PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN PRIORITAS DAN REKOMENDASI PERBAIKAN TERHADAP MODE KEGAGALAN KOMPONEN DENGAN METODOLOGI FMEA, FUZZY DAN TOPSIS YANG TERINTEGRASI
Pembimbing : Ir. Hari Supriyanto, MSIE. Co-Pembimbing : Ir. Mokh. Suef, MSc (Eng)
Disusun Oleh : Mochammad Basjir NRP 2507201002
LATAR BELAKANG 1.
Penilaian faktor Severity (S), Occurance (O) dan Detection (D) dinyatakan dalam natural language atau bilangan klasik (crisp) akan menghasilkan informasi yang tidak tepat (ambigue) dan bersifat samar (vague)
2.
Penilaian ketiga parameter (S), (O), dan (D) diasumsikan memiliki tingkat kepentingan yang sama → secara relatif berbeda ketika mengimplementasikan dalam dunia nyata.
3.
Untuk nilai yang sama dari RPN mungkin menimbulkan representasi risiko yang berbeda
4.
Keragaman dan kemampuan para anggota tim FMEA sangat penting untuk dipertimbangkan
FMEA
Mengidentifikasi sistem dan subsistem
Kelemahan Memprioritaskan mode kegagalan potensial
Menentukan tindakan
(Yeh et all, 2007; Wang et all, 2009) Mencegah atau mengurangi kegagalan
(Shekari, A., 2009).
Alasan Penggunaan FMEA, Fuzzy dan TOPSIS
Penilaian faktor Severity(S),Occurance (O) dan Detection (D) dinyatakan dalam bilangan klasik (crisp) akan menghasilkan informasi yang tidak tepat (ambigue) dan bersifat samar (vague ) (Yeh et all., 2007) (Wang et all, 2009).
Fuzzy digunakan untuk menghilangkan subyektifitas penilaian (O,S,D) (
Wang et all, 2009) Kemampuan dalam proses penalaran secara bahasa sehingga dalam perancangannya tidak memerlukan persamaan matematis dari objek yang akan dikendalikan
alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, tapi juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif ( Sachdeva et all., 2009)
(Zadeh, 1965)
FMEA
Fuzzy set theory
Penilaian faktor Severity (S), Occurance (O) dan Detection (D) dalam logika klasik (crisp number)
- Faktor Severity(S),Occurance (O) dan Detection (D) dievaluasi dalam bentuk linguistik dan fuzzy rating - Pembobotan untuk masing-masing faktor berdasarkan personel yang terlibat dalam analisa - Memperhitungkan bobot kepentingan para anggota tim penilai FMEA
TOPSIS
Melakukan prioritas dan rekomendasi perbaikan terhadap ragam kegagalan berdasarkan kriteria-kriteria (Tingkat risiko, economic safety, economic cost, kemudahan spare part dan maintenance personal ability
RUMUSAN MASALAH
“Bagaimana pengembangan pendekatan FMEA dengan mengintegrasikan metode Fuzzy dan TOPSIS dapat meningkatkan kinerja FMEA dalam penentuan prioritas dan rekomendasi perbaikan terhadap mode kegagalan yang terjadi secara tepat dan efisien ? ”
Failure
FMEA
Fuzzy
TOPSIS
TUJUAN PENELITIAN 1. Mengembangkan model penentuan prioritas terhadap mode kegagalan potensial dengan pendekatan FMEA yang terintegrasi dengan metode Fuzzy dan TOPSIS. 2. Menguji cobakan model yang dikembangkan pada kondisi nyata di lapangan. 3. Mengetahui apakah model yang dikembangkan reliable ketika diujikan pada kondisi nyata di lapangan
Tujuan Penelitian
MANFAAT PENELITIAN analisa dan penilaian terhadap faktor-faktor risiko dengan metode FMEA yang diintegrasikan dengan metode fuzzy dan TOPSIS dalam penentuan prioritas dan rekomendasi perbaikan terhadap kegagalan yang terjadi memberikan informasi yang tepat dan memberikan keunggulan dibandingkan dengan metode FMEA.
Manfaat Penelitian
BATASAN MASALAH 1. Melakukan pengembangan model penentuan prioritas terhadap mode kegagalan dengan metode FMEA yang diintegrasikan dengan metode fuzzy dan TOPSIS.
Batasan masalah
2. Obyek penelitian dalam penerapan model yang dikembangkan dilakukan pada proses produksi di PT. Gatra Mapan
POSISI PENELITIAN Metode No
Peneliti (Tahun)
Judul
Kriteria FMEA
Fuzzy
GT
DEA
TOPSIS
1.
A. Pillay , J. Wang (2003)
Modified failure mode and effect analysis using approximate reasoning
v
v
v
-
-
-
2.
P.A.A Garcia, R. Schirru, P.F Frutuoso, E. Melo (2005)
A fuzzy data envelopment analysis approach for FMEA
v
-
-
v
-
-
3.
R.H. Yeh, M.H. Hsieh (2007)
Fuzzy assessment of FMEA for sewage plant
v
v
-
-
-
-
4.
Anish S, Dinesh K,Pradeep K (2009)
Multi_factor failure mode critically analysis (FMEA) using TOPSIS
v
-
-
-
v
5.
Y.M. Wang, K.S. Chin, G.K.K. Poon, J.Y. Yang (2009)
Risk evaluation in failure mode and effect analysis using fuzzy weight geometric mean
v
v
-
-
-
-
v
Tingkat risiko, economic safety, economic cost,kemudahan spare part, maintenance personal ability
6.
Penelitian ini
Pengembangan Model Penentuan Prioritas dan Rekomendasi Perbaikan Terhadap Kegagalan Komponen Dengan Metodologi FMEA, Fuzzy dan TOPSIS Yang Terintegrasi
v
v
-
-
Maintainability, occurance (O), detection (D), economic cost, economic safety, spare part
METODOLOGI PENELITIAN Tahapan penelitian Metodologi Studi pendahuluan Tahap 1 Pendahuluan
Identifikasi dan perumusan masalah Penetapan tujuan
Model FMEA Tahap 2 Pembentukan model
Analisa dan interpretasi data – Solusi ideal berdasarkan RPI – Prioritas perbaikan merevisi analisa FMEA
Model Fuzzy
Tahap 4 Analisa hasil
Model TOPSIS
Tahap 3 Aplikasi model
Aplikasi model
!
Penentuan prioritas dengan FMEA
Penentuan prioritas dengan fuzzy -FMEA dan TOPSIS
Kesimpulan dan saran
!
Tahap 5 Kesimpulan dan saran
PEMBENTUKAN MODEL (1)
Pengembangan Fuzzy pada FMEA Dihitung dengan metode fuzzy weighted geometric mean (FWGM) yang dikembangkan oleh Wang et all (2009).
Menentukan fungsi keanggotaan fuzzy
Fuzzy Severity
Probabilitas occurance (O)
Detection (D)
Penilaian berdasarkan knowledge para ahli
Aturan fuzzy weighted geometric mean (FWGM) untuk prioritas mode kegagalan
Mengumpulkan informasi terhadap fungsi dari proses dan komponen Menentukan mode-mode kegagalan potensial
Proses
•
Bobot faktor S,O dan D diperhitungkan
Menentukan efek setiap kegagalan
FMEA
• Bobot faktor anggota tim penilai diperhitungkan
Menentukan penyebab setiap kegagalan
Membuat daftar terhadap proses yang dikontrol
Menetapkan bentuk linguistik untuk detection (D) Menetapkan bentuk linguistik untuk occurance (O)
Menetapkan bentuk linguistik untuk severity (S)
Rangking risiko
No Koreksi ?
FMEA Report
Yes Modifikasi data
Tindakan koreksi
Modifikasi
Diagram alir pengembangan fuzzy pada proses FMEA
PEMBENTUKAN MODEL (2) Pengembangan TOPSIS pada FMEA
(RCA) REKOMENDASI
FMEA ( Menggunakan istilah linguistik fuzzy untuk menggambarkan S,O dan D)
Fuzzy FMEA
Root Cause Analysis (RCA) Fuzzy Risk Priority Number (FRPN)
rekomendasi untuk menentukan kriteriakriteria yang akan dianalisis berdasarkan TOPSIS
Rangking Rangking berdasarkan FRPN
Menentukan kriteria-kriteria berdasarkan prioritas risiko (tingkat risiko (FRPN), economic cost, economic safety, kemudahan spare part, maintenance staff )
Kriteria dalam melakukan rekomendasi
Membangun matrik nilai masing-masing kriteria (X=xij)
Normalisasi matriks nilai masing-masing kriteria (rij) menghitung nilai entropi setiap kriteria (ej)
Perhitungan bobot setiap kriteria ( wj )
TOPSIS Penetapan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif nilai masingmasing kriteria ( v+ , v- )
RANGKING (Berdasarkan kriteriakriteria sesuai kondisi perusahaan)
Perhitungan jarak setiap kriteria antara solusi ideal positif dan solusi ideal negatif ( d+ , d- )
RPI (Risk Priority Indeks) Menghasilkan peringkat sesuai urutan yang diinginkan
Diagram alir pengembangan TOPSIS pada FMEA
PENERAPAN MODEL (1) Produk dan proses yang diamati Partikel board
Persiapan
Pengembangan Model
O-1
Potong I (panel saw)
O-2
Potong II (panel saw)
O-3
O-4
Potong lebar (table saw)
Blade Sander
Vinyl sheet
O-5
Edging
Potong edging O-6
PT. Gatra Mapan O-7
Proses produksi produk furniture tipe MPC – 4S
Drilling
I-1
Inspeksi
O-8
Packing
PENERAPAN MODEL (2) Potential Failure Mode No.
1
2
3
4
5
Permesinan
Panel saw
Tabel saw
Failure Mode
Failure Effect
Cutter : Cutter tumpul dan oleng
Pecahnya material
Slider: Slider oleng
Ukuran meterial tidak sesuai dengan spesifikasi
Motor listrik: Motor listrik terbakar
Proses terhenti
Cutter: Cutter tumpul dan oleng
Material pecah
Stopper: Stopper bergerak
Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi (toleransi ± 2-5 mm)
V – belt: v – belt putus atau kendor
Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi (toleransi ± 2-5 mm)
Bearing: Bearing rusak
Mesin berhenti bekerja
Roller: Roller macet
Material tidak dapat diproses
Motor listrik: Motor listrik terbakar
Proses terhenti karena motor listrik rusak
Bearing: Bearing aus dan rusak
Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti
Roller: Roller macet
Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti
Landasan sander : Landasan sander halus
Permukaan material kasar
Heater: Suhu heater kurang 65 - 700C
Lepasnya bahan laminasi
Cutter: Cutter tumpul
Vinyl sheet sobek
Roller : Roller macet
Material tidak dapat diproses
Belt: Belt kendor atau putus
Kerusakan pada material dan proses berhenti
Mata bor : Mata bor aus
Ukuran lubang tidak sesuai spesifikasi yang diinginkan
Valve : Valve bocor
Tekanan angin tidak stabil sehingga kedalaman lubang tidak sesuai yang diharapkan
Software : Software error
Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut
Bearing : Bearing rusak
Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut
Chain dan gear : Chain dan gear aus
Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut
Blade Sander
Edging
Drilling
ure fail e d mo
PT. GATRA MAPAN
PENERAPAN MODEL (3)
Hasil penilaian
Perhitungan FMEA No.
1
2
3
4
5
Proses Permes inan
Panel saw
Tabel saw
Failure Mode
Failure Effect
S
O
D
RPN
Prioritas
Cutter (F1) : Cutter tumpul dan oleng
Pecahnya material
6
7
6
252
3
Slider (F2): Slider oleng
Ukuran meterial tidak sesuai dengan spesifikasi
7
3
7
147
13 - 15
Motor listrik (F3) : Motor listrik terbakar
Proses terhenti
8
7
4
224
4-5
Cutter (F4) : Cutter tumpul dan oleng
Material pecah
7
4
3
84
18 - 20
Stopper (F5) : Stopper bergerak
Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi (toleransi ± 2-5 mm)
6
4
9
216
6
V – belt (F6) : v – belt putus atau kendor
Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi (toleransi ± 2-5 mm)
6
4
8
192
10
Bearing (F7) : Bearing rusak
Mesin berhenti bekerja
5
4
3
60
21
Roller (F8) :Roller macet
Material tidak dapat diproses
5
7
6
210
7-8
Motor listrik (F9) : Motor listrik terbakar
Proses terhenti karena motor listrik rusak
7
3
7
147
13 - 15
Bearing (F10): Bearing aus dan rusak
Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti
8
7
4
224
4-5
Roller (F11) : Roller macet
Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti
7
4
3
84
18 - 20
Landasan sander (F12) : Landasan sander halus
Permukaan material kasar
6
7
9
378
2
Heater (F13) : Suhu heater kurang 65 - 700C
Lepasnya bahan laminasi
5
4
8
160
12
Cutter (F14) : Cutter tumpul
Vinyl sheet sobek
5
7
3
105
16
Roller (F15) : Roller macet
Material tidak dapat diproses
5
7
6
210
7-8
Belt (F16) : Belt kendor atau putus
Kerusakan pada material dan proses berhenti
7
3
7
147
13 - 15
Mata bor (F17): Mata bor aus
Ukuran lubang tidak diinginkan
7
7
4
196
9
Valve (F18) : Valve bocor
Tekanan angin tidak stabil sehingga kedalaman lubang tidak sesuai yang diharapkan
3
7
4
84
18 - 20
Software (F19) : Software error
Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut
7
7
9
441
1
Bearing (F20) : Bearing rusak
Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut
6
7
9
168
11
Blade Sander
Edging
Drilling
sesuai
spesifikasi
Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut
yang
PENERAPAN MODEL (4) Pengembangan teori fuzzy pada FMEA Severity
Supevisor Maintenance
1
Manager Produksi
Supervisor Quality Control
Failure Mode Supervisor Engineering
Perhitungan Agregasi Penilaian Peringkat Fuzzy terhadap Faktor S,O,D
Mengacu pada (Wang et all., 2009) untuk melakukan penilaian faktorfaktor failure mode pada FMEA dalam bentuk fuzzy
Occurrence
m m m m O O O O ∑ h j RijL , ∑ h j RijM , h j RijM , h j RijU , 1 ∑ 2 ∑ j = 1 j = 1 j = 1 j m m m =1
∑ h R , ∑ h R ,∑ h R j =1
j
S ijL
j =1
j
S ijM
j =1
j
S ijU
,
m
m
m
∑ h R , ∑ h R ,∑ h R j =1
j
O ijL
j =1
j
O ijM 1
j =1
j
O ijM 2
Detection m O ,∑ h j RijU , j =1
m
m
m
∑ h R , ∑ h R ,∑ h R j =1
j
D ijL
j =1
j
D ijM
j =1
j
D ijU
F1
(4,15; 5,15; 6,15)
(3,35; 4,35; 5,65; 6,65)
(5,75; 6,75; 7,75)
F2
(4,75; 5,75; 6,75)
(2,3; 3,3; 4,95; 5,95)
(6,55; 7,55; 8,55)
F3
(6,15; 7,15; 8,15)
(4,5; 5,5; 7; 8)
(5,75; 6,75; 7,75)
F4
(5,85; 6,85; 7,85)
(4,95; 5,95; 7,3; 8,3)
(3,85; 4,85; 5,85)
F5
(5,7; 6,7; 7,7)
(5,25; 6,25; 7,6; 8,45)
(5,65; 6,65; 7,65)
F6
(3,9; 4,9; 5,9)
(1,7; 2,55; 3,9; 4,45)
(5,7; 6,7; 7,7)
F7
(3,5; 4,5; 5,5)
(3,9; 4,9; 6,6; 7,6)
(4,1; 5,1; 6,1)
F8
(3,8; 4,8; 5,8)
(3,75; 4,75; 6,25; 7,25)
(5,45; 6,45; 7,45)
F9
(4,55; 5,55; 6,55)
(1,7; 2,7; 4,04; 5,05)
(6,7; 7,7; 8,7)
F 10
(6,45; 7,45; 8,45)
(4,95; 5,95; 7,3; 8,3)
(5,6; 6,6; 7,6)
F 11
(5,65; 6,65; 7,65)
(4,2; 5,2;6,55; 7,55)
(3,7; 4,7; 5,7)
F 12
(5,85; 6,85; 7,85)
(6,3; 7,3; 8,3; 9,15)
(5,95; 6,95; 7,95)
F 13
(3,55; 4,55; 5,55)
(1,7; 2,7; 4,05; 5,05)
(6; 7; 8)
F 14
(3,65; 4,65; 5,65)
(4,95; 5,95; 7,3; 8,3)
(3,8; 4,8; 5,8)
F 15
(3,8; 4,8; 5,8)
(3,65; 4,65; 6,1; 7,1)
(5,95; 6,95; 7,95)
F 16
(4,9; 5,9; 6,9)
(1,9; 2,9; 4,35; 5,35)
(6,7; 7,7; 8,7)
F 17
(5,8; 6,8; 7,8)
(5,1; 6,1; 7,4; 8,4)
(6,05; 7,05; 8,05)
F 18
(5,7; 6,7; 7,7)
(4,5; 5,5; 7; 8)
(4; 5; 6)
F 19
(6,05; 7,05; 8,05)
(6,3; 7,3; 8,3; 9,15)
(5,8; 6,8; 7,8)
F 20
(4,05; 5,05; 6,05)
(2; 3; 4,5; 5,5)
(5,35; 6,35; 7,35)
F 21
(3,2; 4,2; 5,2)
(3; 4; 6; 7)
(4,8; 5,8; 6,8)
,
PENERAPAN MODEL (5) Pengembangan teori fuzzy pada FMEA Perhitungan agregasi bobot kepentingan fuzzy untuk faktor S,O,D
2 Severity
Occurance
Detection
(0,6125 ; 0,8625 ; 1)
(0,475 ; 0,725 ; 0,8875)
(0,0875 ; 0,3375 ; 0,5875)
Perhitungan rata-rata peringkat fuzzy dan bobot kepentingan faktor S,O,D
3
PENERAPAN MODEL (6) Pengembangan teori fuzzy pada FMEA Perhitungan Fuzzy Risk Priority Number (FRPN)
4 No.
1
2
3
4
5
Proses Permesinan
Panel saw
Tabel saw
Failure Mode
Failure Effect
FRPN
Priorita s
Cutter (F1) : Cutter tumpul dan oleng
Pecahnya material
5,22407
14
Slider (F2): Slider oleng
Ukuran meterial tidak sesuai dengan spesifikasi
4,877039
15
Motor listrik (F3) : Motor listrik terbakar
Proses terhenti
6,555858
6
Cutter (F4) : Cutter tumpul dan oleng
Material pecah
6,450729
7
Stopper (F5) : Stopper bergerak
Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi (toleransi ± 2-5 mm)
6,806305
4
V – belt (F6) : v – belt putus atau kendor
Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi (toleransi ± 2-5 mm)
3,909507
21
Bearing (F7) : Bearing rusak
Mesin berhenti bekerja
5,283204
13
Roller (F8) :Roller macet
Material tidak dapat diproses
5,388834
11
Motor listrik (F9) : Motor listrik terbakar
Proses terhenti karena motor listrik rusak
4,295345
19
Bearing (F10): Bearing aus dan rusak
Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti
6,852612
3
Roller (F11) : Roller macet
Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti
5,933421
9
Landasan sander (F12) : Landasan sander halus
Permukaan material kasar
7,389841
2
Heater (F13) : Suhu heater kurang 65 - 700C
Lepasnya bahan laminasi
3,997252
20
Cutter (F14) : Cutter tumpul
Vinyl sheet sobek
5,763174
10
Roller (F15) : Roller macet
Material tidak dapat diproses
5,359653
12
Belt (F16) : Belt kendor atau putus
Kerusakan pada material dan proses berhenti
4,561045
17
Mata bor (F17): Mata bor aus
Ukuran lubang tidak sesuai spesifikasi yang diinginkan
6,799071
5
Valve (F18) : Valve bocor
Tekanan angin tidak stabil sehingga kedalaman lubang tidak sesuai yang diharapkan
6,210983
8
Software (F19) : Software error
Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut
7,432184
1
4,346719
18
4,839128
16
Blade Sander
Edging
Drilling
Bearing (F20) : Bearing rusak Chain dan gear (F21) : Chain dan gear aus
Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut
PENERAPAN MODEL (7) Pengembangan teori fuzzy pada FMEA
Analisis RCA
Cutter (F1) : Cutter tumpul dan oleng Contoh kasus (F1)
Rangking dari nilai FRPN Action
Input
Prioritas perbaikan Recomendation Action • Mengecek cutter secara periodik • Mengganti cutter yang sudah aus secara cepat • Membuat jadwal pergantian cutter • Melakukan maintenance secara Manajemen Perusahaan
teratur • Membuat instruksi penggunaan mesin • Melakukan training pada operator
PENERAPAN MODEL (8) Pengembangan teori fuzzy pada FMEA Dari FRPN
Tindakan Rekomendasi
RCA
PENERAPAN MODEL (9) Pengembangan teori fuzzy pada FMEA Tindakan Rekomendasi (Lanjutan)
PENERAPAN MODEL (10) Kriteria kualitatif dalam prioritas perbaikan terhadap mode kegagalan Prioritas perbaikan teridentifikasi Berdasarkan root cause analysis (RCA) dan kondisi dari perusahaan
Kriteria prioritas perbaikan adalah……
Tingkat risiko (FRPN)
Economic Safety (ES)
Kemudahan Spare Part (SP)
TOPSIS
Economic Cost (EC)
Maintenance Personal Ability (MA)
PENERAPAN MODEL (11) Perhitungan dengan TOPSIS TOPSIS
Pembuatan matriks nilai masing-masing kriteria
Normalisasi matrik nilai masing-masing kriteria
Perhitungan bobot setiap kriteria
Penetapan solusi ideal positif (v+) dan solusi ideal negatif (v-) untuk masing-masing kriteria
Perhitungan jarak pada setiap kriteria antara solusi ideal positif dan solusi ideal negatif.
Solusi ideal masingmasing kriteria
PENERAPAN MODEL (12) Perhitungan Risk Priority Indeks (RPI) dari solusi ideal
Rangking berdasarkan perhitungan topsis
TO PSI S
PENERAPAN MODEL (13) Analisa RPN FMEA dan RPN fuzzy FMEA Ada empat(4) kelompok yang terdiri dari sepuluh(10) mode kegagalan yang memiliki nilai RPN dan peringkat prioritas yang sama.
Menimbulkan representasi risiko yang berbeda sehingga dengan adanya nilai RPN yang sama tersebut akan membuat kesulitan para pelaku dalam menentukan peringkat prioritas risiko terhadap mode kegagalan yang terjadi.
Tidak ada nilai FRPN yang sama untuk masingmasing mode kegagalan yang teridentifikasi, sehingga masingmasing kegagalan mempunyai peringkat prioritas risiko masingmasing.
Memperhitungkan bobot kepentingan anggota tim penilai FMEA dan bobot masing-masing faktor (S, O dan D) pada masing-masing mode kegagalan yang terjadi
PENERAPAN MODEL (14) Prioritas perbaikan berdasarkan RPN, FRPN dan TOPSIS Lintasan kritis
improvement yang dihasilkan oleh metode TOPSIS bersifat independen
PENERAPAN MODEL (15) Recommendation Action berdasarkan prioritas TOPSIS
PENERAPAN MODEL (16) Recommendation Action berdasarkan prioritas TOPSIS (lanjutan)
KESIMPULAN DAN SARAN (1) Kesimpulan
A FME y z Fuz IS S P TO
1. Pengembangan model penilaian risiko terhadap mode kegagalan komponen dapat dilakukan dengan pendekatan metode fuzzy dan TOPSIS pada FMEA. 2. Penentuan prioritas perbaikan pada kegagalan komponen dengan metode fuzzy-FMEA mampu memperbaiki penentuan prioritas perbaikan dari metode FMEA. Sebagai bukti, dalam fuzzy-FMEA tidak ada mode kegagalan yang memiliki nilai RPN sama. 3. Dalam menentukan prioritas dan rekomendasi perbaikan dengan metode TOPSIS mempertimbangkan kriteria-kriteria sesuai kondisi perusahaan. Kriteria-kriteria yang digunakan adalah tingkat risiko, economic safety, economic cost, kemudahan spare part dan maintenance personal ability. 4. Penentuan prioritas dan rekomendasi perbaikan terhadap mode kegagalan komponen dengan metode TOPSIS mampu memperbaiki hasil prioritas metode FMEA dan metode fuzzy-FMEA. Sebagai bukti bahwa hasil prioritas perbaikan dengan metode FMEA dan metode fuzzy-FMEA ditempatkan dalam peringkat yang lebih rendah dalam urutan prioritas perbaikan dari metode TOPSIS. 5. Prioritas perbaikan yang dihasilkan dengan metode TOPSIS bersifat independen, dalam artian bahwa perbaikan terhadap kegagalan komponen dalam suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dari sistem tidak mengganggu kinerja dari sistem lain. 6. Dari model yang dikembangkan pada penelitian ini, dihasilkan prioritas dan rekomendasi perbaikan yang reliable dan sesuai dengan kondisi riil dari perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN (2)
Saran
Penelitian
1. Penelitian penentuan prioritas dan rekomendasi perbaikan ini bisa dikembangkan dengan metode fuzzy – FMEA dan fuzzy –TOPSIS. 2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih mendalam besarnya cost yang dikeluarkan dalam melaksanakan rekomendasi yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA (1) Garcia, P. A. A., Schiru, R., Frutuoso, P. F., Melo, E. (2005), “A Fuzzy Data Envelopment Analysis Approach for FMEA”, Progress in Nuclear Energy 46, 359-373. Jenab, K., Dhillon, B. S. (2005), “Group-Based Failure Effect Analysis. International Journal of Reliability”, Quality and Safety Engineering 12(4), 291-307. Kristanto, D. (2006), Evaluasi Timbulnya Kerusakan pada Mesin CASA TPE 331 dengan pendekatan FMEA, Tugas Akhir, ITS, Surabaya. Kusumadewi, S., Purnomo. (2004), Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan, Graha Ilmu, Yogyakarta. Manggala, D.(2010), “Mengenal Six Sigma Secara Sederhana”. http://www.beranda.net. diakses 12 Januari 2010. Mitra, Amitava. (1988), Introduction to Quality Control, Prentice Hall, New Jersey. Novina, L. (2008), Analisa Kegagalan Pada Proses Produksi Susu Cair Indomilk (SCI) dengan Root Cause Analysis (RCA) dan Grey FMEA, Tugas Akhir, ITS, Surabaya. Pillay, A., Wang, J. (2003), “Modified Failure Mode and Effects Analysis Using Approximate Reasoning”, Reliability Engineering & System Safety 139, 379-394. Pyzdek (2002), The Six Sigma HandBook, PT. Salemba Patria, Jakarta. Sachdeva, A., Kumar, D., Kumar, P. (2009), “Multi-Factor Mode Critically Analysis Using TOPSIS”, International Journal of Industrial Enineering , Vol. 5, No. 8 pp 1-9. Sharma, R. K., Kumar, D., Kumar, P. (2005), “Systematic failure mode effect analysis (FMEA) using fuzzy linguistic modelling”, International Journal of Quality & Reliability Management 22, 986-1004
DAFTAR PUSTAKA (2) Sharma, R. K., Kumar, D., Kumar, P. (2007), “Fuzzy Decision Support System for Conducting FMEA”, Reliability Engineering and System Safety 88, 39-43. Shekari, A., Fallahian, S. (2007), “Improvement of Lean methodology with FMEA”, POMS 18th Annual Conference, Texas. Susilo, F. (2003), Pengantar Himpunan & Logika Kabur serta Aplikasinya, Graha Ilmu, Yogyakarta. Tay, K. M., Lim, C. P. (2006), “Fuzzy FMEA with Guided Rule Reduction System for Prioritization of Failures”, International Journal of Quality and Reliability Management 23, 1047-1066. Teng, S. H., Yo, S. H. (1996), “Faliure Mode and Effect Analysis : An Integrated Approach for Product Design and Process Control”, International Journal of Quality and Reliability Management 13, 8-26. Wang, T. C., Chang, T. H. (2006), “Application of TOPSIS in Evaluating Initial Training Aircraft Under A Fuzzy Environment”, Experts System with Application 33, 870-880. Wang, Y. M., Chin, K. S., Poon, G. K. K., Yang, J. B. (2009), “Risk Evaluation in Failure Mode and Effects Analysis Using Fuzzy Weighted Geometric Mean”, Journal Expert Systems with Application, Vol. 36, pp. 1195-1207. Yamit, Z. (2004), Manajemen Kuantitatif untuk Bisnis. BPFE ,Yogyakarta. Yan, J., M. Ryan and J. Power. (1994), Using Fuzzy Logic Towards Intelligent Systems, Prentice Hall International, London. Yeh, R. H., Hsieh, M. H. (2007), “Fuzzy Assesment of FMEA for Sewage Plant”, Journal of the Cinese Institute of Industrial Engineers 24, 505-512.