PENERAPAN METODE MODELLING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI POKOK MANASIK HAJI DI KELOMPOK B RA MIFTAHUL HUDA BAWU BATEALIT JEPARA TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Strata I (S-I) dalam Bidang Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Disusun Oleh : Muzaroah 131310001362
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2015
PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Muzaroah
NIM
: 131310001362
Jurusan/ Program Studi
: Pendidikan Guru Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Jepara, 20 September 2015 Saya yang menyatakan,
Muzaroah NIM: 131310001362
ii
Nota Pembimbing
Jepara, 20 September 2015
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Di Jepara Assalamu’alaikum wr. wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul : PENERAPAN METODE MODELLING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI POKOK MANASIK HAJI DI KELOMPOK B RA MIFTAHUL HUDA BAWU BATEALIT JEPARA TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama NIM Jurusan
: Muzaroah : 131310001362 : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum wr. wb. Pembimbing
H.Mufid, M.Ag
iv
ABSTRAK Judul
: PENERAPAN METODE MODELLING UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI POKOK MANASIK HAJI DI KELOMPOK B RA MIFTAHUL HUDA BAWU BATEALIT JEPARA TAHUN AJARAN 2014/2015
Nama : Muzaroah NIM : 131310001362 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Skripsi ini membahas penerapan metode modelling untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok manasik haji di kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan: untuk Untuk mendeskripsikan penerapan metode modelling pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok manasik haji dan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok manasik haji pada peserta didik kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara setelah menggunakan metode modelling. Permasalahan tersebut dibahas melalui penelitian tindakan pada kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara. Tindakan pada penelitian ini terdiri siklus I dan siklus II. Pelaksanaan pada siklus I dan II meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan analisis, refleksi serta evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan observasi. Metode tes untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa melalui tes akhir siklus sedangkan data mengenai penerapan metode modelling dikumpulkan melalui metode observasi pada waktu pelaksanaan pembelajaran. Penerapan metode modelling dalam pembelajaran manasik haji di Kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara Tahun Ajaran 2014/2015 dilaksanakan dengan membawa anak ke dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan pelajaran (karya wisata, service projects, school camping, survey, dan interview/wawancara). Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas untuk kepentingan pelajaran (resource persons, bidang-bidang seperti pameran atau koleksi). Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I diperoleh data ketuntasan peserta didik sebanyak 14 anak dengan persentase 48.15% dengan nilai rerata kelasnya adalah 76.05. sedangkan ketuntasan peserta didik pada siklus II sebanyak 23 anak dengan persentase 82.14%.
v
Akhirnya semoga Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, khususnya bagi guru di lingkungan sekolah, serta kepala sekolah sehingga dapat dijadikan bahan untuk membantu meningkatkan hasil belajar yang diimbangi dengan akhlak. Kata Kunci: Modelling, Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Manasik Haji.
vi
TRANSLITERASI ARAB-LATIN Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab-Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor : 158/1987 dan Nomor : 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang [al-] disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.
ا
a
ط
ṭ
ب
b
ظ
ẓ
ت
t
ع
‘
ث
ṡ
غ
g
ج
j
ف
f
ح
ḥ
ق
q
خ
kh
ك
k
د
d
ل
l
ذ
ẑ
م
m
ر
r
ن
n
ز
z
و
w
س
s
ه
h
ش
sy
ء
,
ص
ṣ
ي
y
ض
ḍ
Bacaan Madd: ā : a panjang ī : i panjang ῡ : u panjang
Bacaan Diftong: ْ = اَوau ْ = اَيai ْ = اِيiy
vii
MOTTO
Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah daripada syiar-syiar Allah jua. Maka barangsiapa yang naik haji kerumah itu atau umrah, tidaklah mengapa bahwa dia keliling pada keduanya. Dan barangsiapa yang menambah kerja kebaikan, maka sesungguhnya Allah adalah Pembalas terimakasih, lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah/2:158)
viii
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini, kupersembahkan untuk: 1. Penyemangatku, 2. 3. 4. 5.
buah hati yang selalu memberikan keceriaan selama penyelesaian tugas akhir ini; Kedua orang tuaku yang selalu memberi do’a demi kelancaran dalam pendididkan; Semua teman-temanku yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ini; Guru, Dosen, para kyai yang telah memberikan do’anya sehingga terselesaikannya program studi yang sedang penulis tempuh Kepala RA Miftahul Huda Bawu yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi demi kelancaran penelitian ini dan kepada seluruh dewan guru RA Miftahul Huda Bawu.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatnya kepada hamba-hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini dengan baik dari awal hingga penyusunan skripsi ini tanpa adanya halangan apapun. Sholawat serta salam semoga tercurahkan nkepada Nabi Muhammad SAW serta para sahabtnya. Semoga kita diberi syafaat dan inayahnya nanti di yaumil qiyamah. Amin .... Berkat petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sederhana ini, untuk memenuhi tugas dan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan islam dengan judul “penerapan metode modelling untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok manasik haji di kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara Tahun Ajaran 2014/2015” Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan berarti tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sudah selayaknya penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Rektor UNISNU Jepara yang telah memberikan informasi dan pengarahan dengan baik sehingga terwujudnya skripsi ini; 2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara yang telah memberikan pengarahan dengan baik; 3. Pembimbing dalam pelaksanaan penelitian H. Mufid, M.Ag yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi; 4. Kepala RA Miftahul Huda Bawu yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam penelitian; 5. Segenap Civitas Akademika UNISNU Jepara yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu; 6. Semua kerabat karib yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga amal yang telah diperbuat akan menjadi amal yang shaleh, dan mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Penulis menyadari bahwa pengetahuan yang penulis miliki masih kurang sekali, sehingga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan dan penyempurnaan pada penulisan berikutnya. Jepara, 20 September 2015 Penulis,
MUZAROAH NIM: 131310001362
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ..............................................................................
ii
PENGESAHAN ...................................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................................
iv
ABSTRAK ............................................................................................................
v
TRANSILERASI .................................................................................................
vii
MOTTO ...............................................................................................................
viii
PERSEMBAHAN ................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .........................................................................................
x
DAFTAR ISI ........................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................
xiv
DAFTAR GRAFIK ..............................................................................................
xv
Bab I
Bab II
: Pendahuluan ....................................................................................
1
A. Latar belakang .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
4
C. Tujuan penelitian .....................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
5
E. Penegasan Istilah ......................................................................
6
F. Sistematika Penulisan ..............................................................
8
: Landasan Teori ...............................................................................
10
A. Kajian Teori .............................................................................
10
1. Modelling ............................................................................
10
a. Pengertian Modelling ......................................................
10
b. Langkah-langkah metode Modelling...............................
10
c. Bentuk-bentuk metode Modelling ..................................
11
d. Kelebihan dan kekurangan metode Modelling ...............
15
2. Pengertian manasik haji ......................................................
16
xi
Bab III
Bab IV
Bab V
a. Rukun haji ......................................................................
17
b. Wajib haji .......................................................................
17
3. Pendidikan Agama Islam .....................................................
18
a.
Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................
18
b.
Tujuan Pendidikan Agama Islam..................................
18
4. Pembelajaran manasik haji dengan metode modelling .......
23
B. Kajian Pustaka .........................................................................
24
C. Hipotesis Tindakan ...................................................................
26
: Metode Penelitian ...........................................................................
27
A. Jenis Penelitian ........................................................................
27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
28
C. Subyek dan Kolaborator ..........................................................
28
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
29
1. Observasi .............................................................................
29
2. Tes .......................................................................................
30
E. Tehnik Analisis Data ...............................................................
31
F. Indikator Keberhasilan .............................................................
31
: Hasil Penelitian ...............................................................................
32
A. Deskripsi Data Sekolah ............................................................
32
1. Profil RA ..............................................................................
32
2. Keadaan guru ......................................................................
32
3. Keadaan siswa .....................................................................
33
B. Pelaksanaan PTK .....................................................................
34
1. Siklus I .................................................................................
34
2. Siklus II ...............................................................................
42
C. Hasil Pengumpulan data ...........................................................
49
D. Pembahasan ..............................................................................
52
: Penutup ...........................................................................................
53
A. Simpulan ..................................................................................
53
B. Saran ........................................................................................
54
xii
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL Tabel
4.1
Keadaan Dewan Guru RA Miftahul Huda Bawu Tahun Pelajaran 2015/2016 .....................................................................................
Tabel
4.2
33
Keadaan Murid RA Miftahul Huda Bawu Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 ..........................................................
34
Tabel
4.3
Instrumen Pengamatan .................................................................
35
Tabel
4.4
Hasil Pengamatan Siswa Siklus I .................................................
38
Tabel
4.5
Instrumen Pengamatan Siklus II ...................................................
42
Tabel
4.6
Hasil Pengamata Siswa Siklus II ..................................................
47
Tabel
4.7
Hasil Pengamatan Siklus I dan II .................................................
50
xiv
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1
Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I ........................................
40
Grafik 4.2
Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II .......................................
48
Grafik 4.3
Persentase Ketuntasan Siklus I dan II ..........................................
51
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) bagi anak usia 4-6 tahun bertujuan
membantu
meletakkan
dasar
ke arah
perkembangan
sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. 1 Dengan
begitu,
sebenarnya
pendidikan
TK
merupakan masa sangat strategis bagi pembentukan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dengan lingkungannya serta untuk meletakkan dasar agama bagi anak untuk masa pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia prasekolah merupakan masa yang menentukan bagi perkembangan anak pada tahapan selanjutnya. Pada masa ini, situasi anak peka untuk menerima rangsangan dari luar yang sesuai tahapan perkembangannya, maka kemampuan anak akan berkembang optimal, sehingga rangsangan akan keagamaan yang diberikan pada masa ini dengan tidak mengacuhkan tingkat perkembangannya akan sangat bermanfaat bagi kedewasaan anak akan agama. Zakiah Daradjat mengatakan bahwa, pada umumnya agama 1
Agus F. Tang Yong, dkk, Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Gramedia, 1994), hlm. 2.
1
2
seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak merasakan pentingnya agamadalam hidupnya. 2 Dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelompok B RA Miftahul Huda tentang
ilmu
Bawu yang
Batealit jelas
Jepara , bukan sekedar teori yang berarti
pembelajaran
yang
bersifat
amaliah,
harus
mengandung unsur teori dan praktek. Belajar PAI untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah, harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Oleh karena itu, PAI bukan saja untuk diketahui, akan tetapi diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamalkan sehari-hari didahulukan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Banyak peserta didik
yang
belum mampu melaksanakan teori itu secara praktek seperti manasik haji dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik tentang PAI masih kurang. Modeling merupakan salah satu alternatif metode yang bisa digunakan dalam pembelajaran PAI bagi anak TK. Modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Misalnya, dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
2
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 48
3
(PAI), guru memberikan contoh bagaimana cara melakasanakan ibadah haji serta rukun-rukunnya seperti towaf, wuquf, melempar jumrah dan seterusnya. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan peserta didik Misalkan peserta didik
yang dianggap memiliki kemampuan.
yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi
dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian peserta didik
dapat dianggap sebagai model. Modeling
merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran kontekstual, sebab melalui modeling peserta didik dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretikabstrak.3 Metode modelling adalah proses pembelajaran
dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Sedangkan lengkah-langkahnya adalah guru memberikan contoh atau memperagakan gerakan yang akan diajarkan kepada anak. Gerakan yang diperagakan kepada anak diulangi beberapa kali sampai anak-anak dapat menirukan kembali gerakan yang diperagakan sebelumnya oleh guru. langkah terakhir dari modelling adalah memberikan penilaian terhadap peragaan siswa pada gerakan yang telah dilaksanakan. Proses penanaman sikap anak terhadap suatu objek melalui proses modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi 3
Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm. 185
(Yogyakarta:
4
pemahaman mengapa hal itu dilakukan. Misalnya guru perlu menjelaskan mengapa kita harus telaten terhadap tanaman; atau mengapa kita harus berpakaian bersih dan rapi. Hal ini diperlukan agarsikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan sebagai suatu sistem nilai. 4 Dari uraian di atas maka peneliti tertarik meneliti lebih jauh tentang penerapan metode modeling untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok manasik haji di kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara Tahun Ajaran 2014/2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan metode modeling pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok manasik haji di kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara? 2. Bagaimana peningkatan
kemampuan
pembelajaran
Pendidikan Agama
Islam materi pokok manasik haji pada peserta didik kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara setelah menggunakan metode modeling?
4
Ibid, hlm. 197
5
C. Tujuan Penelitian Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya penulis uraikan di bawah ini: 1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode modelling pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok manasik haji di kelompok B RA Miftahul Huda Bawu 2. Untuk
mengetahui
Batealit Jepara. ada
atau
tidaknya
peningkatan
kemampuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok manasik haji pada peserta didik kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara setelah menggunakan metode modelling. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan penelitian yang akan penulis laksanakan diharapkan dapat membawa manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya bagi RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara, baik manfaat secara teoritik dan praktis. Adapun kedua manfaat tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Memperkaya kazanah keilmuan mengenai metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya pada materi Pendidikan Agama Islam b. Sebagai informasi bagi semua tenaga pendidik mengenai metode pembelajaran Modelling.
6
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik Manfaat penelitian ini bagi peserta didik kelas B RA Miftahul Huda
Bawu
adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaraan baik
dari proses pembelajaran sampai dengan hasil belajar khususnya pada materi Pendidikan Agama Islam. b. Bagi Guru atau Pendidik 1) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih atau menentukan metode pembelajaran yang tepat pada peserta didik. 2) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, proses dan hasil pembelajaran. E. Penegasan Istilah Untuk memperjelas judul dalam penelitian ini, berikut penulis uraikan kata kunci dari beberapa istilah tersebut, diantaranya adalah: 1. Modelling Metode modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik . Misalnya, guru fiqih memberikan contoh bagaimana cara mengerjakan haji, cara thowaf, sa’i dan melempar jumrah, dan seterusnya. Guru
7
olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar
bola, guru
kesenian memberikan contoh bagaimana cara memainkan alat musik. 5 2. Pendidikan Agama Islam Pengembangan Agama Islam adalah proses membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan akhlak, sikap perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik agar menjadi muslim yang menghayati dan mengamalkan agama, serta sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan kepentingan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.6 3. Manasik Haji Secara bahasa Haji berarti menuju atau menghadap pada sesuatu yang diagungkan.7 Kata haji merupakan masdar dari Hajja, Yahujju yang juga berarti berniat atau bermaksud, sedangkan menurut syara’ Haji berarti, pergi dengan tujuan tertentu (yaitu Baitul Haram dan Arafah) pada waktu tertentu (pada bulan-bulan haji) dan melaksanakan amal/perbuatan tertentu (yaitu wukuf di Arafah, thawaf, sa’i dan lain-lain) dengan syarat-syarat tertentu pula. Tempat-tempat tertentu yang dimaksud dalam pelaksanaan haji yaitu, Ka’bah,
5 6
hlm. 1 7
Ibid, hlm. 185 Departemen Agama RI Direktoraat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Totok Djumantoro, dkk, KAmus Ilmu Usul Fikih, (Jakarta, Bumi Aksara, 2009), hlm. 74.
8
Mas’a (tempat sa’i), Padang Arafah, Muzdalifah (tempat mabith) dan Mina (tempat melontar jumroh).8 F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam menelaah karya tulis ini, peneliti mendeskripsikan sistematika penyusunan penelitian dalam beberapa bagian yang berdiri sendiri, meskipun terbagi menjadi beberapa bagian yang berbeda namun masih merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Adapun bagian-bagian tersebut akan dideskripsikan sebagai berikut: Bagian muka, pada bagian ini terdiri dari halaman judul, lembar pengesahan, nota pembimbing, abstrak, persembahan kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran. Bagian isi, bagian ini terdiri dari lima bab, kelima bab tersebut adalah: Bab I Pendahuluan, yang isinya mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Bab II pada bab ini berisi landasan teori penulisan untuk menetukan arah penyusunan skripsi, yang meliputi kajian pustaka, kajian teori, dan rumusan hipotesis. Kajian pustaka adalah menelaah penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Pembahasan dalam kajian teori meliputi metode modelling, langkah-langkah metode modelling, bentuk-bentuk
8
http://kbih-nurul-hikmah.blogspot.com/2014/03/manasik-haji-1.html, download tanggal 6 Desember 2014 pukul 15.13.
9
metode modelling dan kelebihan serta kekurangannya. Pendidikan Agama Islam: pengertian, tujuan, materi dan peningkatan kemampuan agama Islam, penerapan metode modelling dalam pembelajaran pengembangangan agama Islam. Bab III pada bab ini dibahas mengenai metode penelitian yang meliputi, jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data dan analisis data penelitian. Bab IV pada bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi, diskripsi tentang data sekolah, pelaksanaan PTK yang terbagi menjadi beberapa siklus, hasil pengumpulan data, dan pembahasan. Pada Bab V atau penutup menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran bagi pembaca sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Bagian akhir, pada bagian akhir ini dilampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran dan daftar riwayat pendidikan peneliti.
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Modelling a. Pengertian Modelling modelling
Metode
adalah
proses
pembelajaran
dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik . Misalnya, guru fiqih memberikan contoh bagaimana cara mengerjakan haji, cara thowaf, sa’i dan melempar jumrah, dan seterusnya.
Guru
olahraga
memberikan
contoh
bagaimana
cara
melempar bola, guru kesenian memberikan contoh bagaimana cara memainkan alat musik.1 Metode Modelling adalah suatu metode yang dilaksanakan dengan cara guru memberikan skenario suatu sub bahasan untuk didemonstrasikan siswa di depan kelas, sehingga menghasilkan ketangkasan dengan keterampilan atau skill dan profesionalisme. b. Langkah-langkah metode Modelling Apabila (modeling)
guru
dalam
telah
memutuskan
untuk
memilih
proses
pembelajaran,
maka
perlu
metode
memahami
langkah-langkahnya, sehingga metode tersebut efektif dalam mencapai 1
Ibid, hlm. 185
10
11
tujuan pembelajaran. Terdapat
berbagai
macam
cara
untuk
menggunakan sumbersumber dalam lingkungan untuk kepentingan pelajaran. Pada umumnya dapat dibagi menjadi dua: 1) Membawa anak ke dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan
pelajaran
(karya
wisata,
service
projects,
school
camping, survey, dan interview/wawancara). 2) Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas untuk kepentingan pelajaran (resource persons, bidang-bidang seperti pameran atau koleksi). Kedua jenis itu saling terkait, karena siswa seringmengunjungi lingkungannya, kemudian membawa benda-benda dan contoh-contoh ke dalam kelas.2 c. Bentuk-bentuk metode Modelling Sebuah bentuk tertentu,
ada
model
pembelajaran yang
bisa
keterampilan ditiru
oleh
atau
pengetahuan
siswanya. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.
dapat
dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.3 Dengan demikian, teman siswa yang mempraktikkan tersebut telah
2 3
Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. II, hlm. 133.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 112-113.
12
menjadi model untuk temannya sendiri. Pembelajaran dengan metode modelling model dapat didatangkan dari luar, yaitu selain guru dan siswa untuk mempraktikkan atau mendemonstrasikan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang disampaikan. Menurut
Hamalik
bentuk-bentuk
belajar
melalui
metode
(modelling) adalah sebagai berikut: 1) Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu
sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan kreatif. 2) Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat model
menyamakan diri dengan pelaku dan tingkah laku mereka. 3) Belajar
melalui
(menanggapi) Tujuannya
balikan.
perilaku adalah
para
untuk
Para
pengamat
model
yang
mengomentari
telah
mengembangkan
ditampilkan.
prosedur-prosedur
kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah dimodelingkan. 4) Belajar melalui pengkajian, penilaian dan pengulangan. Para siswa
dapat
memperbaiki
keterampilan-keterampilan
mereka
dengan
mengulanginya dalam penampilan berikutnya. 4
4
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar , (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.199-200
13
Selanjutnya melalui
untuk
metode
mempermudah
modeling ini
pelaksanaan
diperlukan
pembelajaran
pengorganisasian.
Pola
organisasi disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang menuntut bentuk partisipasi tertentu, yaitu pemain, pengamat dan pengkaji. Ada tiga pola organisasi, yakni sebagai berikut: 1) Pemeran tunggal yaitu seorang siswa menjadi model bagi yang
lainnya. Bentuk perannya bisa bermacam-macam sesuai dengan materi pembelajaran. Misalnya ketika membahas tentang manasik haji, maka
seorang
siswa
diminta
untuk
mempraktekkan
cara
melakukan manasik haji sesuai kaidah ilmu fikih. Adapun siswa yang lainnya bertindak sebagai pengamat terhadap pertunjukan yang sedang dimodelkan dan berusaha ikut memprkatekkannya. 2) Pemeran jamak yaitu beberapa orang siswa dibagi-bagi menjadi
beberapa kelompok dengan banyak anggota yang sama dan penentuannya dibutuhkan. tertentu
disesuaikan Tiap
dalam
siswa
dengan memegang
kelompoknya
banyaknya dan
model
yang
menampilkan
peran
masing-masing.
Tujuannya untuk
mengembangkan sikap, seperti kerjasama, saling menghargai dan menghormati.
Peran
yang
dimodelkan
diantaranya
tata cara
bermusyawarah, menyantuni kaum dhuafa, kerjasama dalam bidang muamalah, dan lain-lain.
14
3) Pemeran ulangan yaitu setiap siswa secara bergiliran belajar
melakukan,
mengamati,
dan
membandingkan
perilaku
yang
ditampilkan oleh pemeran sebelumnya. Pendekatan itu banyak dilaksanakan
dalam
rangka
mengembangkan
keterampilan-
keterampilan interaktif. Contohnya berperan sebagai imam atau khatib, atau penceramah. 5 Guru dalam proses pembelajaran bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. misalnya, Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba dakwah atau memenangkan ditunjuk
untuk
musabaqah tilawatil Qur’an, maka dapat
mendemonstrasikan
keahliannya.
siswa ’contoh’
tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar. Misalnya: Seorang penutur asli berbahasa Arab sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi model cara belajar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara dan sebagainya. Dengan demikian siswa akan melihat secara langsung apa yang diucapkan yang akhirnya akan menguatkan ingatan siswa akan apa ayng telah dilaksanakan oleh model sebelumnya.
5
Ibid, hlm. 199-200
15
d. Kelebihan dan kekurangan metode Modelling Metode pembelajaran yang ada tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bagi pendidik harus mampu memilih metode sesuai dengan karakteristik
materi
yang
akan
diajarkannya.
Metode
modelling
mempunyai kelebihan sebagai berikut: 1) Dapat membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat). 2) Peserta didik lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 3) Proses pembelajaran lebih menarik 4) Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan dan mencoba melakukannyasendiri. 6 Sedangkan kelemahan dari metode modelling adalah sebagai berikut: 1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena
tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan pemodelan tidak akan efektif. 2) Memerlukan berbagai fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya.
Sebagai contoh adalah manasik haji, guru harus mempersiapkan miniatur yang sesuai dengan benda aslinya agar dapat membantu
6
Syaiful Bahri Djamarah, dan Zain Aswan, Metode Belajar Mengajar, hlm. 91
16
siswa dalam memahami tatacara melempar jumrah, wuquf, sa’I dan sebagainya. 3) Pemodelan memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
serta memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga bisa mengganggu jam pelajaran lain. 7 Dalam pelaksanaan pembelajaran model harus mempraktikkan gerakan-gerakan yang harus dilaksanakan pada materi tersebut sehingga akan menghabiskan waktu pembelajaran untuk praktik tersebut. Berdasarkan uraian di atas, kiranya dapat menjadi pertimbangan bagi guru untuk mengaplisikan metode sesuai dengan karakteristik materi, siswa serta keadaan madrasah itu sendiri, sehingga tujuan instruksional yang ditetapkan dapat tercapai. 2. Pengertian Manasik Haji Secara bahasa Haji berarti menuju atau menghadap pada sesuatu yang diagungkan.8 Kata haji merupakan masdar dari Hajja, Yahujju yang juga berarti berniat atau bermaksud, sedangkan menurut syara’ Haji berarti, pergi dengan tujuan tertentu (yaitu Baitul Haram dan Arafah) pada waktu tertentu (pada bulan-bulan haji) dan melaksanakan amal/perbuatan tertentu (yaitu wukuf di Arafah, thawaf, sa’i dan lain-lain) dengan syarat-syarat tertentu pula. Tempat-tempat tertentu yang dimaksud dalam pelaksanaan haji yaitu, Ka’bah, 7
Ibid, hlm. 91
8
Totok Djumantoro, dkk, Kamus Ilmu Usul Fikih, (Jakarta, Bumi Aksara, 2009), hlm. 74.
17
Mas’a (tempat sa’i), Padang Arafah, Muzdalifah (tempat mabith) dan Mina (tempat melontar jumroh).9 Haji merupakan salah satu rukun islam yang harus dilaksanakan oleh umat Islam, hal ini dapat dilihat dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir sebagai berikut:
١٠
.( ِﴇ ﷲُ َﻣﺮْ ﻓُ َﻌﺎنِ ) َاﻟْ َﺤﺞُ وَ اﻟْ ُﻌ ْﻤﺮَ ُة ﻓَ ِﺮﯾْﻀَ َﺘﺎن َ ِ ََﻋﻦْ ٍﺮ ر
Selain haji dan umrah adalah wajib, kedua ibadah tersebut dapat mengahpuskan dosa bagi siapa yang mau melaksanakannya. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abi Huraira berikut:
: ١١
﴾١٧٧٣ :
(
):ﻗَﺎ َل
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda: “’umrah yang satu dengan ‘umrah berikutnya adalah penghapus dosa yang dilakukan antara masa keduanya, sedangkan haji mabrur balasannya tiada lain adalah surga.” (HR. Al-Bukhari, nomor hadits: 1773).
9
http://kbih-nurul-hikmah.blogspot.com/2014/03/manasik-haji-1.html, download tanggal 6 Desember 2014 pukul 15.13. 10
Ibnu Hajar Al-Atsqalani “ Bulughul Maram” (An-Nur Asia, tt), hlm. 148.
11
Ibid, hlm. 148
18
Selain dua hadis di atas, perintah melaksanakan ibadah haji diperkuat oleh hadis yang lain, yang diriwayatkan oleh Baihaqi berikut ini:
١٢
.
“Orang-orang yang mengerjakan ibadah haji dan ‘umrah adalah tamutamu Allah, Allah memberi kepada mereka apa yang mereka minta, dan Dia mengabulkan semua do’a mereka; kemudian Dia akan mengganti semua harta yang mereka belanjakan untuknya, satu dirham menjadi sejuta dirham.” (HR. Baihaqi) a. Rukun haji 1) Ihram, yaitu berniat untuk memulai mengerjakan haji. 2) Wuquf di Arafah, yaitu hadir di padang arafah pada waktu yang
ditentukan, yaitu mulai dari tergelincirnya matahari tanggal 9 bulan haji sampai terbit fajar tangga 10 bulan haji. 3) Thawaf: yaitu berkeliling Ka’bah, 4) Sa’i, yaitu berlari-lari kecil diantara bukit syafadan marwa 5) Hendaklah dimulai dari bukit syafa dan di akhiri dibukit marwah. 6) Hendaklah sa’i itu 7 kali karena Rasulullah telah sa’i 7 kali 7) Waktu sa’i itu hendaklah sesudah thawaf, baik thawaf rukun
maupun thawaf qudum. 12
Sayyid Ahmad Alhasyimi, Syarah Mukhtarul Ahaditsi” , hlm. 421.
19
b. Wajib haji 1) Ihram dari miqat 2) Berhenti di muzdalifah 3) Melempar jumratul aqabah pada hari raya haji 4) Melontar tiga jumrah 5) Bermalam dimina 6) Thawaf wada’ (thawaf sewaktu akan meninggalkan Ka’bah) 7) Menjauhkan diri dari pada segala larangan atau yang diharamkan.13
3. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengembangan Agama Islam adalah proses membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan akhlak, sikap perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik agar menjadi muslim yang menghayati dan mengamalkan agama, serta sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan kepentingan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. 14 b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
13
hlm 281. 14
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010) hlm 252-264.
Departemen Agama RI Direktoraat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, op.cit.,hlm. 1
20
1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; 2) Mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.15 Dari uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa tujuan pendidikan agama Islam di sekolah adalah dapat membentuk akhlak yang mulia siswa, sehingga mampu berbuat baik kepada sesamanyayang selanjutnya siswa
akan
mampu
mengamalkan
ajaran
agama
Islam
secara
sungguhsungguh, sehingga menjadi manusia yang bertaqwa. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Tujuan dalam arti khusus dari penyelenggaraan PAI di sekolah sebagaimana tujuan pendidikan
di
Indonesia
adalah
untuk
memperkuat iman dan
keqtaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama yang dianut
15
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 24 Tahun 2006 tentang standar isi
21
oleh peserta didik yang bersangkutan dengan mempertimbangkan tuntutan untuk menghormati orang lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Tujuan yang diharapkan dari pengembangan agama Islam di RA adalah tercapainya tugas-tugas perkembangan secara optimal yang meliputi semua aspek kecerdasan, sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangan anak berbasis ajaran Islam. 16 Anak di RA diharapkan memiliki kompetensi sebagai berikut, yang dapat
dicapai
secara
bertahap dan bersifat fleksibel, yang dapat dicapai secara bertahap dan bersifat fleksibel: 1) Anak mengenal ajaran Islam, mencintai para Nabi dan Rasul, dan
secara bertahap dapat menjalankan ibadah dengan senang hati 2) Anak
terbiasa
mengucapkan
kalimah
thayyibah
dan
senang
meniru perilaku baik berlandasan ajaran Islam 3) Anak menunjukkan perkembangan dalam aspek fisik 4) Anak menunjukkan konsep diri ke arah positif 5) Anak menunjukkan kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi secara
baik dengan lingkungan 6) Anak menunjukkan kemampuan berfikir ke arah yang runtut 16
Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), hlm. 11
Raudlatul
Athfal,(Jakarta:
22
7) Anak berkomunikasi dengan bahasa yang santun 8) Anak menunjukkan perilaku ke arah hidup sehat dan terpuji 9) Menunjukkan pemahaman positif tentang diri dan percaya diri 10) Mulai mengenal ajaran agama islam 11) Terbiasa mengucapkan kalimah thayyibah dan meniru perilaku
keagamaan. 12) Menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain
dan alam sekitar 13) Menunjukkan kemampuan berfikir runtut 14) Berkomunikasi secara efektif 15) Terbiasa hidup sehat 16) Menunjukkan perkembangan fisik yang baik. 17
Tujuan pendidikan agama Islam pada tingkat RA
adalah
mengembangkan benih-benih keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sedini mungkin dalam kepribadian anak didik yang terwujud dalam
perkembangan kehidupan
jasmaniah
dan
rohaniah
sesuai
dengan tingkat perkembangan serta anak didik mengenal, memahami dan mengamalkanrukun iman dan rukun Islam secara sederhana. 18
17
Ibid, hlm. 11-12
18
Ibid, hlm. 1-2
23
c. Materi Pendidikan Agama Islam
Program kegiatan belajar RA berisi bahan-bahan pembelajaran yang dapat dicapai melalui tema yang sesuai dengan lingkungan anak dan
kegiatan
lain
yang
menunjang
kemampuan
yang hendak
dikembangkan, dengan demikian bahan tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program kegiatan pembelajaran yang operasional berdasarkan rambu-rambu yang tercantum pada garis-garis besar program kegiatan belajar
Raudhatul Athfal. Mengingat ada
kemampuan-kemampuan dalam perkembangan agama Islam yang memerlukan Athfal sesuai
waktu khusus untuk diajarkan/dilatih di dengan
perkembangan
anak,
maka
Raudhatul
guru
harus
memperhatikan kemampuan-kemampuan dasar perkembangan agama islam maupun melalui pembiasan akhlak/perilaku/sikap.19 Materi pengembangan Agama Islam di Raudhatul Athfal meliputi: 1) Pendidikan aqidah 2) Pendidikan akhlak/perilaku/sikap 3) Pendidikan ibadah dan amal sholeh 20
4. Pembelajaran Manasik Haji dengan Metode Modelling
19
Departemen Agama RI Direktoraat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, op.cit., hlm. 1-2 20
Ibid, hlm. 1-2
24
Berikut penerapan metode modeling pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materi pokok manasik haji: a. Peneliti memberikan informasi awal tentang jalannyaproses pelaksanaan
metode modeling pada pembelajaran pengembangan agama Islam materi pokok manasik haji. b. Peneliti menerangkan sekilas materi manasik haji c. Peneliti
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
bertanya
mengenai materi manasik yang telah diterangkan d. Peneliti menjadi model manasik haji e. Peneliti mengidentifikasi beberapa situasi umum di mana
siswa
diminta untuk mempraktikkan tata cara melakukan manasik haji. f.
Siswa
berkelompok
menjadi
sub
kelompok
2-4
siswa
untuk
memperagakan tata cara melakukan manasik haji. g. Setiap sub kelompok diberi waktu 10-15 menit untuk memodelkan
tata cara tata cara melakukan manasik haji di hadapan teman-temannya. h. Setiap sub kelompok akan mendapat giliran menyampaikan pemodelan
tata cara melakukan manasik haji untuk kelas lain dan diberi kesempatan untuk mengevaluasi kelompok lain setelah pemodelan dilaksanakan. i.
Peneliti mengklarifikasi hasil kerja siswa
j.
Peneliti menutup pembelajaran.
B. Kajian Pustaka
25
1. Penerapan
Metode
Modeling
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Pembelajaran Pengembangan Agama Islam Materi Pokok Manasik Haji di Kelompok B RA Al-Insyirah Palebon Pedurungan Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dengan penerapan metode modelling, peningkatan ini dapat dilihat dari nilai hasil kuis tiap siklus yaitu dimana pada pra siklus ada 12 siswa atau 32% yang tuntas, pada siklus I yakni ada 16 siswa atau 70% dan di siklus II menjadi 20 siswa atau 87% yang tuntas. Sedangkan keaktifan pada siklus I keaktifannya ada 16 siswa atau 70% naik menjadi 21 siswa atau 91% di akhir siklus II. Hasilini sudah melampaui indikator yang ditetapkan yaitu 80%. 21 2. Penelitian yang kedua yang dilakukan oleh Arif Fidiyanto 22 dengan judul penelitiannya “Penerapan Metode Modelling Teacher Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Mata Pelajaran Fiqih Materi Shalat Fardu di MI Wadaslintang Wonosobo Tahun 2010”. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan metode modelling teacher dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa dari masingmasing siklus. Pada pra siklus
nilai rata-ratanya adalah 68,71 dengan
21
Ismiyatun, Penerapan Metode Modeling Untuk Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran Pengembangan Agama Islam Materi Pokok Manasik Haji DI Kelompok B RA Al-Insyirah Palebon Pedurungan Semarang Tahun Ajaran 2010/2011, Skripsi, (Semarang, Program S-1 Jurusan PAI IAIN Walisongo Semarang, 2011), hlm. VI 22
Arif Fidiyanto, Penerapan Metode Modelling Teacher Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Mata Pelajaran Fiqih Materi Shalat Fardu di MI Wadaslintang Wonosobo Tahun 2010, skripsi, (Semarang, Program S-1 Jurusan PAI IAIN Walisongo Semarang, 2010), hlm. VI
26
presentase ketuntasannya adalah 45%, kemuadian pada siklus kedua nilai rataratanya adalah 78,05 dengan presentase ketuntasannya adalah 72%, dan pada siklus kedua nilai rata-ratanya adalah 87,32 dengan presentase ketuntasannya adalah 100%. C. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. 23 Berdasarkan pendapat di atas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini sebagai berikut: “Penerapan Metode Modelling dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Pokok Manasik Haji di Kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara Tahun Ajaran 2014/2015.”
23
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabetha, 2009), hlm. 96.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan, menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Alasan penelitian yang akan dilaksanakan merupakan jenis penelitian tindakan kelas karena adanya sebuah pendapat dari Tampubolon yang mengatakan “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik/ calon pendidik di kelasnya sendiri secara kolaboratif/ partisipatif untuk memperbaiki kinerja pendidik menyangkut kualitas proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, baik dari aspek akademik maupun nonakademik, melalui tindakan reflektif dalam bentuk siklus (daur ulang)”. 1 PTK atau Classroom Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.2 Dari analisis dapat disimpulkan PTK adalah penelitian tindakan untuk memperbaiki mutu dan praktik pembelajaran di kelas. Secara garis besar ada empat tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Adapun penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut: 3
1
Saur Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Pendidik dan keilmuan, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2013), hlm. 19. 2
Wijaya Kusuma & Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Indeks, 2010), hlm. 9. 3
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm. 16.
27
28
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
? B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara, sedangkan pelaksanaannya selama satu bulan yang dimulai dari AgustusSeptember 2015. C. Subyek dan Kolaborator Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas B RA Miftahul Huda Bawu
Batealit Jepara yang berjumlah 27 peserta didik yang terdiri dari
12 peserta didik putra dan 15 peserta didik putri. Kerjasama antara guru dengan peneliti sangat penting dalam bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi. Terutama pada
29
kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan tindakan, menganalisis data, menyeminarkan hasil dan menyusun laporan akhir.4 Dalam PTK kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam artian mempunyai tanggungjawab saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Pada penelitian ini, yang bertindak sebagai kolaborator adalah Dra. Sumiati sebagai wali kelas kelompok B RA Miftahul Huda Bawu
Batealit
Jepara. D. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara pengumpulan data, namun sebelum dijelaskan tentang jenis data-data tersebut, akan diuraikan pengertian dari data. Menurut Amirul Hadi data adalah “Segala keterangan mengenai variable yang diteliti disebut data5”. Berdasarkan pengertian tersebut, metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dan urutannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Observasi (pengamatan), tehnik atau cara penghimpunan data untuk mengamati suatu kegiatan, perilaku atau perbuatan murid yang diperoleh
4 5
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm. 63.
Amirul Hadi-H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 126.
30
langsung dari kegiatan yang dilakukan murid. 6 Metode ini digunakan peneliti untuk mengamati proses pembelajaran peserta didik
kelompok B RA
Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara, baik peserta didik maupun pendidiknya. 2. Tes Tes adalah prosedur sistematik dimana individual yang dites direpresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka yang dapat menunjukkan ke dalam angka.7 Tes prestasi pada umumnya mengukur penguasaan dan kemampuan para peserta didik setelah mereka selama waktu tertentu menerima proses belajar-mengajar dari guru.8 Tes dapat disimpulkan, suatu perangkat pertanyaan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang berupa pengetahuan, maupun aspek psikologis dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Dengan metode ini diharapkan dapat memberi deskripsi tentang capain prestasi yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran materi mengetahui ketentuan zakat dengan metode mencari pasangan.
6
Amin Budiamin dan setiawati, Bimbingan Konseling (Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), hlm. 52 7
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Komptensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),hlm: 138 8
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Komptensi dan Praktiknya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm: 139.
31
E. Teknik Analisis Data Analisis data adalah suatu cara menganalisis data yang diperoleh selama peneliti mengadakan penelitian sehingga akan diketahui kebenaran atas suatu permasalahan. Untuk penelitian tindakan kelas analisis data tidak dilaksanakan pada akhir penelitian. Hasil analisis data dihitung secara kauntitatif dengan menggunakan persentase. Adapun rumus penilaian dengan persen seperti berikut:
Persentase Ketuntasan
Siswa Tuntas x 100% Siswa Seluruhnya
F. Indikator Keberhasilan Penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah mencapai indikator yang ditentukan sebagai berikut: 1.
80 % dari jumlah peserta didik dapat mencapai nilai sama dengan nilai KKM yaitu sebesar 78
2.
Nilai rata-rata kelas mencapai angka ≥ 75
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sekolah 1. Profil RA Secara geografis letak bangunan RA Miftahul Huda Bawu Kabupaten Jepara terbilang cukup strategis yang berada di jalur alternatif yang menghubungkan kota Jepara dengan Kota Pati. Jarak antara RA Bawu ke pusat kecamatan Batealit hanya sekitar 3 km. Terletak pada lintasan kecamatan, sehingga alur perjalanan dari berbagai arah pun mudah dijangkau. RA Miftahul Huda Bawu Kabupaten Jepara adalah madrasah swasta yang keberadaanya di bawah naungan Yayasan Miftahul Huda Bawu Kabupaten Jepara, berdiri sejak tahun 1958 dan sampai saat ini aktivitasnya masih berjalan. Yayasan Miftahul Huda mengelola dua jenjang pendidikan yakni, Raudlotul Athfal Miftahul Huda dan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda. 2. Keadaan Guru Keberhasilan dalam pendidikan ditentukan oleh seorang guru. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam usaha mencerdaskan siswa, dengan beratnya tugas yang diembannya, guru harus mempunyai kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan profesi yang disandangnya. Keadaan guru di RA Miftahul Huda dapat dikatakan memnuhi standar yang telah ditetapkan
32
33
oleh pemerintah, karena kebanyakan dari mereka sudah memiliki kualifikasi pendidikan strata 1 (S-1), sebagai syarat minimal menjadi seorang pendidik. Nama-nama pendidik tersebut dapat peneliti sajikan dalam bentuk tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Keadaan Dewan Guru RA Miftahul Huda Bawu Tahun Pelajaran 2015/2016 №.
Nama Guru dan Karyawan
Pendidikan
Jabatan
1.
Dra. Sumiati
SI
Kepala RA
2.
Isatun Nisa, S.Pd. AUD
SI
Guru
3.
Firtotun Najiyah , S.Pd.I
SI
Guru
4.
Ana Silfia, S.Pd
SI
Guru
5.
Wardah Anisya, S.Pd
SI
Guru
6.
Miftahul Jannah, S.Pd
SI
Guru
3. Keadaan Siswa Jumlah siswa RA Miftahul Huda setiap tahunnya dapat dikatakan mengalami peningkatan dan penurunan, hal ini dikarenakan banyaknya lembaga pendidikan yang setara dengan RA atau TK berada di sekitar RA Miftahul Huda Bawu Mojo, di sebelah timur yang jaraknya ± 100 m adalah TK Bawu Kampus, RA Nuruth Thullab, di sebelah utara ada RA I’anatus Sibyan dan TK Bawu 4 yang jaraknya ± 600 m, di sebelah barat berdekatan dengan TK Al-Ikhlas dan RA As-Syafiiyah Pekalongan yang berjarak ± 500 m, dan di sebelah selatan berdekatan dengan TK Ngabul yang ± jaraknya
34
adalah 1000 m. banyaknya lembaga tersebut memberi peluang bagi orang tua siswa untuk mempercayakan anaknya di lembaga yang mereka anggap mampu mengemban amanat yang diberikan. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah siswa di RA Miftahul Huda pada tahun 2015/2016 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Table 4.2 Keadaan Murid RA Miftahul Huda Bawu Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 №.
Kelompok
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1.
AI
12
7
19
2.
A2
12
11
23
3.
A3
10
12
22
4.
B1
7
8
13
5.
B2
5
9
14
Jumlah
46
47
91
B. Pelaksanaan PTK 1. Siklus I a. Perencanan Dalam
tahap
merencanakan kegiatan:
perencanaan,
peneliti
bersama
kolaborator
35
1) Menyusun RKH yang nantinya akan diimplementasikan pada tahap
tindakan siklus I 2) Menyusun instrumen pengamatan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Instrumen Pengamatan Kriteria Penskoran
Aspek Pengamatan Ihram
3
2
1
Dapat
Dapat
Perlu
melakukan
melakukan
bimbingan
ihram
tanpa ihram
bimbingan
dengan dalam
bantuan guru
guru Wuquf
melaksanakan ihram
Mau berada di Mau berada di Belum tempat
tempat miniatur mengikuti
miniatur
wuquf
wuquf
paksaan guru
mau
dengan perintah
guru
untuk berada di miniatur wuquf
Tawaf
Dapat
Dapat
Perlu
melaksanakan
melaksanakan
bimbingan
tawaf
dengan tawaf
sempurna
dengan dalam
bimbingan guru
melaksanakan tawaf
Sa’i
Dapat
Hanya
Hanya
melaksanakan
melaksanakan
melaksanakan
sa’i Melempar
sebanyak sa’i
sebanyak sa’i
sebanyak
tujuh kali
4-6 kali
1-3 kali
Dapat
Hanya melontar Hanya
dapat
36
Kriteria Penskoran
Aspek Pengamatan Jumrah
3 melempar
2 jumrah dua kali
1 melontar
jumrah
jumrah
sebanyak tiga
kali
satu
kali b. Tindakan Pada tahap tindakan ada beberapa kegiatan yang diimplementasikan oleh peneliti, yakni: 1) Guru memulai pembelajaran dengan mendisiplinkan siswa melalui
proses penataan siswa pada bangkunya masing-masing, 2) selanjutnya guru membuka pembelajaran dengan salam dan do’a
bersama dengan penuh hikmat, 3) Guru
memberikan apersepsi
untuk mengingatkan
pembelajaran
yang telah diterima pada pertemuan sebelumnya dang memotivasi siswa untuk tertarik mempelajari materi yang akan diberikan yaitu manasik haji. 4) Untuk menggairahkan pembelajaran pada diri siswa guru mengajak
siswa bernyanyi bersama tentang rukun Islam, dengan bernyanyi bersama akan muncul perasaan senang pada diri anak sehingga siap dan termotivasi untuk menerima pembelajaran yang dilakukan.
37
5) Selanjutnya guru mengajak siswa melihat pemodelan manasik haji
dengan seksama yang diperagakan oleh guru 6) Setelah
proses pemodelan selesai, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya mengenai materi haji sebagaimana yang telah diperagakan oleh model. 7) Guru memberikan beberapa pertanyaan pada siswa
untuk menarik
siswa dapat berbicara terutama melafalkan bacaan setelah itu dapat mempraktikkan gerakan haji 8) Kegiatan dilanjutkan dengan guru memberikan kebebasan kepada
anak untuk memilih jenis permainan yang disukai dan masih tetap dalam lingkup tema pembelajaran yang telah ditentukan, 9) Pada tahap ini guru menyampaikan prosedur, aturan-aturan dan
kesepakatan-kesepakatan tentang aktifitas bermain, ada yang menjadi pemimpin manasik, kemudian guru membentuk berkelompok siswa menjadi sub kelompok 3-5. 10) Guru menunjuk beberapa anak yang sudah dapat melaksanakan rukun
haji untuk menjadi model 11) Setelah latihan dalam kelompok selesai, setiap kelompok diberi
waktu 10-15 menit untuk memodelkan tata cara tata cara melakukan manasik haji di hadapan teman-temannya
dan setiap
sub kelompok akan mendapat giliran menyampaikan pemodelan
38
tata
cara
melakukan
manasik haji untuk kelompok lain diberi
kesempatan untuk mengevaluasi kelompok yang menjadi model setelah pemodelan dilaksanakan. 12) Setelah semua proses pemodelan dilakukan guru mengklarifikasi
hasil kerja siswa di depan memberikan bimbingan terhadap kesalahan siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa yang telah maju dengan ucapan bagus dan mendorongnya untuk lebih memperbaiki pada kesempatan selanjutnya. 13) Setelah klarifikasi selesai guru memberikan kuis kepada siswa
menarik garis untuk menguji kemampuan siswa tentang materi yang mereka terima. 14) Selanjutnya guru
memberikan soal
dan menutup pembelajaran
dengan mengajak siswa berdo’a bersama dan mengucapkan salam. c. Observasi Berdasarkan
hasil
pengamatan
praktik
manasik
haji
yang
dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2015, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I No
Responden
Skor Pengamatan
Nilai
Keterangan
1
R-1.
9
60.00
Belum
2
R-2.
10
66.67
Belum
39
No
Responden
Skor Pengamatan
Nilai
Keterangan
3
R-3.
12
80.00
Tuntas
4
R-4.
11
73.33
Belum
5
R-5.
13
86.67
Tuntas
6
R-6.
12
80.00
Tuntas
7
R-7.
14
93.33
Tuntas
8
R-8.
11
73.33
Belum
9
R-9.
13
86.67
Tuntas
10
R-10.
10
66.67
Belum
11
R-11.
9
60.00
Belum
12
R-12.
12
80.00
Tuntas
13
R-13.
11
73.33
Belum
14
R-14.
13
86.67
Tuntas
15
R-15.
11
73.33
Belum
16
R-16.
13
86.67
Tuntas
17
R-17.
10
66.67
Belum
18
R-18.
8
53.33
Belum
19
R-19.
12
80.00
Tuntas
20
R-20.
11
73.33
Belum
21
R-21.
13
86.67
Tuntas
22
R-22.
12
80.00
Tuntas
23
R-23.
11
73.33
Belum
24
R-24.
12
80.00
Tuntas
25
R-25.
11
73.33
Belum
26
R-26.
11
73.33
Belum
27
R-27.
13
86.67
Tuntas
Rata-Rata
76.05
40
No
Responden
Skor Pengamatan
Nilai
Minimal
53.33
Maksimal
93.33
Keterangan
Tuntas
13
48.15%
Belum
14
51.85%
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I diperoleh data ketuntasan peserta didik sebanyak 14 anak dengan persentase 48.15% dengan nilai rerata kelasnya adalah 76.05. Untuk mempermudah pembaca dalam memahami persentase tersebut, berikut penulis sajikan grafik persentase ketercapaian hasil belajar siklus I. Grafik 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I Persentase
52
51.58
51 50 49 48.15 48 47 46 Tuntas %
Belum %
41
Hasil observasi pada siklus I dalam pembelajaran ini mendapatkan data tentang kekurangan dalam rukun haji yakni tawaf, sa’i dan melempar jumrah. Deskrispsi dari kekurangan tersebut adalah: 1) Siswa belum dapat hadir pada lokasi yang dijadikan sebagai tempat
tawaf 2) Dalam melaksanakan sa’i, banyak siswa yang belum sempurna yakni
kurang dari tujuh kali putaran. 3) Saat melempar jumrah, kebanyakan siswa hanya melempar sebanyak
satu kali. d. Refleksi Hasil belajar peserta didik pada siklus I belum mencapai target yang ditetapkan sebelumnya, yakni 80% peserta didik harus tuntas dengan materi pembelajaran dimaksud, namun pada kenyataannya hanya sebesar 48.15%. Kekurangan pada pembelajaran yang dialami oleh peserta didik perlu mendapat perhatian, agar tidak terulang kembali pada siklus selanjutnya. Untuk mengatasi permasalahan yang dialami pada siklus I, peneliti
dan
kolaborator
bermusyawarah
untuk
mencari
solusi
permasalahan tersebut: 1) Meminta kolaborator untuk memberi aba-aba agar siswa mau bergerak
menuju tempat yang dijadikan sebagai arafah
42
2) Mengawasi siswa agar dapat melaksanakan sa’I sesuai dengan jumlah
yang ditetapkan dengan memberi bimbingan. 3) Model memberi contoh pada siswa untuk melontar jumrah sebanyak
tiga kali agar dapat ditiru oleh siswa yang lainnya. 2. Siklus II Sesuai hasil refleksi pada siklus I maka dilakukan tindakan siklus II. Tindakan pada pelaksanaan siklus II ini dilakukan pada tanggal 1 September 2015. Siklus II ini terdiri dari beberapa tahapan diantaranya: a. Perencanaan Pada
tahap
perencanaan
ini
peneliti
menyiapkan
rencana
kegiatan harian (terlampir), menyiapkan setting manasik haji, membentuk kelompok, menyiapkan lembar observasi (terlampir). Diantara garis besar perencanaan adalah menyusun instrumen yang akan digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan manasik haji. Instrumen tersebut adalah: Tabel 4.5 Instrumen Pengamatan Siklus II Kriteria Penskoran
Aspek Pengamatan Ihram
3
2
1
Dapat
Dapat melakukan Perlu bimbingan
melakukan
ihram
ihram
dengan dalam
tanpa bantuan guru
bimbingan guru Wuquf
Mau berada di Mau
melaksanakan ihram
berada
di Belum
mau
43
Kriteria Penskoran
Aspek Pengamatan
3
2
tempat miniatur tempat wuquf
wuquf
1 miniatur mengikuti dengan perintah
paksaan guru
guru
untuk berada di miniatur wuquf
Tawaf
Dapat
Dapat
Perlu bimbingan
melaksanakan
melaksanakan
dalam
tawaf Sa’i
dengan tawaf
dengan melaksanakan
sempurna
bimbingan guru
tawaf
Dapat
Hanya
Hanya
melaksanakan
melaksanakan sa’i melaksanakan
sa’i
sebanyak sebanyak 4-6 kali
tujuh kali
kali
Melempar
Dapat melempar Hanya
Jumrah
jumrah sebanyak
sa’i sebanyak 1-3
melontar Hanya
jumrah dua kali tiga
dapat
melontar jumrah satu kali
kali
b. Tindakan Pada proses tindakan ini sama seperti pada siklus I hanya pada tindakan siklus II ini lebih diperbaiki proses pembelajarannya. Pada tahap tindakan kegiatan yang dilaksanakan antara lain: 1) Guru memulai pembelajaran dengan mendisiplinkan siswa melalui
proses penataan siswa pada bangkunya masing-masing,
44
2) selanjutnya guru membuka pembelajaran dengan salam dan do’a
bersama dengan penuh hikmat, 3) Guru
memberikan apersepsi
untuk mengingatkan
pembelajaran
yang telah diterima pada pertemuan sebelumnya dang memotivasi siswa untuk tertarik mempelajari materi yang akan diberikan yaitu manasik haji. 4) Memberikan penekanan kesalahan pada siklus I yakni:
a) Meminta kolaborator untuk memberi aba-aba agar siswa mau bergerak menuju tempat yang dijadikan sebagai arafah b) Mengawasi siswa agar dapat melaksanakan sa’I sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dengan memberi bimbingan. c) Model memberi contoh pada siswa untuk melontar jumrah sebanyak tiga kali agar dapat ditiru oleh siswa yang lainnya. 5) Untuk menggairahkan pembelajaran pada diri siswa guru mengajak
siswa bernyanyi bersama tentang rukun Islam, dengan bernyanyi bersama akan muncul perasaan senang pada diri anak sehingga siap dan termotivasi untuk menerima pembelajaran yang dilakukan. 6) Selanjutnya guru mengajak siswa melihat pemodelan manasik haji
dengan seksama yang diperagakan oleh guru
45
7) Setelah
proses pemodelan selesai, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya mengenai materi haji sebagaimana yang telah diperagakan oleh model. 8) Guru memberikan beberapa pertanyaan pada siswa
untuk menarik
siswa dapat berbicara terutama melafalkan bacaan setelah itu dapat mempraktikkan gerakan haji 9) Kegiatan dilanjutkan dengan guru memberikan kebebasan kepada
anak untuk memilih jenis permainan yang disukai dan masih tetap dalam lingkup tema pembelajaran yang telah ditentukan, 10) Pada tahap ini guru menyampaikan prosedur, aturan-aturan dan
kesepakatan-kesepakatan tentang aktifitas bermain, ada yang menjadi pemimpin manasik, kemudian guru membentuk berkelompok siswa menjadi sub kelompok 3-5. 11) Guru menunjuk beberapa anak yang sudah dapat melaksanakan rukun
haji untuk menjadi model 12) Setelah latihan dalam kelompok selesai, setiap kelompok diberi
waktu 10-15 menit untuk memodelkan tata cara tata cara melakukan manasik haji di hadapan teman-temannya
dan setiap
sub kelompok akan mendapat giliran menyampaikan pemodelan tata
cara
melakukan
manasik haji untuk kelompok lain diberi
46
kesempatan untuk mengevaluasi kelompok yang menjadi model setelah pemodelan dilaksanakan. 13) Setelah semua proses pemodelan dilakukan guru mengklarifikasi
hasil kerja siswa di depan memberikan bimbingan terhadap kesalahan siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa yang telah maju dengan ucapan bagus dan mendorongnya untuk lebih memperbaiki pada kesempatan selanjutnya. 14) Setelah klarifikasi selesai guru memberikan kuis kepada siswa
menarik garis untuk menguji kemampuan siswa tentang materi yang mereka terima. 15) Selanjutnya guru
memberikan soal
dan menutup pembelajaran
dengan mengajak siswa berdo’a bersama dan mengucapkan salam. c. Observasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran sedang berlangsung untuk merekam proses pembelajaran, sehingga kolaborator menemukan kekurangan dapat dicatat dan dicarikan solusi permasalahan tersebut. Berdasarkan
hasil
pengamatan
praktik
manasik
haji
yang
dilaksanakan pada tanggal 1 September 2015, diperoleh data sebagai berikut:
47
Tabel 4.6 Hasil Pengamata Siswa Siklus II No Responden
Skor Pengamatan
Nilai
Keterangan
1
Id.1.
11
73.33
Belum
2
Id.2.
12
80.00
Tuntas
3
Id.3.
13
86.67
Tuntas
4
Id.4.
12
80.00
Tuntas
5
Id.5.
14
93.33
Tuntas
6
Id.6.
13
86.67
Tuntas
7
Id.7.
15
100.00
Tuntas
8
Id.8.
12
80.00
Tuntas
9
Id.9.
14
93.33
Tuntas
10
Id.10.
11
73.33
Belum
11
Id.11.
11
73.33
Belum
12
Id.12.
13
86.67
Tuntas
13
Id.13.
12
80.00
Tuntas
14
Id.14.
14
93.33
Tuntas
15
Id.15.
12
80.00
Tuntas
16
Id.16.
14
93.33
Tuntas
17
Id.17.
12
80.00
Tuntas
18
Id.18.
10
66.67
Belum
19
Id.19.
13
86.67
Tuntas
20
Id.20.
12
80.00
Tuntas
21
Id.21.
14
93.33
Tuntas
22
Id.22.
13
86.67
Tuntas
23
Id.23.
12
80.00
Tuntas
24
Id.24.
14
93.33
Tuntas
48
No Responden
Skor Pengamatan
Nilai
Keterangan
25
Id.25.
13
86.67
Tuntas
26
Id.26.
12
80.00
Tuntas
27
Id.27.
14
93.33
Tuntas
Rata-Rata
84.44
Minimal
66.67
Maksimal
100.00
Tuntas
23
85.19%
Belum
4
14.81%
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II diperoleh data ketuntasan peserta didik sebanyak 23 anak dengan persentase 82.14% untuk mempermudah pembaca dalam memahami persentase tersebut, berikut penulis sajikan grafik persentase ketercapaian hasil belajar siklus II. Grafik 4.2 Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II 90 80
85.19
Persentase
70 60 50 40 30 20
14.81
10 0 Tuntas %
Belum %
49
d. Refleksi Ketuntasan peserta didik pada siklus II sebanyak 23 anak dengan persentase 82.14%. dengan hasil tersebut menunjukkan keberhasilan dalam penelitian, karena indikator yang telah ditetapkan sebelumnya telah terlampoi yakni 80% dari siswa telah mencapai KKM sebesar 78 dan rerata kelas telah mencapai 84.44. dengan demikian penelitian ini dapat dihentikan karena telah mencapai indikator sebelumnya. C. Hasil Pengumpulan Data Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I diperoleh data ketuntasan peserta didik sebanyak 14 anak dengan persentase 48.15% dengan nilai rerata kelasnya adalah 76.05. Ketuntasan peserta didik pada siklus II sebanyak 23 anak dengan persentase 82.14%. dengan hasil tersebut menunjukkan keberhasilan dalam penelitian, karena indikator yang telah ditetapkan sebelumnya telah terlampoi yakni 80% dari siswa telah mencapai KKM sebesar 78 dan rerata kelas telah mencapai 84.44. Untuk mempermudah pembaca dalam memahami persentase tersebut, berikut penulis sajikan grafik persentase ketercapaian hasil belajar siklus I dan siklus II berikut peneliti sajikan dalam bentuk tabel 4.7 dan grafik 4.3 berikut ini.
50
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Siklus I dan II No
Responden
Skor Pengamatan
Nilai
Keterangan
Skor Pengamatan
Nilai
Keterangan
1
Id.1.
9
60.00
Belum
11
73.33
Belum
2
Id.2.
10
66.67
Belum
12
80.00
Tuntas
3
Id.3.
12
80.00
Tuntas
13
86.67
Tuntas
4
Id.4.
11
73.33
Belum
12
80.00
Tuntas
5
Id.5.
13
86.67
Tuntas
14
93.33
Tuntas
6
Id.6.
12
80.00
Tuntas
13
86.67
Tuntas
7
Id.7.
14
93.33
Tuntas
15
100.00
Tuntas
8
Id.8.
11
73.33
Belum
12
80.00
Tuntas
9
Id.9.
13
86.67
Tuntas
14
93.33
Tuntas
10
Id.10.
10
66.67
Belum
11
73.33
Belum
11
Id.11.
9
60.00
Belum
11
73.33
Belum
12
Id.12.
12
80.00
Tuntas
13
86.67
Tuntas
13
Id.13.
11
73.33
Belum
12
80.00
Tuntas
14
Id.14.
13
86.67
Tuntas
14
93.33
Tuntas
15
Id.15.
11
73.33
Belum
12
80.00
Tuntas
16
Id.16.
13
86.67
Tuntas
14
93.33
Tuntas
17
Id.17.
10
66.67
Belum
12
80.00
Tuntas
18
Id.18.
8
53.33
Belum
10
66.67
Belum
19
Id.19.
12
80.00
Tuntas
13
86.67
Tuntas
20
Id.20.
11
73.33
Belum
12
80.00
Tuntas
21
Id.21.
13
86.67
Tuntas
14
93.33
Tuntas
22
Id.22.
12
80.00
Tuntas
13
86.67
Tuntas
23
Id.23.
11
73.33
Belum
12
80.00
Tuntas
51
No
Responden
Skor Pengamatan
Nilai
Keterangan
Skor Pengamatan
Nilai
Keterangan
24
Id.24.
12
80.00
Tuntas
14
93.33
Tuntas
25
Id.25.
11
73.33
Belum
13
86.67
Tuntas
26
Id.26.
11
73.33
Belum
12
80.00
Tuntas
27
Id.27.
13
86.67
Tuntas
14
93.33
Tuntas
Rata-Rata
76.05
84.44
Minimal
53.33
66.67
Maksimal
93.33
100.00
Tuntas
13
48.15%
23
85.19%
Belum
14
51.85%
4
14.81%
Grafik 4.3 Persentase Ketuntasan Siklus I dan II Siklus I 85.19
90
Siklus II
80 70 60 50
48.15
51.85
40 30 20
14.81
10 0 Tuntas %
Belum %
52
D. Pembahasan Peningkatan hasil belajar peserta didik disebabkan aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan semangat dan kegairahan serta membangkitkan motivasi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkannya. Penerapan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar yang diinginkan. Pemilihan metode yang sesuai dengan karakteristik materi akan dapat memberikan sumbangan keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat tercapai manakala metode yang digunakan sesuia dengan materinya, meskipun tidak dipungkiri bahwa ada faktor lain yang menentukan ketercapaian tujuan instruksional dalam pembelajaran.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian dari beberapa bab sebelumnya, penelitian dengan judul Penerapan
Metode Modelling untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Materi Pokok Manasik Haji di Kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara Tahun Ajaran 2014/2015 dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode modelling dalam pembelajaran manasik haji di Kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara Tahun Ajaran 2014/2015 dilaksanakan dengan membawa
anak
ke
dalam
lingkungan
dan
masyarakat
untuk
keperluan pelajaran (karya wisata, service projects, school camping, survey, dan interview/wawancara). Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas untuk kepentingan pelajaran (resource persons, bidang-bidang seperti pameran atau koleksi). 2. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I diperoleh data ketuntasan peserta didik sebanyak 14 anak dengan persentase 48.15% dengan nilai rerata kelasnya adalah 76.05. sedangkan ketuntasan peserta didik pada siklus II sebanyak 23 anak dengan persentase 82.14%. Dengan hasil tersebut sekaligus menjawab pengajuan hipotesis sebelumnya, bahwa Penerapan Metode Modelling dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
53
54
Pendidikan Agama Islam Materi Pokok Manasik Haji di Kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara Tahun Ajaran 2014/2015. B. Saran Pembelajaran dengan penerapan metode modelling dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pengembangan Pendidikan Agama Islam dengan materi manasik haji, berdasarkan penelitian yang telah peneliti laksanakan, ada beberapa hal yang peneliti sarankan untuk pemangku kepentingan dalam pembelajaran terutama di RA Miftahul Huda Bawu Batealit Jepara. Saran-saran tersebut adalah: 1. Untuk Kepala Sekolah Dengan hasil yang dicapai pada pembelajaran dengan menggunakan metode modelling ini, kepala RA dapat mensosialisikan kepada guru yang lain untuk menggunakan metode modelling pada materi pembelajaran yang berbeda yang sesuai dengan karektristik materi tersebut. 2. Untuk Guru a. Metode modelling yang telah diterapkan pada pengembangan Pendidikan Agama Islam dengan materi manasik haji hendaknya dapat menjadi motivasi bagi guru yang lain untuk menggunakan Metode yang lain dalam pembelajaran mereka, sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat meningkat. Dengan peningkatan hasil belajar pengembangan Pendidikan Agama Islam dengan materi manasik haji melalui metode modelling,
55
sekiranya dapat diterapkan pada pembelajaran yang lainnya, agar siswa merasakan kebermaknaan sebuah pembelajaran di ruang kelas mereka. b. Guru dapat menerapkan pembelajaran metode modelling untuk materi yang lain sebagai variasi penggunaan metode dalam pengajaran; c. Hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat digunakan sebagai refleksi dan acuan bagi guru untuk lebih kreatif dalam menemukan dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang lainnya; 3. Untuk Siswa Dengan hasil yang diraih oleh siswa kelompok B RA Miftahul Huda Bawu Mojo Batealit Jepara, diharapkan dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran yang lainnya. Metode modelling yang telah diterapkan pada penelitian ini, dapat menjadi sebuah latihan bagi siswa untuk dapat mengkonstruk pengetahuan yang ingin diperoleh siswa tersebut. 4. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharpakan dapat memperkaya kazanah keilmuan bagi peneliti lainnya dalam melaksanakan penelitian pada waktu, tempat dan materi pembelajaran yang berbeda. C. Kata Penutup Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dalam pembahasan-pembahasan skripsi ini
56
tentunya tidak luput dari kekurangan dan ketidaksempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA Agus F. Tang Yong, dkk, Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak, Jakarta: Gramedia, 1994. Arif Fidiyanto, Penerapan Metode Modelling Teacher Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Mata Pelajaran Fiqih Materi Shalat Fardu di MI Wadaslintang Wonosobo Tahun 2010, skripsi, Semarang, Program S-1 Jurusan PAI IAIN Walisongo Semarang, 2010. Arikunto, Suharsimi dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Budiamin, Amin dan setiawati, Bimbingan Konseling, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009. Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Departemen Agama RI Direktoraat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Hadi, Amirul, H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2005. Hamruni, Metode Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 185 Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009. Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009. http://kbih-nurul-hikmah.blogspot.com/2014/03/manasik-haji-1.html, tanggal 6 Desember 2014 pukul 15.13
download
Ismiyatun, Penerapan Metode Modeling Untuk Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran Pengembangan Agama Islam Materi Pokok Manasik Haji DI Kelompok B RA Al-Insyirah Palebon Pedurungan Semarang Tahun Ajaran 2010/2011, Skripsi, Semarang, Program S-1 Jurusan PAI IAIN Walisongo Semarang, 2011. Kusuma, Wijaya & Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Indeks, 2010.
Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Komptensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Syaodih, Nana Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 155.
INSTRUMEN PENILAIAN MANASIK HAJI Kriteria Penskoran
Aspek Pengamatan Ihram
3 Dapat
2
melakukan Dapat
ihram
melakukan Perlu bimbingan dalam
tanpa ihram dengan bantuan melaksanakan ihram
bimbingan guru Wuquf
1
Mau
berada
tempat
guru di Mau berada di tempat Belum mau mengikuti
miniatur miniatur
wuquf
wuquf perintah
dengan paksaan guru
berada
guru di
untuk miniatur
wuquf Tawaf
Dapat
Dapat melaksanakan Perlu bimbingan dalam
melaksanakan
tawaf
tawaf
dengan melaksanakan tawaf
dengan bimbingan guru
sempurna Sa’i
Dapat
Hanya melaksanakan Hanya
melaksanakan
melaksanakan sa’i sa’i sebanyak 4-6 kali sa’i sebanyak 1-3 kali sebanyak tujuh kali Melempar
Dapat
melempar Hanya
melontar Hanya dapat melontar
Jumrah
jumrah
sebanyak jumrah dua kali
tiga kali Tabel Penskoran Skor
Nilai
Skor
Nilai
Skor
Nilai
1
6.67
6
40.00
11
73.33
2
13.33
7
46.67
12
80.00
3
20.00
8
53.33
13
86.67
4
26.67
9
60.00
14
93.33
5
33.33
10
66.67
15
100.00
jumrah satu kali