PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA ORGANISASI (Studi pada Dinas Pendapatan, Pengolahan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Grobogan)
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syaratGuna Memperoleh Gelar Sarjana EkonomiProgram Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh: RAHAYUNI B200080072
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
gI0Z I
uBm*f
mrlBle8rE,r{
?reaamg
?r4tElIP{nl#r l"r"l{s Frurffiralll rPI9l ln$f,Fr tserrq$rd qB{spusrtqsq l?dBpEodFq ue8wrupuurn6
z4lD8Dooiru
iNilTYffiU rplo s11nry ErcA
(wtoqorg Eegdx1rryt qBr-(IpsV E;p @m; usry1o8rra{ trrfcdepmd taqAGM lPnrs) ISYSI}{Y3UO YfIIIINDI {Y(IruIUflI.
Xru(r{
SVTrIIflTINO)TY
NTC ISVSINTCUO iHTN[I'In{O)t ISYSINYSUO VAV(IN& EIIUTENf,d; :ppnf uutuep rsu+t+rd rtrBlsar c$cqureul qBFl tur rls &eq rp uBErBtBpIrB}n{ ftrrf
NvtrVstt0iEr{
“ PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA ORGANISASI (Studi pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Grobogan)”.
RAHAYUNI B.200.080.072 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Organisasi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten Grobogan. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di Dinas Pendaapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten Grobogan.Sampel penelitian ini diambil berdasarkan sensus dimana sampel dalam penelititan ini yaitu seluruh karyawan atau pegawai yang bekerja di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten Grobogan sebanyak 168 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi, dengan nilai t diperoleh thitung (0,7943) lebih besar dari t table (1,645) dan nilai sig 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi dengan nilai thitung (1,360) lebih kecil dari t tabel (1,645) dan nilai sig 0,176 yang lebih besar dari 0,05. Pada α = 0,05 dan akuntabilitas publik tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi,
dengan nilai thitung (1,360) lebih kecil dari t
tabel
(1,645) dan nilai sig 0,844 yang
lebih besar dari 0,05 pada α = 0,05. Kata Kunci : Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Akuntabilitas Publik, Kinerja Organisasi A. PENDAHULUAN Upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik terhadap masyarakat terus dilakukan oleh pemerintah daerah. Adanya UU No 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, yang diperkuat dengan PP No 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah menyatakan bahwa dalam pelaporan keuangan harus disertakan informasi mengenai kinerja instansi pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh pengguna anggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Pemerintah daerah juga harus melaksanakan Standar Pelayanan Minimum (SPM), dimana pelayanan terhadap masyarakat harus dilakukan secara optimal.Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan tersebut, diperlukan keselarasan antara pemerintah daerah, legislatif, masyarakat serta pihak-pihak yang terkait lainnya. Kondisi ini mendorong organisasi publik untuk dapat mengelola jasa pelayanan publik secara baik dan bertanggung jawab. Sebab, apabila dikelola secara baik dan bertanggungjawab, organisasi publik tersebut akan memberikan kontribusi pemasukan kepada kas daerah, yang nantinya akan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Organisasi harus memberi perhatian yang penuh dan membuat karyawan percaya terhadap organisasi, sehingga akan diperoleh komitmen karyawan. Jika komitmen karyawan telah diperoleh akan didapatkan karyawan yang setia, dan mampu bekerja sebaik mungkin untuk kepentingan organisasi. Keadaan ini sangat baik bagi pencapaian tujuan organisasi, karena organisasi mendapat dukungan penuh dari anggotanya sehingga bisa berkonsentrasi secara penuh pada tujuan yang diprioritaskan.
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya
untuk
mempertahankan
keangotaannya
dalam
organisasi.
Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan penerimaan terhadap nilainilai dan tujuan organisasi.Dimana loyalitas, keterlibatan, dan penerimaan terkait dengan kinerja organisasi.Penelitian
Nurjanah (2008) mengemukakan bahwa
komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Oleh sebab itu, apabila komitmen organisasinya baik, maka kinerja organisasi akan baik pula. Faktor yang tidak kalah penting berpengaruh pada kinerja organisasi selain komitmen organisasi adalah budaya organisasi. Budaya organisasi yang baik tentunya akan mempengaruhi kualitas pelayanan publik yang baik pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjiptono (2000: 75), yang mengemukakan bahwa kualitas pelayanan sendiri sebenarnya dipengaruhi oleh banyak aspek salah satunya adalah budaya organisasi dan cara pengorganisasiannya. Dalam organisasi tentunya banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujuannya, sedangkan jalannya organisasi dipengaruhi oleh perilaku banyak individu yang memiliki kepentingan masing-masing.Oleh sebab itu, budaya organisasi sangat penting,
karena
merupakan
kebiasaan-kebiasaan
yang
ada
dalam
organisasi.Kebiasaan tersebut mengatur tentang norma-norma perilaku yang harus diikuti oleh para anggota organisasi, sehingga menghasilkan budaya yang produktif.Budaya yang produktif adalah budaya yang dapat menjadikan organisasi menjadi kuat dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Faktor pendukung untuk terciptanya manajemen kinerja yang baik diperlukan juga komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. Komitmen tersebut dapat tercipta apabila individu dalam organisasi sadar akan hak dan kewajibannya dalam organisasi tanpa melihat jabatan dan kedudukan masing-masing individu, karena pencapaian tujuan organisasi merupakan hasil kerja semua anggota organisasi yang bersifat kolektif. Hal tersebut membuktikan bahwa akuntabilitas pun sangat diperlukan sebagai pertanggunjawaban kinerja setiap individu tersebut.
Mardiasmo (2002) mengemukakan bahwa akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Triguno (2000) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah campuran nilai-nilai kepercayaan dan norma-norma yang ditetapkan sebagai pola perilaku dalam suatu organisasi.Menurut Nawawi (2003) mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah suatu kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang dipegang teguh oleh anggota organisasi dalam menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyono dan Kompyurini (2008), menyimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja organisasi.Budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap perilaku para anggota organisasinya adalah orang-orang yang baik dan berkualitas pula. Dan apabila anggotanya baik dan berkualitas, maka kinerja organisasi akan menjadi baik dan berkualitas juga. Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi kepada public dan konstituen lainnya
yang menjadi
pemangku kepentingan (stakeholder) (Mahmudi, 2005 :9). Akuntabilitas public juga terkait dengan kewajiban untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah, sedang dan direncanakan akan dilaksanakan organisasi publik. Oleh karena itu, akuntabilitas pemerintah seharusnya tidak hanya memusatkan pada pemanfaatan sumberdaya (input) semata tetapi juga pada kinerjanya. Dari berbagai definisi budaya organisasi yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota perusahaan dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam berorganisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1) Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi pada dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan asset daerah kabupaten grobogan? 2) Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi pada dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan asset daerah kabupaten grobogan? 3) Apakah akuntabilitas publik berpengaruh terhadap kinerja organisasi pada dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan asset daerah kabupaten grobogan? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai masalah yang diteliti yaitu : 1) Untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi pada dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan asset daerah kabupaten grobogan. 2) Untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja organisasi pada dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan asset daerah kabupaten grobogan. 3) Untuk menganalisis pengaruh akuntabilitas publik terhadap kinerja organisasi pada dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan asset daerah kabupaten grobogan. B. LANDASAN TEORI 1. Budaya Organisasi Dalam kehidupan masyarakat sehari hari tidak terlepas dari ikatan budaya.Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam berinteraksi dan bertindak menyelesaikan satu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak (Robert dan Angelo, 2005) Menurut penelitian Abdullah dan arisanti (2010) budaya organisasi Merupakan pola dasar yang diteriam oleh organisasiuntuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradapsi dengan lingkungan dan persatuan anggota-angota organisasi
Robbins (2001) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-angota organisasi itu. Kinichi (2005) menyatakan budaya organisasiadalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi
dengan
lingkungan
dan
mempersatukan
anggota-angota
organisasi.untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk angota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berfikir dan merasakan masalah yang dihadapi. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah system nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan perilaku para anggota organisasi. dalam masyarakat, budaya organisasi mempengaruhi nilai-nilai atau etika individu, sikap-sikap, asumsi-asumsi dan harapan-harapan individu. Perpaduan budaya masyarakat dan budaya organisasional dapat menghasilkan dinamika didalam suatu organisasi. 2. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan sifat hubungan antara individu dan organisasi kerja, dimana individu mempunyai kenyakinan diri terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi kerja, adanya kerelaan untuk menggunakan usahanya secara sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi kerja serta mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi kerja .dalam hal ini individu mengidentifikasi dirinya pada suatu organisasi tertentu tempat individu bekerja dan berharap untuk menjadi anggota organisasi kerja guna turut merealisasi tujuan-tujaun organisasi kerja. Menurut robins (2001) komitmen organisasi yaitu: merupakn derasat sejauh mana keterlibatan seseorang dalam organisasinya dan kekuatan indentifikasinya terhadap suatu organisasi tertentu, komitmen ditandai dengan 3 hal yaitu: 1) Suatu kepercayaan yang kuat terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi. 2) Kesiapan dan kesediaan untuk mengerakan usaha keras demi kepentingan organisasi.
3) Keinginan yang kuat untuk memelihara hubungan yang kuat dengan organisasi. Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya komitmen yang tinggi dalam individu maka semakin tinggi kepeduliannya terhadap organisasi, sehingga individu tersebut akan terus berusaha untuk menjadikan organisaninya kearah yang lebih baik. 3. Akuntabilitas Publik Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan accountability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan” atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable (Mahmudi, 2005).Akuntabilitas merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (dewan/agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (masyarakat/principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Zulkarnaen (2008), mendefiniskan akuntabilitas sebagai sebuah norma dalam hubungan antara pengambil keputusan dan stakeholders dan para pengambil keputusan bertanggungjawab terhadap konsekuensi yang timbul dari keputusan mereka. Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,menyajikan,melaporkan,dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.Akuntabilitas public terdiri atas dua macam,yaitu: (1) akuntabilitas vertical (vertical accountability), (2) akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sector publik terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood (1993) dalam mardiasmo (2002:21) menjelaskan ada empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sector public yaitu:
1) Akuntabilitas kejujuran dan Akuntabilitas hokum (accountability for probity and legality). Akuntablitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran pennyalahgunaan jabatan,sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana public. 2) Akuntabilitas proses (process accountability) Akuntabilitas Proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan system informasi akuntansi,system informasi manajemen,dan prosedur administrasi. 3) Akuntabilitas program (program accountability) Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak,dan apakah telah mempertimbangkan alternative program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. 4) Akuntabilitas Kebijakan (policy accountability) Akuntabilitas kebijakan terkait dengan
pertanggung jawaban
pemerintah, baik pusat maupun daerah,atas kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas. 4. Kinerja Organisasi Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu kebijakan operasional yang diambil. Dengan adanya informasi mengenai kinerja suatu instansi pemerintah, akan dapat diambil tindakan
yang
diperlukan
seperti
koreksi
atas
kebijakan,
meluruskan
kegiatankegiatan utama, dan tugas pokok instansi, bahan untuk perencanaan, menentukan tingkat keberhasilan instansi untuk memutuskan suatu tindakan, dan lain-lain. Kinerja
juga
berarti
prestasi
kerja,
prestasi
penyelenggaraan
sesuatu.dengandemikian kinerja organisasi merupakan suatu prestasi kerja dan proses penyelenggaraan tujuan organisasi yang ingin dicapai. Secara umum dapat
juga dikatakan bahwa kinerja merupakan usaha untuk mencapai suatu prestasi oleh organisasi dalam periode tertentu (Ikhsan & Muhammad, 2005). Untuk dapat mengetahui kinerja seseorang atau organisasi, perlu diadakan pengukuran kinerja. Menurut Stout (BPKP, 2000), pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses. Maksudnya setiap kegiatan organisasi harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah organisasi di masa yang akan datang yang dinyatakan dengan pencapaian visi dan misi organisasi. Produk dan jasa yang dihasilkan akan kurang berarti apabila tidak ada kontribusinya terhadap pencapaian visi dan misi organisasi. Melalui pengukuran kinerja diharapkan pola kerja dan pelaksanaan tugas pembangunan dan tugas umum pemerintahan akan terlaksana secara efesien dan efektif dalam mewujudkan tujuan nasional. Pengukuran kinerja pegawai akan dapat berguna untuk: 1) Mendorong orang agar berperilaku positif atau memperbaiki tindakan mereka yang berada di bawah standar kinerja, 2) Sebagai bahan penilaian bagi pihak pimpinan apakah mereka telah bekerja dengan baik, 3) Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan untuk peningkatan organisasi Dalam pengukuran kinerja (performance measurement) organisasi hendaknya dapat menentukan aspek-aspek apa saja yang menjadi topik pengukurannya. Miner (Sainul, 2002) menetapkan komponen variabel pengukuran kinerja ke dalam 3 kelompok besar, yaitu: 1) Berkaitan dengan karakteristik kualitas kerja pegawai; 2) Berkaitan dengan kuantitas kerja pegawai; 3) Berkaitan dengan kemampuan bekerjasama dengan pegawai lainnya.
Dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (2008) tujuan umum penyusunan penetapan kinerja adalah: 1) Intensifikasi pencegahan korupsi, 2) Peningkatan kualitas pelayanan publik, dan 3)
Percepatan untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel. Sedangkan tujuan khusus penyusunan penetapan kinerja adalah:
1) Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; 2) Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; 3) Sebagai dasar penilaian keberhasilan/ kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; 4) Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Hipotesis : H1 : budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi H2 :komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi H3 : akuntabilitas public bepengaruh terhadap kinerja organisasi KERANGKA PENELITIAN Berdasarkan teori yang telah disebutkan sebelumnya serta variabel yang mempengaruhi kinerja organisasi dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut ini: Budaya (X Organisasi 1) Komitmen (X2) Organisasi (XAkuntabilitas 3) Publik
Kinerja Organisasi (Y)
C. METODE PENELITIAN 1) Populasi Dan Sampel Adapun Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pegawai yang
bekerja di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten Grobogan.Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode sensus dimana sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan atau pegawai yang bekerja sebagai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten Grobogan. 2) Data dan sumber data a) Data Primer. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dikirimkan kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Grobogan. b) Data Sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data Struktur Organisasi dan jumlah pegawai berdasarkan absen Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. 3) Pengukuran Variabel Masing-masing variabel diukur dengan model skala likert lima poin, yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) ragu-ragu,(4) setuju, dan (5) sangat setuju.responden diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setujunya terhadap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kondisi mereka yang sesungguhnya. 4) Metode dan Analisa Data a) Uji Reliabilitas Teknik Cronbach Alpha ini akan menghasilkan koefisien Alpha, koefisien Alpha semakin mendekati nilai 1nberarti butir-butir pertanyaan semakin reliabel (sekaran, 2001). Selain itu menurut Ninnaly dalam Ghozali (2001) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien Cronbach Alpha >0,60.
b) Uji Validitas Untuk menguji korelasi Person Product Moment Correlation Coefisien diterapkan dan digunakan untuk mengukur hubungan antara item-item dan variabel yang diukur, data akan dikatakan valid jika nilai sig lebih besar dari 0,05. c) Uji Normalitas Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalahuji
statistik
non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Jika
hasilKolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil KolmogrovSmirnovmenunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal. d) Uji Multikolinieritas Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance< 0,10 atau sama dengan nilaiVIF > 10. e) Uji Heterokedasitas Adapun uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Glejser test, dimana uji statistik ini dapat lebih menjamin keakuratan hasil dalam mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Jika nilai signifikansi dari uji Glejser
< 5 % maka dikatakan ada masalah
heterokedasitas. Pengujian hipotesis 1.
Analisis Regresi Berganda
KiO= a + b1BO + b2KO+ b3AP + e Keterangan: KiO
: Kinerja Organisasi
a
: Konstanta
b1, b2, b3 : Koefisien regresi BO
: Budaya Organisasi
KO
: Komitmen Organisasi
AP
: Akuntabilitas Publik
e
: error Berdasarkan hasil perhitungan regresi dengan menggunakan SPPS versi
11.0 diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : KIO = 5,126 + 0,642 BO + 0,155KO – 0,02400 AP Dari persamaan diatas, dapat diketahui bahwa variabel bebas yang paling berpengaruh positif adalah variabel budaya organisasi (0,642) dan komitmen organisasi (0,155). Sedangngkan variabel akuntabilitas publik berpengaruh negative terhadap kinerja organisasi dengan koefisien regresi sebesar – 0,02400 Tabel 4.15 Uji Regresi Berganda Unstandardized Variabel
Coefficients
B Constant
5,126
TOT_BO ,642
Std. Error
Standardized Coefficients
t
Sig .
Beta
1,962
2,612
,010
,081
,562
7,943
,000
TOT_KO
,155 ,114
,160
1,360
,176
TOT_AP
-2,400E-02 ,121
-,023
-,198
,844
Sumber: Olahan SPSS 2. Uji t : Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian Uji t sebagai berikut : a. Budaya organisasi (KO) Uji t diperoleh thitung (0,7943) lebih besar dari t tabel (1,645) dan nilai sig 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 pada α = 0,05. Maka H1 diterima yang berarti budaya organisasi (BO) berpengaruh terhadap kinerja kinerja organisasi (KIO), pada taraf signifikansi 5 %
b. Komitmen organisasi (KO) Uji t diperoleh thitung (1,360) lebih kecil dari t tabel (1,645) dan nilai sig 0,176 yang lebih besar dari 0,05 pada α = 0,05. Maka H2 ditolak yang berarti komitmen organisasi (KO) tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi (KIO), pada taraf signifikansi 5 %. c. Akuntabilitas publik (AP) Uji t diperoleh thitung (1,360) lebih kecil dari t tabel (1,645) dan nilai sig 0,844 yang lebih besar dari 0,05 pada α = 0,05. Maka H3 ditolak yang berarti akuntabilitas publik (AP) tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi (KIO), pada taraf signifikansi 5 % 3. Uji F Tabel 4.16 Uji F Sum
Model
of
Squares
Df
1 Regression 369,259 Residual
651,125 134
Total
1020,384 137
Mean Square
F
3 123,086 25,331
Sig. ,000
4,859
Sumber: Olahan SPSS Pada model ini diperoleh nilai sig sebesar 0,000 yang lebih kecil dari nilai taraf sig 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variable independen (budaya organisasi, komitmen organisasi, akuntabilitas publik) secara silmutan berpengaruh terhadap variable dependen (kinerja organisasi).
4. Uji Adjusted R2 Berikut tabel yang menyajikan nilai adjusted R squrare. Tabel 4.17 Adjusted R2
Model 1
R ,602
R Square ,362
Adjusted Square ,348
R
Std. Error of the Estimate 2,204
Sumber: Olahan SPSS Dari tabel tersebut dapat dilihatAdjustedR2 berkisar antara nol sampai dengan 1 (0 ≤ 0,348≤ 1). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan hasil perhitungan estimasi regresi, diperoleh nilai Koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R²) adalah 0.348 artinya 34.8 persen variasi dari semua variabel independen (budaya organisasi, komitmen organisasi, akuntabilitas publik) dapat menerangkan dependen (kinerja organisasi),sedangkan sisanya sebesar 65.42 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini. D. HASIL PENELITIAN : H1 : budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi pada DPPKAD Grobogan dengan nilai signifikansi 0,000, yang berarti signifikan karena berada dibawah nilai signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0.05..Penelitian ini konsisten dengan penelitian Sarjito (2007) yang menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi.Hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi memberikan kontribusi yang baik terhadap kinerja organisasi di DPPKAD Kabupaten Grobogan.Dengan demikian sangat tergantung pada keterpaduan, konsensus nilai dan komitmen individual terhadap tujuan bersama.
H2 : komitmen organisasi bepengaruh terhadap kinerja organisasi. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja organisasi di DPPKAD Kabupaten Grobogan dengan nilai sig sebesar 0,176, karena berada diatas nilai signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0.05..Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Putri (2010), Darwito (2008) dan Nurcahyani (2010) yang menyatakan secara signifikan ada pengaruh antara komitmen organisasi terhadap kinerja organisasi. H3 : akuntabilitas public berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Akuntabilitas publik tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi pada DPPKAD Grobogan dengan nilai signifikansi 0,844, yang berarti tidak signifikan karena berada diatas nilai signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0.05.Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Abdulah (2010) yang menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi. E.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN 1) Berdasarkan uji t diatas diperolah Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi, dengan nilai uji t diperoleh thitung (0,7943) lebih besar dari t tabel (1,645) dan nilai sig 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Sehingga secara hipótesis menerima H1 dan menolak Ho. 2) Berdasrkan uji t diatas diperolah Komitmen organisasi tidak berpegaruh terhadap kinerja organisasi, dengan nilai thitung (1,360) lebih kecil dari t tabel (1,645) dan nilai sig 0,176 yang lebih besar dari 0,05 pada α = 0,05. Sehingga secara hipótesis menerima Ho dan menolak H2. 3) Berdasarkan uji t diatas diperoleh Akuntabilitas publik tidak berpegaruh terhadap kinerja organisasi, dengan nilai thitung (1,360) lebih kecil dari t tabel (1,645) dan nilai sig 0,844 yang lebih besar dari 0,05 pada α = 0,05. Sehingga secara hipótesis menerima Ho dan menolak H3.
4) Uji f diperoleh nilai sig sebesar 0,000 yang lebih kecil dari nilai taraf sig 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variable independen (budaya organisasi, komitmen organisasi, akuntabilitas publik) secara silmutan berpengaruh terhadap variable dependen (kinerja organisasi). 5) Koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R²) adalah 0.348 artinya 34.8 persen variasi dari semua variabel independen (budaya organisasi, komitmen organisasi, akuntabilitas publik) dapat menerangkan dependen (kinerja organisasi),sedangkan sisanya sebesar 65.42 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini. 2. KETERBATASAN 1) Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah hanya pegawai yang ada di DPPKAD Kabupaten Grobogan. tidak sampai di kecamatan kecamatan. 2) Jumlah sampel yang dapat digunakan untuk penelitian hanya 138 responden karena ada beberapa yang tidak kembali dan rusak. 3. SARAN 1) Saran bagi penelitian selanjutnya mengembangkan sampel yang lebih luas untuk menampah sampel di kantor DPPKAD di kabupaten Lain. 2) Menambahkan variabel lain selain variabel yang digunakan penelitian ini. 3)
Menambahkan masa jabatan.
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.2005. pengaruh komitmen terhadap kepuasan kerja auditor: motivasi sebagai variable intervening(studi empiris pada kantor BPK yogyakarta), UGM, Yogyakarta Abdullah, Herlin Arisanti 2010, “Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan Akuntabilitas Publik terhadap Kinerja Organisasi ”.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 9.No. 2, Hal.118-134. Fandy Tjiptono. 2000. Manajemern Jasa, Edisi Pertama. Andi Offset, Yogyakarta Ghozali, imam. 2005. Aplikasi analisis multivariate dengan program spss. Badan penerbit universitas diponegoro, semarang. Handari Nawawi. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetetif, Yogyakarta: Gajah mada University Prees Haryon, Akuntasi Sektor Publik, 2007. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Ikhsan, arfan dan Muhammad ishak. 2005. Akuntansi keprilakuan. Jakarta: salemba empat Indriantoro nur dan supomo. 2002.Metodelogi penelitian bisnis untuk akuntansi dan manajemen.edisi pertama. Penerbit BPFE Yogyakarta. Karina.2007.Rumah belajar psikologi.wab:http/www.google.com Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Derektorat Jendral Perbendaharaan Kantor Wilayah Propinsi Bengkulu. www. Kanwil. Bengkulu@perbendaharaan aan.go.id Mahmudi.2005.Analisis laporan pemerintah daerah, Sekolah tinggi ilmu manajemen YKPN, Yogyakarta. Mardiasmo, 2002, Akuntansi sektor pulik, edisi 1, penerbit adi, Yogyakarta Nurjanah, 2008.Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi pada biro lingkup departemen pertanian). Program studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang Prasetyono dan Nurul.2007.Analisis kinerja rumah sakit daerah berdasarkan budaya organisasi, komitmen organisasi dan akuntabilitas publik.SNA XI, Pontianak Republik Indonesia, 2008.Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun 2008.Kementrian Keuangan
Rospida, lela.2005.Analisis perbedaan komitmen organisasi berdasarkan karakteristik individual (studi kasus pada karyawan rumah sakit raflesia bengkulu), tesis megister manajemen.Universitas Bengkulu tidak dipublikasikan. Robbins, Stephen P. Timothy A. Jundge (2003).perilaku organisasi jilid 1. Jakarta: salemba empat. Sekaran, uma. 2006. Metodelogi penelitian untuk bisnis, buku 2 ed. 4. Jakarta: Salemba 4 Triningsih, sri. (2007). Independen auditor dan komitmen organisasi sebagai mediasi pengaruh pemahaman good governance, gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja auditor. SNA X, Makasar. Triyono, 2004.Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Kompensasi dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk. Kantor Cabang Klaten. STIE AUB Surakarta