ANALISA VALUE CHAIN UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN PADA KOMODITAS PERIKANAN DI TARAKAN DENGAN PENDEKATAN AHP DAN HOQ Adinda Moizara Judi 2509100069
Dosen Pembimbing:
Imam Baihaqi S.T., M.Sc., Ph.D
Dosen Ko Pembimbing: Yudha Prasetyawan S.T., M.Eng
Latar Belakang
• Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas perairan mencapai 5.877.879 km • Indonesia memiliki kekayaan hasil laut yang sangat beragam, salah satunya adalah pada komoditas perikanan
Indonesia mengekspor…..
13.896 ton produk perikanan mati
19.665.536 ton
produk perikanan hidup
(Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2013)
Mengapa Tarakan?
Mengapa Tarakan?? Luas wilayah perairan di Tarakan adalah
61.8% atau 406,53 km2 dari total luas daerah yaitu 657,33 km2 Produksi Perikanan di Tarakan mencapai 8.560
ton per tahun
Produk Domestik Regional Bruto Kota Tarakan untuk sub sektor perikanan
atau 7.45%
(BPS, 2008)
Rp 390.3 milyar
Potensi Produksi Perikanan di Tarakan 2005-2009 80
Potensi dan Produk Perikanan
70 60 50 Penangkapan di Laut
40
Budidaya Air Payau Budidaya Ikan Tawar
30 20 10 0
2005
2006
2007 Tahun
Kota Tarakan Dalam Angka, 2010
2008
2009
Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto UKM Nilai Produk Domestik Bruto 3000000
Jumlah
2600000 2200000 1800000 1400000
2005
2006
Tahun
2007
Nilai Produk Domestik Bruto BPS 2008
2008
Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja dan Jumlah Usaha UKM 100000000
90896270
88739744
85416493
83233793
90000000
Jumlah
80000000 70000000 60000000
51257537
49824123
48929636
47102744
50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0
2005
2006
2007
Tahun Penyerapan Tenaga kerja
BPS 2008
Jumlah Usaha
2008
Latar Belakang Dengan potensi perikanan yang besar, Kota Tarakan memiliki peluang yang sangat besar untuk meningkatkan industri pengolahan produk perikanan
Pemasaran Hasil Perikanan meliputi perdagangan ekspor, udang beku, ikan segar dan perdagangan antar pulau (Tarakan Dalam Angka, 2010)
Produksi Ikan Olahan meliputi pengeringan, ebi, dan pembekuan (Tarakan Dalam Angka, 2010)
Latar Belakang Dibutuhkan penelitian yang dapat mengidentikasi permasalahan yang terjadi untuk dapat memberikan rekomendasi perbaikan pada industri pengolahan (UKM) komoditas unggulan perikanan
Dibutuhkan penelitian yang dapat memberikan nilai tambah pada produk unggulan dengan mengidentifikasi permasalahan dan peluang perbaikan pada setiap rantai
Perumusan Masalah
Bagaimana memilih komoditas unggulan dan melakukan pemetaan value chain komoditas unggulan untuk meningkatkan nilai tambah produk serta mengetahui permasalahan di sepanjang supply chain khususnya pada industri pengolahan serta langkah perbaikan yang diperlukan pada rantai khususnya perbaikan untuk mengembangkan industri pengolahan komoditas unggulan
TUJUAN PENELITIAN Mengetahui komoditas unggulan yang berasal dari sektor perikanan di Tarakan
Memetakan rantai nilai dari komoditas unggulan
Mengidentifikasi permasalahan pada setiap mata rantai di value chain khususnya pada industri pengolahan untuk mengetahui aspek berpotensi yang harus diperbaiki dalam pengembangan industri pengolahan
Memberikan rekomendasi perbaikan untuk industri pengolahan komoditas unggulan melalui identifikasi kebutuhan UKM
MANFAAT PENELITIAN Dapat mengetahui komoditas unggulan dalam sektor perikanan di Tarakan sehingga komoditas unggulan dapat dikelola dengan lebih baik Dapat menjadi referensi untuk mengembangkan potensi UKM dalam bidang perikanan khususnya di Tarakan Dapat menjadi referensi untuk mengetahui pemetaan rantai pasok dan stakeholder sehingga dapat melakukan perbaikan pada elemen pada rantai pasok Dapat menjadi referensi untuk lembaga atau organisasi lain mengenai cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui produk potensial
Supply Chain Management
Jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-
sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan logistik (Pujawan & ER, 2010)
Supply Chain,
Memindahkan produk dari satu tempat ke tempat tujuan
Value Added Activity,
proses pemberian nilai tambah
Value Chain value chain merujuk kepada fakta jika produk
mula-mula akan bertambah nilainya dengan adanya kombinasi dari sumber daya lain seperti alat, tenaga manusia, pengetahuan dan keahlian, bahan baku atau produk awal (ILO, 2009)
Value Chain Analysis (VCA) merupakan salah satu konsep pendekatan bagaimana menambah aktivitas dan memperbesar nilai produk secara maksimal dalam tatanan rantai pasok (Stringer, 2009)
Studi Literatur Supply Chain Management Value Chain UKM AHP HOQ Penentuan Kriteria Pemilihan Komoditas Unggulan Penentuan Alternatif Komoditas Unggulan Pemilihan Komoditas Unggulan Dengan AHP Analisa Sensitivitas Pada Hasil AHP
A
Volume Produksi Potensi Usaha Sumber Daya Jumlah Usaha Pangsa Pasar
A
Identifikasi Value Chain Stakeholder & Value Chain Produk
Evaluasi & Verifikasi Value Chain
Identifikasi HOQ
FGD dan Interview (Verifikasi hasil HOQ)
Kesimpulan & Saran
Pemilihan Komoditas Unggulan Volume Produksi
Potensi Usaha
Kriteria
Sumber Daya
Jumlah Usaha
Pangsa Pasar
Pemilihan Komoditas Unggulan Alternatif Komoditas Unggulan 1
2
3
4
Udang
Rumput Laut
Ikan Kakap
Ikan Nomei
5
6
7
Kepiting
Ikan Bandeng
Ikan Tuna
Hirarki Pada AHP Tujuan
Komoditas Unggulan
Kriteria
Kriteria 1 Volume Produksi
Kriteria 2 Potensi Usaha
Kriteria 3 Sumber Daya
Kriteria 4 Jumlah Usaha
Kriteria 4 Jumlah Usaha
Alternatif
Udang
Rumput Laut
Ikan Kakap
Ikan Nomei
Kepiting
Ikan Bandeng
Ikan Tuna
Pengolahan Data AHP Perbandingan Berpasangan Pada Kriteria & Alternatif
Consistency Index (CI) This image cannot currently be displayed.
This image cannot currently be displayed.
n
a11 jika aij
=1 = a maka aji = 1/a
λ max
Consistency Ratio (CR) This image cannot currently be displayed.
CI RI
= consistency index = random index
= kriteria atau alternatif yang dibandingkan = nilai eigen yang terbesar dari matrik perbandingan berpasangan orde n
Pengolahan Data AHP Perbandingan Berpasangan
Antar kriteria
Volume Produksi Potensi Usaha Sumber Daya Jumlah Usaha Pangsa Pasar Jumlah
Komoditas
Antar alternatif pada setiap kriteria
Udang Rumput Laut Ikan Kakap Ikan Nomei Kepiting Ikan Bandeng Ikan Tuna Jumlah
Perbandingan Antar Kriteria Volume Produksi Potensi Usaha Sumber Daya 1 0.170 0.236 5.875 1 1.319 4.227 0.757 1 0.343 0.231 0.474 2.954 1.820 1.291 14.400 3.980 4.322
Udang 1 0.664 0.335 0.335 0.535 0.647 0.360 3.878
Rumput Laut 1.505 1 0.342 0.318 0.374 0.990 0.327 4.859
Potensi Usaha Ikan Ikan Kakap Nomei 2.982 2.982 2.917 3.138 1 1.169 0.854 1 1.794 2.642 2.144 2.934 1.852 1.291 13.547 15.160
Jumlah Usaha 2.909 4.317 2.108 1 3.981 14.315
Kepiting 1.865 2.667 0.557 0.378 1 1.207 0.390 8.067
Pangsa Pasar 0.338 0.549 0.773 0.251 1 2.912
Ikan Bandeng 1.544 1.009 0.466 0.340 0.707 1 0.378 5.447
Ikan Tuna 2.772 3.057 0.539 0.774 2.559 2.642 1 13.346
Pengolahan Data AHP Normalisasi Matriks Keterkaitan Volume Produksi
Potensi Usaha
Sumber Daya
Jumlah Usaha
Pangsa Pasar
Bobot
Volume Produksi
0.069
0.043
0.055
0.203
0.116
0.097
Potensi Usaha
0.408
0.251
0.305
0.302
0.189
0.291
Sumber Daya
0.294
0.190
0.231
0.147
0.266
0.226
Jumlah Usaha
0.024
0.058
0.110
0.070
0.086
0.070
Pangsa Pasar
0.205
0.457
0.299
0.278
0.343
0.317
Kriteria
Antar kriteria
Volume Produksi Antar alternatif pada setiap kriteria
Komoditas
Udang
Rumput Laut
Ikan Kakap
Ikan Nomei
Kepiting
Ikan Bandeng
Ikan Tuna
Bobot
Udang Rumput Laut Ikan Kakap Ikan Nomei Kepiting
0.251 0.209 0.078 0.078 0.136
0.229 0.191 0.106 0.106 0.080
0.285 0.160 0.089 0.076 0.158
0.243 0.137 0.089 0.076 0.131
0.229 0.296 0.069 0.072 0.123
0.286 0.162 0.099 0.064 0.140
0.209 0.187 0.093 0.049 0.194
0.247 0.192 0.089 0.074 0.137
Ikan Bandeng
0.159
0.212
0.162
0.212
0.159
0.180
0.194
0.183
Ikan Tuna
0.088
0.075
0.071
0.113
0.052
0.068
0.074
0.077
Pengolahan Data AHP Perhitungan Nilai CI, RI dan CR Antar kriteria CI
RI
CR
0.095
1.12
0.0848
Consistency index digunakan untuk mengetahui kesalahan penilaian yang dilakukan. Semakin mendekati nol maka penilaian semakin konsisten
Antar alternatif pada tiap kriteria No
Kriteria
CI
RI
CR
1
Volume Produksi
0.023 1.32
0.018
2
Potensi Usaha
0.022 1.32
0.016
3
Sumber Daya
0.005 1.32
0.004
4
Jumlah Usaha
0.024 1.32
0.018
5
Pangsa Pasar
0.013 1.32
0.01
Consistency ratio digunakan untuk melihat konsisten atau tidak jawaban responden apabila nilai CR > 0,1 maka jawaban tersebut dianggap gugur, atau tidak konsisten
Pengolahan Data AHP Perekapan Bobot
Antar kriteria Kriteria
Bobot
Urutan
%
Volume Produksi
0.097
4
10%
Potensi Usaha
0.291
2
29%
Sumber Daya
0.226
3
23%
Jumlah Usaha
0.07
5
7%
Pangsa Pasar
0.317
1
32%
Antar alternatif pada tiap kriteria Kriteria Komoditas
Volume Produksi
Potensi Usaha
Sumber Daya
Jumlah Usaha
Pangsa Pasar
Udang
0.247
0.244
0.246
0.247
0.262
Rumput Laut
0.192
0.221
0.239
0.237
0.196
Ikan Kakap
0.089
0.072
0.076
0.068
0.075
Ikan Nomei
0.074
0.064
0.070
0.071
0.068
Kepiting
0.137
0.138
0.109
0.117
0.129
Ikan Bandeng
0.183
0.179
0.171
0.171
0.180
Ikan Tuna
0.077
0.082
0.089
0.088
0.089
Komoditas Unggulan Terpilih Melalui hasil perkalian matriks akan dipilih alternatif dengan nilai bobot tertinggi
Alternatif
Bobot
Urutan
Udang
0.251
1
Rumput Laut
0.216
2
Ikan Kakap
0.075
6
Ikan Nomei
0.068
7
Kepiting
0.127
4
Ikan Bandeng
0.177
3
Ikan Tuna
0.086
5
Analisa Sensitivitas Untuk mengetahui apakah komoditas udang tetap terpilih sebagai komoditas unggulan ketika terjadi perubahan pada kriteria, maka dilakukan analisa sensitivitas terhadap prioritas pemilihan alternatif komoditas unggulan
Kriteria
Urutan Alternatif
Naik 10%
Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei
Turun 5%
Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei
Naik 20%
Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei
Turun 10%
Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei
Naik 10%
Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei
Turun 10%
Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei
Turun 10%
Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei
Naik 20%
Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei
Turun 2%
Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei
Naik 10%
Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei
Volume Produksi
Potensi Usaha
Sumber Daya
Trial & Error
Analisa Sensitivitas
Jumlah Usaha
Pangsa Pasar
Value Chain Komoditas Unggulan (Udang) Proses Inti Pada Value Chain Input
Produksi
Pengumpulan
Pengolahan
Perdagangan
Konsumsi
Eksportir
Pasar Ekspor
Grosir
Rumah Tangga
Pengecer
Restoran
Supermarket
Antar Pulau
Value Chain Stakeholder
Supplier Bibit Pakan Udang Obat hama
Supplier Bibit, Pakan Udang, Obat hama
Nelayan Cold Storage Petambak
Nelayan Pengepul Petambak
UKM Pengolah Hasil Udang
Identifikasi Masalah Pada Value Chain Bibit udang yang berasal dari Tarakan tidak memiliki kualitas sebaik bibit udang dari Pulau Jawa karena kondisi alam pada Pulau Tarakan tidak cocok untuk digunakan sebagai tempat pembiakan bibit udang (benur)
96% bibit yang berasal dari Pulau Jawa mempengaruhi harga jual udang
Supplier Kurangnya penyediaan benih udang yang unggul
Belum adanya sistem kontrak dengan pembudidaya
Peluang Perbaikan Pada Value Chain Mempercepat pembangunan Balai Benih Udang
Adanya sistem kontrak kerjasama antara supplier bibit dengan petambak
Identifikasi Masalah Pada Value Chain
Nelayan & Petambak
Kurangnya kontrol dan manajemen pada tambak
Jumlah hasil tangkapan nelayan maupun hasil tambak tidak menentu
Belum adanya kebijakan yang mengatur tentang penjualan udang hasil nelayan dan petambak sehingga masih terdapat praktek tidak sehat seperti harga ditetapkan sebelah pihak, nelayan dan petambak diharuskan menjual kepada pengepul Kesulitan bagi nelayan atau petambak untuk menentukan harga hasil tangkap atau panen
Kurangnya peran asosiasi dalam penampungan dan pemasaran hasil nelayan dan petambak
Peluang Perbaikan Pada Value Chain Untuk petambak diberikan penyuluhan tentang cara pengelolahan tambak yang baik sehingga hasil panen udang memenuhi standar kualitas. Sedangkan untuk nelayan kontrol terhadap kualitas tidak dapat dilakukan karena hasil tangkap ikan bergantung dari alam.
Pencatatan secara rutin mengenani jumlah hasil tangkapan dan budidaya
Penguatan peran asosiasi baik yang berupa KUD maupun koperasi dan pengadaan TPI
Identifikasi Masalah Pada Value Chain
Pengepul Peran pengepul terlalu sentral dan kuat dalam menentukan harga
Peluang Perbaikan Pada Value Chain Adanya kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengumpulan udang di pengepul
Identifikasi Masalah Pada Value Chain UKM Pengolah Hasil Udang
Pemasaran produk masih sangat terbatas
Produk UKM masih susah untuk diperoleh karena tidak adanya toko atau sentra khusus dan informasi mengenai produk unggulan
Permintaan pasar untuk produk olahan udang tidak dapat diprediksi karena tidak adanya komunikasi yang lancar antara UKM dengan pembeli
Jumlah produksi yang tidak menentu pada tiap periode
Harga bahan baku udang maupun bahan pendukung lainnya yang masih relatif mahal mempengaruhi harga jual produk
Identifikasi Masalah Pada Value Chain
UKM Pengolah Hasil Udang Kualitas pengolahan produk belum memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah
Kurangnya pengetahuan tentang pengolahan udang sehingga variasi produk sangat sedikit
Tidak adanya modal usaha
Peluang Perbaikan Pada Value Chain Adanya informasi yang mudah diakses mengenai produk Memberikan pelatihan pemasaran produk Pembenahan infrasturktur dan sarana transportasi Mendirikan sentra UKM sehingga masyarakat dapat dengan mudah memperoleh produkunggulan yang berupa olahan udang Menjalin kerja sama sehingga dapat diketahui bahwa produk yang dijual di toko sudah habis UKM dapat memperoleh langsung bahan baku dari pihak nelayan atau pembudidaya tanpa melalui pengepul melainkan bisa langsung pada nelayan
Mengikuti program pembinaan dan pengawasan mutu Pelatihan pengolahan produk udang Pemberian kredit mikro
Identifikasi Masalah Pada Value Chain
Pasar dan Grosir Harga masih relatif tinggi karena udang diambil dari pengepul
Supermarket Porduk olahan udang tidak selalu tersedia
Peluang Perbaikan Pada Value Chain Adanya peraturan dari pemerintah mengenai pengepulan yang dapat menjamin tidak adanya praktek tidak sehat
Menjalin aliran informasi yang baik sehingga tidak terjadi lost sale atau overstock
Value Chain Produk Eksisting Grosir
Supplier Bibit Pakan Udang Obat hama
Nelayan Pengepul Petambak
UKM (Ebi, Terasi, Abon Udang,Pastel)
Pengecer Supermarket
Cold Storage (Udang Beku)
Eksportir
Ebi Pembekuan Udang
Rumah Tangga
Daging Udang
Terasi Abon Udang Pastel Abon Udang
Parar Ekspor
Pertambahan Nilai Harga Daging Udang
Kebutuhan
Rp 45.000/kg
1 kg udang
Rp 40.000 1 kg Ebi
Rp 45.000
Rp 85.000/kg
1 kg udang
Rp 85.000 1 kg Udang Beku
Rp 110.000
Harga
Produk
Harga
Rp 45.000/kg
500 gr udang Rp 20.000 800 gr terasi
Rp 32.000
Rp 45.000/kg
500 gr udang Rp 20.000 1 kg Abon Udang
Rp 80.000
Rp 45.000/kg
150 gr udang Rp 6.750
500 gr Pastel Abon Udang
Rp 35.000
Value Chain Produk Rekomendasi
Udang
Daging Udang
Ekado
Siomay
Udang Gulung
Kaki Naga Udang
Kerupuk
Bakso Udang
Abon Udang
Ebi
Dimsum
Tempura
Pastel Abon Udang
Nugget
Petis
Udang Beku
No 1 2 3 4
Tabel Pertambahan Nilai
5 6
Harga Daging Udang Rp 45.000/kg Rp 45.000/kg Rp 45.000/kg Rp 45.000/kg Rp 45.000/kg Rp 45.000/kg
7
Rp 45.000/kg
8
Rp 45.000/kg
9 10
Rp 45.000/kg Rp 50.000/kg
11
Rp 45.000/kg
12
Rp 45.000/kg
13
Rp 45.000/kg
14
Rp 85.000/kg
Kebutuhan 175 gr daging udang 300 gr daging udang 200 gr daging udang 250 gr daging udang 250 gr daging udang 250 gr daging udang 500 gr daging udang 1 kg daging udang 350 gr daging udang 800 gr daging udang 150 gr daging udang 350 gr daging udang 150 gr daging udang 1 kg udang
Harga
Produk
Rp 7,875.00
500 gr ekado
Rp13,500.00
500 gr siomay
Rp 9,000.00 Rp 9,000.00 Rp11,250.00 Rp11,250.00 Rp22,500.00 Rp40,000.00
500 gr udang gulung 500 gr kaki naga udang 200 gr kerupuk 350 gr bakso udang 1 kg Abon Udang 1 kg Ebi
Rp15,750.00
500 gr Dimsum
Rp40,000.00
1 kg tempura
Rp 6,750.00
500 gr Pastel Abon Udang
Rp15,750.00
700 gr Nugget
Rp 6,750.00
200 gr petis
Rp 8,500.00
1 kg Udang Beku
Harga Rp 60,000.00 Rp 20,000.00 Rp 15,000.00 Rp 40,000.00 Rp 34,945.00 Rp 21,000.00 Rp 80,000.00 Rp 45,000.00 Rp 40,000.00 Rp 60,000.00 Rp 35,000.00 Rp 70,000.00 Rp 12,000.00 Rp 110,000.00
Value Chain Produk Rekomendasi Petis
Terasi
Udang
Kulit & Kepala Udang
Edibel Coating Khitosan Pengawet makanan
Silase Proterin Pakan Ternak Tepung Udang
Pengawet makanan
Tabel Pertambahan Nilai Harga Kulit & No Kepala Udang
1
2 3
4
Rp 2000/kg
Rp 2000/kg Rp 2000/kg
Rp 2000/kg
Kebutuhan 500 gr kulit atau kepala udang 500 gr kulit atau kepala udang
Harga Rp 1,000.00 Rp 1,000.00
100 gr kulit Rp udang 200.00 1 kg kulit atau kepala Rp udang 2,000.00
Produk
Harga
100 gr petis
Rp 4,500.00
8 gr terasi
Rp 9,000.00
0.1 lt Silase
Rp 1,050.00
800 gr tepung Rp udang 2,800.00
Potensi Perbaikan Pada UKM
Penentuan Atribut Terdapat lima atribut menurut penelitian Herr (2007) yang digunakan Efisiensi Sistem
Kualitas Produk
Peningkatan Lingkungan Sosial
Produk Diferensiasi
Peningkatan Lingkungan Bisnis
Berdasarkan hasil wawancara terdapat lima atribut Harga
Fasilitas Pemasaran
Produktifitas Modal Usaha
Competitive Advantage
Efisiensi Sistem
1. Pemenuhan permintaan yang cepat 2. Economies of scale 3. Pendapatan Meningkat 4. Minimalisasi Biaya 5. Produktivitas Meningkat 6. Minimalisasi delay
Kualitas Produk
1. Produk lebih tahan lama 2. Peningkatan daya saing 3. Meningkatkan kompetensi produk dipasar 4. Demand meningkat
Produk Diferensiasi
1. Produk berbeda dengan kompetitor 2. Menarik minat pembeli
Competitive Advantage Peningkatan Lingkungan Sosial
1. Loyalitas pekerja 2. Produktifitas meningkat 3. Kesejahteraan pekerja
Peningkatan Lingkungan Bisnis
1. Adanya informal atau formal rules 2. Availability meningkat 3. Kapasitas perusahaan meningkat 4. Adanya kerangka kerja
Harga
1. Persaingan pasar meningkat
Fasilitas
1. Adanya sarana dan prasarana yang baik 2. Proses pengolahan sudah tidak tradisional
Competitive Advantage
Produktifitas
Pemasaran
Modal Usaha
1. Produk yang dihasilkan lebih banyak 2. Produk lebih berkualitas 3. Pekerja menjadi lebih kompetitif 1. Produk lebih mudah didapatkan 2. Prodik mudah dikenal oleh masyarakat 1. Kemudahan dalam pengembangan usaha 2. Peningkatan produksi
Respon Teknis Melalui hasil wawancara dan brainstorming dengan ekspert didapatkan 16 respon teknis Akses Informasi
Ketersediaan K3
Ketersediaan Bahan Baku
Jaminan Kesehatan
Proses Pengolahan Bahan Baku
Sop Regulasi Hukum
Packaging
Kredit Mikro
Variasi Produk
Teknologi Pengolahan Udang
Meminimumkan Lead Time
Pelatihan Pengolahan Bahan Baku Pelatihan Pemasaran Produk Pelatihan Peningkatan Mutu Produk
Perhitungan Nilai Tingkat Kepentingan Atribut
Efisiensi Sistem
Kualitas Produk & Spesifikasi Produk
Produk diferensiasi
Competitive Advantage (Ci)
Tingkat Kepentingan
Pemenuhan permintaan yang cepat
8
Economies of scale
8
Pendapatan meningkat
8
Minimalisasi biaya
8
Produktivitas meningkat
8
Minimalisasi delay
8
Produk Tahan Lebih Lama
7
Peningkatan daya saing
8
Meningkatkan kompetensi produk di pasar
8
Demand meningkat
8
Produk berbeda dengan kompetitor
7
Menarik minat pembeli
8
Loyalitas pekerja
8
Peningkatan Lingkungan Sosial Produktifitas meningkat Kesejahteraan pekerja
8 8
Perhitungan Nilai Tingkat Kepentingan Atribut
Peningkatan Lingkungan Bisnis
Harga
Fasilitas
Produktifitas
Pemasaran
Modal Usaha
Competitive Advantage (Ci) Adanya Informal atau formal rules Availability meningkat
Tingkat Kepentingan
Kapasitas perusahaan meningkat
8
Adanya framework (kerangka kerja) Persaingan pasar meningkat Adanya sarana dan prasarana yang baik (ketersediaan peralatan seperti alat tangkap) Proses pengolahan sudah tidak tradisional Produk yang dihasilkan lebih banyak Produk lebih berkualitas
8 8
8 8 9 7 7 9
Pekerja menjadi lebih kompetitif
8
Produk mudah didapatkan Produk mudah dikenal masyarakat Kemudahan dalam pengembangan usaha Peningkatan Produksi
8 8 8 8
Perhitungan Nilai Besar Pengaruh No 1 2
Respon Teknis (Rj) Akses Informasi
3
Proses Pengolahan Bahan Baku Packaging Variasi Produk
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Ketersediaan Bahan Baku
Meminimumkan Lead Time Ketersediaan K3 Jaminan Kesehatan SOP Regulasi Hukum Kredit Mikro Teknologi Pengolahan Udang Value Added Pada Komoditas Udang Pelatihan Pengolahan Bahan Baku Pelatihan Pemasaran Produk Pelatihan Peningkatan Mutu Produk
Besar Pengaruh 8 9 8 8 7 8 6 7 8 8 7 8 7 7 8 8
Perhitungan Nilai Potensi
This image cannot currently be displayed.
Respon teknis Akses Informasi Ketersediaan Bahan Baku Proses Pengolahan Bahan Baku
Rj = besar pengaruh pada setiap respon teknis Ci = tingkat kepentingan pada setiap competitive advantage Iij = korelasi atau interaksi antara competitive advantage ke-i dengan respon teknis ke-j.
Packaging Variasi Produk Meminimumkan Lead Time Ketersediaan K3 Jaminan Kesehatan SOP Regulasi Hukum Kredit Mikro Teknologi pengolahan udang Value Added pada komoditas udang Pelatihan Pengolahan Bahan Baku Pelatihan Pemasaran Produk Pelatihan Peningkatan Mutu Produk
Nilai Potensi 6056 4194 5848 4600 1876 3304 336 1512 1536 512 336 1152 497 742 448 1664
Potensi Akses Informasi Pembenahan situs sesmi Pemerintah sebagai sarana pengenalan produk kepada masyarakat
Media Pemasaran
Media informasi lokal seperti tourism information, baliho atau spanduk yang menjelaskan tentang produk lokal Mendirikan pusat oleholeh atau sentra UKM yang menjual produk unggulan
Potensi Proses Pengolahan Bahan Baku Pelatihan pengolahan udang menjadi produk olahan
Pengolahan Bahan Baku
Adanya Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Penggunaan Teknologi Tepat Guna
Potensi Packaging
Packaging
Pelatihan desain kemasan produk
Mengadakan pemesanan secara mass (Mass order)
Kesimpulan • Melalui hasil pemilihan alternatif komoditas unggulan sektor perikanan Kota Tarakan dengan menggunakan AHP didapatkan bobot tertinggi berada pada komoditas udang dengan bobot sebesar 0.251 • Melalui studi lapangan diketahui bahwa hingga saat ini produk olahan udang di Kota Tarakan hanya terdiri dari lima jenis produk yaitu ebi, udang beku, terasi, abon udang dan pastel abon udang. Dimana produk ini hanya memanfaatkan bagian inti dari udang. Dari hasil studi lapangan dan studi literatur didapatkan 14 produk turunan dari udang yang dapat di produksi untuk skala UKM dan diidentifikasi juga produk sampingan seperti petis, terasi, tepung udang dan silase yang digunakan sebagai bahan dasar khitosan dan protein pakan ternak
Kesimpulan • Permasalahan utama dalam value chain – supplier adalah kurangnya persediaan bibit unggul yang dapat dipasok pada petambak yang menyebabkan kurangnya pasokan benur dan belum adanya sistem kontrak dengan pembudidaya – petambak, tidak adanya control dan maintenance pada tambak menyebabkan berkurangnya jumlah tambak yang berdampak pada penurunan jumlah udang. – petambak dan juga nelayan adalah adanya praktek tokeh atau pengepulan yang tidak sehat sehingga nelayan dan petambak mengalami kesulitan untuk menentukan harga – pasar dan grosir permasalahan yang teridentifikasi adalah harga udang yang relatif masih tinggi – supermarket yang menjual hasil olahan udang permasalahan yang teridentifikasi adalah produk olahan udang tidak selalu tersedia – UKM adalah kurangnya pengetahuan akan pengolahan produk baik untuk variasi maupun standar kualitas yang harus dipenuhi, mahalnya harga bahan baku maupun bahan pendukung dan pemasaran produk yang masih terbatas
Kesimpulan • Kebutuhan untuk perbaikan industri pengolahan komoditas unggulan yaitu UKM dapat dilakukan dengan memperbaiki tiga aspek yang telah teridentifikasi pada HOQ.
– Perbaikan untuk akses informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan situs pemerintah maupun media sosial sebagai media pemasaran yang dapat diakses oleh masyarakat untuk mengetahui informasi tentang produk hasil olahan udang dan dimana dapat memperoleh produk tersebut dan pendirian sentra UKM – Perbaikan pada proses pengolahan bahan baku dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan mengenai variasi produk olahan udang, melakukan pemrosesan produk sesuai dengan standar pemerintah dan pemanfaatan teknologi tepat guna yang dapat membantu proses pengolahan udang menjadi produk olahan – Perbaikan pada packaging dapat dilakukan dengan adanya pelatihan desain kemasan dan mengadakan mass order untuk kemasan produk
Saran Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisa dan solusi perbaikan yang lebih mendalam pada elemen value chain lainnya, tidak hanya berfokus pada UKM pengolah produk • Untuk lebih memperdalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisa perbaikan dengan menggunakan metode lain untuk mendukung output yang dihasilkan • Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian tentang kemungkinan potensi usaha baru melalui value chain produk yang telah direkomendasikan pada penelitian ini • Diharapkan adanya peran lebih pemerintah untuk memperhatikan kinerja dan kesejahteraan UKM •
Daftar Pustaka • • • •
• • • • • • •
Agromaret. (2011, Desember). Agromaret Komunitas Agrobisnis. Retrieved Juni 17, 2013, from agromaret.com: http://agromaret.com/post/?cat1=24&cat2=2&cat3=0 Ani, S., Erliza, H., & Encep, H. (2010). Aneka Produk Olahan Limbah Ikan dan Udang. Bandung: Penebar Swadaya. Dinas Kelautan dan Perikanan, D. (2012). Profil Potensi dan Peluang Investasi Usaha Perikanan. Tarakan: DKP. Herr, M. (2007). An operational guide to Local Value Chain Development Combining Local Economic Development (LED) with Value Chain Development (VCD). Colombo, Sri Lanka: International Labour Organisation. ILO. (2009). ILO: Value Chain Development for Decent Work: A Guide for Practitioners, Government, and Private Sector Initiatives. Geneva: ILO Job Creation and Small Enterprise Development. Indonetwork. (2013, Januari). Indonetwork. Retrieved Juni 14, 2013, from indonetwork.co.id: http://indonetwork.co.id/all/Agraris/Perikanan/0.html J. S Shin et.al. (2002). Consistency check of a house of quality chart. International Journal of Quality & Reliability Management Vol. 19 No. 4 . John R, H., & Don, C. (1988). The House of Quality. Harvard Bussiness Review . Kaplinsky, R., & Morris, M. (2000). A Handbook For Value Chain Research. Luis Rabelo, H. E. (2006). Value chain analysis using hybrid simulation and AHP. Int. J. Production Economics 105 (2007) 536-547 . Agromaret. (2011, Desember). Agromaret Komunitas Agrobisnis. Retrieved Juni 17, 2013, from agromaret.com: http://agromaret.com/post/?cat1=24&cat2=2&cat3=0
Daftar Pustaka • • •
•
• • • • • • •
Ani, S., Erliza, H., & Encep, H. (2010). Aneka Produk Olahan Limbah Ikan dan Udang. Bandung: Penebar Swadaya. Dinas Kelautan dan Perikanan, D. (2012). Profil Potensi dan Peluang Investasi Usaha Perikanan. Tarakan: DKP. Herr, M. (2007). An operational guide to Local Value Chain Development Combining Local Economic Development (LED) with Value Chain Development (VCD). Colombo, Sri Lanka: International Labour Organisation. ILO. (2009). ILO: Value Chain Development for Decent Work: A Guide for Practitioners, Government, and Private Sector Initiatives. Geneva: ILO Job Creation and Small Enterprise Development. Indonetwork. (2013, Januari). Indonetwork. Retrieved Juni 14, 2013, from indonetwork.co.id: http://indonetwork.co.id/all/Agraris/Perikanan/0.html J. S Shin et.al. (2002). Consistency check of a house of quality chart. International Journal of Quality & Reliability Management Vol. 19 No. 4 . John R, H., & Don, C. (1988). The House of Quality. Harvard Bussiness Review . Kaplinsky, R., & Morris, M. (2000). A Handbook For Value Chain Research. Luis Rabelo, H. E. (2006). Value chain analysis using hybrid simulation and AHP. Int. J. Production Economics 105 (2007) 536-547 . M. Lies, S. (2004). Aneka Olahan Udang. Jogjakarta: Kanisius. Maria R, S. (2010). Seri Variasi Olahan Udang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Daftar Pustaka • •
• • • • • • • •
Meehan, J., & Muir, L. (2008). SCM in Merseyside SMEs: benefits and barriers. Faculty of Business and Law Liverpool John Moores University . Mesinmakanan. (2012). Mesin makanan. Retrieved Juli 1, 2013, from mesinmakanan.net: http://www.mesinmakanan.net/search?updated-max=2012-0615T20%3A46%3A00-07%3A00&max-results=1 Pujawan, I., & ER, M. (2010). Supply Chain Management. Surabay: Tim Guna Widya. S.Y, S. (2008). Variasi Olahan Udang. Tangerang: PT Agro Media Pustaka. Saaty, T. L. (1990). How to make a decision: The Analytic Hierarchy Process. European Journal of Operational Research 48 , 9-26. Tarakan, D. K. (2012). Profil Potensi dan Peluang Investasi Usaha Perikanan. Kota Tarakan: DKP. Temponi, C., Yen, J., & Tiao, W. T. (1998). House of quality: A fuzzy logic-based requirements analysis. European Journal of Operational Research 117 , 340-345. UKM, B. (2007-2013). Bisnis UKM. Retrieved Juli 10, 2013, from bisnisukm.com: http://bisnisukm.com/produk/ Ulrich, K., & Eppinger, S. (2003). Product Design and Development. New York: McGraw-Hill/Irwin. Vaidya, O., & Kumar, S. (2004). Analytic Hierarchy Process : An overview of applications. European Journal of Operational Research 169 (2006) 1-29 .
Terima Kasih