MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN BONGKAR MUAT DENGAN PENAMBAHAN UNIT HARBOUR MOBILE CRANE (HMC) MELALUI METODE SIMULASI (STUDY KASUS PT. BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA)
Arif Mulyasyah NRP. 2107.100.097 Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD
KONGESTI PELABUHAN LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH TUJUAN BATASAN MASALAH MANFAAT TINJAUAN PUSTAKA ALAT-ALAT BONGKAR MUAT PETIKEMAS ASPEK KINERJA PELAYANAN PELABUHAN YANG DIUKUR
METODOLOGI PENELITIAN SKEMA MODEL SIMULASI GAMBARAN UMUM SISTEM PEMBUATAN MODEL SIMULASI EXTEND VALIDASI MODEL Skenario Perencanaan Penambahan Unit HMC (Harbour Mobile Crane)
ANALISA KELAYAKAN INVESTASI KESIMPULAN DAN SARAN
LATAR BELAKANG •
•
Dari data produksi tahun 2010, rata-rata BOR di dermaga Berlian diatas 70% (menurut Nordtorm Siwertell nilai BOR ideal adalah antara 65-70%). Semakin besar nilai BOR-nya maka dermaga tersebut dapat dinyatakan terlalu sibuk (kemungkinan terjadinya antrian kapal yang akan masuk ke dermaga semakin tinggi).
BOR Pada Tahun 2010
Jadwal Tambatan Harian (2 September 2010)
Layout Dermaga Berlian
RUMUSAN MASALAH Bagaimana cara mempercepat kegiatan bongkar muat sehingga dapat mengurangi waktu sandar di dermaga? Bagaimana membandingkan tingkat keefektifan dengan adanya penambahan unit HMC dalam mengurangi nilai Berth Occupancy Ratio (BOR) menjadi ideal (6570%)?
TUJUAN Untuk melihat perilaku sistem dalam berbagai skenario simulasi sehingga dapat memberikan solusi bagaimana cara mengurangi waktu sandar kapal kapal. • Mendapatkan model simulasi untuk mengetahui tingkat keefektifan dengan adanya penambahan unit HMC baru, sehingga dapat mencapai Berth Occupancy Ratio (BOR) ideal.
BATASAN MASALAH •
• •
•
Pola kedatangan kapal didapat dari data kedatangan kapal pada satu tahun terakhir (2010). Simulasi distribusi alat-alat bongkar muat hanya difokuskan pada alat-alat milik PT. BJTI. Kemampuan fasilitas bongkar muat disesuaikan dengan kondisi yang ada sekarang. Sementara fasilitas setelah keluar dari fasilitas bongkar muat dianggap mampu menampung semua barang. Menggunakan software ExtendDSIM Seri 6 untuk program simulasi.
MANFAAT Model simulasi dapat digunakan sebagai gambaran keseluruhan sistem secara visual, sehingga mempermudah analisa dan identifikasi kekurangan pada sistem. Dapat membantu perusahaan dalam pengembangan kapasitas dermaga dengan mengadakan investasi baru berupa penambahan unit HMC.
TINJAUAN PUSTAKA Harmaini Wibowo (2010) yang melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu kapal di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Dalam penelitiannya menggunakan metode regresi linier. Dari setiap jenis kapal dilakukan pengujian regresi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu kapal.
TINJAUAN PUSTAKA Tugas akhir Moch. Irfan (2010) Melakukan studi kasus tentang perencanaan kapasitas pelabuhan untuk menunjang operasional pabrik pupuk PT PetrokimiaGresik. Pada penelitiannya, Moch. Irfan menggunakan metode simulasi yang disertai verifikasi, analisis statistik untuk validasi data dan analisis biaya. Dari hasil simulasi dapat diketahui dermaga mana yang beban operasionalnya terlalu tinggi dan perlu dilakukan pengembangan serta melihat skenario mana yang lebih murah dan optimal.
Alat-alat Bongkar Muat Pelabuhan Container Crane Harbour Mobile Crane
Container Spreader
Rubber Tyred Gantry
Alat-alat Bongkar Muat Pelabuhan Side Loader Container Forklift
Aspek Kinerja Pelayanan Pelabuhan yang Diukur
Indikator kinerja pelayanan yang terkait dengan jasa pelabuhan terdiri dari :
Approach Time (AT) atau waktu pelayanan pemanduan adalah jumlah waktu terpakai untuk kapal bergerak dari lokasi lego jangkar sampai ikat tali di tambatan. Effective Time (ET) atau waktu efektif adalah jumlah waktu efektif yang digunakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat selama kapal di tambatan. Idle Time (IT) adalah waktu tidak efektif atau tidak produktif atau terbuang selama kapal berada di tambatan disebabkan pengaruh cuaca dan peralatan bongkar muat yang rusak). Not Operation Time (NOT) adalah waktu jeda, waktu berhenti yang direncanakan selama kapal di pelabuhan. (persiapan bongkar muat dan istirahat kerja).
Berth Time (BT) adalah waktu tambat sejak first line sampai dengan last line. Berth Occupancy Ratio (BOR) atau tingkat penggunaan dermaga adalah perbandingan antara waktu penggunaan dermaga dengan waktu yang tersedia (dermaga siap operasi) dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam prosentase. Turn around Time (TRT) adalah waktu kedatangan kapal berlabuh jangkar di Dermaga serta waktu keberangkatan kapal setelah melakukan kegiatan bongkar muat barang kapal. Postpone Time (PT) adalah waktu tunggu yang disebabkan oleh pengurusan administrasi di pelabuhan (pengurusan dokumen).
Berth Occupancy Ratio (BOR) Indikator tingkat penggunaan dermaga dibanding ketersediaan dermaga dalam suatu periode tertentu. Semakin sering atau banyak kapal yang datang ke dermaga maka akan semakin besar pula nilai BOR-nya dan kemungkinan terjadinya antrian kapal yang akan masuk ke dermaga juga semakin tinggi.
Kongesti Pelabuhan Akan timbul bilamana kapasitas dermagatidak sebanding dengan jumlah dari kapal yang hendak masuk ke pelabuhan untuk melaksanakan pekerjaan bongkar/muat barang. Menyebabkan kapal dapat menunggu lama di luar pelabuhan (antri) untuk membongkar muatannya. Hal ini berdampak pada biaya sewa/operasional kapal.
METODOLOGI PENELITIAN
Skema Model Simulasi INPUT
SIMULASI
• Distribusi pola kedatangan kapal • Jenis muatan (petikemas, cargo, mobil) • Jenis pelayaran internasional / domestik (window/bebas)
• Dermaga (Berlian Barat, Berlian Utara, Berlian Timur) • Alat-alat bongkar muat (HMC dan ship crane)
(EXTEND)
OUTPUT
• Waktu sandar kapal • Nilai BOR
Gambaran Umum Sistem
Terdiri dari 3 bagian dermaga, yaitu Berlian Barat, Berlian Timur, Berlian Utara
Gambaran Umum Sistem PT. BJTI memiliki peralatan bongkar muat utama berupa HMC (Harbour Mobile Crane) yang memiliki kemampuan ±15 box/jam, sebanyak 10 unit terdistribusi ke masingmasing dermaga. Skema general simulasi bongkar muat di pelabuhan:
Proses bongkar muat
Pembuatan Model Simulasi Extend
Pembuatan model simulasi dilakukan setelah proses pengumpulan dan pengolahan data selesai. Model berupa gambaran ilustratif yang menggambarkan kedatangan kapal di pelabuhan dan proses pemindahan muatan ke dermaga. Dalam pembuatan model dengan menggunakan software simulator (ExtendTM), model konseptual ini nantinya akan dijadikan sebagai acuan dan referensi.
Validasi Model Validasi nilai BOR pada bulan Agustus 2010
Validasi nilai BOR pada bulan November 2010
Validasi nilai BOR pada bulan Februari 2010
Skenario Perencanaan Penambahan Unit HMC (Harbour Mobile Crane)
Skenario Perencanaan Penambahan Unit HMC (Harbour Mobile Crane)
Skenario Perencanaan Penambahan Unit HMC (Harbour Mobile Crane)
Skenario Perencanaan Penambahan Unit HMC (Harbour Mobile Crane)
Analisa Kelayakan Investasi Tabel pendapatan pada tahun 2010
Perhitungan kelayakan investasi dengan menggunakan metode Net Present Value: Biaya pengadaan 1 unit HMC sebesar 29,15 milyar rupiah. Sedangkan pendapatan dari bongkar muat per tahun dengan menggunakan 1 HMC sebesar Rp. 190.337.400.000 / 10 = 19.337.400.000 Asumsi: i = 12% ; N = 10 tahun. didapat: NPV
= - 29,15 milyar + 19.337.400.000 (P/A,12%,10) = Rp. 80.104.615.000 Karena NPV > 0; maka investasi dengan penambahan 1 unit HMC layak.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
Untuk mendapatkan model simulasi awal, digunakan data-data di tahun 2010 pada bulan Februari, Agurtus dan November.
Solusi alternatif dalam meningkatkan pelayanan bongkar muat adalah dengan menurunkan nilai BOR menjadi nilai BOR yang ideal (65-70%). Salah satu cara untuk menurunkan nilai BOR adalah dengan mempersingkat waktu sandar kapal. Maka diperlukan penambahan unit HMC baru untuk mempercepat proses bongkar muat. Skenario yang telah disimulasikan dengan menambah 1 sampai 3 unit HMC.
Penambahan unit HMC mmpu menurunkan nilai BOR. Tetapi tidak terlalu signifikan jika untuk menurunkan menjadi nilai BOR ideal.
SARAN
Dalam meningkatkan pelayanan bongkar muat, sebaiknya tidak hanya dengan menambah unit HMC, misalkan: dengan penambahan kapasitas dermaga, pengaturan jadwal kedatangan kapal yang lebih baik, mempercepat proses perijinan sandar kapal dan lain-lain.
Jika ingin menghitung kelayakan investasi secara ekonomi, sebaiknya diperlukan data mengenai pendapatan perusahaan dan data biaya operasional yang lebih terperinci.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH MOHON KRITIK DAN SARAN