SKRIPSI
ANALISIS PELAKSANAAN TEKNIK JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DALAM IDENTIFIKASI BAHAYA DI TEMPAT KERJA PADA TERMINAL Y PT X DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2012
Oleh: Annisa Andita Said 108101000027
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M 1434 H
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Januari 2013 Annisa Andita Said, NIM : 108101000027
Analisis Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya Di Tempat Kerja Pada Terminal Y PT X Di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur Tahun 2012 xx + 128 halaman, 2 tabel, 1 gambar, 1 bagan, 7 lampiran
ABSTRAK
Terminal Y merupakan salah satu area produksi bagian Utara dari PT X. Berdasarkan jenis pekerjaan, peralatan yang digunakan dan karakteristik lingkungannya PT X memiliki 10 potensi bahaya utama yang dapat terjadi di tempat kerjanya. Berdasarkan data statistik insiden yang dimiliki PT X, 86% kecelakaan kerja disebabkan karena kesalahan proses dan ketidakpatuhan dalam implementasi JSA pada pekerjaan yang rutin dan sering dimonitor. Selain itu juga berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, implementasi JSA yang dilakukan di Terminal Y masih kurang maksimal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu pengamatan lapangan, wawancara mendalam dan analisis dokumen. Data dianalisis berdasarkan teori input-proses-output-feedback. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sumber daya manusia, metode dan fasilitas masih belum mendukung pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya. Sehingga pelaksanaan JSA belum maksimal dan mengakibatkan potensi bahaya yang ada belum teridentifikasi dengan baik. Adapun Feedback dapat berupa masukan yang disampaikan secara langsung kepada pekerja yang melakukan identifikasi bahaya. Saran dari penelitian ini adalah sebaiknya JSA dibuat oleh HES, melakukan monitoring berkala setiap minggunya, memberikan modul terkait program JSA kepada semua pekerja, memberikan pelatihan terkait program yang diberlakukan secara berulang sebulan sekali dan sebaiknya Tim Leader membantu HES untuk memonitoring dan mensosialisasikan program identifikasi bahaya kepada pekerja di bagiannya masingmasing. Daftar Bacaan : 42 (1997-2012)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH MAJOR OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY Thesis, January 2013 Annisa Andita Said, NIM : 108101000027
Analysis Implementation Job Safety Analysis Technique (JSA) With Identification Hazard in The Workplace at Terminal Y PT X in Kutai Kartanegara East Kalimantan in 2012 xx + 128 pages, 2 tables, 1 figure, 1 chart, 7 attachments
ABSTRACT Terminal Y is one of north areas production PT X. Based on type of work, the equipment used and the characteristics environment, PT X has 10 major potential hazard that may occur in the workplace. Based on statistical data incident by PT X, 86% of work accidents caused due to an error in the process of implementation and observance of the JSA in the work routine and are often monitored. In addition, on the basis of a preliminary study that has been made, implementation of the JSA conducted at Terminal Y is still insufficient. This research is qualitative research. The techniques used in the collection of data that the field observations, in-depth interviews and document analysis. The Data are analyzed based on the theory of input-process-output-feedback. Based on the research known that human resources, method and facilities still not supporting the technique Job Safety Analysis (JSA) in identification hazard. So the JSA cannot identified the hazard properly. Feedback that is given in the form of the input that delivered directly to worker who performs identification hazard. Advice of this research is should JSA made by HES, monitoring regularly in every week, give module related the JSA program to all workers, provide training related program that implemented in recurring once a month and should team leader help HES to monitor and socialize program identification hazard to workers in their portion. Reading list : 42 (1997 – 2012)
CURRICULUM VITAE
I. PERSONAL DETAILS Name
: Annisa Andita Said, SKM
Place/Date of birth
: Jakarta/July, 20th 1990
Address
: Jl. Garuda kav. 1754 Bukit Nusa Indah Ciputat
Mobile
: 085282718994
Email
:
[email protected]
II. EDUCATION DETAILS 1. 1996 – 2001 SD Islam As-Shofa, Pekanbaru 2. 2001 – 2002 SD Islam Al-Falaah, Jakarta 3. 2002 – 2005 Darul Marhamah Islamic Boarding School, Bogor 4. 2005 – 2008 MAN 4 Model, Jakarta 5. 2008 – 2013 Public Health Islamic State University (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta III. ORGANIZATION 1. 2003 – 2004 Staff Safety Department OSIS Darul Marhamah Islamic Boarding School 2. 2010 – 2011Staff Student affair, Public Health Student Organization Islamic State University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
IV. TRAINING AND JOB EXPERIENCES 1. February 2010 Seminar Ikatan Ahli Keselamatan Kerja Indonesia (IAKKI) Dalam Rangka Bulan K3 Nasional Tahun 2010 2. January 2011 Seminar Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja “Sudah Amankah Anda Berkendara?” 3. December 2011 Visited to Pertamina UP-VI Balongan 4. January 2012 Panitia Seminar Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja “Stand Up for Safety Electrical” 5. February - March 2012 On the job training at PT. Chevron Pacific Indonesia Riau 6. May – July 2012 On the job training at Chevron Indonesia Company Balikpapan
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS.2:216)
SKRIPSI ini KU persembahkan untuk KALIAN yang SPECIAL banyak hal yang dapat ku ambil dari perjalanan menulis tulisan ini semoga KEKUATAN dan INSPIRASI yang sama juga akan dirasakan saat membaca tulisan singkat ini
~ TERIMA KASIH ~
iv
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjat kehadirat Allah SWT yang selalu senantiasa memberikan rahmat serta nikmat-Nya atas segala keberanian, kelancaran, kekuatan, kesabaran dan segala ketenangan yang Engkau berikan. Terimakasih Rabb atas kasih sayang-Mu yang selalu terpacarkan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya Di Tempat Kerja Pada Terminal Y PT X Di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur Tahun 2012” ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam Rasulullah SAW beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang telah membawa umatnya menuju pintu pencerahan dan peradaban serta jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Penulis ingin menyampaikan secara khusus ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Ayahanda Rudy Ananda Said yang telah menjadi Kekuatan dan Inspirasi bagi penulis serta Ibunda Tersayang Primaya Diah Lina atas segala dukungan dan doanya yang tiada henti dan selalu dipanjatkan kepada Allah SWT untuk keberhasilan penulis dalam menjalani kehidupan ini. Penyelesaian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari bantuan, bimbingan, motivasi dan semangat serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
v
1. Adik-adikku tercinta Isra Febiastri Said, Umar Abdulrahim Said dan Kholid Abdulrahman Said, terima kasih telah memberikan senyuman dan canda tawa, hingga membuat penulis terus bersemangat mencapai masa depan yang cerah. Kakak-kakakku yang baik Mas Aditya Pradana, Mas Indra Aditya Renaldy, Mas Juanda Satriawan, Mas Raja Satria, Mbak Nur Efni, Kak Dewi Yan Putri, Kak Refki Juliasty dan Kak Mellysa Putri Neldi, terimakasih atas dukungan, bantuan, kasih sayang, dan ketegasan yang diberikan selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan limpahan rezeki dan kasih sayangnya kepada kita. 2. Sahabat dan saudaraku Siti Farhatun yang selalu mendukung, memotivasi, memberi masukan, yang selalu menemani saat tersenyum, tertawa, sedih, gelisah dan marah mulai dari awal masuk Program Studi Kesehatan Masyarakat sampai dengan sekarang. 3. Ibu Febrianti, SP, M.Si selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku penguji sidang skripsi dan wakil ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM dan Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, M.MA selaku dosen pembimbing yang senantiasa membantu dan membimbing penulis selama penyusunan skripsi. 5. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan nasehat, dukungan, dan doa yang diberikan.
vi
6. Seluruh dosen dan staf PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis dan para mahasiswa umumnya. 7. Bapak Suparno yang telah membukakan jalan bagi saya untuk menyelesaikan skripsi dan penelitian di perusahaan. 8. Bapak Henry Sutanto, Ibu Martha Niati Kombolangi dan Pak Destri Harnowo yang telah memberikan saya kesempatan untuk melakukan penelitian, memberikan dorongan dan kekuatan untuk terus maju menyelesaikan skripsi. Terimakasih telah memotivasi saya, dan terus membimbing saya dari awal penelitian hingga selesai. 9. Pak Iman Sudirman, Pak Girwo, Mas Endra Heri, Mas Dian Sumantri, Pak Denny, Pak Inok Sutrisno dan Mbak Siti Hikmah yang selalu memberikan dukungan dan wawasan baru bagi saya selama proses penelitian di lapangan. 10. Seluruh Keluargaku di lokasi kerja (Process Plant, Maintenance, Lex Plant, Laboratorium, Facility Management, Constraction) yang sangat membantu saya dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. 11. Bapak Ghozali yang selalu memberikan informasi dan membuatkan surat-surat yang saya butuhkan untuk penyelesaian skripsi. 12. Sahabat-sahabat K3 dan Gizi yang senantiasa memberikan informasi, motivasi, dan bantuannya selama proses pengerjaan skripsi. Terimakasih untuk Sekar Asih Rengganis, Shella Monica, Tetik Wulandari, Titi Rahmadany, Irfan Nur Hidayat, Widayu Rahmidha Noer yang sangat memotivasi hingga skripsi ini dapat diselesaikan meskipun banyak air mata dan rintangan.
vii
13. Adik-adik kelas Najla, Indah, Fitri, Ubay, Richo, Prima, Ajis dan adik-adik lainnya atas doa yang kalian berikan. Senang sekalibisa mengenal dan berbagi ilmu baik secara akdemik maupun organisasi bersama kalian. 14. Teman-temanku Thezard Franciskus, Rizfi Faris Pari, Yuki Desi Andini, Intanasa Nurdenti, Umaira Nisa, Harry Guswanto, Wahyuda, Ilma Nafiani, Aldinal, Mas Thalut yang telah menemani proses penelitian yang saya lakukan selama di Balikpapan. Terimakasih atas dukungan yang diberikan dalam segala hal selama berada di Kalimantan.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin. Terakhir kiranya penyusun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Jakarta, Januari 2013
Annisa Andita Said
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………………….i ABSTRAK
……………………………………………………………………….…...ii
ABSTRACT …………………………………………………………………………...iii PERNYATAAN PERSETUJUAN
…………………………………………………...iv
LEMBAR PENGESAHAN ……………… …………………………………………....v CURRICULUM VITAE
…………………………………………………………...vi ………………………………………………….viii
LEMBAR PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR
…………………………………………………………...ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................xiii DAFTAR TABEL
…………………………………………………………............xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................xviii DAFTAR BAGAN
………………………………………………………………….xix
DAFTAR LAMPIRAN
…………………………………………………………..xx
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………........1 1.1 Latar belakang ………………………………………………………........1 ……………………………………….…...7
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Pertanyaan Penelitian ………………………………………….………...8 1.4 Tujuan Penelitian
…………………………………………….……...9
1.4.1 Tujuan Umum ………………………………………….…….…..9 1.4.2 Tujuan Khusus 1.5 Manfaat Penelitian
…………………………………….……...9
…………………………………………….…….10
ii
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti …………………………………….…….10 ……………………………….….10
1.5.2 Manfaat Bagi Institusi
1.5.3 Manfaat Bagi Perusahaan dan Bussiness Project 1.6 Ruang Lingkup
……….….10
…………………………………………….…….10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
…………………………………………………..12
2.1 Identifikasi Bahaya
…………………………………………………..12
2.1.1 Tujuan Identifikasi Bahaya
……………………………..........15
2.1.2 Teknik Identifikasi Bahaya
………………………………..…16
2.2 Analisis Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis) 2.2.1 Pelaksanaan Job Safety Analysis 2.3 Teori Pendekatan Sistem
……………….….19
…………………………..21
………………………………………..…28
2.4 Kerangka Teori …………………………………………………………..32 BAB III. KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH 3.1 Kerangka Berpikir
…………………..33
…………………………………………………..33
3.2 Definisi Istilah ………………………………………………………….35 BAB IV. METODE PENELITIAN …………………………………………………..39 4.1 Jenis Penelitian
…………………………………………………..39
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………..39 4.3 Informan
…………………………………………………………..40
4.4 Instrumen Penelitian…………………………………………………….41 4.5 Sumber Data …………………………………………………………..42 4.6 Pengumpulan Data
…………………………………………………..43
4.7 Analisis Data …………………………………………………………..45
iii
4.8 Keabsahan Data
…………………………………………………..47
4.9 Penyajian Data
…………………………………………………..53
BAB V. HASIL PENELITIAN
…………………………………………………..54
5.1 Gambaran Umum PT X 5.1.1 Profil PT X
…………………………………………..54
…………………………………………………..54
5.1.2 Visi dan Misi PT X
…………………………………………..55
5.1.3 Dasar-Dasar Praktek Kerja Aman 5.2 Hasil Penelitian
…………………………..56
…………………………………………………..59
5.2.1 Karakteristik Informan Penelitian
…………………………..59
5.2.2 Gambaran Input Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya di Terminal Y PT X
…………..62
5.2.3 Gambaran Proses Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya di Terminal Y PT X
…………..79
5.2.4 Gambaran Output Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya di Terminal Y PT X
...………...91
5.2.5 Gambaran Feedbak Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya di Terminal Y PT X BAB VI. PEMBAHASAN
…..94
……………………………………………………........96
6.1 Keterbatasan Penelitian
…………………………………............96
6.2 Gambaran Input Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya di Terminal Y PT X
…………………………96
6.3 Gambaran Proses Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya di Terminal Y PT X
…………………..……..108
iv
6.4 Gambaran Output Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya di Terminal Y PT X
...……………………….117
6.5 Gambaran Feedback Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) Dalam Identifikasi Bahaya di Terminal Y PT X BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan
...……………….119
……………………………………........122
……………………………………………………........122
7.2 Saran ……………………………………………………………........122 DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………........124
LAMPIRAN ……………………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul Tabel
Halaman
Tabel 4.1
Tabel Triangulasi Data
50
Tabel 5.1
Matrix Informan
61
ii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Gambar 2.1
Judul Gambar Contoh Form Job Safety Analysis
Halaman 23
iii
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Bagan 2.1
Judul Bagan Model Sistem Azrul Azwar
Halaman 28
iv
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
Judul Lampiran
Lampiran 1
Surat Panggilan Tugas Akhir dari Perusahaan
Lampiran 2
Lembar Pengesahan dan Sertifikat Tugas Akhir dari Perusahaan
Lampiran 3
SOP Kualifikasi (JSA) Lex Plant
Lampiran 4
SOP Kualifikasi (JSA) Maintenance
Lampiran 5
Informed Consent
Lampiran 6
Lembar Observasi, Pedoman Wawancara Mendalam dan Lembar Analisis Dokumen
Lampiran 7
Matriks Observasi, Wawancara Mendalam dan Analisis Dokumen
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan perusahaan Minyak Bumi dan Gas (MIGAS) sangat besar di Indonesia. Potensi sumber daya minyak bumi dan gas tersebut merupakan faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan negara Indonesia (Ramli, 2010). Perkembangan teknologi dan inovasi dalam sektor migas sangat cepat, sehingga risiko pada pekerjaan operasi MIGAS cukup tinggi, terutama risiko yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Banyaknya hazard yang berada di lingkungan kerja migas akan berdistribusi menyebabkan kecelakaan. Hal ini mengarah kepada prinsip bahwa hazard adalah pelopor untuk terjadinya sebuah kecelakaan (Ericson, 2005). Adapun risiko-risiko yang mungkin dihadapi industri MIGAS diantaranya adalah blowout yang disebabkan oleh major peril (Fire, Lightning, Explosion) dan kesalahan manusia (human error), construction defect, design defect, subsidence, yang dihadapi selama periode konstruksi, serta tabrakan, kandas, tenggelam yang disebabkan oleh marine peril, proses dengan karakter tekanan dan suhu tinggi, keberadaan alat-alat berat dengan moving parts, keberadaan zat-zat kimia yang mudah terbakar bahkan eksplosif, tingkat racun yang tinggi serta berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Dewayanto, 2004). Tahun 2010 berdasarkan data dari Kementrian ESDM, terdapat beberapa kasus kecelakaan pada industri MIGAS di Indonesia, diantaranya yaitu pertama 1
2
pada tanggal 31 Mei 2010, kecelakaan yang sangat tragis, dimana lima orang terperangkap di dalam sebuah tangki unloading nitrogen. Empat orang diantaranya meninggal dunia dan satu orang dapat diselamatkan. Kecelakaan kedua terjadi pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010, kecelakaan yang menimpa seorang Companyman di lokasi pemboran minyak dan gas bumi disebabkan oleh surge tank yang tumbang menimpa Companyman sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia. Kemudian kecelakaan ketiga terjadi pada tanggal 5 Juli 2010, kecelakaan yang menyebabkan seorang pekerja perawatan sumur luka berat dan akhirnya meninggal dunia setelah dirawat secara intensif selama 10 hari di rumah sakit yang diakibatkan tertimpa tubing bowl yang jatuh. Kecelakaan yang keempat yaitu terjadi pada tanggal 1 Desember 2010, kecelakaan yang mengakibatkan seorang Floorman meninggal dunia akibat kejatuhan DP Elevator yang lepas dari travelling block. Korban menderita patah tangan dan kaki kiri, tiga jari kaki kiri putus dan kepala bagian belakang kiri retak serta darah keluar dari telinga, mulut dan hidung korban (ESDM, 2010). Kasus-kasus kecelakaan kerja di atas menunjukkan bahwa kecelakaan kerja adalah risiko terbesar yang dihadapi kegiatan migas. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2011), kerugian yang diderita akibat kecelakaan tidak hanya kerugian materi yang besar, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa dengan jumlah yang tidak sedikit. Selain kerugian dana untuk biaya perawatan dan pengobatan, perusahaan juga akan kehilangan produktifitas kerjanya, karena semakin banyak tenaga kerja yang sakit atau cacat
3
akibat kerja akan mengurangi kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pembangunan untuk kemajuan (Martiana, 2010). Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja tersebut dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja (Tarwaka, 2008). Oleh karena itu penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja berupa penerapan sistem manajemen K3 yang diantaranya melalui identifikasi bahaya dan rekomendasi tindakan pengendalian efektif sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan akibat kerja (Tifa, 2010). Program dikatakan berhasil jika pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat program yang mencakup antara lain cara pelaksanaan, agen pelaksana, kelompok sasaran dan manfaat program. Sedangkan pada perspektif hasil, program dapat dinilai berhasil manakala program membawa dampak seperti yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil dilihat dari sudut proses, tetapi boleh jadi gagal ditinjau dari dampak yang dihasilkan, atau sebaliknya (Akib dan Tarigan, 2011). Selain itu keberhasilan sebuah program juga harus didukung oleh sistem yang komplek dan saling berhubungan. Menurut Azwar (1997) sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula. Sistem dapat disebut pula suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai
4
elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya, yang jika disederhanakan dapat dikelompokkan menjadi enam unsur yaitu masukan (input), proses, keluaran (output), umpan balik, dampak dan lingkungan. Penerapan pendekatan sistem ini dapat membantu mencapai suatu efek sinergitis dimana tindakan-tindakan berbagai bagian yang berbeda dari sistem tersebut bila dipersatukan akan memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan terpisah bagian demi bagian. Pendekatan sistem dapat dihubungkan dengan analisis kondisi fisik (misalnya: sistem tata surya, rakitan mesin), dapat dihubungkan dengan analisis biotis (misalnya: jaring-jaring ekologis, koordinasi tubuh manusia), dan dapat dihubungkan dengan analisis gejala sosial (misalnya: kehidupan ekonomis, gejala pendidikan, pola nilai hidup) (Maulana, 2010). Hal ini juga dikemukakan oleh Carol Baker dalam jurnal manajemen pelayanan kesehatan yang ditulis oleh Ayuningtyas (2008), bahwa penentuan kebijakan atau program merupakan sebuah sistem yang tidak lepas dari keadaan di sekitarnya yaitu semua faktor-faktor sosial, politik, ekonomi, sejarah dan pengaruh faktor lainnya. Selain itu komponen, proses, alokasi sumber daya, aktor dan kekuasaan merupakan faktor yang berperan pada penetapan kebijakan atau program sebagai sebuah sistem. PT X adalah salah satu perusahaan energi dunia yang bergerak dalam setiap aspek industri minyak dan gas, termasuk eksplorasi dan produksi, penyulingan, pemasaran dan transportasi, produksi kimia dan penjualan serta
5
pembangkit tenaga (Darmawan, 2012). Pekerjaan eksplorasi mencakup penelitian geologik, pengeboran sumur, dan penelitian seismik. Sedangkan untuk kegiatan produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur-sumur hasil kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa (Ratnasari, 2009). Terminal Y merupakan salah satu area produksi bagian Utara dari PT X. Terminal Y dibangun dengan tujuan untuk memproses, menampung dan mengapalkan minyak dan gas bumi yang berasal dari sumur-sumur (platform) di lepas pantai (PT X, 2010). Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja (Tarwaka, 2008). Pada PT X terdapat 10 bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu gravitasi (kejatuhan benda), gerak, mekanikal, elektrik, kimia, suhu, radiasi, biologi, bunyi dan tekanan (PT X, 2010). Selain itu dari hasil pengamatan lapangan, dalam proses produksinya menggunakan mesin dan peralatan dengan kebisingan, suhu dan tekanan yang tinggi seperti generator, heat exchanger, gas boot dan separator serta bahan baku yang dihasilkan bersifat mudah terbakar, eksplosif dan bersifat racun bagi manusia dan lingkungan seperti H2S. Besarnya potensi bahaya yang ada tersebut, maka PT X membuat sebuah program safety yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai, mengurangi, mengendalikan atau menghilangkan risiko-risiko yang terkait dengan pekerjaan. Program ini terdiri dari 8 prosedur, yaitu wewenang menghentikan pekerjaan, analisa bahaya, SOP kualifikasi, access control, PPE (Personal Protective Equipment), MSDS (Material Safety Data Sheet), housekeeping, izin kerja dan
6
standar bekerja yang aman lainnya. JSA merupakan salah satu komponen dalam prosedur analisa bahaya yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menghilangkan atau mengurangi potensi risiko sebelum melakukan pekerjaan. Prosedur analisa bahaya ini terdiri dari fase perencanaan yaitu fase menentukan pekerjaan dan risiko bahaya yang mungkin ada, fase perijinan yaitu fase pembuatan, penyertaan dan pelaksanaan JSA saat akan bekerja, dan fase pelaksanaan yaitu saat pekerja melakukan “berpikir bebas insiden” dalam melakukan setiap pekerjaan. (PT X, 2011). Berdasarkan data statistik insiden yang dimiliki PT X, terjadi penurunan angka kecelakaan kerja pada PT X dalam tiga tahun terakhir ini. Dengan persentase 74,2 % tahun 2010, 57,6 % tahun 2011 dan 33,33 % tahun 2012, namun demikian angka kecelakaan kerja pada pekerjaan rutin dan sering dimonitoring masih terjadi yaitu pekerjaan yang dianggap tugas sehari-hari pada operasi dan perawatan serta bukan merupakan pekerjaan yang berisiko tinggi (confined space, hot work, excavation, lifting rigging dan isolasi energy) (PT X, 2012). 86% kecelakaan kerja tersebut disebabkan kesalahan dalam proses dan kurangnya kepatuhan terhadap implementasi JSA di lapangan dan 14% disebabkan oleh infrastruktur yaitu kecelakaan kerja yang diakibatkan tidak tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Kecelakaan kerja itu diakibatkan oleh kesalahan dari urutan diagram dalam proses, kesalahan prosedur, kurang komunikasi untuk pelaksanaan JSA, pembuat dan pelaksana JSA tidak mendapat pelatihan, pembuat dan pelaksana JSA tidak kompeten, pembuat dan
7
pelaksana JSA tidak memiliki komitmen sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, tidak melaksanakan JSA, tidak mengikuti langkah-langkah pekerjaan seperti yang ada dalam SOP, tidak tersedianya JSA dan tidak ada evaluasi JSA di lapangan (PT X, 2012). Hal ini juga terlihat dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, ketidakpatuhan pelaksanaan JSA ini dapat berupa cara penyampaian informasi terkait JSA kurang menarik, JSA tidak didiskusikan kembali saat akan memulai pekerjaan, JSA tidak dibuat sesuai dengan kondisi lapangan, pekerja tidak membaca JSA kembali saat akan melakukan pekerjaan dan kurangnya monitoring dari pengawas saat pekerja melakukan pelaksanaan JSA di lapangan sehingga pekerja menjadi kurang komitmen dan motivasi dalam melakukan implementasi. Melihat hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengamati gambaran pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur berdasarkan teori sistem yaitu input, proses, output dan feedback. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan data kementerian ESDM tahun 2010, terjadi kecelakaan kerja yang menyebabkan kematian pada kegiatan hulu migas juga terjadi pada area produksi. Terminal Y merupakan salah satu area produksi bagian Utara dari PT X. PT X membuat sebuah program safety yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai, mengurangi, mengendalikan atau menghilangkan risiko-risiko yang terkait dengan pekerjaan karena adanya potensi bahaya yang tinggi seperti
8
didapatkan dari hasil pengamatan lapangan, dalam proses produksinya menggunakan mesin dan peralatan dengan kebisingan, suhu dan tekanan yang tinggi seperti generator, heat exchanger, gas boot dan separator serta bahan baku yang dihasilkan bersifat mudah terbakar, eksplosif dan bersifat racun bagi manusia dan lingkungan seperti H2S. JSA merupakan salah satu komponen dalam prosedur analisa bahaya yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menghilangkan atau mengurangi potensi risiko sebelum melakukan pekerjaan. 86 % disebabkan karena kesalahan dalam proses dan kurangnya kepatuhan pelaksanaan JSA di lapangan. Hal ini juga terlihat pada studi pendahuluan yang telah dilakukan, ketidakpatuhan pelaksanaan JSA ini dapat berupa JSA tidak didiskusikan kembali saat akan memulai pekerjaan, JSA tidak dibuat sesuai dengan kondisi lapangan, pekerja tidak membaca JSA kembali saat akan melakukan pekerjaan dan kurangnya monitoring dari pengawas saat pekerja melakukan pelaksanaan JSA di lapangan sehingga pekerja menjadi kurang memiliki komitmen dan motivasi dalam melakukan implementasi. Melihat hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengamati gambaran pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur berdasarkan teori sistem yaitu input, proses, output dan feedback. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam
identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur tahun 2012 ?
9
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur tahun 2012. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran input pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur tahun 2012. 2. Mengetahui gambaran proses pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur tahun 2012. 3. Mengetahui gambaran output pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur tahun 2012. 4. Mengetahui gambaran feedback dalam pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang
10
dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur tahun 2012 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis terkait pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja. 1.5.2 Bagi Institusi Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan bagi civitas akademik Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terutama mengenai pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja pada area produksi industri minyak dan gas bumi. 1.5.3 Bagi Perusahaan dan Business Project Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi dan rekomendasi kepada perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan memperbaiki pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur khususnya dan area produksi PT X secara umumnya. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk menggali informasi mengenai gambaran pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam
11
identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur tahun 2012. Penelitian ini dilakukan di area produksi Terminal Y PT X yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pada bulan Mei – September 2012. Subjek dari kegiatan penelitian ini adalah HES Spesialist, pengawas pada 3 bagian (process plant, maintenance dan lex plant) dan pekerja pada 3 bagian (operator plant, driver dan helper vacuum truck, pekerja chemical, dan pekerja maintenance). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Ada tiga teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu pengamatan lapangan, wawancara mendalam dan analisis dokumen. Penelitian ini dilakukan karena 86 % kecelakaan kerja pada Terminal Y PT X disebabkan karena kesalahan dalam proses dan kurangnya kepatuhan pelaksanaan JSA di lapangan. Hal ini juga terlihat pada studi pendahuluan yang telah dilakukan, ketidakpatuhan pelaksanaan JSA ini dapat berupa JSA tidak didiskusikan kembali saat akan memulai pekerjaan, JSA tidak dibuat sesuai dengan kondisi lapangan, pekerja tidak membaca JSA kembali saat akan melakukan pekerjaan dan kurangnya monitoring dari pengawas saat pekerja melakukan pelaksanaan JSA di lapangan. Pada penelitian ini informasi mengenai gambaran pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur tahun 2012 dianalisis berdasarkan pendekatan sistem yaitu input, proses, output dan feedback.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
IDENTIFIKASI BAHAYA Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah untuk menjawab pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/perusahaan dan bagaimana terjadinya. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi (Ramli, 2010). Sejalan dengan proses manajemen risiko, OHSAS 18001 mensyaratkan prosedur identifikasi hazard dan penilaian risiko sebagai berikut: 1. Mencakup seluruh kegiatan organisasi baik kegiatan rutin maupun non rutin. Tujuannya agar semua hazard yang ada dapat diidentifikasi dengan baik, termasuk hazard yang dapat timbul dalam kegiatan non rutin seperti pemeliharaan, proyek pengembangan, dan lainnya. 2. Mencakup seluruh aktivitas individu yang memiliki akses ke tempat kerja. Maka dari itu, identifikasi hazard juga mempertimbangkan keselamatan pihak luar organisasi seperti kontraktor, pemasok, dan tamu. 3. Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya. Faktor manusia harus dipertimbangkan ketika melakukan identifikasi hazard dan penialaian risiko. Manusia dengan perilaku, kemampuan, pengalaman, latar belakang pendidikan, dan sosial memiliki kerentanan terhadap
12
13
keselamatan. Perilaku yang kurang baik mendorong terjadinya tindakan berbahaya yang dapat mengarah terjadinya insiden. 4. Identifikasi semua hazard yang berasal dari luar tempat kerja karena dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselamatan manusia yang berada di tempat kerja. 5. Hazard yang timbul di sekitar tempat kerja dari aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi. Sumber hazard tidak hanya berasal dari internal organisasi tetapi juga bersumber dari sekitar tempat kerja. Sebagai contoh, kemungkinan penjalaran api, gas, suara, dan debu dari aktivitas yang berada di luar lokasi kerja. Faktor eksternal ini harus diidentifikasi dan dievaluasi. 6. Mencakup seluruh infrastruktur, peralatan, dan material di tempat kerja, baik disediakan oleh organisasi atau pihak lain. 7. Perubahan dalam organisasi, kegiatan, atau material. 8. Setiap perubahan atau modifikasi yang dilakukan dalam organisasi. Perubahan sementarapun harus memperhitungkan potensi hazard K3 dan dampaknya terhadap operasi, proses, dan aktivitas. 9. Setiap persyaratan legal yang berlaku berkaitan dengan pengendalian risiko dan implementasi pengendalian yang diperlukan. 10. Rancangan lingkungan kerja, proses, instalasi, mesin, peralatan, prosedur operasi, dan organisasinya. Termasuk juga kemampuan manusia. Syarat-syarat menurut OHSAS 18001 ini bertujuan untuk memastikan bahwa identifikasi hazard dilakukan secara komprehensif dan rinci sehingga
14
semua peluang hazard dapat diidentifikasi. Identifikasi hazard yang dilakukan seadanya tidak mampu menjangkau hazard yang lebih rinci. Untuk membantu upaya identifikasi hazard, dikembangkan berbagai metoda mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Adapun data-data untuk mengidentifikasi bahaya dapat diperoleh dari : 1. Survei peninjauan tempat kerja, untuk mengidentifikasi sumbersumber bahaya. Secara khusus survei akan bermanfaat bilamana dilakukan dengan melibatkan personil senior, dan untuk proses kerja yang sangat kompleks, bila diperlukan dapat menggunakan tenaga ahli dari luar. 2. Data statistik keselamatan kerja yang berhubungan dengan tempat kerja harus di tinjau ulang untuk membantu daerah proses pengidentifikasian masalah. 3. Evaluasi proses kerja dapat digunakan untuk menentukan dan mengevaluasi tugas yang berhubungan dengan proses kerja dimana hal ini akan berguna untuk melihat bahaya tersebut. 4. Konsultasi dengan karyawan adalah salah satu hal paling mudah dan efektif dalam proses pengidentifikasian bahaya di tempat kerja. Hal ini karena karyawan paling mengetahui karakteristik tempat kerja mereka. 5. MSDS (Material Safety Data Sheet) adalah hal penting sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan bahan-bahan kimia berbahaya.
15
6. Praktisi dan representative khusus dari asosiasi ahli K3, SPSI dan badan
pemerintah
kemungkinan
dapat
membantu
untuk
menyumbang saran dalam mendapatkan informasi K3 yang relevan dengan risiko dan kecelakaan di tempat kerja. 2.1.1 TUJUAN IDENTIFIKASI BAHAYA Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain : a. Mengurangi peluang kecelakaan Identifikasi
bahaya
dapat
mengurangi
peluang
terjadinya kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan. Dengan melakukan identifikasi bahaya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui dan kemudian dihilangkan sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan. b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerjamanajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya
dari
aktivitas
perusahaan
sehingga
dapat
meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan. c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat
16
menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif. d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha yang akan dilakukan. 2.1.2 TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA Organisasi harus menetapkan metode identifikasi hazard yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain (Ramli, 2010): a. Lingkup identifikasi hazard yang dilakukan. b. Bentuk
identifikasi
hazard,
misalnya
kualitatif
atau
kuantitatif. c. Waktu pelaksanaan identifikasi hazard, misalnya di awal proyek, pada saat operasi, pemeliharaan, atau modifikasi sesuai dengan siklus atau daur hidup organisasi. Metode identifikasi hazard harus bersifat proaktif atau prediktif sehingga dapat menjangkau seluruh hazard baik yang nyata maupun yang bersifat potensial. Teknik idetifikasi hazard ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas:
17
a. Teknik pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Metoda ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat. Jika tidak dilakukan identifikasi bahaya, mungkin masih terdapat sumber bahaya yang setiap saat dapat menimbulkan kecelakaan. Melakukan identifikasi pasif, ibarat menyimpan bom waktu yang dapat meledak setiap saat. b. Teknik semi proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidak perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun teknik ini juga kurang efektif karena : 1. Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan. 2. Tidak
semua
kejadian
dilaporkan
atau
diinformasikan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran. 3. Kecelakaan
telah
terjadi
yang
berarti
tetap
menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain.
18
c. Teknik proaktif Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memberikan kelebihan : 1. Bersifat
preventif karena bahaya dikendalikan
sebelum menimbulkan kecelakaan atau cidera. 2. Bersifat
peningkatan
berkelanjutan
(continual
improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan. 3. Meningkatkan
kepedulian
(awareness)
semua
pekerja setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya di sekitar tempat kerjanya. 4. Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat menimbulkan kerugian. Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain : 1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3 2. Analisi bahaya awal (Preliminary Hazards Analysis – PHA) 3. Analisis pohon kegagalan (Fault Tree Analysis – FTA) 4. Analisis what if (What If Analysis – ETA) 5. Analisis moda kegagalan dan efek (Failure Mode and Effect Analysis – FMEA)
19
6. HAZOPS (Hazards and Operability Study) 7. Analisis keselamatan pekerjaan (Job Safety Analysis – JSA) 8. Analisis resiko pekerjaan (Task Risk Analysis – TRA) Penerapan teknik identifikasi bahaya ini dapat dilakukan sepanjang daur hidup perusahaan mulai dari tahap pengembangan sampai ke operasi. 2.2
ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS) Menurut Canadian Centre for Occupational Health and Safety, Job Safety Analysis (JSA) adalah prosedur yang membantu untuk mengintegrasikan diterimanya prinsip dan praktek keselamatan dan kesehatan untuk tugas tertentu atau operasi kerja. Dalam JSA, setiap langkah dasar dari pekerjaan adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan merekomendasikan cara paling aman untuk melakukan pekerjaan. Istilah lainnya yang digunakan untuk menggambarkan prosedur ini adalah Job Hazard Analysis (JHA) dan Job Hazard Breakdown. Dalam OSHA 3071 (2001), Job Hazard Analysis (JHA) merupakan pengkajian
sistematis
mengidentifikasi
dan
tentang
prosedur
mengendalikan
kerja
hazard
suatu
pekerjaan
sebelum
hazard
untuk tersebut
mengakibatkan kecelakaan. JHA difokuskan kepada hubungan antara pekerja, pekerjaan, alat kerja, dan lingkungan kerja. Melalui kegiatan ini dapat diambil langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi tingkat risiko dari hazard yang diterima. Pelaksanaan JHA merupakan salah satu komponen dalam komitmen sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Agar pelaksanaan JHA
20
efektif, maka manajemen perusahaan harus menunjukkan komitmen keselamatan dan kesehatan kerja yang diiringi dengan pengendalian terhadap hazard yang ditemukan. Jika hal ini tidak dilakukan, maka perusahaan dapat kehilangan kredibilitas dan karyawan akan ragu untuk melaporkan penemuan kondisi tidak aman kepada manajemen (OSHA 3071, 2001). Hazard yang ditemukan melalui JHA berguna untuk (OSHA 3071, 2001): a. Mengeliminasi atau mengurangi hazard pekerjaan. b. Mengurangi cedera dan penyakit akibat kerja. c. Pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan selamat. d. Metode kerja menjadi lebih efektif. e. Mengurangi biaya kompensasi pekerja. f. Meningkatkan produktifitas pekerja. Adapun Pekerjaan yang memerlukan JHA adalah sebagai berikut (OSHA 3071, 2001) : 1. Pekerjaan yang jarang dilaksanakan atau melibatkan pekerja baru untuk melaksanakannya. 2. Pekerjaan yang mempunyai riwayat atau potensi mengakibatkan cedera, nyaris celaka (near miss) atau kerugian yang terkait insiden. 3. Pekerjaan kritis yang terkait dengan keselamatan seperti kebakaran, peledakan (explosion), tumpahan bahan kimia,
21
terciptanya atmosfir kerja yang toksik, terciptanya atomosfir kerja yang kekurangan oksigen. 4. Pekerjaan yang dilaksanakan di lingkungan kerja yang baru. 5. Pekerjaan dimana tempat kerja yang dipakai atau kondisi lingkungan kerja telah berubah atau mungkin berubah. 6. Pekerjaan yang dikerjakan dimana kondisi yang disebutkan pada ijin kerja aman atau PTW mensyaratkan adanya JSA. 7. Pekerjaan
yang
jelas-jelas
telah
berubah
pelaksanaan
pekerjaannya baik metode atau yang sejenisnya. 8. Pekerjaan yang mungkin mempengaruhi integritas atau keluaran dari sistem proses. 2.2.1 PELAKSANAAN JOB SAFETY ANALYSIS Menurut OSHAcedemy Course 706 Study Guide (2002), terdapat empat langkah melaksanakan Job Safety Analysis : 1. Memilih (menyeleksi) pekerjaan yang akan dianalisis. JSA dapat menganalisis semua pekerjaan yang ada di tempat kerja, namun harus diprioritaskan berdasarkan (Rausand, 2005): a. Pekerjaan yang memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi. b. Pekerjaan yang memiliki tingkat keparahan kecelakaan yang tinggi, berdasarkan banyaknya hilang hari kerja atau kebutuhan medis. c. Pekerjaan yang memiliki potensi menyebabkan luka berat
22
d. Pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan atau luka berat, akibat kesalahan manusia yang sederhana. e. Pekerjaan baru, pekerjaan tidak rutin, atau pekerjaan yang mengalami perubahaan prosedur. 2. Membagi pekerjaan dalam langkah-langkah pekerjaan Menurut Geigle (2002), sebelum membagi pekerjaan dalam berbagai langkah, terlebih dahulu dilakukan deskripsi terhadap pekerjaan yang akan dianalisis. Setiap pekerjaan dapat dibagi dalam beberapa langkah. Siapa yang bekerja, berapa jumlah pekerja, dan apa yang dilakukan pekerja menjadi dasar deskripsi masing-masing langkah. Setiap
langkah
menunjukkan
satu
tindakan
yang
dilakukan. Pastikan cukup informasi untuk menggambarkan langkah-langkah pekerjaan. Hindari membuat rincian terlalu panjang dan luas. Tidak perlu menuliskan langkah-langkah dasar. Informasi dari pekerja lain yang pernah melakukan pekerjaan tersebut sangat berguna sebagai masukan dalam membagi tahapan pekerjaan. Peninjau ulang langkah-langkah kerja dilakukan bersama karyawan lain yang melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini untuk memastikan tidak ada langkah yang hilang. Gambar foto dan video dapat membantu pelaksanaan kegiatan ini (Geigle, 2002).
23
Deskripsi pekerjaan berfungsi untuk membangun analisis hazard yang ada pekerjaan tersebut. Hasil analisis di laporkan melalui lembar kerja (worksheet). Format lembar kerja JSA umumnya terdiri dari tiga kolom, yaitu langkah-langkah pekerjaan, keberadaan hazard, dan tindakan pencegahan atau rekomendasi prosedur kerja selamat. Adapun contoh lembar JSA dapat di lihat di bawah ini (Geigle, 2002):
Gambar 2.1 Contoh Form Job Safety Analysis
3. Melakukan identifikasi hazard dan kecelakaan yang potensial Setelah meninjau ulang selanjutnya
dilakukan
langkah-langkah pekerjaan,
identifikasi
terhadap
kondisi
yang
24
berbahaya dan perilaku tidak selamat. Material Safety Data Sheets (MSDSs), pengalaman para pekerja, laporan kecelakaan, laporan pertolongan pertama (first aid statistical records), dan Behavior Base Safety (BBS) dapat membantu penyelidikan hazard dan perilaku tidak selamat yang ada pada masing-masing langkah pekerjaan. Selain itu data-data tersebut, identifikasi hazard dapat ditelusuri melalui beberapa pertanyaan seperti (Rausand, 2005) : a. Apakah kebakaran atau ledakan dapat terjadi jika pekerjaan dilaksanakan? b. Apakan ada benda (rantai, sling, kait, dan sebagainya) yang dapat menghantam pekerja? c. Apakah pekerja dapat terkena aliran listrik, logam panas, acid, air panas, dan sebagainya? d. Apakah pekerja dapat terhimpit di antara/ di dalam/ pada benda? e. Apakah pekerja dapat terekspos oleh hazard kesehatan, seperti radiasi, asap beracun, bahan kimia, gas panas, kekurangan oksigen, dan lain sebagainya? f. Jika terjadi kesalahan mengoperasikan peralatan, apakah peralatan tersebut akan rusak? g. Kaji ulang setiap langkah, sehingga semua hazard teridentifikasi.
25
4. Mengembangkan prosedur kerja yang aman OSHAcademic Course 706 Study (2002) menjelaskan bahwa setelah mengidentifikasi hazard masing-masing langkah pekerjaan, selanjutnya ditentukan metode pengedalian hazard untuk mengeliminasi atau mereduksi hazard. Ada beberapa metode untuk mengendalikan hazard. Masing-masing metode memiliki keefektifan yang berbeda-beda. Dapat dilakukan kombinasi dari beberapa metode, sehingga perlindungan terhadap karyawan menjadi lebih baik. OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih spesifik untuk bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan pendekatan hirarki pengendalian hazard, yaitu: a. Menghilangkan hazard (elimination) Eliminasi adalah langkah ideal yang dilakukan untuk menghilangkan hazard pada langkah pekerjaan, dan sangat
mengurangi
kemungkinan
kecelakaan. Metode ini sulit
untuk
terjadinya
dilakukan dan akan
menghabiskan banyak biaya, karena proses pekerjaan sudah berlangsung. Jika proses pekerjaan masih dalam tahap perencanaan maka metode ini dapat dilakukan dengan mudah dengan biaya yang murah. Beberapa contoh teknik eliminasi antara lain (Ramli, 2010) :
26
1. Mesin yang bising dimatikan atau dihentikan sehingga tempat kerja bebas dari kebisingan. 2. Penggunaan bahan kimia berbahaya dihentikan. 3. Proses yang berbahaya di dalam perusahaan dihentikan. Perusahaan tidak memproduksi bahan berbahaya sendiri tetapi memesan dari pemasok. Dengan demikian, perusahaan bebas dari kegiatan berbahaya. b. Mengganti hazard (subsitusi) Teknik substitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan yang lain sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan. Sebagai contoh penggunaan bahan pelarut yang bersifat beracun diganti dengan bahan lain yang lebih aman dan tidak berbahaya (Ramli, 2010). c. Pengendalian secara teknik (engineering controls) Metode ini dilakukan dengan mengubah desain tempat
kerja,
peralatan,
atau
proses
kerja
untuk
mengurangi hazard. Metode ini membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam untuk membuat lokasi kerja yang lebih aman, mengatur ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya (Geigle, 2002).
27
d. Pengendalian
secara
administratif
(administrative
controls) Contoh pengendalian hazard menggunakan metode ini adalah (Geigle, 2002) : 1. Membuat kebijakan kerja yang baru atau membuat standar
operasional
prosedur
yang
dapat
mengurangi frekuensi atau paparan hazard. 2. Memperbaiki jadwal kerja karyawan, sehingga dapat mengurangi paparan hazard yang diterima. 3. Memonitoring penggunaan bahan beracun dan berbahaya. 4. Penggunaan alarm dan warning signs 5. Buddy systems 6. Pelatihan Pengendalian secara administrative control ini, umumnya masih membutuhkan metode pengendalian yang lain (Geigle, 2002). e. Alat pelindung diri (personal protective equipment) Alat pelindung diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk mencegah paparan hazard pada pekerja. APD dipergunakan ketika engineering control tidak dapat dilakukan atau tidak menghilangkan hazard sama sekali. Jika praktik kerja selamat (safe work
28
practices) tidak memberikan perlindungan karyawan, maka APD dapat memberikan perlindungan tambahan. Umum APD digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif (Geigle, 2002). 2.3
TEORI PENDEKATAN SISTEM Menurut Azwar (1997), sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut ialah sesuatu yang mutlak harus ditemukan, yang jika tidak demikian, maka tidak ada yang disebut dengan sistem tersebut. Bagian atau elemen
tersebut
banyak
macamnya,
yang
jika
disederhanakan
dapat
dikelompokkan dalam enam unsur, yaitu seperti bagan di bawah ini :
LINGKUNGAN MASUKAN PROSES (INPUT)
KELUARAN DAMPAK (OUTPUT)
UMPAN BALIK
Bagan 2.1 Model Sistem Azrul Azwar
29
1. Masukan (Input) Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Input berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari menejemen termasuk komitmen, dan stakeholder lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan (Suparyanto, 2011). Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat, input ada 3 macam, yaitu: a. Sumber (resources) Sumber (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan barang atau jasa. Sumber (resources) dibagi 3 macam: 1. Sumber tenaga (labour resources) dibedakan atas tenaga ahli (skilled): dokter, bidan, perawat dan tenaga tidak ahli (unskilled): pesuruh, penjaga. Menurut Sutermeister dalam Sitanggang (2009), kinerja karyawan dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain : motivasi, kemampuan, pengetahuan, keahlian, pendidikan, pengalaman, pelatihan, minat, sikap kepribadian kondisi-kondisi fisik dan kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan egoistik.
30
2. Sumber modal (capital resources), dibedakan menjadi modal bergerak (working capital): uang, giro dan modal tidak bergerak (fixed capital): bangunan, tanah, sarana kesehatan. 3. Sumber alamiah (natural resources) adalah segala sesuatu yang terdapat di alam, yang tidak termasuk sumber tenaga dan sumber modal. b. Tatacara (prosedures) Tatacara (procedures): adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang dimiliki dan yang diterapkan. c. Kesanggupan (capacity) Kesanggupan (capacity): adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana. Menurut Koontz input manajemen ada 4, yaitu Man, Capacity, Managerial, dan Technology. Untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan, macam input ada 4M, yaitu Man, Money, Material, Method. Sedangkan untuk organisasi yang mencari keuntungan, macam input ada 6M, yaitu Man, Money, Material, Method, Machinery, Market. Emerson dan Robert dalam Herujito (2001) mengungkapkan, manajemen mempunyai lima unsur (5M) yaitu Men, Money, Materials, Machines, dan Methods. Peterson O F, member of Indiana university dalam Herujito (2001), memasukkan unsur mesin ke dalam material dan metode diberi istilah the use sehingga ia mengungkapkan, “management is the use of
31
man, money and materials to achieve a common goal”. Adapun seorang ahli bernama Mooney James dalam Herujito (2001), ia memasukkan unsur-unsur uang, material dan mesin ke dalam istilah yang disebut fasilitas, sehingga unsur-unsur manajemen adalah men, facilities, method. Sedangkan George R Terry dalam Herujito (2001) mengatakan, ada enam unsur pokok dari manajemen, yaitu men and women, materials, machines, methods, money dan market. 2. Proses Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun fungsi manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana pelayanan dilakukan 3. Keluaran (Output) Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dan berlangsungnya proses dalam sistem. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek. 4. Umpan Balik Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. 5. Dampak
32
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem. 6. Lingkungan Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. Satu-satunya pengaruh yang paling penting terhadap kebijakan dan strategi organisasi adalah lingkungan dalam dan luar organisasi (Miner dan Steiner, 1997). 2.4
KERANGKA TEORI Adapun kerangka teori dari penelitian ini yaitu :
LINGKUNGAN
MASUKAN
PROSES
(INPUT)
KELUARAN
DAMPAK
(OUTPUT)
UMPAN BALIK
Sumber : DR. Dr. Azrul Azwar Dalam bukunya “Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga” tahun 1997
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 KERANGKA BERPIKIR Berdasarkan jenis pekerjaan, peralatan yang digunakan dan karakteristik lingkungannya, terdapat 10 bahaya utama yang dapat berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu diperlukan program keselamatan dan kesehatan kerja serta pencegahannya. JSA merupakan salah teknik dalam prosedur analisa bahaya dan SOP kualifikasi dimiliki oleh PT X. Berdasarkan data kecelakaan kerja yang dimiliki PT X, 86 % disebabkan karena kesalahan dalam proses dan kurangnya kepatuhan pelaksanaan JSA di lapangan. Hal ini juga terlihat pada studi pendahuluan yang telah dilakukan, ketidakpatuhan pelaksanaan JSA ini dapat berupa JSA tidak didiskusikan kembali saat akan memulai pekerjaan, JSA tidak dibuat sesuai dengan kondisi lapangan, pekerja tidak membaca JSA kembali saat akan melakukan pekerjaan dan kurangnya monitoring dari pengawas saat pekerja melakukan pelaksanaan JSA di lapangan. Oleh sebab itu, peneliti akan melakukan studi terhadap implementasi JSA berdasarkan pendekatan sistem seperti bagan di bawah ini :
33
34
Input
Sumber Daya Manusia (SDM) Metode Fasilitas
Proses
Output
Pelaksanaan Identifikasi Bahaya (Job Safety Analysis(JSA))
teridentifikasi bahaya di tempat kerja
Feedback
Dari bagan tersebut, unsur-unsur yang diteliti yaitu input, proses, output dan feedback. Input yang diteliti berdasarkan teori yang disampaikan oleh Mooney James dalam Herujito (2001) berupa SDM, metode dan fasilitas. Proses yang diteliti yaitu pelaksanaan identifikasi bahaya (Job Safety Analysis (JSA), karena dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui langkah-langkah yang dilakukan oleh PT X dalam pelaksanaan identifikasi bahaya. Sedangkan output yang diteliti adalah teridentifikasinya bahaya di tempat kerja. Peneliti tidak meneliti unsur lingkungan karena peneliti ingin melihat suatu sistem yang berupa sebuah program identifikasi bahaya yang bersifat internal, yaitu hanya diterapkan di wilayah kerja PT X dan wajib dilakukan oleh orangorang yang bekerja dalam wilayah PT X tanpa ada keterlibatan dari pihak luar yang berada di sekitar wilayah kerja PT X. Sedangkan dampak tidak diteliti karena variabel dampak sulit diprediksi dan memiliki banyak faktor yang mempengaruhi serta terbatasnya waktu penelitian.
35
3.2 DEFINISI ISTILAH Substansi penelitian
Definisi istilah
Cara Pengambilan
Alat ukur
Hasil ukur
Data Sumber Daya
a. banyaknya tenaga
informan
Pengamatan
Lembar
Informasi mengenai :
Manusia (SDM)
kerja yang terlibat
lapangan,
pengamatan
a. jumlah pekerja
dalam melakukan
wawancara
lapangan,
kerja yang terlibat
b. kapabilitas
sebuah pekerjaan dan mendalam dan
pedoman
dalam melakukan
c. pendidikan
beban kerjanya
wawancara
sebuah pekerjaan
b. kemampuan pekerja
mendalam dan
dan beban kerjanya
dalam menguasai
dokumen resmi
dan memahami
perusahaan
d. pengetahuan e. sikap
pelaksanaan JSA c. tingkat pendidikan pekerja baik formal maupun informal d. pengalaman kerja yang dimiliki pekerja
analisis dokumen
a. banyaknya tenaga
b. kemampuan pekerja dalam menguasai dan memahami pelaksanaan JSA c. tingkat pendidikan pekerja baik formal maupun informal d. semua hal yang
dalam mendukung
diketahui oleh
pelaksanaan JSA
pekerja yang
e. respon yang
Sumber
mendukung
HES Spesialist, pengawas dan pekerja
36
diberikan oleh
pelaksanaan JSA
pekerja dalam
e. respon yang
pelaksanaan JSA
diberikan oleh pekerja dalam pelaksanaan JSA
Metode
Teknik yang digunakan
Pengamatan
Lembar
Informasi mengenai
PT X dalam melakukan
lapangan,
observasi,
teknik yang digunakan
identifikasi bahaya
wawancara
pedoman
PT X dalam melakukan
mendalam dan
wawancara
identifikasi bahaya
analisis dokumen
mendalam dan
HES Spesialist
dokumen resmi perusahaan Fasilitas
Dana, tools untuk
Pengamatan
Lembar
Informasi mengenai alat
HES Spesialist,
identifikasi bahaya,
lapangan,
pengamatan
untuk identifikasi bahaya, pengawas dan
ruang tempat koordinasi,
wawancara
lapangan,
ruang tempat koordinasi,
, form JSA dan peralatan
mendalam dan
pedoman
tools untuk membuat
yang digunakan dalam
analisis dokumen
wawancara
JSA, form JSA dan
pelaksanaan identifikasi
mendalam dan
peralatan yang digunakan
bahaya di Terminal Y
dokumen resmi
dalam pelaksanaan
perudahaan
identifikasi bahaya di
pekerja
37
Terminal Y Pelaksanaan
a. Cara yang dilakukan
Pengamatan
Lembar
Informasi mengenai :
HES Spesialist,
a. Cara yang dilakukan
Pengawas dan
identifikasi bahaya
PT X dalam
lapangan,
pengamatan
(Job Safety Analysis
menentukan
wawancara
lapangan,
PT X dalam
(JSA))
pekerjaan yang akan
mendalam dan
pedoman
menentukan
a. memilih
dibuat JSAnya
analisis dokumen
wawancara
pekerjaan yang akan
mendalam dan
dibuat JSAnya
(menyeleksi)
b. cara yang dilakukan
pekerjaan yang
PT X dalam
akan dianalisis
mengembangkan
PT X dalam
pekerjaan menjadi
mengembangkan
pekerjaan dalam
langkah-langkah
pekerjaan menjadi
langkah-langkah
pekerjaan yang akan
langkah-langkah
pekerjaan
dilakukan
pekerjaan yang akan
b. membagi
c. melakukan
c. cara yang dilakukan
dokumen JSA
b. cara yang dilakukan
dilakukan
identifikasi
PT X dalam
hazard dan
menentukan potensi
PT X dalam
kecelakaan yang
bahaya yang ada
menentukan potensi
potensial
disetiap langkah-
bahaya yang ada
langkah pekerjaan
disetiap langkah-
d. mengembangkan prosedur kerja
d. cara yang dilakukan
c. cara yang dilakukan
langkah pekerjaan
Pekerja
38
yang aman
PT X dalam
d. cara yang dilakukan
menentukan tindakan
PT X dalam
pencegahan terhadap
menentukan tindakan
potensi bahaya yang
pencegahan terhadap
telah di tentukan
potensi bahaya yang telah di tentukan
Teridentifikasi
Diketahuinya jenis
bahaya di tempat kerja
Pengamatan
Lembar
Informasi mengenai jenis
Pengawas dan
bahaya yang ada di lokasi lapangan,
pengamatan
bahaya yang ada di lokasi pekerja
kerja Terminal Y
wawancara
lapangan,
kerja Terminal Y
mendalam dan
pedoman
analisis dokumen
wawancara dan dokumen resmi perusahaan
Feedback
Umpan balik yang
Pengamatan
Lembar
Informasi mengenai
HES Spesialist,
diberikan oleh pembuat
Lapangan dan
Observasi dan
umpan balik yang
pengawas,
program terhadap
Wawancara
Pedoman
diberikan oleh pembuat
pekerja
pelaksanaan JSA di
Mendalam
Wawancara
program terhadap
Terminal Y
pelaksanaan JSA di Terminal Y
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Menurut Rahardjo (2010), jenis penelitian kualitatif studi kasus adalah penelitian yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat. Beberapa macam kasus yang diteliti berupa program, peristiwa, aktivitas atau individu. 4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Terminal Y PT X yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei sampai September 2012. Pemilihan lokasi penelitian memiliki beberapa pertimbangan, diantaranya berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa PT X merupakan salah satu perusahaan MIGAS di Indonesia yang memiliki risiko yang tinggi terhadap kejadian kecelakaan kerja, karena dalam lingkungan kerjanya terdapat 10 potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Pada Terminal Y PT X dalam proses produksinya menggunakan mesin dan peralatan dengan kebisingan, suhu dan tekanan yang tinggi seperti generator, heat exchanger, gas boot dan separator serta bahan baku yang dihasilkan 39
40
bersifat mudah terbakar, eksplosif dan bersifat racun bagi manusia dan lingkungan seperti H2S. Selain itu 86 % kecelakaan kerja pada Terminal Y PT X disebabkan karena kesalahan dalam proses dan kurangnya kepatuhan pelaksanaan JSA di lapangan. Hal ini juga terlihat pada studi pendahuluan yang telah dilakukan, ketidakpatuhan pelaksanaan JSA ini dapat berupa JSA tidak didiskusikan kembali saat akan memulai pekerjaan, JSA tidak dibuat sesuai dengan kondisi lapangan, pekerja tidak membaca JSA kembali saat akan melakukan pekerjaan dan kurangnya monitoring dari pengawas saat pekerja melakukan pelaksanaan JSA di lapangan. 4.3 INFORMAN Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahaminya. Pada penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk menggambarkan karakteristik populasi atau menarik generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi, melainkan lebih terfokus kepada representasi terhadap fenomena sosial. Teknik pemilihan sampel atau informan pada penelitian kualitatif lebih tepat dilakukan secara sengaja. Selanjutnya apabila dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informan baru, maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru, proses pengumpulan informasi dianggap sudah selesai. Dengan kata lain informan pada penelitian kualitatif berdasarkan pada kecukupan dan kesesuain (Bungin, 2012). Adapun kecukupan dan kesesuaian dalam penelitian ini adalah apabila jawaban dari beberapa informan sudah sama atau apabila ada jawaban yang
41
berbeda kemudian saat ditanya informan berikutnya memiliki jawaban yang sama dengan jawaban yang berbeda tersebut, dan jawaban dari informaninforman tersebut sudah dapat menggambarkan secara keseluruhan hasil dari tujuan penelitian yang ingin dicapai (Bungin, 2012). Fungsi informan dalam penelitian adalah sebagai sumber untuk mencari informasi secara mendalam mengenai implementasi JSA pada Terminal Y PT X. Infoman dalam penelitian yaitu orang yang berpengalaman dan ahli dalam hal tersebut, mengetahui birokrasi dan terlibat dalam implementasi JSA di Terminal Y PT X yaitu HES Spesialist PT X di Termial Y, tim leader dan pekerja yang termasuk ke dalam grup kerja di lokasi Terminal Y. 4.4 INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yaitu mahasiswi peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta,
karena
peneliti
sebagai
pengumpul
data
yang
mempengaruhi terhadap faktor instrumen. Untuk data yang diinginkan, peneliti menggunakan instrumen berupa: 1. Pedoman observasi untuk mengetahui informasi mengenai pekerja, fasilitas, pelaksanaan identifikasi bahaya (Job Safety Analysis (JSA)), teridentifikasi bahaya di tempat kerja dan feedback. 2. Pedoman wawancara mendalam untuk informasi mengenai pekerja, metode, fasilitas, pelaksanaan identifikasi bahaya (Job Safety Analysis (JSA)), teridentifikasi bahaya di tempat kerja dan feedback. 3. Beberapa dokumen resmi PT X yang mendukung penelitian ini, yaitu :
42
a. Prosedur keunggulan operasi PT X b. Prosedur dasar pelaksanaan kerja aman PT X c. Data statistik insiden berdasarkan kategori pekerjaan dan akar penyebabnya d. Prosedur JSA e. Dokumen SOP dan JSA beberapa pekerjaan di 3 departemen f. Dokumen MSDS g. Manual book peralatan h. Formulir Penilaian Kinerja Analisa Bahaya (JHA/JSA) 4. Laptop 5. Alat perekam suara 6. Kertas catatan 7. Alat tulis 4.5 SUMBER DATA 1. Data primer a. Hasil observasi mengenai pekerja, fasilitas, pelaksanaan identifikasi bahaya (Job Safety Analysis (JSA)), teridentifikasi bahaya di tempat kerja dan feedback. b. Hasil wawancara mendalam mengenai pekerja, metode, fasilitas, pelaksanaan identifikasi bahaya (Job Safety Analysis (JSA)), teridentifikasi bahaya di tempat kerja dan feedback.
43
2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah hasil telaah dokumen mengenai pekerja, metode, fasilitas pelaksanaan identifikasi bahaya (Job Safety Analysis (JSA)), teridentifikasi bahaya di tempat kerja dan dampak. 4.6 PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh (Sugiyono, 2010). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan lapangan, wawancara mendalam dan analisis dokumen 1. Pengamatan Lapangan Dalam proses pengumpulan data, hal pertama yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengamatan lapanga untuk menentukan masalah dan siapa saja yang akan dijadikan sebagai informan penelitian. Menurut Marsshall dan Rossman dalam Prastowo (2010) pengamatan ialah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain indera lainnya, seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Usman dan Akbar dalam Prastowo (2010) menyatakan bahwa pengamatan menjadi salah satu teknik pengumpulan data jika disesuaikan dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol reliabilitas dan kebenarannya. Teknik pengamatan yang dilakukan peneliti adalah pengamatan terbuka,
44
yaitu pengamatan yang mana keberadaan pengamat diketahui oleh subjek yang diteliti dan subjek memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan subjek menyadari adanya orang yang mengamati apa yang subjek kerjakan (Prastowo, 2010). Pengamatan dilakukan oleh peneliti untuk melihat pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja secara langsung yang dilakukan di beberapa departemen yang terdapat pada Terminal Y PT X di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Hasil pengamatan lapangan menjadi informasi yang penting bagi peneliti serta dapat mendukung keabsahan data. Pengamatan lapangan dilakukan dengan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh beberapa pekerja dari awal melakukan pekerjaan sampai selesai, pekerjaan yang dilakukan oleh tim leader dan HES terkait JSA. 2. Wawancara Mendalam Kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi tambahan yang mendukung hasil pengamatan lapangan. Wawancara mendalam merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu (Prastowo,2010). Dalam penelitian ini, teknik wawancara mendalam digunakan untuk mencari informasi pelaksanaan teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam identifikasi bahaya di tempat kerja yang dilakukan pada Terminal Y PT X
45
di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Wawancara mendalam dilakukan dengan HES Spesialist, tim leader dan pekerja. 3. Telaah Dokumen Tahap akhir dalam pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan analisan dokumen terkait Job Safety Analysis (JSA) yang dimiliki PT X. Dokumen yang diamati dalam penelitian adalah dokumen resmi jenis dokumen internal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, dan aturan lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk di dalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pimpinan kantor, dan sejenisnya. Dokumen seperti itu dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan (Prastowo, 2010). Bahan dokumen besar manfaatnya dalam penelitian. Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian. Dokumen juga dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. 4.7 ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkrip wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut dan untuk menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang lain (Emzir, 2011). Selain itu analisis data juga dapat diartikan sebagai proses mencari dan
46
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengkategorisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis data menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Analisis isi merupakan suatu analisis mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif maupun kualitatif terhadap pesanpesan menggunakan metode ilmiah dan tidak terbatas pada jenis-jenis variable yang dapat diukur atau konteks tempat pesan-pesan diciptakan atau disajikan. Secara kualitatif, analisis isi dapat melibatkan suatu jenis analisis, di mana isi komunikasi (percakapan, teks tertulis, wawancara, fotografi, dan sebagainya) dikategorikan dan diklasifikasikan. Objek dari analisis isi (kualitatif) dapat berupa semua jenis komunikasi yang direkam (transkrip wawancara, wacana protocol observasi, video tape, dokumen, dan sebagainya) (Emzir, 2011). Adapun proses analisis data dalam penelitian ini yaitu : 1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan, wawancara mendalam dan analisis dokumen 2. Dari data yang dikumpulkan dari hasil pengamatan lapangan, wawancara mendalam dan analisis dokumen, kemudian dibuat transkrip data yaitu mencatat atau menuliskan kembali seluruh data yang dipeoleh seperti apa adanya tanpa membuat kesimpulan.
47
3. Hasil pencatatan atau penulisan kembali data yang diperoleh seperti apa adanya tersebut selanjutnya data di kelompokan dan dikategorikan sesuai topik yang diperlukan. 4. Interpretasi data hasil penelitian. 5. Analisis data dengan membandingkannya pada teori yang ada. 6. Membuat kesimpulan 4.8 KEABSAHAN DATA Data yang didapatkan oleh peneliti dalam penelitian ini di uji keabsahan datanya dengan menggunakan teknik perpanjangan keikutsertaan, triangulasi dan menggunakan bahan referensi. 1. Perpanjangan keikutsertaan Menurut Moleong (2007), peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal ini karena : a. Peneliti
dengan
mempelajari
perpanjangan
“kebudayaan”,
keikutsertaan
dapat
menguji
akan
banyak
ketidakbenaran
informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subjek.
48
b. Perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaa diri peneliti sendiri. Hal ini juga diungkapkan oleh Bungin (2012), dengan semakin lamanya peneliti terlibat dalam pengumpulan data, akan semakin memungkinkan
meningkatnya
derajat
kepercayaan
data
yang
dikumpulkan. 2. Teknik Triangulasi Teknik triangulasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada (Sugiyo, 2010). Dengan melakukan pengumpulan data triangulasi, maka sebenarnya dilakukan pengujian kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data. Data yang diperoleh melalui teknik triangulasi lebih memiliki kekuatan apabila dibandingkan dengan satu pendekatan (Prastowo, 2010). Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data dibedakan menjadi empat macam, yakni triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi penyidik, dan triangulasi teori (Moleong, 2004). Namun sebagai teknik pengumpulan data, ada dua jenis triangulasi yakni triangulasi teknik dan triangulasi sumber (Sugiyono, 2010). Triangulasi teknik yakni teknik pengumpulan data dimana peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data yang sama. Triangulasi sumber adalah penggunaan
49
teknik yang sama oleh peneliti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda. 3. Menggunakan bahan referensi Menurut Sugiyono (2010), bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Pada penelitian ini untuk menjaga keabsahan data digunakan triangulasi data berdasarkan triangulasi teknik dan sumber. Saat penelitian, hasil observasi didapatkan melalui perpanjangan keikutsertaan dalam waktu 3 minggu dari hari senin sampai hari minggu jam 6 pagi sampai jam 6 sore dengan ikut serta dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh informan sehingga lebih intens dalam melakukan pengamatan. Sedangkan untuk hasil wawancara mendalam didapatkan dari beberapa informan yaitu HES Spesialist, pengawas dan pekerja yang dilakukan berulang kali sampai jawaban yang didapatkan jenuh serta analisis dokumen yang diperkuat dengan bahan referensi yaitu rekaman hasil wawancara mendalam, foto-foto yang mendukung hasil penelitian dan dokumen-dokumen pendukung yang dimiliki perusahaan. Adapun tabel triangulasinya dapat dilihat pada tabel 4.1.
50
Tabel 4.1 Tabel Triangulasi Data Substansi Penelitian
Observasi
Wawancara
Dokumen
Informan
Mendalam Sumber Daya
-
Prosedur JSA
HES Spesialist, tim leader dan pekerja
Manusia
-
Prosedur pelaksanaan kerja
(operator plant, driver dan helper
aman PT X
vacuum truck, pekerja chemical, dan
Formulir penilaian kinerja
pekerja maintenance PT X)
√
√
-
analisa bahaya (JHA/JSA) Metode √
-
Prosedur JSA
HES Spesialist, tim leader dan pekerja
-
Prosedur pelaksanaan kerja
(operator plant, driver dan helper
aman PT X
vacuum truck, pekerja chemical, dan
√
pekerja maintenance PT X) Fasilitas √
-
Prosedur JSA
HES Spesialist, pengawas dan pekerja
-
Formulir penilaian kinerja
(operator plant, driver dan helper
analisa bahaya (JHA/JSA)
vacuum truck, pekerja chemical, dan
Dokumen SOP dan JSA
pekerja maintenance PT X)
√ -
beberapa bagian Pelaksanaan identifikasi bahaya
√
√
-
SOP
HES Spesialist, tim leader dan pekerja
-
Prosedur dasar pelaksanaan
(operator plant, driver dan helper
51
(Job Safety Analysis (JSA))
kerja aman PT X
vacuum truck, pekerja chemical, dan
-
Dokumen MSDS
pekerja maintenance PT X)
-
Manual Book peralatan
-
Prosedur JSA
-
Formulir penilaian kinerja analisa bahaya (JHA/JSA)
-
Dokumen SOP dan JSA beberapa bagian
Teridentifikasi
-
bahaya di tempat kerja
√
Dokumen SOP dan JSA
HES Spesialist, pengawas dan pekerja
beberapa bagian
(operator plant, driver dan helper
√
vacuum truck, pekerja chemical, dan pekerja maintenance PT X)
Feedback
HES Spesialist, pengawas dan pekerja (operator plant, driver dan helper √
√
-
vacuum truck, pekerja chemical, dan pekerja maintenance PT X)
53
4.9 PENYAJIAN DATA Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan matriks hasil wawancara mendalam. Penyajian data akan didukung dengan hasil pengamatan lapangan dan analisis dokumen.
DAFTAR PUSTAKA
Akib, Haedar & Antonius Tarigan. 2011. Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan: Perspektif, Model Dan Kriteria Pengukurannya. Jurnal Kebijakan Publik
Ayuningtyas, Dumilah. 2008. Kotak Hitam Sistem Penetapan Kebijakan Dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Managemen Pelayanan Kesehatan
Azwar, Azrul.1997. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Bina Rupa Aksara: Jakarta
Budiman, Didin. __________. Umpan Balik (Feedback), http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/1974090720011 21-DIDIN_BUDIMAN/pedagogi_olahraga/UMPAN_BALIK.pdf diakses pada tanggal 18 Desember 2012 jam 16.45 WIB
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Chandra, Franci. 2010. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kinerja Karyawan Kantor Pusat Perusahaan Daerah Aneka Usaha Nganjuk, http://francichandra.wordpress.com/2010/04/15/pengaruh-tingkat-pendidikanterhadap-kinerja-karyawan-kantor-pusat-perusahaan-daerah-aneka-usahanganjuk/ diakses pada tanggal 18 Desember 2012 jam 15.02 WIB
Chao, Elaine L. 2002. Job Hazard Analysis OSHA 3071. US : Occupational Safety and Health Administration
Darmawan, Arief, 2012, http://industrimigas.blogspot.com/2012/01/chevronindonesia-company.html diakses pada tanggal 20 Maret 2012 jam 19.45
WIB
Dewayanto, Nugroho. 2004. Laporan Utama. Majalah Migas Indonesia Edisi 1/Th1/ 2004. Jogjakarta: Komunitas Migas Indonesia
124
125
Emzir, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
Ericson, Clifton A. 2005. Hazard Analysis Techniques for System Safety. Virginia: Wiley Interscience
Geigle, Steven. 2002. OSHAcademy Course 706 Study Guide Conducting a Job Hazard Analysis. Geigle Communications: Oregon
Herujito, Yayat. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Grasindo : Jakarta
Kementrian ESDM. 2011. Kecelakaan Tambang Fatal Pada Kegiatan Hulu Migas Tahun 2010. http://www.migas.esdm.go.id/wap/?op=Artikel&id=7. diakses tanggal 5 Mei 2011 pukul 11.30 WIB
Kurniawan, Bachtiar Dwi. 2011. Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalitas Guru Di Kota Yogyakarta. Jurnal Studi Pemerintahan Volume 2
Mangkuprawira, Sjafri. 2008. Umpan Balik Efektif, http://ronawajah.wordpress.com/2008/09/18/umpan-balik-efektif/ diakses pada tanggal 18 Desember 2012 jam 17.50 WIB
Martiana, Tri. 2010. Paradigma Sehat Untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pidato Revitalisasi K-3 Melalui Paradigma Sehat (Sebagai Optimalisasi Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja)
Maulana, Heri. 2010. Landasan Teori Dan Pendekatan Sistem (Sebuah Landasan Dalam Teknologi Pendidikan), http://edutechpreneur.wordpress.com/2010/06/03/landasan-teori-danpendekatansistem-sebuah-landasan-dalam-teknologi-pendidikan/ diakses pada tanggal 18 Juli 2012 pukul 15.00 WIB
Moekijat. 1990. Asas-Asas Perilaku Organisasi. Bandung : Mandar Maju
126
Moleong, Lexi, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya : Bandung
Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif, Diva Press: Jogyakarta Prihatini, Lilis Dian. 2009. “Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang”, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Raharjo, Mudjia. Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif. www.mudjiraharjo.com/materi-kuliah/215-jenis-dan-metode-penelitiankualitatif.html diakses pada tanggal 10 Juni 2012 pukul 13.40 WITA
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat Ratnasari, Septa Tri, 2009, “Analisis Resiko Keselamatan Kerja pada Proses Pengeboran Panas Bumi Rig Darat #4 PT APEXINDO Pratama Duta tbk Tahun 2009 ”, Skripsi S1, Universitas Indonesia
Rausand, Marvin. 2005. Job Safety Analysis. Norwegian : Department of Production and Quality Engineering Norwegian University of Science and Technology Saragih, Kasiana. 2010. “Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, dan Masa Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Pelaksana Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kantor Pusat Medan”, Universitas Sumatera Utara
Shaleh, Abdul Rahman dan Yunita Faela Nisa. 2006. Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta Selatan: UIN Jakarta Press. Sitanggang, Paianhot, 2009, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Pegawai Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Di Kabupaten Samosir”, Tesis, Universitas Sumatera Utara
127
Soetjipto. 2007. Pengaruh Faktor Pendidikan, Pelatihan, Motivasi dan Pengalaman Kerja terhadap Kinerja Kepala Desa (Studi pada Kepala Desa di Kecamatan Pakis dan Tumpang Malang). Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 5, Nomor 1
Steiner, George A & John B Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen, Erlangga : Jakarta
Suardi, Rudi. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996. Jakarta : PPM
Subarsono, A. G. 2005. Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Suparyanto, 2011, Mutu Pelayanan Kesehatan, http://drsuparyanto.blogspot.com/2011/04/mutupelayanan-kesehatan.html diakses pada tanggal 22 Juli 2012 pukul 12.45 WIB
Sugiyono, 2010, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta
Tarwaka, 2008, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja, Surakarta :Harapan Press
Tifa. 2010. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja/ OHS Program, http://latifadinar.blogspot.com/2010/11/program-keselamatan-dan-kesehatan-kerja.html diakses pada tanggal 5 Juni 2012 pukul 13.28 WITA
Winarno, Budi, 2007, Kebijakan Publik : Teori dan Proses, Jakarta : Media Fressindo
_____________, 2010, Modul Terminal Y Operator, PT X
_____________,2010, Alat Identifikasi Bahaya, PT X
_____________,2011, Dasar Praktek Kerja Aman, PT X
128
_____________,2011, Statistic Root Cause Analysis Incident, PT X