ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN SIX SIGMA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGHASIL SEPATU DAERAH BOGOR (TAHUN 2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Annisa Rivelia Prawiro NIM: 1112081000017
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN SIX SIGMA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGHASIL SEPATU DAERAH BOGOR (TAHUN 2016)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Annisa Rivelia Prawiro NIM: 1112081000017
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
i
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Annisa Rivelia Prawiro
No. Induk Mahasiswa
: 1112081000017
Jurusan/ Konsentrasi
: Manajemen/ Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas karya ini Jikalau dikemudiak hari terdapat tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, 10 Maret 2016 Yang menyatakan,
Annisa Rivelia Prawiro iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP IDENTITAS DIRI Nama
: Annisa Rivelia Prawiro
Tempat/ Tanggal Lahir
: Bogor/ 10 Maret 1994
Agama
: Islam
Alamat
: Kp. Telukpinang RT 003/001 Kec. Teluk Pinang Kab. Bogor
Telp/ HP
: 02189940464/ 085715389801
Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 2001 – 2006
SDI Amaliah
2006 – 2009
SMPI Cikal Harapan
2009 – 2012
SMAN 4 Bogor
2012 – 2016
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL 2011
English Course, LBPP LIA Bogor
2013
Peserta Sosialisasi Kebijakan Fiskal dengan Materi “Kibjakan Fiskal dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Ekonomi Hijau” yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
2013
Peserta Diskusi Enterpreneurship Chairul Tanjung dan Joko Widodo, SMESCO Convention Hall.
v
2014
Peserta Seminar Pasar Modal bersama Panin Sekuritas, Panin Asset Management dan Bursa Efek Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014
Peserta International Seminar “Toward ASEAN Economic Community 2015; Fair Governments Policies in Islamic Finance Sectors Among ASEAN Countries”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014
Peserta Seminar “Inspiring Leadership and Legacy of Muhammad (PBUH): A Prophet and An Enterpreneur”, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014
Peserta Sosialisasi Kebijakan Fiskal dengan Materi “ASEAN 2015, Threat od Opportunity dan Peran Indonesia dalam Forum APEC dan Kebijakannya”, yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
PENGALAMAN ORGANISASI 2012
Panitia Divisi Saman dalam Acara Dekan Cup 2012 Fakultas
Ekonomi
dan
Bisnis,
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2013
Panitia dalam Management Camp “Together with Management Bring Your Kingdom to the Future”,
vi
Fakultas
Ekonomi
dan
Bisnis,
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2013-2014
Koordinator
Divisi
Hubungan
Luar
Kampus
Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014
Panitia dalam Acara One Day with Wardah Be Smart, Energic, and Inspiring, Wardah Beauty Agent.
PENGALAMAN BEKERJA 2014 – sekarang
Wardah
Beauty
Agent
Technology and Innovation
vii
pada
PT.
Paragon
ABSTRACT
This research is purpose to analyze the production quality control, the quality of production process, identify the causes of defects/ damage to the production process and to know the main factors that effect the quality of SMEs. Sampling method that used in this research is non-probability purposeful sampling with homogeneous sampling strategy, which 30 SMEs producing shoes in Bogor is the research sample for the data normality test, and then was re-selected to 15 SMEs producing shoes in Bogor as a sample for Statistical Quality Control Analysis and Lean Six Sigma Analysis. The data obtained were processed with Smart PLS Software for data normality test, and Microsoft Excel Software to analyze data with the approach of Statistical Quality Control and Lean Six Sigma. The results of data normality test is the quality control of 30 SMEs producing shoes can not be assessed through the quality control of raw materials, product quality control in production and quality control of end product. The results of the statistical quality control analysis is the production quality of SMEs are in controlled. And the results of the lean six sigma analysis is the cause of the damage/ defects in the production process occurs largely in the gluing process. There are five main factors that most effect the quality of SMEs are labor, raw materials, machinery and equipment, working methods and the environment. Keyword: Statistical Quality Control, Lean Six Sigma
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengendalian mutu produksi, menganalisis kualitas proses produksi, mengidentifikasi penyebab kecacatan/ kerusakan pada proses produksi serta mengetahui faktor utama yang mempengaruhi mutu UKM. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode nonprobability purposeful sampling dengan strategi homogeneous sampling, dimana 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor adalah sampel penelitian untuk Uji kenormalan data, kemudian dipilih kembali menjadi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor sebagai sampel untuk analisis Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma. Data-data yang diperoleh diolah dengan Software Smart PLS untuk uji kenormalan data, serta Software Microsoft Excel untuk menganalisis data dengan pendekatan Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma. Hasil dari uji kenormalan data yaitu kualitas pengendalian mutu pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor tidak dapat dinilai melalui kualitas pengendalian bahan baku, kualitas pengendalian mutu produk dalam produksi serta kualitas pengendalian mutu produk akhir. Hasil dari analisis Statistical Quality Control yaitu kualitas produksi UKM adalah dalam keadaan yang terkontrol. Dan hasil dari analisis Lean Six Sigma yaitu penyebab kerusakan/ kecacatan pada proses produksi sebagian besar terjadi pada proses pengeleman. Terdapat lima faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM yaitu tenaga kerja, bahan baku, mesin dan peralatan, metode kerja serta lingkungan. Kata Kunci: Statistical Quality Control, Lean Six Sigma
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Pengendalian Mutu Produksi dengan Pendekatan Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma pada Usaha Kecil dan Menengah Penghasil Sepatu Daerah Bogor (Tahun 2016)”, semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari berbagai pihak yang memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. The one and only Mama Lia Aisyah, SE., yang selalu mendoakan dengan tulus dan ikhlas, memberikan kasih sayang indah sepanjang masa, serta dukungan tiada henti baik moril maupun materil. Semoga kelak saya bisa menjadi kebanggaan bagi Mama baik di dunia maupun di akhirat nanti. 2. Adik tersayang Aldo Febrian Yasin, terimakasih atas berbagai musik yang dimainkan untuk menemani dan menghibur saat penyusunan skripsi. 3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tiada henti
x
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga akhir. 5. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE., MBA., selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dan tak pernah lelah dalam membimbing serta memberikan semangat kepada penulis sejak awal hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. 6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA., sebagai dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan yang positif serta membangun kepada penulis. 7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah sabar dan ikhlas dalam mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis yang Insyaallah akan bermanfaat. 8. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 9. Fauzi Raziz, SE., yang selalu memberikan motivasi dan dorongan agar menjadi pribadi yang lebih baik. 10. Yulvie Sabriani, Fikri Choirunnisa, Hersinta Pusdika, Larassanti Dewi, Asri Lestari dan Rizka Azizi yang sudah bersama-sama sejak awal perkuliahan saling mendukung satu sama lain dalam suka maupun duka, dan juga kepada Alif Mughofir, Lutfi Wijaya dan Achmad Fauzi yang telah memberikan warna indah pertemanan. 11. Kawan-kawan seperjuangan Manajemen 2012 yang bersama-sama saling bertukar fikiran, memberikan semangat serta motivasi. “Friendships consists
xi
in forgetting what one gives and remembering what one receives” – Alexander Dumas. 12. Siti Julaika dan Aldita teman seperjuangan dalam menyusun skripsi, yang sama-sama saling mendukung dan memberikan saran serta bimbingan. Akhir kata, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga segala bentuk bantuan yang telah kalian berikan mendapatkan pahala yang berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta para pembaca.
Ciputat, 10 Maret 2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................. i Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ....................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................. iv Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... v Abstract ........................................................................................................ viii Abstrak ............................................................................................................ ix Kata Pengantar ................................................................................................. x Daftar Isi ....................................................................................................... xiii Daftar Tabel .................................................................................................. xvi Daftar Gambar ............................................................................................. xvii Daftar Lampiran ........................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ............................................................................ 11 2.1.1 Produksi dan Operasi (Production and Operation) ........... 11 2.1.2 Mutu atau Kualitas (Qualiy) ............................................... 13
xiii
2.1.3 Pengendalian Mutu atau Kualitas (Quality Control) ......... 15 2.1.4 Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) .. 23 2.1.5 Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal (Statistical Quality Control) .............................................. 35 2.1.6 Lean Six Sigma ................................................................... 35 2.1.7 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ................................... 36 2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 42 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 46 2.4 Hipotesis ...................................................................................... 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 48 3.2 Populasi dan Teknik Pemilihan Sample ...................................... 48 3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 49 3.4 Metode Analisis Data ................................................................... 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 54 4.1.1 Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor ..................... 56 4.1.2 Bahan Baku serta Alat dan Mesin Produksi pada UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor ......................................... 60 4.1.3 Tahapan Produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor 61 4.2 Uji Kenormalan Data ................................................................... 62 4.2.1 Validitas Konvergen (Convergent Validity) ....................... 62 4.2.2 Composite Reliability .......................................................... 65
xiv
4.2.3 Average Variance Extracted (AVE) .................................. 66 4.2.4 Outer Weights ..................................................................... 67 4.2.5 Effect Size .......................................................................... 68 4.2.6 Pengujian Hipotesis ............................................................ 68 4.3 Analisis Statistical Quality Control ............................................. 71 4.4 Analisis Lean Six Sigma .............................................................. 87 4.4.1 Tahap Define dan Measure ................................................. 88 4.4.2 Tahap Analyze .................................................................... 98 4.4.3 Tahap Improve .................................................................. 101 4.4.4 Tahap Control ................................................................... 102 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................... 104 5.2 Saran ........................................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 107
xv
DAFTAR TABEL Nomor 1.1
Keterangan Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil,
Halaman 2
Menengah (UMKM) dan Usaha Besar Tahun 2012-2013 2.1
Penelitian Terdahulu
42
4.1
Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor
56
4.2
Nama Alat dan Mesin pada UKM Penghasil
60
Sepatu Daerah Bogor 4.3
Nilai Composite Reliability
66
4.4
Nilai Average Variance Extracted
66
4.5
Nilai Outer Weights
67
4.6
Nilai Effect Size
68
4.7
Nilai Path Coefficient Hipotesis H1
68
4.8
Nilai Path Coefficient Hipotesis H2
69
4.9
Nilai Path Coefficient Hipotesis H3
69
4.10
Nilai Path Coefficient Hipotesis H4
70
4.11
Nilai Path Coefficient Hipotesis H5
71
xvi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Sistem Produksi dan Operasi
12
2.2
Indikator-indikator untuk Mengukur UKM
41
yang Bermutu 2.3
Kerangka Pemikiran Teoritis
45
2.4
Hipotesis
46
3.1
Contoh Diagram Pareto
52
4.1
Output PLS Algorithm Variabel (X1)
62
4.2
Output PLS Algorithm Variabel (X2)
63
4.3
Output PLS Algorithm Variabel (X3)
63
4.4
Output PLS Algorithm Variabel (X4)
64
4.5
Output PLS Algorithm Variabel (Y1)
65
4.6
Kusnadi Home Industry P Chart of Damage
73
4.7
Assenda Sepatu Sendal P Chart of Damage
74
4.8
Mutiara Sepatu Sendal P Chart of Damage
75
4.9
Meliska P Chart of Damage
76
4.10
Azfa Collection P Chart of Damage
77
4.11
Endang Home Industry P Chart of Damage
78
4.12
Uyung Home Industry P Chart of Damage
79
4.13
VIVAN Shoes P Chart of Damage
80
4.14
Bengkel Dr. Kevin P Chart of Damage
81
4.15
Balete Shoes P Chart of Damage
82
xvii
4.16
UKM Abdul Shoes P Chart of Damage
83
4.17
Nugraha Sugih P Chart of Damage
84
4.18
Bengkel H. Endang P Chart of Damage
85
4.19
Monita Shoes P Chart of Damage
86
4.20
She Must Wear P Chart of Damage
87
4.21
Diagram Pareto Kusnadi Home Indsutry
88
4.22
Diagram Pareto Assenda Sepatu Sendal
89
4.23
Diagram Pareto Mutiara Sepatu Sendal
90
4.24
Diagram Pareto Meliska
91
4.25
Diagram ParetoAzfa Collection
92
4.26
Diagram Pareto Endang Home Industry
93
4.27
Diagram Pareto Uyung Home Industry
93
4.28
Diagram Pareto VIVAN Shoes
93
4.29
Diagram Pareto Bengkel Dr. Kevin
94
4.30
Diagram Pareto Balete Shoes
95
4.31
Diagram Pareto UKM Abdul Shoes
95
4.32
Diagram Pareto Nugraha Sugih
96
4.33
Diagram Pareto Bengkel H. Endang
97
4.34
Diagram Pareto Monita Shoes
97
4.35
Diagram Pareto She Must Wear
98
4.36
Diagram Sebab - Akibat
100
4.37
Rekomendasi Perbaikan
101
xviii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Keterangan
Halaman
1
Kuesioner Penelitian
109
2
Jawaban Kuesioner
114
3
Output PLS Algorithm
116
4
Hasil Perhitungan untuk Diagram Kendali P
117
5
Hasil Perhitungan untuk Diagram Pareto
120
xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diakui, bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang (NSB) tetapi juga di negara-negara maju (NM). Pada negara maju, UMKM sangat penting, tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar, seperti halnya negara sedang berkembang, tetapi juga kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar (Tulus Tambunan, 2012: 1). Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat bahwa pada tahun 2013 terdapat 57.895.721 unit UMKM atau menempati pangsa pasar Indonesia sekitar 99,99%. Dapat dilihat bahwa UMKM mengalami perkembangan sebesar 1.361.129 unit sejak tahun 2012 sampai 2013. Dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 6.486.573 atau sebesar 6,03% dan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto sebesar 570.439,8 atau sebesar 11,71%.
1
Tabel 1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar Tahun 2012-2013 No
Indikator
Satuan
Tahun 2012 Jumlah
1
2
Unit Usaha (A+B) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UM) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menen gah (UM) B. Usaha Besar (UB) Tenaga Kerja (A+B) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UM) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menen gah (UM) B. Usaha Besar (UB)
(unit)
(orang)
Pangsa (%)
56.539.560
Tahun 2013 Jumlah
Pangsa (%)
57.900.787
Perkembangan Tahun 2012-2013 Jumlah Pangsa (%) 1.361.227 2,41
56.534.592
99,99
57.895.721
99,99
1.361.129
2,41
55.856.176
98,79
57.189.393
98,77
1.333.217
2,39
629.418
1,11
654.222
1,13
24.803
3,94
48.997
0,09
52.106
0,09
3.110
6,35
4.968
0,01
5.066
0,01
98
1,97
6.873.090
6,20
110.808.154
117.681.244
107.657.509
97,16
114.144.082
96,99
6.486.573
6,03
99.859.517
90,12
104.624.466
88,90
4.764.949
4,77
4.535.970
4,09
5.570.231
4,73
1.034.262
22,80
3.262.023
2,94
3.949.385
3,36
687.363
21,07
3.150.645
2,84
3.537.162
3,01
386.517
12,27
2
3
4
PDB atas Dasar Harga Berlaku (A+B) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UM) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menen gah (UM) B. Usaha Besar (UB) PDB atas Dasar Harga Konstan 2000 A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UM) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menen gah (UM) B. Usaha Besar (UB)
(Rp. Milyar )
(Rp. Milyar )
8.241.864,3
9.014.951,2
773.086,9
9,38
4.869.568,1
59,08
5.440.007,9
60,34
570.439,8
11,71
2.951.120,6
35,81
3.326.564,8
36,90
375.444,2
12,72
798.122,2
9,68
876.385,3
9,72
78.263,1
9,81
1.120.325,3
13,59
1.237.057,8
13,72
116.732,5
10,42
3.372.296,1
40,92
3.574.943,3
39,66
202.647,2
6,01
145.194,4
5,75
2.525.120,4
2.670.314,8
1.451.460,2
57,48
1.536.918,8
57,56
85.458,5
5,89
790.825,6
31,32
807.804,50
30,25
16.978,9
2,15
294.260,7
11,65
342.579,19
12,83
48.318,5
16,42
366.373,9
14,51
386.535,07
14,48
20.161,1
5,50
1.073.660,1
42,52
1.133.396,05
42,44
59.735,9
5,56
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Berkembangnya Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia harus diikuti pula dengan peningkatan daya saing dan keunggulan kompetitifnya agar
3
mampu bertahan menghadapi berbagai peluang serta ancaman, baik ancaman eksternal maupun ancaman internal. Peluang sekaligus ancaman yang akan dihadapi oleh UKM salah satunya adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yg disingkat dengan MEA, yang diberlakukan pada akhir tahun 2015. MEA merupakan sebuah gagasan dari para pemimpin ASEAN dan seluruh negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan pembangunan negara-negara ASEAN dengan melakukan integrasi ekonomi yaitu aliran bebas barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terdidik antar negara ASEAN. Dengan adanya MEA maka akan terjadi perdagangan bebas (free trade), penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja dan pasar modal yang bebas. Deklarasi Masyarakat Ekonomi ASEAN bertujuan membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang menggerakan para pelaku usaha, suatu kawasan dengan membangun ekonomi yang merata, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi serta kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global. Usaha kecil dan menengah (UKM) termasuk usaha mikro merupakan bagian tulang punggung perekonomian Negara-negara anggota ASEAN. UKM merupakan sumber terbesar dari pendapatan lokal disamping semua sektor ekonomi, baik pada area pedesaan dan perkotaan. Sektor UKM yang kuat, dinamis dan efisien menentukan perkembangan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh sebab itu, dorongan dan promosi UKM yang kompetitif dan inofatif dibutuhkan dalam memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi wiliayah ASEAN yang lebih baik (ASEAN Policy Blueprint for SME
4
Development, 2009: 1). Untuk menghadapi MEA para pelaku UKM harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan dengan para pelaku UKM dari Negara ASEAN lainnya. Yang menjadi pertanyaan besar bagi para pelaku UKM di Indonesia tentunya adalah tentang kesiapan mereka dalam mempersiapkan strategi-strategi bersaing dan kesiapan dalam menghadapi berbagai jenis produk asing yang sampai saat ini sudah dapat ditemukan dibanyak tempat di Indonesia. Michael Porter menawarkan dua strategi bersaing untuk mengungguli para pesaing dalam bisnis yaitu biaya rendah dan diferensiasi. Biaya rendah adalah kemampuan perusahaan atau sebuah unit bisnis untuk merancang, membuat dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisien daripada pesaingnya. Sedangkan diferensiasi adalah kemampuan untuk menyediakan nilai unik dan superior kepada pembeli dari segi kualitas, keistimewaan/ciri-ciri khusus atau layanan purna-jual (J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, 2003: 245).Dari kedua strategi tersebut, strategi diferensiasi lebih unggul dalam menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada strategi biaya rendah karena dengan adanya diferensiasi mengakibatkan produk sulit untuk tersaingi. Karena keunggulan strategi diferensiasi tersebut, maka para pelaku usaha perlu untuk meningkatkan kualitas produknya. Russel dalam Ariani (2002:9) mengidentifikasi tujuh peran kualitas, yaitu: 1. Meningkatkan reputasi perusahaan 2. Menurunkan biaya
5
3. Meningkatkan pangsa pasar 4. Dampak internasional 5. Adanya pertanggungjawaban produk 6. Penampilan produk 7. Mewujudkan kualitas yang dirasa penting. Untuk menciptakan produk yang berkualitas, maka diperlukan suatu pengendalian mutu proses produksi yang berkelanjutan. Sehingga nantinya UKM mampu menghasilkan produk dengan mutu yang baik sesuai dengan kebutuhan konsumen yang berdampak pada kesetiaan konsumen terhadap produk UKM. Dalam proses pengendalian mutu produksi tidak hanya dapat diketahui produk memenuhi standar atau tidak, tetapi dapat membantu para pelaku usaha untuk memusatkan perhatiannya pada perbaikan mutu. Produk yang dihasilkan oleh UKM harus selalu diperiksa agar selalu terjaga kualitasnya dan agar dapat mengetahui produk-produk yang tidak memenuhi standar agar tidak sampai ketangan konsumen. Gambaran mengenai kualitas produk UKM dapat diketahui melalui metode Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Manajemen Mutu Terpadu adalah sebuah metode dengan budaya, sikap dan struktur organisasi dari sebuah perusahaan yang berusaha untuk menyediakan pelanggan dengan produk dan jasa yang memenuhi atau melebihi kebutuhan mereka dengan melibatkan manajemen dan seluruh karyawan dalam perbaikan terus-menerus terhadap produk dan jasa yang diproduksi dengan mengurangi
6
kerugian akibat praktik-praktik pemborosan, pembuangan dan cacat (Thomas Sumarsan, 2010: 185). Christine Dwi dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang berjudul Kajian Teoritis Sistem Manajemen Mutu pada Usaha Kecil Menengah Menghadapi Tantangan Globalisasi menyimpulkan bahwa Sistem Manajemen Mutu terbaik yang diterapkan untuk Usaha Kecil Menengah adalah: 1. Kegiatan untuk menjamin mutu produk pada UKM ada tiga hal: perencanaan mutu, pengendalian mutu dan perbaikan mutu, agar mutu produk selalu terjamin kualitasnya. 2. Untuk menjamin kualitas produk secara sah ada ketentuan standarisasi di Indonesia yang berlaku adalah SNI (Standar Nasional Indonesia), ada proses dan biaya sertifikasinya, SNI ini diterapkan secara wajib bagi produk-produk tertentu yang berlisensi beredar resmi di pasaran dengan skala nasional dan internasional. Karena SNI sudah mengadopsi ISO. 3. Untuk
Produk
yang diekspor
secara
internasional
sebaiknya
menerapkan ISO dalam Sistem Manajemen Mutu Produk yang dihasilkan ISO 9001:2000. 4. Penerapan model sistem Manajemen Mutu pada UKM dalam bentuk EFQM yang diterapkan di Eropa dapat diterapkan di UKM yang ekspor ke Eropa yang mengukur kinerja sistem dan hasil yang dicapai secara ideal.
7
5. TQM menggambarkan penekanan mutu yang memacu seluruh organisasi dalam UKM, mulai dari pemasok sampai konsumen untuk kualitas produk terbaik. Atas dasar begitu rumit serta pentingnya proses produksi dalam menentukan kualitas sebuah produk sepatu yang dihasilkan UKM di daerah Bogor, memberikan ide kepada peneliti untuk melakukan analisis terhadap pengendalian mutu produksi. Dengan menggunakan pendekatan Statistical Quality Control (SQC) dapat diketahui kualitas proses produksi dan kualitas hasil akhir yang ditunjukan dengan jumlah produk cacat/rusak berada pada batas hasil Upper Control Limit (UCL) atau Lower Control Limit (LCL). Sedangkan dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma dengan metode Define,
Measure,
Analyze,
Improve,
dan
Control
(DMAIC)
dapat
mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan, pembuangan dan cacat pada proses produksi akibat non value added activity yang membuat proses produksi menjadi semakin lama. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengendalian mutu pada proses produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor? 2. Bagaimana kualitas proses produksi pada UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor?
8
3. Apa penyebab kecacatan/kerusakan pada proses produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor? 4. Apa faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengendalian mutu proses produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor. 2. Menganalisis kualitas proses produksi pada UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor. 3. Mengidentifikasi penyebab kecacatan/kerusakan pada proses produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor. 4. Mengidentifikasi faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor . 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, diantaranya: a. Bagi UKM, memberikan informasi yang baik untuk mengetahui kinerja pengendalian mutu produksi dan kualitas produk akhir dalam rangka meningkatkan kualitas UKM. Serta membantu pula menyelesaikan masalah kecacatan/kerusakan dan pemborosan yang sering terjadi dalam
9
proses produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laba UKM. b. Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti yang lain yang akan melakukan penelitian pada ruang lingkup yang sama dalam rangka mengkaji lebih jauh lagi tentang masalah ini. c. Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai pengembang ilmu pengetahuan khususnya tentang analisis pengendalian mutu produksi pada UKM.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Produksi dan Operasi (Production and Operation) Pengertian produksi dan operasi dalam ekonomi adalah merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa (Sofjan Assauri, 2008: 18).Produksi dan operasi adalah kegiatan mengolah masukan (input) menjadi produk barang atau jasa (output)dengan menggunakan berbagai sumber daya yang dimiliki. Masukan yang dimaksud dalam proses produksi dan operasi ini adalah bahan baku, listrik, bahan bakar, sumber daya manusia dan dana atau modal. Fungsi utama dari proses produksi dan operasi ini adalah menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas dan memilik manfaat bagi konsumen, sehingga dapat memberikan hasil pendapatan bagi suatu usaha. Selain fungsi tersebut, menurut Prof. Dr. Sofjan Assauri terdapat empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi, yaitu: a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan (inputs). b. Jasa-jasa
penunjang,
merupakan
sarana
yang
berupa
pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode
11
yang
akan
dijalankan,
sehingga
proses
pengolahan
dapat
keterkaitan
dan
dilaksanakan secara efektif dan efisien. c. Perencanaan,
merupakan
penetapan
pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode teretentu. d. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (inputs) pada kenyataannya dapat dilaksanakan. Gambar 2.1 Sistem Produksi dan Operasi
-
Masukan:
Transformasi:
Keluaran:
Bahan Tenaga kerja Mesin Energi Modal Informasi
Proses Konversi
Barang atau Jasa
Informasi Umpan Balik Sumber: Prof. Dr. Sofjan Assauri (2008)
Sistem produksi dan operasi tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi dilakukan dengan kerjasama oleh sejumlah orang. Sehingga dalam proses produksi
dan
operasi
diperlukan
suatu
manajemen
untuk
12
mengoordinasikan dan mengatur faktor-faktor produksi agar proses produksi dan operasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Manajemen produksi dan operasi merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian sumber-seumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barangbarang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Sofjan Assauri, 2008: 19). Dalam manajemen produksi dan operasi terdapat beberapa hal yang dilakukan, seperti: (1) Penyusunan rencana produksi dan operasi. (2) Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku. (3) Pemeliharaan atau perawatan (maintenanace) mesin dan peralatan. (4) Pengendalian mutu. (5) Pengelolaan tenaga kerja dalam proses produksi dan operasi, desain tugas dan pekerjaan, dan pengukuran kerja. 2.1.2 Mutu atau Kualitas (Quality) Mutu atau kualitas merupakan hal terpenting dalam membuat sebuah produk barang atau jasa. Dengan adanya mutu atau kualitas yang baik dapat menciptakan keinginan pelanggan untuk menggunakan barang atau jasa yang kita tawarkan. Sejalan dengan perkembangan dalam dunia usaha dan bidang teknologi, maka para pelaku usaha berusaha untuk menjaga reputasi dan nama baik dengan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas produk barang atau jasanya agar mampu menghadapi para pesaing dan bertahan dalam pangsa pasar.
13
Mutu atau kualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya (Sofjan Assauri, 293: 2008): a. Fungsi Suatu Barang Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memerhatika fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut. b. Wujud Luar Salah satu faktor yang penting dan sering digunakan oleh konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang tersebut. c. Biaya Barang Tersebut Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya, bahwa barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih rendah. Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik dibutuhkan biaya yang lebih mahal. Para pelaku bisnis cenderung mempertahankan dan meningkatkan kualitas atau mutu sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Namun, untuk
14
menghasilkan kualitas atau mutu tersebut dibutuhkan biaya yang disebut dengan biaya mutu (Quality Cost). Biaya mutu dikelompokkan menjadi (Sofjan Assauri, 295: 2008): a. Biaya Pencegahan (Prevention), biaya-biaya yang diperlukan dalam melakukan usaha-usaha untuk mencapai suatu mutu tertentu, agar jangan sampai terjadi barang-barang produk yang cacat. b. Biaya Penaksiran (Appraisal), biaya-biaya yang dibutuhkan dalam melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga mutu. Dengan kata lain, biaya penaksiran merupakan biaya yang diperlukan untuk melakukan penilaian atas mutu dari barang-barang yang dihasilkan. c. Biaya Kegagalan (Failure), biaya-biaya yang disebabkan oleh faktorfaktor internal yang di dalam hal ini disebut dengan kegagalan internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pengolahan (processing). Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan eksternal (external failure) meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan atau penggantian dari produk yang gagal atau rusak sesudah sampai ditangan pembeli, maupun untuk usaha-usaha penyelidikan dan perubahan desain sebagai akibat gagalnya suatu produk dalam pasaran. 2.1.3 Pengendalian Mutu atau Kualitas (Quality Control) Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan kualitas produk (jasa) perusahaan dapat 15
dipertahankan sebagaimana yang direncanakan (Agus Ahyari, 2002: 239).Dimana pengertian kualitas menurut lima pakar Manajemen Mutu Terpadu yaitu (M.N. Nasution, 2005: 15): (1) Menurut Juran, kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (find for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada teknologi, psikologi, waktu, kontraktual, dan etika. Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaan yang lama, meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (quality assurance) dan sesuai etika bila digunakan. (2) Menurut Crosby, kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi. (3) Menurut Deming, kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. (4) Menurut
Feigenbaum,
kualitas
adalah
kepuasan
pelanggan
sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk.
16
(5) Menurut Garvin, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Sedangkan
menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesiapengertian
pengendalian adalah proses, cara, perbuatan mengendalikan; pengekangan; pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa pengendalian kualitas adalahaktivitas pengawasan atau pemeriksaan suatu proses produksi agar berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan yang melibatkan sumber daya bahan baku dan manusia, teknologi serta lingkungan yang hasilnya dapat sesuai bahkan melebihi ekspektasi atau kebutuhan konsumen, sehingga dapat tercipta suatu loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan. Ilmu pendidikan selalu berkembang, begitupula dengan konsep pengendalian mutu yang mengalami lima tahap perkembangan yaitu: (1) Tahap pertama dikenal sebagai era tanpa mutu. Masa ini dimulai sebelum abad ke-18 dimana produk yang dibuat tidak diperhatikan mutunya. Hal seperti ini mungkin terjadi karena pada saat itu belum
17
ada persaingan (Monopoli) dalam era modern saat ini, praktik seperti ini masih bisa dijumpai. (2) Era inspeksi. Era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an, dimana pemilihan produk akhir dilakukan dengan cara melakukan inspeksi seblum dilepas ke konsumen. Tanggung jawab mutu produk diserahkan sepenuhnya ke dapertemen inspeksi (quality control). (3) Statistical Quality Control Era (Pengendalian Mutu Secara Statistik). Era ini dimulai tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone Laboratories. Departemen inspeksi dilengkapi denngan alat dan metode statistik untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada produk yang dihasilkan departemen produksi. Departemen produksi menggunakan data tersebut untuk melakukan perbaikan terhadap sistem dan proses. (4) Quality Assurance Era. Era ini mulai berkembang tahun 1950-an. Konsep mutu meluas dari sebatas tahap produksi ke tahap desain dan berkoordinasi dengan departemen jasa (Mainenance, Gudang, dan lain-lain). Manajemen mulai terlibat dalam penentuan supplier. Konsep biaya mutu mulai dikenal, bahwa aktivitas pencegahan akang mengurangi pengeluaran daripada upaya perbaikan cacat yang sudah terjadi. Desain yang salah misalnya akan mengakibatkan kesalahan produksi atau instalasi, oleh sebab itu sangat dibutuhkan ketelitian desain untuk mengurangi biaya. Contoh dari era ini adalah penggunaan ISO 9000 versi 1994.
18
(5) Strategic Quality Management / Total Quality Management. Dalam era ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dalam menjadikan kualitas sebagai modal untuk menepatkan perusahaan siap bersaing dengan kompetitor. Sistem ini didefinisikan sebagai sitem manajemen strategis dan integratif yang melibatkann semua manajer dan karyawan serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki proses-prose organisasi secara berkesinambungan agar dapat memenuhi dan melampaui harapan pelanggan. Contoh era ini adalah penggunaan sistem manajemen mutu ISO 9000 versi 2000 dan 2008. Untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen, maka dibuat karakteristikkarakteristik mutu produk yang kemudian dirumuskan dalam standar mutu. Standar mutu berfungsi sebagai batasan mutu yang harus dipenuhi agar produk yang dihasilkan sesuai dengan apayang diharapkan pelanggan. Oleh karena itu pengendalian mutu tidak lepas dari penetapan standar mutu yang diuraikan sebagai berikut (Agus Ahyari, 2002: 246): a. Standar bahan baku, meliputi : (1) Standar mutu bahan baku Mutu bahan baku ini sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya mutu produk yang baik. Bahan baku yang mempunyai mutu yang stabil, setidaknya akan menunjang stabilitas dari mutu produk yang dihasilkan.
19
(2) Standar penggunaan bahan baku Merupakan alat untuk mengadakan pengendalian penggunaan bahan baku,sehingga penggunaan bahan baku akan terencana dan tidak terjadi penyimpangan. (3) Standar harga bahan baku Dalam hal ini perusahaan akan dapat memperkirakan kebutuhan dana untuk bahan baku yang dibutuhkan. b. Standar tenaga kerja, meliputi : (1) Standar upah Pemberian upah atau gaji dengan dasar perhitungan yang mudah dimengerti oleh para karyawan akan membuat para karyawan puas. (2) Standar jam kerja Merupakan suatu standar dari jumlah waktu yang menyelesaikan suatu unit pekerjaan. c. Standar peralatan produksi, meliputi : Standar kapasitas, bentuk dan ukuran. Hal ini sangat erat hubungannya dalam penentuan tingkat operasi yang optimal. Mesinmesin yang tidak mempunyai ukuran standar akan mengalami kesulitan dalam mencari suku cadang serta akan mengakibatkan sulitnya perbaikan-perbaikan yang harus dilaksanakan apabila terjadi kerusakan. d. Standar mutu produk, meliputi : Daya tahan produk dan daya guna produk, dimaksudkan sebagai ketahanan produk tersebut dalam penggunaannya.Sedangkan daya guna
20
adalah kegunaan produk tersebut. Semakin tinggi tingkat kegunaannya akan semakin besar pula manfaat yang dapat diperoleh oleh pembeliannya. Standar mutu diterapkan mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi dan peralatan yang digunakan, hasil akhir produk, dan distribusi produk sampai ke tangan konsumen, hingga faktor lain seperti kesejahteraan karyawan. Semakin kecil tingkat kesalahannya, maka produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik pula. Terlepas dari komponen yang dapat dijadikan obyek pengukuran kualitas, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Zulian Yamit, 2005: 349) a. Fasilitas operasi seperti kondisi fisik bangunan b. Peralatan dan perlengkapan c. Bahan baku atau material d. Pekerjaan ataupun staf organisasi Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas diuraikan sebagai berikut (Zulian Yamit, 2005: 350): a. Pasar atau tingkat persaingan Persaingan sering merupakan penentu dalam menetapkan tingkat kualitas output suatu perusahaan, makin tinggi tingkat persaingan akan memberikan pengaruh pada perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dalam era bebas yang akan datang konsumen dapat
21
berharap untuk mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah. b. Tujuan Organisasi (Organization obyectives) Apakah perubahaan bertujuan untuk menghasilkan output tinggi, barang yang berharga rendah (low price product) atau menghasilkan barang yang berharga mahal, exklusif (exclusive expensive product). c. Testing Produk (product testing) Testing yang kurang memadai terhadap produk yang dihasilkan dapat berakibat kegagalan dalam mengungkapkan kekurangan yang terdapat pada produk. d. Desain Produk (product design) Cara mendesain produk pada awalnya dapat menentukan kualitas produk itu sendiri. e. Proses Produksi (production process) Prosedur untuk memproduksi produk dapat juga menentukan kualitas produk yang dihasilkan. f. Kualitas Input (quality of inputs) Jika bahan yang digunakan tidak memenuhi standar, tenaga kerja tidak terlatih, atau perlengkapan yang digunakan tidak tepat, akan berakibat pada produk yang dihasilkan. g. Perawatan perlengkapan (equipment maintenance) Apabila perlengkapan tidak dirawat secara tepat atau suku cadang tidak tersedia maka kualitas produk akan kurang dari semestinya.
22
h. Standar Kualitas (quality standart) Jika perhatian terhadap kualitas dalam organisasi tidak nampak, tidak ada testing maupun inspeksi, maka output yang berkualitas tinggi sulit dicapai. i. Umpan balik konsumen (customer feedback) Jika
perusahaan
kurang
sensitif
terhadap
keluhan-keluhan
konsumen, kualitas tidak akan meningkat. Produk,
bukan
hanya
ditentukan
dari output produk
yang
dihasilkan.Faktor-faktor pada lingkungan sekitar seperti kondisi peralatanperalatan kerja dan konsistensi perusahaan untuk selalu berinovasi sesuai dengan selera pasar juga memiliki peranan penting dalam menentukan berkualitasnya suatu produk. 2.1.4 Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) Manajemen Mutu Terpadu adalah sebuah metode dengan budaya, sikap dan struktur organisasi dari sebuah perusahaan yang berusaha untuk menyediakan pelanggan dengan produk dan jasa yang memenuhi atau melebihi kebutuhan mereka dengan melibatkan manajemen dan seluruh karyawan dalam perbaikan terus-menerus terhadap produk dan jasa yang diproduksi dengan mengurangi kerugian akibat praktik-praktik pemborosan, pembuangan
dan
cacat
(Thomas
Sumarsan,
2010:
185).Dengan
menggunakan metode Manajemen Mutu Terpadu ini biasanya UKM mampu mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laba, karena UKM mampu
23
menjalankan proses produksinya dengan benar sesuai dengan standar yang berlaku. Bagi UKM yang menggunakan metode Manajemen Mutu Terpadu biasanya mengutamakan kepuasan pelanggan, karena pada metode ini mutu ditentukan oleh pelanggan.
Para pelaku UKM beranggapan bahwa
pelanggan merupakan faktor penyebab keberlangsungan hidup, karena pelanggan yang akan menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan. Di kutip dari buku Sistem Pengendalian Manajemen karya Thomas Sumarsan, terdapat beberapa pendapat tentang manajemen mutu terpadu diantaranya: a. William Edward Deming mengungkapkan empat belas pokok butiran yang merupakan ikhtisar dari pandangan beliau mengenai apa yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi untuk sebuah perbaikan secara berkesinambungan (Continous Improvement): (1)
Menciptakan
keinginan
yang
teguh
untuk
mencapai
peningkatan mutu produk dan jasa sehingga dapat menjadi kompetitif, tetap bertahan di dalam dunia usaha dan penyediaan lapangan kerja. (2)
Menganut filsafat yang baru. Manajem harus belajar bahwa sekarang berada dalam era perekonomian baru dan bersiaplah menghadapi tantangan, pahami tanggung jawabnya, dan lakukan prinsip-prinsip kepemimpinan menghadapi perubahan.
24
(3)
Berhentilah
menggantungkan
diri
pada
inspeksi
untuk
mencapai mutu. Bangun mutu sejak dari awal. (4)
Berhentilah memberikan kontrak berdasarkan basis penawaran palng murah. Tetapi meminimisasikan biaya total dengan bermitra dengan pemasok dengan membina hubungan jangka panjang.
(5)
Meningkatkan sistem produksi dan pelayanan secara terusmenerus dan selamanya, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, dan karenanya secara terus-menerus akan menurunkan biaya.
(6)
Melaksanakan latihan kerja.
(7)
Melaksanakan
prinsip-prinsip
kepemimpinan.
Tujuan
kepemimpinan hendaklah untuk menolong orang dan teknologi bekerja dengan lebih baik. (8)
Membuang jauh-jauh rasa ketakutan pada pekerja sehingga semua orang dapat bekerja secara efektif.
(9)
Membuang jauh-jauh semua hambatan antar departemen sehingga orang-orang dapat bekerja sebagai sebuah tim.
(10) Membuang semua slogan-slogan, peringatan-peringatan, dan target-terget bagi tenaga kerja. Semua itu akan menciptakan hubungan yang bermusuhan. (11) Menghilangkan kuota dan manajemen berdasarkan tujuan.
25
(12) Menyingkirkan hambatan yang dapat mmerampok kebanggan akan keterampilan para pekerja. (13) Melaksanakan program pendidikan dan peningkatan pribadi secara giat. (14) Mengusahakan agar transformasi menjadi pekerjaan semua orang dan melibatkan semua orang untuk melakukannya. Di Indonesia, penerapan prinsip Deming membutuhkan pendidikan dan pelatihan kepada pekerja untuk menghilangkan pengawasan yang ketat ataupun menghilangkan seluruh pengawasan. b. Joseph M. Juran berkontribusi dalam langkah dasar untuk maju, langkah peningkatan mutu dan trilogi Juran.
Juran – Langkah Dasar untuk Maju (1) Capailah peningkatan terstruktur dengan basis yang terusmenerus disertai dengan dedikasi dan keyakinan bahwa hal itu sangat penting. (2) Laksanakan program pelatihan yang ekstensif. (3) Tegakkan komitemen dan kepemimpinan pada manejemen yang lebih tinggi.
Juran – Kagiatan untuk Perbaikan Mutu (1) Bangun kesadaran tentang kebutuhan akan peningkatan mutu dan pelang bagi peningkatan mutu. (2) Tentukan sasaran bagi peningkatan.
26
(3) Pengorganisasian untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan itu. (4) Laksanakan pelatihan. (5) Implementasikan
proyek-proyek
yang
bertujuan
untuk
memecahkan masalah. (6) Buat laporan perkembangan/kemajuan. (7) Beri penghargaan. (8) Komunikasikan hasil-hasil yang dicapai. (9) Pertahankan tingkat keberhasilan. (10) Jaga momentum dengan cara membuat peningkatan pada sistem regular perusahaan.
Trilogi Juran Perencanaan Mutu (1) Kenali siapa sebenarnya pelanggan. (2) Pelajari kebutuhan pelanggan. (3) Buatlah produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan itu. (4) Ciptakan sistem dan proses yang dapat memberi kemampuan kepada organisasi untuk memproduksi produk. (5) Sebar luaskan perencanaan tersebut hingga k tingkat operasional. Pengendalian Mutu (1) Penilaian kinerja mutu aktual.
27
(2) Bandingkan kinerja dengan sasaran. (3) Lakukan tindakan atas terjadinya perbedaan antara kinerja dengan sasaran. (4) Peningkatan mutu. (5) Peningkatan
mutu
harus
dilaksanakan
dan
berkesinambungan. (6) Ciptakan infrastruktur yang diperlukan untuk melaksanakan peningkatan mutu secara tahunan. (7) Identifikasi bidang/daerah yang memerlukan peningkatan dan laksanakan proyek-proyek peningkatan. (8) Bentuk
tim
proyek
dengan
tanggung
jawab
untuk
meyelesaikan masing-masing proyek peningkatan. (9) Lengkapi tim-tim tersebutdengan apa yang dibutuhkan mereka agar mampu mendiagnosis masalah untuk mencari akar penyebab masalah, cari solusi, dan ciptakan kendali yang akan dapat mepertahankan hasil yang diperoleh. c. Philip B. Crosby mengungkapkan konsep manajemen “zero defects” dan pencegahan (prevention) yang dituangkannya dalam Quality Vaccine dan kegiatan untuk peningkatan mutu.
Vaksin Mutu (Quality Vaccine) (1) Kebulatan tekad (2) Pendidikan (3) Implementasi
28
Crosby – Kegiatan untuk Peningkatan Mutu (1)
Menunjukan secara jelas bahwa manajemen benar-benar serius dengan masalah mutu dan akan menjalankannya untuk jangka yang panjang.
(2)
Membentuk tim-tim mutu yang bersifat antar departemen.
(3)
Mengidentifikasi dimana masalah yang sekarang ataupun yang potensial akan timbul.
(4)
Meninjau biaya yang diperlukan untuk mutu dan jelaskan bagaimana hal itu digunakan sebagai alat manajemen.
(5)
Meningkatkan kesadaran dan komitmen pribadi semua pekerja tentang mutu.
(6)
Mengambil tindakan secara cepat untuk memperbaiki masalah yang telah teridentifikasi.
(7)
Melaksanakan program tanpa cacat.
(8)
Melatih pengawas untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam program mutu.
(9)
Melangsungkan sebuah Hari Tanpa Cacat untuk menjamin semua pekerja sadar bahwa ada arah baru di perusahaan.
(10) Mendorong semua pribadi dan tim untuk meneteapkan tujuan peningkatan mutu. (11) Mendorong semua pekerja agar mau menyampaikan pada manajemen hambatan yang dihadapi mereka dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan mutu.
29
(12) Menghargai pekerja yang mau berpartisipasi. (13) Membentuk
badan
mutu
untuk
mempromosikan
komunikasi yang berkesinambungan. (14) Mengulangi
semua
hal
untuk
menunjukkan
bahwa
penigkatan mutu adalah sebuah proses yang tidak pernah berakhir. Prinsip Manajemen Mutu sebagaimana yang dikemukakan Masaake Imae (1971) yang ditulis dalam bukunya berjudul 10 QC Maxims yang kemudian juga menjadi acuan dalam standar ISO 9001. Instisari dari sepuluh prinsip itu dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1. Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan Pengendalian berkelanjutan
dan
yang
perbaikan harus
menerapkan pendekatan andACTION(urutan
mutumerupakan
dijalankan
secara
kegiatan
sistematis
yang dengan
manajemen (PDCA) PLAN,DO,CHECK
prioritas)
dari
setiap
karakteristik.Setelah
memahami ekspektasi pelanggan terhadapkarakteristik mutu produk, kita dapatmelanjutkan
pertanyaantentang
bagaimana
kepentingan
relative(urutanprioritas)dari setiap karakteristik itu. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat menggunakan suatu alat yang populer dewasa ini, yaitu: Penyebaran Fungsi Mutu (Quality Function Deployment = QFD). Dalam kenyataan, karakteristik mutu yang diinginkan oleh pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggandan kepentinganrelatif dari setiap kriteria dapat saling bertentangan. 30
2. Pengendalian mutu hendaknya dilakukan sejak awal atau sedini mungkin pada setiap proses, sebab keterlambatan pengendalian akan menjadi pemborosan yang tidak perlu yang sebenarnya perlu dicegah. 3. Jangan menyalahkan orang lain Sikap menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Biladitemukan masalah, jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi fikirkanlah penyebab terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah perbaikannya. 4. Bertindak berdasarkan prinsip prioritas. Prinsip prioritas adalah prinsip mengutamakan yang utama, atau mendahulukan yang penting dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa yang akan dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan masalah juga berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam pemecahan suatu masalah, hendaknya prioritas diberikan pada 20% penyebab utamanya yang menimbulakn dampak perbaikan 80%. 5. Proses berikutnya adalah Pelanggan. Pelanggan
adalah
proses
berikutnya
yang
menerima
atau
menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya.Konsephubungan pelanggan-pemasokbiasdiaplikasikan secara internal maupun secara eksternal.Secara internal, setiap proses adalah pelanggan saat menerima
31
hasil kerja dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk, mulai dari distributor, agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai langsung suatu produk atau jasa adalah termasukdalam pengertian hubungan pelanggan-pemasok.Setiap proses berikutnya memiliki empat hal pokok yang sangat penting dan menjadi fokus pemikiran bagi proses sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah kebutuhan, persyaratan, harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya harus memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan dipersepsikan
oleh
proses
berikutnya.
Upaya
sistematis
untuk
mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus pelanggan. 6. Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan. Tindakan koneksi adalah tindakan awal untuk menghilangkan fenomena dari suatu kondisi yang tidak diinginkan.Kondisi yang tidak diinginkan adalah masalah.Misalnya terjadi penyimpangan berat produk.Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu dianalisa secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling dalam.Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya dipikirkan alternatif cara yang paling efektif untuk mencegah terulangnya masalah yang sama. Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan
idealnya
maslah.Perusahaan
dilakukan
harus
bersamaan
mengambil
terhadap
suatu
langkah-langkah
untuk
mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak sesuaian agar masalah yang
32
sama tidak terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan dampak yang ditimbulkan.Perusahaan harus memastikan langkahlangkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak potensi yang ditimbulkan. Fokus sistem manajemen mutu pada hakekatnya adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan mulai dari input,proses sampai output akhir dengan pendekatan sistematik holistik, sinergistik dan antisipatif. 7. Berbicara Berdasarkan Data Data adalah dasar untuk melakukan suatu tinadakan.Dalam penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak agar keputusan yang diambil tepat dan benar.Agar pemanfaatan data dapat tepat dan benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan dalam sistem manajemen mutu. 8. Perbaikan Diawali dengan Penetapan Sasaran Tujuan dari suatu tindakan haruslah jelas dan ditentukan sejak awal agar efektivitas tindakan dapat dinilai secara objektif.Sistem manajemen mutu
ISO
9001
mensyaratkan
perusahaan
untuk
menetapkan
tujuan.Dikatakan sasaran-sasaran mutu, termasuk sasaran lainnya yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit fungsional pada berbagai tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu dibuat spesifik dan sejalan dengan kebijakan mutu.
33
Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn setelah perbaikan.Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip “SMART”. S= Spesific: sasaran harus jelas dan spesifik. M=Measurable: sasaran harus dapat diukur. A=Attainable:sasaran harus realistis dan mungkin dicapai. R=Reasonable: harus ada alasan terhadap pemilihan sasaran. T=Time: sasaran harus dicapai dalam waktu yang telah ditentukan. 9. Market in Concept Konsep dasar merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan produk dengan memfokusakan perhatian pada kebutuhan pasar, bukan pada apa yang mampu diproduksi atau dibuat oleh perusahaan. Hampir sama dengan konsep fokus pelanggan, konsep pasar lebih menekankan pada kebutuhan pasar.Sebelum memproduksi secara masal sebaiknya perusahaan meneliti kebutuhan pasar.Secara lebih fokus kebutuhan pasar berarti melihat kebutuhan,persyratan, harapan, calon pelanggan pada segmen yang menjadi target. 10. Biasakan Mencatat, Membuat Prosedur dan Menetapkan Standar. Menyediakan prosedur tertulis dan penetapan standar mutu/hasil kerja harus selalu dijadikan kebiasaan dalam setiap kegiatan, sehingga tindakan pengendalian dan penngkatan mutu dapat lebih konsisten dan mudah dilakukan.
34
2.1.5 Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal (Statistical Quality Control) Statistical
Quality
Control
merupakan
metode
statistik
untuk
mengumpulkan dan menganalisa data hasil pemeriksaan terhadap sampel dalam kegiatan pengawasan kualitas produksi. Tujuan Statistical Quality Control adalah untuk menunjukkan tingkat reliabilitas sampel dan bagaimana cara mengawasi risiko. Statistical Quality Control juga membantu pengawasan pemrosesan melalui pemberian peringatan kepada para manejer bila mesin-mesin memerlukan beberapa penyesuaian agar mereka dapat menghentikannya sebelum banyak produk rusak dibuat (T. Hani Handoko: 2000:434). 2.1.6 Lean Six Sigma Lean dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sitematik dan unsistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (Non-value-adding activities) melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk (Material, work-in-process, output) dan informasi menggunakan sistem tarik (Pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan (Vincent Gaspersz, 2007:91). Sigma merupakan simbol standar deviasi pada statistik yang merupakan suatu ukuran untuk menyatakan variance atau selisih atau ketidaktepatan sekelompok data, item produksi atau proses produksi. Six Sigma bertujuan untuk meningkatkan profitabiltas perusahaan walaupun peningkatan mutu
35
dan efisiensi pada proses produksi merupakan hal yang utama. Six Sigma merupakan suatu pendekatan yang berfokus pada pelanggan (customer focus oriented) yang memuat asumsi bahwa kesalahan produksi produk atau jasa perusahaan merupakan biaya yang mahal (Thomas Sumarsan, 2010:243). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa Lean Six Sigma merupakan gabungan antara Lean dan Six Sigma yang berarti suatu aktivitas pengendalian proses produksi dengan menghilangkan aktivitasaktivitas pemborosan yang tidak bernilai tambah dengan menggunakan suatu ukuran
untuk
menyatakan
produksiuntuk mencapai
variance
tingkat
kinerja
atau
ketidaktepatan
enam
sigma
proses
atau hanya
memproduksi sedikit cacat untuk setiap satu juta operasi. Pendekatan Lean Six Sigma berlandaskan pada prinsip 5P (Profits, Processes, Project-by-project and People) yang berkaitan satu sama lain (Vincent Gaspersz, 2007:96). 2.1.7 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Pengertian dan Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
36
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang. Kriteria UMKM menurut Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: (1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki
hasil
penjualan
tahunan
paling
banyak
Rp
300.000.000,0 (tiga ratus juta rupiah). (2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
37
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki
hasil
penjualan
tahunan
lebih
dari
Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). b. Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pada tahun 1998, pada saat krisis ekonomi mencapai titik terburuknya dengan dampak negatif yang sangat besar terhadap hampir semua sektor ekonomi di Indonesia, banyak perusahaan dari berbagai skala usaha mengalami kebangkrutan atau mengurangi volume kegiatan secara drastis. Pada saat itu, Menegkop dan UKM memperkirakan hampir 3 juta UMKM berhenti berusaha, dan jumlah
38
usaha menengah dan usaha besar yang tutup usaha, masing-masing sekitar 14,2 dan 12,7 persen dari jumlah unit masing-masing kelompok. Pada tahun 2000, saat ekonomi Indonesia mulai pulih, tercatat ada sekitar 39,7 juta UMKM, atau 99,85 persen dari jumlah perusahaan berbagai skala usaha di Indonesia. Pada tahun yang sama, ada sekitar 78,8 juta usaha menengah, dengan rata-rata nilai penjualan per tahun berkisar lebih dari Rp 1 juta dan kurang dari Rp 50 miliar, atau 0,14 persen dari semua usaha yang ada. Dibalik perkembangan UMKM yang sangat meningkat pasca krisis ekonomi, perkembangan UMKM dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-hambatan tersebut bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, atau antara pedesaan dan perkotaan, atau antar sektor, atau antar sesama perusahaan di sektor yang sama. Namun demikian, ada sejumlah persoalan yang umum untuk semua UMKM. Persoalan umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input lainnya, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi (kualitas SDM rendah) dan kemampuan teknologi, biaya transportasi dan energi yang tingg; keterbatasan komunikasi, biaya tinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks khususnya dalam pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan dan kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak menentu arahnya.
39
Permasalahan utama yang dihadapi sebagian besar UMKM adalah keterbatasan modal. Menurut Tulus Tambunan (2012), walaupun banyak bank yang menawarkan kredit khusus bagi pengusaha kecil, sebagian besar pemilik usaha tidak pernah mendapatkan kredit bank atau lembaga keuangan lainnya. Mereka tergantung sepenuhnya pada uang/tabungan mereka sendiri, uang/bantuan dari saudara/kenalan untuk mendanai usaha mereka. Alasannya beragam; ada yang tidak pernah dengar atau menyadari adanya adanya skim-skim khusus tersebut, ada yang pernah mencoba tetapi ditolak karena usahanya dianggap tidak layak untuk didanai atau mengundurkan diri karena rumitnya prosedur administrasi, atau tidak bisa memenuhi persyaratan termasuk penyediaan jaminan, atau ada banyak pengusaha kecil yang dari awal memang tidak berkeinginan meminjam dari lembagalembaga keuangan formal. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemilik usaha dalam pemerolehan pinjaman dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya adalah penolakan karena UMKM dianggap tidak layak untuk didanai. Hal ini terjadi karena sektor perbankan telah memiliki standar dan kesiapan dalam mengelola kredit dalam jumlah massal bagi pengusaha kecil dan menengah, salah satunya penilaian perbankan terhadap UMKM adalah dari segi kualitas UMKM.Sebuah UMKM dianggap bermutu apabila UMKM menghasilkan tiga jenis keuntungan, yakni keuntungan
bisnis/profit,
keuntungan
negara,
dan
keuntungan
40
sosial/masyarakat. Keuntungan bisnis/profit ditentukan oleh kombinasi yang kompleks dari variabel-variabel berikut: (a) produktivitas; (b) efisiensi (yang selanjutnya menentukan harga yang bersaing); (c) Kualitas, mutu, kegunaan, ketahanan lama produk, dan kemasan; (d) promosi dan reklame; dan (e) pelayanan konsumen (yang memuaskan atau meningkatkan loyalitas konsumen). Variabel-variabel tersebut menentukan besarnya keuntungan UMKM.Variabel-variabel tersebut juga dapat digunakan sebagai indikator-indikator alternatif atau alat ukur yang sifatnya tidak langsung untuk mengukur besarnya keuntungan UMKM. Gambar 2.2 Indikator-indikator untuk Mengukur UKM yang ‘Bermutu’ UKM yang bermutu Keuntungan Bisnis/profit
Keuntungan Sosial/Masyara kat
Keuntungan Negara
Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan Pekerja Corporate Social Responsibility
Tidak Merusak Lingkungan Alam
Kesejahteraan Masyarakat Keterkaitan Bisnis dengan Ekonomi Lokal
Sumber: Tulus Tambunan (2012)
41
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1.
2.
3.
4.
Nama Peneliti Lubica Simanova, Pavol Gejdos (2015) [Journal] Ayadi Youssouf, Chaib Rachid, Verzea Ion (2014) [Journal] Devi Sonalia (2013) [Skripsi]
La Hatani (2013) [Jurnal]
Judul Penelitian
Alat Ukur
Hasil Penelitian
The Use of Statistical Quality Control Tools to Quality Improving in the Furniture Business Contribution to the Optimization of Strategy of Maintenance by Lean Six Sigma
Capability Index, Histogram, Ishikawa Diagram
CL = 52g/m2 dalam ± 4g/m2, UCL = 56g/m2, LCL = 48g/m2.
Lean Six Sigma based on five main steps, DMAIC.
Penerapan metode DMAIC pada proses pemeliharaan membantu dalam mengurangi biaya dan kerugian untuk meningkatkan keuntungan dan kualitas.
Pengendalian Mutu pada Proses Produksi di Tiga Usaha Kecil Menengah Tahu Kabupaten Bogor
Diagram Pareto, Diagram Sebab-Akibat dan Grafik Kendali
Manajemen Pengendalian Mutu Produksi Roti Melalui Pendekatan Statistical Quality Control (SQC)
Analisis Statistical Quality Control (SQC)
Melalui diagram Sebab akibat diketahui bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan Tahu adalah tenaga kerja, bahan baku, mesin dan peralatan. Dengan diagram pareto diketahui salah potong adalah yang paling memengaruhi kerusakan tahu. Dengan diagram kendali menunjukan keterkendalian pada proses pengendalian mutu. Dengan analisis Statistical Quality Control (SQC) diketahui bahwa proses produksi perusahaan roti Rizki Kendari tidak memiliki pengendalian yang baik.
42
No. 5.
Nama Peneliti Sinurmaida Gultom, Tuti Sarma Sinaga, Sukaria Sinulingga (2013) [Jurnal]
Judul Penelitian
Alat Ukur
Hasil Penelitian
Studi Pengendalian Mutu dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigma pada PT. XYZ
Analisis Lean Six Sigma metode DMAIC
Hasil penelitian menunjukkan kondisi Lean saat ini adalah PCE (Process Cycle Efficency) sebesar 82%, dengan kinerja kualitas pada saat ini untuk tahap inspeksi II dan III masing-masing sebesar 3,38 σ dan 4,01 σ. Proses pengeringan serbuk teh hitam memiliki tingkat six sigma kapabilitas jangka pendek sebesar 2,28 dan kapabilitas jangka panjang sebesar 2,41. Prioritas usulan perbaikan dilakukan pada mode kegagalan yang bernilai RPN sebesar 252 yaitu pada perawatan mesin. Grafik kendali dapat digunakan untuk mencari dan menghilangkan outliers pada harmonik sistem listrik.
6.
M. Januar, Retno Astuti, Dhita Morita Ikasari (2013) [Jurnal]
Analisis Pengendalian Kualitas pada Proses Pengeringan Teh Hitam dengan Metode Six SigmaStudi (Kasus di PTPN XII (Persero) Wonosari, Lawang)
Metode Six Sigma (define, measure, dan analyze) dan FMEA (Failure Modes and Effect Analysis)
7.
J. Sancho, J.J. Pastor, J. Martinez, M. A. Garcia. (2013) [Journal]
Evaluation of Harmonic Variability in Electrical Power Sysems through Statistical Control of Quality and Functional Data Analysis
Statistical Process Control dan (SPC) Process Capability Analysis (PCA)
43
No.
Nama Peneliti Ardadid Rakhmad (2010) [Skripsi]
Judul Penelitian
Alat Ukur
Hasil Penelitian
Penerapan Statistical Quality Control (SQC) dalam Pengendalian Proses Produksi Batik Menggunakan Chart Control P (Grafik Pengendali P)
Statistical Quality Control (SQC) dengan menggunakan Chart Control P
9.
Aditya Rochatama (2009) [Skripsi]
Metode CChart, Analisis Diagram Pareto, dan Analisis Diagram Sebab-akibat
10.
Fadhila Rienamora (2009) [Jurnal]
Analisis Pengendalian Kuaitas Produk Kain Cotton dan Rayon di Departemen PrintingDyeinng pada PT. Kusumahadi Santosa Pengukuran Tingkat Pengendalian Mutu Produk RSS dengan metode SQC di PTPN IX 9 Persero Kebun Getas Salatiga
Proporsi rata-rata kecacatan produksi di proses pengecapan 2,0% (BPB=0,0%;BPA=11,4%), diproses nembok 3,3% (BPB=0,0%;BPA=15,3%), di proses pewarnaan 4,5% (BPB=0,0%;BPA=18,3%), di proses ngelorot 2,7% (BPB=0,0%;BTA=13,5%). Sehingga dapat disimpulkan proses produksi batik di perusahaan Batik Nining di Bantul terkendali secara statistik. Rata-rata kerusakan produk setiap bulannya sebesar 1273 unit, dengan UCL 1380,0374 dan LCL 1165,9626. Dengan kerusakan tertinggi di tahun 2008 bulan Februari dengan kerusakan sebanyak 1377 unit dan kerusakan paling sedikit terjadi pada bulan September dengan kerusakan sebanyak 1166 unit. Berdasarkan metode SQC dengan control chart untuk variabel, diperoleh pengendalian PTPN IX Persero Kebun Getas terhadap kualitas RSS I, RSS II, RSS IV, Cutting A dan Cutiing B masih berada dalam batas kendali secara statistik dengan tingkat keyakinan 99,73%. SQC dengan control chart untuk atribut menunjukkan pengendalian terhadap cacat giling, cacat gelembung dan cacat warna belum terkendali secara statistik.
8.
Metode SQC dengan control chart untuk variabel (x chart dan R chart), control chart untuk atribut (p chart dan c chart)
44
No. 11.
12.
Nama Peneliti Mehmet Demirbag, Ekrem Tatoglu, Mehmet Tekinkus, Selim Zaim (2006) [Journal]
M. Kumar, J. Antony, R.K. Singhs, M.K. Tiwari, D. Perry (2006) [Journal]
Judul Penelitian
Alat Ukur
Hasil Penelitian
An Analysis of the Relationship between TQM Implementation and Organizational Perfomance
Analisis exploratory dan confirmatory factor
Implementing the Lean Sigma Framework on an Indian SME: a Case Study
Lean Sigma Analysis with DMAIC Models
Terdapat hubungan positif yang kuat antara parktek TQM dengan kinerja non keuangan UKM, dan pengaruh yang lemah antara praketk TQM dengan kinerja keuangan UKM. Terdapat hubungan positif antara kinerja non keuangan dengan kinerja keuangan UKM. Diperoleh hasil tingkat cacat sebelum perbaikan adalah 0.18 DPU sedangkan setelah dianalisis dengan Lean Sigma dan dilakukan perubahan tingkat kecacatannya turun menjadi 0.0068DPU, kemudian kemampuan produksinya naik menjadi 1.41% dari sebelumnya hanya 0.12%
45
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis Model kerangka pemikirian analisis pengendalian mutu produksi pada penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.3 berikut ini. Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor
Proses Produksi Pengendalian Mutu Produksi Total Quality Management
Pengendalian Mutu Bahan Baku
Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi
Pengendalian Mutu Produk Akhir
Kualitas Pengendalian Mutu
Analisis Statistical Quality Control
Analisis Lean Six Sigma
Terkendali atau tidak terkendali
Faktor yang paling mempengaruhi mutu
Hasil Analisis Pengendalian Mutu
Rekomendasi Pengendalian Mutu 46
2.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.4 Pengendalian Bahan Baku (X1)
H1
Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2)
H3
H4
Kualitas Pengendalian Mutu (Y1)
H2 H5 Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3)
H1: Pengendalian Bahan Baku berpengaruh pada Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi H0: Pengendalian Bahan Baku tidak berpengaruh pada Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi H2 : Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi berpengaruh pada Pengendalian Mutu Produk Akhir H0: Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi tidak berpengaruh pada Pengendalian Mutu Produk Akhir H3: Pengendalian Bahan Baku berpengaruh pada Kualitas Pengendalian Mutu H0: Pengendalian Bahan Baku tidak berpengaruh pada Kualitas Pengendalian Mutu H4: Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi berpengaruh pada Kualitas Pengendalian Mutu H0: Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi tidak berpengaruh pada Kualitas Pengendalian Mutu H5: Pengendalian Mutu Produk Akhir berpengaruh pada Kualitas Pengendalian Mutu H0: Pengendalian Mutu Produk Akhir tidak berpengaruh pada Kualitas Pengendalian Mutu 47
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada analisis pengendalian mutu proses produksi dengan pendekatan statistical quality control serta mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan pada proses produksi dengan pendekatan lean six sigma yang diterapkan oleh Usaha Kecil dan Menengah. 3.2 Populasi dan Teknik Pemilihan Sampel Menurut Creswell (2008), populasi adalah suatu kelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama atau relatif serupa. Populasi dikenal juga dengan istilah universe yang berarti keseluruhan objek, elemen atau unsur yang atributnya akan diteliti. Secara umum, ada dua jenis populasi, yaitu populasi infinite dan populasi finite.Populasi finate adalah populasi yang jumlahnya dapat diketahui dan diidentifikasi secara pasti. (Herdiansyah, 2010:103) Jenis teknik sampling yang digunakan dalam peneitian ini adalah nonprobability purposeful sampling yaitu pemilihan sampling berdasarkan ciri-ciri subjek yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk mendukung teknik sampling tersebut peneliti juga menggunakan strategi homogeneous sampling yaitu subjek dipilih berdasarkan adanya kesamaan ciri-ciri subjek penelitian dengan populasinya. Ciri-ciri subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) UKM yang sudah berjalan minimal 1 tahun, (2) Memiliki proses produksi
48
dengan tahapan-tahapan teretentu, (3) UKM penghasil sepatu, sehingga diperoleh 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor. Untuk analisis Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma dilakukan pemilihan sampel kembali dari 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor menjadi 15 UKM dengan kesamaan ciri-ciri subjek penelitian untuk mempermudah proses penelitian. Ciri-ciri subjek yang digunakan dalam analisis Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma adalah: (1) Bahan kulit atau bahan bukan kulit, (2) Klasifikasi modal tinggi; sedang; rendah, (3) Jumlah tenaga kerja, (4) Klasifikasi laba tinggi; sedang; rendah. 3.3 Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data-data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis adalah: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari tempat penulis mengadakan penelitian. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur, dimana daftar pertanyaan telah disiapkan. Pengumpulan data ini juga dilakukan dengan teknik observasi anecdotal recorddimana peneliti sebagai pengamat independen yang melakukan penilaian terhadap data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa informasi mengenai tahapan-tahapan proses produksi, waktu proses pengerjaan, kapasitas proses/mesin serta informasi lainnya yang berkaitan dengan pengendalian mutu UKM. Data kuantitatif berupa angka jumlah permintaan, jumlah hasil produksi dan produk akhir yang rusak.
49
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan sumber bacaan lain yang memiliki relevansi dengan objek yang diteliti. Untuk
data
sekunder,
peneliti
mengumpulkannya
dengan
studi
kepustakaan dan literatur pada berbagai perpustakaan di dalam dan di luar kampus maupun toko-toko buku. 3.4 Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif. Data-data yang telah diperoleh akan diolah dengan menggunakan Software Smart PLS untuk uji kenormalan data, serta pendekatan Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma. a. Uji Kenormalan Data dengan software Smart PLS Partial Least Square (PLS), merupakan metode analisis yang powerfull karena tidak didasarkan atas banyak asumsi. Metode PLS ini mempunyai keunggulan tersendiri, diantaranya: (M. Ma’ruf Abdullah, 2015:362) a) Data tidak harus berdistribusi normal multivariat b) Ukuran sampel tidak harus besar c) PLS tidak saja bisa digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten.
50
d) PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif dan indikator formatif, dan hal lain tidak mungkin digunakan dalam SEM karena akan terjadi unirentifiede model. b. Statistical Quality Control (SQC) dengan menggunakan metode Diagram Kendali P (P-charts) yang diolah dengan menggunakan Microsoft Excel. Rumus yang digunakan dalam pengolahan data untuk menghasilkan grafik kendali P adalah sebagai berikut: Proporsi p=
(1)
ṕ=
(2)
Central Limit (CL)
Batas Kendali Atas (Upper Control Limit) ṕ
ṕ
UCL = ṕ + 3 √
(3)
Batas Kendali Bawah (Lower Control Limit) ṕ
LCL = ṕ - 3 √
ṕ
(4)
c. Lean Six Sigma dengan pendekatan Kaizen Blitz melalui metode Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC) dalam waktu enam hari kerja. Tahap Define Pada tahap ini dilakukan penentuan masalah pada produksi produk dengan menggunakan analaisis diagram pareto. Pembuatan diagram pareto bertujuan untuk melihat seberapa besar persentase dari tiap-tiap jenis 51
kecacatan yang terjadi. Sehingga melalui diagram pareto dapat dilihat jenis kecacatan yang paling berpengaruh dan dapat diputuskan untuk konsentrasi lebih khusus untuk kecacatan. Gambar 3.1 Contoh Diagram Pareto 100.00% Amount
20
80.00% 56.52%
15 10 5
100.00%
40.00%
26.09%
20.00%
4.35%
0
60.00%
Damage
0.00%
Tahap Measure Aktivitas-aktivitas value added time dan non value added time. NonValue-Added ataupun waste (pemborosan) merupakan aktivitas yang tidak menambahkan nilai dari perspektifpelanggan dan tidak diperlukan untuk hal keuangan, alasan bisnis yang legal, atau lainnya. Jenis kegiatan NonValue-Added antara lain : (1) Penanganan melampaui yang minimal dibutuhkan
seperti,
transportasi,
menyimpan
bahan,
menghitung,
menyimpan, mengambil. (2) Pengerjaan ulang yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan. (3) Duplikasi kerja berupa pengawasan atau pemantauan pekerjaan. (4) Menunggu, waktu idle, penundaan. (5) Produksi berlebihan yaitu terlalu banyak atau terlalu cepat. (6) Pergerakan staf yang tidak diperlukan. (7) Over processing (terlalu banyak langkah untuk menyelesaikan pekerjaan atau melebihi kebutuhan pelanggan).
52
Tahap Analyze Setelah diketahui letak kesalahan yang mengakibatkan ketidaksesuaian pada proses produksi, maka perlu dilihat kembali apa yang menjadi akar permasalahan agar dapat dilakukan perbaikan dengan tepat. Analisis Diagram Sebab Akibat adalah suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebabpenyebab suatu masalah, ketidaksesuaian dan kesenjangan yang terjadi (Nasution 2010). Tahap Improve Tahap improve yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan pada proses produksi yaitu dengan menentukan solusi yang tepat berdasarkan faktor-faktor utama penyebab kesalahan. Tahap Control Pada tahap control, dilakukan pengawasan terhadap pengaplikasian solusi yang diperoleh pada tahap improve.
53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu faktor penunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah Bogor. Sejak dulu sudah banyak masyarakat Bogor yang membangun usahanya sendiri untuk menunjang kehidupannya. Contohnya saja masyarakat di daerah Ciomas dan Ciapus yang terkenal dengan keahliannya menghasilkan sepatu dan sandal berkualitas. Sepatu dan sandal yang dihasilkan oleh masyarakat daerah Bogor ini biasa didistribusikan ke pusat perbelanjaan daerah Bogor dan Jakarta. Bahkan seiring dengan perkembangan teknologi, tidak sedikit penghasil sepatu dan sandal daerah Bogor ini menjual produknya hingga luar Bogor dan Jakarta. Sudah banyak penghasil sepatu daerah Bogor yang sudah mempunyai website sendiri untuk memperkenalkan produknya. Hal ini mereka lakukan sebagai salah satu jalan untuk memperluas pangsa pasar. Karena begitu menguntungkannya bisnis sepatu ini, sehingga banyak masyarakat Bogor diluar daerah Ciomas dan Ciapus yang mencoba peruntungannya untuk menghasilkan sepatu. Banyak dari mereka yang berhasil dan bertahan hingga sekarang. Walaupun UKM penghasil sepatu daerah Bogor sudah ada sejak puluhan tahun lalu, namun masih banyak UKM yang masih belum terdaftar oleh pemerintah kota Bogor, sehingga pemerintah kurang memperhatikan kesejahteraan para pelaku UKM ini. Tantangan lain yang harus dihadapi
54
adalah persaingan dari pihak luar negeri yang mampu menghasilkan sepatu dengan harga lebih murah dengan kualitas yang baik, salah satu contohnya adalah produk sepatu dan sandal dari Cina. Karena begitu banyaknya hambatan dan persaingan dari pihak luar, tidak jarang UKM yang gulung tikar. Namun dilain sisi, banyak pula UKM yang berusaha untuk lebih memajukan bisnisnya yaitu dengan mendirikan Koperasi Sepatu dan Sandal Bogor atau yang disingkat Koseebo. Kaseebo ini diresmikan pada tanggal 04 September 2014 oleh Kepala Dinas Koperasi dan UKM Bapak H. Azzhahir, SH. MM. Tujuannya untuk memfasilitasi serta mendukung pergerakan UKM penghasil sepatu daerah Bogor untuk terus maju menjadi salah satu kekuatan ekonomi rakyat yang dapat diandalkan serta memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
55
4.1.1 Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor Tabel 4.1 No
Ciri-ciri
1
Pemilik Jumlah Tenaga Kerja a. Laki-laki b.Perempuan Gaji Pegawai (per orang) Modal Awal Jumlah Sepatu
2
3 4 5 6 7 8 9
Harga/pcs Total Omset/bulan Administrasi Keuangan Jenis Produk
10
Alamat
11
No. Telp/Hp
Kusnadi
Assenda Sepatu dan Sendal Suparti
Mutiara Sepatu dan Sendal R. Murjana
8
7
2
Kusnadi Home Industry
Meliska
Kalong Kulit Asli
Yudis
Sutarmanto
6
5
12
1
0
2
3
Rp 10.000/pcs
Rp 10.000/pcs
Rp 8.000/pcs
Rp 8.000/pcs
Rp 15.000/pcs
Rp 40.000.000
Rp 20.000.000
Rp 12.000.000
Rp 10.000.000
Rp 40.000.000
100pcs/hari
50-60pcs/hari
30-50pcs/hari
30-50pcs/hari
100pcs/hari
Rp 30.00050.000
Rp 25.00050.000
Rp 25.000
Rp 25.000
Rp 50.000150.000
Rp 50.000.000
Rp 30.000.000
Rp 20.000.000
Rp 20.000.000
Rp 60.000.000
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Sepatu Pria Dr. Kevin Kp. Sukabakti Rt 03/06 Ds. Sukawening Kec. Dramaga Kab. Bogor
Sepatu dan Sendal
Sepatu dan Sendal
Sepatu Wanita
Sepatu kulit
Kp. Sindang Barang Rt 02/03 BogorJawa Barat
Desa Ciujung Kec. Sukaraja Kab. Bogor – Jawa Barat
Kabandungan No. 07 Rt 04/06 Ciapus Bogor
Jl. Raya Kedung Halang No.189 Bogor Utara
02518486361
02518664721
081318542927
085693717577
085718564040
56
No 1 2
3 4 5 6 7 8 9
Ciri-ciri Pemilik Jumlah Tenaga Kerja a. Laki-laki b.Perempuan Gaji Pegawai (per orang) Modal Awal Jumlah Sepatu Harga/pcs Total Omset/bulan Administrasi Keuangan Jenis Produk
ALASKA
Mulia (CV)
Kelompok Usaha Bersama
Eterna
Saleh Achmad
Zahari
Suhanda
Rachmat
10
14
15
9
6
0
5
1
0
Rp 10.000/pcs
Rp 8.000/pcs
Rp 8.000/pcs
Rp 30.000.000
Rp 15.000.000
Rp 12.000.000
100pcs/hari
60-70pcs/hari
50-60pcs
Rp 30.00050.000
1 Rp2.400.000/ bulan Rp 25.000.000 100150pcs/hari Rp 30.000100.000
Rp 30.00050.000
Rp 25.000
Rp 25.000
Rp 30.000.000
Rp 60.000.000
Rp 50.000.000
Rp 35.000.000
Rp 20.000.000
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Sepatu dan 57andal kulit
Sepatu pria dan wanita
Sepatu pria dan wanita
Sepatu pria dan wanita
Jl. Raya Ciomas No. 33 Kab. Bogor
Jl. Ciomas Pintu Ledeng No. 324 Kab. Bogor
Jl. Pintu Ledeng Rt 03/08, Ciomas Kab. Bogor
Desa Sukaharja Rt 02/01 Ciomas Kab. Bogor
Sepatu pria dan wanita Jl. Raya Ciomas Pintu Ledeng Rt 03/11 Pagelaran, Ciomas
0251633727
08992428179
Rp 8.000/pcs Rp 15.000.000 50-80pcs/hari
Azfa Collection Ahmad Nuryani
10
Alamat
11
No. Telp/Hp
0251638875
0251323249
02518636861
No
Ciri-ciri
Aliks Collection
Ferels Shoes
Sepatu Mas Idaman
NSBWZ Shoes
OVLY Shoes
Alik
Hans
Rekson
Abil Bawazier
Licka Putrina Dewi
8
6
14
6
3
4
4
0
4
2
Rp 10.000/pcs
Rp 10.000/pcs
Rp 10.000/pcs
Rp 20.000/pcs
Rp 15.000/pcs
Rp 25.000.000
Rp 25.000.000
Rp 20.000.000
Rp 50.000.000
Rp 10.000.000
100pcs/hari
100pcs/hari
50-70pcs/hari
50-100pcs/hari
10-50pcs/hari
Rp 25.00050.000
Rp 30.00060.000
Rp 25.00050.000
Rp 100.000200.000
Rp 100.000150.000
Rp 40.000.000
Rp 60.000.000
Rp 40.000.000
Rp 80.000.000
Rp 15.000.000
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Sepatu pria dan wanita Komp. Paspampres Jl. Anggrek No. 47, Cikaret-Bogor 02518389924
Sepatu kulit pria
Sepatu Wanita
Sepatu Wanita
Desa Pasirlaya Kec. Sukaharja Kab. Bogor
Jl. Lodaya 1 No. 4 Bogor
Jl. Ciheleut No. 26, PakuanBogor
0251251029
085692835170
083819484559
1 2
3 4 5 6 7 8
Pemilik Jumlah Tenaga Kerja a. Laki-laki b.Perempuan Gaji Pegawai (per orang) Modal Awal Jumlah Sepatu Harga Total Omset/bulan Administrasi Keuangan
9
Jenis Produk
Sepatu pria dan wanita
10
Alamat
Bukit ASRI Blok D-14 No.18-19 Ciomas-Bogor
11
No. Telp/Hp
02518636024
57
No 1 2
3 4 5 6 7 8 9
Ciri-ciri Pemilik Jumlah Tenaga Kerja a. Laki-laki b.Perempuan Gaji Pegawai (per orang) Modal Awal Jumlah Sepatu Harga Total Omset/bulan Administrasi Keuangan Jenis Produk
Simple8Corner
Endang Home Industry
Uyung Home Industry
VIVAN Shoes
Bengkel Dr. Kevin
Carlina
Endang
Uyung
Ivan
Heriyanto Sofyan
4
7
8
5
14
3
1
4
1
1
Rp 20.000/pcs
Rp 6.000/pcs
Rp 8.000/pcs
Rp 8.000/pcs
Rp 10.000/pcs
Rp 50.000.000
Rp 10.000.000
Rp 20.000.000
Rp 18.000.000
Rp 10.000.000
50-100pcs/hari
20-50pcs/hari
50-60pcs/hari
80pcs/hari
70pcs/hari
Rp 50.000200.000 Rp 30.000.000 (Bersih)
Rp 25.00050.000
Rp 25.00050.000
Rp 30.00050.000
Rp 30.00050.000
Rp 24.000.000
Rp 24.000.000
Rp15.000.000 Rp 25.000.000
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Kaftan dan Sepatu
Sepatu Kulit Pria
Sepatu Wanita
Sepatu Pria dan Wanita
Sepatu Kulit Imitasi
Jl. Ciherang Suka Bakti Rt 03/11 Kec. Ciomas Desa Ciapus
Jl. Taman Sari No. 20 Desa Pasir Eurih Kec. Tamansari Kab. Bogor
Jl. Pintu Ledeng Rt 03/08 Kec. Ciomas Kab. Bogor
Kp. Babakan H. Saih No. 14 Rt 03/11
-
085798723132
085691171076
089639392552
10
Alamat
Jl. Dr. Semeru Gang Kelor No. 160 Rt 02/10
11
No. Telp/Hp
081808324720
58
No 1 2
3 4 5
Ciri-ciri Pemilik Jumlah Tenaga Kerja a. Laki-laki b.Perempuan Gaji Pegawai (per orang) Modal Awal Jumlah Sepatu
Balete Shoes
UKM Abdul Shoes
Bengkel TNI
Nugraha Sugih
Jay Home Industry
Rudiarsa
Abdul Latif
Agus Ardiansyah
H. Cepi
Jayadi
5
10
7
5
9
1
0
0
0
0
Rp 5.000/pcs
Rp 10.000/pcs
Rp 8.000/pcs
Rp 8.000/pcs
Rp 10.000/pcs
Rp 10.000.000
Rp 5.000.000
Rp 15.000.000
Rp 5.000.000
Rp 8.000.000
20pcs/hari
30pcs/hari
20pcs/hari
20-50pcs/hari
25pcs/hari
Rp 30.000
Rp 25.00050.000
Rp 80.000
Rp 25.000
Rp 30.00050.000
Total Omset/bulan Administrasi Keuangan
Rp 2.000.000 (Bersih)
Rp 10.000.000
Rp 20.000.000
Rp 7.000.000
Rp 30.000.000
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Jenis Produk
Sepatu Wanita
Sepatu Pria Dr. Kevin
Sepatu TNI AU, AL, AD
Sepatu Wanita
Sepatu Pria
10
Alamat
Kp. Babakan H. Saih Rt 01/11 No. 69 Ds. Pagelaran Kec. Ciomas
Kp. Babakan H. Saih Rt 01/10 Desa Pagelaran Kec. Ciomas
Kp. Babakan H. Saih Desa Pagelaran No. 12 Rt 02/11 Ciomas
Kp. Babakan H. Saih Rt 03/11 No. 26 Desa Pagelaran Kec. Ciomas
Jl. Ciherang Suka Bakti Rt 02/11 Desa Ciapus Kec. Ciomas No. 20
11
No. Telp/Hp
08561260685
081584453156
02518639087
08567777644
025188940464
No
Ciri-ciri
Bengkel H. Endang
Borneo Shoes
Monita Shoes
Rohmansyah
Dony Ardiansyah
Monita
4
12
9
4
8
3
3
1
2
4
Rp 10.000/pcs
Rp 10.000/pcs
Rp 8.000/pcs
Rp 6.000/pcs
Rp 10.000/pcs
Rp 12.000.000
Rp 23.000.000
Rp 17.000.000
Rp 8.000.000
Rp 20.000.000
20-50pcs/hari
50pcs/hari
25-60pcs/hari
10-50pcs/hari
35-60pcs/hari
Rp 30.00050.000
Rp 25.00050.000
Rp 30.00050.000
Rp 70.000150.000
Rp 25.00050.000
Rp 20.000.000
Rp 50.000.000
Rp 30.000.000
Rp 20.000.000
Rp 45.000.000
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Sepatu Wanita
Sepatu Wanita
Sepatu Wanita
Sepatu Pria dan Wanita
Jl. Nyi Raja Permas No. 40 Bogor
Jl. Surya Kencana No. 26, Bogor Tengah
Jalan Malabar No. 16 BogorJawa Barat
Perum. Bukit ASRI No. 31A, CiomasBogor
083874555074
02518321285
-
02514734763
6 7 8 9
1 2
3 4 5 6 7 8 9
Harga
Pemilik Jumlah Tenaga Kerja a. Laki-laki b.Perempuan Gaji Pegawai (per orang) Modal Awal Jumlah Sepatu Harga Total Omset/bulan Administrasi Keuangan Jenis Produk
10
Alamat
11
No. Telp/Hp
Sepatu Pria dan Wanita Kp. Lebak Jaya Rt 02/06 No. 03 Desa Sukaresmi Kec. Ciomas 089656418088
She Must Wear Laras Febriani
Sepatu Asih Asih
59
4.1.2 Bahan Baku serta Alat dan Mesin Produksi pada UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi dari 30 UKM penghasil sepatu di daerah Bogor yang diteliti adalah bahan kulit sintetis, bahan kulit atlantik, bahan canvas dan bahan denim. Jenis bahan baku yang digunakan disesuaikan dengan jenis sepatu yang diproduksi. Untuk bahan kulit sintetis dan kulit atlantik digunakan untuk sepatu kulit pria dan wanita, bahan kulit sintetis dan kulit atlantik ini menjadi pilihan tertinggi karena harga dari bahan kulit ini tergolong lebih murah dibanding jenis bahan kulit yang lain, selain itu jenis bahan kulit ini memiliki banyak varian tekstur. Bahan kanvas dan bahan denim biasanya digunakan untuk sepatu pria dan wanita jenis flat shoes, giant flames, trumph atau moofeat. Tabel 4.2 No 1. 2.
Nama Alat dan Mesin Mesin Jahit List Cetakan
3. 4.
Lem Latek atau Getah Karet
5. 6.
Busa Tekson
7.
Sol
8.
Benang Nilon
9.
Jarum
10.
Mesin Seset
11. 12.
Gunting Paku dan palu
13. 14.
Primer Bontek
15.
Mesin seset
60
4.1.3 Tahapan Produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor Secara umum tahapan produksi dari 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor adalah sama, yaitu sebagai berikut: 1. Tahapan pertama yaitu menggambar pola sepatu bagian atas atau disebut juga kap sepatu. Kemudian pola yang sudah dibuat digunting dan dijahit dengan benang nilon hingga membentuk kap sepatu. Pada tahap ini untuk UKM yang memproduksi sepatu pria dan wanita berbahan kulit, sebelum dijahit bahan kulit harus diseset terlebih dahulu dengan menggunakan mesin seset, gunanya untuk membuat bahan kulit menjadi lebih tipis dan mudah dijahit. 2. Selanjutnya pada bagian depan dan belakang kap sepatu ditempelkan tekson atau kertas pengeras yang tujuannya agar bagian depan dan belakang sepatu bisa kaku. 3. Menggunting bontek menyerupai sol sepatu. Bontek ini digunakan untuk sol sepatu bagian dalam. Kemudian bontek dipaku dengan paku khusus pada list cetakan sepatu dan ditempelkan dengan kap sepatu yang sudah ditempelkan kertas pengeras. Setelah list cetakan sudah terbalut kap atas sepatu dan bontek, diamkan selama kurang lebih 6 jam. 4. Siapkan sol sepatu bagian luar dan tempelkan dengan latek atau getah karet. Pastikan bahwa sol sepatu sudah lentur. Setelah sol dan latek sudah menempel dengan baik, selanjutnya sol sepatu bagian luar ditempelkan pada kap sepatu dan bontek pada list cetakan. Biarkan lem mengering kurang lebih 10-15 menit.
61
5. Setelah lem mengering, list cetakan sepatu dikeluarkan. Kemudian membersihkan sisa-sisa lem yang terlihat pada sepatu yang sudah jadi dengan primer. 4.2 Uji Kenormalan Data 4.2.1 Validitas Konvergen (Convergent Validity) Nilai validitas konvergen adalah nilai loading faktor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai loading faktor diharapkan lebih besar dari 0,50. Pada penelitian ini diperoleh nilai validitas konvergen keseluruhan indikator adalah valid. a. Variabel Pengendalian Bahan Baku (X1) Gambar 4.1 Output PLS Algorithm
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Berdasarkan gambar 4.1, terlihat bahwa masing-masing indikator individu dari Pengendalian Bahan Baku (X1) telah memenuhi convergent validity. Hal tersebut karena semua loading faktor telah berada diatas 0,50, sehingga tidak ada indikator yang perlu dibuang. Dengan nilai validitas konvergen terkecil pada indikator X1.4 mengenai biaya pemesanan yaitu sebesar 0,504 dan nilai tertinggi pada indikator X1.1 mengenai mutu bahan baku yaitu sebesar 0,849.
62
b. Variabel Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) Gambar 4.2 Output PLS Algorithm
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Berdasarkan gambar 4.2, diketahui bahwa terdapat indikator individu dari Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) yang memiliki nilai loading faktor dibawah 0,5 yaitu -0,174 pada indikator X2.10 tentang standar jam kerja. Apabila indikator memiliki nilai outer loading kurang dari 0,50 sebaiknya dilakukan modifikasi (Ghozali, 2011). Modifikasi dilakukan dengan menghilangkan satu item pertanyaan yaitu item pertanyaan nomor 16 yang berbunyi “UKM memberikan waktu istirahat yang cukup bagi karyawan.” Setelah dilakukan modifikasi, diperoleh hasil seperti pada gambar 4.3. Gambar 4.3 Output PLS Algorithm
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
63
Berdasarkan gambar 4.3, terlihat bahwa masing-masing indikator individu dari Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) telah memenuhi convergent validity. Hal tersebut karena semua loading faktor telah berada diatas 0,50. Dengan nilai validitas konvergen terkecil pada indikator X2.3 mengenai tata letak layout yaitu sebesar 0,507 dan nilai tertinggi pada indikator X2.8 mengenai standar upah sebesar 0,834.
c. Variabel Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3) Gambar 4.4 Output PLS Algorithm
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Berdasarkan gambar 4.4, terlihat bahwa masing-masing indikator individu dari Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3) telah memenuhi convergent validity. Hal tersebut karena semua loading faktor telah berada diatas 0,50. Dengan nilai validitas konvergen terkecil pada indikator X3.7 mengenai administrasi produk yaitu sebesar 0,554 dan nilai tertinggi pada indikator X3.3 mengenai daya guna produk sebesar 0,838.
64
d. Varibel Kualitas Pengendalian Mutu (Y1) Gambar 4.5 Output PLS Algorithm
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Berdasarkan gambar 4.5, terlihat bahwa masing-masing indikator individu dari Kualitas Pengendalian Mutu (Y1) telah memenuhi convergent validity. Hal tersebut karena semua loading faktor telah berada diatas 0,50. Dengan nilai validitas konvergen terkecil pada indikator Y1.6 mengenai produk cacat yaitu sebesar 0,653 dan nilai tertinggi pada indikator Y1.1 mengenai standar proses produksi sebesar 0,952. 4.2.2 Composite Reliability Relibialitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Imam Ghozali, 2009: 45). Data yang memiliki composite reliability lebih besar dari 0,8 mempunyai reliabilitas yang tinggi. Nilai composite reliability yang dihasilkan terlihat pada tabel 4.3. Nilai reliabilitas tertinggi yaitu pada variabel Y1 sebesar 0,902 dan nilai reliabilitas terendah pada variabel X 1 sebesar 0,850. 65
Tabel 4.3 Nilai Composite Reliability Composite Reliability > 0,8 X1
0.850
X2
0.876
X3
0.893
Y1
0.902
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
4.2.3 Average Variance Extracted (AVE) Average Variance Extracted digunakan untuk menilai validitas diskriminan yang menggambarkan interkorelasi internal yaitu korelasi antar indikator di dalam model. Nilai AVE yang diharapkan adalah lebih besar dari 0,5 yang berarti indikator-indikator dalam model terbukti benar-benar mengukur variabel yang ditargetkan dan tidak mengukur variabel lain. Nilai AVE dibawah 0,5 menunjukkan bahwa indikator memiliki rata-rata tingkat error yang lebih tinggi. Pada tabel 4.4 nilai AVE pada variabel X1, X2 dan X3 tidak lebih besar dari 0,5 namun mendekati 0,5 yang artinya indikator-indikator dalam model mengukur variabel X1, X2 dan X3 yang ditargetkan namun memiliki sedikit rata-rata tingkat error. Sedangkan yang tertinggi pada variabel Y1 yaitu 0,611 berarti indikator dalam model benar-benar mengukur variabel Y1. Tabel 4.4 Nilai Average Variance Extracted Standard Deviation (STDEV) 0.494 0.500 0.072 0.448 0.457 0.063 0.486 0.488 0.055 0.611 0.607 0.069 Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013 Original Sample (O)
X1 X2 X3 Y1
Sample Mean (M)
T Statistics (|O/STDEV|) 6.846 7.062 8.891 8.801
P Values 0.000 0.000 0.000 0.000
66
4.2.4 Outer Weights Hasil outer weight menunjukkan bahwa tiap indikator signifikan terhadap variabelnya, karena t-statistiknya lebih besar dari 1,96. T-statistik terendah yaitu pada indikator X1.5 mengenai biaya pemesanan (ordering cost) pada variabel Pengendalian Bahan Baku (X1) yaitu sebesar 1,455. Sedangkan t-statistik tertinggi yaitu pada indikator X3.3 mengenai daya guna produk pada variabel Pengendaliann Mutu Produk Akhir (X3) yaitu sebesar 9,623. Tabel 4.5 Nilai Outer Weights Standard Deviation (STDEV) 0.338 0.329 0.057 X1.1 <- X1 0.319 0.310 0.054 X1.2 <- X1 0.266 0.262 0.059 X1.3 <- X1 0.152 0.147 0.060 X1.4 <- X1 0.126 0.119 0.087 X1.5 <- X1 0.164 0.154 0.062 X1.6 <- X1 0.219 0.219 0.032 X2.1 <- X2 0.172 0.170 0.025 X2.2 <- X2 0.122 0.118 0.026 X2.3 <- X2 0.096 0.096 0.039 X2.4 <- X2 0.192 0.187 0.032 X2.5 <- X2 0.122 0.118 0.030 X2.6 <- X2 0.186 0.184 0.025 X2.7 <- X2 0.227 0.224 0.031 X2.8 <- X2 0.109 0.109 0.036 X2.9 <- X2 0.201 0.201 0.030 X3.1 <- X3 0.182 0.183 0.026 X3.2 <- X3 0.195 0.192 0.020 X3.3 <- X3 0.149 0.149 0.031 X3.4 <- X3 0.130 0.128 0.021 X3.5 <- X3 0.140 0.139 0.039 X3.6 <- X3 0.099 0.100 0.025 X3.7 <- X3 0.129 0.127 0.024 X3.8 <- X3 0.191 0.188 0.029 X3.9 <- X3 0.265 0.267 0.030 Y1.1 <- Y1 0.224 0.224 0.040 Y1.2 <- Y1 0.204 0.204 0.035 Y1.3 <- Y1 0.262 0.261 0.039 Y1.4 <- Y1 0.171 0.164 0.047 Y1.5 <- Y1 0.128 0.127 0.048 Y1.6 <- Y1 Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013 Original Sample (O)
Sample Mean (M)
T Statistics (|O/STDEV|) 5.953 5.935 4.492 2.531 1.455 2.652 6.782 6.980 4.638 2.454 6.081 4.054 7.331 7.422 3.009 6.700 7.041 9.623 4.744 6.104 3.588 4.003 5.268 6.683 8.761 5.654 5.799 6.714 3.664 2.667
P Values 0.000 0.000 0.000 0.012 0.146 0.008 0.000 0.000 0.000 0.014 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.008
67
4.2.5 Effect Size Untuk mengetahui pengaruh antar variabel dalam hipotesis, dapat dilihat dari hasil effect size (f2) pada tabel 4.6. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa variabel X1 memiliki pengaruh yang besar terhadap X2, begitu pula variabel X2 terhadap X3 dan X3 terhadap Y1, dapat dilihat dari hasil t-statistik yaitu masing-masing sebesar 1,646; 2,547; 0,542. Variabel X1 memiliki pengaruh yang sedang terhadap Y1 dilihat dari nilai tstatistiknya sebesar 0,434, begitu pula dengan variabel X2 memiliki pengaruh yang sedang terhadap Y1 dengan nilai t-statistik sebsar 0,203. Tabel 4.6 Nilai Effect Size (f2)
X1 -> X2
1.371
1.771
Standard Deviation (STDEV) 0.833
1.646
0.100
X1 -> Y1
0.092
0.187
0.211
0.434
0.665
X2 -> X3 X2 -> Y1
3.497 0.013
4.253 0.046
1.373 0.064
2.547 0.203
0.011 0.839
0.168 0.295 0.310 X3 -> Y1 Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
0.542
0.588
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
T Statistics (|O/STDEV|)
P Values
4.2.6 Pengujian Hipotesis Dalam menguji hipotesis, dasar yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada hasil path coefficient dari perhitungan Bootstrap seperti berikut:
a. Pengujian Hipotesis H1 Tabel 4.7 Path Coefficient Standard Deviation (STDEV) 0.760 0.779 0.066 X1 -> X2 Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013 Original Sample (O)
Sample Mean (M)
T Statistics (|O/STDEV|)
P Values
11.579
0.000
68
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara Pengendalian Bahan Baku (X1) terhadap Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) (koefisien parameter 0,760) dan signifikan karena memiliki nilai t-statistik diatas 1,96 yakni sebesar 11,579. b. Pengujian Hipotesis H2 Tabel 4.8 Path Coefficient Standard Deviation (STDEV) 0.882 0.893 0.026 X2 -> X3 Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013 Original Sample (O)
Sample Mean (M)
T Statistics (|O/STDEV|)
P Values
33.319
0.000
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) terhadap Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3) (koefisien parameter 0,882) dan signifikan karena memiliki nilai t-statistik diatas 1,96 yakni sebesar 33,319. c. Pengujian Hipotesis H3 Tabel 4.9 Path Coefficient Standard Deviation (STDEV) 0.260 0.286 0.188 X1 -> Y1 Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013 Original Sample (O)
Sample Mean (M)
T Statistics (|O/STDEV|)
P Values
1.384
0.167
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara Pengendalian Bahan Baku (X1) terhadap Kualitas Pengendalian Mutu (Y1) (koefisien parameter 0,260) akan tetapi tidak signifikan karena nilai t-statistik dibawah 1,96 yaitu 1,384. Hal ini terjadi karena pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor memiliki kualitas bahan baku yang kurang bagus, mereka lebih mengutamakan pada standar
69
harga bahan baku yang rendah. Bahan baku yang dimiliki 30 UKM ini juga tidak mengikuti standar bahan baku yang sudah ditetapkan oleh BSNI. Sehingga hipotesis bahwa pengendalian bahan baku berpengaruh pada kualitas pengendalian mutu tidak terbukti pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor.
d. Pengujian Hipotesis H4 Tabel 4.10 Path Coefficient Standard Deviation (STDEV) 0.155 0.090 0.284 X2 -> Y1 Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013 Original Sample (O)
Sample Mean (M)
T Statistics (|O/STDEV|)
P Values
0.546
0.585
Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X 2) terhadap Kualitas Pengendalian Mutu (Y1) (koefisien parameter 0,155) namun tidak signifikan karena memiliki nilai t-statistik dibawah 1,96 yakni sebesar 0,546. Hal ini terjadi karena 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor setelah diteliti tidak memiliki standar khusus untuk proses produksinya. Mereka masih menggunakan cara tradisional untuk menjalankan produksinya. Alat dan peralatan yang digunakan pun masih sangat tradisional, dan lebih banyak dikerjakan oleh tangan. Kemudian dari segi tenaga kerja, 30 UKM ini biasanya memiliki karyawan yang sudah memiliki kemampuan untuk membuat sepatu. Namun sayangnya, tidak ada pelatihan-pelatihan khusus untuk mengembangkan kualitas tenaga kerjanya, sehingga UKM dirasa kurang mampu untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu, 70
hipotesis bahwa pengendalian mutu produk dalam produksi berpengaruh terhadap kualitas pengendalian mutu tidak terbukti pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor.
e. Pengujian Hipotesis H5 Tabel 4.11 Path Coefficient Standard Deviation (STDEV) 0.485 0.532 0.262 X3 -> Y1 Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013 Original Sample (O)
Sample Mean (M)
T Statistics (|O/STDEV|)
P Values
1.852
0.065
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3) terhadap Kualitas Pengendalian Mutu (Y1) (koefisien parameter 0,485) namun tidak signifikan karena memiliki nilai t-statistik dibawah 1,96 yakni sebesar 1,852. Dikarenakan kualitas bahan baku serta proses produksi pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor masih rendah dan tidak sesuai dengan standar yang ditentukan oleh BSNI, maka berpengaruh pada mutu produk akhir yang kurang mampu merepresentasikan kuliatas pengendalian mutu yang baik. Sehingga hipotesis bahwa pengendalian mutu produk akhir berpengaruh pada kualitas pengendalian mutu tidak terbukti pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor.
4.3 Analisis Statistical Quality Control Analisis statistical quality control digunakan untuk menganalisis data sampel yang dikumpulkan dalam kegiatan pengawasan kualitas untuk mengetahui suatu proses berada dalam keadaan in control atau out control. 71
Dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah proses produksi UKM penghasil sepatu daerah Bogor dalam keadaan terkontrol atau tidak terkontrol, peneliti menggunakan garfik Kendali P atau grafik kendali prioritas dengan batas pengendali 3 sigma. Dalam analisis Statistical Quality Control peneliti mengambil 15 sample dari 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor yang dipilih berdasarkan kriteria bahan baku, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah modal awal serta jumlah omset perbulan. Grafik Kendali P diolah menggunakan data perbandingan jumlah produk yang rusak dengan jumlah produk yang dihasilkan per hari selama 6 hari pengamatan produksi. Letak titik merupakan besarnya proporsi (ṕ ), nilai proporsi yang tidak stabil diakibatkan oleh jumlah produksi dan kerusakan sepatu yang terjadi setiap hari tidak tetap. Hal ini mengakibatkan garis UCL dan LCL tidak sama pada setiap UKM. 1. Kusnadi Home Industry Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0078%; 0,1165%; dan -0,1009%. Kerusakan sepatu pada UKM Kusnadi Home Industry masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,023%. b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 2, 3 dan 4. c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 5 dan 6.
72
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
Proportion
Gambar 4.6 Kusnadi Home Industry P Chart of Damage 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15
1
2
3
4
5
6
ṕ
0
0.013
0.023
0.010
0.000
0.000
CL
0.0078
0.0078
0.0078
0.0078
0.0078
0.0078
UCL 0.1165
0.1165
0.1165
0.1165
0.1165
0.1165
LCL
-0.1009
-0.1009
-0.1009
-0.1009
-0.1009
-0.1009
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
2. Assenda Sepatu Sendal Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0173%; 0,1588%; dan -0,1242%. Kerusakan sepatu pada UKM Assenda sepatu sendal masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,038%. b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4 dan 5. c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan 6. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
73
e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami sedikit kenaikan dari posisi titik 1,2 dan 3. Akan lebih baik UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Proportion
Gambar 4.7 Assenda Sepatu Sendal P Chart of Damage 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.016667
0.013
0.015
0.038
0.020
0.000
CL
0.0173
0.0173
0.0173
0.0173
0.0173
0.0173
UCL
0.1588
0.1588
0.1588
0.1588
0.1588
0.1588
LCL
-0.1242
-0.1242
-0.1242
-0.1242
-0.1242
-0.1242
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
3. Mutiara Sepatu Sendal Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,02%; 0,1683%; dan -0,1284%. Kerusakan sepatu pada UKM Mutiara Sepatu Sendal masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,040%. b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4, 5 dan 6. c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2 dan 3. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
74
e. Posisi titik 1, 2 dan 3 masih dalam posisi yang sama dibawah garis CL, mengalami kenaikan pada titik 4 dan 6, walaupun tetap masih terkontrol akan lebih baik jika UKM memeriksa letak kesalahan dan melakukan perbaikan.
Proportion
Gambar 4.8 Mutiara Sepatu Sendal P Chart of Damage 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15
1
2
3
4
5
6
ṕ
0
0.000
0.019
0.036
0.025
0.040
CL
0.0200
0.0200
0.0200
0.0200
0.0200
0.0200
UCL 0.1683
0.1683
0.1683
0.1683
0.1683
0.1683
LCL
-0.1284
-0.1284
-0.1284
-0.1284
-0.1284
-0.1284
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
4. Meliska Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0133%; 0,1432%; dan -0,1166%. Kerusakan sepatu pada UKM Meliska masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,040%. b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1,2 dan 3. c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 4, 5 dan 6. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
75
Proportion
Gambar 4.9 Meliska P Chart of Damage 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.02
0.040
0.020
0.000
0.000
0.000
CL
0.0133
0.0133
0.0133
0.0133
0.0133
0.0133
UCL
0.1432
0.1432
0.1432
0.1432
0.1432
0.1432
LCL
-0.1166
-0.1166
-0.1166
-0.1166
-0.1166
-0.1166
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
5. Azfa Collection Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0224%; 0,1764%; dan -0,1316%. Kerusakan sepatu pada UKM Azfa Collection masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,050%. b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4 dan 6. c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan 5. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL. e. Posisi titik 1, 2 dan 3 masih dalam posisi yang sama dibawah garis CL, mengalami kenaikan pada titik 4 dan 6, walaupun tetap masih
76
terkontrol akan lebih baik jika UKM memeriksa letak kesalahan dan melakukan perbaikan.
Proportion
Gambar 4.10 Azfa Collection P Chart of Damage 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15
1
2
3
4
5
6
ṕ
0
0.020
0.000
0.044
0.020
0.050
CL
0.0224
0.0224
0.0224
0.0224
0.0224
0.0224
UCL
0.1764
0.1764
0.1764
0.1764
0.1764
0.1764
LCL
-0.1316
-0.1316
-0.1316
-0.1316
-0.1316
-0.1316
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
6. Endang Home Industry Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0356%; 0,2143%; dan -0,1432%. Kerusakan sepatu pada UKM Endang Home Industry masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,022%-0,067%. b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 2, 3 da 4. c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 5 dan 6. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
77
e. Namun pada titik nomor 3 posisinya berada di atas CL mengalami sedikit kenaikan dari posisi titik 1 dan 2. Akan lebih baik UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Proportion
Gambar 4.11 Endang Home Industry P Chart of Damage 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15 -0.2
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.0222222
0.040
0.067
0.044
0.020
0.020
CL
0.0356
0.0356
0.0356
0.0356
0.0356
0.0356
UCL
0.2143
0.2143
0.2143
0.2143
0.2143
0.2143
LCL
-0.1432
-0.1432
-0.1432
-0.1432
-0.1432
-0.1432
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
7. Uyung Home Industry Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0206%; 0,1704%; dan -0,1292%. Kerusakan sepatu pada UKM Uyung Home Industry masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,040%. b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 3, 4 dan 6. c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2 dan 5. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
78
Proportion
Gambar 4.12 Uyung Home Industry 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.01
0.020
0.029
0.040
0.000
0.025
CL
0.0206
0.0206
0.0206
0.0206
0.0206
0.0206
UCL
0.1704
0.1704
0.1704
0.1704
0.1704
0.1704
LCL
-0.1292
-0.1292
-0.1292
-0.1292
-0.1292
-0.1292
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
8. VIVAN Shoes Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0111%; 0,1335%; dan -0,1112%. Kerusakan sepatu pada UKM VIVAN Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,033%. b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 3, 4 dan 6. c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2 dan 5. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL. e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami sedikit kenaikan dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
79
Proportion
Gambar 4.13 VIVAN Shoes P Chart of Damage 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15
1
2
3
4
5
6
ṕ
0
0.017
0.000
0.033
0.000
0.017
CL
0.0111
0.0111
0.0111
0.0111
0.0111
0.0111
UCL
0.1335
0.1335
0.1335
0.1335
0.1335
0.1335
LCL
-0.1112
-0.1112
-0.1112
-0.1112
-0.1112
-0.1112
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
9. Bengkel Dr. Kevin Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0083%; 0,1196%; dan -0,1029%. Kerusakan sepatu pada UKM Bengkel Dr. Kevin masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,020%. b. Sebanyak 4 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1,3,4 dan 5. c. Sebanyak 2 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2 dan 6. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
80
Proportion
Gambar 4.14 Bengkel Dr. Kevin P Chart of Damage 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.01
0.000
0.010
0.020
0.010
0.000
CL
0.0083
0.0083
0.0083
0.0083
0.0083
0.0083
UCL 0.1196
0.1196
0.1196
0.1196
0.1196
0.1196
LCL -0.1029 -0.1029 -0.1029 -0.1029 -0.1029 -0.1029 Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
10. Balete Shoes Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0222%; 0,1758%; dan -0,1313%. Kerusakan sepatu pada UKM Balete Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,067%. b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 4 dan 6. c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2, 3 dan 5. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL. e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami sedikit kenaikan dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
81
Proportion
Gambar 4.15 Balete Shoes P Chart of Damage 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.033333
0.000
0.000
0.067
0.000
0.033
CL
0.0222
0.0222
0.0222
0.0222
0.0222
0.0222
UCL
0.1758
0.1758
0.1758
0.1758
0.1758
0.1758
LCL
-0.1313
-0.1313
-0.1313
-0.1313
-0.1313
-0.1313
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
11. UKM Abdul Shoes Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0506%; 0,2506%; dan -0,1494%. Kerusakan sepatu pada UKM Abdul Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,067%. b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 4 dan 5. c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2, 3 dan 6. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL. e. Namun pada titik nomor 5 posisinya berada di atas CL mengalami kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2, 3dan 4. Akan lebih baik UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
82
Proportion
Gambar 4.16 UKM Abdul Shoes P Chart of Damage 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15 -0.2
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.066667
0.050
0.000
0.067
0.080
0.040
CL
0.0506
0.0506
0.0506
0.0506
0.0506
0.0506
UCL
0.2506
0.2506
0.2506
0.2506
0.2506
0.2506
LCL
-0.1494
-0.1494
-0.1494
-0.1494
-0.1494
-0.1494
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
12. Nugraha Sugih Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0089%; 0,1225%; dan -0,1048%. Kerusakan sepatu pada UKM Nugraha Sugih masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,020%. b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1 dan 5. c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2, 3, 4 dan 6. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
83
e. Pada titik pertama mengalami kenaikan yang cukup tinggi diatas garis CL namun tetap terkendali karena ada titik selanjutnya posisi titik berada dibawah garis CL.
Proportion
Gambar 4.17 Nugraha Sugih P Chart of Damage 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.0333333
0.000
0.000
0.000
0.020
0.000
CL
0.0089
0.0089
0.0089
0.0089
0.0089
0.0089
UCL
0.1225
0.1225
0.1225
0.1225
0.1225
0.1225
LCL
-0.1048
-0.1048
-0.1048
-0.1048
-0.1048
-0.1048
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
13. Bengkel H. Endang Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0385%; 0,2220%; dan -0,1449%. Kerusakan sepatu pada UKM Bengkel H. Endang masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,022%-0,067%. b. Sebanyak 4 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 3, 4 dan 5. c. Sebanyak 2 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2 dan 6. d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
84
e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Proportion
Gambar 4.18 Bengkel H. Endang P Chart of Damage 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15 -0.2
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.04
0.022
0.040
0.067
0.040
0.022
CL
0.0385
0.0385
0.0385
0.0385
0.0385
0.0385
UCL
0.2220
0.2220
0.2220
0.2220
0.2220
0.2220
LCL
-0.1449
-0.1449
-0.1449
-0.1449
-0.1449
-0.1449
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
14. Monita Shoes Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0275%; 0,1921%; dan -0,1371%. Kerusakan sepatu pada UKM Monita Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,080%. b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4 dan 6. c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan 5.
85
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL. e. Namun pada titik nomor 6 posisinya berada di atas CL mengalami kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2, 3, 4 dan 5. Akan lebih baik UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Proportion
Gambar 4.19 Monita Shoes P Chart of Damage 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15 -0.2
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.01
0.025
0.000
0.040
0.010
0.080
CL
0.0275
0.0275
0.0275
0.0275
0.0275
0.0275
UCL
0.1921
0.1921
0.1921
0.1921
0.1921
0.1921
LCL
-0.1371
-0.1371
-0.1371
-0.1371
-0.1371
-0.1371
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
15. She Must Wear Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar 0,0350%; 0,2129%; dan -0,1429%. Kerusakan sepatu pada UKM She Must Wear masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut: a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL, dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,060%. b. Sebanyak 4 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan 4. c. Sebanyak 2 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 5 dan 6.
86
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL. e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Proportion
Gambar 4.20 She Must Wear P Chart of Damage 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15 -0.2
1
2
3
4
5
6
ṕ
0.05
0.040
0.040
0.060
0.020
0.000
CL
0.0350
0.0350
0.0350
0.0350
0.0350
0.0350
UCL
0.2129
0.2129
0.2129
0.2129
0.2129
0.2129
LCL
-0.1429
-0.1429
-0.1429
-0.1429
-0.1429
-0.1429
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
4.4 Analisis Lean Six Sigma Dari hasil analisis dengan pendekatan Statistical Quality Control telah diketahui bahwa 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor yang diteliti, kerusakan yang terjadi pada setiap unit sepatu yang dihasilkan tergolong sedikit dan masih dapat dikontrol dengan baik. Namun, untuk mencapai kualitas proses produksi yang baik UKM perlu terus melakukan perbaikan terhadap proses produksinya agar dapat mengurangi jumlah kerusakan. Untuk mencapai hal tersebut, UKM perlu mengidentifikasi letak kesalahan yang sering terjadi dalam setiap proses produksi. Analisis dengan pendekatan Lean Six Sigma melalui metode DMAIC dapat membantu UKM untuk
87
mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan pada tahap produksi sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laba. 4.4.1 Tahap Define dan Measure Melalui tahap define dan measure, dapat menentukan masalah pada proses produksi di 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor dengan menggunakan analisis diagram pareto. Pembuatan diagram pareto dapat membantu untuk mengetahui besar persentase dari setiap kesalahan yang terjadi. Sehingga dapat diketahui jenis kesalahan yang paling berpengaruh terhadap kerusakan produk sepatu dan UKM dapat melakukan perbaikan. Pada pemeriksaan di 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor selama 6 hari produksi, ditemukan jenis kesalahan yang terjadi antara lain yaitu kesalahan dalam menggambar pola, kesalahan dalam memotong pola, kesalahan menjahit kap sepatu dan proses pengeleman yang kurang rapih. Jenis dan jumlah kesalahan produksi dapat dilihat pada Lampiran 3. 1. Kusnadi Home Industry Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.21, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 10 unit (43,48%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit pola yaitu pada 7 unit (30,43%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat memotong pola yaitu 5 unit (21,74%) dan posisi keempat yaitu kesalahan menggambar pola yaitu 1 unit (4,35%).
88
Amount
Gambar 4.21 Diagram Pareto Kusnadi Home Industry 20 15 10 5 0
100.00% 56.52% 26.09% 4.35%
Salah Memola
Salah Memotong
100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
Salah Pengeleman Menjahit
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
2. Assenda Sepatu Sendal Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.22, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 6 unit (50%), posisi selanjutnya yaitu kesalahan dalam menjahit dan memotong pola yaitu sama-sama dengan jumlah 3 unit (25%) dan tidak ada kesalahan dalam menggambar pola.
Amount
Gambar 4.22 Diagram Pareto Assenda Sepatu Sendal 12 10 8 6 4 2 0
100.00% 50.00% 25.00% 0.00% Salah Memola
Salah Memotong
Salah Menjahit
100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
Pengeleman
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
3. Mutiara Sepatu Sendal Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.23, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses menjahit pola dengan jumlah
89
kesalahan 7 unit (50%), posisi kedua adalah kesalahan pada proses pengeleman yaitu pada 4 unit (28,57%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat mengambar pola yaitu 2 unit (14,29%) dan posisi keempat yaitu kesalahan memotong pola yaitu 1 unit (7,14%). Gambar 4.23 Diagram Pareto Mutiara Sepatu Sendal
Amount
100.00%
14 12 10 8 6 4 2 0
100.00% 71.43%
80.00% 60.00%
14.29%
40.00%
21.43%
20.00% 0.00%
Salah Memola
Salah Memotong
Salah Menjahit
Pengeleman
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
4. Meliska Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.24, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 8 unit (44,44%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit pola yaitu pada 6 unit (33,33%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat memotong pola yaitu 3 unit (16,67%) dan posisi keempat yaitu kesalahan menggambar pola yaitu 1 unit (5,56%).
90
Gambar 4.24 Diagram Pareto Meliska
100.00%
Amount
15
80.00% 55.56%
10 5
100.00% 60.00% 40.00%
22.22%
20.00%
5.56%
0
0.00% Salah Memola
Salah Memotong
Salah Pengeleman Menjahit
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
5. Azfa Collection Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.25, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 14 unit (46,67%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit pola yaitu pada 11 unit (36,67%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat memotong pola yaitu 3 unit (10%) dan posisi keempat yaitu kesalahan menggambar pola yaitu 2 unit (6,67%).
Amount
Gambar 4.25 Diagram Pareto Azfa Collection 100.00% 30 25 20 53.33% 15 10 16.67% 5 6.67% 0 Salah Salah Salah Pengeleman Memola Memotong Menjahit
100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
91
6. Endang Home Industry Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.26, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses memotong pola dengan jumlah kesalahan 7 unit (31,82%), posisi kedua adalah kesalahan dalam pengeleman yaitu pada 6 unit (27,27%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat menjahit pola yaitu 5 unit (22,73%) dan posisi keempat yaitu kesalahan menggambar pola yaitu 4 unit (18,18%). Gambar 4.26 Diagram Pareto Endang Home Industry 100.00% Amount
20
72.73%
15
80.00% 60.00%
50.00%
10 5
100.00%
40.00% 18.18%
20.00%
0
0.00% Salah Memola
Salah Memotong
Salah Pengeleman Menjahit
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
7. Uyung Home Indusry Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.27, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 11 unit (40,74%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit pola yaitu pada 8 unit (29,63%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat memotong pola yaitu 5 unit (18,52%) dan posisi keempat yaitu kesalahan menggambar pola yaitu 3 unit (11,11%).
92
Gambar 4.27 Diagram Pareto Uyung Home Industry 100.00%
Amount
25
100.00% 80.00%
20
59.26%
15 10
60.00% 40.00%
29.63%
20.00%
11.11%
5 0
0.00% Salah Memola
Salah Memotong
Salah Menjahit
Pengeleman
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
8. VIVAN Shoes Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.28, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 13 unit (44,83%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit pola yaitu pada 9 unit (31,03%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat menggambar pola yaitu 4 unit (13,79%) dan posisi keempat yaitu kesalahan memotong pola yaitu 3 unit (13,79%). Gambar 4.28 Diagram Pareto VIVAN Shoes 100.00%
Amount
25
80.00%
20
55.17%
15
60.00% 40.00%
24.14%
10 5
100.00%
13.79%
20.00% 0.00%
0
Salah Memola
Salah Memotong
Salah Menjahit
Pengeleman
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
93
9. Bengkel Dr. Kevin Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.29, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 15 unit (53,57%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit pola yaitu pada 8 unit (28,57%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat memotong pola yaitu 4 unit (14,29%) dan posisi keempat yaitu kesalahan menggambar pola yaitu 1 unit (3,57%). Gambar 4.29 Diagram Pareto Bengkel Dr. Kevin 100.00%
Amount
25
80.00%
20 15
60.00%
46.43%
40.00%
10 5
100.00%
17.86%
20.00%
3.57%
0
0.00% Salah Memola
Salah Memotong
Salah Menjahit
Pengeleman
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
10. Balete Shoes Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.30, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 17 unit (53,13%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit pola yaitu pada 10 unit (31,25%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat memotong pola yaitu 5 unit (15,63%) dan tidak ada kesalahan dalam menggambar pola.
94
Amount
Gambar 4.30 Diagram Pareto Balete Shoes 30 25 20 15 10 5 0
100.00%
100.00% 80.00%
60.00%
46.88%
40.00% 15.63%
20.00%
0.00%
0.00% Salah Memola
Salah Memotong
Salah Menjahit
Pengeleman
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
11. UKM Abdul Shoes Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.31, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 15 unit (42,86%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit pola yaitu pada 12 unit (34,29%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat memotong pola yaitu 6 unit (17,14%) dan posisi keempat yaitu kesalahan menggambar pola yaitu 2 unit (5,71%).
Amount
Gambar 4.31 Diagram Pareto UKM Abdul Shoes 35 30 25 20 15 10 5 0
100.00%
100.00% 80.00%
57.14%
60.00% 40.00%
22.86%
20.00%
5.71%
0.00% Salah Memola
Salah Memotong
Salah Pengeleman Menjahit
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
95
12. Nugraha Sugih Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.32, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 15 unit (51,72%), posisi kedua adalah kesalahan dalam memotong pola yaitu pada 7 unit (24,14%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat menggambar pola yaitu 4 unit (13,79%) dan posisi keempat yaitu kesalahan menjahit pola yaitu 3 unit (10,34%). Gambar 4.32 Diagram Pareto Nugraha Sugih
Amount
100.00% 25 20 15 10 5 0
100.00% 80.00%
37.93%
48.28%
60.00% 40.00%
13.79%
20.00% 0.00%
Salah Memola
Salah Memotong
Salah Pengeleman Menjahit
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
13. Bengkel H. Endang Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.33, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 19 unit (46,34%), posisi selanjutnya adalah kesalahan pada saat menggambar dan memotong pola yaitu sama-sama berjumlah 8 unit (19,51%) dan posisi terakhir yaitu kesalahan pada saat menjahit pola 6 unit (14,63%).
96
Gambar 4.33 Diagram Pareto Bengkel H. Endang 100.00%
Amount
40
80.00%
30
53.66%
20 10
100.00% 60.00%
39.02%
40.00%
19.51%
20.00%
0
0.00% Salah Memola
Salah Memotong
Salah Menjahit
Pengeleman
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
14. Monita Shoes Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.34, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah kesalahan 16 unit (50%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit pola yaitu pada 10 unit (31,25%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat menggambar pola yaitu 6 unit (18,75%) dan tidak ada kesalahan dalam memotong pola.
Gambar 4.34 Diagram Pareto Monita Shoes 100.00% 30
80.00%
Amount
25 20
60.00%
50.00%
15 10
100.00%
40.00%
18.75%
18.75%
5
20.00%
0
0.00% Salah Memola
Salah Memotong
Salah Menjahit
Pengeleman
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
97
15. She Must Wear Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.35, jenis kesalahan yang paling sering terjadi yaitu pada proses menjahit pola yaitu sebanyak 18 unit (48,65%), kemudian kesalahan saat menggambar pola dan proses pengeleman berjumlah sama yaitu 8 unit (21,62%), kemudian kesalahan dalam memotong pola sebanyak 3 unit (8,11%). Gambar 4.35 Diagram Pareto She Must Wear 100.00% 30 Amount
100.00%
78.38%
80.00% 60.00%
20
40.00%
29.73%
21.62%
10
20.00%
0
0.00% Salah Memola
Salah Memotong
Salah Menjahit
Pengeleman
Damage Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
4.4.2 Tahap Analyze Setelah
dapat
diketahui
letak
kesalahan
yang
mengakibatkan
ketidaksesuain terhadap unit sepatu yang dihasilkan, akan lebih baik jika UKM mengetahui akar dari permasalahan agar dapat diperbaiki dengan tepat. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dan wawancara kepada pegawai serta pemilik UKM kemudian menggunakan diagram sebab-akibat sebagai pendekatan yang digunakan untuk menganalisis secara terperinci faktor-faktor penyebab kesalahan yang terjadi pada proses produksi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor.
98
Gambar 4.36 memuat faktor penyebab kesalahan di 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor. Salah satu faktor yang menyebabkan kesalahan pada unit sepatu diantaranya adalah tenaga kerja. Tenaga kerja memiliki peran sangat penting dalam keberlangsungan sebuah usaha, oleh karena itu perlu adanya seleksi serta pelatihan tenaga kerja yang baik. Dalam 15 UKM yang diteliti diketahui bahwa kesalahan produksi sepatu yang berasal dari tenaga kerja lebih disebabkan oleh kurangnya konsentrasi, kehati-hatian, ketelitian serta keterampilan pada sebagian pegawai baru. Hal ini sangat berpengaruh pada kualitas proses produksi terutama pada proses penggambaran pola yang membutuhkan keterampilan dan konsentrasi yang baik, proses pengguntingan pola yang harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, proses penjahitan yang memerlukan kehati-hatian, ketelitian, konsentrasi serta keterampilan menjahit yang baik, lalu proses pengeleman yang perlu sangat hati-hati agar lem tidak mengenai bagian-bagian yang tidak diinginkan serta agar tekson dan bontek tidak menggelembung saat ditempelkan. Pemberian gaji yang dilakukan oleh 15 UKM ini yaitu dihitung berdasarkan jumlah sepatu yang dibuat oleh pegawainya. Rata-rata nominal yang diberikan untuk gaji pegawainya adalah Rp 5.000/pcs – Rp 20.000/pcs, dengan rata – rata jumlah sepatu yang dihasilkan per UKM adalah 20 – 100 buah sepatu dalam satu hari. Kemudian untuk pemberian bonus, tidak semua UKM yang diteliti memberikan bonus kepada pegawainya dengan berbagai alasan. Contohnya pada UKM Azfa collection tidak memberikan bonus
99
dikarenakan omset yang di hasilkan tidak mencukupi untuk pemberian bonus, namun digantikan dengan pemberian konsumsi setiap harinya. Pada UKM Bengkel Dr. Kevin bonus diberikan namun tidak menentu dan tidak dianggarkan, dikarenakan tergantung pada jumlah omset yang diperoleh. Sedangkan pada UKM Kusnadi Home Industry pemberian bonus sudah dianggarkan dan dilakukan secara rutin walaupun tidak selalu dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk barang atau konsumsi. Dari hasil wawancara dengan para pegawai, diperoleh informasi bahwa kurangnya ketelitian, kehati-hatian dan konsentrasi disebabkan oleh keinginan untuk mencapai target jumlah pembuatan sepatu, sehingga para pegawai dapat membawa pulang gaji lebih banyak. Sedangkan untuk keterampilan yang dimiliki oleh pegawai cenderung tidak berubah dari hari ke hari dikarenakan tidak adanya pelatihan yang diberikan, sehingga para pegawai tidak dapat mengembangkan keterampilannya menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Gambar 4.36 Diagram Sebab-akibat
Konsentrasi Kehati-hatian
Kesalah an Produksi
Tenaga Kerja
Ketelitian
Keterampilan
Sumber: Data diolah
100
4.4.3 Tahap Improve Setelah mengetahui pusat kesalahan serta faktor-faktor penyebab kesalahan tersebut, tahap selanjutnya adalah tahap perbaikan dengan menggunakan solusi-solusi yang tepat untuk mengatasi masalah. Berikut rekomendasi perbaikan yang dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan yang terjadi pada proses produksi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor: Gambar 4.37 Rekomendasi Perbaikan
Tenaga Kerja
Perhitungan yang tepat berdasarkan omset yang diperoleh untuk pemberian gaji dan bonus yang layak bagi pegawai. Pengaplikasian administrasi keuangan. Mengikuti seminar kewirausahaan untuk menambah ilmu dan informasi mengenai bidang usaha. Perhatikan lingkungan kerja yang bersih agar para pegawai dapat nyaman dalam membuat sepatu. Pemberian pelatihan untuk mengembangkan kreatifitas pegawai. Pelatihan kembali para pegawai yang memiliki kualitas kerja yang kurang baik. Perhatikan kesehatan pegawai. Menetapkan metode kerja Mengatur tata letak layout untuk mempermudah pegawai dalam membuat sepatu.
Sumber: Data diolah
101
4.4.4 Tahap Control Tahap control sangat diperlukan bagi pelaksanaan perencanaan perubahan yang telah disusun sebelumnya. Tujuan utama dari analisis lean six sigma selain memperbaiki proses produksi juga untuk memberikan hasil produksi yang lebih baik untuk jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, selain mencari solusi atas faktor-faktor penyebab kesalahan produksi, UKM juga perlu menetapkan standarisasi pengukuran proses yang optimal dalam rangka pengawasan proses produksi setelah perubahan dilakukan. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses produksi disebabkan salah satunya yaitu oleh faktor tenaga kerja. Dalam tahapan control, untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam proses pelaksanaan perubahan, para pemilik UKM perlu melakukan hal-hal berikut: 1. Selalu
melakukan
pengawasan
pada
tahap
penggambaran,
pengguntingan dan penjahitan pola agar kesalahan tidak berpengaruh pada tahapan produksi lainnya. Selanjutnya pengawasan terhadap tahap pengeleman juga harus dilakukan dengan sangat teliti, karena tahap pengeleman sangat penting agar sepatu yang dihasilkan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. 2. Melakukan analisis tanggapan dari pelanggan, tujuannya untuk mengatahui secara detail apa yang menjadi kelebihan serta kekurangan dari sepatu yang dihasilkann oleh UKM. Selain itu UKM juga dapat mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pelanggan dimasa yang akan datang.
102
3. Membangun kerjasama tim antar pegawai. Tujuannya agar para pegawai dapat berdiskusi tentang rancangan sepatu serta proses produksi yang baik.
103
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan 1. Melalui uji kenormalan data dengan Smart PLS, dapat diketahui bahwa kualitas pengendalian mutu pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor dapat dinilai melalui kualitas pengendalian mutu produk akhir. Untuk memperoleh kualitas pengendalian mutu produk akhir yang baik, maka UKM perlu memperhatikan pula kualitas pengendalian bahan baku serta kualitas pengendalian mutu produk dalam produksi. Sehingga hasil akhirnya adalah UKM memiliki kualitas pengendalian mutu yang baik. 2. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan diagram kendali P, diketahui bahwa kualitas proses produksi pada 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor adalah dalam keadaan yang terkontrol. Meskipun ke 15 UKM ini masih memiliki kesalahan dalam proses produksinya, namun kesalahan tersebut masih dapat ditolerir karena nilai proporsinya masih berada pada batas kendali 3 sigma. 3. Melalui diagram pareto dapat diketahui penyebab kerusakan/ kecacatan pada proses produksi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor sebagain besar terjadi pada proses pengeleman. Kerusakan/ kecacatan dalam proses pengeleman ini biasanya adalah dalam bentuk lem yang kurang merekat, posisi lem yang kurang tepat dan lem yang menempel di bagian kap sepatu sehingga mengurangi kualitas produk. Selain itu letak kesalahan yang sering terjadi adalah pada proses menjahit pola,
104
kesalahan ini biasanya berbentuk jahitan yang kurang rapih atau warna benang yang ternyata kurang cocok dengan warna dasar sepatu. Salah memotong pola dan salah memola sepatu menjadi faktor kecil penyebab kerusakan/ kecacatan produk. 4. Dari hasil pengamatan serta wawancara dengan pemilik dan pegawai, diketahui terdapat faktor utama yang paling mempengaruhi mutu 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor salah satunya yaitu tenaga kerja. Pada diagram sebab-akibat dapat diketahui bahwa faktor penentu mutu UKM dipengaruhi juga oleh hal-hal seperti konstentrasi, keterampilan, ketelitian serta kehati-hatian. 5.2
Saran 1. Karena kualitas pengendalian mutu dipengaruhi oleh kualitas produk akhir maka UKM sebaiknya perlu meningkatkan kualitas bahan baku serta kualitas produk dalam proses. Untuk bahan baku, UKM sebaiknya memilih bahan baku yang memiliki kualitas dengan standar yang lebih baik dari segi estetika dan kegunaannya, bukan hanya sekedar dari segi harga yang ekonomis. Karena kualitas bahan baku yang baik walaupun mahal akan tetap memberikan nilai jual yang tinggi atas produk akhir tersebut, serta konsumennya juga akan berubah menjadi konsumen menengah-keatas. 2. Untuk mengurangi jumlah kesalahan dalam proses produksi, sebaiknya para pemilik UKM mengoptimalkan tenaga kerja yang ada dengan memberikan pelatihan pembuatan sepatu demi untuk meningkatkan
105
kualitas tenaga kerja agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, kemudian pemberian bonus atau tunjangan serta memperhatikan kesehatan tenaga kerja untuk meningkatkan semangat kerja para pegawai. Kemudian untuk mesin dan peralatan peru dilakukan perawatan secara rutin agar mesin tidak cepat rusak sehingga dapat mengurangi biaya pembelian mesin baru. Dalam proses produksi, metode kerja yang baku dan tertulis sangat penting agar para tenaga kerja dapat bekerja sesuai prosedur kerja yang ditetapkan. Ketersediaan fasilitas yang baik di lingkungan kerja akan membantu tenaga kerja untuk bekerja secara aman dan nyaman, serta tata letak tempat produksi juga akan memudahkan para tenaga kerja sehingga waktu produksi akan lebih efisien.
106
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Ma’ruf. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Untuk: Ekonomi, Manajemen, Komunikasi, dan Ilmu Sosial Lainnya. Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2015. Ahyari, Agus. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi. BPFE, Yogyakarta, 2002. Ariani, D.W. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002. Assauri, Sofjan Prof. Dr. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008. Dwi, Christine, Lidya Agustina, Verani Carolina. Kajian Teoritis Sistem Manajemen Mutu pada Usaha Kecil Menengah Menghadapi Tantangan Globalisasi. [Jurnal]. Yogyakarta. 2012. Gaspersz, Vincent. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009. Ghozali, Imam. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Badan Penerbit Undip, Semarang, 2011. Handoko, T. Hani.Dasar-dasar Manajemem Produksi dan Operasi., BPFE, Yogyakarta, 2000. Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. Managerial Accounting. Salemba Empat, Jakarta, 2011. Henryanto, Eko, BN Marbun. Pengendalian Mutu Terpadu. PT. Pusaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1993. Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Salemba Humanika, Jakarta, 2010. Hunger, J. David, Thomas L. Wheelen. Manajemen Strategi., Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003. Imae, Masaake. 10 QC Maxim, 1971.
107
Nasution, M.N.Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).Ghalia Indonesia, Bogor, 2005. Slamet, Achmad. Penganggaran, Perencanaan dan Pengendalian Usaha. UNNES PRESS, Semarang, 2007. Sumarsan, Thomas. Sistem Pengendalian Manajeman. Indeks, Jakarta, 2010. Tambunanan, Tulus. Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia.LP3ES, Jakarta,2012. Yamit, Zulian. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Ekonisis, Yogyakarta, 2005. Data/informasi http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=categor y&id=118:data-umkm-2013&Itemid=93 , diakses pada 07 Oktober 2015 pada pukul 10:53. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI. 2009. Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY BLUEPRINT). http://kecamatanrumpin.bogorkab.go.id/index.php/post/detail/389/koperasisepatu-dan-sandal-bogor-koseebo-resmi-beroperasi#.VsRxmvlYrIU , diakses pada 17 Februari 2016 pada pukul 20:12.
108
LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian RAHASIA KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN SIX SIGMA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH No. Responden
: __________ (Diisi oleh peneliti)
Tanggal/Bulan/Tahun
: ____/____/____
Petunjuk Pengisian
: Jawablah pertanyaan atau pernyataan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada kotak pilihan yang telah disediakan. Jawablah pertanyaan tersebut dengan sejujurnya. Kuesioner ini hanya dipergunakan untuk bahan penelitian semata.
A. Identitas Responden Nama Responden
: ----------------------------
Jenis Kelamin
: Laki-laki Perempuan
Umur
: ----------------- Tahun
No. Telp./ HP
: ----------------------------
B. Profil UKM Nama UKM
: ----------------------------
Nama Pemilik
: ----------------------------
Alamat UKM
: ----------------------------
Jenis Produk
: ---------------------------
Jumlah Tenaga Kerja
: --------------------------- orang
a. Laki-laki b. Perempuan
: ---------------------------- orang : ---------------------------- orang
Modal Awal
: Rp ----------------------
Total Omset (per bulan)
: Rp ----------------------
Administrasi Keungan
: Ada Tidak ada 109
C. Penerapan Pengendalian Mutu Produksi dengan Pendekatan Statistical Quality Control (SQC) dan Lean Six Sigma pada Usaha Kecil dan Menengah Pada bagian ini, Bapak/Ibu diminta untuk membubuhkan tanda silang (X) pasa salah satu alternatif jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling tepat pada kolom yang telah tersedia. Keterangan : Simbol SS S KS TS STS
Kategori Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Nilai/Bobot 5 4 3 2 1
D. Pengendalian Bahan Baku
Pernyataan No Variabel Pengendalian Bahan Baku 1. 2.
3.
4.
SS 5
Alternatif Jawaban S KS TS STS 4
3
2
1
UKM menetapkan standar khusus untuk kualitas bahan baku UKM melakukan pengecekkan terhadap bahan baku secara teliti dan dilakukan secara rutin UKM menggunakan bahan baku secara terkendali sehingga tidak ada bahan baku yang terbuang Dalam pembelian bahan baku, terdapat biaya-biaya pemesanan seperti biaya administrasi pembelian, pengangkutan, penerimaan, pemeriksaan dan lain-lain merupakan salah satu biaya yang harus dikeluarkan oleh UKM
110
5.
6.
Biaya pemesanan termasuk biaya administrasi pembelian, pengangkutan, penerimaan, pemeriksaan bahan baku dan lain-lain termasuk dalam biaya yang dianggarkan UKM Biaya sewa gudang, gaji pengawas bahan baku dan biaya peralatan gudang merupakan biaya yang dikeluarkan UKM untuk menjaga kualitas persediaan bahan baku
E. Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi Pernyataan No.
7. 8.
9. 10.
11.
12.
Variabel Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi Kapasitas alat produksi yang dimiliki UKM mampu memproduksi barang dengan baik setiap harinya Rata-rata barang yang diproduksi UKM mencapai lebih dari 50 buah setiap harinya
SS 5
Alternatif Jawaban S KS TS STS 4
3
2
1
UKM menerapkan tata letak layout untuk memudahkan proses produksi Terdapat tim/orang yang melakukan pengawasan terhadap kualitas proses produksi Terdapat tim/orang yang melakukan perawatan terhadap peralatan produksi yang digunakan Terdapat pelatihan-pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan kualitas karyawan
13.
UKM telah menetapkan standar upah yang sesuai untuk para karyawan
14.
Selain upah pokok, UKM juga memberikan tunjangan lain seperti bonus, asuransi kesehatan atau yang lainnya kepada karyawan
111
15.
Standar jam kerja yang ditetapkan UKM adalah 5 hari kerja dalam seminggu, 8 jam kerja setiap harinya
16.
UKM memberikan waktu istirahat yang cukup bagi karyawan
F. Pengendalian Mutu Produk Akhir Pernyataan No Variabel Pengendalian Mutu Produk Akhir 17.
Produk yang dihasilkan UKM memiliki ketahanan lebih dari satu tahun
18.
Produk yang dihasilkan UKM mudah dirawat dan diperbaiki
19.
Produk yang dihasilkan UKM memiliki estetika serta kualitas design yang mengikuti trend
20.
Produk yang dihasilkan memiliki keandalan dalam menjalankan fungsi yang dimaksudkan
21.
22.
23.
SS 5
Alternatif Jawaban S KS TS 4
3
2
STS 1
UKM melakukan pencatatan terhadap arus keluar masuk hasil produksi UKM melakukan pencatatan terhadap tanggal penerimaan dan pengeluaran hasil produksi UKM melakukan pencatatan terhadap nama produk yang dihasilkan
24.
Dalam hal packaging, UKM melakukan design khusus agar dapat memberi nilai tambah terhadap kualitas produk
25.
Pengiriman produk ke tangan konsumen dilakukan secara hati-hati dan cermat oleh UKM agar produk tidak cacat
112
G. Kualitas Pengendalian Mutu UKM Pernyataan No
26.
Variabel Kualitas Pengendalian Mutu UKM UKM mampu menjalankan proses produksi dengan benar sesuai dengan standar yang berlaku
27.
UKM mampu mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laba
28.
UKM mampu mengurangi kerugian akibat praktik-praktik pemborosan, pembuangan, cacat dan pengerjaan kembali produk
29.
UKM mampu menghasilkan produk yang memenuhi bahkan melebihi ekspektasi, kebutuhan serta kepuasan pelanggan
30.
Harga produk yang ditetapkan oleh UKM sesuai dengan kualitas produk yang dihasilkan
31.
UKM mampu menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasinya atau tanpa cacat
SS 5
Alternatif Jawaban S KS TS 4
3
2
STS 1
113
LAMPIRAN 2 Jawaban Kuesioner No.
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X1.6
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
X2.8
X2.9
X2.10
1
5
5
5
3
4
3
5
5
3
4
4
3
5
4
2
4
2
5
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
3
5
4
3
4
3
4
4
3
5
5
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
5
4
5
4
3
3
4
3
4
3
2
5
4
3
4
4
3
4
5
5
5
4
5
4
3
5
5
5
5
4
4
5
4
4
5
6
4
4
3
5
4
2
4
4
3
4
4
3
5
4
4
4
7
5
5
4
5
4
4
5
5
5
5
4
3
5
4
4
5
8
5
5
4
5
4
2
5
5
3
5
4
3
5
4
3
4
9
5
4
4
4
4
3
5
4
3
4
4
4
5
4
3
4
10
5
4
4
4
4
2
4
4
2
4
4
2
4
4
2
5
11
5
4
4
4
4
3
4
5
2
5
3
4
5
4
3
5
12
4
4
3
4
4
2
5
5
3
5
4
3
5
4
3
4
13
5
4
5
5
4
2
5
4
5
5
4
3
4
4
3
5
14
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
15
5
4
4
5
4
3
5
3
5
4
4
5
4
4
4
5
16
5
4
4
5
5
4
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
17
3
3
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
5
18
4
4
3
4
4
3
3
4
3
5
4
3
4
3
3
3
19
4
4
4
4
4
3
5
5
3
5
4
4
5
4
4
4
20
5
5
5
5
5
4
5
5
3
5
5
3
5
5
3
3
21
4
4
3
3
3
2
5
2
5
4
4
3
4
3
3
4
22
3
3
3
4
3
2
4
3
3
4
3
3
4
3
3
5
23
5
4
4
5
5
3
4
4
3
4
4
3
4
4
3
4
24
4
4
3
4
3
2
4
3
4
5
4
3
4
3
3
4
25
4
4
3
5
4
4
3
4
3
4
4
3
4
3
3
5
26
4
4
3
3
3
2
4
3
3
5
3
3
4
3
3
5
27
4
4
5
4
4
3
4
5
4
4
4
3
4
4
3
5
28
4
4
3
5
4
2
4
4
3
4
4
3
5
4
2
4
29
4
4
3
4
4
2
4
3
2
4
4
3
4
4
3
4
30
4
4
4
4
4
2
4
5
3
4
3
3
4
4
3
4
114
LANJUTAN LAMPIRAN 2 Jawaban Kuesioner No.
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
X3.6
X3.7
X3.8
X3.9
Y1.1
Y1.2
Y1.3
Y1.4
Y1.5
Y1.6
1
5
5
4
5
4
4
4
4
5
5
4
5
5
4
4
2
5
5
4
4
4
4
5
4
5
5
4
4
5
5
5
3
3
4
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
5
5
4
4
4
3
5
3
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
6
5
5
4
4
5
5
5
4
5
5
4
4
5
5
4
7
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
8
4
5
5
4
5
5
5
4
5
5
4
4
5
5
4
9
4
5
5
4
5
5
5
4
5
5
4
4
5
5
4
10
4
4
4
5
3
3
3
5
5
5
4
4
4
4
5
11
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
12
5
5
5
5
4
4
4
3
5
5
4
3
5
5
4
13
5
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
4
14
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
4
5
5
4
15
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
4
4
16
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
17
4
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
2
3
18
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
19
5
5
4
4
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
4
20
5
5
4
5
5
3
5
4
5
5
5
5
4
4
4
21
4
5
4
4
5
3
5
3
5
4
3
4
5
5
5
22
3
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
23
5
4
3
5
3
3
3
2
5
5
4
4
5
4
5
24
4
3
4
4
4
4
2
3
5
5
4
4
4
5
5
25
4
4
4
4
4
3
5
4
3
4
3
4
4
4
3
26
4
4
4
4
3
3
3
4
5
4
3
3
4
4
4
27
4
4
5
4
5
4
5
3
5
5
4
4
4
5
4
28
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
3
3
4
5
4
29
4
5
4
4
5
4
4
5
5
4
3
3
4
4
4
30
4
4
4
4
3
3
3
3
5
4
3
4
4
4
4
115
LAMPIRAN 3 Output PLS Algorithm
116
LAMPIRAN 4 Kusnadi Home Industry No
(n)
(D)
ṕ
1
100
0
0
2
75
1
0.013
3
86
2
0.023
4
100
1
0.010
5
80
0
0.000
0.0078
6
100
0
0.000
0.0078
Σ
541
4
0.047
LCL
No
(n)
(D)
ṕ
CL
-0.1009
1
60
1
0.016667
0.0173
0.1588 -0.1242
-0.1009
2
75
1
0.013
0.0173
0.1588 -0.1242
-0.1009
3
65
1
0.015
0.0173
0.1588 -0.1242
-0.1009
4
52
2
0.038
0.0173
0.1588 -0.1242
0.1165
-0.1009
5
100
2
0.020
0.0173
0.1588 -0.1242
0.1165
-0.1009
6
100
0
0.000
0.0173
0.1588 -0.1242
Σ
452
7
0.104
CL 0.0078 0.0078 0.0078 0.0078
Assenda Sepatu Sendal
UCL 0.1165 0.1165 0.1165 0.1165
Mutiara Sepatu Sendal No
(n)
(D)
ṕ
1
45
0
0
2
50
0
0.000
0.0200
3
52
1
0.019
0.0200
4
56
2
0.036
0.0200
5
40
1
0.025
6
50
2
0.040
Σ
293
6
0.120
CL 0.0200
0.0200 0.0200
(n)
(D)
ṕ
CL
1
50
0
0
0.0224
2
50
1
0.020
0.0224
3
45
0
0.000
4
45
2
0.044
5
50
1
0.020
6
60
3
0.050
Σ
300
7
0.134
0.0224 0.0224 0.0224 0.0224
LCL
Meliska LCL
No
(n)
(D)
ṕ
CL
UCL
-0.1284
1
50
1
0.02
0.0133
0.1432
-0.1166
0.1683
-0.1284
2
50
2
0.040
0.0133
0.1432
-0.1166
0.1683
-0.1284
3
50
1
0.020
0.0133
0.1432
-0.1166
0.1683
-0.1284
4
45
0
0.000
0.0133
0.1432
-0.1166
-0.1284
5
50
0
0.000
0.0133
0.1432
-0.1166
-0.1284
6
55
0
0.000
0.0133
0.1432
-0.1166
Σ
300
4
0.080
UCL 0.1683
0.1683 0.1683
Azfa Collection No
UCL
LCL
Endang Home Industry No
(n)
(D)
ṕ
CL
0.1764 -0.1316
1
45
1
0.022222
0.0356
0.2143 -0.1432
0.1764 -0.1316
2
50
2
0.040
0.0356
0.2143 -0.1432
0.1764 -0.1316
3
30
2
0.067
0.0356
0.2143 -0.1432
0.1764 -0.1316
4
45
2
0.044
0.0356
0.2143 -0.1432
0.1764 -0.1316
5
50
1
0.020
0.0356
0.2143 -0.1432
0.1764 -0.1316
6
50
1
0.020
0.0356
0.2143 -0.1432
Σ
270
9
0.213
UCL
LCL
UCL
LCL
117
Uyung Home Industry No
(n)
(D)
ṕ
CL
VIVAN Shoes UCL
LCL
No
(n)
(D)
ṕ
60
0
0
CL
UCL
LCL
1
100
1
0.01
0.0206
0.1704
-0.1292
1
0.0111
0.1335
-0.1112
2
50
1
0.020
0.0206
0.1704
-0.1292
2
60
1
0.017
0.0111
0.1335
-0.1112
3
70
2
0.029
0.0206
0.1704
-0.1292
3
60
0
0.000
0.0111
0.1335
-0.1112
4
50
2
0.040
-0.1292
4
60
2
0.033
0.0111
0.1335
-0.1112
5
40
0
0.000
-0.1292
5
60
0
0.000
0.0111
0.1335
-0.1112
6
80
2
0.025
-0.1292
6
60
1
0.017
0.0111
0.1335
-0.1112
Σ
390
8
0.124
Σ
360
4
0.067
0.0206 0.0206 0.0206
0.1704 0.1704 0.1704
Bengkel Dr. Kevin No
(n)
(D)
ṕ
1
100
1
0.01
2
100
0
0.000
3
100
1
0.010
4
100
2
0.020
5
100
1
0.010
6
100
0
0.000
Σ
600
5
0.050
CL 0.0083 0.0083 0.0083 0.0083 0.0083 0.0083
Balete Shoes No
(n)
(D)
ṕ
CL
UCL
LCL
0.1196 -0.1029
1
30
1
0.033333
0.0222
0.1758
-0.1313
0.1196 -0.1029
2
30
0
0.000
0.0222
0.1758
-0.1313
0.1196 -0.1029
3
25
0
0.000
0.0222
0.1758
-0.1313
0.1196 -0.1029
4
30
2
0.067
0.0222
0.1758
-0.1313
0.1196 -0.1029
5
20
0
0.000
0.0222
0.1758
-0.1313
0.1196 -0.1029
6
30
1
0.033
0.0222
0.1758
-0.1313
Σ
165
4
0.133
UCL
LCL
UKM Abdul Shoes No
(n)
(D)
ṕ
1
30
2
0.067
2
20
1
0.050
3
30
0
0.000
4
15
1
0.067
5
25
2
6
50
Σ
170
Nugraha Sugih No
(n)
(D)
ṕ
CL
UCL
LCL
0.2506 -0.1494
1
30
1
0.033333
0.0089
0.1225
-0.1048
0.2506 -0.1494
2
25
0
0.000
0.0089
0.1225
-0.1048
0.0506
0.2506 -0.1494
3
45
0
0.000
0.0089
0.1225
-0.1048
0.0506
0.2506 -0.1494
4
30
0
0.000
0.0089
0.1225
-0.1048
0.080
0.0506
0.2506 -0.1494
5
50
1
0.020
0.0089
0.1225
-0.1048
2
0.040
0.0506
0.2506 -0.1494
6
30
0
0.000
0.0089
0.1225
-0.1048
8
0.303
Σ
210
2
0.053
CL 0.0506 0.0506
UCL
LCL
Bengkel H. Endang No
(n)
(D)
ṕ
1
50
2
0.04
0.0385
2
45
1
0.022
3
50
2
0.040
4
30
2
0.067
5
50
2
0.040
6
45
1
0.022
Σ
270
10
0.231
Monita Shoes No
(n)
(D)
ṕ
CL
UCL
LCL
0.2220 -0.1449
1
100
1
0.01
0.0275
0.1921
-0.1371
0.0385
0.2220 -0.1449
2
80
2
0.025
0.0275
0.1921
-0.1371
0.0385
0.2220 -0.1449
3
60
0
0.000
0.0275
0.1921
-0.1371
0.2220 -0.1449
4
50
2
0.040
0.0275
0.1921
-0.1371
0.2220 -0.1449
5
100
1
0.010
0.0275
0.1921
-0.1371
0.2220 -0.1449
6
50
4
0.080
0.0275
0.1921
-0.1371
Σ
440
10
0.165
CL
0.0385 0.0385 0.0385
UCL
LCL
118
She Must Wear No
(n)
(D)
ṕ
CL
1
40
2
0.05
0.0350
0.2129 -0.1429
2
25
1
0.040
0.0350
0.2129 -0.1429
3
50
2
0.040
0.0350
0.2129 -0.1429
4
50
3
0.060
0.0350
0.2129 -0.1429
5
50
1
0.020
0.0350
0.2129 -0.1429
6
40
0
0.000
0.0350
0.2129 -0.1429
Σ
255
9
0.210
UCL
LCL
119
LAMPIRAN 5 Kusnadi Home Industry
Assenda Sepatu Sendal
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Salah Memola
1
4.35%
4.35%
Salah Memotong
5
21.74%
7 10
Damage
Salah Menjahit Pengeleman Total
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Salah Memola
0
0.00%
0.00%
26.09%
Salah Memotong
3
25.00%
25.00%
30.43%
56.52%
Salah Menjahit
3
25.00%
50.00%
43.48%
100.00%
Pengeleman
6
50.00%
100.00%
23
Damage
Total
12
Mutiara Septau Sendal Damage
Meliska
Amount of Com Percentation Damages Percentation
Damage
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Salah Memola
2
14.29%
14.29%
Salah Memola
1
5.56%
5.56%
Salah Memotong
1
7.14%
21.43%
Salah Memotong
3
16.67%
22.22%
Salah Menjahit
7
50.00%
71.43%
Salah Menjahit
6
33.33%
55.56%
4
28.57%
100.00%
8
44.44%
100.00%
Pengeleman Total
14
Pengeleman Total
Azfa Collection Damage
Endang Home Industry
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
2
6.67%
6.67%
Salah Memola Salah Memotong
18
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Salah Memola
4
18.18%
18.18%
Damage
3
10.00%
16.67%
Salah Memotong
7
31.82%
50.00%
Salah Menjahit
11
36.67%
53.33%
Salah Menjahit
5
22.73%
72.73%
Pengeleman
14
46.67%
100.00%
Pengeleman
6
27.27%
100.00%
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Total
30
Total
Uyung Home Indsutry
22
VIVAN Shoes
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Salah Memola
3
11.11%
11.11%
Salah Memola
4
13.79%
13.79%
Salah Memotong
5
18.52%
29.63%
Salah Memotong
3
10.34%
24.14%
Salah Menjahit
8
29.63%
59.26%
Salah Menjahit
9
31.03%
55.17%
11
40.74%
100.00%
13
44.83%
100.00%
Damage
Pengeleman Total
27
Bengkel Dr. Kevin
Damage
Pengeleman Total
29
Balete Shoes
120
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Salah Memola
1
3.57%
3.57%
Salah Memotong
4
14.29%
Salah Menjahit
8 15
Damage
Pengeleman Total
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Salah Memola
0
0.00%
0.00%
17.86%
Salah Memotong
5
15.63%
15.63%
28.57%
46.43%
Salah Menjahit
10
31.25%
46.88%
53.57%
100.00%
17
53.13%
100.00%
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Salah Memola
4
13.79%
13.79%
7
24.14%
37.93%
3
10.34%
48.28%
15
51.72%
100.00%
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Damage
Pengeleman
28
Total
UKM Abdul Shoes
Nugraha Sugih
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Salah Memola
2
5.71%
5.71%
Salah Memotong
6
17.14%
22.86%
Salah Memotong
Salah Menjahit
12
34.29%
57.14%
Salah Menjahit
Pengeleman
15
42.86%
100.00%
Damage
Total
32
Damage
Pengeleman
35
Total
Bengkel H. Endang
29
Monita Shoes
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
Salah Memola
8
19.51%
19.51%
Salah Memola
6
18.75%
18.75%
Salah Memotong
8
19.51%
39.02%
Salah Memotong
0
0.00%
18.75%
Salah Menjahit
6
14.63%
53.66%
Salah Menjahit
10
31.25%
50.00%
19
46.34%
100.00%
16
50.00%
100.00%
Damage
Pengeleman Total
Damage
Pengeleman
41
Total
32
She Must Wear Damage
Amount of Damages
Percentation
Com Percentation
8
21.62%
21.62%
Salah Memola Salah Memotong Salah Menjahit Pengeleman Total
3
8.11%
29.73%
18
48.65%
78.38%
8
21.62%
100.00%
37
121