ANNISA ARYATI SYA’ALITSYAH
MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI SENDRATARI RAMAYANA DI TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN SEBAGAI SALAH SATU DAYA TARIK WISATA BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Ditulis oleh: ANNISA ARYATI SYA’ALITSYAH
PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan sampai saat ini. Sehingga lembar demi lembar penulisan Laporan Karya dengan judul: “MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI SENDRATARI RAMAYANA DI TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN SEBAGAI SALAH SATU DAYA TARIK WISATA BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” ini dapat diselesaikan dengan baik, Selama proses penyusunan Laporan Karya ini tidak sedikit penulis menemui kesulitan, namun berkat semangat serta bantuan dari berbagai pihak, maka penulisan ini berhasil diselesaikan. Penulis sangat menyadari bahwa penyajian Laporan Karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran serta pandangan yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan agar kelak tidak terjadi kekeliruan. Laporan ini penulis publikasikan sebagai suatu bentuk penghargaan dan rasa terima kasih kepada: 1. Keluarga besar Hadisewojo yang banyak memberikan dorongan sehingga Laporan Karya ini dapat selesai dengan baik. 2. Bapak Ir. Kusmayadi, Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Jakarta. 3. Bapak Murhadi S. Kom, MM., selaku Pembantu Ketua I.
4. Ibu Yuliana S.St. Par, selaku Ketua Jurusan Perhotelan dan Usaha Wisata. 5. Ibu Dra. Endang Setyawati, selaku pembimbing materi dan teknis. Kiranya tak akan terjawablah semua tanya yang terlintas tanpa bantuan beliau. Terima kasih bu. 6. Ibu Derinta Entas, SE, MM., selaku Pembimbing Akademik. 7. Bapak Sumantri, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia SUB Prambanan beserta seluruh staf sanggar tari Rara Jonggrang yang telah memberikan izin riset. 8. Seluruh Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, dan semua rekan-rekan yang tak mungkin disebutkan satu persatu namun telah membantu dan memberikan dukungan moril. Tuhan Yang Maha Kuasa memberkahi, dan semoga semua amal baik yang tak ternilai ini akan berbuah manis kelak. Akhir kata suatu kegembiraan bagi penulis bila apa yang dikemukakan dalam penelitian Laporan Karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga sebagai sumbangan kecil sumber inspirasi bagi yang membutuhkan. Jakarta, 18 Februari 2015 Penulis
“If you really want something, all the entire universe will conspire in helping you to achive it...” ( Paolo Coelho)
PENDAHULUAN Latar Belakang Letak geografis Indonesia dengan adanya gugusan lima pulau besar yang membentang di perairannya menjadikan Indonesia memiliki beranekaragam suku bangsa, budaya, adat istiadat serta keindahan alam di masing-masing wilayah. Sehingga Indonesia menjadi salah satu negara tujuan wisata favorit di dunia. Selain Bali, Yogyakarta merupakan salah satu kota yang menyimpan daya tarik luar biasa untuk sektor pariwisata Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta dipimpin oleh seorang Gubernur yang merupakan keturunan Raja dari Keraton Hadiningrat Ngayogyakarta, keraton yang masih eksis keberadaannya hingga kini yakni, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Terletak di pulau dengan populasi terpadat di Indonesia, Yogyakarta dikelilingi oleh gunung Merapi disebelah utara, samudera Hindia (pantai selatan pulau Jawa) disebelah selatan, lalu beberapa gunung seperti salah satunya gunung Merbabu di Provinsi Jawa Tengah. Maka tak berlebihan jika Yogyakarta disebut sebagai sebuah ikon wisata lengkap dengan berbagai macam objek dan daya tarik yang menyediakan wisata budaya, wisata alam, wisata peninggalan sejarah, wisata museum, hingga wisata karya manusia. Pengembangan pariwisata di Indonesia pada dasarnya menggunakan konsep pariwisata budaya seperti telah ditetapkan dalam Bab III pasal 6 Undang-Undang No. 9 Tahun 1990. Yang menyatakan
bahwa: “Pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan: •
Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya.
•
nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
•
Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.
• kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.” Hal ini dilakukan tentunya dengan pertimbangan bahwa Indonesia memiliki potensi seni dan budaya yang beraneka ragam yang tersebar pada tiap Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia. Jadi pariwisata yang dikembangkan adalah pariwisata budaya. Dalam hal ini, seni budaya yang beraneka ragam di beberapa DTW itu dijadikan sebagai daya tarik utama untuk menarik wisatawan datang ke Indonesia. Atas dasar itu, wajar jika setiap langkah dalam pengembangan pariwisata diharapkan selalu memperhatikan terpeliharanya seni dan budaya bangsa yang dijadikan sebagai aset pariwisata Indonesia termasuk Yogyakarta. Dengan demikian, perlu ada tanggung jawab moral bagi mereka yang mengambil kebijakan di lapangan untuk selalu menggunakan potensi seni dan budaya yang Indonesia miliki untuk bermacam-macam kegiatan, mulai dari cendera mata dan bahan-bahan promosi, terutama dalam penyajiannya. Tujuan utama dari semua itu adalah untuk menciptakan citra pariwisata Indonesia. Dan yang lebih penting lagi dengan cara itu pariwisata Indonesia memiliki ciri khas yang
menjadi identitas (jati diri) budaya Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain. Nantinya diharapkan bahwa pariwisata dapat menjadi salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia sehingga pariwisata Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, karena kegiatan pariwisata itu merupakan mata rantai yang cukup panjang sebagai akibat dampak positif dari multiplier effect yang ditimbulkan dalam pembangunan perekonomian. Mulai dari pelayanan akomodasi perhotelan, makanan dan minuman, cendera mata, paket wisata, transportasi, usaha kecil yang menjual bermacam-macam keperluan wisatawan dalam perjalanan atau di pusat-pusat rekreasi. Sedangkan dari sisi perolehan devisa memang terbukti bahwa selama lima tahun berturut-turut pariwisata dapat mempertahankan posisinya sebagai salah satu dari lima penghasil devisa terbesar. Penempatan seni dan budaya sebagai aset pariwisata untuk dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya perlu dipertahankan pelestarian dan keberadaannya. Maka dari itu penulis merasa bahwa upaya mempertahankan pelestarian budaya ini sangatlah penting, sehingga penulis menguraikan beberapa hal mengenai daya tarik wisata di Yogyakarta, yakni Sendratari Ramayana. Sebagai salah satu warisan budaya disamping juga menjadi sebuah Daya Tarik Wisata Budaya yang dimiliki Indonesia, dengan judul laporan karya “MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI SENDRATARI RAMAYANA DI TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN SEBAGAI SALAH SATU DAYA TARIK WISATA BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”.
Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan hasil observasi dan juga kenyataan yang terjadi di lapangan, timbul beberapa masalah yang telah penulis kelompokan dan terbagi menjadi lima poin penting, yaitu: 1. Bagaimana dampak akulturasi budaya yang terjadi dalam Sendratari Ramayana. 2. Mengapa Sendratari Ramayana di Candi Prambanan ini harus dipertahankan. 3. Sejauh mana peranan masyarakat Yogyakarta terhadap
pementasan Sendratari Ramayana. 4. Sejauh mana perhatian dari Pemerintah Daerah khususnya
Pengelola terhadap pelaku seni/penari dalam lakon Sendratari Ramayana. 5. Apakah sudah maksimal upaya pihak Pengelola dalam mengemas atraksi yang merupakan salah satu ikon wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan Penulisan Menguraikan upaya pelestarian adalah tujuan dari penulisan Laporan Karya ini, Selain itu penulis berharap akan adanya upaya pelestarian Sendratari Ramayana secara berkelanjutan, di masa yang akan datang wisatawan yang menikmati pertunjukan Sendratari
Ramayana ini tidak hanya menjadi penikmat tapi juga diberi kesempatan untuk belajar serta mencintai tarian tradisional Indonesia, khususnya bagi mereka yang bukan berasal dari etnis Jawa. Manfaat / Signifikasi Penelitian Adapula penulisan ini sebagai bahan pertimbangan dan pembelajaran kedepan untuk perbaikan pengelolaan Objek Daya Tarik Wisata Budaya, selain itu juga untuk bahan pengetahuan bagi perorangan atau instansi yang membutuhkan informasi dalam membantu melestarikan tari tradisional Indonesia khususnya Sendratari Ramayana. Metode penelitian Beberapa metode pengumpulan data telah penulis gunakan dalam penulisan Laporan Karya ini adalah: 1. Studi pustaka Beberapa buku yang memuat data mengenai sejarah Indonesia, Sendratari serta kisah Ramayana penulis jadikan sumber referensi dalam penulisan laporan karya ini. 2. Studi Lapangan Sebelumnya penulis telah menjalani masa On The Job Training periode Agustus-Oktober tahun 2011 di HPI Yogyakarta Sub Prambanan sebagai pemandu wisata. Dengan
pertimbangan agar mendapatkan data yang lebih akurat, studi lapangan dilakukan pada 23-27 Mei 2013 di Taman Wisata Candi Prambanan Yogyakarta. 3. Wawancara Penulis juga melakukan sesi wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya kepada beberapa responden terpilih, antara lain; ketua HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Sub Prambanan, penari, pihak sanggar tari Rara Jonggrang, staff PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko. Sistematika Penulisan Pembahasan penulisan ini dibagi dalam lima bab, selanjutnya tiap bab dibagi lagi atas beberapa sub bab yang dianggap penting. BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab pertama ini penulis mengemukakan mengenai masalah pokok, yang berisikan alasan dari pada pemilihan judul, metode penelitian yang dipilih sebagai cara untuk mencari sumber data untuk dijadikan dasar penyusunan dan pembahasan materi Laporan Karya, sistematika penulisan yang merupakan ikhtisar dari hal-hal
yang diuraikan didalam Laporan Karya ini secara berurutan. Bab II
: TINJAUAN TEORI Pada bab ini penulis menguraikan tentang beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul Laporan Karya dan mengacu pada teori yang terdapat di dalam buku-buku referensi.
BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Pada bab ini penulis menjelaskan secara garis besar mengenai Candi Prambanan, Panggung Terbuka Ramayana juga Sendratari Ramayana itu sendiri sebagai objek penelitian. BAB IV : PEMBAHASAN Pada bab ini penguraian masalah mengenai dampak akulturasi budaya yang terjadi, perlunya atraksi ini untuk dipertahankan, perananan masyarakat Yogyakarta terhadap pementasan, serta perhatian dari pemerintah terhadap pelaku seni (penari) dalam Sendratari Ramayana, upaya pihak pengelola dalam mengemas atraksi yang merupakan salah satu ikon wisata di Yogyakarta. BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai bab terakhir yaitu mengenai kesimpulan atau uraian yang telah penulis kemukakan di dalam
bab-bab sebelumnya serta sedikit saran yang penulis anggap perlu.
TINJAUAN PUSTAKA Beberapa pengertian atau penjelasan yang berhubungan dengan pembahasan yang mengacu pada buku-buku referensi antara lain; Pengertian Kebudayaan Menurut Prof. Dr. Koentjoroningrat: “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.” (Pengantar Ilmu Antropologi, 1991: 36) Pengertian Akulturasi Prof. Dr. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa; ”akulturasi adalah proses yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa , sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.” (Pengantar Ilmu Antropologi, 1991: 39) Wujud dan Unsur Kebudayaan Ditinjau dari segi wujud, kebudayaan memiliki tiga aspek utama menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat, yaitu: •
Ide (gagasan)
•
Wujud (bentuk)
•
Perilaku.
Ditinjau dari segi isi, kebudayaan memiliki tujuh unsur pokok, yakni: 1. Sistem religi, yang meliputi: sistem kepercayaan, sistem nilai
dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, upacara keagamaan. 2. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, yang meliputi:
kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan. 3. Sistem pengetahuan, meliputi pengetahuan tentang: flora dan
fauna, waktu, ruang dan bilangan, tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia. 5. Bahasa, yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk: lisan dan
tulisan. 5. Kesenian, yang meliputi: seni patung/pahat, relief, lukis dan
gambar, rias, vokal, musik, bangunan, kesusastraan, drama. 6. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi, yang
meliputi: berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, perdagangan.
7. Sistem peralatan hidup atau teknologi, yang meliputi: produksi,
distribusi, transportasi, peralatan komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan, senjata. (Pengantar Ilmu Antropologi, hal: 40) Manfaat Penting Unsur-Unsur Budaya Menurut Prof. Dr. I Made Bandem unsur budaya memiliki manfaat penting, yaitu; A. Untuk mempromosikan kepariwisataan secara umum baik dalam maupun luar negeri. B. Produk seni budaya akan menyiapkan lapangan kerja dan peningkatan penghasilan masyarakat. C. Penampilan seni dan budaya disamping menarik perhatian wisatawan juga meningkatkan pemberdayaan seni dan budaya. D. Penampilan seni dan budaya dapat meningkatkan pemeliharaan dan manajemen museum, galeri, monumenmonumen seni budaya lainnya. E. Dana yang dihasilkan dengan penjualan produk seni dan budaya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat. F. Sentuhan dengan seni budaya lain meningkatkan harkat, kehormatan dan pemahaman tentang arti kemanusiaan. (Peranan Seni Dan Budaya Dalam Pengembangan Parwisata, 2006: 70)
Mempertahankan Eksistensi Kebudayaan Mempertahankan Eksistensi Kebudayaan menurut Prof. Dr. Edi Sedyawati: “Agar suatu budaya dapat lestari yaitu selalu ada eksistensinya, maka upaya-upaya yang perlu dijamin kelangsunganya meliputi: perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. 1. Perlindungan, meliputi upaya-upaya untuk menjaga agar hasilhasil budaya tidak hilang atau rusak. 2. Pengembangan, meliputi pengolahan yang menghasilkan peningkatan mutu dan atau perluasan khazanah. 3. Pemanfaatan, meliputi upaya-upaya untuk menggunakan hasil budaya untuk berbagi keperluan, seperti untuk menekan citra identias suatu bangsa, untuk pendidikan kesadaran budaya, untuk dijadikan muatan industri budaya, dan untuk dijadikan daya tarik wisata.” (Pariwisata dan Pengembangan Budaya, 2006: 21) Prinsip Dasar Pengembangan Pariwisata Menurut Poerwanto, jika pemikirannya dan Inskeep (1991); McIntyre (1993); Ding & Pilgram (1995) tentang pariwisata berkelanjutan dipadukan, menyatakan bahwa idealnya pengembangan pariwisata harus berlandaskan pada empat prinsip dasar, yaitu:
1. Keberlangsungan ekologi, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus menjamin adanya pemeliharaan dan proteksi sumber-sumber. 2. Keberlangsungan kehidupan sosial dan budaya, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus mampu meningkatkan peran masyarakat dalam pengawasan tata kehidupan melalui nilai-nilai yang diciptakan dan dianut bersama sebagai identitas dan kemandirian. 3. Keberlangsungan perekonomian, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus menjamin adanya kesempatan bagi semua pihak untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi melalui suatu kompetisi yang sehat. 4. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
setempat melalui pemberian kesempatan kepada mereka untuk terlibat dala pengembangan kepariwisataan. (Potensi Seni Pertunjukan Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan, 2006: 241) Daya Tarik Wisata Budaya Yang termasuk objek dan daya tarik wisata budaya menurut Prof. Dr. Edi Sedyawati; “kesenian (seni rupa dan segala bentuk seni pertunjukan), tata busana, tata boga, upacara adat, demonstrasi kekebalan, dan kommunikasi dengan alam ghaib, lingkungan binaan,
serta keterampilan-keterampilan khusus fungsional seperti membuat alatalat.” (Pariwisata dan Pengembangan Budaya, 2006: 26) Pengertian Seni-budaya Seni budaya menurut Prof. Dr. I Made Bandem: “ekspresi jiwa seseorang yang terjadi oleh proses karya dan karsa. Sebagai bagian dari kebudayaan, kesenian dapat digolongkan menjadi; Seni Pertunjukan (seni tari, seni teater, seni musik, seni pencak silat); Seni Rupa (seni murni, seni lukis, seni patung,seni kriya, seni desain); Seni Sastra (prosa atau puisi); Seni Multi Media (film, video, dan rekaman lainnya)” (Peranan Seni Dan Budaya Dalam Pengembangan Pariwisata, 2006: 66). Kesenian setidaknya memiliki fungsi antara lain; 1. Sebagai pemberi keindahan dan kesenangan. 2. Sebagai pemberi hiburan. 3. Sebagai persembahan simbolis. 4. Sebagai pemberi respon fisik. 5. Sebagai penyerasi norma-norma kehidupan masyarakat. 6. Sebagai pengukuhan institusi sosial dan upacara keagamaan. 7. Sebagai kontribusi terhadap kelangsungan dan stabilitas kebudayaan.
8. Sebagai kontribusi dari intregasi kemasyarakatan. 9. Sebagai alat komunikasi (Marriam, 1964: 233-237; Soedarsono, 172: 23; Sedyawati dan Djoko Damono, passim) Ciri-Ciri Pertunjukan Wisata Menurut Prof. Dr. R. M. Soedarsono, pertunjukan kemasan bagi wisatawan asing maupun domestik telah diusahakan memenuhi syarat serta ciri-ciri pertunjukan wisata, yaitu; 1. Tiruan dari aslinya. 2. Merupakan versi singkat atau padat atau bentuk mini dari aslinya. 3. Penuh variasi. 4. Ditanggalkan nilai-nilai sakral, magis dan simbolisnya. 5. Murah harganya menurut kocek wisatawan mancanegara, hanyalah untuk memberi kenangan indah dan menarik saja bagi para wisatawan. (Seni Pertunjukan Indonesia & Pariwisata, 1999; 92) Pengertian Sendratari
Menurut Prof. Dr. R.M. Soedarsono; “Sendratari adalah sebuah nama baru untuk menyebut drama tari Jawa tanpa dialog verbal, yang di Barat bentuk semacam ini di sebut ballet.” (Seni Pertunjukan Indonesia & Pariwisata, 1999: 141) “Karakterisasi dari Sendratari Ramayana di Jawa, sebagian mengacu pada gerak tari wayang wong yang merupakan drama tari berdialog prosa liris.” (Seni Pertunjukan Indonesia & Pariwisata, 1999: 162) Kisah Ramayana menurut Prof. Dr. R.M. Soedarsono: “Ada beberapa versi cerita Ramayana di Indonesia yang disajikan dalam berbagai media. Ada yang disajikan lewat seni sastra, seni rupa, dan banyak pula yang ditampilkan dalam bentuk seni pertunjukan. Sampai kini kita masih kesulitan untuk melacak, dari versi India yang mana cerita Ramayana di Indonesia berasal. Versi cerita Ramayana di Indonesia cukup banyak, namun inti ceritanya adalah sama, yaitu upaya raja raksasa Rahwana untuk mendapatkan Sinta. Namun usaha Rawana selalu gagal. Cerita Ramayana juga diartikan sebagai perlambang pertikaian antara kebaikan dan keserakahan. Kebaikan dilambangkan pada diri Pangeran Rama, sedangkan keserakahan pada Raja Rahwana. Cerita berakhir pada kemenangan di pihak Rama.” (Seni Pertunjukan Indonesia & Pariwisata, 1999: 149) Kesan Wisatawan Terhadap Objek dan Daya Tarik Wisata Budaya Kesan wisatawan terhadap objek dan daya tarik wisata, berdasarkan Riset Citra Pariwisata Indonesia (Survey On Indonesia’s
Tourism Image As Percieved By International Tourist 2003) yang dilakukan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia disimpulkan sebagai berikut: Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) merupakan daya tarik yang tidak pernah dilewatkan. Untuk aspek ini timbul empat kategori; •
ODTW keindahan alam
•
ODTW berupa peninggalan sejarah
•
ODTW yang masuk kategori budaya
•
ODTW yang diciptakan manusia.
Dari keempat jenis ODTW tersebut diatas, ternyata ODTW budaya dan keindahan alam dipersepsikan paling tinggi dengan angka penilaian dari penelitian yang dilakukan masing-masing 4,11 dan 4,02. Dengan skala 1 sampai 5 dan angka 4 dinilai positif, maka aspek ini berada pada posisi di atas nilai positif. Hal ini menunjukan bahwa daya tarik yang menyebabkan wisatawan mancanegara datang ke Indonesia adalah masih dan tetap karena keragaman seni dan budaya serta keindahan alam. (lihat tabel 1.) Tabel . Penilaian Wisman terhadap Objek dan Daya Tarik Wisata Indonesia Tahun 2003 (skala 1 = negatif, 2 = agak negatif, 3 = cukup, 4 = positif, 5 = sangat positif)
Persepsi No.
1. 2.
Elemen Pariwisata Keindahan Alam Peninggala n Sejarah
Sangat tdk menarik
Menarik/ tdk menarik
Tidak menarik
0,79
2,01
9,38
48,41
39,42
4,02
0,72
1,73
15,54
51,15
30,86
3,89
Menarik
Sangat menarik
Skala
3.
Budaya
0,59
1,26
8,32
47,50
42,33
4,11
4.
Karya Manusia
0,64
3,21
18,37
46,08
31,70
3,81
(Sumber: Data Lapangan, Penelitian Citra Pariwisata Indonesia, 2003) (Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya, 2006: 5)
Pariwisata Sebagai Sumber Devisa Negara Tabel . Ranking Devisa Terbesar 2007-2011 2007 N o
1
2
3 4 5
Jenis komodi tas Minyak & gas bumi Minyak kelapa sawit
2008 Nil ai (jut a US D) 22, 088 7,8 68
Jenis komo ditas Minyak & gas bumi Minyak kelapa sawit
2009
2010
2011
Nilai (juta USD )
Jenis komo ditas
Nila i (jut a US D)
29,1 26
Minyak & gas bumi
19, 018
Minyak & gas bumi
28,0 39
Minyak & gas bumi
41,4 77
12,3 75
Batuba ra
13, 817
Batuba ra
18,4 99
Batubar a
27,2 21
Karet olahan
6,1 79
Batuba ra
10,4 85
Pakaia n jadi Pariwis ata
5,7 12 5,3 45
Karet olahan Pariwi sata
7,34 7 7,34 7
Minyak kelapa sawit Pariwi sata Pakaia n jadi
10, 367 6,2 97 5,7 35
Jenis komod itas
Nilai (juta USD )
Jenis komodi tas
Nilai (juta USD )
Minyak kelapa sawit Karet olahan Pariwi sata
13,4 68 9,31 4 7,60 3
Minyak kelapa sawit Karet olahan Pariwis ata
(Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, 2013)
17,2 61 14,1 58 8,55 4
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian Sendratari Ramayana erat kaitannya dengan candi Prambanan, karena pertunjukan spektakuler yang sangat terkenal ini dipentaskan disana. Berikut penjelasan mengenai Candi Prambanan dan Panggung Terbuka Ramayana; 1. Candi Prambanan Mataram adalah sebuah kerajaan terbesar pada masa Jawa kuno yang muncul pertama kali di panggung sejarah pada abad ke 7. Dimana pada masa itu kerajaan mataram yang di perintah oleh Wangsa Sanjaya, bangsawan Hindu mendirikan kompleks candi. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa'). Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari "Para Brahman", yang merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para brahmana. Akibat letusan gunung Merapi pada tahun 1600, Candi Prambanan runtuh dan terkubur oleh debu dan material vulkanik dari letusan tersebut. Pada tahun 1733, reruntuhan candi pertama
kali ditemukan oleh Cornelius Antonius Lons, seorang berkebangsaan Belanda. (Sumber: PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko). Pemugaran dimulai sejak tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Upaya renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953. Kini, candi Prambanan termasuk dalam situs warisan dunia yang dilindungi oleh Unesco, status ini diberikan oleh UNESCO pada tahun 1991. Beberapa bagian candi, khususnya candi Siwa dengan kondisi kerusakan terparah untuk direnovasi akibat gempa Yogyakarta 2006 silam.
Gambar 1. Denah kompleks utama Candi Prambanan (Sumber: PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko)
Di halaman dalam kompleks candi ini terdapat 16 candi, candi utama disebut Trimurti (tiga wujud) yang dipersembahkan untuk tiga dewa Hindu tertinggi, yakni; Dewa Brahma Sang Pencipta, Wishnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang Pemusnah. Dalam serambi masing-masing candi tersebut terdapat reliefrelief naratif yang dipahat di dindingnya, yaitu kisah epos Ramayana yang terpahat di candi Siwa dan Brahma serta cerita epos dari kitab Mahabharata tentang Krishna di candi Wishnu. Untuk mengikuti kisah epos ini sesuai urutannya, pengunjung harus masuk ke lorong candi dan melakukan pradakshina yakni berputar mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Tiga candi yang berukuran lebih kecil di depan masing-masing candi Trimurti adalah candi Wahana persembahan untuk kendaraan para dewa, yakni: Sang lembu Nandi sebagai wahana Siwa yang juga simbolisasi transportasi darat; sang Angsa wahana Brahma simbolisasi transportasi air; dan sang Garuda wahana Wisnu simbolisasi transportasi udara. Di dalam kompleks candi Prambanan juga terdapat beberapa bangunan lain seperti Candi Sewu, Candi Lumbung, Candi Bubrah, Museum Arkeologi & Audio Visual dan Panggung Terbuka Ramayana, tempat dimana pertunjukan Sendratari Ramayana digelar setiap malam harinya selama bulan Mei-Oktober dengan latar belakang pemandangan megah nan indah tiga candi utama yang disinari cahaya lampu.
2. Sendratari Ramayana di Panggung Terbuka Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengawali menyajikan pertunjukan wisata sejak tahun 1961, ketika Departemen Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi, dan Pariwisata melaksanakan proyek besar, yaitu membangun sebuah panggung terbuka di depan Candi Prambanan dengan kapasitas kursi yang dapat menampung sekitar 2000 penonton. Panggung terbuka inilah yang sejak 1961 sampai pertengahan tahun 1980-an dipergunakan sebagai tempat pergelaran Sendratari Ramayana. Animo masyarakat dan wisatawan domestik hingga mancanegara sangat baik, kursi penonton pada seiap malam pertujukan selalu penuh namun pada akhirnya terjadi kemerosotan jumlah penonton setelah tahun 1965. Dari hari ke hari merosotnya jumlah penonton terus terjadi, maka dengan pertimbangan itu dibuatlah panggung terbuka lebih kecil yang memiliki kapasitas tempat duduk 1.000 buah. Yang terletak di sebelah barat candi Prambanan.
Gambar 2. Denah Kompleks Candi Prambanan. (Sumber: Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko)
Gambar 3. Pertunjukan Sendratari Ramayana di panggung terbuka Ramayana (Sumber dokumentasi
B. Hal-hal Lain Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Sendratari Ramayana, yaitu; 1. Sendratari Ramayana Sebagai Ikon Wisata Harapan besar akan keberhasilan karya Sendratari Ramayana sudah sejak awal ikut lahir dalam karya kreasi baru ini. Seperti bunyi dari sebuah prasasti yang ditulis tangan oleh Presiden pertama Indonesia, yakni Ir. Soekarno; “Ballet Ramayana adalah satu pertjobaan (good effort) untuk membawa seni-pentas Indonesia ke taraf jang lebih tinggi. –Soekarno 25/8/1961”. Pada tahun 2012, Sendratari Ramayana Prambanan berhasil mendapat penghargaan rekor dunia Guinness World Records sebagai pentas tari kolosal yang paling banyak melibatkan penari sekaligus paling lama dan rutin digelar yakni sejak tahun 1961 hingga 2012. (National Geographic Indonesia, 2012) Kini, apa yang dituliskan Presiden Soekarno terbukti benar. Bahwa seni pentas Ramayana telah diakui dunia Internasional keberadaannya, bahkan selama ini telah menjadi salah satu ikon wisata Indonesia khususnya Yogyakarta.
Gambar 4. Prasasti yang ditulis Presiden Soekarno kini terletak di dinding menuju pintu masuk utama Panggung Terbuka Ramayana. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
2. Relief Cerita Ramayana Dalam agama Hindu, Wisnu adalah dewa yang memelihara dan melangsungkan alam semesta. Sebagai penyelenggara dan pelindung dunia, dia digambarkan setiap saat siap untuk memberantas semua bahaya yang mengancam keselamatan dunia. Untuk keperluan ini, Wisnu turun ke dunia dalam bentuk penjelmaan (inkarnasi) yang sesuai dengan macamnya bahaya. Penjelmaan Wisnu itu disebut awatara. Mula-mula jumlah awatara banyak sekali, namun kemudian menjadi sepuluh. Awatara Wisnu
yang berhubungan dengan Ramayana adalah awatara ketujuh, yakni Rama-awatara (Soekmono, 1973). Kisah Ramayana ini berasal dari India, masuk dan menyebarnya agama Hindu ke Nusantara ini menjadi cikal bakal sejarah pewayangan Indonesia. Di Jawa dan Bali, Waracarita Ramayana diangkat sebagai pertunjukan kesenian. Beberapa babak atau adegan dari Waracarita Ramayana juga dituangkan dalam bentuk lukisan ataupun pahatan dalam arsitektur bernuansa Hindu. Seperti relief yang terdapat di candi Prambanan. Pada candi Prambanan, relief Ramayana dipahatkan pada pagar serambi bagian dalam candi Siwa dan candi Brahma. Relief tersebut terbagi dalam panel-panel, masing-masing duapuluh empat panel pada candi Siwa dan tigapuluh panel pada candi Brahma. Setiap panel dipisahkan oleh pahatan pilaster. Kadang-kadang sebuah panel memuat lebih dari satu adegan. Relief Ramayana menggambarkan bagaimana Sinta, istri Rama diculik oleh Rahwana serta sebagai simbol perjuangan antara kebaikan melawan kejahatan. Berdasarkan relief tersebut inilah alur cerita Sendratari Ramayana dibuat dan dipertunjukan hingga kini. Ramayana dari bahasa sansekerta, berasal dari kata Rama dan Ayana yang berarti “Perjalanan Rama”. Cerita ini ditulis oleh seorang bijak, yakni Walmiki. Berdasarkan relief naratif Ramayana yang dipahat di Candi Prambanan, maka dibuatlah alur cerita Sendratari Ramayana. Dengan demikian cerita yang dipentaskan oleh penari adalah murni
alur cerita yang juga dipahat di bangunan candi. Berikut adalah beberapa gambar relief yang memuat adegan waracarita Ramayana di dinding candi Siwa dan Brahma;
Gambar 5. Salah satu relief di candi Siwa yang menceritakan Rama, Sinta beserta Leksamana pergi menggunakan keretanya meninggalkan kerajaan Ayodya untuk diasingkan. Dalam pengasingan ini Rahwana mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Rama sehingga drama cerita penculikan Sinta bermula. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 6. Menceritakan kisah Rama, Sinta, dan Lakshmana di tengah hutan selama masa pengasingan. Di tengah hutan, Rama sering membantu para pertapa yang diganggu oleh para raksasa. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 7. Relief yang menggambarkan Rahwana Raja Alengka di sebelah kanan yang sedang memerintahkan bala tentaranya dari Kerajaan Alengka untuk menyerang Kerajaan Ayodya. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 8. Relief menggambarkan Jatayu di sebelah kiri, seekor burung yang sedang berusaha melepaskan Sinta dari lilitan ular saat disandera oleh Rahwana. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 9. Relief menggambarkan Indrajid, putra Rahwana menunggang kuda disisi kiri datang menyampaikan pesan Ayahnya untuk meminta Kumbakarna pergi berperang. Sementara dayang-dayang berusaha membangunkan Kumbakarna dengan menaruh banyak makanan di depannya agar ia bangun dari tidurnya. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 10. Kemenangan Ayodya ditandai dengan tewasnya Rahwana dan kembalinya Sinta kedalam pelukan Rama. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3. Pertunjukan Sendratari Ramayana di Panggung Terbuka Cerita Sendratari Ramayana yang lumayan panjang ini dibagi menjadi empat episode, yaitu: (1) Hilangnya Dewi Sinta; (2) Anoman sebagai Utusan; (3) Gugurnya Kumbakarna; (4) Sinta Obong atau Api Suci Dewi Sinta. Pertunjukan setiap malamnya berlangsung selama dua jam, dari jam 19.30 sampai 21.30. Selain itu juga dipertunjukan cerita penuh Sendratari Ramayana yang berlangsung selama dua jam. Pada bulan Mei hingga Oktober Pertunjukan Sendratari Ramayana dipentaskan di Panggung Terbuka, pada bulan Januari hingga Desember pertunjukan Sendratari Ramayana ini dipentaskan dalam Panggung Trimurti yang terletak tidak jauh dari lokasi Panggung Terbuka.
Tabel 3 Jadwal Pertunjukan Sendratari Ramayana di Taman Wisata Candi Prambanan Tahun 2013 Bulan Mei 2 Jun 1 Jul 2 Agt 1 Sep 3 Okt 1
4 4 4 3 5 3
Tanggal Pertunjukan 7 9 11 14 16 18 21 23 24 25 26 27 29 5 6 8 11 12 13 15 18 19 20 21 22 23 6 9 11 13 16 18 19 20 21 22 23 25 27 6 7 8 10 13 14 15 17 20 21 22 23 24 7 1012 14 17 19 20 21 22 23 24 26 28 5 8 10 12 15 17 18 19 20 21 22 24 26
30 24 25 26 27 29 30 25 26 27 28 29 31 29 31
(Sumber: PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko)
Meskipun masih berada satu kompleks dengan candi Prambanan namun untuk menyaksikan pertunjukan Sendratari Ramayana pengunjung harus membeli tiket terpisah di loket pembelian tiket Panggung Terbuka Ramayana. Harga tiket untuk menyaksikan Sendratari Ramayana di Panggung Terbuka beragam, sesuai dengan jenis kursinya. Untuk VIP kursi terletak lurus sejajar dengan panggung, harga tiketnya adalah Rp. 350.000; untuk kursi khusus, yang terletak di belakang kursi VIP harga tiketnya Rp. 200.000; untuk kursi kelas I, yang berada di sisi kanan dan kiri kursi VIP harga tiketnya Rp. 150.000; dan untuk kursi kelas II yang berada di sisi kanan dan kiri panggung harga tiketnya Rp. 100.000.
Gambar 11. Denah Panggung Terbuka Ramayana. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian studi lapangan yang telah penulis lakukan, timbul beberapa point masalah yang pada bab ini sudah dikelompokan menjadi lima sub bab. Penguraian masalahnya antara lain; 4.
Dampak Akulturasi Budaya Yang Terjadi Dalam Sendratari Ramayana
Dalam Sendratari Ramayana terdapat budaya India yang menjadi cikal bakal lahirnya Sendratari Ramayana di Pulau Jawa. Masuknya agama Hindu membuat budaya dari India terbawa masuk juga ke Nusantara. Lalu mulai mempengaruhi corak budaya, bentuk arsitektur bangunan, serta kesenian di Nusantara pada saat itu. Dari sini akulturasi mulai terjadi, pada Sendratari Ramayana akulturasi yang terjadi berdampak dalam kesenian. Di India, Ballet Ramayana juga dipertunjukan sebagai atraksi wisata. Gerak tari dari ballet di India dan di Indonesia sedikit berbeda, khususnya Sendratari Ramayana yang terdapat di Pulau Jawa. Seperti yang kita ketahui gerak tari-tarian Jawa Tengah memiliki karakter yang sangat lambat dan lembut. Seperti Tari Bedoya dan Serimpi yang biasanya dipertunjukan di Keraton, sebagai simbol penyambutan tamu-tamu Keraton. Gerak Sendratari Ramayana pada dasarnya sama dengan gerak ballet di India, namun gerak tari di India didominasi dengan gerak cepat. Di Bali Sendratari Ramayana lebih mirip dengan pertunjukan yang terdapat di India, namun dengan ciri khas tarian Bali yakni gerak
perputaran mata. Sedangkan di Jawa gerak tari juga hampir sama, namun geraknya jauh lebih lembut dan lambat sesuai dengan adaptasi dari ciri khas tarian di Jawa Tengah. Waracarita Ramayana di Indonesia terdapat antara lain di Bali, Jawa, bahkan Sumatera (R.M. Soedarsono: 1999). Disamping mengacu pada ballet di India dan juga Bali, Sendaratari Ramayana yang muncul di Pulau Jawa adalah juga merupakan campuran dari gerak tari Yogyakarta dan Surakarta. Karakterisasi Sendratari Ramayana Jawa bukan hanya terletak pada gerakan tarinya saja, tetapi juga tata busana, tata rias, bahkan juga pada iringan tarinya.
Gambar 12. Pemeran utama Ramayana Ballet oleh Shriram Bhartiya Kala Kendra dari Delhi pada 23 Sepember 2013 di Balairung Sapta Pesona KemenParKreaf, Jakarta. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Untuk pemilihan penari Sendratari Ramayana faktor tubuh serta wajah juga perlu diperhatikan. Demikian dengan peranan penting seperti Rama, Leksmana, Sinta, Rahwana. Sinta harus memiliki wajah yang cantik. Rama dan Leksmana harus berperawakan tegap, berpenampilan halus dan berparas cakap. Sementara Rahwana harus berperawakan tinggi, agak kekar, serta kokoh. Mengapa perlu sedemikian rupa diperhatikan? Karena dengan postur tubuh yang cocok, penampilan karakter yang dibawakan sangat mudah dikenal oleh para penonton. Pada Sendratari Ramayana versi Prambanan yang mulai muncul pada tahun 1961, karakterisasi gerak masih mengacu pada wayang wong gaya Surakarta, tetapi telah ada upaya penyederhanaan. Setelah Sendratari Ramayana versi Prambanan berkembang, para seniman dari Surakarta dan Yogyakarta masing-masing menginginkan adanya versi yang lebih murni gaya Yogyakarta dan yang lebih murni gaya Surakarta. Maka pada masa sekarang ini tedapat tiga versi Sendratari Ramayana yaitu versi Surakarta, versi Yogyakarta dan versi Prambanan. Ketiganya dapat diketahui perbedaannya berdasarkan atas garapan gerak, tata busana dan tata rias, serta iringan musiknya. Demikianlah budaya India yang masuk ke Indonesia tidak serta merta menghilangkan apa yang sudah menjadi karakter budaya Indonesia. Keberadaan dua budaya yang sudah terlanjur melekat dalam corak budaya Nusantara melebur lalu dapat dijadikan sebuah mahakarya. Hal ini menunjukan bahwa tidak selamanya proses akulturasi budaya atau percampuran budaya asing yang terjadi ke dalam negara itu
merupakan sebuah kesalahan. Apabila nilai-nilai kearifan local masih dapat dengan teguh kita pertahankan, maka akulturasi budaya juga dapat berdampak positif.
Gambar 13. Busana yang digunakan dalam Ramayana Ballet di India berupa gaun dan gerak tarinya ritmis dan cepat.( Sumber: Dokumentasi Pribadi )
Untuk pemilihan penari Sendratari Ramayana faktor tubuh serta wajah juga perlu diperhatikan. Demikian dengan peranan penting seperti Rama, Leksmana, Sinta, Rahwana. Sinta harus memiliki wajah yang cantik. Rama dan Leksmana harus berperawakan tegap, berpenampilan halus dan berparas cakap. Sementara Rahwana harus berperawakan tinggi, agak kekar, serta kokoh. Mengapa perlu sedemikian rupa diperhatikan? Karena dengan postur tubuh yang cocok, penampilan karakter yang dibawakan sangat mudah dikenal oleh para penonton.
Pada Sendratari Ramayana versi Prambanan yang mulai muncul pada tahun 1961, karakterisasi gerak masih mengacu pada wayang wong gaya Surakarta, tetapi telah ada upaya penyederhanaan. Setelah Sendratari Ramayana versi Prambanan berkembang, para seniman dari Surakarta dan Yogyakarta masing-masing menginginkan adanya versi yang lebih murni gaya Yogyakarta dan yang lebih murni gaya Surakarta. Maka pada masa sekarang ini tedapat tiga versi Sendratari Ramayana yaitu versi Surakarta, versi Yogyakarta dan versi Prambanan. Ketiganya dapat diketahui perbedaannya berdasarkan atas garapan gerak, tata busana dan tata rias, serta iringan musiknya. Demikianlah budaya India yang masuk ke Indonesia tidak serta merta menghilangkan apa yang sudah menjadi karakter budaya Indonesia. Keberadaan dua budaya yang sudah terlanjur melekat dalam corak budaya Nusantara melebur lalu dapat dijadikan sebuah mahakarya. Hal ini menunjukan bahwa tidak selamanya proses akulturasi budaya atau percampuran budaya asing yang terjadi ke dalam negara itu merupakan sebuah kesalahan. Apabila nilai-nilai kearifan local masih dapat dengan teguh kita pertahankan, maka akulturasi budaya juga dapat berdampak positif.
5. Sendratari Ramayana Di Taman Wisata Candi Prambanan Ini Harus Dipertahankan Keberadaan Sendratari Ramayana ini sudah menjadi ikon pariwisata Yogyakarta sejak tahun 1961. Meskipun animo masyarakat sempat menurun drastis di tahun 1965 namun akhirnya pertunjukan Sendratari Ramayana kembali bangkit. Salah satu usaha dalam membangkitkan kembali Sendratari adalah dengan melakukan promosi yang tidak hanya dilakukan di media cetak seperti pamflet dan spanduk, namun juga di website yang diceritakan dalam berbagai bahasa. Lalu dibuatlah calender of event. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya kunjungan wisatawan yang ingin menyaksikan Sendratari Ramayana. Keberadaannya hingga kini masih menyedot perhatian wisatawan, hal ini dibuktikan oleh semakin meningkatnya jumlah penonton Sendratari Ramayana dari tahun ke tahun. Selama tahun 2012 misalnya, jumlah penonton melonjak dan menjadi rekor dengan jumlah kunjungan tertinggi yaitu mencapai angka 28.175 (lihat Tabel 4). Hal ini menunjukan bahwa keberadaan Objek Daya Tarik Wisata Budaya adalah salah satu potensi yang dapat diandalkan di suatu Daerah Tujuan Wisata untuk menarik minat wisatawan domestik maupun wisatawan asing.
Di dalam wawancara singkat yang penulis lakukan setelah pertunjukan selesai, dengan Georgiana Yasumura dan kakak laki-lakinya Ken Yasumura (Mei 2013) yang mengatakan; “The ballet show was really interesting! I love the elaborate colors and designs. My favorite character was the white monkey, the expressions were really well done. I sure would recommend the ballet show to anyone. I’m glad I got to see it when I’m in Indonesia.” Wisatawan yang berasal dari Los Angeles, Amerika ini sengaja datang ke Prambanan untuk menyaksikan Sendratari Ramayana yang telah mereka ketahui sebelumnya dari beberapa website, seperti salah satunya TripAdvisor mereka jadikan referensi. Dimana dalam website tersebut terdapat banyak rekomendasi dari berbagai wisatawan dari seluruh dunia yang memberikan kesan terhadap Sendratari Ramayana. Maka sekali lagi, Sendratari Ramayana di Prambanan memang telah ramai diperbincangkan orang dari berbagai belahan dunia.
Disamping ini adalah kebudayaan yang dimiliki Indonesia, Sendratari Ramayana juga suatu harta yang tak ternilai harganya. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah sepatutnya kebanggaan itu melekat di lubuk hati setiap anak Indonesia. Sehingga mereka dapat ikut andil untuk mempertahankan kelestarian budaya Indonesia dan memperkenalkan identitas bangsa Indonesia di mata dunia. Yang menghawatirkan adalah apabila nilai-nilai cinta tanah air sudah mulai tergerus di jaman sekarang atau adanya kemungkinan generasi ini sudah tidak lagi ambil bagian untuk melestarikan budaya sebagai identitas bangsa. Seperti fenomena yang terjadi belakangan ini, ketika antusiasme remaja kini terlihat sangat berbeda. Antara melihat pertunjukan tradisional khas Indonesia atau dengan apabila menonton konser artis-artis K-POP dari Korea. Atau pada beberapa tahun lalu ketika almarhum Gesang meninggal dunia, ada sebuah media massa yang mewawancarai seorang gadis sehabis menonton acara musik pagi yang terkenal di salah satu stasiun televisi swasta. Reporter tersebut meminta gadis itu untuk memberikan kesan-kesannya terhadap karya almarhum, namun ia bahkan tidak mengetahui siapa itu Gesang, dan lagu apa itu Bengawan Solo. Inilah fakta yang terjadi di sekeliling kita, yang menjadikan hal ini sebagai salah satu alasan mengapa budaya bangsa harus dilestarikan. Seperti yang disampaikan oleh sejarawan Asep Kambali dalam seminar sejarah dalam rangka bulan ulang tahun Jakarta (2011)
“untuk menghancurkan identitas suatu bangsa, hanya butuh menghancurkan ingatan sejarah generasi mudanya”. Upaya pelestarian menjadi sebuah alasan yang sangat logis untuk mencegah hilangnya identitas bangsa. Ketika masuknya budaya asing tidak disertai dengan pengetahuan tentang budaya bangsa sendiri, atau mereka yang seharusnya melestarikan malah berubah melupakan. Upaya pelestarian bukan semata tugas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif namun juga seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan Sendratari Ramayana di Yogyakarta, dapat menjadi salah satu aset pariwisata yang dapat memperkenalkan kesenian serta budaya Indonesia kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. Sebagai ikon pariwisata, tentunya keberadaan pertunjukan Sendratari Ramayana ini disamping dapat menimbulkan dampak yang besar terhadap tingkat kunjungan wisatawan, juga sebagai salah satu ciri khas wisata budaya yang terdapat di Yogyakarta khususnya Prambanan. 6. Peran Masyarakat Yogyakarta Terhadap Pementasan Sendratari
Ramayana
Masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta terkenal dengan keramahannya dalam membantu wisatawan untuk menemukan suatu objek wisata. Disamping itu peta wisata Yogyakarta sebagai alat informasi dengan mudah dapat di temukan dimana-mana. Peta wisata Yogyakarta ini dapat ditemukan di pertokoan souvenir di seluruh Yogyakarta, halte bis TransJogja, stasiun, tourist information centre, di beberapa Objek Daya Tarik Wisata, dll. Dengan kata lain selain mereka
yang bergerak dibidang pariwisata, hampir seluruh masyarakat Yogyakarta ikut andil. Dengan mengetahui dimana pertunjukan Ramayana berlangsung, hal ini dapat sangat membantu memudahkan wisatawan untuk menemukan ikon-ikon wisata di Yogyakarta. Ada pula masyarakat Yogyakarta yang terjun langsung dalam pelestarian, seperti pada masa dahulu para penari Sendratari Ramayana hanya boleh diperankan oleh para kerabat keraton Yogyakarta dan Surakarta. Namun karena terletak di Prambanan dan seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat di sekitar Prambanan mulai diperbolehkan untuk ikut bermain dalam pentas Sendratari Ramayana. Kini, tidak hanya masyarakat Prambanan namun masyarakat dari berbagai macam daerahdi Yogyakarta dapat ikut bergabung dalam sanggar tari yang mengisi pentas Sendratari Ramayana. Inilah bukti bahwa sesungguhnya animo masyarakat setempat masih sangat baik, terbukti hingga kini ratusan penari masih ikut bergabung dalam pementasan Sendratari Ramayana. Regenerasi juga terus terjadi, sehingga beberapa pemuda bahkan anak-anak juga ikut menari dalam pentas untuk melestarikan dan memperkenalkan salah satu warisan budaya Jawa ini kepada dunia. 7. Perhatian Dari Pemerintah Daerah Khususnya Pengelola
Terhadap Pelaku Seni/Penari Dalam Lakon Sendratari Ramayana Dalam pementasan Ramayana terdapat empat sanggar tari yang ikut meramaikan pentas Sendratari Ramayana, salah satunya adalah Yayasan Rara Jonggrang. Dan sejak 1961 hingga kini masih
menjadi salah satu sanggar tari yang mementaskan Sendratari Ramayana. Keberadaan para lakon dalam pementasan ini dari penari hingga sinden dan pemain karawitan sangat penting. Namun apresiasi terhadap mereka terlihat kurang dari Pemerintah setempat atau Pengelola. Raka (10 tahun) dan Indra (13 tahun) penari cilik dalam pementasan Sendratari Ramayana ini selalu menyempatkan waktu di sore hari untuk berlatih menari di Kecamatan Prambanan dua kali seminggu. Untuk menjadi penari di dalam pemantasan Sendratari Ramayana ini juga harus melewati seleksi yang diadakan oleh masingmasing sanggar. Raka dan Indra yang sejak awal memasuki sekolah dasar hingga kini berlatih menari di Yayasan Rara Jonggrang mengemukakan bahwa, selama ini ia menerima sejumlah uang bayaran per satu kali pementasan sebesar limabelas hingga tujuhbelas ribu rupiah. Menurut mereka belum ada pihak dari Pemerintah yang memberikan beasiswa kepada para penari. Sementara Pak Tukiman seorang penari maestro yang menari sejak awal Sendratari Ramayana muncul pada tahun 1961, mengamukakan bahwa regenerasi penari Ramayana masih terus berlangsung hingga kini. Berbagai macam usia dari anak-anak hingga remaja ikut bergabung dalam sanggar untuk tetap melestarikan Sendratari Ramayana. Baginya menari dan menjadi pelaku seni dalam pementasan Sendratari Ramayana adalah hobi sekaligus upayanya untuk melestarikan budaya. Menjadi pelaku seni bukanlah mata pencaharian utama para penari Sendratari Ramayana, Banyak penari yang masih duduk di
bangku sekolah hingga kuliah. Juga seperti penari senior misalnya yang memiliki pekerjaan diluar menari ada yang menjadi pemandu di Candi Prambanan, pengusaha, pegawai swasta, dll. Kebanyakan para pelaku seni mengaku apa yang mereka persembahkan kepada penonton adalah sebuah hobi dan kemauan yang timbul dari dalam diri sendiri untuk melestarikan budaya. Pada 15 Oktober 2012, penghargaan dari Guinness World Records sebagai pentas tari kolosal yang paling banyak melibatkan penari sekaligus paling lama dan rutin digelar sejak tahun 1961 hingga 2012 diberikan kepada PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko. Pembina Sendratari Ramayana Prambanan Prof. Timbul Haryono mengatakan, hal ini menjadi pendorong bagi dirinya dan seniman untuk terus menjaga kualitas dan eksistensi dalam melestarikan sendratari Ramayana. “Ini menjadi cambuk untuk meningkatkan kualitas ke depan agar Sendratari Ramayana tetap eksis. Semoga hal ini bisa memicu dan memacu para generasi muda untuk lebih mencintai budaya bangsa”. Semestinya Pemerintah juga memberikan apresiasi lebih terhadap mereka para pelaku seni yang ikut memberikan kontribusinya. Sebab keberadaan mereka sangatlah penting demi keberlangsungan serta pelestarian Sendratari Ramayana sebagai salah satu kebudayaan yang menggambarkan kekayaan Indonesia.
8. Upaya Pihak Pengelola Dalam Mengemas Atraksi Yang Merupakan Salah Satu Ikon Wisata Di Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam hal ini upaya pemerintah untuk mempromosikan Sendratari Ramayana sudah baik, namun ada beberapa yang kiranya masih kurang diperhatikan. Sehingga upaya Pengelola dalam mempertahankan eksistensi Sendratari Ramayana terkesan belum maksimal. Seperti antara lain; 1. Meningkatkan Animo Wisatawan. Setelah melewati loket terdapat saung dimana pemain gamelan dan sinden memainkan musik untuk menyambut wisatawan. Disediakan juga sesi foto bersama dengan ikon pemeran utama Sendratari Ramayana. Disini yang dilakukan para ikon hanyalah berdiri dan melayani sesi foto. Pada saat penulis mewawancarai para ikon, mereka mengemukakan bahwa mereka juga adalah penari-penari yang mementaskan Sendratari Ramayana. Mereka berasal dari sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa di beberapa Universitas terkenal di Yogyakarta. Perwakilan dari Universitas tersebut menjadi penari dalam pementasan Sendratari Ramayana. Dalam hal ini, akan lebih menarik jika Pengelola mengadakan sesi kursus singkat bagi wisatawan. Sangat disayangkan karena para ikon Sendratari Ramayana ini hanya berdiri diam atau berpose pada saat diminta berfoto dengan wisatawan sambil diiringi alunan musik gamelan.
Gambar 14. Pemain Gamelan dan sinden sebagai penyambut para wisatawan yang datang. (Sumber: Dokumentasi pribadi
G ambar 15. Para ikon dalam sesi foto bersama dengan wisatawan di depan pintu masuk. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Akan lebih menarik jika para ikon menari dan pihak Pengelola menyiapkan beberapa selendang untuk dipinjamkan kepada wisatawan sehingga wisatawan dapat ikut menari sehingga terjadi kelas singkat menari disana. Karena sesungguhnya di akhir pementasan Sendratari Ramayana pun juga terdapat sesi foto
bersama dengan para penari diatas panggung. Sehingga yang terjadi sekarang ini, terdapat dua kali sesi foto yang sengaja disediakan oleh pengelola. Demikian tujuannya adalah agar wisatawan dapat lebih mengenal tari-tarian Jawa khususnya Sendratari Ramayana. Sehingga dengan terlibat langsung dalam pengenalan awal tari ini akan memberikan kesan tersendiri di hati wisatawan dan kecintaan terhadap budaya Indonesia. 2. Sendratari Ramayana tidak dipertunjukan setiap hari. Untuk pertunjukan Sendratari Ramayana di Panggung Trimurti pada bulan November-April biasanya dipertunjukan setiap hari. Namun untuk pertunjukan Sendratari Ramayana di panggung terbuka Pengelola telah menentukan jadwal berlangsungnya pertunjukan selama periode berlangsung. Seperti yang telah penulis kemukakan di bab sebelumnya bahwa pertunjukan di Panggung terbuka tidak dilaksanakan setiap hari. Sependapat dengan Pak Sumantri selaku Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Yogyakarta Sub Prambanan yang mengemukakan bahwa, upaya Pengelola terhadap pementasan Sendratari Ramayana terlihat belum maksimal. Salah satu faktor yang paling mencolok adalah pementasannya yang tidak dilakukan setiap hari. Mengapa demikian, pertunjukan Sendratari Ramayana di panggung terbuka tidak hanya ditonton oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, tetapi juga wisatawan dari berbagai belahan dunia.
Jika informasi yang dibutuhkan wisatawan tidak tersampaikan dengan baik, maka sering terjadi wisatawan datang ke Candi Prambanan pada ketika di hari pertunjukan Sendratari Ramayana tidak dipentaskan, sangat disayangkan jika hal seperti ini terjadi. Wisatawan kecewa karena harus mengatur jadwal ulang jika tetap ingin menonton, atau bahkan dapat mengurungkan niat untuk menyaksikan Sendratari Ramayana. Berbeda dengan pertunjukan di Saung Angklung Udjo Bandung serta Barong atau Kecak di Bali, pertunjukan tersebut di pentaskan setiap hari dan pada waktu yang juga telah di tentukan. Sehingga hal ini tidak terlalu membingungkan wisatawan yang hendak menonton. Dengan kondisi seperti ini, informasi mengenai jadwal pertunjukan Sendratari Ramayana harus dapat disampaikan dengan jelas dan disebar di beberapa tempat penting yang mudah dijangkau wisatawan sehingga mereka dengan mudah mengetahui informasi tersebut. Misalnya pamflet pertunjukan Sendratari Ramayana disebar di berbagai tempat strategis tidak hanya di Bandar udara dan kantor Biro Perjalanan Wisata, tetapi juga Halte bis, Stasiun Kereta, Hotel, Rumah Makan dan Objek Daya Tarik Wisata. 3. Informasi dalam Pamflet Sendratari Ramayana yang kurang jelas. Sebagai sarana promosi, Pengelola juga menyediakan brosur serta pamflet yang disebar di pintu masuk Candi dan di tempat strategis seperti airport, stasiun dan kantor Biro Perjalanan Wisata.
Namun, untuk memudahkan wisatawan dalam menemukan lokasi Panggung Terbuka dimana Sendratari Ramayana dipentaskan, ada baiknya jika di dalam pamflet juga ditambahkan peta lokasi dimana pertunjukan diadakan, karena pamflet yang dicetak oleh pengelola hanya berisi sinopsis cerita Ramayana dan Jadwal Pertunjukan di panggung terbuka. Mengingat letak lokasi Panggung Terbuka Ramayana cukup jauh yakni 1 km dari lokasi candi. 4. Souvenir hanya tersedia untuk tamu VIP Pada sebuah pertunjukan seni budaya, untuk lebih memperkenalkan penonton dengan budaya yang berkaitan serta memberikan kesan yang mendalam terhadap apresiasi penonton, biasanya souvenir diberikan secara cuma-cuma kepada wisatawan yang datang. Souvenir yang diberikan cuma-cuma tidak harus mewah dan mahal, yang terpenting adalah memberikan kesan terhadap wisatawan yang menyaksikan pertunjukan. Namun pada pertunjukan Sendratari Ramayana di Yogyakarta, souvenir yang diberikan cuma-cuma hanya untuk para tamu VIP. Bagi penonton yang membeli tiket kelas I atau kelas II tidak mendapatkan souvenir. Apabila Pengelola menyediakan souvenir kepada seluruh penonton yang datang, seharusnya hal ini dapat menjadi suatu lahan yang membuka kesempatan untuk masyarakat setempat sebagai peluang ekonomi dalam membuat souveir sederhana. Selain itu, tentunya akan menjadi penting dan membantu pemasaran pihak Pengelola. Sebab penyampaian
pesan dari pemberian souvenir meskipun sederhana adalah memberikan kesan kepada penonton dan sebagai ajang promosi.
Gambar 16. Souvenir untuk tamu VIP sebuah pajangan bergambar wayang Rama & Shinta (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pengelola juga meberikan kudapan secara gratis untuk penonton yang membeli tiket VIP, hal ini baik sebab dapat menambah pendapatan masyarakat sekitar yang menjadi koki untuk membuat kudapan ini. Sementara satu-satunya toko souvenir yang terdapat di area panggung terbuka Ramayana juga kurang sentuhan sehingga kurang menarik dan membuat wisatawan tak tertarik untuk melihat apa yang dijual disana.
Akan lebih menarik jika pada toko souvenir yang tersedia di area panggung terbuka terdapat plang (papan informasi) di atas saungnya, sehingga dapat memberikan keterangan kepada wisatawan bahwa disana adalah tempat menjual berbagai macam souvenir serta kerajinan tangan khas Yogyakarta.
Gambar 17. Welcome drink dan snack untuk tamu VIP (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 18. Toko Souvenir di area Panggung Terbuka Ramayana (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PENUTUP Kesimpulan Upaya mempertahankan eksistensi Sendratari Ramayana yang sempat merosot pada tahun 1965, tetap terus dilakukan hingga kini. Dari mulai upaya promosi besar-besaran, regenerasi penari, hingga melaksanakan festival Sendratari Ramayana. Dari sini terungkap bahwa keberadaan seni budaya menjadi suatu hal yang tak kalah penting untuk tetap bisa menjadi suatu ikon sebagai identitas bangsa Indonesia. Mempertahankan Sendratari Ramayana selain untuk melestarikan salah satu kekayaan budaya bangsa juga sebagai suatu upaya untuk membangun dalam sektor ekonomi di Indonesia khususnya di Yogyakarta. Keberadaan Sendratari Ramayana dapat sangat membantu perekonomian warga setempat yang terlibat langsung maupun tidak. Multiplier effect sudah pasti terjadi disana, dampak ekonomi akan dirasakan oleh masyarakat mulai dari penari, pembuat souvenir, pemilik cafe atau restoran penjual makanan dan minuman, penjual souvenir, transportasi, dll. Dalam pembuatan souvenir sederhana misalnya, hal ini dapat melibatkan masyarakat setempat, membuat lapangan pekerjaan baru serta mewujudkan masyarakat dengan ekonomi kreatif. Dengan kata lain perputaran ekonomi di sekitar Prambanan dapat menjadi lebih baik.
Saran Hal –hal yang telah penulis rumuskan di bab sebelumnya diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah atau pun pengelola untuk lebih serius dalam upaya mempertahankan aset kebudayaan ini. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan maka berikut beberapa saran yang kiranya dapat menjadi pertimbangan bagi kita semua untuk mempertahankan eksistensi Sendratari Ramayana yaitu; •
Diadakan kelas menari bagi wisatawan sehingga akan sangat baik dampaknya untuk dapat memperkenalkan tari Jawa kepada mereka.
•
Pada tahun 2012 telah sukses diadakan festival Sendratari Ramayana, hendaknya festival tersebut dapat rutin dilaksanakan. Sebagai upaya peningkatkan program pengembangan kehidupan bangsa di bidang kesenian oleh Pemerintah.
•
Promosi yang dilakukan tidak hanya di seputar kota Yogyakarta, tetapi gaungnya juga sampai di kota-kota besar lainnya di Indonesia.
•
Pertunjukan Sendratari dipentaskan setiap hari di Panggung Terbuka Ramayana selama periode bulan Mei hingga Oktober.
•
Diharapkan pihak pengelola menyediakan souvenir sederhana yang dibuat oleh masyarakat setempat, untuk seluruh penonton Sendratari. Sehingga juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
•
Pengelola agar memperhatikan segala aspek dalam mengemas pertunjukan Sendratari Ramayana agar lebih menarik dan terkonsep dengan baik. Sehingga pertunjukan Sendratari yang dipentaskan terlihat tertata dengan baik dan profesional.
DAFTAR PUSTAKA Ding, Peiyi and John Pilgram. Environmental Audit: An Emerging Concept In Sustainable Tourism Development. Queensland: The Department of Tourism James Cook University, 1995. Inskeep, Edward. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development Approach. USA: Van Nostrand Reinhold, 1991. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, Rineka Cipta, 2009. Goldman, Robert P. The Ramayana of Valmiki: An Epic of Ancient India. Princeton University Press, 1999. Pendit, S. Nyoman. Ramayana. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009. Poerwanto. Perencanaan Stratejik Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan. Jember: Universitas Jember, 1998. Permas, Achsan, et alii. Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan. Jakarta: PPM, 2003. Soedarsono, R.M. Seni Pertunjukan Indonesia Dan Pariwisata. Bandung: art.line, 1999. Soekmono. Pengantar Sejarah Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius, 2009. Sudjarwo, Heru., et al. Rupa & Karakter Wayang Purwa. Jakarta: Kakilangit Kencana, 2010. Susetya, Wawan. Ramayana. Yogyakarta: Narasi, 2008.
Oka A. Yoeti, et alii. Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya. Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.