,8 cm. Ujung bibir di bagian tepinya bergelombang seperti renda-renda. C. asperata banyak menempel di pohon Dipterocarpus elongatus, selain itu juga menempel di pohon Saraca declinata dan Sandoricum sp. Tumbub dominan di sepanjang tepi Sungai Busang dan sungai Bohongi, pada ketinggian tempat 240 m dpl. Secara umum penyebarannya meliputi kawasan Peninsular Malaysia, Indonesia (dari Sumatera hingga Papua), Philippina, Papua New Guinea, Kepulauan Solomon, Kepulauan Santa Cruz (Gravendeel, 2000; Wood dan Cribb, 1994). Lebih lanjut disebutkan bahwa habitusnya bisa epifit pada percabangan pohon besar, litofit maupun terestrial, tumbuh baik di dataran rendah hingga pegunungan pada ketinggian 10-2.042 m dpl.
Coelogyne septemcostata J.J. Sm. Anggrek epifit yang tumbuh simpodial/merumpun. Bulb bentuknya bulat telur dan permukaannya bersegi 4. Panjang bulb 6 cm dan garis tengahnya 2,5-3 cm. Tiap umbi hanya mendukung 1 helai daun, bentuk daun ellips-obovate. Panjang daun 20-31 cm dan lebarnya 6,5 – 12 cm. Perbungaan muncul di ujung bulb di sela-sela tangkai daun. Bunga tunggal menjuntai dari tangkai perbungaan yang panjangnya 19-49 cm. Bunga berukuran agak besar dengan lebar 4-5 cm. Warna kelopak dan mahkota putih kekuningan, bibir bunga berwarna coklat muda dan ujungnya putih dengan tepi bergelombang. Pada bibir bunga terdapat tonjolan beralur sejajar sebanyak 5 baris, permukaan atasnya berambut. Coelogyne septemcostata merupakan salah satu jenis yang agak jarang dijumpai di alam. Anggrek ini ditemukan tumbuh menempel di pohon Dipterocarpus elongatus di tepi Sungai Bohongi pada ketinggian 240 m dpl. Perawakan maupun bunganya hampir serupa dengan Coelogyne speciosa. Meskipun bunga hampir serupa namun penyebaran habitatnya berbeda, sehingga memudahkan kedua jenis tersebut untuk diidentifikasi. Penyebaran C. septemcostata meliputi Borneo, Sumatera, Semenanjung Malaysia dan Thailand (Gravendeel, 2000; Wood dan Cribb, 1994). Sedangkan C. speciosa hanya tersebar di Sumatera, Jawa sampai Nusa Tenggara sesuai dengan sub jenisnya (Gravendeel, 2000; Comber, 1990). Bulbophyllum Di Sungai Bohongi ditemukan dua jenis Bulbophyllum dari section Sestochilus yang memiliki perawakan hampir sama. Namun setelah berbunga, kedua jenis anggrek tersebut merupakan jenis yang berbeda. Anggrek B. lasianthum memiliki perbungaan yang tersusun dalam bentuk tandan dan warna bunganya merah hati. Sedang jenis lainnya B. binnendijkii memiliki perbungaan yang tersusun melingkar seperti payung dan warna bunga hijau titik-titik kemerahan. Bulbophyllum binnendijkii J.J. Sm. Anggrek epifit. Bulb/umbi semu bentuknya pipih panjang, permukaan beralur. Panjang bulb 5,5 – 12 cm dan lebarnya 1 – 1,5 cm. Daun berbentuk lanset yang menyempit di kedua ujungnya. Panjang daun 25-34 cm dan lebarnya 6-9 cm. Bunga muncul dari dasar umbi. Panjang tangkai perbungaan 20 cm mendukung 9-10 kuntum bunga. Kuntum bunga tersusun memutar seperti payung di ujung tangkai perbungaannya,
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
71 ISBN 978-979-799-447-1
dengan diameter lingkaran bunga sekitar 18 cm. Warna perhiasan bunganya hijau kekuningan didominasi titik-titik merah hati. Aroma kurang sedap sehingga mengundang lalat hijau sebagai polinator/ serangga penyerbuk. Kelopak punggungnya menyebar ke belakang sedangkan kelopak samping setangkup mengarah ke depan dan ujungnya salaing menyebar. Kelopak punggung berukuran 4,5 x 1,3 cm dankelopak samping berukuran 5x1 cm. Mahkota bunganya panjang seperti benang di bagian ujungnya, panjangnya 3,5 cm dan lebar di bagian pangkalnya 0,5 cm. Letaknya hampir tak terlihat, tersembunyi diantara kelopaknya. Bibir bunga berbentuk seperti lidah menekuk ke bawah, berwana merah hati di ujungnya dan putih kekuningan di bagian pangkalnya, mudah bergoyang bila disentuh. Setiap bunga memiliki daun penumpu (bractea) yang terletak di pangkal tangkai kuntum bunganya (pedicel), panjangnya 2 cm. Tangkai kuntum bunganya panjang 3 cm. Anggrek ini ditemukan tumbuh epifit di pohon Saraca declinata di tepi sungai Bohongi pada ketinggian 240 m dpl. Comber (1990) menyebutkan bahwa B. binnendijkii merupakan jenis yang endemik di Jawa. Namun dengan ditemukannya jenis ini ada di Kalimantan Tengah, maka anggrek ini menjadi catatan baru (new record) di Kalimantan. Sehingga Penyebaran B. binnendijkii sekarang meliputi Jawa dan Kalimantan. Bahkan Wood dan Cribb (1994) menyebutkan bahwa penyebaran B. Binnendijkii meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Bulbophyllum lasianthum Lindl. Anggrek epifit. Bulb/umbi semu bentuknya pipih panjang, permukaan beralur. Perawakan hampir sama dengan B. binnendijkii, tetapi ukuran umbi dan daunnya lebih besar. Panjang bulb 10 – 11 cm dan lebarnya 3,5 cm. Jarak antar bulb/umbi semu 18 cm. Daun berbentuk lanset panjang yang menyempit di kedua ujungnya. Panjang daun 54 cm dan lebarnya 14 cm. Bunga muncul dari dasar umbi. Panjang tangkai perbungaan 41 cm mendukung 21 kuntum bunga. Kuntum bunga tersusun bertandan. Warna perhiasan bunganya merah hati polos. Bunga tidak mekar penuh. Aroma kurang sedap sehingga mengundang lalat hijau sebagai polinator/ serangga penyerbuk. Anggrek ini ditemukan tumbuh epifit di pohon tumbang di lereng bukit pada ketinggian 260 m dpl. Penyebaran tumbuhnya secara umum meliputi kawasan Borneo, Sumatera dan Semenanjung Malaysia (Seidenfaden dan Wood, 1992; Vermeulen, 1991; Wood dan Cribb, 1994).
Jenis Bulbophyllum lainnya yang sangat menarik di kawasan Sungai Bohongi adalah B. penduliscapun, B. odoratum dan B. refractilingue. B. odoratum merupakan anggrek yang umum dijumpai di seluruh kawasan Indonesia. Sedangkan B. penduliscapum dan B. rafractilingue lebih banyak di jumpai di Borneo. B. refractilingue memiliki bunga yang unik dan menarik. Warna dasar bunganya putih berpola titik-titik merah keunguan. Meskipun diameter bunga hanya 2 cm namun dalam satu tandan ada 2-5 kuntum yang mekar serentak. Bibir bunganya mudah bergoyang. Bulbophyllum refractilingue J.J.Smith Anggrek epifit yang berumbi kecil, tumbuh menjalar di batang atau ranting pohon. Bentuk umbinya bulat pipih, panjang 1,5 cm dan lebarnya 0,3 cm. Jarak antar umbi 4-12 cm, ratarata 7 cm. Daunnya berbentuk ellips-lanset, panjangnya 10-15 cm dan lebar 3-4,5 cm. Bunga muncul di dasar bulb/umbi. Jumlah bunga 2-5 kuntum/tangkai. Tangkai perbungaan 4,5-7 cm, rata-rata 7 cm. Bunga alternate, menggerombol di ujung tangkai dan terlihat seperti tersusun melingkar. Warna bunga putih dengan variasi totol-totol merah keunguan. Lebar bunga yang mekar 2 cm. Kelopak punggung berbentuk lanset, berukuran 1 x 0,6 cm, dan kelopak sampingnya berukuran 1 x 0,6 cm. Mahkotanya lebih ramping, berukuran 0,8 x 0,5 cm. Ciri khas marga Bulbophyllum adalah memiliki bibir bunga yang mudah bergoyang bila disentuh. Tumbuh epifit pada pohon Dipterocarpus elongatus dan Saraca declinata di tepi Sungai Bohongi pada ketinggian 240 m dpl. Merupakan jenis anggrek endemik Borneo karena penyebarannya hanya ditemukan di Borneo (Vermeulen, 1991; Wood dan Cribb, 1994). Sementara itu marga Eria yang dijumpai di sekitar sungai Bohongi kurang lebih ada 8 jenis, antara lain Eria floribunda, Eria jenseniana, Eria leiophylla, Eria pannea, Eria pudica, Eria pulchella, Eria saccifera dan Eria verruculosa. Sementara itu jenis anggrek yang tak begitu banyak keragamannya maupun populasinya adalah Flickingeria xantholeuca dan Liparis lacerata. Flickingeria xantholeuca (Rchb.f.) A.D. Hawkes Anggrek epifit, tumbuh merayap atau menjalar di batang pohon. Bulb berbentuk bulat panjang, berukuran panjang 4,5 – 6,5 cm dan lebar 0,7 – 1 cm. Setiap bulb mendukung satu daun. Daun berbentuk lanset, panjang 11-15 cm dan lebarnya 2,5 – 4 cm. Jarak antar bulb 2-11 cm. Bunga tunggal muncul di ujung bulb, pada
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
72 ISBN 978-979-799-447-1
pangkal daun disebelah baliknya. Panjang tangkai bunga 1 cm. Warna bunganya putih, lebar atau diameter bunga 1 cm. Bibir bunga putih dan kuning pucat di bagian ujungnya. Ujung bunga bulat dan membelah dua. Tumbuh epifit pada pohon Saraca declinata di tepi Sungai Bohongi pada ketinggian 240 m dpl. Penyebarannya meliputi kawasan Thailand, Peninsular Malaysia, Sumatera, Jawa dan Borneo (Seidenfaden dan Wood, 1992; Wood dan Cribb, 1994; Comber, 1990; Comber 2001). Eria saccifera Hook.f. Anggrek epifit yang tumbuh simpodial/merumpun. Batangnya bulat berdaging membentuk umbi semu, ujungnya menyempit. Panjang 5,5-8 cm dengan garis tengah 1,8-2 cm. Daun muncul di ruas batang bagian atas, jumlahnya 2-3 helai. Bentuk daun lanset, panjang 19 – 24 cm dan lebarnya 1,6-1,8 cm. Tangkai perbungaan muncul di ruas batang bagian atas, panjangnya 9-12 cm, mendukung 20-23 kuntum bunga. Warna bunga putih semburat merah keunguan, bibir bunganya berwarna merah hati. Diameter bunga mekar 1 cm, beraroma harum lembut. Setiap kuntum bunga terdapat bractea/daun penumpu. Tumbuh epifit pada pohon Sandoricum borneense di tepi Sungai Bohongi pada ketinggian 240 m dpl. Penyebaran tumbuhnya secara umum meliputi kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera dan Borneo (Seidenfaden dan Wood, 1992; Wood dan Cribb, 1994). Eria jenseniana J.J.Smith Anggrek epifit yang tumbuh merumpun. Tinggi batang 25-46 cm, mendukung banyak daun yang tersusun alternate (selang-seling berhadapan), tanpa tangkai daun. Bentuk daun ellips – lanset, panjang daun 7,5 – 10 cm dan lebarnya 2,5 – 3,3 cm. Tangkai perbungaan muncul di ruas batang seberang daun, pada tangkai perbungaan terdapat daun penumpu 4-5 helai yang tersusun memutar, warna kuning kunyit, bentuk lanset berukuran 1,5 x 0,6 cm. Tiap tangkai mendukung 2-3 kuntum bunga. Bunga warna putih dengan variasi titik-titik merah kecoklatan. Bunga tidak mekar penuh. Panjang tangkai kuntum bunga (pedicel) 1,1-1,5 cm. Tumbuh epifit pada pohon Saraca declinata di tepi Sungai Bohongi pada ketinggian 240 m dpl. Penyebaran tumbuhnya secara umum meliputi kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera dan Borneo (Wood et al., 1993; Wood dan Cribb, 1994).
Eria pannea Lindl. Anggrek epifit yang tumbuh merayap di batang pohon, dengan jarak antar tunas 2-4 cm, tidak berumbi dan ukuran tanaman kecil. Tinggi tanaman 7,5-15,5 cm, jumlah daun 3 helai tidak sama panjang. Daun tebal berdaging, bentuk pensil agak pipih, di bagian tengah daun berlekuk (convulative) panjangnya mencapai 13,5 cm. Bunga muncul di ujung batang (terminal). Panjang tangkai perbungaan (inflorescence) 1,5 cm dan panjang tangkai kuntum bunganya (pedicel) 1 cm. Ada 2 daun penumpu (bractea) di ujung tangkai perbungaan. Bunga tunggal, beraroma harum lembut, lebar bunga mekar 1,5 cm. Perhiasan bunganya berwarna kuning kehijauan dan didominasi dengan warna merah hati. Bibir bunga berwarna merah hati dan ujungnya kehitaman. Kelopak punggung berukuran 0,5 x 0,5 cm, kelopak samping 1 x 0,5 cm, sedangkan mahkotanya berukuran 0,5 x 0,2 cm. Anggrek ini ditemukan tumbuh epifit di pohon tumbang di lereng bukit pada ketinggian 262 m dpl. Penyebaran tumbuhnya secara umum meliputi kawasan Himalaya bagian timur, China bagian selatan hingga Semenanjung Malaya, Sumatera dan Borneo (Seidenfaden dan Wood, 1992; Wood dan Cribb, 1994). Eria leiophylla Lindl. Anggrek epifit yang tumbuh simpodial. Bulb/umbi semu berbentuk bulat telur seperti umbi bawang. Panjang bulb 4,5-6,5 cm dan diameternya 1,6 cm. Jarak antar umbi 2-2,5 cm, dan tiap umbi mendukung 2 helai daun pada ujungnya. Akar rimpang ataupun tunas muda yang baru tumbuh akan tertutup oleh bulu-bulu halus seperti beludru berwarna coklat kemerahan. Daun berbentuk lanset panjang, panjangnya 15,5-18 cm dan lebar daun 1,7 cm. Bunga muncul didekat tunas daun mudanya, jumlahnya 1-2 kuntum. Warna perhiasan bunga kuning polos, kelopak bunga bagian luarnya berbulu kecoklatan. Kelopak punggung berukuran 1,2 - 1,5 cm x 0,6 cm. Mahkota bunganya 0,4 cm lebarnya. Dagu (mentum) bunga panjangnya 0,7 cm dan melebar. Bibir bunga tebal berdaging, 1,2 - 1,4 cm panjangnya, berwarna merah hati. Anggrek ini ditemukan tumbuh epifit di pohon Saraca declinata di tepi Sungai Bohongi, pada ketinggian 262 m dpl. Penyebaran tumbuhnya secara umum meliputi kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, Borneo, Sulawesi dan Seram (Seidenfaden dan Wood, 1992; Wood dan Cribb, 1994). Di kawasan S. Busang mapun S. Bohongi sangat sulit menemukan anggrek tanah. Hanya
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
73 ISBN 978-979-799-447-1
ada dua jenis anggrek tanah yang tumbuh di tepi S. Bohongi, yaitu Claderia viridiflora dan Tropidia curculigoides. Di kawasan S. Takun juga hanya ditemukan satu jenis anggrek tanah, yaitu Plocoglottis sp. Habitat tumbuhnya di lantai hutan yang teduh dan lembab. Bergerak dari Takun menuju Takori, di sepanjang jalan loging banyak dijumpai anggrek tanah yang tumbuh di tempat terbuka, yaitu Arundina graminifolia, Bromheadia finlaysoniana dan Spathoglottis plicata. Jenis-jenis anggrek tanah tersebut menyukai habitat hutan sekunder yang terbuka dan penuh dengan cahaya. Bunganya selalu muncul tanpa mengenal musim, meskipun mekarnya hanya sehari atau beberapa hari saja. Di kawasan Takori-Laas, beberapa kali dijumpai anggrek epifit yang tumbuh di atas tanah, antara lain Grammatophyllum speciosum, Coelogyne rochussenii dan Coelogyne sp. dengan jumlah populasi yang cukup banyak. Anggrek epifit tersebut tumbuh di atas tanah diduga pada waktu penebangan pohon sebagian besar anggrek tertinggal di tanah dan bahkan bijinya ikut menyebar di atas permukaan tanah. Epigeneium treacherianum merupakan salah satu jenis anggrek yang menarik di kawasan Takori. Bunga tersusun beruntai dan warna bunganya merah muda. Bunganya dapat mekar selama hampir satu bulan. Jenis ini cukup berpotensi dijadikan tanaman hias dan induk silangan. Penyebarannya meliputi kawasan Philippina dan di Indonesia hanya ada di Pulau Kalimantan atau Borneo (Chan et al., 1994) Dipodium pictum merupakan jenis anggrek epifit yang banyak ditemukan tumbuh di dekat air terjun ataupun di takori. Pohonnya tumbuh semi terrestrial dan umumnya tumbuh spiral di pohon inang. Daunnya seperti pandan dan bunganya muncul di ketiak daun atau ujung batang. Bunganya berwarna dasar putih dengan pola totol-totol di balik permukaan sebelah bawah. Dampak pemanasan global pada anggrek Banyaknya hutan yang gundul berakibat terhadap kenaikan suhu bumi yang bepengaruh pada perubahan iklim global. Hal ini terasa dan terlihat pada perubahan curah hujan, kekeringan, kebakaran dan perubahan iklim yang ekstrim seperti banjir, badai, kenaikan gelombang air laut dsb. Secara umum perubahan iklim juga berdampak pada kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Bagi anggrek perubahan iklim yang ekstrim dapat mengganggu proses kehidupannya. Dengan hilangnya sebagian besar pohon-pohon di hutan berarti juga memusnahkan pohon inang sebagai tempat hidupnya anggrek. Pohon sebagai
penyumbang oksigen ((O2) terbesar telah menurun populasinya dan bahkan diganti dengan zat-zat pencemar seperti karbondioksida (CO2), metan (CH4) maupun oksida nitrat (N2O) yang memberikan dampak pada peningkatan suhu udara. Akibatnya kelembapan makin berkurang dan terjadi kekeringan yang berkepanjangan, kondisi ini kurang sesuai untuk pertumbuhan anggrek tropis yang umumnya membutuhkan kondisi kelembapan tinggi dan suhu yang sejuk. Ada kemungkinan jenis-jenis yang mampu beradaptasi pada kondisi kering saja nantinya akan bertahan, sedangkan jenis-jenis yang rentan pada perubahan iklim tidak akan mampu bertahan dan beregenerasi sehingga akan punah. Untuk menentukan jenis-jenis anggrek yang mampu ataupun tidak mampu bertahan terhadap perubahan iklim global maka dibutuhkan penelitian yang spesifik dan perlu monitoring yang terus-menerus berkelanjutan. KESIMPULAN Di kawasan Sungai Busang dan hutan di sekitarnya, dijumpai paling sedikit 75 jenis anggrek yang terdiri dari 28 marga. Beberapa jenis anggrek khas Kalimantan meskipun bukan endemik dijumpai di kawasan ini antara lain Coelogyne pandurata, Epigeneium treacherianum, Coelogyne septemcostata serta Geesinkorchis alaticallosa. Selain itu juga ditemukan satu jenis anggrek endemik Kalimantan yaitu Bulbophyllum refractilingue. Penemuan populasi Bulbophyllum binnendijkii di Pulau Kalimantan merupakan catatan baru, karena selama ini anggrek tersebut dinyatakan jenis endemik Pulau Jawa. Diduga masih banyak jenis yang bisa ditemukan di kawasan tersebut mengingat kondisi hutan di sekitarnya cukup lebat. Anggrek epifit yang umum ditemukan adalah Coelogyne asperata, Dendrobium hosei, D. salaccense, Grammatophyllum speciosum dan Eria jenseniana. Anggrek epifit tersebut umumnya tumbuh menempel pada pohon inang Dipterocarpus elongatus, Saraca declinata, Baccaurea bracteata, Sandoricum borneense dan Syzygium sp. Ada 3 jenis anggrek tanah yang ditemukan di sepanjang Sungai Busang meski sangat jarang populasinya, antara lain Claderia viridiflora, Tropidia curculigoides dan Plocoglottis sp. Sementara itu anggrek tanah yang tumbuh di bekas hutan yang terbuka di sekitar sungai Busang cukup melimpah, antara lain Arundina graminifolia, Bromheadia finlaysoniana dan Spathoglottis plicata.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
74 ISBN 978-979-799-447-1
DAFTAR PUSTAKA Ashton, P.W. 1982. Dipterocarpaceae. dalam Steenis, C.G.G.J. van (ed.) Flora Malesiana, series I. Spermatophyta Vol. 9: 257-552. Chan., C.L., A. Lamb, P.S. Shim and J.J. Wood. 1994. Orchids of Borneo. Vol.1 Introduction and Selection of Species. The Sabah Society Kota Kinabalu-Royal Botanic Gardens Kew, England. Comber, J.B. 1990. Orchids of Java. Benthammoxon Trust. The Royal Botanic Gardens, Kew. U.K. Comber, J.B. 2001. Orchids of Sumatra. The Royal Botanic Gardens, Kew. U.K. Dressler, R. L. 1982. The orchids natural history and classification. Harvard University Press. Cambridge, Massachusetts and London, England. 332p. Gravendeel, B. 2000. Reorganising the Orchid genus Coelogyne: a phylogenetic classification based on morphology and molecules. Nationaal Herbarium Nederland, Universiteit Leiden branch. Hendrian, R., D.M. Puspitaningtyas dan Sutrisno. 2005. Pegunungan Muller Warisan Dunia di Jantung Kalimantan.
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI. Bogor. Puspitaningtyas, D.M. 2007. Inventarisasi Anggrek dan Inangnya di Cagar Alam Batang Pangean I – Sumatera Barat. Ekologia 7(2):19-27. Seidenfaden, G. and J.J. Wood. 1992. The Orchids of Peninsular Malaysia and Singapore (A Revision of R.E. Holttum: Orchids of Malaya.). Olsen & Olsen, Fredensborg, Denmark. Steenis, C.G.G.J. van. 1971. Plant Conservation in Malaysia. Bull. Jard. Bot. Nat. Belg. 41:189-202. Vermeulen, J.J. 1991. Orchids of Borneo. Vol. 2 Bulbophyllum. Bentham-Moxon Trust, Royal Botanic Gardens, Kew, England. Whitmore, T.C. 1984. Tropical Rainforest of the Far East. Second Edition. Oxford University Press. Wood, J.J. and P.J. Cribb. 1994. A Checklist of the Orchids of Borneo. Royal Botanic Gardens, Kew. U.K. Wood, J.J., R.S. Beaman, J.H. Beaman. 1993. The plants of Mount Kinabalu 2. Orchids. Royal Botanic Gardens, Kew. U.K. Wood., J.J. 1997. Orchids of Borneo. Vol. 3 Dendrobium, Dendrochilum and Others. Royal Botanic Gardens, Kew, England.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global