BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit dengan jumlah penderita yang semakin meningkat tiap tahunnya. DM merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). DM merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Guyton & Hall, 2008). Secara
epidemiologi,
DM
merupakan
penyakit
kronis
yang
menyerang kurang lebih 12 juta orang di dunia. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% ( Depkes RI, 2012). World Health Organitations (WHO) sertaInternational Diabetes Federation(IDF ) menyebutkan bahwa tahun 2000 sampai tahun 2008 masih tercatat bahwa Indonesia menempati urutan keempat di dunia sebagai jumlah penderita diabetes yang memiliki tingkat penderita terbanyak setelah negara
1
2
India, China dan Amerika. Menurut perkiraan, jumlah penderita DM di Indonesia sebanyak 8,4 juta pada tahun 2000 akan meningkat menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030(Depkes RI,2007). Menurut profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2011) prevalensi penderita DM di D.I. Yogyakarta terutama di wilayah Bantul adalah sebanyak 0,09% pada tahun 2009 meningkat menjadi 0,8% pada tahun 2011. Diabetes melitus memiliki dampak yang serius baik terhadap pasien maupun keluarga. Dampak menahun dari penderita dabetes melitus ini adalah penderita menyandang penyakit ini seumur hidupnya. Selain itu, DM merupakan penyakit yang sangat kompleks sehingga penderita membutuhkan banyak pengobatan dan perubahan gaya hidup(Hidayat,2007). Dampak lain yang timbul adalah perubahan peran pada keluarga, gangguan psikologis, masalah ekonomi, perubahan kebiasaan sosial, produktivitas dan perubahan gaya hidup (Hidayat,2007). Pengelolaan
yang
baik
dalam
penatalaksanaan
DM
akan
meningkatkan kualitas hidup pasien DM menurut konsensus PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2002). Penatalaksanaan DM dikenal denganempat pilar utama pengelolaan DM yang meliputi edukasi, diet, latihan jasmani dan pengelolaan farmakologis. Namun saat ini, banyak penderita yang tidak mematuhi penatalaksanaan DM dengan baik. Hal ini dapat dijelaskan sesuai dengan penelitian oleh Junianty et al., (2011) yaitu penderita DM kurang memperhatikan dan mematuhi penatalaksanaan DM terutama dalam hal diet dan pengelolaan farmakologi. Hal ini dikarenakan
3
ketidaktahuan penderita untuk mematuhi penatalaksanaan DM tersebut. Untuk itu perlu juga dikaji lebih mendalam tentang kebutuhan apa saja yang dibutuhkan sehingga pasien DM dapat melaksanakan penatalaksanaan DM sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang maksimal. Menurut Maslow, hirarki kebutuhan dasar manusia adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia saat memberikan perawatan. Kebutuhan dasar manusia seperti makanan, air, keamanan dan cinta merupakan hal yang paling penting untuk bertahan hidup dan menjaga dan meningkatkan kesehatannya. (Potter & Perry, 2005). Maslow
menekankan
bahwa
kebutuhan
manusia
merupakan
kebutuhan yang unik dan berbeda, mungkin saja kebutuhan dasar tertentu merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan yang lainnya, misalnya orang yang lapar akan lebih mencari makan dari pada kebutuhan untuk meningkatkan harga diri. Novita, (2012) menyatakan bahwa teori Maslow menggambarkan bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama dalam pemenuhan kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Jika dilihat dari kondisi fisiologis yang terganggu secara tidak sadar tetap akan muncul perbedaan yaitu berupa ketidakutuhan kebutuhan dasar manusia, sebagai contohnya penderita DM tipe 1 selama hidupnya akan melakukan pergantian insulin yang berarti kebutuhan keamananlah yang terganggu (Potter & Perry, 2005 ; Hidayat, 2007 ; Novita, 2012).
4
Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki. Lima tingkat kebutuhan dasar menurut teori Maslow adalah sebagai berikut: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri dan aktualisasi diri(Potter & Perry, 2005). Menurut Maslow kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia. Kebutuhan fisiologis terbagi menjadikebutuhan akan nutrisi, cairan, eliminasi, temperatur, istirahat dan seks (Potter & Perry, 2005).Kebutuhan fisiologis inilah merupakan kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh penderita DM. Pada saat kadar glukosa darah meningkat, akan timbul gejala-gejala khas pada penderita DM yaitu poliuri, podipsi, dan polipaghi dan muncul gejala- gejala lain seperti adanya mual muntah, penurunan berat badan, impotensi, kelelahan serta kelemahan. Dari gejala khas yang terjadi jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat(Misnadiarly, 2006; Guyton & Hall, 2008). Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatandibagi menjadi keselamatan fisik dan keselamatan psikologis. Keselamatan fisik meliputi keselamatan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup (Hidayat, 2012). Ancaman yang mungkin timbul pada penderita DM
5
adalah berupa penyakit yang diderita. Pada penderita DM jangka panjang, komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler inilah yang menjadi ancaman bagi penderita DM, karena hal ini akan menyebabkan organ-organ tubuh terganggu seperti ginjal, jantung dan retina. Organ-organ tubuh yang terganggu akan menjadi ancaman bagi penderita DM karena akan meningkatkanresiko injuri dan rasa tidak aman pada penderita DM( Hidayat, 2012 ; Novita, 2012). Keselamatan psikologis yaitu keselamatan atas ancaman dari pengalaman baru dan asing (Hidayat, 2012). Bagi penderita DM yang baru dan belum mempunyai pengalaman akan penyakitnya, tentu akan menimbulkan kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan bagi penderita. Bertambah parahnya penyakit yang terus mengancam menjadikeharusan bagi penderita DM untuk mendapatkan rasa aman berkaitan dengan perkembangan penyakit DM misalnya dengan melakukan terapi insulin dan kontrol gula darah jika mengalami kenaikan gula darah atau tidak normal (Hidayat, 2012 ; Novita, 2012). Ketika seseorang merasa bahwa kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keselamatan dan keamanan terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa cinta, kasih sayang dan rasa memiliki. Penderita DM membutuhkan cinta
sebagai
bentuk
kekuatan
yang
bersumber
dari
keluarga,
pasangan,sahabat dan lingkungan tempat tinggalnya. Dukungan dan perhatian menjadi kunci kebutuhan cinta bagi penderita DM (Novita, 2012).Tidak hanya individu normal saja yang membutuhakan cinta, penderita DM pun
6
membutuhkan cinta sebagai bentuk kekuatan untuk membangun kekokohan dirinya(Nabyl, 2012). Sebagai contoh pasien DM dapat akan megalami ketidakberdayaan dalam menghadapi penyakitnya seperti timbulnya rasa lelah, sedih, kesepian, putus asa dan tidak berguna sehingga sangat diperlukan dukungan dari keluarga atau pasangan yang akan meningkatkan semangat penderita DM untuk terus mempertahankan agar kondisi gula darah tetap terkontrol dan stabil. Kebutuhan keempat dari piramida Maslow adalah kebutuhan harga diri, yang berarti kebutuhan yang terkait dengan perasaan ingin dihargai orang lain (Potter & Perry, 2005 ; Novita, 2012). Pada penderita DM keadaan harga diri rendah dapat muncul jika timbul komplikasi dari penyakit DM yang diderita seperti adanya luka gangren. Keadaan seperti ini diharapkan tidak merubah fungsi kedudukan seseorang individu dalam hal harga diri, terutama bagi seorang lelaki yaitu sebagai seorang pemimpin dan dalam berinteraksi dengan masyarakat. Diperlukan minimal penghargaan diri dari keluarga sehingga meningkatkan rasa percaya diri dari penderita DM (Novita, 2012). Sama halnya seperti kebutuhan harga diri, dibutuhkan support dari orang-orang terdekat terhadap kelangsungan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hirearki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya (Novita, 2012 ; Potter & Perry, 2005 ;
7
Hidayat, 2012).Penderita DM yang teraktualisasi adalah berarti dirinya memiliki kepribadian multidimensi yang matang (Potter & Perry, 2005). Penderita DM mungkin memiliki pengalaman terhadap penyakitnya sehingga meraka sudah memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi kepada lingkungan sekitar. Aktualisasi diri akan terbukti jika ada keseimbangan antara kebutuhan klien, tekanan dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungan (Potter & Perry, 2005). Aktualisasi diri yang dapat dilakukan oleh penderita DM diantaranya dengan ikut dalam perkumpulan penderita DM sehingga bisa mendapatkan tempat privasi dan memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah keperkembangan dan kesehatan yang normal (Potter & Perry, 2005 ; Tarwoto, 2006; Novita, 2012 ; Hidayat, 2012). Fungsi perawat didalam melakukan pengkajian pada individu yangsehat
maupun
sakit
dimana
segala
aktifitas
yang
dilakukan
denganberbagai cara untuk mengendalikan kepribadian pasien secepat mungkindalam bentuk proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, identifikasimasalah (diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi. Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia adalah merupakan pelayanan keperawatan meliputi membantu klien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya (Potter & Perry, 2005: Hidayat, 2012). Peran perawat dalam kebutuhan dasar manusia akan sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhannya, misalnya dalam kebutuhan fisiologis oksigenasi, perawat dapat melakukan tindakan keperawatan untuk memenuhi
8
kebutuhan oksigen klien jika timbul kondisi darurat dalam oksigenasi seperti adanya emfisema maka peran perawat disini adalah dengan memberikan kebutuhan oksigrn kepada klien (Potter & Perry, 2005). Begitu juga dengan kebutuhan nutrisi pada saat pengkajian keperawatan akan muncul masalah pada klien terkait dalam ketidakseimbangan nutrisi, peran perawat disini membantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi klien dengan memberikan pengajaran dan mendiskusikan lebih detail tindakan keperawatan yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan klien (Potter & Perry, 2005). Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan keselamatan fisik adalah dengan melindungi klien dari ancaman bahaya seperti resiko jatuh ataupun ancaman dari psikologis klien seperti rasa takut, cemas, dan sebagainya. Kebutuhan dasar akan cinta dan harga diri merupakan kebutuhan yang meliputi perasaan klien ingin dicintai dan dihargai. Peran perawat pada kebutuhan ini adalah dengan memotivasi klien untuk meningkatkan harga diri klien sehingga klien merasa lebih percaya diri dalam merawat diri mereka sendiri selain itu juga perawat akan berkolaborasi dengan keluarga untuk membantu klien memenuhi kebutuhan mereka terhadap rasa cinta dan memiliki (Potter & Perry, 2005: Hidayat, 2012). Pemenuhan kebutuhan aktualisasi pada klien adalah ketika klien merasa bahwa klien merasa sehat dan mempunyai kebutuhan yang kuat terhadap privasi (Potter & Perry, 2005). Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan aktualisasi adalah dengan membantu memenuhi kebutuhan
9
aktualisasinya dengan merencanakan perawatan sehingga privasinya tidak akan terganggu (Andarmoyo, 2013;Hidayat, 2012). Sebuah penelitian dari Jirapongsuwan &Sawangpon (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawatan mandiri pasien dengan
DM
di
rumah
sakit
Lardlumkaew,
Pathumthani
Thailand
menunjukkan hasil bahwa pemenuhan kebutuhan dari pasien DM adalah sangat penting untuk mendorong dan meningkatkan perawatan diri pasien dengan diabetes untuk mengurangi komplikasi dan tingkat keparahan penderitaan yang berhubungan dengan penyakit ini.Kebutuhan yang yang dibutuhkan berupa pendidikan dan perilaku mandiri. Kebutuhan tersebut diberikan kepada perempuan berusia antara 40 sampai 50 dan telah menderita diabetes selama lebih dari lima tahun dan diharapkan dapat mempromosikan sikap positif dari perawatan diri pada pasien lain dengan diabetes. Berdasarkan
study
pendahuluan
yang
dilakukan
di
RSUD
Panembahan Senopati Bantul, pasien DM yang datang di poliklinik rawat jalan mendapatkan pemerikasaan kadar gula darah dan pemberian obat. Berdasarkan pengamatan peneliti, para penderita DM mendapatkan pelayanan yang sama dan tidak dilakukan pengkajian kebutuhan agar pasien dapat melakukan perawatan diri secara optimal, sehingga pasien dapat mengontrol gula darahnya dan mencegah komplikasi. Selama ini belum terdapat perhatian yang serius terhadap kebutuhan pasien DM seperti kebutuhan pasien akan melaksanakan penatalaksanaan DM yang akhirnya jika dikaji lebih lanjut akan memenuhi perawatan mandiri oleh pasien DM.
10
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengkaji kebutuhan pasien diabetes melitus menurut Maslow di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah, “Apakahkebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul ?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya data demografi penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul b. Diketahuinya kebutuhan dasar manusia pada penderita DMdi poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul c. Diketahuinya prioritas kebutuhan dasar manusia pada penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penderita Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan bagi penderita DM tentang kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh penderita DM. Dengan demikian, penderita dapat
11
mengetahui hal yang dibutuhkan sehingga dapat meningkatkan kesehatan nya. 2. Bagi instansi kesehatan Dengan dilaksanakannya penelitian ini, hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai masukan terhadap pelayanan kesehatan terutama dengan memperhatikan dan mengetahui kebutuhan pasiennya. 3. Bagi ilmu keperawatan Manfaat penelitian ini bagi ilmu keperawatan diantaranya adalah penerapkan dan mengembangkan teori kebutuhan dasar manusia yang mengarah pada Maslow dan akan diaplikasikan ke kebutuhan DM yang dapat mempengaruhi kebutuhan dasar manusia. Penelitian ini membuat peneliti lebih mengetahui kebutuhan-kebutuhan dari pasien DM dan membantu pasien DM mengidentifikasi prioritas kebutuhannya. 4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya untuk mendukung pengkajian kebutuhan dasar pasien DM yang berpatokan pada Maslow.Penelitian selanjutnya dapat memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan pasien seperti pemberian pelatihan sesuai kebutuhan penderita DM ataupun implementasi pada pasien DM. E. Penelitian Terkait Penelitian yang pernah dilakukan dan terkait dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian Salam,(2009) dengan judul “gambaran pemenuhan kebutuhan dasar menurut Maslow pada lansia di PSTW Budi Luhur Bantul
12
Yogyakarta “Penelitian tersebut termasuk jenis penelitian deskriptif bersifat eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kebutuhan dasar pada lansia. Populasi dari penelitian ini ada 71 responden. Sample yang digunakan sebanyak 42 sampel yang menggunakan metode purposive sampling yang memiliki kriteria inklusi lansia di PSTW Budi Luhur Bantul Yogyakarta. Variabel yang digunakan merupakan variabel tunggal yaitu tentang kebutuhan dasar manusia pada lansia. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang berisikan 5 kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh lansia. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini terletak pada tujuan, tempat penelitian, jumlah sampel, dan instrument yang digunakan. Tujuan penelitian saat ini adalah untukmengidentifikasi kebutuhan penderita DMyang dilakukan di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul jenis penelitian deskriptif.Jumlah popolasi pada penelitian ini adalah 568 dan diambil sampelnya dengan jumlah sample 96 sampel. Metode yang digunakan sama dengan penelitian terkait yaitu menggunakan purposive sampling yaitu menggunakan responden sampel sesuai dengan kriteria inklusi. Namun kriteria inklusi dari penelitian sebelumnya merupakan lansia sedangkan peneliti saat ini adalah merupakan penderita DM. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner dengan memasukkan 5 kebutuhan pasien DM terhadap pemenuhan mereka dalam perawatan secara mandiri.
13
Variabel yang digunakan menggunakan variabel tunggal yaitu pemenuhan kebutuhan pasien DM itu sendiri. 2. Penelitian Ratih,(2009) dengan judul “gambaran pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada pasien dengan minimal care, partial care dan total care di ruang penyakit dan bedah RSUD kota Yogyakarta “Penelitian tersebut termasuk jenis penelitian deskriptif bersifat eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kebutuhan dasar pada pasien dengan minimal care, partial care dan total care. Populasi dari penelitian ini ada 50 responden.
Sample
yang
digunakan
sebanyak
50
sampel
yang
menggunakan metode cluster sampling. Variabel yang digunakan merupakan variabel tunggal yaitu tentang kebutuhan dasar manusia pada lansia. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang berisikan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh pasien dengan minimal care, partial care dan total care. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini terletak
pada
instrumentyang
tujuan,
tempat
digunakan.
penelitian,
Tujuan
jumlah
penelitian
saat
sampel, ini
dan adalah
untukmengidentifikasi kebutuhan penderita DMyang dilakukan di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul jenis penelitian deskriptif sedangkan penelitian terkait mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia pada pasien dengan minimal care, partial care dan total care. Terdapat perbedaan kebutuhan pada psien bedah dengan pasien DM namun tetap mengarah pada 5 kebutuhan dasar manusia. Jumlah popolasi
14
pada penelitian ini adalah 568 dan diambil sampelnya dengan jumlah sample 96 sample. Metode yang digunakan dengan purposive sampling yaitu menggunakan responden sampel sesuai dengan kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner dengan memasukkan 5 kebutuhan pasien DM terhadap pemenuhan mereka dalam perawatan secara mandiri. Variabel yang digunakan menggunakan variabel tunggal yaitu pemenuhan kebutuhan pasien
DM
itu
sendiri.
BAB II A. Tinjauan Teoritis 1. Diabetes Melitus (DM) a. Pengertian Diabetes Melitus (DM) Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangya toleransi karbohidrat (Price & Wilson, 2006). DM merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Guyton & Hall, 2008). DM ini merupakan sekelompok kelainan dari heterogen yang ditandai
oleh
kenaikan
kadar
glokusa
dalam
darah
atau
hiperglikemia (Smeltzer, 2008). Penyebab DM disebabkan oleh hormon insulin yang tidak mencukupi atau tidak efektif sehingga tidak dapat bekerja secara normal dimana insulin mempunyai peran utama yang mengatur kadar glukosa dalam darah yaitu sekitar 60120 mg/dl waktu puasa dan < 140 mg/dl pada 2 jam sesudah makan pada orang normal (Misnadiarly, 2006). b. Etiologi Diabetes Melitus (DM) Etiologi dari DM menurut berbagai bukti menunjukkan bahwa hal ini akan mengarah pada insufisiensi insulin, akan tetapi determinan genetik merupakan penyebab yang utama dari
15
16
mayoritas penderita DM (Price & Wilson, 2006). Diabetes melitus tipe 1 terhadap bukti determinan genetiknya adalah kaitannya dengan tipe-tipe histokompatibilitas (Human Leokocyte antigen (HLA)) spesifik. Tipe dari gen ini berkaitan dengan diabetes tipe 1 yang memberikan kode kepada protein-protein yang berperan penting dalam interaksi monosit-limfosit (Price & Wilson, 2006). Protein-protein ini mengatur respon sel T yang merupakan bagian normal dari respon imun. Jika terjadi kelainan, fungsi linfosit ini T yang terganggu akan berperan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau Langerhans. Diabetes melitus tipe 2 mempunyai pola familial yang kuat. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2 rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1, dan sekitar 90% pasti pembawa (carier). Diabetes tipe 2 ditandai dengan kelainan sekresi insulin serta kerja insulin. Kelainan pengikatan insulin dengan reseptor disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membran sel yang responsif terhadap insulin. Hal ini berakibat terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transpor glukosa. Ketidakabnormalan postreseptor dapat menggangu kerja insulin sehingga timbul kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah insulin yang tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price & Wilson, 2006).
17
Penyebab lain dari DM menurut Wijayakusuma (2004) ; Nabyl (2012) ; Andarmoyo (2012) ; Maulana (2012) ; Novita (2012) adalah : 1) Obesitas Orang dengan berat badan melebihi batas normal mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk terserang Diabetes Melitus dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk. Berat badan yang berlebih bisa menyebabkan DM karena jalan insulin untuk masuk ke dalam sel-sel terhalangi. Salah satu cara untuk mengetahui berat badan berlebih atau obesitas adalah dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). Tabel 1. Indeks Massa Tubuh (IMT) Kategori BB kurang BB normal BB berlebih Obesitas
IMT (kg/m2) <18,5 18,5-24,9 25-29,9 =30
3). Faktor genetik DM cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan.
Biasanya,
seseorang
yang
menderita
DM
mempunyai anggota keluarga yang juga terkena. Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa DM merupakan penyakit terpaut kromosom seks atau kelamin DM sehingga merupakan penyakit degenerative atau diturunkan.
18
4). Bahan-bahan kimia dan obat-obatan Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin. Bahan-bahan kimia beracun yang masuk ke tubuh misalnya mengandung golongan nitrosamin ataupun glukosida sianogenik merupakan salah satu penyebab terjadinya diabetes. Glukosida sianogenik melepaskan sianida sehingga memberikan efek toksik terhadap jaringan tubuh. Sianida dapat menyebabkan kerusakan pankreas yang akhirnya menimbulkan gejala DM jika disertai dengan kekurangan protein. 5). Penyakit dan infeksi pada pankreas Mikroorganisme
seperti
bakteri
dan
virus
dapat
menginfeksi pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin. Mekanisme infeksi sitolitik pada sel β virus dapat menyebabkan rusaknya sel. Kemudian hilangmya autoimun pada sel β karena adanya reaksi auotoimunitas. Virus dan bakteri yang dicurigai adalah rubrlla mumps dan human coxsackievirus B4.
19
Gangguan sistem imunitas berkaitan dengan adanya infeksu bakteri dan virus. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai dengan pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel-sel yang melakukan sekresi insulin dan kemudian peningkatan kepekaan sel β dan virus. c. Klasifikasi Diabetes Melitus Beberapa tipe diabetes melitus dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Terdapat dua tipe utama DM yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2 (Guyton & Hall, 2008). Klasifikasi diabetes melitus (DM) menurut Smeltzer (2008) adalah: 1) Tipe 1 2) Tipe 2 3) Diabetes melitus gestational (GDM) Klasifikasi etiologis DM American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah : 1) Diabetes tipe 1 berupa destruksi sel P yang umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut yaitu berupa autoimun dan idiopatik (Arif, 2000). Diabetes tipe 1 dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen insulin. Autoimun, akibat dari disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel β sedangkan
20
idiopatik berarti tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya (Price & Wilson, 2006). 2) Diabetes tipe 2 disebabkan oleh penurunan sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin (Guyton & Hall, 2008). Penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) sering terjadi karena disebabkan terdapat resistensi insulin dari sel-sel sasarn terhadap kerja insulin. Insulin mulamula mengikat pada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terdapat reaksi intraselular yang menyebabkan mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa yang mengikatkan transpor glukosa menembus membran sel (Price & Wilson, 2006). 3) Diabetes tipe lain meliputi : a) Defek genetik fungsi sel β berupa Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3 dan DNA mitokondria (Arif, 2000). Diabetes subtipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resistensi terhadap insulin (Price & Wilson, 2006). b) Defek negatif kerja insulin menyebabkan sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans (Price & Wilson, 2006).
21
c) Penyakit eksorin pankreas meliputi pankreatitis, tumor/ pankreatektomi
dan
pankreatopati
fibrokalkulus
(Arif,2000). d) Endokrinopati seperti akromegali, sindrom Cushing, feokromositoma dan hipotiroidisme. e) Obat-obat bersifat toksik terhadap sel-sel β. Hal ini berupa vacor, pentamidin asam nikotinat, glukokortiroid dan hormon tiroid, tiazid, dilantin, interferon dan lain-lain. f) Infeksi meliputi rubela kongenital dan sitomegalovirus. g) Penyebab
imunologi
yang
jarang
yaitu
antibodi
antiinsulin. h) Sindrom ginetik lain yang berkaitan dengan DM yitu sindrom Down, Klinefelter, Turner dan lain-lain. 4. Diabetes gestational (GDM)
dikenali pertama kali pada
kehamilan dan mempengaruhi 4 % dari senua kehamilan. Pada pasien–pasien ini toleransi glukosa dapat kembali normal setelah persalinan hal Ini meliputi 2 – 5% dari seluruh diabetes Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu (Price & Wilson, 2006). Diabetes dalam masa kehamilan, walaupun umumnya kelak dapat pulih sendiri beberapa saat setelah melahirkan, namun dapat berakibat buruk terhadap bayi yang dikandung. Akibat buruk yang terjadi antara lain malformasi
22
kongenital, peningkatan berat badan bayi ketika lahir dan meningkatnya resiko mortalitas perinatal. d. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tanda dan gejala awal dari penyakit DM ini awalnya mungkin tidak dirasakan dan disadari oleh penderitanya, sehingga perlu diketahui lebih lanjut tanda gejala tersebut oleh si penderita. Menurut Smeltzer& Bare (2002) tanda dan gejala tersebut meliputi: 1) Poliuria Poliuria terjadi jika terjadi kekurangan insulin untuk mengangkut menyebabkan
glukosa
melalui
hiperglikemia,
membrandalam sehingga
serum
sel
yang plasma
meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler sehingga aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti (Misnadiarly, 2006). Poliuri atau sering kencing terjadi karena akan terjadi penumpukan cairan didalam tubuhnya akibat gangguan osmolaritas darah yang harus dibuang melalui kencing ( Maulana, 2012). Gejala awal DM berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa sampai ke air kemih sehingga jika kadarnya terlalu tinggi ginjal akan membuang tambahan untuk
23
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Tingginya frekuensi berkemih sehingga hanya dalam satu malam dapat mencapai 20-30 kali (Nabyl, 2012). 2) Polidipsia Polidipsi terjadi jika konsentrasi glukosa cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut muncul di dalam urin (glukosauria). Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia) (Smeltzer& Bare2002). Polidipsia dapat terjadi karena sebagai akibat dari poliuria maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi) (Nabyl, 2012). Diawali dari banyaknya urin yang keluar maka tubuh mengadakan mekanisme lain untuk menyeimbangkan dengan banyak minum sehingga hal ini juga akan berpengaruh dengan banyaknya pengeluaran urin pada penderita DM (Novita, 2012).
24
3) Poliphagia Poliphagi dapat terjadi pada pasien DM karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia). Karena insulin yang bermasalah pemasukan gula kedalam sel-sel tubuh berkurang akhirnya energi yang dibentuk kurang sehingga orang DM akan merasakan kurangnya tenaga akhirnya akanmelakukan kompensasi yakni dengan banyak makan (Novita, 2012). Seperti halnya dengan poliuri akibat menurunnya kemampuan insulin mengelola kadar gulanya sehingga tubuh dipaksa untuk makan agar mencukupi kadar gula darah yang bisa
direspon
insulin
(Maulana,
2012).
Untuk
mengkompensasikan hal ini, penderita sering kali merasa lapar yang luar biasa sehingga banyak makan. 4) Penurunan berat badan Penurunan berat badan dapat terjadi karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi dan penurunan secara otomatis.
25
Sejumlah kalori yang hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan (Nabyl, 2012). Tanda dan gejala penyakit DM menurut Misnadiarly (2006); Novita (2012); Nabyl (2012), digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik. 1) Gejala akut pada pasien DM adalah gejala umum yang timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain. Gejala tersebut meliputi polifagi, polidipsi dan poliuria. Gejala lain yang mngkin timbul pada masa akut adalah penurunan berat badan dengan cepat yaitu (bisa mencapai 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan lain-lain. 2) Gejala kronik adalah gejala menahun yang diderita oleh pasien DM. Gejala kronik yang sering timbul adalah sebagai berikut (Maulana, 2012 &Misnadiarly 2006). a) Kesemutan b) Kulit terasa panas c) Rasa tebal di kulit d) Kram e) Capai dan mudah mengantuk f) Mata kabur g) kemampuan seksual menurun bahkan impoten, pruritis vulva hingga keputihan pada wanita, luka tidak sembuhsembuh.
26
Gejala lain yang mungkin timbul adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olahraga. Gejala diabetes tipe I muncul saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik (Maulana, 2012). Gejala-gejala yang muncul pada diabetes tipe I adalah menurut Maulana (2012) ; Novita (2012) : a) sering buang air kecil b) terus menerus lapar c) berat badan menurun d) kelelahan penglihatan kabur e) infeksi kulit yang berulang f) meningkatnya kadar gula darah dan air seni Gejala-gejala yang timbul pada diabetes tipe II Novita (2012) : a) cepat lelah, kehilangan tenaga b) sering bang air kecil c) terus menerus lapar dan haus d) kelelahan berkepanjangan e. Komplikasi Diabetes Melitus (DM) Dua jenis komplikasi yang umumnya timbul pada penderita DM yaitu komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut adalah komplikasi jangka pendek dimana dibutuhkan keseimbangan dari kadar gula darah bagi penderita DM. Komplikasi akut meliputi
27
ketoasidosis diabetik dan hipoglikemia. Komplikasi kronik adalah komplikasi komplikasi yang terjadi dalam waktu yang lama (Misnadiarly, 2006). Komplikasi kronik meliputi komplikasi makrovaskuler
dan
komplikasi
mikrovaskuler.
Komplikasi
makrovaskuler ini meliputi penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler, stroke dan penyakit vaskular perifer sedangkan komplikasi
mikrovaskuler
meliputi
retinopati,
neuropati
diabetikum dan nefropati (Smeltzer& Bare, 2002). 1) Komplikasi akut a) Reaksi hipoglikemia Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing dan sebagainya Smeltzer& Bare, 2002). Hipoglikemi ditandai dengan kadar gula darah yang melonjak turun dibawah 50-60 mg/dL (Misnadiarly, 2006). Gejala- gejala hipoglikemia bisa ditandai oleh dua penyebab utama. Keterlibatan sistem saraf otonom dan pelepasan hormon dari kelenjar adrenalin yang menimbulkan gejala rasa takut, kegelisan, gemetaran, muka pucat serta rasa pening (Novita, 2012). b) Ketoasidosis diabetik (DKA) Ketoasidosis diabetik (DKA) merupakan komplikasi akut yang terjadi apabila kadar insulin sangat menurun. Pada
28
keadaan ini pasien mengalami hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis dan peningkatan lipolisis dan peningkatan okidasi lemak bebas diseratai pembentukan benda keton (Price & Wilson, 2006). Peningkatan produksi keton inilah yang meningkatkan beban ion hydrogen dan asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat mengakibatkan diuresis osmotik dengan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami
syok
yang
akhirnya
dapat
mengakibatkan
perubahan perfusi ke jaringan otak sehingga terjado koma (Aini, 2011). Penyebab komplikasi ini pada umumnya adalah infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi atau kekurangan insulin akut pada metabolisme lemak, karbohidrat maupun protein (Novita, 2012). 2) Komplikasi Kronik Komplikasi kronik adalah komplikasi jangka panjang yang terjadi pada penderita DM. Komplikasi kronik meliputi komplikasi makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler (Smeltzer& Bare, 2002). Komplikasi makro dan mikro vaskuler ini biasa disebut dengan mikroangopati dan makroangopati (Sudoyo et all, 2009). Mikroangiopati adalah komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes yang melibatkan pembuluh darah kecil.
29
Mikroangiopati adalah komplikasi mikrovaskuler merupakan lesi spesifik yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot serta kulit (Meydani, 2011). Makroangiopati adalah komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes yang melibatkan pembuluh darah besar. Makroangiopati diabetes akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler dan jika mengenai arteri-arteri perifer maka dapat mengakibatkan insufisiensi vaskuler perifer dan gangren pada ekstremitas serta insufisiensi serebral dan stroke dan dapat menyebabkan angina dan infark miokard jika mengenai arteri koronaria (Aini,2011). Komplikasi makrovaskular ini seperti: penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease), penyakit pembuluh darah otak dan pembuluh darah perifer . a) Penyakit jantung dan pembuluh darah Aterosklerosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian
dlam
pembuluh
darah
(Misnadiarly,
2006).
Menebalnya arteri pada bagian kaki bisa mempengaruhi otototot
kaki
karena
berkurangnya
suplai
darah
yang
mengakibatkan rasa kram, tidak nyaman atau lemas saat
30
berjalan (Nabyl, 2012). Jika suplai darah pada kaki sangat berkurang atau terputus dalam waktu yang lama bisa terjadi kematian pada jaringan (Aini, 2011). b) Kerusakan pada ginjal (Nefropati) Diabetes mempengaruhi pembuluh darah kecil ginjal akibatnya efisiensi ginjal untuk menyaring darah terganggu (Misnadiarly, 2006). Gejalanya adalah ada protein dalam air kncing terjadi pembengkakan, hipertensi dan kegagalan fungsi ginjal yang menahun (Novita, 2012). Adanya gagal ginjal dapat dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin yang berkisar antara 2-7,1 % pasien DM (Misnadiarly, 2006). c) Retinopati Retinopati diabetik merupakan komplikasi berupa kerusakan pembuluh darah kapiler pada jaringan yang berfungsi sebagai sensor cahaya (retina) (Nabyl, 2012). Retina mata yang terganggu sehingga akan terjadi kehilangan sebagian atau seluruh penglihatan (Misnadiarly, 2006). Penyebab dari retinopati adalah dikarenakan karena dinding pembuluh akan menggembung membentuk suatu struktur yang disebut mikroaneurisma. Pembentukan mikroaneurisma akan didiringi dengan penyempitan dan penyumbatan pada pembuluh kapiler (Nabyl, 2012). Pada dasarnya tubuh akan membuat pertahanan dengan membuat
31
pembuluh darah baru namun dikarenakan rapuh pembuluh baru tersebut akan pecah dan akan menimbulkan gejala seperti kekaburan penglihatan bahkan kebutaan (Novita, 2012). d) Kerusakan saraf ( Neuropati) Gula darah yang tinggi menghancurkan sel saraf dan satu lapisan lemak disekitar saraf, sehingga saraf yang rusak tidak bisa mengirimkan sinyal ke otak dan dari otak dengan baik (Misnadiarly, 2006). Gejala dari neuropati diabetika adalah kehilangan indera perasa , rasa nyeri, rasa kesemutan serta rasa terhadap dingin dan panas yang berkurang (Nabyl 2012 ; Novita, 2012). Selain itu, otot lengan atas menjadi lemah, penglihatan kembar, impotensi, mengeluarkan keringat dan rasa berdebar waktu istirahat (Novita, 2012). f. Penatalaksanaan Diabetes Miletus (DM) Penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan atau gejala DM (Arif, 2001). Tujuan penanganan DM pada umumnya untuk mencegah terjadinya dekompensasi metabolik akut dan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat komplikasi (Misnadiarly, 2006). Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secra holistik dan mengajarkan kegiatan secara mandiri.
32
Komponen penatalaksanaan menurut Misnadiarly (2006) dan Smeltzer (2002) adalah meliputi edukasi, perencanaan makan (diet), latihan jasmani dan intervensi farmakologi. 1) Edukasi Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang memerlukan perlakuan dan perilaku penanganan secara mandiri yang khusus dan seumur hidup. Pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan dalam hal ini mendampingi pasien dalam menuju perubahan
perilaku
dengan
memberikan
edukasi
yang
komprehensif, pengembangan keterampilan dan motivasi. Edukasi tersebut meliputi penyakit DM, makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM, penyulit DM, intervensi farmakologis dan nonfarmakologis, hipoglikemia, perawatan kaki diabetes, cara menggunakan sistem pendukung dan fasilitas perawan kesehatan (Misnadiarly, 2006) (Smeltzer & Bare, 2002). 2) Perencanaan makan (diet) Perencanaan makan merupakan salah satu pilar dari pengelolaan DM. Perencanaan makan harus disesuaikan dengan kebiasaan masing-masing pasien. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan berikut menurut Smeltzer & Bare (2002) : a) Memberikan semua unsur makanan yang esensial
33
b) Mempertahankan dan mencapai berat badan yang sesuai c) Mencegah terjadinya fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari d) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat Rencana diet pada pasien DM dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari. Pada konsesus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah proporsi dengan komposisi yang seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%) dan lemak (20-25%) (arif, 2001). Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan yang ideal. Standar yang dianjurkan sesuai kecukupan gizi baik sebagai berikut sebagai penentuan status gizi, dipakai Body Mas Index (BMI) yaitu : IMT normal wanita = 18,5 – 23,5 kg / m2 IMT normal laki – laki = 22,5 – 25 kg / m2 3) Latihan Jasmani Latihan sangat penting dalam penatlaksanaan DM karena memiliki efek yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko (Novita, 2012). Prinsip latihan jasmani yang dilakukan adalah :
34
a) Latihan dilakukan dengan berkesinambungan dan dilakukan terus menerus misalnya aktifitas latihan jasmani seprti jogging dilakukan setiap 30 menit, maka setiap hari harus dilakuakan selama 30 menit. b) Latihan olahraga yang dipilih adalah latihan olahraga yang berirama yaitu otot-otot dapat berkontraksi dan relaksasi secara teratur seprti berenang, jogging dan jalan kaki. c) Latihan dilakukan berdasarkan interval kegiatan latihan d) Latihan jasmani ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang mencapai waktu 30-60 menit e) Latihan daya tahan dilakukan 3 hari dalam seminggu seperti jalan kaki, jogging dan sebagainya. Latihan ini untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi 4) Intervensi farmakologi Sarana pengelolaan farmakologis diabetes menurut Misnadiarly (2006) dapat berupa : 1) Pemicu sekresi insulin a) Sulfoniluera Sulfoniluera menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan
ambang
sekresi
insulin
dan
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Kebanyakan pasien mengenal obat golongan
35
sulfonyluera yaitu Chlorpropamide dan Glibenclamide (Nabyl, 2012). Pemberian obat ini 15 sampai 30 menit sebelum makan
(Nabyl,2012).
Mekanisme
kerjanya
untuk
meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel lemak, meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin transport karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak serta penurunan produksi glukosa dan hati (Misnadiarly, 2006). b) Biguanid Biguanid
menurunkan
glukosa
darah
melalui
pengaruh terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal dari reseptor insulin serta juga pada efeknya menurunkan produksi glukos hati. Obat biguanid memperbaiki kerja insulin dalam tubuh dengan mengurangi resistensi insulin (Nabyl, 2012). Golongan biguanid yang beredar dipasaran adalah metformin (Nabyl, 2012). Mekanisme kerja biguanid adalah untuk menghambat absorbsi karbohidrat dan glikoneogenesis hati, meningkatkan afinitas pada reseptor insulin dan jumlah reseptor insulin serta memperbaiki defek respon insulin (Misnadiarly, 2006).
36
Keuntungan dari obat metformin adalah tidak menaikkan berat badan. Namun ada beberapa keluhan yang bisa timbul yaitu gangguan pengecapan, nafsu makan menurun, mual muntah, kembung dan ruam atau bintik-bintik di kulit (Nabyl, 2012). Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan dengan dosis 500-3000 mg 2-3 kali sehari (Misnadiarly, 2006). 2) Penambah sensitivitas terhadap insulin a) Tiazolidindion Tiazolidindion meningkatkan sensitifitas insulin. Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin karena bekerja dengan merangsang jaringan tubuh untuk lebih sensitif terhadap insulin (Nabyl, 2012). Obat Tiazolidindion menjaga hati agar tidak banyak memproduksi glukosa dan menurunkan trigliserida darah (Maulana, 2012). Termasuk kelompok obat ini adalah pioglitazone dan rosiglitazone (Misnadiarly, 2006). b) Penghambat glukosidase alfa Penghambat glukosidase alfa menurunkan penyerapan glukosa dan hiperglikemia postprondial. Obat golongan ini bekerja di usus menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa di usus menjadi berkurang. Obat ini bekerja di lumen
37
ususdan
tidak
menyebabkan
hipoglikemia
dan
tidak
berpengaruh pada kadar insulin (Misnadiarly, 2006 ; Nabyl, 2012). Obat yang termasuk ini adalah acarbose dan miglitol (Nabyl, 2012). c) Kombinasi obat Tujuan dari kombinasi adalah agar efek obat lebih optimal dalam mengontrolglokosa darah (Nabyl, 2012). Golongan sulfonylurea paling banyak dikombinasikan dengan obat
anti
diabetes
lain
karena
efek
kombinasi
bisa
memperbaiki dan menambah kerja insulin. Kombinasi tersebut adalah
sulfonylurea
-meformin,
sulfonylurea
-
alpha-
glucosiade inhibitor dan sulfonylurea – thiazilidinediones (Nabyl, 2012 ; Novita, 2012). Selain itu metformin juga bisa dikombinasikan dengan obat anti diabetes kelompok lain yaitu metformin - alpha- glucosiade inhibitor dan metformin – thiazilidinediones (Nabyl, 2012). Pada tipe diabetes II obat sulfoniluera cocok untuk digunkan karena terapat sisa pulau langerhans yang masih berfungsi. Obat-obat ini merangsang fungsi sel-sel β dan meningkatkan sekresi insulin. Sebaliknya pada tipe diabetes I pengobatan dengan sulfonilurea menjadi tidak efektifkarena menyebabkan
efek
potensial
yang
merugikan
akibat
38
penggunaan agen-agen hipoglikemik oral (Price & Wilson, 2006). 2. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Maslow a. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut maslow terdapat lima tingkatan prioritas. Tingakatan tersebut meliputi tingakatan dari yang paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri dan aktualisasi diri (Potter & Perry, 2005). Gambar 1. Piramida Maslow
Menurut Maslow seseorang yang kebutuhannya terpenuhi adalah merupakan orang yang sehat sedangkan seseorang dengan satu atau lebih kebutuhannya tidak terpenuhi adalah seseorang yang mungkin tidak sehat atau beresiko sakit. Menurut Maslow, manusia
termotivasi
untuk
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). 5 (lima) tingkatan
39
kebutuhan dasar pada manusia akan diuraikan dari Potter & Perry (2005) sebagai berikut : 1) Kebutuhan fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan prioritas yang paling tertinggi dalam hirarki Maslow. Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. Hal ini juga berlaku pada setiap jenis kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (Hidayat, 2006 ; Novita, 2012). a) Oksigen Oksigen merupakan kebutuhan yang paling penting. Tubuh akan selalu membutuhkan oksigen dari waktu kewaktu untuk bertahan hidup. Melalui metabolisme aerob sangat diperlukan oksigen dalam jaringan untuk membentuk energi dan bergantung secara total untuk bertahan hidup (Hidayat, 2006; Potter & Perry, 2005 ; Andarmoyo, 2011). Oksigen harus secara
40
adekuat diterima lingkungan ke dalam paru-paru, pembuluh darah, dan jaringan. Manusia tidak akan bisa mempertahankan hidupnya tanpa suplai oksigen dari alam, makanan, minuman dan tidur (Novita, 2012). b) Cairan Tubuh
manusia
memerlukan
keseimbangan
antara
pemasukan dan pengeluaran cairan. Hal yang mengindikasikan tidak terpenuhinya kebutuhan cairan yaitu dehidrasi dan edema (Potter & Perry, 2005). Dalam pengkajian keperawatan tindakan keperawatan diarahkan pada perbaikan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa (Potter & Perry, 2005 ; Andarmoyo, 2011) c) Nutrisi Tubuh manusia memiliki kebutuhan esensial terhadap nutrisi. Pemenuhan kebutuhan nutrisi secara adekuat dan aman memerlukan kontrol lingkungan dan pengetahuan. Proses metabolik tubuh yang baik dalam mengontrol pencernaan, menyimpan zat makanan dan mengeluarkan produk sampah adalah hal yang penting dalam memenuhi nutrisi tubuh (Almatsier, 2003 ; Potter & Perry, 2005). d) Temperatur Suhu yang nyaman bervariasi untuk setiap individu. Rentang suhu yang nyaman biasanya berada pada 18,3 – 37 C
41
(Potter & Perry, 2005 ; Andarmoyo, 2011). Tubuh dapat secara suhu secara otomatis. Perubahan suhu yang mungkin terjadi adalah terpajan pada panas berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemaparan yang panas ini akan menyebabkan heatstroke dan heat exhaustion yang menyebabkan diaforesis, hipotensi, perubahan status mental, kejang otot, mual dan koma (Potter & Perry, 2005). e) Eliminasi Eliminasi merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Produk pengeluaran tersebut dikeluarkan melalui paruparu, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbon dioksida dan kulit mengeluarkan air dan natrium sebagai keringa. Ginjal merupakan bagian tubuh yang mengeksresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion hidrogen dan asam (Almatsier, 2003 ; Potter & Perry, 2005). Seseorang
dengan
penyakit
ginjal
juga
akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas urin. Usus sebagai saluran pencernaan yang berguna untuk mengeluarkan produk sampah yang padat dan cairan dari tubuh (Almatsier, 2003 ; Potter & Perry, 2005; Price & Wilson, 2006). f) Istirahat
42
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang baik dalam mengatasi stres. Dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan kondisi tubuh (Hidayat, 2007). Jumlah kebutuhan istirahat bervariasi bergantung pada kualitas tidur, status kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup dan umur seseorang. Tidur yang cukup akan memberikan kegairah dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak (Potter & Perry, 2005 ; Hidayat, 2007). g) Seks Maslow (1970) menganggap seks sebagai kebutuhan dasar fisiologis yang secara umum mengambil prioritas yang paling tinggi. Kebutuhan seksual dan perilaku dipengaruhi oleh umur, latar belakang soaial budaya, etika, nilai, harga diri dan tingkat kesejahteraan (Potter & Perry, 2005). 2) Kebutuhan Keselamatan dan rasa aman Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Kebutuhan ini meliputi keselamatan fisik dan keselamatan psikologis. Keselamatan fisik
merupakan
keadaan
yang
melibatkan
keadaan
untuk
mempertahankan, mengurangi dan mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan, sedangkan keselamatan psikologis merupakan respon dari perasaan pasien saat dikaji yang ini bisa dilihat dari
43
pembicaraan
mereka
yang
secara
tidak
langsung
dapat
memperlihatkan perasaan mereka. a) Keselamatan fisik Keselamatan fisik merupakan keadaan yang melibatkan keadaan untuk mempertahankan, mengurangi dan mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut bisa saja meliputi penyakit, kecelakaan, bahaya, atau pemajanan pada lingkungan. Dibutuhkan sistem pelayanan kesehatan yang profesional untuk perlindungan (Potter & Perry, 2005 ; Hidayat, 2007). b) Keselamatan psikologis Keselamatan psikologis merupakan respon dari perasaan pasien,
pembicaraan
yang
secara
langsung
dapat
memperlihatkan perasaan mereka ancaman dari pengalaman baru dan asing (Potter & Perry, 2005 ; Hidayat, 2012). Dalam proses adaptasi secara psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari berbagai stressor yaitu dengan cara berorientasi pada tugas yang dikenal dengan problem solving straregi dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri (Hidayat, 2007). Untuk merasakan keselamatan dan aman secara psikologis, seseorang harus memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan pemberi perawatan yang profesional (Potter & Perry, 2005).
44
3) Kebutuhan cinta dan rasa memiliki Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki ini merupakan kebutuhan untuk memiliki dan diterima oleh keluarga, serta kebutuhan untuk mencinta dan dicintai (Potter & Perry, 2005). Seseorang akan berusaha menginginkan hubungan kasih sayang dengan orang lain dan kebutuhan akan memiliki tempat di dalam kelompoknya (Saleh, 2003). Maslow menyatakan bahwa cinta berkaitan dengan suatu hubungan yang sehat dan penuh kasih sayang antara dua orang termasuk sikap saling percaya. Kebutuhan akan cinta meliputi memberi dan menerima cinta, dan harus memahami dan mampu mengajarkannya kepada orang lain serta mampu menciptakan cinta (Saleh, 2003 ; Hidayat, 2007). 4) Kebutuhan penghargaan dan harga diri Kebutuhan harga diri merupakan keinginan terhadap kekuatan, pencapaian rasa cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Manusia membutuhkan penghargaan atau apresiasi sebagai peningkatan rasa kepercayaan diri dan dianggap berguna. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, mungkin saja akan merasa tidak berdaya dan rendah diri (Potter & Perry, 2005).
45
Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih mampu dan akan lebih produktif (Saleh, 2003). Kebutuhan akan harga diri yang tidak cukup akan mengakibatkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya serta mengakibatkan muncul rasa putus asa (Saleh, 2003 ; Potter & Perry, 2005). 5) Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan menggunakan
aktualisasi
kemampuan,
diri
yaitu
skill
dan
kebutuhan potensi
untuk dengan
mengemukakan ide-ide dan memberikan penilaian dan dalam pencapaian kepuasan dari pekerjaan yang dikerjakan. Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Aktualisasi diri adalah tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis yang bisa dicapai bila semua kebutuhan dasar sudah dipenuhi (Saleh, 2003 ; Potter & Perry, 2005 ; Hidayat, 2007). Pada saat manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada semua tingkatan yang lebih rendah, melalui aktualisasi diri di katakan bahwa mereka mencapai potensi yang paling maksimal. Kebutuhan aktualisasi mungkin terjadi pada saat ada keseimbangan antara kebutuhan klien, tekanan dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungan (Potter & Perry, 2005 ; Hidayat, 2007; Novita, 2012).
46
b. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar manusuia Menurut Hidayat (2012), kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh faktor berikut: 1. Penyakit Faktor penyakit
yang muncul pada individu akan
menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan fisiologis dan psikologis karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan yang lebih besar dari kebutuhan yang biasa dipenuhi sehari-hari. 2. Hubungan Keluarga Hubungan keluarga sangat mempengaruhi kebutuhan dasar
seseorang.
Hubungan
keluarga
yang
baik
dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar dengan adanya rasa saling percaya, merasakan, kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, peduli dan lain-lain. 3. Konsep Diri Konsep diri juga akan mempengaruhi kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif yang positif akan memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Seseorang dengan konsep diri yang sehat akan selalu menganggap positif terhadap diri sendiri bahwa untuk memenuhi kebutuhan dirinya, seseorang
47
akan mudah untuk berubah, mudah mengembangkan dan mengenali kebutuhan cara hidup sehat. 4. Tahap Perkembangan Manusia akan mengalami perkembangan, sejalan dengan meningkatnya usia. Setiap tahap perkembangan tersebut akan memiliki kebutuhan yang berbeda dari kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual. Hal ini dikarenakan fungsi organ tubuh mengalami kematangan dengan aktivitas yang berbeda. 3. Kebutuhan Pasien Diabetes Miletus (DM) menurut Maslow Berdasarkan patofisiologi terjadinya DM, kebutuhan penderita DM merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh penderita DM ,yang bisa dilihat dari tanda dan gejala yang muncul. Upaya pengelolaan DM yang dilakukan pasien DM bertujuan untuk mendapatkan kondisi tubuh yang optimal agar mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara produktif. Pengaturan cairan dan nutrisi, pengelolaan menejemen diri, pengaturan aktivitas hingga pemanfaatan fasilitas yang ada menjadi serangkaian upaya yang harus dilakukan pasien DM. Kebutuhan pasien DM akan berintegrasi pada penatalaksanaan dari DM tersebut. Pemenuhan perawatan diri merupakan pengaktualisasian dari semua kebutuhan DM yang telah terpenuhi (Hidayat, 2007;Potter & Perry, 2005).
48
1) Kebutuhan Fisiologis a. Oksigen Oksigen merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh, oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler dan sistem hematologi (Tarwoto & Wartonah, 2011). Sistem respirasi berperan dalam ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Pada dasarnya peran dari sistem respirasi akan mengambil oksigen dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan didifusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme (Potter&Perry, 2005; Tarwoto & Wartonah, 2011). Pada penderita DM akan mengalami ganguan dalam pola pernafasannya dikarenakan saat terjadinya hiperglikemi tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Sebagai gantinya tubuh akan memecah lemak untuk sumber energi. Pemecahan lemak tersebut akan menghasilkan benda-benda keton dalam darah (ketosis). Ketosis ini yang menyebabkan derajat keasaman
(pH)
darah
menurun
sehingga
disebut
dengan
ketoasidosis diabetik. Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada
49
pasien DM adalah kadar gula darah > 240 mg/dL, nafas dalam dan cepat atau nafas kusmaul dan nafas berbau aseton atau keton (Potter&Perry, 2005; Hidayat, 2012; Nabyl, 2012; Tarwoto & Wartonah, 2011). Pernafasan dalam dan cepat atau nafas kusmaul terjadi karena tubuh berusaha memperbaiki keasaman darah (Hasdianah, 2012). Jika terjadi ketoasidosis metabolik memerlukan pengelolaan dengan cepat dan tepat . Sistem
kardiovaskular
juga
berperan
dalam
proses
oksigenasi jaringan tubuh. Oksigen ditransportasikan keseluruh tubuh melalui aliran darah yang adekuat, yang dapat terjadi apabila fungsi jantung normal. Dengan demikian, kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung yang adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan perubahan tekanan darah
(Potter&Perry,
2005; Tarwoto & Wartonah, 2011). Pada sebagian penderita DM yang mengalami gangguan oksigenasi dapat mengalami gangguan jantung atau kardiopati diabetik. Gangguan jantung ini terjadi ketika hiperglikemi akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama-kelamaan akan
terjadi
aterosklerosis.
Terjadinya
aterosklerosis
ini
menyebabkan pembuluh darah korener menjadi menyempit sehingga jantung kekurangan suplai oksigen dan mudah terjadi
50
infark miokard. (Potter&Perry, 2005; Misnadiarly, 2006; Tarwoto & Wartonah, 2011; Hidayat, 2012; Nabyl, 2012). Pada keadaan normal, nilai normal tekanan darah sistole dan diastole berkisar 120/80 mmHg. Sebagai rekomendasi Asosoasi
Diabetes
Amerika
(ADA)
dan
Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (Perkeni), penderita DM diharapkan mengendalikan faktor-faktor beresiko untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hal yang dapat dilakukan adalah tekanan darah diturunkan secara agresif 130/80 mmHg, trigliserida < 150 mg/dL, LDL <100 mg/dL, HDL >40 mg/dL sehingga memberi perlindungan lebih baik pada jantung (Potter & Perry, 2005; Tarwoto & Wartonah, 2011; Novita, 2012; Hasdianah, 2012; Nabyl, 2012). Dalam sistem hematologi sel darah berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah , karena didalamnya terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen. Setiap sel darah merah mempunyai kira-kira 280 juta hemoglobin sehingga kemampuan sel darah merah membawa oksigen sangat besar. Jika semua molekul Hb dapat mengikat oksigen maka saturasinya menjadi 100%. Tekanan parsial oksigen dalam darah (pO2), pH darah, temperatur dan aktivitas metabolisme dalam sel darah merah yang
mempengaruhi
ikatan
hemoglobin
(Smeltzer&Bare, ; Tarwoto & Wartonah, 2011).
dalam
oksigen
51
Pada penderita DM, jika gula darah dalam tubuh meningkat, vikositas darah juga akan meningkat sehingga akan terjadi gangguan sirkulasi (Potter & Perry, 2005; Novita, 2012). Terjadinya angiopati, neuropati dan infeksi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita DM. Angiopati menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki yang akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi dan oksigen. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh yang lebih besar penderita akan merasa ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki, kesemutan dan baal dan denyut arteri hilang (Misnadiarly, 2006). Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan ini akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki dan menyebabkan atrofi pada otot kaki Smeltzer&Bare, ;Misnadiarly, 2006; Tarwoto & Wartonah, 2011). Hilangnya atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki menyebabkan penderita tidak sadar bahwa ada luka atau trauma. Pada saat adanya luka jaringan tidak mendapat cukup oksigen sehingga proses penyembuhan luka akan jauh lebih lama. Jika tidak tertangani dengan cepat akan beresiko terjadinya infeksi (Potter & Perry, 2005; Misnadiarly, 2006; Tarwoto & Wartonah, 2011; Novita, 2012).
52
b. Nutrisi Nutrisi adalah zat-zat gizi yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. Tubuh memerlukan energi untuk fungsifungsi fisiologis organ tubuh. Sel membutuhkan oksigen dan nutrisi untuk dapat terjadi metabolisme, termasuk air, vitamin, ion, mineral dan substansi organik seperti enzim (Sloane, 2004; Tarwoto & Wartonah, 2011). Karakteristik status nutrisi ditentukan melaui adanya indeks massa tubuh (BMI) dan berat tubuh ideal (IBW) (Tarwoto & Wartonah, 2011). a. Body Mass Index (BMI) Merupakan
ukuran
dari
gambaran
berat
badan
seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan dan obesitas. Rumus BMI : BB (kg ) TB (m )
atau
b. Ideal Body Weight (IBW)
BB (pon )×704,5 TB ( inchi )2
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Rumus IBW: (TB(cm) − 100) + 10%
Pada pasien DM terjadinya defesiensi insulin akan menggangu
metabolisme
protein
dan
lemak
yang
53
menyebabkan penurunan berat badan. Sehingga dengan keadaan seperti ini nafsu makan penderita DM akan menjadi meningkat (polifagia). Dalam keadaan normal insulin akan dikendalikan oleh glukoneogenesis, jika terjadi defisiensi insulin akan terjadinya peningkatan pemecahan lemak yang menyebabkan
penurunan
PH
lambung
yang
dapat
menyebabkan mual dan muntah. Selain itu juga peningkatan lemak yang terjadi akan meningkatan produksi keton sehingga akan terjadi ketoasidosis diabetikum yang bisa berujung pada hilangnya kesadaran dan kematian (Misnadiarly, 2006). Dalam pemenuhan
nutrisi penderita DM tentulah
berbeda dengan individu normal (Novita, 2012). Kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi oleh penderita DM adalah makanan yang rendah gula serta mengurangi konsumsi lemak yang berlebih (Potter & Perry, 2005 ; Novita, 2012). Pengaturan pola diet pada pasien DM sangat diperlukan untuk dapat menunjang asupan nutrisinya. Pola diet tersebut terbagi dalam dua jenis yaitu pola diet tipe A dan tipe B. Diet tipe A terdiri dari 40-50% karbohidrat, dan 20-25% protein. Diet tipe B terdiri dari 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein (Novita, 2012). Pelaksanaan diet DM juga harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan dan jenis makanan. Faktor-faktor
54
yang menentukan kebutuhan kalori antara lain jenis kelamin, umur, aktifitas fisik, berat badan dan kondisi khusus (Hasdianah, 2012). Perhitungan jumlah kalori, IMT dan contoh susunan menu diet DM sebagai berikut: 1. Indeks Massa tubuh (IMT) dapat dihitung dengan: IMT = BB (Kg)/TB (M2) IMT normal wanita = 18,5-23,5 IMT normal pria = 22,5-2 BB kurang = < 18,5 BB lebih = dengan resiko = 23-24,9 Obes I = 25-29,9 Obes II = 30
2. Penentuan Kebutuhan Kalori (PERKENI, 2002) Kalori Basal: Laki-laki : BB idaman (kg) x 30 kalori/kg=........kalori Wanita : BB idaman (kg) x 25 kalori/ kg =........kalori Koreksi/ penyesuaian : Umur > 40 tahun : -50% x kalori basal = ...... kalori Aktivitas ringan : + 10% x kalori basal =........kalori Sedang : + 20% Berat : + 30 % BB gemuk : -20% x kalori basal
=-/+ .... kalori
55
Lebih : -10% Kurang : -20 % Stress metabolik : 10=30% x kalori basal= + .....kalori Hamil trimester I&II
= + 300 kalori
Hamil trismester III/laktasi
= + 500 kalori
Total kebutuhan
= .........kalori
3. Daftar makanan pengganti Daftar makanan pengganti adalah daftar bahan makanan pengganti bagi perencanaan makan yang sering digunakan dalam penyuluhan diet DM. Ada enam kelompok utama makanan dalam daftar tersebut adalah nasi/ roti/ pati (karbohidrat), daging/ telur ( protein hewani), sayuran/ buah/ susu dan lemak/ minyak, tahu dan tempe (protein nabati). Jenis-jenis makanan yang termasuk dalam satu kelompok mengandung kalori yang sama serta protein, lemak dan karbohidrat dengan jumlah yang sama dalam gram (Smeltzer & Bare, ; Potter&Perry, 2005; Tarwoto & Wartonah, 2011). Contoh menu pengganti berdasarkan pada daftar pengganti menurut ADA dan PERSAGI : a. Menu 1 2 pati/ nasi diganti 2 potong roti
56
3 daging diganti 2 ons kalkun dan 1 ons keju rendah lemak 1 sayuran diganti selada, tomat, bawang merah 1 lemak diganti 1 sendok teh mayonaise 1 buah diaganti 1 apel ukuran sedang Makanan “bebas” diganti dengan es teh, dan opsional berupa mustard, acar, paprika merah b. Menu 2 2 pati/ nasi diganti roti bulat hamburger 3 daging diganti 3 ons daging sapi yang kurus 1 sayuran diganti selada hijau 1 lemak diganti 1 sendok makan dressing salad 1 buah diganti 114 mangkuk semangka
Makanan “bebas” diganti dengan soda diet, dan opsional berupa acar, bawang merah c. Menu 3 2 pati/ nasi diganti 1 mangkok pasta yang sudah dimasak 3 daging diganti 3 ons udang rebus 1
1 sayuran diganti 2 mangkok tomat
1 lemak diganti 1 sendok teh minyak zaitun 1 buah diganti 114 mangkuk strawbwri segar
57
Makanan “bebas” diganti dengan es lemon, dan opsional berupa bawang putih, basil c. Eliminasi Eliminasi
merupakan
proses
pembuangan
sisa-sisa
metabolisme tubuh berupa urin maupun feses. Eliminasi urin normalnya diproduksi oleh ginjal sekitar 1ml/ menit atau 0,5-2 ml/ menit, sebagian besar hasil filtrasi akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh (Tarwoto & Wartonah, 2011). Karakteristik urin normal adalah volume yang dikeluarkan setiap berkemih berkisar 250-400 ml, jika pengeluaran urin < 30 ml/ jam, kemungkinan terjadi ketidakadekuatan fungsi ginjal. Warna urin normal jernih kekuning-kuningan, jika terjadi dehidrasi urin menjadi kuning gelap atau coklat. Bau yang muncul bervariasi tergantung komposisi, pada pasien DM akan timbul bau khas seperti bau keton atau aseton (Misnadiarly, 2006; Tarwoto & Wartonah, 2011; Nabyl, 2012; Novita, 2012). Makanan yang sudah dicerna akan dikeluarkan dalam bentuk feses. Proses pengeluaran sisa pencernaan melalui anus disebut dengan eliminasi fekal (Tarwoto & Wartonah, 2011). Dalam proses defekasi gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 l/24 jam. Jenis gas terbanyak adalah CO 2 , metana, h 2 s, O 2 dan nitrogen. Feses yang normal berwarna coklat, konsistensi lembek berbentuk dan terdiri atas 75% air dan
58
25% materi padat (Misnadiarly, 2006; Andarmoyo, 2011; Tarwoto & Wartonah, 2011; Nabyl, 2012). Perubahan pola eliminasi pada pasien DM membutuhkan perhatian yang khusus. Terjadinya defisiensi insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia mengakibatkan konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi sehingga ginjal tidak bisa menyerap kembali semua glukosa sehingga tersaring keluar dan muncul glukosuria. Eksresi urin yang terjadi akan mengeluarkan cairan dan elektrolit yang berlebihan yang disebut diuresis osmotik. Diuresis osmotik ini mengakibatkan penderita DM mengalami peningkatan berkemih (poliuria) dan akan menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsia) (Misnadiarly, 2006 ; Nabyl, 2012). Permasalahan eliminasi urin yang dapat muncul pada penderita DM adalah retensi urin yang menyebabkan disuria bahkan jika tidak segera ditangani akan terjadi urinary suppression yang dapat menjadi anuria (urin < 100 ml/ 24 jam) dan oliguria (urin berkisar 100-500 ml/ 24 jam) (Tarwoto & Wartonah, 2011; Nabyl, 2012). Masalah eliminasi fekal yang dapat muncul pada pasien DM adalah konstipasi. Hal ini disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, usia ataupun stres psikologis serta penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien DM (Tarwoto & Wartonah, 2011).
59
d.
Cairan Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam proses homeostasis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air didalam sel maupun di luar sel. Besarnya kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin dan kandungan lemak. Total jumlah volume air dalam tubuh kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% berat badan wanita (Tarwoto & Wartonah, 2011). Penderita DM memiliki tiga gejala khas yaitu poliuri, polidipsi dan polifagi. Gejala awal DM ini berhubungan langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah tinggi ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa sehingga diekresikan lewat urin yang akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, maka penderita DM akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuri) dan rasa haus (polidipsi) (Nabyl, 2012). Gejala yang muncul ketika tubuh kekurangan cairan adalah pusing, lemah, letih, turgor kulit menurun, mata cekung, mukosa mulut kering, penurunan tekanan darah dan denyut jantung meningkat (Andarmoyo, 2011). Jika keadaan ini tidak tertangani dengan cepat akan menyebabkan dehidrasi sehinggga kebutuhan cairan dalam tubuh tidak terpenuhi dan dapat menimbulkan syok.
e.
Istirahat Kebutuhan aktivitas, istirahat dan tidur merupakan kesatuan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk kegiatan fisiologis dan
60
pemulihan
jika
tubuh
terasa
lelah.
Kemampuan
aktivitas
dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persarafan, otot tulang dan sendi. Kemampuan seseorang melakukan aktivitas misalnya berdiri, berjalan dan bekarja (Tarwoto & Wartonah, 2011). Pada pasien DM dapat mengalami gangguan aktivitas, jika terjadi neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan motorik. Gangguan motorik ini akan menyebabkan atrofi pada otot kaki, sehingga kemampuan penderita DM untuk melakukan aktivitas menjadi terganggu (Smeltzer&Bare, ;Misnadiarly, 2006; Tarwoto & Wartonah, 2011). Bagi pasien DM kebutuhan istirahat dan pola tidur akan mengalami perubahan. Istirahat dan tidur merupakan kegiatan atau suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun dan badan kembali menjadi lebih segar (Andarmoyo, 2011; Tarwoto & Wartonah, 2011; Hidayat, 2012). Pola tidur normal usia dewasa ± 7 jam/ hari dan Rapid Eye Movement (REM) 20% dan usia tua ± 6jam/ hari dengan REM 20-25% dan sering terbangun pada malam hari (Tarwoto & Wartonah, 2011; Nabyl, 2012). Pada penderita DM seringkali pola tidur akan mengalami perubahan karena penyakit dan rasa nyeri yang timbul. Adanya faktor lingkungan, obat-obatan, kelelahan dan kecemasan juga dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Tanda yang dapat ditemukan pada gangguan pola tidur adalah seperti perubahan
61
penampilan dan perilaku, letargi, sering menguap, lingkaran mata hitam dan mata merah, seehingga kebutuhan akan tidur yang dibutuhkan oleh penderita DM adalah minimal 6-8 jam sehari agar dapat lebih rileks dan lebih segar (Potter & Perry, 2005 ; Misnadiarly, 2006; Tarwoto & Wartonah, 2011; Nabyl, 2012). f. Seks Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan yang saling menghargai, memperhatikan dan menyayangi (Hidayat, 2012). Secara normal perkembangan seksual diawali dari masa prenatal, bayi, anak-anak, masa pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur serta dewasa (Hidayat, 2012). Gangguan fungsi seksual dan reproduksi pada penderita DM seringkali tidak mendapatkan perhatian. Pada dasarnya kemampuan seksual penderita DM tetap normal apabila tidak ada masalah dan perubahan disfungsi sesksual. Banyak pria penderita DM yang mengalami impotensi atau gangguan disfungsi ereksi (DE) yang menyebabkan terjadinya disfungsi seksual (Maulana, 2012 ; Nabyl, 2012). Pada laki-laki penderita DM, DE dapat terjadi ketika ada kerusakan syaraf yang disebut neuropati, kerusakan pembuluh darah yang disebut angiopati, dan kerusakan endotel serta otot polos, akibatnya pembuluh darah yang menuju penis menyempit, sehingga aliran darah terhambat dan ereksi terganggu (Misnadiarly, 2006; Nabyl, 2012)). Pada wanita, angiopati dapat
62
terjadi pada sistem pembuluh darah organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks dan menyebabkan terjadinya keputihan dan anorgasme (Nabyl, 2012). Penderita DM dapat mengurangi resiko disfungsi seksual dengan menjaga kadar gula darah, berhenti merokok, tidak minum alkohol dan kontrol tekanan darah (Maulana, 2012). Kebutuhan akan pengobatan terhadap gangguan seksualitas juga dibutuhkan oleh pasien DM. Pada pasien DM diperlukan perawatan kesehatan pribadi serta toleransi fisik dan psikologisnya (Maulana, 2012; Nabyl, 2012; Hidayat, 2012). 2) Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan memiliki kaitan dengan perkembangan penyakit. Jika hasil laboratorium gula darah diatas normal bisa dipastikan pasien DM tidak akan merasa aman dan nyaman karena akan ada hal buruk yang terjadi (Potter & Perry, 2005 ; Hidayat, 2012; Novita, 2012). Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dibagi menjadi keselamatan fisik dan keselamatan psikologis. 1. Keselamatan fisik Keselamatan fisik merupakan keadaan yang melibatkan keadaan untuk mempertahankan, mengurangi dan mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut bisa saja meliputi penyakit, kecelakaan, bahaya, atau pemajanan pada
63
lingkungan. Ancaman yang mungkin terjadi pada penderita DM adalah timbulnya komplikasi (Potter & Perry, 2005 ; Hidayat, 2012). Status nutrisi, keadaan imunitas, usia, gangguan persepsi sensori serta status mobilisasi menjadi faktor yang dapat mengancam keamanan fisik penderita DM (Hidayat, 2012). Sebagai contoh jika mengalami retinopati akan mengakibatkan gangguan penglihatan sehingga jika hal ini terjadi akan meningkatkan resiko injuri. Tanda-tanda lain yang dapat muncul adalah kelelahan, keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, resiko jatuh, kesadaran menurun, gangguan integritas kulit dan kebutuhan rasa aman akan terganggu (Potter & Perry, 2005; Hidayat, 2012). Kebutuhan keselamatan fisik penderita DM akan terpenuhi jika dilakukan kontrol gula darah secara mandiri dan teratur setiap 30 menit sebelum makan dan saat akan tidur malam, minum obat secara teratur, latihan jasmani teratur 4 kali seminggu ± 30 menit dan cek lab urin (Smeltzer & Bare, Potter & Perry, 2005; Misnadiarly, 2006; Hidayat, 2012). 2. Keselamatan psikologis Keselamatan psikologis merupakan respon dari perasaan pasien, pembicaraan yang secara langsung dapat memperlihatkan perasaan mereka (Potter & Perry, 2005). Dalam proses adaptasi secara psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri
64
dari berbagai stressor yaitu dengan cara berorientasi pada tugas yang dikenal dengan problem solving straregi dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri (Hidayat, 2007). Pada pasien DM di tahun awal akan mengalami kecemasan yang didefinisikan sebagai kebingungan dengan perasaan tidak yakin, putus asa, perasaan tertekan, bimbang dan gugup. Kecemasan pada pasien DM dimanifestasikan dalam bentuk prilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut dan pobia (Novita, 2012; Hidayat, 2012).Pada penderita DM yang sudah menahun akan mengalami perasaan putus asa, yang memungkinkan pasien sudah bosan dan malas melanjutkan terhadap pengobatan dan program DM yang sudah dilakukan bertahun-tahun (Tarwoto & wartonah, 2011; Novita, 2012). Bertambah parahnya penyakit yang terus mengancam menjadi keharusan bagi penderita DM untuk mendapatkan rasa aman pasikologis berkaitan dengan perkembangan penyakit DM misalnya denganterus mencari informasi terkait penyakit dan pengobatannya, mengandalikan emosi serta menambah tingkat pengetahuannya (Hidayat, 2012). 3) Kebutuhan cinta dan rasa memiliki Pasien DM juga membutuhkan cinta sebagai bentuk kekuatan untuk membangun kekokohan dirinya. Cinta bagi pasien DM dapt bersumber dari pasangan, keluarga, sahabat dan lingkungan tempat
65
pasien DM dalam bersosialisasi. Dukungan dan perhatian menjadi kunci kebutuhan cinta bagi penderita DM (Saleh, 2003 ; Novita, 2012). Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan yang tidak berdaya menyebabkan reaksi psikologis yang negatif pada pasien. Salah satunya adalah perubahan kesehatan seksual. Adanya perubahan kesehatan seksual dapat menurunkan rasa cinta, komunikasi dan kepribadian (Hidayat, 2012). Apabila penderita DM tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif hal ini dapat menimbulkan reaksi berupa, marah, cemas, tersinggung dan lain-lain. Oleh sebab itu itu keluarga harus memberikan perawatan, meluangkan waktu dan biaya yang menjadi dukungan dan cinta mereka terhadap penderita DM (Nabyl, 2012). 4) Kebutuhan penghargaan dan harga diri Kebutuhan harga diri ini akan dibutuhkan ketika munculnya komplikasi pada penderita DM. Adanya luka gangren yang sulit sembuh dan berbau juga menyebabkan penderita DM malu dan menarik diri dari pergaulan. Kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama kemungkinan akan terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya dukungan dari orangorang terdekat (Nabyl, 2012). Contoh lain yang dapat membuat penderita DM menjadi tidak berharga adalah adanya disfungsi seksual. Perubahan fungsi seksual yang negatif dipandang sebagai
66
ketidakberdayaan dan memadainya dalam memenuhi peran dan fungsi seksual ( Hidayat, 2012). Kebutuhan penghargaan dan harga diri sangat diperlukan pada penderita DM terutama jika penyakit ini menyerang pada usia produktif. Penyakit DM diharapkan tidak akan merubah fungsi kedudukan dari individu, misalnya seorang ayah yang menderita DM kronik akan membuat identitas diri sebagai kepala keluarga akan terganggu. Pada saat keadaan sakit penderita DM akan sering mengeluh sehingga kurangnya kepercayaan diri dalam melakukan perannya sebagai kepala keluarga, sebagai anggota keluarga harus tetap hormat agar kebutuhan harga diri seorang DM dpat terpenuhi. Kebutuhan penghargaan dari petugas kesehatan juga dibutuhkan oleh penderita DM. Memberikan pelayanan kesehatan yang baik serta hubungan
timbal
balik
yang
harmonis
dapat
meningkatkan
pengetahuan dan harga diri dari penderita DM, sehingga pemenuhan kebutuhan fisiologis dan cinta otomatis akan terpenuhi(Hidayat, 2007 ; Azizah, 2011 ; Novita, 2012). 5) Kebutuhan aktualisasi Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hirearki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya (Novita, 2012 ; Potter & Perry,
67
2005 ; Hidayat, 2012). Penderita DM yang teraktualisasi adalah berarti dirinya memiliki kepribadian multidimensi yang
matang
(Potter & Perry, 2005). Individu mengembangkan aktualisasi diri dengan berbagai usaha untuk mencapai status yang diinginkan. Pada penderita DM pengaktualisasian diri berupa ingin diakui bahwa penderita DM tetap bisa beraktifitas seperti biasanya, ingin dipuji dan bisa mendapatkan tempat privasi bagi penderita DM untuk memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah keperkembangan dan kesehatan yang normal (Tarwoto, 2006 ; Hidayat, 2007 ; Azizah, 2011 ; Novita, 2012). Demi membantu pengaktualisasian diri pada penderita DM perlu dibentuk perkumpulan pasien DM, yang akan membantu meningkatkan pengetahuan mereka tentang DM dan kepentingan mereka sendiri seoptimal mungkin (Misnadiarly, 2006 ; Nabyl, 2012). 4. Format Pengkajian Penderita DM sesuai dengan Pola Kebutuhan Dasar Manusia Maslow Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan (Potter & Perry, 2005). Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalahmasalah
serta
kebutuhan-kebutuhan
keperawatan
dan
kesehatan
68
pasien.Sumber data diperoleh dari pasien, keluarga, catatan medik, dan perawat. Adapun cara pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Pada penelitian ini akan dilakukan pengkajian pada pasien DM dan ditambah dengan pemeriksaan fisik sederhana guna mendukung perolehan data dari pasien DM. Adapaun format pengkajian penderita DM sesuai dengan pola kebutuhan dasar manusia menurut Maslow sebagai berikut : 1. Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien yang akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman klien akan suatu informasi, pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui apakah pekerjaannya merupakan faktor predisposisi atau bahkan faktor presipitasi terjadinya penyakit DM, suku/bangsa, status marital, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan alamat. 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada umumnya klien dengan DMakan mengeluh adanya gejala-gejala spesifik seperti poliuria, polidipsi dan poliphagia, mengeluh kelemahan dan penurunan berat badan dan adanya keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh.
69
b. Riwayat Kesehatan Dahulu Perlu dikaji apakah klien memiliki riwayat obesitas, hipertensi, riwayat penyakit pankreatitis kronis, dan riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit), atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiazid, kontrasepsi oral). Perlu juga dikaji apakah klien pernah dirawat di rumah sakit karena keluhan yang sama. c. Riwayat Kesehatan Keluarga 1. Riwayat Penyakit Menular Pada umumnya penderita DM mudah terkena penyakit peradangan atau infeksi seperti TBC Paru, sehingga perlu dikaji apakah pada keluarga ada yang mempunyai penyakit menular seperti TBC Paru, Hepatitis, dll. 2. Riwayat Penyakit Keturunan Kaji apakah dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien yaitu DM karena DM merupakan salah satu penyakit yang diturunkan, juga perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
keturunan seperti asma, hipertensi, atau penyakit
endokrin lainnya.
70
3. Pengkajian pola kebutuhan dasar manusia menurut Maslow a. Kebutuhan Fisiologis 1) Oksigen Ketika dikaji akan didapatkan pernafasan kussmaul jika penderita mengalami ketoasidosis dan nafas dalam dan cepat atau nafas kusmaul dan nafas berbau aseton atau keton. Pada sebagian penderita DM yang mengalami gangguan oksigenasi dapat mengalami gangguan jantung atau kardiopati diabetik oleh karena itu dilakukan pengkajian tekanan darah dan hasil laboratorium trigliserida, LDL, dan HDL. Pada penderita DM terjadinya
angiopati,
neuropati
dan
infeksi
merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada penderita DM. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh yang lebih besar penderita akan merasa sakit, ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari dan denyut arteri hilang dan menurunnya sensasi nyeri pada kaki. 2) Nutrisi Kaji indeks massa tubuh (BMI) dan berat tubuh ideal (IBW), kebiasaan/pola makan klien apakah teratur atau tidak dan berapa banyak porsi sekali makan, apakah klien sering makan makanan tambahan/cemilan terutama yang manismanis, apakah ada keluhan selalu merasa lapar walaupun sudah banyak makan atau ada keluhan penurunan/hilang nafsu
71
makan karena mual/muntah, apakah klien melanggar program diet yang telah ditetapkan dengan cara memakan makanan yang dipantang, apakah ada jadwal makanan pengganti. 3) Eliminasi Kaji frekuensi, karakteristik urin dan bau yang muncul, kesulitan
berkemih
karena
infeksidan
terkadang
nokturia,anuria dan oliguria., bahkan bisa terjadi infeksi saluran kemih. Kaji karakteristik dan konsistensi feses, rasa nyeri saat BAK.
4) Cairan Kaji total jumlah volume air dalam tubuh apakah ada keluhan banyak minum dan selalu merasa haus (polidipsi). Perlu juga dikaji gejala yang muncul ketika tubuh kekurangan cairan seperti pusing, lemah, letih, turgor kulit menurun, mata cekung, mukosa mulut kering, penurunan tekanan darah dan denyut jantung meningkat. 5) Istirahat dan Aktivitas Kaji kemampuan adekuatnya sistem persarafan, otot tulang dan sendi. Kaji pola tidur, frekuensi tidur dan kualitas tidur pasien DM.
72
6) Seks Perlu dikaji juga adanya masalah impotensi pada lakilaki dan masalah orgasme pada wanita serta infeksi pada vagina. Kaji faktor resiko merokok dan minum alkohol. b. Kebutuhan Rasa Aman dan Keselamatan 1) Keselamatan Fisik Kaji status nutrisi, keadaan imunitas, usia, gangguan persepsi sensori serta status mobilisasi.
jika pasien memiliki resiko
terjadinya komplikasi kaji keteraturan penderita DM melakukan kontrol gula darah secara mandiri, minum obat secara teratur, latihan jasmani dan cek lab urin.
2) Keselamatan Psikologis Kaji sudah berapa lama menderita DM. Kaji status emosi, pola koping dan gaya komunikasi. Perlu dikaji perasaan negatif tentang tubuhnya, kaji apakah klien merasa kehilangan fungsi tubuhnya, kehilangan kebebasan, dan kehilangan kesempatan untuk menjalani kehidupannya. c. Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki Perlu dikaji tentang sumber cinta yang didapatkan oleh pasien DM, kaji adanya perubahan kesehatan seksual, serta kaji waktu dan biaya pengobatan.
73
d. Kebutuhan Penghargaan dan Harga Diri Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter, tim kesehatan lain serta klien lain dan bagaimana penerimaan orang-orang sekitar klien.Kaji peran dan adanya ulkus serta disfungsi seksual. e. Kebutuhan Aktualisasi Kaji apakah dukungan dari orang-orang terdekat sudah cukup sehingga bisa meningkatkan kepercayaan diri klien untuk mencari hal yang belum mereka ketahui tentang penyakitnya. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi atau tidak mengenal sumber informasi. Kaji kebutuhan privasi klien seperti dibutuhkan adanya perkumpulan sehingga klien bisa sharing pengetahuan serta pengalaman mereka kepada sesama penderita DM. Kaji juga peningkatan status kesehatan klien apakah mereka bisa kembali produktif. 4. Pemeriksaan Diagnostik a. Kadar glukosa sewaktu 110-200 mg/dL b. Kadar glukosa saat puasa 110-126 mg/dL c. Kadar glukosa dua jam setelah makan140-200 mg/dL
74
d. Ureum, creatinin, Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid) 5. Pemeriksaan Fisik Sederhana a. Rambut
: terawat atau tidak, tebal atau tipis, rontok atau
tidak. b. Telinga
: menggunakan alat bantu dengar atau tidak
c. Mata
: penderita mengeluh mata kabur atau tidak, lensa
mata tampak keruh atau tidak, pupil isokor atau anisokor. d. Mulut
: gigi karies atau tidak, gusi membengkak atau
tidak, berapa kali menyikat gigi. e. Kulit
: turgor kulit, cappilari reffil
f. Kaki
: mikrofilamen
g. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi : TB, BB, RR, TD, nadi, suhu.
75
B. Kerangka Teori Faktor-faktor risiko (usia,Obesitas, riwayat keluarga) Sel beta rusak Resistensi insulin Gangguan skresi insulin Trasport glukosa kedalam sel kurang hiperglekimia
Hiperosmolaritas
Viskositas darah
Glukosuria
Gangguan sirkulasi
diuresis osmotik
Trauma Jaringan
poliuria kehilangan cairan dan elektrolit Kekurangan Volume
Kebutuhan fisiologis
Ggn integritas kulit
Hospitalisasi Katabolisme
Kebutuhan aktualisasi
Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Kalori tubuh asamlemak bebas
Menurun
Kebutuhan Gangguan fisiologis penyembuhan jaringan lebih lama
Kurang pengetahuan
Lipolisis
Protein
Polifagia
Gangguan pola nutrisi Kebutuhan fisiologis
kelemahan Terbentuknya zat-zat keton Asidosis metabolik
Intoleransi Aktivitas, timbul rasa cemas, takut dan putus asa
Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan
76
Kerangka teori Komplikasi DM menurut Corwin (2005), Potter & Perry (2005), Nabyl (2012), Novita (2012)
Defisiensi insulin Hiperglikemia Dehidrasi aterosklerosis
Makrovaskuler Jantung
cerebral
Mikrovaskuler ekstremitas
Retina
Miokard Infark
gg. penglihatan stroke
gangguan
resiko injuri
Integritas jaringan luka gangren Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan Kebutuhan penghargaan dan harga diri
ginjal gagal ginjal
77
78
Pertanyaan Penelitian 1.
Bagaimana karakteristik demografi penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul ?
2.
Apa saja kebutuhan penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul?
3.
Apa saja yang menjadi prioritas kebutuhan penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul ?
BAB III` METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian non-eksperimen dengan rancangan penelitian deskriftif. Penelitian deskriptif akan berorientasi pada pemecahan masalah dan lebih menekankan pada data faktual dan penyimpulan
(Nursalam,
mengidentifikasi
kebutuhan
2008). pasien
Penelitian DM
dan
ini
bertujuan
menggunakan
untuk metode
pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menggambarkan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada pasien DM. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus yang mendapat pelayanan rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Penembahan Senopati Bantul sebanyak 568 populasi dari penderita DM dalam jangka waktu kurun 1 (satu) tahun pada tahun 2012. 2. Sampel Sampel dari penelitian ini adalah beberapa pasien DMyang sedang menjalani rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Penembahan Senopati Bantul yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Sampel dipilih dengan
menggunakan
teknik
purposive
sampling,
yaitupeneliti
mengidentifikasi calon responden yang memenuhi kriteria inklusi dan
79
80
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah didapat sesuai dengan data dari pasien DM tersebut ( Nursalam, 2008). Besarnya sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan rumus dari Nursalam (2008)sebagai berikut : 𝑛𝑛 =
N 1 + N. d2
n = jumlah sampel N= Populasi d2 = Presisi (ditetapkan 15% dengan tingkat kepercayaan 95%) Berdasarkan rumus tersebut, didapatkan hasil besarnya sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah41 sampel. Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kriteria Inklusi a. Pasien mendapat pelayanan rawat jalan di Poli Penyakit Dalam Penembahan Senopati Bantul b. Pasien dengan luka atau tidak c. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak buta huruf d. Bersedia secara suka rela menjadi responden 2. Kriteria Eksklusi a. Pasien
mengundurkan
diri
penelitian b. Pasien yang meninggal dunia
menjadi
responden
selama
81
C. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul yang memungkinkan didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli 2013. D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengkajian kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada penderita diabetes mellitus. Kebutuhan pasien DM merupakan integrasi dari kebutuhan dasar manusia, yang penting untuk perawatan secara mandiri. 2. Definisi Operasional a. Penderita DM Penderita DM adalah pasien yang didiagnosa diabetes melitus dan saat ini sedang menjalani rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal untuk mengetahui pasien DM dan bukan pasien DM. b. Kebutuhan Dasar pasien DM Kebutuhan dasar pasien DM adalah pernyataan responden berupa kebutuhan dari pasien DM terkait lima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan penghargaan dan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri, sedangkan kebutuhan pasien DM
82
merupakan pengaplikasian dari penatalaksaan DM yang akan diakaitkan dengan lima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. Pengkajian kebutuhan pasien DM merupakan lima kebutuhan dasar menurut Maslow yang akan diukur dengan menggunakan kuesioner dengan menggunakan skala data ordinal. Perhitungan dengan skala ordinal adalah merupakan skala berjenjang untuk menentukan tingkatan untuk masing-masing kebutuhan (Hidayat, 2011). E. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan dua jenis kuesioner yaitu: 1. Kuesioner data demografi Kuesioner karakteristik demografi responden dalam penelitian ini adalah meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, suku bangsa, pekerjaan dan penghasilan perbulan. Selain itu terdapat pertanyaan mengenai riwayat kesehatan pasien seperti berapa lama menderita DM, hasil gula darah terakhir, obat yang dikonsumsi (insulin), jumlah waktu dirawat di rumah sakit selama satu tahun terakhir dan sebagainya. Data untuk kuesioner didapatkan dari berbagai sumber melalui wawancara (petugas medis dan pasien/ keluarga) dan rekam medis. 2. Kuesioner pengkajian kebutuhan pasien DM Kuesioner pengkajian kebutuhan pasien DM ini dikembangkan oleh peneliti dengan mengkombinasikan teori kebutuhan dasar manusia
83
menurut Maslow denagn teori terkait DM oleh American Diabetes Association (ADA) dan Smetzer & Bare (2006). Kuesioner tersebut digunakan untuk mengkaji kebutuhan pasien DM berdasarkan kebutuhan dasar menurut Maslow. Terdapat lima dimensi kebutuhan yang mendukung instrumen ini, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan penghargaan dan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Kuesioner ini terdiri dari 46item pertanyaan meliputi: 19 item kebutuhan fisiologis, 10 item kebutuhan keselamatan dan keamanan, 5 item kebutuhan cinta dan rasa memiliki, 7 item kebutuhan penghargaan dan harga diri dan 6 item kebutuhan aktualisasi diri. Kuesioner iniakan dibuat dengan pilihan jawaban dari pertanyaan yang akan dinilai benar atau salah. Skala penilaian menggunakan skala Guttman dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2011). Tabel. 2 Kisi-kisi kuesioner pengkajian kebutuhan pasien DM Subskala
Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan aman dan Keselamatan Kebutuhan cinta dan rasa memiliki Kebutuhan penghargaan dan
Jawaban Ya Oksigen Nutrisi Eliminasi Cairan Istirahat Seks Keselamatan Fisik Keselamatan Psikologis
5, 8, 9 14 15, 16 18 20, 22, 23, 24, 25, 26, 29 30,31,32,33, 34 35,36,38, 39,40
Jawaban Tidak 1, 2,3 4, 6, 7 10, 11, 12 13 17 19 21 28, 27
Jumlah 3 6 3 2 3 2 7 3 5
37
7
84
harga diri Lanjutan (tabel 2) Kebutuhan aktualisasi
41, 42, 43, 44, 45, 46 31
Total
6 15
46
F. Cara Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa tahapan persiapan penelitian: a. Pengajuan judul penelitian “pengkajian kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada pasien DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul” b. Peneliti melakukan survey pendahuluan di RSUD panembahan Senopati Bantul c. Peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian dan kuesioner d. Melakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner e. Pengurusan surat izin kepada pihak-pihak terkait untuk dilakukan penelitian f. Melakukan pendataan pasien di poli penyakit dalam RSUD panembahan Senopati Bantul. 2. Tahap Pelaksanaan a. Penelitian dan pengumpulan data akan dilakukan bulan April-Juli 2013. Peneliti akan memberikan kuesioner kepada pasien DM/ responden
sesuai
kriteria
inklusi
untuk
mendapatkan
data.
Sebelumnya peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan dilakukan penelitian ini.
85
b. Peneliti memeiliki asisten penelitian. Pemilihan asisten penelitian adalah dengan menyamakan presepsi tentang jalannya penelitian dan menjelaskan alur penelitian yang akan dilakukan , sehingga asisten peneliti dapat melakukan pengasistenan dalam membantu penelitian. c. Peneliti juga mendampingi responden dalam pengisian kuesioner d. Peneliti mengecek kelengkapan kuesioner e. Setelah data dan kuesioner terkumpul akan dilakukan olah data dan analisa data G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan berapa dekat alat ukur menyatakan apa yang seharusnya diukur. Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2011). Uji validitas untuk instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment (Hidayat, 2009) Rumus Pearson Product Moment (Hidayat, 2009)
r
xy
=
Keterangan :
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X
2
}{
}
− ( ∑ X ) N ∑Y − ( ∑Y ) 2
2
rn
= koefisien korelasi
∑x
= jumlah skor item
∑y
= jumlah skor total (item)
N
= jumlah responden
2
86
Apabila instrument valid maka indeks korelasinya (r) 0,8-1,000
= sangat tinggi
0,600-0,799
= tinggi
0,400-0,599
= cukup tinggi
0,200-0,399
= rendah
0,000-0,199
= sangat rendah (tidak valid)
Standar yang digunakan untuk menetukan valid tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5% (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini dari hasil uji kuesioner nilai r tabel untuk n=20 adalah 0.444 jadi untuk nilai Corrected Item-Total dibawah nilai tabel dinyatakan tidak valid. Dari uji validitas diatas diketahui pertanyaan yang tidak valid adalah pertanyaan nomor 4, 12, 13, 15, 16, 23, 24, 26, 40, 46 dan 53, sehingga dari 58 pertanyaan menjadi 46 pertanyaan. Pertanyaan yang tidak valid dieliminasi dari daftar pertanyaan kuesioner. Pertanyaan yang dieliminasi terkait kebutuhan nutrisi, kebutuhan rasa cinta dan memiliki serat kebutuhan harga diri tidak akan mempengaruhi hasil penelitian selanjutnya. 2. Uji Reliabilitas Suatu pengukuran yang dipengaruhi oleh sikap, persepsi dan motivasi
responden
dalam
memberikan
jawaban.
Uji
reabilitas
dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh responden memberikan
87
jawaban yang konsisten terhadap kuesioner yang diberikan. Metode yang akan digunakan adalah dengan formula Alpha Cronbrach’s. Untuk melakukan uji reliabilitas dapat menggunakan rumus Alpha Cronbrach’s. Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbrach’s(Arikunto, 2006) yaitu :
𝑘𝑘
𝑟𝑟11 =�𝑘𝑘−1� �1 −
∑𝛿𝛿 𝑏𝑏² 𝛿𝛿 12
�
keterangan: 𝑟𝑟11 k
= reliabilitas instrument = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑𝛿𝛿𝑏𝑏² = banyaknya varians butir
𝛿𝛿12
= varian total
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai alpha cronbach’s > 0,60 (Sugiyono, 2003). Dalam penelitian ini hasil uji reabilitas didapatkan nilai cronbach alpha 0,920 > dari 0,6 maka nilai ini berarti kuesioner reliabel dan layak untuk disebarkan kepada responden. Uji instrumen ini telah dilakukan pada 20 responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan kriteria inklusi tetapi bukan responden yang dijadikan sampel penelitian.
88
H. Pengolahan dan Metode Analisa Data 1.
Analisa Data Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariatbertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setipa variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran hasil distribusi dan proporsi (Notoatmodjo, 2010 ; Riyanto, 2013). Analisa data deskriptif akan disajikan berupa mean, median, modus, simpangan baku (SD), frekuensi dan prosentase (Hidayat, 2007). Data dalam penelitian ini untuk menguraikan pengkajiankebutuhan pasien DM yang berlandaskan lima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, analisa data yang akan dilakukan adalah menganalisis prosentase tertinggi per sub kebutuhan pasien DM berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow (Arikunto, 2010). Penilaian kategori kualitatif menurut arikunto (2010) adalah dikategorikan dalam: a. Tinggi
: apabila 76% - 100%
b. Sedang/ cukup
: apabila 56% - 75%
c. Rendah
: apabila <56%
2. Pengolahan Data a) Editing Peneliti akan melakukan editing data dengan mengoreksi kembali
data
pengklasifikasian
yang data.
diperoleh, Peneliti
sehingga akan
dapat
dilakukan
memastikan
semua
89
pertanyaan telah dijawaban oleh responden tanpa ada satupun jawaban yang terlewati. b) Transfering Peneliti melakukan pemindahan jawaban atau kode dalam master data. c) Menjumlahkan data yang benar selanjutnya dimasukkan dalam rumus:
P= 𝑛𝑛𝑥𝑥 × 100%
Keterangan : P = presentase (%) x = jumlah jawaban n = jumlah responden d) Cleaning data Peneliti akan
mengecek kembali seluruh data serta
memastikan bahwa tidak ada data yang salah sebelum dianalisa. I.
Etik Penelitian Sebelum melakukan penelitian ini peneliti harus memperhatikan prinsip etik penelitian yaitu prinsip hak asasi manusia yang merujuk pada 5 (lima) aspek sesuai panduan American Nursing Association (ANA) (2001) dalam Wood dan Haber (2010), yaitu : 1. Right to self-determination Peneliti akan memberikan informed concent kepada responden. Peneliti akan memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan lalu setelah mendapatkan penjelasan dan melalui pertimbangan
90
yang baik maka responden menentukan apakah menolak atau bersedia sebagai responden. 2. Right to privacy and dignity Peneliti memberitahukan kepada responden bahwaakan menjamin privasi responden pada saat responden menyampaikan informasi yang bersifat pribadi dan menjaga kerahasiaan responden. 3. Right to anonimity and confidentiality Pada saat melakukan pengisian kuesioner peneliti menjamin kerahasiaan responden dari keseluruhan informasi yang dicantumkan dalam kuesioner. 4. Right to fair treatment Peneliti akan memilih
responden yang telah ditentukan sesuai
kriteria inklusi. Responden akan diperlakukan sama selama penelitian berlangsung. 5. Right to protection from discomfort and harm Peneliti akan memperhatikankondisi fisik klien dengan tidak menimbulkan ketidaknyamanan dan kerugian bagi responden. Berdasarkan lima etik penelitian menurut American Nursing Association (ANA) (2001) dalam Wood dan Haber (2010) dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukuan penelitian perlu mengajukan permohonan izin penelitian kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Responden diberikan informed consent yang masing-masing berisikan pernyataan persetujuan klien sebagai responden setelah klien diberikan
91
informasi terkait penelitian ini. Untuk mendapatkan informasi dari pasien, peneliti menanyakan kesediannya terlebih dahulu sebelum dilakukan pemberian kuesioner. Pemberian kuesioner disertai dengan menjelaskan tujuan, jaminan kerahasiaan responden dan hak-hak serta kewajiban pasien. Peneliti juga akan melakukan uji etik dalam penelitian untuk mendapatkan kelayakan etik dalam penelitian ini.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul yang terletak di jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo no 14. Bagoran Trirenggo, Bantul. Perkembangan RSUD Bantul menjadi unit Swadana Daerah berdasarkan Peraturan Daerah No.08 tanggal 8 Juni 2012. Kesuksesan RSUD Bantul disempurnakan dengan diubahnya nama RSUD Bantul menjadi RSUD Panembahan Senopati Bantul. Adapun fasilitas yang dimiliki RSUD Panembahan Senopati Bantul antara lain berupa pelayanan pokok dan pelayanan penunjang. Pelayanan pokok terdiri dari instalasi rawat jalan yang terdiri dari poli penyakit dalam, poli bedah, poli mata, poli gigi, poli jiwa, dan poli mata. Bagian lain dari pelayanan pokok adalah rawat inap termasuk rawat intensif, instalasi gawat darurat, ruang bedah dan kamar bersalin. Sarana penunjang lainnya adalah pelayanan laboratorium dan radiologi. Pelayanan yang dilakukan di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah dilakukan setiap hari senin sampai hari sabtu dari pukul 08.00-14.00 WIB. Pelayanan dilakukan jika pasien datang dan sudah mengambil nomor urut periksa. Saat pasien sudah mendapatkan nomor urut periksa, pasien dapat menuju ke bagian perawat yang akan melakukan pemeriksaan tensi darah pasien. Setelah dilakukan
92
93
pemeriksaan tensi darah pasien menunggu giliran dengan dipanggil namanya oleh perawat jaga. Menurut data yang didapatkan dari rumah sakit sabanyak 568 pasien yang menderita DM sepanjang tahun 2013. Sebagian besar pasien adalah pasien lama yang akan melakukan kontrol rutin setiap bulannya. Poli penyakit dalam mempunyai 3 dokter spesialis penyakit dalam dan 15 perawat yang memiliki pergantian shif sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pasien DM merupakan pasien rawat jalan dari bagian penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pasien DM dianjurkan melakukan kontrol rutin satu bulan sekali agar status kesehatan mereka terus dipantau oleh dokter. Mekanisme yang dilakukan saat pemeriksaan rawat jalan untuk pasien DM adalah pemeriksaan tensi darah, laboratorium, penimbangan berat badan dan pemeriksaan dokter. Kegiatan Persadia di RSUD Panembahan Senopati Bantul meliputi konseling, senam dan membagikan leaflet. Senam bagi anggota dilakukan setiap hari Kamis dan dimulai pukul 07.00 dengan durasi 30 menit. Selain itu dilakukan pemeriksaan gula darah setiap satu bulan sekali. B. Hasil Penelitian 1) Karakteristik Responden Tabel 3. Karakteristik responden penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Karakteristik Umur 20- 34 35-49 50-64 65-70 ≥71
frekuensi
Presentase (%)
4 6 15 9 5
9,7 14,5 41,4 22,3 12,1
94
Lanjutan. (tabel 2) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA PT Pekerjaan Buruh Petani Pedagang Swasta PNS Pensiunan Penghasilan <1000000 Lanjutan (Tabel. 2) 1000000-3000000 >3000000
15 26
36,6 63,4
2 9 7 16 7
4,9 22,0 17,1 39,0 17,1
4 3 7 10 11 6
9,8 7,3 17,1 24,4 26,8 14,6
23
87,7
8 10
19,5 24,4
Berdasarkan tabel 3, sebagian besar responden berumur antara 50 – 64dengan jumlah responden 15 orang (41,4%). Sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang (63,4%).
Tingkat pendidikan pasien DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul mayoritas SMA (39,0%) dan jenis pekerjaan sebagian besar responden yaitu sebagai PNS (26,8%). Data penghasilan perbulan dari pasien DM menunjukkan bahwa sebagian besar berpenghasilan sebesar < 1.000.000 (56,1%).
95
Tabel 4. Lama menderita DM dan tipe DM pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Lama DM 1 -5 tahun 6-10 tahun >10 tahun Penggunaan insulin Ya Tidak Penggunaan OAD OAD saja OAD dan insulin
Frekuensi
Presentase (%)
16 20 5
39,0 48,8 12,1
18 23
43,9 56,1
28 13
68,3 30,7
Berdasarkan tabel 4, Sebagian besar responden menderita DM dengan lama menderita DM 6-10 tahun sebanyak 20 orang (49,8%). Penderita DM yang menggunakan insulin sebanyak 18 responden (43,9%) dan tidak menggunakan insulin sebanyak 23 responden (56,1%). Data tipe DM pada responden yaitu DM tipe 1 sebanyak 20 orang (48%) dan DM tipe 2 sebanyak 21 orang (51,2%). Pengguanaan jenis Obat Anti Diabetes (OAD) saja paling banyak digunakan sebanyak 28 orang (68,3%) dan penggunaan OAD dan insulin sebanyak 13 orang (30,7%). Tabel 5. Distribusi Hasil laboratorium pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) N LDL (mg/dL) HDL (mg/dL) GDS (mg/dL)
41 41 41
MinimumMaximum 70 -176 13-100 76-360
Modus
Mean
SD
115.0 42.0 205.0
117.870 39.4390 213.4146
17.62 15.0034 64.167
Berdasrkan tabel 5, dari 41 responden hasil laboratorium LDL (mg/dL) dengan nilai minimum 70 mg/dL dan nilai maksimum 176 mg/dL dengan rata-rata 117,9 (SD=17.62), sedangkan nilai HDL (mg/dL) nilai
96
minimum 13 mg/dL dan nilai maksimum 100 mg/dl dengan rata-rata 39,4 (SD= 15.0034) dan hasil GDS dengan nilai minimum 76 mg/dL dan nilai maksimum 360 mg/dL dengan rata-rata 213,4 (SD= 64.167). Tabel 6. Distribusi TD dan suhu pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) N Tekanan darah
41
Suhu
41
MinimumMaximum 110-170 80-90 36-37,9
Modus
Mean
SD
110 90 37
123,71 87.6585 36.9756
13.037 4.93766 .39420
Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil tekanan darah tertinggi dengan sistole 170 dengan nilai modus 110 dan mean 123,71 (SD=13.037), sedangkan diastole nilai maksimum 90 dengan nilai modus 90 dan mean 87,65 (SD=4,93766). Hasil pengukuran suhu didapatkan suhu maksimum 37,9dan suhu terendah 36 dengan nilai modus 37 mean 36.9756 (SD=.39420).
2) Pemeriksaan Fisik Sederhana Tabel 7. Hasil pemeriksaan IMT pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) IMT BB normal (18,5-24,9) BB berlebih (25-29,9) Obesitas (=30)
Frekuensi
Presentase (%)
31 8 2
75,6 19,5 4,9
Berdasarkan tabel 7, bahwa BB normal memiliki nilai tertinggi sebesar 75,5% dan terdapat 2 orang dengan obesitas sebesar 4,9%.
97
Tabel 8. Hasil pemeriksaan fisik pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Rambut Terawat, tebal, tidak rontok Terawat, tipis, tidak rontok Telinga Tidak memakai alat bantu dengar Mata Tidak kabur, isokor Mulut Gigi tidak karies, mukosa mulut tidak kering Kulit Turgor kulit baik, cappilari reffil < 2s Kaki Tidak ada luka, Uji monofilamen normal Tidak ada luka, Uji monofilamen tidak normal
Frekuensi
Pre
29 12
70,7 29,3
41
100,0
41
100,0
41
100,0
41
100,0
36
87,8
5
12,2
Berdasarkan tabel 8, pemeriksan fisik sederhana yang dilakukan peneliti pada responden menunjukkan bahwa keadaan umum pasien DM di poli penyakit dalam Panembahan Senopati Bantul cukup baik, sedangkan untuk uji monofilamen tidak normal pada kaki sebanyak 5 orang sebesar 12,2%. 3) Analisis Univariat Kebutuhan Dasar Manusia menurut Maslow Penelitian ini terdiri dari 5 variabel yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan keselamatan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri dan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Hasil analisis univariat variabel penelitian sebagai berikut:
98
a. Kebutuhan Fisiologis Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengkajian kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah sebagai berikut. Tabel 9. Kebutuhan fisiologis menurut Maslow pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Kebutuhan Fisiologis Oksigen Nutrisi Eliminasi Cairan Aktivitas Seks Total
Prentase % 13% 55,3% 35% 60,9% 30,1% 10,6% 43,4%
Kategori Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah
Gambar 2. Diagram Pie Chart Kebutuhan Fisiologis
FISIOLOGIS 10.60% 13%
OKSIGEN
30.10%
NUTRISI 53.30%
ELIMINASI CAIRAN
60.90%
AKTIVITAS 35%
SEKS
Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa presentase tertinggi dari 6 aspek kebutuhan fisiologis adalah aspek kebutuhan cairan sebesar 60,9% dan nutrisi sebesar 53,3%, sehingga keduanya tergolong dalam kategori kebutuhan yang sedang, namun secara keseluruhan kebutuhan fisiologis responden berada dalam kategori kebutuhan yang rendah sebesar 43,4%.
99
b. Kebutuhan rasa aman dan keselamatan Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengkajian kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah sebagai berikut. Tabel 10. Kebutuhan rasa aman dan keselamatan menurut Maslow pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Kebutuhan rasa aman keselamatan Keselamatan fisik Keselamatan psikologi Total
dan Presentase %
Kategori
33,01% 41,5% 19,89
Rendah Rendah Rendah
Gambar 3. Diagram Pie Chart Kebutuhan Rasa Aman dan keselamatan KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN RASA AMAN
33.01% 41.50%
KESELAMATAN FISIK KESELAMATAN PSIKOLOGIS
Berdasarkan tabel 10, diketahui bahwa kebutuhan keselamatan fisik pada aspek kebutuhan dasar rasa aman dan keselamatan sebesar 33,01% dan aspek keselamatan psikologik sebesar 41,50%, kedua aspek berikut berada dalam kategori rendah. Total presentase dari kebutuhan
100
rasa aman dan keselamatan yaitu tergolong dalam kategori rendah sebesar 19,89%. c. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengkajian kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah sebagai berikut. Tabel 11. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki menurut Maslow pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Kebutuhan cinta dan rasa memiliki Total
Presentase
Kategori
92,19
Tinggi
Berdasarkan tabel 10, diketahui bahwa presentase yang didapatkan dari responden terkait kebutuhan cinta dan rasa memiliki sebesar 92,19% tergolong dalam kategori kebutuhan yang tinggi. d. Kebutuhan harga diri dan penghargaan Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengkajian kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah sebagai berikut. Tabel 12. Kebutuhan harga diri dan penghargaan menurut Maslow pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Kebutuhan Harga diri dan penghargaan Total
Presentase %
Kategori
91,05%
Tinggi
101
Berdasarkan tabel 12, diketahui bahwa presentase
kebutuhan
harga diri dan penghargaan dari 41 responden sebesar 91,05% tergolong dalam kategori kebutuhan yang tinggi. e. Kebutuhan Aktualisasi Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengkajian kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada penderita DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah sebagai berikut. Tabel 13. Kebutuhan aktualisasi menurut Maslow pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Kebutuhan Aktualisasi Total
Presentase %
Kategori
62,60%
Sedang
Berdasarkan tabel 13, diketahui bahwa bahwa kebutuhan aktualisasi yang didapatkan dari 41 responden sebesar 63% tergolong dalam kategori kebutuhan sedang. Gambar 4. Prioritas Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Maslow pada Penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
PRIORITAS KEBUTUHAN 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
PRIORITAS KEBUTUHAN
102
Gambar 4. menunjukkan bahwa prioritas kebutuhan dari tertinggi sampai terendah adalah kebutuhan rasa cinta dan rasa memiliki (92,19%), kebutuhan harga diri (91,05%), kebutuhan aktualisasi (63%), kebutuhan fisiologis (43,4%) dan terakhir kebutuhan rasa aman dan keselamatan (19,28%). C. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Melihat karakteristik dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, lama menderita DM, tipe DM, penggunaaan insulin dan penggunaan Obat Anti Diabetes (OAD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden sangat bervariasi mulai dari umur 20 sampai usia lebih dari 70 tahun. dan pada tabel 1 didapatkan bahwa sebagian besar responden berumur 5064 tahun sebesar 41,4%. Penyakit DM akan terus meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan massa tubuh akibat penurunan jumlah jaringan lemak dan penurunan massa otot serta penurunan aktifitas fisik sehingga meningkatkan resiko untuk terjadinya resistensi insulin (Suyono, 2007). Salah satu resiko DM terjadi pada usia lebih dari 45 tahun (Soegondo, 2005). Menurut hasil penelitian dari Agustina (2009), menunjukkan bahwa sebagian besar usia penderita DM berusia 40-70 tahun, mayoritas berusia 50 tahun. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
103
dilakukan oleh Kurnia et al (2013), didapatkan bahwa sebagian besar responden berumur 50-59 tahun sebesar 45,85%. Berdasarkan data dari hasil penelitian yang menunjukkan jenis kelamin responden didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki sebesar 63,4%. Dalam hal ini berarti sebagian besar penderita DM di poli penyakit dalam Panembahan Senopati Bantul adalah berjenis kelamin perempuan. Angka kejadian DM akan bervariasi antara kedua jenis kelamin dalam satu populasi. Aktivitas yang kurang serta adanya obesitas yang dapat memaknai perbedaan pada jumlah jenis kelamin. Menurut Levine, (2008) perempuan DM mempunyai kecenderungan untuk mengalami masalah yang lebih banyak dibanding laki-laki. Masalah yang dapat ditemukan adalah gangguan sekresi insulin dan aktivitas insulin serta adanya hipertensi dan keputihan (Subekti, 2005; Levine, 2008). Gambaran
tingkat
pendidikan
ini
berdasarkan
riwayat
pendidikan formal terakhir yang diikuti oleh responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar resonden berpendidikan sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 16 orang (39%). Dengan latar belakang pendidikan responden setingkat SMA maka diharapkan akan lebih mudah menerima informasi terkait dengan penatalaksanaan DM dan mencegah timbulnya komplikasi. Menurut penelitian dari Lubis (2011) menyatakan bahwa responden paling banyak menderita DM adalah responden dengan tingkat SMA sebanyak (39,4%).
104
Berdasarkan
hasil
analisis
jenis
pekerjaan
responden
menunjukkan sebagian besar bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 11 orang (26,8%). Terkait pekerjaan responden memungkinkan adanya fasilitas askes PNS yang digunakan oleh responden. Berbeda dengan penelitian dari Agustina (2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita DM mayoritas pensiunan sebesar 35% kemudian PNS sebesar 15%. Menurut data dari karakteristik responden yang menunjukkan karakteristik penghasilan perbulan paling banyak dari responden adalah < 1.000.000 perbulannya yaitu sebanyak 23 orang (87,7%). Dengan karakteristik penghasilan perbulan tersebut, dimungkinkan banyak penderita DM yang menggunakan kartu jamkesmas ketika akan melakukan pemerikasaan dan kontrol di rumah sakit. Menurut Agustina, (2009) tingkat penghasilan dapat mempengaruhi perilaku responden dalam mencari pengobatan, membeli obat-obatan, biaya pemeriksaan laboratorium dan biaya perawatan rumah sakit. Berdasarkan karakteristik responden pada tabel 5 didapatkan bahwa sebagian besar responden lama menderita DM 6-10 tahun sebesar 48,8%.
Dalam hal ini sebagian besar penyakit DM yang
diderita oleh responden merupakan penyakit menahun. Secara epidemiologi diabetes sering tidak terdeteksi dan dikatakan mulai terjadinya adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan (Romadhiati, 2004). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Kurnia,
105
(2013) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden lama menderita DM selama 6-10 tahun sebesar 52,1%. Berdasarkan data penggunaan insulin pada penderita DM didapatkan hasil bahwa setengah dari responden tidak menggunakan insulin sebanyak 23 orang (56,1%). Penggunaan insulin ini terkait tipe DM yang diderita. Menurut penelitian dari Kurnia (2013) menunjukkan bahwa kurangnya penggunaan insulin oleh penderita DM disebabkan adanya penolakan dari pasien dengan alasan pasien takut untuk menyuntikkan insulin dan seringkali merasakan penambahan berat badan dan pernah menglami hipoglikemi. Penggunaan OADtunggal paling banyak dikonsumsi oleh responden sebanyak 28 orang (68,3%) daripada OAD dengan insulin sebanyak 13 orang (30,7%). Berarti sebagian besar responden hanya mengkonsumsi OAD untuk pengobatan penyakit DM pasien. Pemberian obat oral terbanyak diberikan berdasarkan keadaan klinis yang menunjukkan sel beta pankreas masih dapat mensekresikan insulin. Pemberian terapi obat metformin atau sulfoniurea akan menurunkan kadar glukosa darah sebesar 50%, sehingga lebih lambat dibandingkan menggunakan terapi obat kombinasi (Soegondo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian dari Kurnia, (2013) didapatkan bahwa penggunaan jenis OAD paling banyak adalah obat oral sebesar 83%, kombinasi obat oral dengan insulin sebesar 14%. Penggunaan jenis
106
obat anti diabetes terbanyak seperti metformin sebesar 83% dan lainnya merupakan kombinasi obat oral dengan insulin sebesar 17%. Berdasarkan hasil analisis data laboratorium nilai LDL tertinggiyaitu 176 mg/dL dengan rata-rata 117,9 (SD=17.62), sedangkan nilai HDL tertinggi 100 mg/dl dengan rata-rata 39,4 (SD= 15.0034). Berdasarkan hasil pemeriksaan lipid tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar kolesterol tertinggi dari responden sebesar 276.
Hal
(Soegondo,
ini
memungkinkan
2007).
Menurut
terjadi penelitian
gangguan dari
dislipedemia
Kurnia
(2013)
menunjukkan bahwa gambaran jika terjadi gangguan dislipedemia adalah peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar kolesterol HDL dan terjadi peningkatan kadar kolesterol LDL ataupun normal Berdasarkan hasil pemeriksaan Gula darah Sewaktu (GDS) yang didapatkan dari 41 responden, nilai maksimum GDS pasien adalah 360 mg/dL dengan rata-rata 213,4 (SD= 64.167). Pengambilan data GDS dimaksudkan untuk mengkaji secara langsung data gula darah responden ketika melakukan kontrol dengan melihat hasil laboratorium yang dilakukan pada saat itu juga. Hasil GDS yang tinggi ini menunjukkan bahwa pengendalian gula darah sewaktu responden masih tergolong kurang baik sehingga didpatkan hasil GDS melebihi batas normal sebesar <200. Menurut Internasional Diabetes Federation (IDF) berdasarkan tingkat pencapaian pengendalian DM hanya 32% penderita dengan GDS yang terkendali.Hasil penelitian
107
yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, didapatkan bahwa mayoritas pasien memiliki kadar gula darah sewaktu pasien rata-rata 246,9 mg/dl yang berarti tinggi. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki responden mengenai penyakit DM sehingga tidak mampunya responden mengontrol kadar gula darah dan mengakibatkan kadar gula darah menjadi tinggi (Nabyl, 2012). 2. Hasil Pemeriksaan Fisik Sederhana Pengkajian pemeriksaan fisik sederhana ini merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan peneliti kepada responden dengan menggunakan
alat
pemeriksaan
fisik
sederhana.
Pengkajian
pemeriksaan fisik tersebut meliputi IMT (TB dan BB), tekanan darah dan suhu, selain itu juga dilakukan pemeriksaan sederhana pada anggota tubuh pasien DM. Berdasarkan presentase prekuensi IMT pada penderita DM didapatkan hasil bahwa sebagian besar hasil IMT berada dalam rentang
normal sebesar 75,6 %.Dari hasil data tersebut berarti
sebagian besar responden memiliki berat badan dan tinggi badan yang ideal. Secara umum seorang penderita DM yang obesitas akan mengalami penurunan berat badan, hal ini disebabkan karena adanya gangguan metabolisme lemak dan protein didalam tubuh penderita DM sehingga secara tidak sadar penderita DM akan mengalami penurunan berat badan tanpa disertai alasan yang jelas. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Kurnia (2013) yang
108
menunjukkan bahwa nilai IMT penderita DM sebagian besar berada dalam rentang normal/baik sebesar 45,80%. Berdasarkan tabel, menunjukkanhasil tekanan maksimum sistol 170 nilai modus 110 dan mean 123,71 (SD=13.037), sedangkan diastole nilai maksimum 90 dengan nilai modus 90 dan mean 87,65 (SD=4,93766).Data tersebut menunjukkan bahwa ada penyakit penyerta selain penyakit DM yaitu hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian Asmika et al (2011) menunjukkan bahwa sebagian besar responden (46%) menunjukkan nilai tekanan darah antara 140/90149/95 mmHg hal ini menunjukkkan bahwa ada penyakit penyerta DM yaitu hipertensi yang tergolong dalam kategori tekanan darah ringan. Hipertensi ringan tidak menutup kemungkinan menjadi hipertensi berat jika tidak adanya diet dan pola makan yang benar. Berdasarkan tabel 9, pemeriksan fisik sederhana yang dilakukan peneliti pada responden menunjukkan bahwa keadaan umum pasien DM di poli penyakit dalam Panembahan Senopati Bantul cukup baik, sedangkan untuk uji monofilamen tidak normal pada kaki terdapat 5 orang sebesar 12,2%. Uji monofilamen ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya rasa baal pada kaki responden hal ini berhubungan dengan ada atau tidaknya gangguan oksigenasi pada penderita DM. Adanya hasil yang tidak normal pada uji monofilamen tersebut menunjukkan bahwa 5 orang pasien DM tersebut beresiko terkena
109
ulkus diabetikum. Jika tidak segera ditangani akan beresiko amputasi. Adanya rasa baal tersebut merupakan resiko terjadinya neuropati. Neuropati terjadi ketika suplai darah ke ujung saraf kecil dan tangan berhenti atau berkurang (Echeverry, 2009). Menurut The Centers for Disease
Control
and
Preventions
menyatakan
bahwa
untuk
mengurangi terjadinya penyakit kaki diabetik dapat dilakukan perawatan kaki secara teratur. Berdasarkan hasil penelitian dari Sihombing
(2010)
menunjukkan
bahwa
penelitian
tersebut
menggunakan uji monofilamen untuk mengetahui tingkat perawatan kaki yang dilakukan penderita DM sehingga didapatkan hasil bahwa pemeriksaan monofilamen pada pasien DM tipe 2, didapatkan hasil sebagian besar (60,87%) responden memiliki sensasi kaki normal. Hal ini menggambarkan bahwa penderita DM yang memiliki sensasi kaki normal berarti saraf sensorik dalam keadaan baik. 3. Pengkajian kebetuhan dasar fisiologis Hasil penelitian pengkajian kebutuhan dasar fisiologis pada tabel 8 menunjukkan bahwa kebutuhan fisiologis termasuk dalam kategori rendah sebesar 43,4%. Berdasarkan gambar 4, menunjukkan bahwa kebutuhan fisiologis merupakan prioritas terendah kedua dari kebutuhan dasar manusia lainnya menurut Maslow. Menurut teori Maslow kebutuhan fisiologis merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup (Potter & Perry, 2005). Menurut Hidayat (2012) seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang
110
yang sehat dan sebaliknya sehingga bila dari kebutuhan dasar ini salah satunya tidak terpenuhi dikhawatirkan bahwa kondisi seseorang belum optimal. Hasil penelitian ini berlawanan dengan teori Maslow. Menurut Maslow prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow yaitu kebutuhan fisiolologis (Potter & Perry, 2005). Perbedaan
hasil
penelitian
dengan
teori
Maslow
ini
dimungkinkan karena saat ini kebutuhan fisiologis pada penderita DM selalu menjadi
perhatian utama bagi petugas kesehatan. Padahal
kebutuhan akan rasa cinta merupakan kebutuhan yang tertinggi yang harus dipenuhi. Hal ini dapat terjadi karena mereka selalu menganggap bahwa kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan prioritas padahal walaupun kebutuhan fisiologis yang selalu dipenuhi tetapi tanpa adanya perhatian, cinta dan kasih sayang menyebabkan kebutuhan fisiologis ini menjadi tidak bermakna optimal sehingga tidak menutup kemungkinan pengobatan menjadi gagal. Hasil penelitian
ini
didukung
oleh
penelitian
Maisyarah
(2013)
menunjukkan bahwa kebutuhan fisiologis berada pada prioritas keempat dari lima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, hasil penelitian menunjukkan bahwa bertambah parahnya penyakit dan kecemasan dikarenakan kurangnya perhatian cinta dari keluarga, pasangan dan orang terdekat sehingga jika hal ini terjadi segala macam gangguan fisiologis akan cepat muncul dan berkembang.
111
Walaupun kebutuhan fisiologis pada penderita DM berada pada kategori kebutuhan yang rendah berdasarkan gambar 1 dan tabel 8, hasil penelitian menunjukkan ada aspek- aspek kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan cairan sebesar 60,9% dan nutrisi sebesar
53,3% yang tergolong kebutuhan yang sedang.Kebutuhan
nutrisi pada pasien DM yang harus dipenuhi berupa pengontrolan berat badan oleh pasien DM hal ini terkait dengan penatalaksanaan DM seperti olahraga. Selain itu juga kepatuhan pasien DM terkait 3J (jenis, jumlah, jadwal) yang akan
mempengaruhi kondisi tubuh
pasien DM jika tidak patuh terhadapa pola diet yang sudah diberikan (Smeltzer & Bare, 2005). Aspek kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi selanjutnya adalah kebutuhan cairan. Hal ini terkait dengan adanya gejala khas yang timbul dari penderita DM yaitu polidipsi dan poliuri. Sebagian besar penderita DM kemungkinan akan mengalami dehidrasi jika kebutuhan cairan didalam tubuh tidak segera tertangani. Menurut Nabyl (2012) munculnya gejala seperti sering haus, turgor kulit menurun, adanya , mata cekung, mukosa mulut kering, penurunan tekanan darah dan denyut jantung meningkat menunjukkan bahwa penderita DM kekurangan cairan atau jika tidak tertangani akan timbul dehidrasi sedang sampai dengan berat.
112
4. Pengkajian Kebutuhan Rasa Aman dan Keselamatan Berdasarkan tabel 11, menunjukkan bahwa kebutuhan rasa aman dan keselamatan tergolong dalam kategori rendah sebesar 19,89%. Pada gambar 4, menunjukkan bahwa kebutuhan rasa aman dan keselamatan pada pasien DM di poli Panembahan Senopati Bantul merupakan prioritas terakhir atau terendah dari kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. Hal ini kemungkinan disebabkan kebutuhan rasa aman dan keselamatan sudah terpenuhi. Namun perlu diketahui bahwa kebutuhan rasa aman dan keselamatan tersebut mempunyai dua aspek yang ternyata penting untuk dipenuhi yaitu menurut tabel 9 didapatkan hasil bahwa kebutuhan keselamatan fisik pada aspek kebutuhan dasar rasa aman dan keselamatan sebesar 33,01% dan aspek keselamatan psikologik sebesar 41,5. Dari hasil penelitian tersebut dapat dianalisis bahwa kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dari sebagian besar responden merupakan kebutuhan yang masih tegolong kebutuhan yang rendah, namun kedua aspeknya harus dipenuhi. Ancaman keselamatan fisik pada pasien DM seperti kurangnya fasilitas konseling dan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya melakukan kontrol darah dan diet serta kurangnya kesadaran penderita DM untuk melakukan pemeriksaan panca indera dan anggota tubuh, sehingga jika hal ini tidak terpenuhi akan menjadi ancaman yang besar bagi penderita DM. Selain itu status nutrisi, keadaan imunitas, usia,
113
gangguan persepsi sensori serta status mobilisasi menjadi faktor yang dapat mengancam keamanan fisik penderita DM (Hidayat, 2012). Selain keamanan fisik keamanan psikologis pada pasien perlu diperhatikan.
Rendahnya
keamanan
psikologis
kemungkinan
disebabkan adanya perasaan mengancam yang timbul karena proses penyakit semakin bertambah parah. Dari hasil analisis keselamatan psikologis didapatkan bahwa presepsi penderita DM terhadap penyakit DM yang diderita masih kurang baik, sebagian besar beranggapan bahwa rasa cemas, takut dan bingung sering muncul sehingga menganggu pikiran mereka saat ini. Pada penderita DM yang sudah menahun sebagian akan mengalami perasaan putus asa, yang memungkinkan pasien sudah bosan dan malas melanjutkan terhadap pengobatan dan program DM yang sudah dilakukan bertahun-tahun (Tarwoto & wartonah, 2011; Novita, 2012). Kecemasan pada pasien DM dimanifestasikan dalam bentuk prilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut dan pobia (Novita, 2012; Hidayat, 2012). Kecemasan yang terjadi dimungkinkan bahwa masih ada perasaan mengancam yang dialami oleh pasien DM di poli Panembahan Senopati Bantul. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nikibakht, et all, (2009)dan Collins, et all (2008) menunjukkan bahwa hal yang sering dikeluhkan oleh pasien DM yaitu yang berkaitan dengan kekhawatiran tentang penyakit dan komplikasi. Sehingga manajemen kecemasan pada penderita DM yang
114
dilakukan dengan baik, salah satunya dengan konseling akan meningkatkan keberhasilan dalam mengontrol kadar gula darah. 5. Pengkajian Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki Hasil penelitian pada tabel menunjukkan bahwa kebutuhan cinta dan rasa memiliki tergolong dalam kategori tinggi sebesar 92,19%. Pada gambar 4 menunjukkan bahwa kebutuhan rasa cinta dan rasa memiliki pada pasien DM di Poli Panembahan Senopati Bantul berarti merupakan prioritas pertama yang harus dipenuhi dari kelima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. Berdasarkan hasil penelitian kebutuhan cinta berada pada prioritas yang pertama dimungkinkan karena sebagian besar pasien DM membutuhkan perhatian lebih dari keluarga, teman, pasangan dan masyarakat. Tingginya kebutuhan ini disebabkan karena pada dasarnya kebutuhan fisiologis selalu menjadi prioritas utama sehingga kebutuhan ini luput dari perhatian keluarga dan petugas kesehatan. Menurut
Maslow
manusia
secara
umum
seseorang
membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh keluarga, teman sebaya dan masyarakat. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki akan meningkat jika mereka memiliki waktu dan energi untuk mendapatkan cinta dari orang-orang terdekat (Potter & Perry, 2005). Menurut hasil penelitian kebutuhan cinta dan rasa memiliki pada sebagian besar responden adalah berupa rasa bahwa sebagian besar pasien DM mendapat dukungan dari keluarga, pasangan dan orang terdekat,
115
pelibatan pasien DM dalam kegiatan keluarga dan keluarga membantu dalam biaya pengobatan dan perawatan jika sakit Pelibatan penderita DM dalam kegiatan keluarga merupakan suatu dukungan sosial terhadap kenyamanan fisik dan emosionalyang diberikan kepada seseorang oleh keluarganya, teman, teman kerja ataupunyang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang adalah bagian dari suatu komunitas yang mencintai dan peduli terhadap dirinya.Menurut hasil peneltian dari Christyani (2007) menunjukkan bahwa komunikasi merupakan bentuk perhatian dari suami dan anak-anak pada penderita DM sehingga pada pasien DM dukungan keluarga, teman dan orangorang terdekat akan meningkatkan keinginan untuk melakukan pengobatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Maysarah (2013) menunjukkan bahwa kebutuhan cinta dan rasa memiliki berada pada kategori tinggi dari lima kebutuhan dasar dasar lainnya. 6. Pengkajian Kebutuhan Harga Diri dan Penghargaan Hasil analisis dari kebutuhan harga diri dan penghargaan dari penderita DM menunjukkan bahwa kebutuhan harga diri dan penghargaan tergolong dalam kategori tinggi (91,05%). Menurut gambar 4 menunjukkan bahwa kebutuhan harga diri dan penghargaan berada pada prioritas kedua setelah kebutuhan cinta dan rasa memiliki. Hal ini berarti sebagian besar pasien DM di Poli Panembahan Senopati Bantul merasa bahwa kebutuhan harga diri dan penghargaan
116
mereka belum terpenuhi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Maiysarah (2013) menunjukkan bahwa selain kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki seseorang membutuhkan kebutuhan harga diri sebagai penghargaan terhadap dirinya sehingga kebutuhan harga diri ini merupakan prioritas tertinggi dari lima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. Menurut Maslow, manusia membutuhkan penghargaan atau apresiasi sebagai peningkatan rasa kepercayaan diri dan dianggap berguna. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, mungkin saja akan merasa tidak berdaya dan rendah diri (Potter & Perry, 2005).Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan harga diri yang dibutuhkan pasien DM berupa perasaan akan penghargaan terhadap diri sendiri, penerimaanorang-orang disekitar terhadap kondisi dan hubungan yang baik dengan petugas kesehatan. Penerimaan dari keluarga tentang keadaan penderita DM akan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam melakukan aktivitas dan bergaul dengan orang-orang sekitar. Hubungan yang baik dengan petugas kesehatan akan membuat perasaan pasien menjadi lebih nyaman.Kebutuhan
penghargaan
dari
petugas
kesehatan
juga
dibutuhkan oleh penderita DM. Memberikan pelayanan kesehatan yang baik serta hubungan timbal balik yang harmonis dapat meningkatkan pengetahuan dan harga diri dari penderita DM, sehingga pemenuhan kebutuhan fisiologis dan cinta otomatis akan
117
terpenuhi(Hidayat, 2007 ; Azizah, 2011 ; Novita, 2012).Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri (2010), menunjukkan bahwa kebutuhan harga diri dan penghargaan dapat dipenuhi dengan cara membangun rasa percaya diri pasien, memberikan penghargaan dari pihak lain, memberi kesempatan untuk mengeksplorasi hal-hal yang ingin diketahui serta memodifikasi lingkungan. 5. Pengkajian Kebutuhan Aktualisasi Berdasarkan tabel 13,
menunjukkan bahwa kebutuhan
aktualisasi yang didapatkan dari 41 responden tergolong dalam kategori sedang (63%). Berdasarkan gambar 4 menunujukkan bahwa kebutuhan aktualisasi berada di peringkat ketiga dari prioritas kebutuhan pada pasien DM di poli panembahan senopati Bantul. Berarti kebutuhan aktualisasi pasien DM di poli Panembahan Senopati Bantul adalah cukup terpenuhi. Menurut Maslow (1970), aktualisasi diri dikatakan maksimal jika manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada tingkatan yang rendah (Potter & Perry, 2005). Pada penelitian ini kebutuhan aktualisasi dari pasien DM belum berada dalam kategori tinggi atau maksimal, hal ini dimungkinkan karena sebagian dari responden belum mencapai status kebutuhan dan kesehatan serta potensi untuk melakukan aktualisasi secara maksimal. Menurut Hidayat (2007) menyebutkan aktualisasi diri mungkin akan terjadi jika ada keseimbangan antara kebutuhan klien dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungan.
118
Berdasarkan hasil penelitian kebutuhan aktualisasi yang didapatkan dari responden adalah kemampuan pasien DM untuk tetap bisa melakukan hobi dan rekreasi seperti biasanya, keikutsertaaan pasien DM dalam kegiatan tidak aktif di masyarakat, tempat kerja dan kemampuan pasien DMberkontribusi pada kelompok penderita DM lainnya.Pada penderita DM pengaktualisasian diri dapat berupa saling memberikan informasi bagi penderita DM lainnya untuk memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah keperkembangan dan kesehatan yang normal (Tarwoto, 2006). Menurut hasil penelitian dari Sri (2010) menunjukkan bahwa kebutuhan aktualisasi dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan untuk melakukan yang terbaik , diberikan kebebasan dan dilibatkan dalam setiap kegiatan. Pada dasarnya secara umum seseorang yang tidak yakin akan kemampuannya akan cenderung memilih bergabung dengan kelompoknya, hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa kebutuhan aktualisasi pada pasien DM adalah perlu dibentuknya kelompok penderita DM agar pasien DM dapat meningkatkan kebutuhan akualisasinya. Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Maiysarah (2013) menunjukkan bahwa kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan ketiga yang harus dipenuhi dari kebutuhan cinta dan kebutuhan harga diri.
119
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan Kekuatan penelitian ini secara metodologi adalah penelitian ini menguraikan pengkajiankebutuhan pasien DM yang berlandaskan lima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, analisa data yang akan dilakukan adalah menganalisis prosentase tertinggi per sub kebutuhan pasien DM berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow sehingga dapat diketahui lebih detail prosentasi kebutuhan dan akan dikategorikan berdasarkan tingkat kebutuhan. Kekuatan yang laian dari penelitian ini adalah belum terdapat penelitian serupa yang melakukan penelitian mengenai pengkajian kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada penderita DM. 2. Kelemahan Kelemahan penelitian ini secara metodelogi adalah penelitian ini hanya menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan hanya memberikan kuesioner dan melakukan pemeriksaan fisik sederhana pada penderita DM. Penelitian pengkajian kebutuhan dasar manusia pada penderita DM ini tidak melakukan metode wawancara atau menggunakan mix methode sehigga proses pengkajian ini belum dilakukan secara lengkap untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan pasien DM berdasarkan kebutuhan dasar menurut Maslow.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik demografi pasien DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah sebagian besar berumur 50-64 tahun, berjenis kelamin perempuandengan tingkat pendidikan SMA mayoritas bekerjasebagai PNS. Sebagian besar berpenghasilan sebesar < 1.000.000, menderita DM selama 6-10 tahun dan tidak menggunakan insulin.Penggunaan OAD tunggal paling banyak dikonsumsi oleh responden dengan hasil laboratorium LDL, HDL dan GDS tergolong kurang baik dan hasil pemeriksaan fisik sederhana pada pasien DM menunjukkan hasil yang cukup baik dan normal. 2. Kebutuhan dasar manusia pada pasien DM berdasarkan 5 kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah kebutuhan fisiologis dengan aspek kebutuhan nutrisi dan cairan dalam kategori rendah, kebutuhan rasa aman dan keselamatan kategori rendah , kebutuhan cinta dan rasa memiliki kategori tinggi, kebutuhan harga diri dalam kategori tinggi dan kebutuhan aktualisasi dalam kategori sedang . 3. Prioritas kebutuhan pasien DM dari prioritas tertinggi ke terendah adalah kebutuhan cinta dan rasa, kebutuhan harga diri dan
120
121
penghargaan, kebutuhan
aktualisasi, kebutuhan fisiologis dan
kebutuhan rasa aman dan keselamatan. B. Saran. 1.Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul Hasil penelitian ini dapat dijadikan panduan untuk meningkatkan pelayanan dan kebijakan terkait penatalaksanaan DM, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar pasien DM.
Hasil penelitian
pengkajian kebutuhan dasar manusia ini dapat dijadikan rumah sakit sebagai acuan untuk menyusun form pengkajian kebutuhan dasar manusia pada pasien DM terkait kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. Dengan mengidentifikasi setiap kebutuhan pasien DM dengan memperhatikan
dan
mengetahui
kebutuhan
pasiennya
sehingga
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. 2. Bagi Pasien DM RSUD Panembahan Senopati Bantul Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana informasi bagi pasien DM terkait kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi pada setiap pasien DM. Kebutuhan dasar fisiologis terkait nutrisi dan aktivitas dapat dijadikan acuan untuk memenuhi pola diet dan penatalaksanaan DM psien DM. Diharapakan hasil penelitian ini dapat dijadikan panduan bagi pasien DM untuk memperhatikan setiap kebutuhan dasar mereka sehingga dapat meningkatkan kesehatan yang lebih optimal.
122
3. Bagi Perawat Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam melakukan pengkajian terkait kebutuhan dasar manusia pada pasien DM, dan dijadikan acuan untuk mengetahui prioritas kebutuhan dasar manusia pada pasien DM terkait lima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow . 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian
selajutnya
dengan
melakukan
kebutuhan dasar manusia pada pasien DM
penelitian
pengkajian
secara lengkap melalui
metode pemeriksaan fisik, wawancara, pemeriksaan diagnostik sampai tahap implementasi sehingga lebih didapatkan lagi kebutuhan dasar manusia pada penderita DM secara lengkap.