Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Mempertanyakan Stereotip Kecantikan (Analisis Semiotika tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012))
Dira Elita Alumnus Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Abstract Fairy tales is a kind of story told orally by our parents from one generation to another. Mainly, the main story is about “beauty”:the princess should be beautiful and the prince should be handsome and know how to fight. When fairy tales such as Snow White adapted into movies, issues related to the concept of beauty is not left behind. This is part of main depiction represented within this kind of film that leads to many stereotypes. This research focuses on how stereotypes of beauty are represented in two fairy tales-based adaptation films, Snow White and the Huntsman (2012) and Mirror mirror (2012). In terms of the methodology, this research employs Roland Barthes’s thought, especially his structural semiotic analysis. By applying Barthes’s “two orders of signification” (denotation and connotation), the analysis focuses on three thematic elements: body, costume, and characteristic. Keywords: conservatism ideology, fairy tales, myths, structural semiotics analysis. Abstrak Dongeng merupakan bentuk cerita yang disampaikan secara lisan oleh orang tua kepada anaknya, dari generasi ke generasi. Tema utama dalam dongeng adalah tentang "kecantikan": seorang putri haruslah cantik dan seorang pangeran harus ganteng dan paham caranya bertarung. Ketika dongeng seperti Snow White (Putri Salju) diadaptasi ke dalam sebuah film, isu terkait konsep kecantikan tidak ditinggalkan. Gambaran utama tentang kecantikan yang disampaikan oleh film tersebut menghadirkan banyak stereotip. Fokus riset ini adalah bagaimana stereotip kecantikan hadir dalam dua film adaptasi berbasis cerita Snow White yakni Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror-mirror (2012). Metodologi penilitan menggunakan pemikiran Roland Barthes terutama analisis struktural semiotika. Dengan menerapkan konsep dua level signifikansi (denotasi dan konotasi), analisis fokus pada tiga elemen yakni tubuh, pakaian dan karakteristik. Kata kunci: ideologi konservatif, dongeng, mitos, analisis semiotika struktural
15
Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Pendahuluan
Pada Maret 2012, Relativy Media
Dongeng anak-anak identik dengan
merilis film yang diadaptasi dari dongeng
cerita kerajaan seperti putri cantik yang
Snow White berjudul Mirror Mirror. Film
pada akhirnya akan bertemu dengan
bergenre komedi fantasi berdurasi 106
pangeran
anak-anak
menit itu dibintangi oleh Lily Collins,
tentang kerajaan tersebut sangat populer
Julia Roberts, Armie Hammer, Sean Bean
di kalangan anak-anak di seluruh dunia.
dan Nathan Lane. Film arahan Tarsem
Cerita
Singh
tampan.
tersebut
Cerita
bahkan
sudah
turun
tersebut
memadukan
unsur
temurun diceritakan dari orangtua pada
petualangan, drama dan komedi yang
anak-anaknya.
yang
segar. Ditambah dengan eksplorasi cerita
(cerita
yang membuat Mirror Mirror berbeda
tertuang
dalam
Seperti
halnya
fairy
tales
dongeng), dongeng yang turun temurun
dengan versi dongengnya.
selalu diceritakan kepada anak-anak dari
Kemudian
Mei
2012,
Universal
generasi ke generasi. Cerita dongeng yang
Pictures merilis film yang sama-sama
berlatar
diadaptasi oleh dongeng serupa berjudul
belakang
kerajaan
pada
umumnya berkisah tentang putri cantik
Snow
yang menikah dengan pangeran tampan,
(SWATH). Kali ini film arahan Rupert
dan peri yang datang menolong putri
Sanders
tersebut.
science
Cinderella,
Snow
White
(Putri
White
and
tersebut fiksi,
The
Huntsman
memadukan action.
dan
unsur
Film
ini
menceritakan bagaimana sisi gelap dari
Salju), Sleeping Beauty (Putri Tidur),
Snow
Beauty and the Beast (Si Cantik dan Si
Ravenna yang telah membunuh ayahnya
Buruk Rupa) merupakan contoh cerita
dan merebut tahta kerajaan. Dari sisi
dongeng yang sangat populer baik di
cerita hingga genre, film ini sangat
kalangan anak-anak maupun masyarakat
berbeda jauh dari Mirror-mirror. Film
dunia. Salah satu perusahaan animasi
yang dibintangi artis papan atas seperti
Hollywood ternama, Walt Disney pernah
Kristen Stewart, Charlize Theron, Chris
membuat cerita dongeng dalam bentuk
hemsworth ini menyajikan Snow White
animasi dan meraih kesuksesan besar.
dalam versi thriller dan fiksi untuk
Melihat kesuksesan besar yang diraih
konsumsi dewasa.
Walt Disney serta kepopuleran cerita
White
Dua
untuk
film
melawan
adaptasi
dari
Ratu
Cerita
dongeng, para sineas Hollywood kembali
dongeng
membuat dongeng Snow White versi
merepresentasikan
remake.
bentuk yang berbeda. Representasi sendiri
tersebut
sama-sama
perempuan
dalam
menurut Danesi (2010: 3), adalah proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau 16
Dira Elita, Mempertanyakan Stereotip Kecantikan Mempertanyakan Stereotip Kecantikan (Analisis Semiotika tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012))
pesan secara fisik. Secara lebih tepat ini
melihat dan memahami dunia melalui
didefinisikan sebagai penggunaan ‘tanda-
sistem klasifikasi yang sama yang ada di
tanda’ (gambar, suara dan sebagainya)
pikiran kita. Dengan demikian kita bisa
untuk menampilkan ulang sesuatu yang
mengartikan, saling bertukar konsep ke
dicerap,
dalam
diindra,
dibayangkan
atau
bentuk
dirasakan dalam bentuk fisik. Sementara
diucapkan,
Hall
Bahasa
berpandangan
representasi
tulisan,
suara
yang
maupun
gambar
visual.
merupakan
sarana
untuk
merupakan produksi makna dari konsep-
memaknai, menghasilkan, dan mengubah
konsep yang ada di pikiran manusia
makna. (Hall, 1997:18).
melalui bahasa. Hubungan antara konsep dan
bahasa
memungkinkan
manusia
untuk memaknai dunia.
Menuangkan suatu ide ke dalam bentuk visual merupakan salah satu proses
Representation is the production of meaning of the concepts in our minds through language. It is the link between concepts and language which enables us to refer to either the ‘real’ world of objects, people or events, or indeed to imaginary worlds of fictional objects,people and events (Hall, 1997:17). Lebih lanjut Hall menjelaskan dua proses dalam sistem representasi, yang pertama adalah konsep-konsep seperti benda, orang maupun peristiwa atau
agar
masyarakat
memiliki
kesamaan bahasa dalam mengartikan tanda. Karena masyarakat yang memiliki peta
konseptual
yang
sama,
akan
mempunyai cara yang sama pula dalam mengartikan suatu bahasa. Namun, tanda visual maupun gambar meskipun sangat mirip dengan keadaan ataupun kenyataan sebenarnya, mereka tetap adalah tanda. Tanda tersebut membawa suatu makna yang harus diartikan. Dalam
bahasa
hubungan
kepala
bisa
terlihat cukup mudah. Sebenarnya bahasa
adanya
visual sangat sulit jika dibandingkan
konsep-konsep tersebut. Kemudian proses
dengan bahasa suara maupun bahasa
yang kedua adalah menginterpetasikan
tulisan. Karena dalam bahasa visual
konsep-konsep tersebut ke dalam bentuk
mengandung berbagai macam tanda dan
bahasa. Bahasa merupakan sistem kedua
interpretasi yang berbeda-beda hanya dari
dari representasi yang terlibat dalam
satu gambar visual saja. Bahasa visual
keseluruhan proses membangun makna.
yang banyak terdapat dalam film memiliki
menafsirkan
Kita
tidak
sesuatu
akan
tanpa
Konsep-konsep yang terdapat di pikiran tersebut harus dituangkan dalam bentuk bahasa. Kita harus memiliki peta
konsep
dan
ketika
konsep representasi mental yang ada di kita.
antara
visual,
tanda
arti atau makna yang berbeda tergantung bagaimana konsep-konsep yang ada di pikiran masyarakatnya.
konseptual yang sama sehingga kita dapat 17
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Konsep
tentang
representasi
tersebut akan dikaitkan dengan citra
menjadi salah satu daya tarik utama dan selalu ditonjolkan dalam film.
kecantikan yang direpresentasikan dari
Gambaran tentang perempuan dan
kedua film adaptasi tersebut. Snow White
laki-laki
dalam
film
and the Huntsman dan Mirror mirror
menjadi
suatu
bahasa
merupakan
ditangkap oleh masyarakat. Fungsi bahasa
dua
film
adaptasi
yang
menggunakan kecantikan sebagai unsur
adalah
pembangun cerita.
merepresentasikan
pada
akhirnya
tertentu
yang
menarasikan
atau
dunia
kepada
Kecantikan merupakan hal yang
masyarakat manusia. Akan tetapi, bahasa
sangat penting dan selalu ditonjolkan
hanya mungkin berfungsi bila ada sesuatu
dalam dunia visual, khususnya film. Bagi
yang ditangkap lewat bahasa itu dari
dunia visual, kecantikan bagi seorang
realitas
wanita merupakan syarat yang wajib
disebut citra (image). (Pilliang, 2009: 80)
dimiliki
untuk
perempuan
secara
menggambarkan sempurna.
Unsur-
dunia
(Reality),
inilah
yang
Dengan kata lain, citra merupakan gambaran,
kesan,
perasaan
yang
unsur fisik yang selalu ditonjolkan dalam
digambarkan atau dirasakan lewat indra
film seakan semakin mempertegas bahwa
yang ada dalam benak atau pikiran
penampilan
seseorang. Film merupakan sarana atau
fisik
adalah
segalanya,
walaupun disampaikan secara implisit.
media yang merepresentasikan kejadian
Hal ini tentu dapat berpengaruh
yang ada di dunia nyata ke dalam bentuk
bagi masyarakat, apalagi film merupakan
citra pada tokoh karakternya. Seperti pada
salah
citra perempuan maupun laki-laki yang
satu
produk
budaya
yang
berkembang dan populer di kalangan
direpresentasikan
masyarakat. Film seakan mengajarkan
Maskulinitas
kepada masyarakat bahwa definisi cantik
berkembang menurut budaya patriarki
adalah seperti yang digambarkan oleh
pada awal perkembangan film di dunia.
film. Film maupun produk komunikasi
Dalam budaya patriarki, seorang laki-laki
visual menempatkan kecantikan menurut
harus kuat, memimpin dan tidak banyak
cara
menunjukkan
pandang
perempuan
laki-laki.
saja,
Tidak
laki-laki
pun
hanya juga
oleh
pada pria
media.
tumbuh
emosinya.(Benshoff
dan
&
Griffin, 2009: 258).
digambarkan “cantik”. Namun, kecantikan
Peranan
citra
yang
jauh
lebih
pada pria tentunya berbeda. Dalam media
berkuasa akibat peranan kemajuan sains
komunikasi visual khususnya film, pria
dan teknologi menyebabkan terjadinya
dengan tubuh tinggi tegap, berotot dan
perubahan pada citra perempuan dan laki-
besar
laki di film khususnya pada pembentukan
dianggap
cantik.
Sama halnya
dengan perempuan, unsur fisik pada pria 18
citra
kecantikan.
Hal
ini
membuat
Dira Elita, Mempertanyakan Stereotip Kecantikan Mempertanyakan Stereotip Kecantikan (Analisis Semiotika tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012))
kecantikan bukan lagi soal rasa atau selera
adalah kedua film tersebut sama-sama
namun telah menjadi salah satu budaya di
dirilis pada tahun 2012 dengan selang
masyarakat.
waktu yang tidak terlalu lama.
akhirnya perubahan
Standar
kecantikan pada
berkembang zaman
sesuai
dan
dengan
Berdasarkan argumen diatas, maka
kebudayaan
perumusan masalah untuk penelitian kali
tersebut. Sehingga melahirkan bentuk-
ini
bentuk kecantikan yang hampir serupa
kecantikan wanita dalam film Snow White
antara laki-laki dan perempuan.
and the Huntsman dan Mirror mirror?
Film
juga
banyak
menampilkan
Lalu
adalah
yang
bagaimana
kedua
adalah
representasi
bagaimana
stereotip yang secara implisit diselipkan
stereotip atas kecantikan dimunculkan
kedalamnya. Dalam film adaptasi SWATH
dalam film adaptasi tersebut?
dan Mirror mirror ini, stereotip yang diperlihatkan dan sangat menonjol adalah tentang
kecantikan.
Bagaimana
Tinjauan Pustaka
kecantikan menjadi sangat essensial serta
Representasi
Kecantikan
sebagai pemicu dari semua permasalahan
Cerita Dongeng
dalam
dan konflik yang muncul. Dari dua film
Cerita dongeng merupakan bentuk
adaptasi tersebut, stereotip kecantikan
cerita fantasi yang tokoh dan figur yang
yang
diceritakan tidak benar-benar ada di
ditampilkan
dalam
film
masih
melulu soal tubuh dan fisik.
dunia nyata. Cerita dongeng biasa disebut dongeng dalam bahasa indonesia. Cerita dongeng bercerita tentang peri, penyihir,
Rumusan Masalah Kedua film tersebut berasal dari dongeng yang sama, dan penggambaran kecantikan yang ditampilkan dari kedua film tersebut juga sama. Stereotip tentang kecantikan masih merupakan isu utama bagi perempuan, baik itu di dunia visual maupun dalam dongeng. Film ini dipilih karena kedua film adaptasi
tersebut
memiliki penggambaran kecantikan dari
putri, pangeran, raksasa, dan sebagainya. Cerita dongeng telah ada semenjak ribuan tahun lalu dan diceritakan secara turun temurun dari generasi ke generasi di seluruh dunia. Seiring dengan perubahan zaman dan cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut, Cerita dongeng pun mengalami evolusi cerita, karakter dan penggambaran tokohnya. Dongeng
karakter tokoh yang berbeda. Karena
anak
khususnya
yang
penggambaran yang berbeda itulah maka
berlatar belakang monarki atau kerajaan
akan ditemukan tanda-tanda maupun
selalu
simbol-simbol yang
merepresentasikan
Contohnya, seperti yang terlihat pada
kecantikan. Kemudian pertimbangan lain
kisah Cinderella, Sleeping Beauty, Beauty
identik
dengan
perempuan.
19
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
and the Beast. Dongeng dan perempuan
Walaupun pria tidak menjadi tokoh utama
ibarat
selalu
dalam cerita, namun kehadiran pria dalam
dongeng
dongeng selalu distereotipkan sebagai
anak, baik dongeng lokal maupun luar
karakter heroik berwajah tampan yang
negeri. Perempuan dalam dongeng selalu
selalu
digambarkan
cantik keluar dari penderitaan. Oleh
satu
cerita
yang
ditampilkan
dalam
berbagai
tak
akan
ubahnya
seperti
berhasil
menolong
perempuan
perempuan dalam stereotipe visual media.
karena
Mengutip Elda, (http://matavisualsielda.
dongeng harus mempunyai tubuh yang
wordpress.com/2011/06/01/rekonstruksi-
kuat
citra-wanita-dalam-media/,
1
menyelamatkan putri. Disini, kecantikan
oktober 2013), Stereotip visual wanita
pada pria terlihat dari kekuatan serta
adalah berkulit putih, bertubuh langsing
ketangguhannya.
dan berparas cantik. Konstruksi seperti ini
distereotipkan melalui tubuh yang kekar,
berurat akar dalam bentuk mainan anak-
besar,
anak sampai dengan iklan perawatan bagi
kekuatan dalam hal ini dilihat sebagai
wanita
salah satu unsur kecantikan pada pria
akses
berumur,yang
dimaksudkan
untuk
notabene “memelihara
kecantikan kulit”
itu dan
seorang tangguh
kuat
pangeran agar
dalam berhasil
Kekuatan
tersebut
dan berotot.
Sehingga
yang ditunjukkan melalui fisik. Standar kecantikan antara laki-laki
Karakter utama perempuan selalu
yang terdapat pada media khususnya film
digambarkan protagonis dengan wajah
merupakan suatu imaji tentang keindahan
cantik, paras menarik, berhati lembut dan
atau estetika yang terdapat pada tubuh
baik hati. Sedangkan perempuan buruk
laki-laki maupun perempuan. Ketika kita
rupa
mengapresiasi sesuatu yang berhubungan
merupakan
karakter
antagonis
dengan sifat jahat, iri, selalu menyiksa
dengan
tokoh
mengartikan
utama
yang
berwajah
cantik.
estetika, bahwa
biasanya nilai
yang
akan ada
Kemudian pada akhirnya putri cantik
didalamnya akan merujuk pada suatu
akan bertemu dengan pangeran yang
keindahan.
sangat
tampan
dan
menikah.
Cerita
dongeng anak seolah menguatkan jika putih itu cantik, dan cantik selalu baik. Sedangkan hitam itu buruk rupa dan selalu
menjadi
jahat.
Padahal
tidak
selamanya putih itu baik dan hitam itu jahat. Tidak hanya perempuan, pria dalam dongeng pun harus berwajah tampan. 20
When we say that we appreciate something ( a work of art, a photograph) for “aesthetic” reasons, we usually imply that the value of the work resides in the pleasure it brings us through its beauty,its style,or the creative and technical virtuosity that went into its production. We no longer think of beauty as a universal shared set of qualities. Contemporary concepts of aesthetics emphasize the ways in which the criteria for what is
Dira Elita, Mempertanyakan Stereotip Kecantikan Mempertanyakan Stereotip Kecantikan (Analisis Semiotika tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012))
beautiful and what is not are based on taste which is not innate but rather culturally spesific (Sturken & Cartwright, 2009: 56). Seperti yang terdapat pada makna tentang
kecantikan
tersebut
bukan
berdasarkan rasa, melainkan berdasarkan pada kebudayaan. Hal yang sama juga terlihat pada representasi kecantikan pada tubuh laki-laki dan perempuan. Bahwa sebenarnya kecantikan pada tubuh lakilaki
dan
perempuan
muncul
karena
terjadinya pergeseran budaya terhadap
kecantikan masih merupakan isu utama yang diangkat dalam Cerita dongeng. Diceritakan bahwa seorang putri itu cantik, cantik adalah sesuatu yang indah dan memikat. Lalu seorang pangeran itu tampan dan gagah perkasa, kekuatannya ditunjukkan lewat tubuh besarnya dan kepiawaiannya dalam berkelahi. Karena cantik, orang-orang menyukainya dan pangeran
akan
menyukainya.
Secara
implisit, dongeng Snow White seolah mengajarkan
bahwa penampilan
fisik
merupakan modal utama bagi laki-laki
makna kecantikan.
dan perempuan. Perempuan harus cantik Hal ini menunjukkan bahwa cerita anak bukanlah cerita yang netral. Karena selain bertujuan untuk menghibur, ada
agar dapat menarik perhatian dan lakilaki harus kuat dan tampan agar dapat melindungi dan menyelamatkan putri.
nilai-nilai lain yang sengaja dimasukkan kedalam
unsur
cerita
anak.
penggambaran tokoh misalnya. Anakanak telah terbiasa dengan dongeng monarki
yang
menceritakan
bahwa
seorang putri pasti selalu cantik dan seorang pangeran sudah pasti harus tampan. Kemudian pada akhirnya putri cantik
dan
pangeran
tampan
Media
Seperti
harus
menikah, itulah baru happy ending.
maupun
dongeng
selalu
menggunakan kecantikan sebagai daya tarik utama baik untuk laki-laki maupun perempuan. Hal ini dapat berpengaruh kepada pola pikir masyarakat khususnya anak-anak. Bagi anak-anak, apa yang direpresentasikan oleh media merupakan contoh perempuan atau laki-laki yang ideal.
Pikiran anak-anak yang semenjak kecil dijejali dengan penggambaran karakter
Mitos Kecantikan dan Film Populer:
putri di negeri dongeng. Hingga pada
antara
akhirnya, ketika beranjak dewasa sang
images
anak akan membentuk persepsi ketika dewasa dirinya akan secantik putri dan pangeran
tampan
akan
datang
menyelamatkan kehidupannya.
kultur,
dan
cerita.
Kecantikan keindahan,
namun
dan
positive
identik
dengan
keindahan
sendiri
sebenarnya bersifat relatif. Persepsi orang tentang kecantikan maupun keindahan
Walaupun telah mengalami perubahan zaman,
stereotype
tentu saja berbeda. Karena setiap orang
Namun 21
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
mempunyai
selera
sendiri
menentukan
batas
kecantikan
keindahan Namun,
menurut
ketika
media
merepresentasikan kecantikan
standar
melalui
atau
mereka.
mulai
bentuk
banyak
-
produk
bentuk tayangan
media. Maka makna kecantikan pun berubah.
Kecantikan
atau
keindahan
adalah seperti apa yang ditunjukkan oleh media. Karena efek media yang begitu besar
terutama
masyarakat
terhadap
tersebut.
reproductively 2002: 12)
untuk
pola
Pada
pikir
akhirnya
persepsi kecantikan pada setiap orang
Wolf
dalam
mempunyai
membentuk
peran
besar
stereotipe
atas
selalu dicirikan dengan tampilan fisik yang menarik. Namun kecantikan yang dicirikan oleh media banyak diwujudkan dalam bentuk keindahan wanita. Menurut Wolf,
menceritakan
mitos
tentang
kecantikan kualitas
yang
disebut “cantik” yang secara objektif dan universal
ada.
Perempuan
harus
mewujudkan hal itu dan laki-laki ingin memiliki
wanita
yang
memiliki
hal
tersebut. The beauty myth tells a story: the quality called “beauty” objectively and universally exist. Women must want to embody it and men must want to possess women who embody it. This Embodiment is an imperative for women and not for men, which situation is necesarry and natural because it is biological, sexual, and evolutionary : Strong men battle for beautiful women, and beautiful women are more 22
stereotip
berdasarkan perempuan
kecantikan
yang
tampilan cantik,
fisik.
maka
memperebutkannya,
dibangun
dan
Jika
pria
akan
perempuan
tersebut akan dimudahkan dalam segala hal. Stereotip tentang kecantikan tersebut sering
dipraktekan
tayangan-tayangan
media
baik
melalui
film
maupun
televisi. Stereotip sering dimunculkan dalam
kecantikan. Kecantikan menurut media
Naomi
berpendapat
merupakan
menjadi sama. Media
successful.(Wolf,
film
atau
tayangan
media
lainnya.
Stereotip tersebut biasanya digunakan untuk menandai suatu kelompok atau golongan tertentu sehingga mempunyai ciri khas tersendiri. Stereotipe sendiri sebenarnya berasal dari penandaan atau label
dari
didalam
suatu
kelompok
masyarakat.
penandaan
dari
tertentu
Karena
setiap
adanya
kelompok
masyarakat itulah yang menyebabkan setiap orang yang memiliki ciri tertentu. Sehingga
mendapat
‘sebutan’
dan
perlakuan yang berbeda dalam lingkungan sosial. Stereotip bermasalah mendukung
ketika
tersebut
menjadi
digunakan
kelompok
–
untuk
kelompok
tertentu atas orang lain. Tanda-tanda yang dibentuk
dalam
stereotip
tersebut
terkadang menimbulkan kesan negatif bagi suatu kelompok masyarakat tertentu. Stigma yang ditimbulkan oleh stereotip
Dira Elita, Mempertanyakan Stereotip Kecantikan Mempertanyakan Stereotip Kecantikan (Analisis Semiotika tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012))
tersebut berdampak bagi suatu kelompok masyarakat,
sehingga
memiliki
Peneliti
menggunakan
analisis
label
semiotika karena penelitian ini berusaha
ataupun sebutan tertentu yang dianggap
untuk mengungkap makna dibalik tanda-
negatif. Untuk merubah stigma negatif
tanda
yang ditimbulkan dari stereotip tersebut,
adaptasi. Film termasuk salah satu media
ditampilkan
dalam
film
Image
yang menggunakan tanda sebagai media
untuk merubah atau membalikkan label
komunikasi untuk menyampaikan pesan.
akhirnya negatif
Positive
yang
dibentuklah
Positive
stereotip.
image
ini
Dengan menggunakan analisis semiotika,
banyak digunakan dalam film terutama
peneliti
untuk mengubah pandangan masyarakat
tanda apa saja yang disampaikan dari
tentang suatu stereotip tertentu yang
kedua film adaptasi tersebut.
berkembang di lingkungan sosial.
ingin
Metode Penelitian
interpretatif,
memfokuskan
ini
makna-makna
Pada dasarnya semiotika bersifat kualitatif
Penelitian
melihat
menggunakan
sebagai
pada
kajian
yaitu
tanda
hanya
dan
penelitiannya.
bagaimana
paradigma
berdasarkan tanda dan teks tersebut.
mendefinisikan
ilmu
dibangun
komunikasi sebagai suatu proses yang
Kode-kode
secara
struktur
tersebut akan dijelaskan secara deskriptif
sebenarnya dibalik ilusi yang ditampakan
berdasarkan interpretasi atau penafsiran
di
dari tanda-tanda dan teks dalam film.
kritis
dunia
mengungkap materi
membentuk
dengan
kesadaran
tujuan
sosial
yang
yang
Serta
paradigma kritis. Paradigma kritis adalah yang
makna
teks
mengandung
makna
agar
Semiotika merupakan suatu ilmu
merubah kondisi kehidupan manusia.
yang mempelajari perilaku berdasarkan
(mengungkap suatu ideologi apa yang
tanda-tanda dan bagaimana cara tanda
tersembunyi
dalam
tersebut
Pendekatan
yang
produk
tertentu).
digunakan
dalam
bekerja.
menggunakan
Penelitian
semiotika
ini
pemikiran
penelitian kali ini adalah pendekatan
Barthes. Ada pun inti pemikiran Barthes
strukturalis. Menurut Budiman (2011:9),
adalah gagasan tentang dua tatanan
Pendekatan
pertandaan ( order of significations) yakni
perhatian digunakan
strukturalis terhadap untuk
Strukturalisme pendekatan
memberikan
kode-kode menyusun
yang makna.
merupakan yang
secara
denotasi dan konotasi..
suatu
Tatanan denotasi menggambarkan relasi
antara
penanda
dan
petanda
khusus
didalam tanda, dan antara tanda dengan
memperhatikan struktur karya sastra atau
referennya dalam realitas eksternal. Ada
seni. Fenomena kesastraan dan estetik
pun konotasi dipakai untuk menjelaskan
didekati sebagai sistem tanda-tanda
salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam 23
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
tatanan
pertandaan
menggambarkan
kedua.
Konotasi
jelas.
Denotasi
merupakan
yang
reproduksi mekanis diatas film yang
bertemu
ditangkap kamera. Konotasi adalah bagian
dengan perasaan atau emosi penggunanya
manusiawi dari proses ini mencakup
dan
Barthes
seleksi atas apa yang masuk dalam bingkai
menegaskan bahwa setidaknya pada foto,
(Frame), fokus, rana, sudut pandang
perbedaan antara konotasi dan denotasi
kamera, mutu film (Fiske, 2011:118-119)
berlangsung
interaksi
menjadi
tatkala
nilai-nilai
tanda
kulturalnya.
Tatanan Pertama
Realitas
Tatanan Kedua
Tanda
Kultur Bentuk Penanda ---------Petanda
Denotasi
Konotasi
Isi Mitos
Gambar 1. Dua Tatanan Pertandaan Barthes (dalam Fiske, 2011: 122)
Barthes sebagai
cara
memasukkan kedua
dari
tiga
mitos cara
Konotasi dan mitos merupakan cara pokok
tanda-tanda
berfungsi
dalam
mengenai bekerjanya tanda pada tatanan
tatanan kedua pertandaan, yakni tatanan
kedua. Mitos merupakan cara berpikir
tempat berlangsungnya interaksi antara
terhadap sesuatu dari suatu kebudayaan
tanda dan pengguna/budayanya yang
tertentu. Mitos adalah suatu cara untuk
sangat aktif ( Fiske, 2011: 122-126).
mengkonseptualisasikan atau memahami
Bahasa membutuhkan kondisi tertentu
sesuatu. Cara kerja pokok mitos adalah
untuk menjadi mitos yang secara semiotis
menaturalisasikan
Ini
dicirikan dengan hadirnya sebuah tatanan
menunjukkan kenyataan bahwa mitos
signifikasi yang disebut sistem semiologis
sebenarnya
tingkat
sejarah.
merupakan
produk
kelas
kedua.
sosial yang mencapai dominasi melalui
berhubungan
sejarah tertentu: maknanya, peredaran
sehingga
mitos tersebut mesti dengan membawa
Selanjutnya, tanda pada tatanan pertama
sejarahnya. Namun operasinya sebagai
ini akan berubah menjadi penanda yang
mitos mencoba menyangkal hal tersebut
akan behubungan pada tatanan kedua.
dan menunjukan maknanya sebagai alami
Pada tatanan signifikasi kedua inilah
dan bukan bersifat historis atau sosial.
mitos terbentuk. Menurut Barthes, aspek
24
dengan
Penanda-penanda petanda-petanda
menghasilkan
tanda
baru.
Dira Elita, Mempertanyakan Stereotip Kecantikan Mempertanyakan Stereotip Kecantikan (Analisis Semiotika tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012))
material mitos, yakni penanda-penanda
sementara
petanda-petandanya
pada sistem tatanan kedua diebut retorik
dinamakan
fragmen
atau konotator-konotator, yang tersusun
dikutip Budiman, 2011: 38)
ideologi
dapat (seperti
dari tanda-tanda pada sistem pertama 1. Signifier
Language
2.Signified
3.Sign I.Signifier
Myth
II Signified III Sign
Gambar 2. Penanda Petanda (seperti dikutip dari Budiman, 2011: 39)
Setiap tuturan (speech) baik itu yang berupa
sesuatu
yang
tertulis
atau
Barthes
mengembangkan
sebuah
model relasi antara apa yang disebutnya
representasi, verbal atau visual dapat
sistem,
yaitu
menjadi mitos. Yang dapat berarti tidak
(kata,visual,gambar,benda) dan sintagma
hanya wacana tertulis saja. Namun baik
yaitu
itu fotografi, film, pertunjukkan, olahraga
berdasarkan aturan main tertentu. (Eco
maupun makanan dapat dibaca sebagai
dalam Pilliang, 2012: 303).
cara
perbendaharaan pengkombinasian
tanda tanda
mitos. Tanda
Denotasi
Konotasi (Kode)
Mitos
Gambar 3. hubungan Tanda, Denotasi, Konotasi, dan Mitos (dalam Pilliang, 2012: 305)
Hasil dan pembahasan
adaptasi
ini.
Film
ini
banyak
SWATH
menggunakan teknik visualisasi seperti
terdapat banyak sekali isu-isu kecantikan
medium shot, medium long shot, full shot,
yang
dan high angle. Dialog yang digunakan
Dalam
film
adaptasi
direpresentasikan dalam bentuk
scene. Yang terdiri dari kumpulan shot-
merepresentasikan
shot, dialog yang diucapkan, dan sikap
dalam bentuk kalimat seperti perintah,
dari tiap karakter yang ditunjukan untuk
pujian, dan sebagainya.
merepresentasikan kecantikan. Selain itu
simbol
kecantikan
Setiap tanda akan diidentifikasi oleh
pencahayaan, visualisasi, serta kostum
peneliti
berdasarkan
yang digunakan juga turut berperan dalam
kecantikan yaitu tubuh, kostum, dan sifat.
pembentukan isu kecantikan di film
Untuk
dikembangkan
tiga dalam
kategori tahap 25
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
denotasi. Selanjutnya, tahap tersebut akan
dilihat melalui tiga hal, yaitu tubuh,
diuraikan secara sistematis dan berlanjut
kostum,
pada tahap berikutnya yaitu konotasi dan
masing tema tersebut memiliki elemen-
mitos.
elemen masing-masing (Lihat Tabel)
Representasi
tentang
dan
sifat/karakter.
Masing-
kecantikan
dalam film adaptasi ini nantinya akan Tabel Representasi tentang Kecantikan dalam film SWATH dan Mirror-Mirror Tema A. Tubuh
• • • •
Elemen Wajah Tubuh Gadis Tua merupakan musibah Cantik itu menonjol / Unordinary
B. Kostum
• • •
Identitas dan memperkuat karakter Menunjukan keindahan Menonjolkan yang tertutup
C. Sifat/ Karakter
• • •
Iri Balas dendam Kekuatan / kelembutan
Kecantikan pada umumnya terlihat
Kecantikan tubuh
dari bentuk fisik yang indah dan menarik.
Bentuk kecantikan yang ditampilkan
Hal tersebut biasanya direpresentasikan
lewat tubuh seperti yang ditampilkan pada
dalam bentuk tubuh yang langsing, kulit
film SWATH scene 2. Pada scene itu,
yang mulus, dan wajah yang rupawan.
Ravenna
Semua unsur-unsur kecantikan tersebut
sebelumnya
terdapat pada tubuh muda. Dan untuk
penderitaannya ketika dicampakkan oleh
menonjolkan kecantikan-kecantikan yang
seorang raja pada masa lalunya. Dalam
terdapat pada tubuh muda tersebut,
scene
kostum menjadi sarana untuk menutupi
kemudaan pada perempuan merupakan
sekaligus menampakkan keindahan pada
hal yang sangat penting, karena jika
tubuh tersebut. Kostum selain berfungsi
perempuan tersebut beranjak tua maka
untuk menutupi anggota tubuh, juga
laki-laki
berguna untuk menunjukan ciri khas atau
meninggalkannya. Hal ini terlihat dari
identitas dari pemakai kostum ataupun
dialog yang diucapkan Ravenna, “When a
tokoh tersebut.
woman stay young and beautiful forever
membunuh
menceritakan
tersebut,
akan
the worlds is hers”.
26
Raja
terlihat
setelah
bagaimana
bagaimana
membuang
dan
Dira Elita, Mempertanyakan Stereotip Kecantikan Mempertanyakan Stereotip Kecantikan (Analisis Semiotika tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012))
Dialog tersebut makin menegaskan
di cermin ajaibnya. Dalam scene ini,
bahwa perempuan tidak boleh menjadi
representasi
tua, karena jika menjadi tua, semua yang
diperlihatkan
pernah dimilikinya semasa muda akan
dialog. pada visualisasi, tampak Ravenna
hilang.
sedang
Representasi
kecantikan
yang
kecantikan melalui
bercermin
ditunjukkan lewat dialog yang diucapkan
wajahnya
oleh Ravenna
berkeriput.
yang
tubuh
visualisasi
sambil mulai
Ukuran
dan
memegang
menua gambar
dan yang
Selain ditampilkan dalam Dialog,
digunakan close up sehingga nampak jelas
kecantikan tubuh juga terlihat pada scene
bagaimana keriput yang ada di wajah
3. Pada scene ini tidak terdapat dialog
Ravenna serta ekspresinya yang sedih.
seperti
pada
scene
sebelumnya.
Kemudian Finn datang sambil memeluk
Kecantikan lewat tubuh diperlihatkan
pundak ravenna
lewat
menampakkan
Dalam dialog tersebut, Finn berusaha
Snow White yang berada dalam penjara
menghibur ravenna. Namun pembicaraan
selama bertahun-tahun dengan tampang
tersebut dipotong oleh Ravenna yang
lusuh
begitu,
mengatakan bahwa dirinya tampak tua.
kecantikannya tetap terlihat dan tidak
Finn menyangkal dan berkata bahwa
memudar. Visualisasi yang menunjukkan
kakaknya tersebut hanya nampak lelah.
visualisasi
dan
kecantikan
yang
kotor.
Namun
White
Pencahayaan yang gelap dan sudut
ditunjukkan ketika Snow White melihat
pandang yang diambil lewat pantulan
sinar lewat jendela kecil di penjara. karena
bayangan
penjara yang terbuat dari batu sehingga
menguatkan bahwa perempuan dengan
pencahayaan menjadi agak gelap dan
keriput dan penuaan tidak dianggap
minim cahaya. Dengan menggunakan
cantik dan merupakan musibah dan
medium close up dan gerakan kamera
sumber kesedihan bagi perempuan. Hal
zoom
white
ini juga dianggap sebagai wujud buruk
sangat
rupa seorang perempuan. seperti yang
ditonjolkan. Ditambah pencahayaan yang
diungkapkan Wolf, persaingan perempuan
terang hanya di bagian wajah Snow White
telah
hingga dada menunjukkan makna bahwa
kecantikan.
Hal
walaupun dikurung selama bertahun-
perempuan
terbagi
tahun, kecantikan Snow White tetap
Perempuan yang termasuk dalam bagian
menonjol.
muda
in,
terutama
tubuh
sosok
tubuh
wajahnya
Kecantikan
Snow
serta menghiburnya.
Snow
terlihat
tubuh
lainnya
yang
terlihat dalam film SWATH adalah pada
di
cermin
menjadi
dan
ajaib
bagian
dari
ini
mitos
menyebabkan
satu
perawan
semakin
sama
adalah
lain. cantik.
Sedangkan penuaan pada wanita adalah tidak cantik.
scene 3, ketika Ravenna sedang bercermin 27
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Competition between women has been made part of the myth so that women will be divided from one another. Youth and (until recently) virginity have been “beautiful” in women since they stand for experiental and sexual ignorance. Aging in women is “Unbeautiful” since women grow more powerful with time, and since the links between generations of women must always be newly broken: older women fear young ones, young women fear old, and the beauty myth tuncates for all female life span. Most urgently, women’s identity must be premised upon our “beauty” that we will remain vulnerable to outside approval, carrying the vital sensitive organ of self-esteem exposed to the air (Wolf, 2002: 14)
Scene
tersebut
tersebut
terlihat
bagaimana mitos kecantikan yang ditulis oleh
Wolf
dalam
bukunya
direpresentasikan. Ravenna takut menjadi tua karena tua identik dengan jelek. Oleh karena
itu
dia
terobsesi
menggunakan
muda dalam film Snow White juga direpresentasikan tidak baik. Ravenna meski terlihat muda dan cantik, namun sebenarnya tua jika tidak menggunakan sihir. Dia membenci Snow White yang dan
cantik
tanpa
panah
api
sehingga
menyebabkan kereta kuda yang dinaiki pasukan istana terjatuh. Kecantikan yang ditunjukkan
lewat
kostum
tersebut
ditampilkan lewat visualisasi, tidak ada dialog yang mendukung kecantikan dalam scene ini. dalam scene tersebut, William mengenakan baju lengan panjang dari bahan kulit dilengkapi dengan rompi yang juga berfungsi untuk menyimpan senjata. William
menggunakan
baju
berlengan panjang dari bahan kulit dan rompi yang menutupi dadanya, serta ikat untuk
menyimpan
senjata
berupa pedang dan panah. Penggunaan baju berbahan kulit ini menimbulkan kesan macho, gagah, berani, dan kuat karena jaket kulit yang tahan kondisi dan cuaca apapun.
dengan
kemudaan. Hubungan antara si tua dan si
muda
William
yang menyerang pasukan istana dengan
pinggang scene
Dalam
menampilkan
perlu
menggunakan sihir untuk tetap cantik
Kesan ditimbulkan
kuat dari
dan
gagah jaket
yang kulit
direpresentasikan kedalam bentuk kostum William. Baju berbahan kulit yang dipakai William memiliki makna kuat, berani, dan gagah namun tetap bergaya. Penggunaan baju berbahan kulit ini pun berfungsi untuk menonjolkan karakter William yang pemberontak, kuat, dan berani. Selain itu
seperti dirinya.
juga membentuk tubuh Wiliam menjadi lebih besar dan tegap. Kostum Scene
Properti berupa panah dan pedang menampilkan
yang digunakan william untuk membantai
kecantikan melalui kostum pada film
prajuritnya adalah untuk menunjukkan
adaptasi SWATH terdapat pada scene 5.
kekuatan dan keperkasaan laki-laki. Laki-
28
yang
Dira Elita, Mempertanyakan Stereotip Kecantikan Mempertanyakan Stereotip Kecantikan (Analisis Semiotika tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012))
laki yang memegang senjata dianggap
sengaja
kuat dan perkasa karena pandai untuk
diadakan
melindungi diri dan melawan hal-hal yang
tersebut,
membahayakan
sinilah
mengenakan kostum yang unik. Namun,
representasi kecantikan lewat kostum
Snow White dan pangeran mengenakan
dibangun. Kostum menunjukkan simbol-
kostum yang berbeda dari para tamu yang
simbol makna yang berkaitan dengan
lain.
dirinya.
Di
identitas maupun karakteristik seseorang. Dalam
perfilman,
acara Ratu.
pesta dalam
semua
tamu
dansa pesta
yang dansa
undangan
Si cantik dalam hal ini adalah
film
pangeran dan Snow White yang terlihat
pandai
begitu menonjol diantara para tamu
menggunakan senjata merupakan hal
undangan. Penggambaran yang terlihat
yang dianggap cantik. Oleh karena itu
menonjol
dalam film-film action ataupun laga,
kostum saja, namun juga terlihat dari
tokoh laki-lakinya selalu berbadan besar,
properti yang digunakan, serta gesture
tegap dan piawai menggunakan senjata.
atau gerakan pangeran yang tetap ingin
Hollywood,
khususnya
di
tubuh
Selain
itu,
kekar,
pencahayaan
tersebut
tidak
hanya
dari
yang
berdansa dengan Snow White sehingga
digunakan ketika menyorot William seusai
semakin menonjolkan perbedaan antara si
bertanding adalah dengan menggunakan
cantik pada pesta dansa tersebut. Dalam
cahaya belakang atau backlight. Menyorot
pesta
obyek dengan cahaya belakang biasanya
tersebut, para tamu menggunakan kostum
dimaksudkan untuk menonjolkan bentuk
aneh bahkan tidak lazim, namun Snow
ataupun shape dari objek tersebut. Dalam
White dan pangeran tetap menggunakan
film ini mengambil shot dengan backlight
kostum
dimaksudkan
aksesoris
untuk
menampakkan
bentuk tubuh William yang besar, kuat dan gagah dibalut kostum kulit yang
dansa
yang
memakai
normal
seperti
dan
tambahan
biasa
kostum
tanpa
apapun
di
kostum maupun penampilannya. Representasi
kecantikan
dipakainya. Selain itu adanya kereta kuda
ditunjukkan
yang
kostum.ukuran gambar yang digunakan
terbakar
menjadi
dibelakangnya
penanda
merupakan
bahwa
laki-laki
turut William
yang
senang
bertarung dan jantan. Representasi kostum
juga
adalah
lewat
medium
long
visualisasi shot
untuk
menujukkan bagaimana penampilan dan kostum Snow White dan pangeran yang
kecantikan
ditunjukkan
pada
lewat film
terlihat
berbeda diantara para tamu
undangan yang lain.
adaptasi Mirror mirror yang terdapat pada scene 3. Pada scene tersebut, Snow White dan
pangeran
bertemu
secara
tidak 29
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Sifat
Inilah
yang
menyebabkan
Kecantikan lewat sifat terdapat pada
kecantikan berkaitan dengan sifat. Karena
film SWATH ditunjukkan pada scene 1.
dengan wajah yang sama-sama cantik dan
Kecantikan yang ditunjukkan lewat sifat
menarik, namun karakter atau sifat yang
melalui
lebih dulu dikenal di masyarakat akan
visualisasi. Scene ini menampilkan ketika
lebih familiar sehingga dengan mudah
Ravenna yang hendak dinikahi ayah Snow
menarik perhatian.
dalam
scene
ini
dtunjukkan
White berjalan menuju altar. Dengan
Representasi kecantikan melalui sifat
diiringi oleh pengawal disampingnya dan
yang menonjol dalam film Mirror mirror
Snow white di belakangnya, Ratu berjalan
terdapat pada scene 4. Dalam scene
dengan langkah tegap dan pandangan
tersebut,
lurus kedepan. Namun ketika menyadari
memberitahukan Ratu bahwa Snow White
bahwa dirinya bukan menjadi
pusat
telah dibunuh dihutan sesuai dengan
tadinya
permintaannya. Ratu merasa senang dan
perhatian,
senyum
mengembang
di
yang
wajahnya
memudar,
Brighton
tenang
karena
datang
telah
berhasil
berganti dengan ekspresi datar. Scene ini
menyingkirkan saingannya. Representasi
menggunakan ukuran gambar medium
kecantikan
close up, sehingga terlihat bagaimana
kekuasaan itu ditampilkan pada dialog
profil ravenna dari kepala hingga dada
dan visual. Dimana dalam dialog Ratu
serta ekspresi wajah Ravenna.
merasa sangat puas dan senang. Ratu juga
Pada scene ini, kecantikan dapat terlihat
dari
sifat
yang
dimilikinya.
yang
membunuh Snow White. Intonasi yang digunakan
sama
menggunakan
namun
akan
menjadi
berbeda jika sifat yang dimiliki sangat
melalui
selalu memuji Brighton atas usahanya
Walaupun memiliki wajah yang samacantik,
ditunjukkan
dalam
dialog
intonasi
tersebut
tinggi
yang
menunjukkan kebahagiaan dan kelegaan.
bertolak belakang. Dalam hal ini Snow
Dari scene yang ditampilkan, serta
White yang sudah lebih dikenal sebagai
dialog yang diucapkan terlihat bagaimana
gadis cantik yang baik hati akan lebih
sifat Ratu yang berusaha menyingkirkan
familiar oleh orang-orang disekitarnya
Snow White yang menjadi saingannya.
daripada Ravenna. Meski berwajah cantik,
Representasi
kecantikan
orang-orang tidak mengetahui bagaimana
lewat
yaitu
kekuatan
yang
sifat yang dimilikinya. Sehingga
disimbolkan
melalui
kekuasaan.
Jika
Snow
sifat
ditunjukkan
White lebih menarik perhatian daripada
perempuan mempunyai kekuasaan, maka
Ravenna.
akan dengan mudah melakukan hal apa saja,
30
termasuk
hal-hal
buruk
yang
Dira Elita, Mempertanyakan Stereotip Kecantikan Mempertanyakan Stereotip Kecantikan (Analisis Semiotika tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012))
berkebalikan
dengan citra
kecantikan
dalam dirinya bahkan tidak masuk akal. Kekuasaan dalam hal ini didapat
Terdapat
tiga
temuan
mitos
kecantikan pada kedua film adaptasi tersebut. Pertama, mitos kecantikan yang
dengan melakukan hal-hal yang tidak
ditampilkan
masuk akal atau yang tidak logis. Untuk
ditemukan pada kedua film adaptasi
memperoleh
tersebut. Kecantikan dilihat melalui tubuh
kekuasaan
tersebut,
melalui
baik
utama untuk mendapatkan kekuasaan
perempuan.
atau
Sehingga
tubuh yang dianggap cantik adalah tubuh
kecantikan dalam hal ini erat kaitannya
muda yang belum menunjukkan tanda-
dengan
tanda penuaan karena penuaan dianggap
tersebut.
kekuatan. Contohnya dapat
tubuh
banyak
kecantikan menjadi salah satu senjata kemenangan
pada
tubuh
Pada
laki-laki tubuh
maupun
perempuan,
sehari-hari,
buruk rupa. Sedangkan kecantikan pada
terutama pada tayangan media. Tidak
pria terlihat dari tubuh yang kekar, besar,
sedikit artis yang menggunakan cara yang
dan gagah. Oleh karena itu
tidak
meraih
Snow White and the Huntsman, karakter
popularitas. Cara yang tidak masuk akal
pemburu, dan pangeran William memiliki
disini diartikan dengan membuat sensasi,
tubuh yang besar, kuat dan pandai
atau
bertarung
dan
Walaupun
tidak
ditemui
pada
kehidupan
masuk
akal
berita
yang
masyarakat
untuk
menghebohkan
sehingga
menjadi
pada film
memegang ditunjukkan
senjata. secara
perbincangan tidak hanya di kalangan
eksplisit, namun kecantikan lewat tubuh
masyarakat, namun juga di media itu
tetap terlihat dan menonjol.
sendiri. Hal tersebut tentunya dapat berpengaruh
kepada
tawaran-tawaran
pekerjaan yang semakin meningkat.
Dalam kedua film adaptasi tersebut, tolak ukur kecantikan dari seorang wanita adalah seberapa muda wajah dan tubuh yang dimilikinya. Karena jika perempuan tersebut menjadi tua atau menunjukkan
Penutup Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, ditemukan adanya mitos-mitos kecantikan dalam film Snow White and the Huntsman dan Mirror mirror yang sangat dominan.
tanda-tanda
penuaan,
hal
tersebut
dianggap buruk rupa. Perempuan dengan tubuh
dan
wajah
muda,
serta
berpenampilan menarik selalu terlihat menonjol di lingkungannya.
Temuan tersebut terdapat dalam dialog,
Kedua, mitos tentang kecantikan
visualisasi, shot kamera yang digunakan
pun ditampilkan lewat kostum. Dalam hal
maupun
ini, kostum yang seharusnya berfungsi
digunakan.
teknik
pencahayaan
yang
sebagai penutup tubuh, digunakan untuk menonjolkan
tubuh.
Hal
ini
berarti 31
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
terdapat pergeseran makna kostum, yang
menjadi sama. Kecantikan atau keindahan
berfungsi untuk menampakkan identitas
adalah seperti apa yang ditunjukkan oleh
maupun ciri khas karakter melalui kostum
film. Karena efeknya yang begitu besar
yang
terutama terhadap pola pikir masyarakat
digunakannya.
karakter
yang
Identitas
ditampakkan
dan
tersebut
tersebut.
Pada
akhirnya
persepsi
disajikan dalam pilihan kostum yang
kecantikan pada setiap orang menjadi
menyimbolkan suatu sifat atau identitas
sama.
tertentu.
Mitos
Ketiga,
mitos
kecantikan
pun
kecantikan
tersebut
pada
akhirnya merujuk kepada salah satu
terdapat pula melalui sifat. Misalnya
ideologi
penanaman atas nilai-nilai dari generasi
didasari oleh adanya peraturan untuk
terdahulu yang tertanam hingga dewasa.
menjaga kestabilan yang telah ada. Sesuai
Hingga akhirnya menjadi kebiasaan dan
dengan mitos kecantikan. Setiap orang
menimbulkan penandaan tertentu. Dalam
selalu ingin mempertahankan kecantikan.
hal
Dalam hal ini, kestabilan disimbolkan
ini,
penanaman
kecantikan
dari
nilai-nilai
generasi
atas
perempuan
terdahulu akan melekat hingga dewasa sekaligus
menjadi
khususnya
pada
sumber
kekuatan
perempuan.
Mitos
kecantikan lainnya adalah kecantikan menjadi
alat
untuk
memperoleh
kekuasaan atau kemenangan. Kisah
dongeng merupakan cerita
yang diangkat dari kisah-kisah yang berkembang zamannya.
di
masyarakat
pada
Dan
diceritakan
turun
temurun dari generasi ke generasi dengan zaman, tahun dan kondisi sosial yang berbeda.
Sehingga
mitos-mitos
yang
berkembang pada saat itu juga berbeda. Begitupun halnya dengan mitos kecantikan,
yang
selalu
mengalami
perubahan seiring dengan berkembangnya zaman diikuti dengan kemajuan teknologi. Namun semenjak kemunculan media, khususnya film. Kecantikan pada akhirnya 32
konservatisme.
sebagai kecantikan.
Ideologi
ini
Dira Elita, Mempertanyakan Stereotip Kecantikan Mempertanyakan Stereotip Kecantikan (Analisis Semiotika tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012))
Daftar Pustaka
Barthes, Roland. 2011. Mitologi Roland
Hall, Stuart. 1997. “Representation” dalam
Barthes, (Terj.Nurhadi, A. Sihabul
Representation:
Millah). Bantul: Kreasi Wacana.
Representations
Benshoff, M. Harry., Sean Griffin.2009. America on Film: Representing Race, Class,Gender, and Sexuality
Cultural and
Practices. Stuart Hall (Ed). London: SAGE Publications Ltd. Kuper Adam, Jessica Kuper. 2003. The
at The Movies. United Kingdom: A
Social
John Wiley & Sons, Ltd.
London: Routledge.
Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual: Konsep,
Isu,
dan
Problem
Ikonisitas. Yogyakarta: Jalasutra. Danesi,
Marcel.
2010.
Pengantar
Signifying
Science
Encyclopedia.
Sturken, Marita and Lisa Cartwright. 2009. Practices of Looking: An Introduction to Visual Culture. New York: Oxford University Press, Inc.
memahami Semiotika Media, Terj.
Pilliang, Yasraf Amir. 2009. Posrealitas:
A. Gunawan Admiranto. Yogyakarta:
Realitas Kebudayaan dalam Era
Jalasutra.
Posmetafisika.Yogyakarta:
Fiske,
John.
Communication pengantar
Cultural
2011.
Studies:
Paling
and
Jalasutra.
Sebuah
Pilliang, Yasraf Amir. 2012. Semiotika dan
Komprehensif
Hipersemiotika: Gaya, Kode, dan
(Terj. Drs. Yosal Iriantara, MS dan
Matinya
Idi Subandy Ibrahim). Yogyakarta:
MATAHARI.
Jalasutra.
Makna.
Bandung:
Wolf, Naomi. 2002. The Beauty Myth: How Images of Beauty Are Used Against Women. New York: Harper Collins e-book.
33
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
34