Diplomasi TABLOID
No. 87 TAHUN VIII
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
15 April - 14 Mei 2015
Media Komunikasi dan Interaksi
No. 87 Tahun VIII
Tgl. 15 april - 14 mei 2015
www.tabloiddiplomasi.org Email:
[email protected] tidak untuk diperjualbelikan
Konferensi Asia Afrika Sebagai Tonggak Sejarah
Presiden Joko widodo : Asian African Conference Commemoration Indonesia 2015
KAA melawan ketidakadilan global Presiden Robert Mugabe :
Tanpa KAA Kemerdekaan Adalah Mimpi
Daftar Isi
Diplomasi
15 April - 14 Mei 2015 TABLOID
No. 87 TAHUN VIII
Media Komunikasi dan Interaksi
fokus utama 4 Seputar KAA 2015 6 Konferensi Asia Afrika Sebagai Tonggak Sejarah 7 KAA Melawan Ketidakadilan Global fokus 8 9
Asian African Ministerial Meeting (AAMM) Fokus Pada Kerja sama Konkrit KAA Memberi Sumbangan Bagi Upaya-Upaya Global Menjaga Stabilitas Dan
Perdamaian
10 11
Presiden Robert Mugabe : Tanpa KAA Kemerdekaan Adalah Mimpi asia africa smart city summit
sorot 12 Melawan Kolonialisme Politik Dan Ekonomi 13 KAA 2015 Forum Terbesar Antar Pemerintah di Luar PBB 14 Rangkaian Acara Peringatan KAA ke-60 15 peringatan KAA ke-60 Jadi Ajang Promosi Wisata 16 Napak Tilas Konferensi Asia Afrika 16 Monumen Solidaritas Asia Afrika 17 Pesan Bandung dan Kerja sama Kemitraan Strategis 17 Memorial Konferensi Asia Afrika 18 Mendorong Realisasi Peningkatan Kerja sama Ekonomi Asia – Afrika 18 Dewan Bisnis Asia Afrika 19 Target Volume Perdagangan Indonesia Ke Afrika 19 ASIAn AFRIcAn CENTRe lensa 20 21 22 23
Rekor Dunia 20 Ribu Orang mainkan Angklung Sekilas kaa Jelang Peringatan kaa ke-60 kemlu gelar public lecture Konferensi Mahasiswa Asia Afrika
surat pembaca Pada bulan Maret 2015 yang lalu, Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Jepang dan Tiongkok. Indonesia ingin mengembangkan infrastruktur pembangkit tenaga listrik, pembangunan pelabuhan, konstruksi jalan, pembangunan kawasan industri dan kereta api dengan Jepang. Untuk itu Presiden memberikan jaminan keamanan dan kelancaranan usaha kepada para investor Jepang yang ingin merambah pasar Indonesia.
Walaupun komitmen investasi tersebut tidak memenuhi harapan yang diinginkan, namun komitmen investasi itu cukup penting karena Indonesia tengah fokus pada pembangunan infrastruktur dalam lima tahun mendatang. Kondisi ini dikarenakan anggaran pemerintah baik APBN maupun APBD hanya mampu menyumbang sekitar 22% dari total kebutuhan biaya pembangunan infrastruktur di Indonesia yang diperkirakan senilai US$460 miliar.
Dengan Tiongkok, Presiden berharap untuk mewujudkan perdagangan bilateral yang semakin kuat yaitu dengan nilai sebesar US$150 miliar pada 2020 dan peningkatan kunjungan wisatawan hingga 10 juta orang tahun 2016.
Terkait hasil capaian tersebut, maka masih cukup banyak investasi yang dibutuhkan, dan ini merupakan suatu tantangan bagi para diplomat kita untuk mencapai target yang ditetapkan. Sudah saatnya sekarang bagi para diplomat Indonesia untuk menunjukkan kinerja mereka, yaitu menarik investasi sebagaimana yang diharapkan disamping menjalin hubungan yang baik dengan negara sahabat. Bravo diplomat Indonesia.[]
Presiden berhasil mendapatkan komitmen investasi dari Tiongkok sebesar US$73,46 miliar, namun yang masuk ke sektor infrastruktur hanya US$24,9 miliar atau sekitar 33,9%, itupun hanya dari Tiongkok.
Bimo Raka Mukti, Mahasiswa UNS Solo
catatan redaksi No. 87 TAHUN VIII
Para pembaca yang terhormat, pada edisi kali ini, Tabloid Diplomasi tampil agak berbeda dari biasanya. Pada edisi ini, Tabloid Diplomasi secara khusus menampilkan topik mengenai perhelatan akbar Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60. Hampir seluruh substansi tulisan pada edisi ini mengupas mengenai perhelatan tersebut. Rangkaian acara Pelaksanaan KTT Asia afrika di Jakarta dan Peringatan KAA ke-60 di Bandung dinilai berhasil dan sangat membanggakan. KTT tersebut selain dihadiri oleh 91 negara Asia Afrika, 15 negara peninjau, dan 10 organisasi internasional, juga dihadiri oleh 21 Kepala Negara/ Kepala Pemerintahan dari negaranegara Asia Afrika, termasuk Indonesia. Perhelatan KAA 2015 yang diawali dengan Pertemuan para Pejabat Tinggi dan Pertemuan Tingkat Menteri ini menghasilkan tiga Dokumen penting, yaitu: Pesan Bandung 2015; Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika; dan Deklarasi mengenai Palestina. KTT telah mengirimkan pesan kepada dunia bahwa kon-
15 April - 14 Mei 2015
disi kehidupan dunia masih tidak seimbang, jauh dari keadilan dan jauh dari kedamaian. Oleh karena itu, Bandung Spirit dinilai masih sangat relevan dengan konteks kekinian. Hal lainnya yang juga sangat menggembirakan adalah ditetapkannya tanggal 24 April sebagai Hari Asia Afrika, kota Bandung sebagai Ibukota Solidaritas Asia Afrika dan berdirinya Asian African Centre. Rangkaian side event yang diselenggarakan pada pelaksanaan Peringatan KAA ke-60 ini juga sukses. Asia Africa Business Summit (AABS) sepakat untuk mendirikan Asia-Africa Business Council (AABC) yang berkedudukan di Jakarta, dan dibentuknya Asian African Infrastructure Investment Bank (AIIB) yaitu sebuah bank khusus untuk pendanaan pembangunan infrastruktur di Asia Afrika. Berikutnya ada pertemuan antara Parlemen Asia Afrika, yang merupakan pertemuan yang baru pertama kalinya diselenggarakan, pertemuan bilateral antara RI dengan 15 negara Asia Afrika, dan pertemuan dengan negaranegara anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) yang mengha-
rapkan Indonesia untuk memainkan peran penting dalam mengatasi masalah-masalah dunia Islam. Disamping itu juga ada berbagai pertemuan lainnya yang hasilnya juga sangat positif bagi bangsa Asia Afrika dan khususnya bagi Indonesia. Acara puncak Peringatan KAA ke-60 di Bandung adalah berupa Historical Walk, dimana berbagai kegiatan side event juga diselenggarakan dengan meriah dalam menyambut peringatan ini, diantaranya Karnaval Asia Afrika, Maha Culture Festival Road to Asian African Carnival, Asian African Solidarity Walk, Solidarity Day: Tribute to Soekarno & Mandela, Asian African Meet & Greet, Pameran foto KAA 1955, Parade Asia Afrika, penampilan “Angklung for the world”, serta Festival of Nations: Asian and African Cultural Performances. Melengkapi sajian tulisan tersebut, pada edisi ini kami juga menampilkan tentang memori pelaksanaan KAA pertama pada 1955 berikut sejarah Gedung Merdeka yang menjadi tempat pelaksanaannya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Salam Diplomasi.
PENANGGUNG JAWAB Duta Besar R. A. Esti Andayani (Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik) Al Busyra Basnur (Direktur Diplomasi Publik) REDAKTUR Aris Triyono PENYUNTING/EDITOR Johanes Subagia Made Josep Sitepu Eni Hartati Agus Badrul Jamal Adik Panitro Pinkan O Tulung Widya Airlangga Cherly Natalia Palijama Khariri Cahyono DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAPHY Mulyanto Sastrowiranu Anggita Gumilar Jessica Clara Shinta Tsabit Latief SEKRETARIAT Orchida Sekarratri Tubagus Riefhan Iqbal Ledynce Iskandar Syahputra Suradi Suparno Iriana AS Kurnia Sari Rosidi Heri Gunawan Alamat Redaksi Direktorat Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri RI, Lt. 12 Jl. Taman Pejambon No.6, Jakarta Pusat Telp. 021- 68663162,3863708, Fax : 021- 29095331, 385 8035 Tabloid Diplomasi edisi bahasa Indonesia dan Inggris dapat didownload di : http://www.tabloiddiplomasi.org Email :
[email protected] Diterbitkan oleh Direktorat Diplomasi Publik, Direktorat Jenderal IDP Kementerian Luar Negeri R.I.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 sudah di depan mata, hanya tinggal menghitung bulan. Namun sejauh ini sosialisasi hal tersebut kepada masyarakat tampaknya tidak ada gregetnya sama sekali. Masyarakat kita masih buta dengan apa yang akan terjadi nanti setelah diberlakukannya MEA 2015. Apa yang akan terjadi dengan dunia usaha, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan diberlakukannya MEA 2015 masih belum secara jelas disosialisasikan kepada masyarakat. Terlebih bagaimana posisi dan keadaan di masing-
masing negara ASEAN dibandingkan dengan posisi kita. Melalui surat ini saya menghimbau agar Tabloid Diplomasi menampilkan bagaimana kesiapan masing-msing negara ASEAN dalam menghadapi MEA 2015. Sehingga dengan demikian masyarakat kita tahu persis bagaimana posisi kita dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, dan kita juga tahu apa yang harus kita lakukan agar Indonesia benar-benar menjadi leader di ASEAN.[]
Dzakia S. Ramadhani
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber. Wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:
[email protected]
4
FOKUS UTAMA
No. 87 TAHUN VIII
15 April - 14 Mei 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Seputar KAA 2015
Kesepakatan lainnya yang dihasilkan adalah pentingnya penguatan kerja sama Selatan-Selatan melalui inisiatif dan program pengembangan kapasitas dan kerja sama teknis. Terkait hal ini, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa negara-negara di sekitar ekuator mempunyai peran sentral dalam penguatan kerja sama Selatan-Selatan ini.
Presiden Joko Widodo menilai bahwa pelaksanaan KTT Asia afrika di Jakarta pada 22-23 April 2015, sangat membanggakan. KTT dihadiri 91 negara Asia afrika, 15 negara peninjau, dan 10 organisasi internasional. 21 kepala Negara/Kepala Pemerintahan dari negara-negara Asia afrika hadir, termasuk Indonesia.
P
elaksanaan KTT Asia afrika 2015 ini didahului dengan Pertemuan para Pejabat Tinggi pada 19 April 2015, dan Pertemuan Tingkat Menteri pada 20 April 2015.
KTT telah menghasilkan 3 Dokumen penting, yaitu: Pesan Bandung 2015; Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika; dan Deklarasi mengenai Palestina. KTT telah mengirimkan pesan kepada dunia bahwa kondisi kehidupan dunia masih tidak seimbang, jauh dari keadilan dan jauh dari kedamaian. Oleh karena itu, Bandung Spirit masih sangat relevan dengan konteks kekinian. KTT telah berhasil menyusun langkah nyata untuk menindaklanjuti kerja sama secara konkrit, sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (New Asian African Strategic Partnership/NAASP). Selain itu, KTT juga berhasil menyusun Kerangka Operasional untuk mekanisme pemantauan, dimana para Menteri Luar Negeri negara-negara Asia dan Afrika diminta untuk melakukan pertemuan dua tahun sekali di sela-sela Sidang Umum PBB di New York.
”...hal yang juga sangat menggembirakan adalah bahwa KTT sepakat untuk menetapkan tanggal 24 April sebagai Hari Asia Afrika, menetapkan Bandung sebagai Ibukota Solidaritas Asia Afrika dan mendukung berdirinya Asian African Centre...”
Khususnya terhadap Palestina, dimana selain diadopsinya Deklarasi Khusus mengenai Palestina, dukungan peserta konferensi bagi kemerdekaan Palestina juga sangat kuat. Negara-negara peserta konferensi siap untuk membantu pengembangan kapasitas SDM dan kelembagaan bagi Palestina. Menurut Presiden Joko Widodo, hal yang juga sangat menggembirakan adalah bahwa KTT sepakat untuk menetapkan tanggal 24 April sebagai Hari Asia Afrika, menetapkan Bandung sebagai Ibukota Solidaritas Asia Afrika dan mendukung berdirinya Asian African Centre. Selain menyelenggarakan konferensi, KTT Asia Afrika 2015 juga dirangkaikan dengan beberapa kegiatan penting seperti Asia Africa Business Summit (AABS) yang bertujuan untuk mendekatkan kalangan swasta kedua kawasan. Pertemuan ini dihadiri oleh lebih dari 600 pebisnis dan memutuskan untuk mendirikan Asia-Africa Business Council (AABC) yang berkedudukan di Jakarta. Di saat yang sama, Indonesia juga menyelenggarakan peretemuan antar Parlemen Asia Afrika. Pertemuan yang baru pertama kalinya diadakan ini dihadiri oleh 200 peserta dari 31 negara. Selama berlangsungnya KTT, juga digelar acara Pameran mengenai pengembangan kapasitas SDM yang telah dilakukan Indonesia, dimana sejauh ini Indonesia telah memberikan pelatihan kepada ribuan orang dari 99 negara Disamping itu, disela-sela penyelenggaraan KTT,
Diplomasi No. 87 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 April - 14 Mei 2015
Presiden Joko Widodo juga telah melakukan 15 pertemuan bilateral dengan para Pemimpin dari Tiongkok, Jepang, Palestina, Kamboja, Thailand, Iran, Swaziland, Bangladesh, Madagaskar, Mesir, Vietnam, Nepal, Zimbabwe, DPR Korea, dan Timor Leste. Secara umum, dalam setiap pertemuan bilateral tersebut dibahas kerja sama yang sifatnya konkrit. Misalnya dengan Tiongkok, disepakati target perdagangan USD 150 milyar, dan ditandatanganinya kerja sama antara BUMN Indonesia dengan National Development and Reform Commission of the People’s Republic of Tiongkok mengenai Jakarta Bandung High Speed Rail. Kemudian dengan Jepang, disepakati pembentukan Maritime Forum untuk menindaklanjuti kerja sama di bidang maritim dan kerja sama investasi yang berorientasi ekspor. Selain itu, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga memimpin pertemuan informal dengan negara-negara anggota OKI (Organisasi Kerja sama Islam), dimana dalam pertemuan ini Indonesia menyerukan persaudaraan dan perdamaian. Ada dua hal yang disepakati dalam pertemuan tersebut. Pertama, menyelesaikan tiga tantangan utama umat Islam saat ini, yaitu Palestina, terorisme, serta
FOKUS UTAMA 5
konflik internal dan eksternal. Kedua, membentuk Task Force/Contact Group untuk membangun kerangka kerja komunikasi penyelesaian masalah.
”Dalam kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo menyerukan semua pihak untuk menjaga perdamaian dan melakukan gencatan senjata bagi para pihak yang sedang bersengketa. Seruan ini melengkapi kesepakatankesepakatan yang telah dirumuskan dalam KAA 2015.”
Negara-negara OKI juga menyampaikan harapan besar kepada Indonesia untuk memainkan peran penting dalam mengatasi masalah-masalah dunia Islam. Selanjutnya, pada tanggal 24 April 2015, seluruh delegasi peserta KAA bertolak ke Bandung untuk menghadiri acara Peringatan Enam Puluh tahun Konperensi Asia Afrika. Di acara ini, faktor hubungan antar masyarakat, hubungan antar pelaku bisnis dan upaya kerja sama budaya tampak lebih terlihat. Dalam kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo menyerukan semua pihak untuk menjaga perdamaian dan melakukan gencatan senjata bagi para pihak yang sedang bersengketa. Seruan ini melengkapi kesepakatan-kesepakatan yang telah dirumuskan dalam KAA 2015. Selanjutnya Presiden Joko Widodo menyampaikan ucapan terima kasih kepada negara-negara Asia Afrika yang telah berpartipasi, dan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta dan Bandung yang telah ikut mendukung kesuksesan penyelenggaraan KAA 2015.[]
6
FOKUS UTAMA
No. 87 TAHUN VIII
15 April - 14 Mei 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Konferensi Asia Afrika Sebagai Tonggak Sejarah
Sebagian besar permasalahan tersebut disebabkan oleh dua blok yang memiliki kepentingan yang berbeda dan bertentangan ideologi. Kedua blok tersebut adalah Blok Barat dan Blok Timur. Masing-masing blok berusaha memperoleh dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika, dan upaya ini dikenal dengan istilah “Perang Dingin”. Situasi dunia, khususnya di benua Asia dan Afrika juga dipengaruhi oleh berbagai bentuk kolonialisme. Selain itu, beberapa negara Asia dan Afrika mengalami konflik yang muncul sebagai akibat dari kolonialisme dan politik divide et impera. Pada saat itu, PBB tidak mampu menangani permasalahan tersebut. Hal-hal inilah yang menjadi alasan utama bagi pemerintah Burma (Myanmar), India, Indonesia, Pakistan, dan Sailan (Sri Lanka) untuk menyelenggarakan KAA. Kelima negara ini mengajak negara-negara lain di Asia, Afrika, dan Timur Tengah untuk menciptakan etos baru hubungan antara bangsa-bangsa, yang disebut “Bandung Spirit”. Para pemimpin di KAA juga mendeklarasikan “Dasasila Bandung” yang mencerminkan komitmen bangsa-bangsa untuk mempraktekkan toleransi dan kedamaian hidup satu sama lain sebagai tetangga yang baik. Lima puluh tahun setelah KAA, Indonesia berhasil menjadi tuan rumah Peringatan 50 tahun Konferensi Asia afrika. Bandung Spirit kembali dihidupkan dan berbagai rencana disusun untuk menjalin kerja sama antara dua benua. Seluruh peserta yang berkumpul pada 2224 April 2005 di Jakarta dan Bandung meyakini bahwa Bandung Spirit senantiasa menjadi dasar yang kokoh untuk memelihara hubungan yang lebih baik di antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta untuk menyelesaikan isu-isu global. Peringatan KAA tersebut mengarah pada penciptaan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP). Deklarasi NAASP yang berfungsi sebagai cetak biru bagi kolaborasi kedua benua dalam memerangi kemiskinan dan keterbelakangan yang dianggap sebagai masalah utama di Asia
dan Afrika, secara resmi ditandatangani oleh Indonesia dan Afrika Selatan - sebagai tuan rumah bersama KTT.
Afrika, 16 negara pengamat dan 25 organisasi internasional diundang untuk berpartisipasi dalam acara penting ini.
Kesepakatan ini ditujukan untuk memperkuat multilateralisme, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan perdamaian dan keamanan global, dan mengupayakan jalur pertumbuhan berkelanjutan antara kedua kawasan. Selain itu, para pemimpin yang hadir juga mengesahkan dokumen capaian mengenai pengentasan kemiskinan, terorisme, senjata pemusnah massal, dan pengembangan sistem peringatan dini tsunami.
Forum ini bertujuan untuk menjembatani negara-negara Asia dan Afrika dalam mengejar kemitraan yang lebih kuat dan sarana berbagi pengalaman dalam meningkatkan pembangunan ekonomi kedua kawasan. Forum ini juga menjadi kesempatan untuk membahas solusi dan cara mengatasi tantangan bersama melalui penguatan kerja sama Selatan-Selatan.
Dalam Peringatan ke-60 KAA dan Peringatan ke-10 NAASP, Indonesia menjadi tuan rumah serangkaian acara tingkat tinggi dengan tema “Penguatan Kerja sama Selatan-Selatan dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan dan Perdamaian Dunia” di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April 2015. Sebanyak 109 negara Asia dan
Rangkaian pertemuan ini diawali dengan SOM (Senior Official Meeting) pada 19 April 2015, dilanjutkan dengan Ministerial Meeting pada 20 April dan Leaders Meeting pada 22-23 April 2015. Selain itu, sebagai acara pendamping, juga ada Asia-Africa Business Summit pada 21-22 April di Jakarta. Sementara itu, Puncak Peringatan KAA ke-60 diselenggarakan di Bandung pada 24 April 2015.[]
Investasi Antar Negara Asia afrika 35 Persen Dari Total Investasi Global Karena itu, manfaatkanlah perhelatan ini, jadikan acara ini sebagai momentum yang baik untuk memperkuat kerja sama ekonomi di bidang investasi antara negara Asia afrika. sindonews.net
K
onferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 merupakan tonggak penting dalam sejarah bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Para delegasi yang berasal dari 29 negara peserta konferensi berkumpul di Bandung, Indonesia untuk membahas perdamaian, keamanan, dan pembangunan ekonomi di tengah-tengah berbagai masalah yang muncul di berbagai belahan dunia.
Franky Sibarani Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Peringatan Enam Puluh tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dapat kita maksimalkan untuk meningkatkan investasi di antara negaranegara Asia afrika. Berdasarkan data Financial Times, total investasi langsung antar negara Asia afrika pada periode 2010-2014 hanya mencapai 35 persen dari total arus investasi global. Padahal dengan potensi besar yang dimiliki, seharusnya negara-negara Asia afrika dapat saling mengeksplorasi peluang yang ada dan menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan.
Menurut data BKPM, investasi negara-negara Asia afrika selama tahun 2010-2014 mencapai 58,58 miliar dolar AS yang terdiri atas 55,56 miliar dolar AS investasi negara-negara Asia dan 3,01 miliar dolar AS investasi negaranegara Afrika. Sektor utama investasi negara Afrika mencakup industri makanan, perkebunan, pariwisata, konstruksi. Sedangkan sektor utama investasi negara Asia mencakup transportasi dan telekomunikasi, industri makanan, pertanian dan perkebunan, serta industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik. Pulau Jawa masih menjadi pilihan utama lokasi investasi dari negara-negara tersebut. Pemerintah Indonesia terus mendorong investasi di sektor tersebut hingga kontribusinya mencapai 55,5 persen pada tahun 2019, dari 43 persen pada 2014. Wilayah di luar Pulau Jawa juga akan lebih dipromosikan. Mulai tahun 2017, BKPM menargetkan total nilai realisasi investasi di luar Pulau Jawa lebih tinggi daripada di Pulau Jawa.[]
Diplomasi No. 87 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 April - 14 Mei 2015
FOKUS UTAMA 7
KAA Melawan
Ketidakadilan Global Presiden Jokowi Enam Puluh tahun lalu, bapak bangsa kami, Presiden Soekarno, mencetuskan gagasan Konferensi Asia Afrika demi membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa Asia Afrika mendapatkan hak hidup yang menentang ketidakadilan, menentang imperialisme. Enam Puluh tahun lalu solidaritas kita perjuangkan untuk memberi keadilan bagi rakyat kita. Itulah semangat gelora KAA 1955. Itulah esensi dari semangat Dasa Sila Bandung Kini Enam Puluh tahun kemudian kita bertemu kembali di negeri ini di Indonesia dengan suasana berbeda, bangsa-bangsa telah merdeka namun perjuangan kita belum selesai. Dunia yang kita warisi ini masih sarat dengan ketidakadilan dan kesenjangan. Cita-cita bersama mengenai tatanan dunia baru yang berdasarkan keadilan, kesetaraan masih jauh. Ketidakseimbangan global masih terpampang. Ketika negara kaya yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia, mengkonsumsi sekitar 70 persen sumber daya dunia, maka ketidakseimbangan global tidak dapat dihindari. Ketika banyak orang di belahan dunia sebelah utara (negara maju) menikmati hidup mewah, sementara 1,2 miliar negara di wilayah selatan (negara berkembang) hidup dalam kemiskinan dengan penghasilan kurang dari 2 dolar per hari, maka ketidakadilan global menjadi jelas. Di saat sekelompok negara kaya mengatakan bisa mengubah dunia dengan niatnya sendiri, maka ketidakseimbangan global telah menghancurkan kita semua, sementara makin kuat terlihat bahwa PBB tidak bisa melakukan apa-apa. Aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB, telah memperlihatkan bahwa mengabaikan keberadaan organisasi internasional itu. Untuk itu kita sebagai negara Asia Afrika, mendesak dilakukannya reformasi PBB agar berfungsi sebagai organisasi dunia yang mendorong keadilan bagi sesemua bangsa. Bagi saya ketidakseimbangan global semakin menyesakkan dada. Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina. Kita tidak boleh berpaling dari penderitan rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka. Ketidakadilan global juga tampak jelas ketika sekelompok negara menolak perubahan realitas yang ada. Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesai-
kan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang dan perlu dibuang. Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan pada tiga lembaga keuangan itu. Kita mendesak reformasi arsitektur keuangan global. Saat ini butuh pimpinan global yang kolektif dan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di muka bumi dan Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga di dunia siap memainkan peran global. Indonesia siap bekerja sama dengan berbagai pihak mewujudkan cita-cita itu. Hari ini dan hari esok kita hadir di Jakarta menjawab ketidakadilan dan ketidakseimbangan itu. Hari ini dan hari esok dunia menanti langkahlangkah kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita. Pertama kesejahteraan, kita harus mempererat kerja sama menghapuskan kemiskinan, mengembang-
ankan kesehatan dan memperluas lapangan kerja. Kedua, solidaritas, kita harus tumbuh dan maju bersama dengan membangun kerja sama ekonomi, membantu menghubungkan konektivitas. Ketiga, stabilitas internal dan eksternal kepada hak-hak asasi manusia. Kita harus bertanya apa yang salah dengan kita. Kita harus bekerja sama atasi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS. Kita harus nyatakan perang terhadap narkoba yang menghancurkan masa depan anak-anak kita. Kita menuntut sengketa antar negara tidak diselesaikan dengan penggunaan kekuatan dan kita rumuskan cara penyelesaiannya dalam sidang KAA ini. Melalui forum ini saya ingin sampaikan keyakinan saya bahwa masa depan dunia ada di sekitar equator, di tangan kita bangsa Asia Afrika yang ada di dua benua. (Disunting dari Pidato Presiden RI Pada Pembukaan Peringatan KAA ke-60)
8
FOKUS
No. 87 TAHUN VIII
15 April - 14 Mei 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Asian African Ministerial Meeting (AAMM) Fokus Pada Kerja sama Konkrit
A
sian African Ministerial Meeting (AAMM) dihadiri oleh 2 Wakil Perdana Menteri, 34 Menteri, 15 Wakil Menteri, dan 39 Kepala Delegasi dari negara-negara Asia dan Afrika.
Para Menteri telah menerima laporan pelaksanaan Senior Officials Meeting (SOM) pada 19 April 2015 dan melakukan pertukaran pandangan mengenai New Asian African Strategic Partnership (NAASP) yang berfokus pada upaya membawa kerja sama konkrit ke depan. Beberapa poin utama yang muncul selama diskusi antara lain: Para Menteri menekankan bahwa Prinsipprinsip Bandung pada “Dasa Sila Bandung” tetap relevan dalam menghadapi tantangan saat ini dan telah menjadi inspirasi bagi negara-negara Asia dan Afrika untuk memperkuat kerja sama Selatan-Selatan dalam upaya kita untuk mencapai perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran; menyerukan solidaritas Asia afrika. Kami menegaskan dukungan untuk Palestina yang independen dan bekomitmen untuk memberikan peningkatan kapasitas bagi Palestina. Para Menteri berbagi pandangan tentang pentingnya kerja sama Selatan-Selatan dan menyerukan negara-negara Asia afrika untuk mengintensifkan keterlibatan untuk meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan. Mereka sepakat untuk fokus pada kerja sama ekonomi dan siap untuk mengintensifkan keterlibatan dengan rekan-rekan di negara-negara Asia afrika.
Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi
Para Menteri juga sepakat bahwa perdamaian dan stabilitas adalah hal penting guna memastikan lingkungan yang kondusif untuk pembangunan. Para Menteri berbagi pandangan tentang perlunya memperkuat kerja sama untuk memerangi kejahatan transnasional termasuk terorisme dan perdagangan narkoba dan bertukar pandangan mengenai isu-isu global saat ini seperti perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Terakhir, para Menteri mencapai konsensus pada tiga dokumen hasil akhir yang akan disampaikan kepada para Pemimpin Asia Afrika untuk dipertimbangkan, yaitu Bandung Message 2015;Declaration on Reinvigorating the New Asian African Strategic Partnership;serta Declaration on Palestine. (Disunting dari Laporan Menlu RI mengenai hasil AAMM pada 20 April 2015 di Jakarta)
Diplomasi No. 87 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 April - 14 Mei 2015
FOKUS 9
KAA Memberi Sumbangan
Bagi Upaya-Upaya Global Menjaga Stabilitas Dan Perdamaian
S
emangat Konferensi Asia Afrka (KAA), yang diselenggarakan di Bandung, pada 1955 masih relevan dan penting walaupun dalam situasi yang berbeda pada abad ke 21 ini.
Asia dan Afrika saat ini merupakan wilayah yang paling dinamis yang jumlah penduduknya sebesar 75 persen dari jumlah penduduk dunia dengan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 30 persen dari PDB dunia. Di sisi lain, sejumlah tantangan dan persoalan bermunculan di tingkat regional dan global, termasik masalah terorisme, perubahan iklim, rasisme, xenofobia, dan intoleransi. Untuk itu, negara-negara Asia dan Afrika harus menguatkan solidaritas dan visi untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Negara-negara Asia dan Afrika harus mengambil inisiatif baru dan praktis demi kepentingan masyarakat di wilayah tersebut. Dengan terselenggaranya Konferensi Asia Afrika, negara-negara anggota telah memberi sumbangan bagi upaya-upaya global untuk menjaga situasi yang damai dan aman, memberantas kemiskinan dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan. Konferensi tersebut telah mendorong negara-negara di kedua benua tersebut untuk menyatakan kembali dukungan mereka bagi kemerdekaan Palestina. Rangkaian pertemuan KAA yang berlangsung dari 19 hingga 24 April, 2015, akan ditutup dengan peringatan ke 60 KAA di Bandung, Jawa Barat. Para pemimpin negara-negara Asia Afrika akan melakukan napak tilas dari Hotel Savoy Homman hingga Gedung Merdeka tempat KAA pertama kali diselenggarakan. Ada tiga dokumen hasil dari Senior Official Meeting (SOM) yang telah dibahas dan disepakati di tingkat Menteri lalu diajukan ke pertemuan tingkat Kepala Negara. Ketiga dokumen yang dimaksud adalah Bandung Message, The New Strategic Partnership dan Declaration of Palestina. Dokumen Bandung Message bersifat misi ke depan apa yang ingin dicapai dan bagaimana mencapainya. Lalu dokumen New Strategic Partnership adalah menguatkan kembali Asia Afrika terkait kerja sama Asia Afrika di segala bidang. Apabila ada mekanisme yang disepakati maka akan di-follow up. Dokumen ketiga tentang Palestina, yaitu dukungan kita kepada palestina untuk membantu saudara kita di Palestina dalam mewujudkan hak hak mereka untuk memperoleh kemerdekaan. Terkait dengan pembangunan infrastruktur di kawa-
Dubes Yuri Oktavian Thamrin, Direktur Jenderal Asia-Pasifik dan Afrika memimpin Senior Official Meeting (SOM) pada Rangkaian Acara Peringatan KAA ke-60.
san Asia Afrika, dibutuhkan dana hingga USD 8 triliun. Jumlah tersebut tidak bisa ditalangi oleh Bank Dunia, IMF, ataupun ADB, yang hanya mampu menyediakan ratusan miliar dolar. Karena itu, perlu dibentuk bank khusus untuk pendanaan pembangunan infrastruktur. Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang digagas Tiongkok bisa menjadi solusi yang tepat. Masyarakat internasional menaruh minat luar biasa akan keberadaan AIIB. Bahkan, negara-negara Eropa, seperti Italia, juga bergabung dalam AIIB. Begitu pula dengan Amerika Serikat.[]
”Dengan terselenggaranya Konferensi Asia Afrika, negara-negara anggota telah memberi sumbangan bagi upaya-upaya global untuk menjaga situasi yang damai dan aman, memberantas kemiskinan dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.”
10
FOKUS
No. 87 TAHUN VIII
15 April - 14 Mei 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Presiden Robert Mugabe :
Tanpa KAA Kemerdekaan Adalah Mimpi
P
semenjak lama. Hal itu bisa menjadikan alasan yang kuat dalam membangun kerja sama ekonomi,” kata Presiden Thein Sein.
residen Myanmar Thein Sein dan Presiden Zimbabwe Robert Gabriel Mugabe, masing-masing mewakili negara-negara Asia dan negara-negara Afrika, menyampaikan sambutan pada pelaksanaan puncak Peringatan Enam Puluh tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Gedung Merdeka, Bandung, pada tanggal 24 April 2015. Dalam sambutannya, Presiden Thein Sein mengharapkan agar dokumen yang disepakati pada KTT yang diselenggarakan dalam rangkaian Peringatan Enam Puluh tahun KAA dapat diimplemetasikan seluruh dunia. “Hasil KTT yang dilakukan saat ini tidak hanya berguna bagi negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bagi seluruh dunia,” ujar Presiden Thein Sein. Berbagai hal terkait potensi kerja sama berbagai sektor antara negara-negara Asia dan Afrika yang telah disepakati pada pertemuan di Jakarta tidak seharusnya hanya dibangun dan diperuntukkan bagi negara di kedua benua saja, tetapi juga harus membuka peluang bagi seluruh dunia untuk ikut berpatisipasi. Namun sebelum menjalin kerja sama dengan dunia, sebaiknya negara Asia dan Afrika membangun dirinya terlebih dahulu. Hubungan yang terjalin secara natural dan telah terbentuk sejak Enam Puluh tahun silam dapat menjadi medium untuk memperkuat solidaritas negaranegara Asia dan Afrika. “Hubungan antara Asia dan Afrika telah terbangun
“Negara Palestina sedang mengalami penderitaan, sehingga diharapkan dukungan dan solidaritas tidak hanya dari Asia, tapi juga Afrika”
Presiden Robert Mugabe
Lebih lanjut Presiden Thein Sein mengatakan bahwa selain kerja sama antar negara, kesempatan kali ini bisa juga dijadikan sebagai ajang untuk memperkuat hubungan dalam rangka membuka peluang kerja sama informal secara personal. “Peringatan KAA ini dapat memperkuat hubungan antar warga negara dimasing-masing negara Asia dan Afrika” pungkas Presiden Thein. Sementara itu, Presiden Robert Mugabe mengatakan bahwa negara-negara Afrika selalu mendukung kemerdekaan Negara Palestina. “Negara Palestina sedang mengalami penderitaan, sehingga diharapkan dukungan dan solidaritas tidak hanya dari Asia, tapi juga Afrika,” kata Presiden Robert Mugabe. Menurut Presiden Robert Mugabe, solidaritas Asia Afrika dapat mengatasi dominasi dan globalisasi negara-negara kuat di dunia. “Untuk itu, melalui dukungan dan solidaritas negara-negara Asia dan Afrika kepada Palestina, tentu akan dapat mengatasi permasalahan di sana”. Lebih lanjut Presiden Robert Mugabe mengingatkan bahwa tekad Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung adalah anti kolonialisme, dan tanpa KAA tersebut, kemerdekaan hanyalah sebuah mimpi.[]
Diplomasi No. 86 87 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 maret April - 14 - 14Mei april 2015 2015
FOKUS 11
asia africa smart city summit
g
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Konferensi Asia Afrika ke-60 dan dihadiri oleh 446 peserta, 25 walikota dan sejumlah partisipan yang datang dari 69 kota dari 36 negara di Asia Afrika. Walikota Bandung Ridwan Kamil mengatakan bahwa konsep Smart City adalah hal baru yang relevan untuk mengikat Asia Afrika lebih kompak. Dengan adanya AASCS dan Deklarasi Bandung, maka kekompakan Asia Afrika akan terus dikejar hingga dua puluh tahun mendatang. Sejarah akan mencatat bahwa gerakan kekompakan kolaborasi Asia Afrika melalui teknologi hadir di Bandung. Menurut Ridwan Kamil, yang dapat ditawarkan Bandung dalam smart city ini adalah; pertama, para pemimpin kota di Asia Afrika merasa simbol emosi kekompakan mereka ada di Bandung. Kedua, Bandung memiliki sekitar lima sampai delapan software seperti manajemen proyek, manajemen traffic, monitoring sosial media, panic button dan lainnya yang bisa di share kepada kota lainnya. Kota-kota di Asia Afrika yang memiliki teknologi canggih juga diminta untuk dapat sharing kepada kota-kota lainnya di Asia Afrika. Sementara itu, WalikotaVictoria, Seychelles, Jacqueline Moustache-Belle mengatakan sangat berterima kasih kepada Kota Bandung atas terselenggaranya program ini, dan berharap dengan adanya AASCS, kota-kota di Asia Afrika dapat membangun hubungan yang solid untuk membuat masa depan yang lebih baik. Ketua Panitia AASCS, Prof. Suhono Supangkat, menjelaskan bahwa permasalahan kota yang beraneka ragam dapat dituntaskan dengan mengimplementasikan smart city, karena langkah ini dapat menjadi solusi guna memecahkan berbagai permasalahan yang ada. Seluruh walikota yang hadir dalam kegiatan AASCS ini sepakat untuk melakukan pembangunan kota berbasis teknologi. “Kita menggunakan teknologi supaya mampu memberitahukan rakyat akan adanya bencana,” ujar Walikota Sorsogon, Filipina, Manuel Fortes Jr. Manuel Fortes mengatakan bahwa pembangunan dengan mengutamakan teknologi, sangat membantu pemerintah dalam menghadapi serangkaian permasalahan. Manuel Fortes
dok.republika
ubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Walikota Bandung Ridwan Kamil, dan Walikota Victoria, Seychelles, Jacqueline Moustache-Belle bersama-sama membuka Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 di Grand Ballroom Trans Luxury Hotel, Bandung, pada 22 April 2015.
mengakui bahwa pembangunan kota dengan konsep Smart City mampu membantunya dalam memprediksi potensi bencana alam sehingga dapat meminimalkan jumlah korban di daerah yang terkena dampak bencana. Penggunaan teknologi untuk melacak terjadinya bencana alam yang terjadi di suatu wilayah akan terus dikembangkan dalam rangka untuk mencegah terjadinya bencana alam yang dapat menimbulkan kerugian secara materi dan non materi. “Itulah yang sedang kami hadapi dan fokuskan saat ini, maka kami membangun kota dengan berbasiskan smart city,” imbuh Manuel Fortes. Hal senada disampaikan oleh Walikota Rabbat, Maroko, Abdelmonnime El Madani yang menjelaskan bahwa saat ini ia tengah membangun kota dengan konsep smart city dengan mengutamakan pengelolaan sampah sebagai fokus utamanya. Maroko membangun pengaturan sampah melalui komputer dari mulai mengumpulkan hingga mengolah sampah. Sampah dikumpulkan dengan menggunakan teknologi GPS, sehingga dapat menampilkan daerah mana yang memiliki sampah yang banyak. Pembangunan kota dengan menggunakan konsep smart city juga dapat menjadi solusi dalam kemacetan yang dihadapi oleh Bogor, hal itu disampaikan oleh Walikota Bogor, Bima Arya. Menurutnya, teknologi dapat mencarikan solusi dalam mengatasi kemacetan yang melanda kota Bogor. Bima Arya percaya bahwa dengan membangun kota Bogor berdasarkan konsep smart city dapat berdampak positif bagi kehidupan masyarakat Bogor. “Smart city adalah pasion
kita untuk melayani masyarakat dan rakyat dan memperbaiki fasilitas publik,” imbuhnya. Bima Arya berharap, adanya AASCS dapat menyebarkan betapa pentingnya pembangunan kota dengan berlandaskan smart city dan juga mendorong terwujudnya pembangunannya. Bahkan, masyarakat juga dapat promosikan dan mendukung adanya smart city di seluruh dunia. AASCS mendeklarasikan lima syarat untuk mendukung pengembangan tata kelola Kota berbasis teknologi di benua Asia dan Afrika. Kelima hal yang merupakan hasil pertemuan dengan walikota yang berasal dari benua Asia dan Afrika adalah: pertama, membangun kota dengan konsep Smart City secara terus menerus dengan berbagi informasi melalui berbagai jaringan pemerintah kota, akademisi, pelaku bisnis, pelaku industri, dan komunitas Asia dan Afrika. Kedua, membuat usaha yang besar dalam rangka menciptakan fasilitas publik yang ramah lingkungan, khususnya dalam hal transportasi, sumber daya energi terbarukan, dan mitigasi bencana alam di kawasan Asia dan Afrika. Ketiga, investasi dalam pengembangan smart community melalui pendidikan dan kesehatan yang baik, untuk mendorong kualitas kehidupan yang lebih baik. Keempat, promosikan sistem smart economy untuk mendorong kreatifitas dan kewirausahaan generasi muda guna melanjutkan pertumbuhan secara terus menerus. Kelima, promosikan dan kolaborasikan kerja sama untuk membangun smart city dengan membangun aliansi, forum, atau jaringan yang akan memperbaiki kehidupan seluruh penduduk di benua Asia dan Afrika.[]
Ketua Panitia AASCS, Prof. Suhono Supangkat “...permasalahan kota yang beraneka ragam dapat dituntaskan dengan mengimplementasikan smart city, karena langkah ini dapat menjadi solusi guna memecahkan berbagai permasalahan yang ada.”
12
sorot
No. 87 TAHUN VIII
Melawan Kolonialisme
Politik Dan Ekonomi
P
ada puncak Peringatan Enam Puluh tahun Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka, Bandung (24/4), Wakil Presiden Venezuela, Jorge Arreaza menyampaikan sambutan sebagai perwakilan dari negara peninjau yang hadir dalam acara bersejarah tersebut.
15 April - 14 Mei 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
KAA bangun Kekuatan dan Perdamaian
Dalam sambutannya, Arreaza meminta agar negara-negara Asia Afrika, Amerika Latin, dan Karibia, bisa bekerja sama lebih erat memperkuat ekonomi. “Negara-negara Asia Afrika harus indepeden, tidak hanya di bidang politik, akan tetapi di bidang ekonomi,” katanya. Kerja sama antar negara diperlukan untuk menghindari negara-negara kuat melakukan kolonialisme di sektor politik dan ekonomi. “Kita harus berhati-hati terhadap hal tersebut,” tegasnya. Jorge Arreaza juga menyinggung kemerdekaan Pelestina. Ia menegaskan negaranya akan terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina. “Kita berikan berita yang baik untuk Palestina, yaitu kemerdekaan harus ada”, pungkas Jorge Arreaza. []
Jorge Arreaza Wakil Presiden Venezuela
Menumbuhkan Semangat Baru
Solidaritas Asia Afrika Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 silam membawa pesan perlawanan terhadap kolonialisme, maka pada Karnaval Asia Afrika yang berlangsung di Kota Bandung tahun ini lebih menekankan pada tema solidaritas. Karnaval Asia Afrika 2015 diadakan jauh lebih meriah dibandingkan pada peringatan tahun 2005 lalu. Ini adalah pesan tersendiri, karena pada 1955 Bandung menjadi kota yang sangat berpengaruh disambangi oleh berbagai kepala negara. Tema Peringatan Enam Puluh tahun KAA kali ini adalah solidaritas semangat baru, dimana semua negara di Asia afrika sudah tidak lagi memerangi kolonialisme. Di sini kita tidak lagi bernostalgia tapi lebih pada menumbuhkan semangat baru, yaitu solidaritas antar negara KAA. Ada makna yang dalam terhadap dua tokoh utama Konferensi Asia Afrika, yaitu Presiden RI pertama, Soekarno dan mantan Presiden Afrika
Hassan Rouhani Presiden Republik Islam Iran melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi
Peringatan Enam Puluh tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dan 10 Tahun Asian African Strategic Partnership (NAASP) adalah sebuah penghormatan bagi para pencetus KAA 1955. Inisiatif memakmurkan Asia Afrika ini meningkatkan peran sebagai kekuatan yang berpengaruh dalam pembangunan perdamaian internasional. Meski pada era sekarang, dunia telah mengalami perubahan yang sangat besar, prinsip-prinsip dan nilai-nilai Bandung harus tetap berjalan dalam rangka agenda diplomasi global. Mari kita jaga prinsip-prinsip Bandung yang telah dideklarasi sehingga nilainya tidak akan rusak. Mari kita tolak kekerasan, agresi, dan kita berantas terorisme dan ekstremisme yang menyebar dengan mudah ke semua lintas dunia dan menumpahkan darah orang tidak berdosa. Terorisme dan ekstremisme yang sekarang tersebar luas di banyak bagian Asia dan Afrika.
Selatan, Nelson Mandela yang menjadi penggambaran solidaritas pada Karnaval Asia Afrika. Kedua tokoh ini sudah sangat dikenal dan diakui oleh siapapun di dunia. Soekarno telah menyatukan negara-negara Asia afrika melalui KAA pada tahun 1955. Sedangkan Nelson Mandela, terpilih sebagai tokoh baru karena seluruh negara di Afrika mengakui kalau Nelson Mandela menjadi figur yang menyatukan negara mereka.[]
Terorisme dan ekstremisme, yang terjadi di Irak dan Suriah dan beberapa negara Afrika, telah banyak membunuh pria, wanita dan anak-anak tak berdosa setiap hari demi kepentingan politik.“Mereka menghancurkan infrastrukturnya sendiri. Akibatnya terjadi ketidakstabilan wilayah yang dilanda krisis dan akan membawa ketidakamanan di seluruh dunia termasuk negaranya sendiri.[]
Diplomasi No. 87 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 April - 14 Mei 2015
sorot 13
KAA 2015 Forum Terbesar Antar
dok.antara
Pemerintah di Luar PBB
Presiden Jokkowi dan Presiden Tiongkok berbincang santai saat mengikuti acara napak tilas menuju gedung Merdeka
S
elama dua hari ini saya merasakan antusiasme, kehangatan dan persaudaraan antar kita, antar delegasi dan peninjau Konferensi Asia Afrika.
kesejahteraan, solidaritas dan stabilitas negara-negara Asia Afrika. Kita sepakat untuk membentuk jejaring pusat penjagaan perdamaian di kedua kawasan yang dapat memfasilitasi kerja sama peningkatan kapasitas.
Selama dua hari itu pula kita telah bekerja keras dengan sepenuh hati menyusun langkah nyata guna memperkuat dan memajukan tatanan dunia yang damai dan adil. Mendorong tercapainya kerja sama yang saling menguntungkan, agar dapat menjembatani kesenjangan pembangunan dan merealisasikan kemerdekaan Palestina, serta memastikan tersedianya dana bagi pembangunan infrastruktur.
Kita semua mengecam aksi ekstrimisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama dan mendorong dialog budaya dan agama.
Kita telah berhasil merumuskan tiga kesepakatan penting. Yang pertama Pesan Bandung. Yang kedua Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika. Dan ketiga Deklarasi Palestina. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih atas semangat dan komitmen semua pihak yang telah terlibat dalam perumusan dan penyelenggaran pertemuan ini. Konferensi yang telah kita jalani ini merupakan salah satu forum terbesar antar pemerintah di dunia, di luar PBB, yang dihadiri oleh negara-negara Asia Afrika dan beberapa negara observer.
”Suara yang disampaikan dalam konferensi ini adalah suara kebangkitan bangsa-bangsa Asia Afrika. Oleh sebab itu suara dan keputusan kita tidak dapat diabaikan oleh siapapun.”
Presiden Jokowi
Kita juga sepakat meningkatkan perdagangan dan investasi sebagai mesin pendorong perekonomian. Dalam kaitan ini kita mendorong sistem perdagangan multilateral yang adil yang pro pembangunan dan inklusif, yang berkontribusi pada pertumbuhan, pada investasi dan lapangan kerja serta yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan. Kita menyadari pentingnya sentralitas sektor maritim serta kepentingan strategis Samudera Hindia sebagai jembatan pembangunan ekonomi di Asia dan Afrika. Kerja sama maritim akan menjadi salah satu pilar utama kemitraan strategis baru Asia Afrika. Saya akan bekerja dengan Anda semua untuk memastikan bahwa kemitraan strategis antara Asia dan Afrika benar-benar terwujud.
Suara yang disampaikan dalam konferensi ini adalah suara kebangkitan bangsa-bangsa Asia Afrika. Oleh sebab itu suara dan keputusan kita tidak dapat diabaikan oleh siapapun.
Saya juga akan bekerja dengan anda semua demi kemakmuran, keadilan, ketenteraman dan untuk seluruh warga bangsa Asia Afrika. Saya juga gembira bahwa sidang sepakat untuk mendukung berdirinya Asia Afrika Center di Indonesia.[]
Dalam konferensi ini kita sepakat untuk menggelorakan kembali inti perjuangan Selatan-Selatan, yaitu
(Disunting dari Pidato Presiden RI pada Penutupan KAA 2015 )
14
sorot
No. 87 TAHUN VIII
15 April - 14 Mei 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Rangkaian Acara Peringatan KAA ke-60
R
angkaian acara Peringatan KAA ke-60 diawali dengan penyelenggaraan Asian African Senior Officials Meeting (AASOM) pada 15 April 2015 di Jakarta Convention Center
(JCC), Jakarta. Berikutnya pada 19 April 2015 diselenggarakan Asian African Ministerial Meeting (AAMM) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, dengan tema “South-South and Triangular Cooperation” yang dibuka oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno L.P. Marsudi. Maritime Policies Experiences and Challenges in Implementing SDG adalah side event yang diselenggarakan pada 21 April 2015 di JCC Jakarta dan dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim, Dr. Indroyono Soesilo. Acara ini berupa diskusi panel dan menampilkan pembicara dari Fiji, Maladadewa dan Afrika Selatan. Pada tempat dan tanggal yang sama juga diselenggarakan Asian African Business Summit (AABS) yang dibuka oleh Ketua KADIN, Suryo B. Sulistyo. Dalam acara ini, Presiden Joko Widodo menjadi pembicara kunci. Pembicara lainnya adalah Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, Perdana Menteri India Narendra Modi (diwakili oleh Menteri Dr. Vijay Kumar Singh). Berikutnya adalah Summit Dialogue bersama Menteri Perdagangan RI, Rachmat Gobel; Sekretaris Jenderal UCTD (United Nations Conference on Trade and Development), Dr. Mukhisa Kituyi; Wakil Ketua Board of Councilors, KEIDANREN/ Chairman of the Board, NEC Corporation, Kaoru Yano; dan Wakil Ketua Mayapada Group, Prof. Dr. Tahir, MBA.
diakhiri dengan Gala Dinner di Istana Negara Jakarta.
formasi, Rudiantara, ini menghasilkan Bandung Statement dan Sister City Declaration.
Sementara itu, pada tanggal yang sama, di Hotel Trans Luxury Bandung diselenggarakan side event berupa Asia Africa Smart City Summit. Acara ini dibuka oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil, dan menghadirkan Suhono H. Supangkat, Irman Gusman (Ketua DPD RI), dan HM. Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI).
Asian African Summit diselenggarakan pada 23 April 2015 di JCC, Jakarta dan ditutup oleh Presiden Joko Widodo.
Pada sesi panel, para pembicara yang ditampilkan adalah: Dr. Galal Moustafa Said, Gubernur Kairo, Mesir; Mira Aggarwal, Walikota North New Delhi Municipal Corporation, India; Joseph Estrada, Walikota Manila, Philipina; Sufian Shadid, Walikota Allar, Palestina; Prof. Toshio Obi, Universitas Waseda, Jepang; Alex J Sinaga, Presdir TELKOM, Indonesia; dan Francesc Giralt dari City Protocol Society. Berbagai topik yang dibahas dalam acara ini diantaranya; Smart City Model, Disaster & Environment, Smart Government, Smart Energy, Smart City Business Model, Smart Transport, dan Youth Generation and Entrepreneur. Topik mengenai Smart People, Smart Payment dan Smart Health dibahas oleh Jack Ma, CEO Alibaba, Tiongkok, dan Bram Reinders, Direktur Alliance Management, Belanda. Acara yang ditutup oleh Menteri Komunikasi dan In-
Topik bertajuk Working together for peace and prosperity: Parlimentary cooperation in promoting post-2015 Development Agenda disampaikan oleh Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Global Green Growth Institute dan mantan Presiden RI. Acara puncak Peringatan 60 tahun KAA digelar pada 24 April 2015 di Bandung. Acara diawali dengan Historical Walk dari Hotel Savoy Homann menuju Gedung Merdeka melalui Jalan Asia Afrika. Berbagai kegiatan side event KAA 2015 lainnya yang juga diselenggarakan dengan meriah adalah Karnaval Asia Afrika pada 21-27 April 2015 di Bandung. Sebelumnya, yaitu pada 29 Maret 2015 diselenggarakan Maha Culture Festival Road to Asian African Carnival, dan Asian African Solidarity Walk pada 19 April 2015. Berikutnya ada acara Solidarity Day: Tribute to Soekarno & Mandela yang digelar pada 21 April 2015; Asian African Meet & Greet pada 2223 April 2015; Pameran photo KAA 1955 pada 22-27 April 2015; Parade Asia Afrik a(Asia Afrika Boulevard) pada 25 April 2015; Penampilan “Angklung for the world” dengan 20.000 pemain angklung pada 25 April 2015; dan Festival of Nations: Asian and African Cultural Performances pada 26 April 2015. Seluruh rangkaian acara ini diselenggarakan di Bandung.
Di bidang Agrikultur, para pembicara yang ditampilkan adalah: Menteri Perindustrian RI, Saleh Husin; Wakil Ketua CCPIT (Tiongkok Council for the Promotion of International Trade), Lu Pengqi; Chairman of the Board of Directors, Jordan Phosphate Mines Company (PLC), Ir. Amer Abdel-Wahab Al-Majali; CEO PT. Indofood Sukses Makmur, Franky Welirang; Kepala BKPM Franky Sibarani; Sekretaris Jenderal Federasi Pengusaha dan Pekerja Sudan, Bakri Yousif Omer; CEO Baraka Contracting & Trading, Mohamed Abdel Rahman Baraka; dan CEO PT Astra International, Priyono Sugiarto.
Kemudian terdapat Bandung Historical Study Games yang diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung pada 25 April 2015. Acara ini berupa kegiatan perlombaan jalan sehat dalam bentuk permainan edukatif dan rekreatif. Peserta dibawa menjelajah monumen dan gedung bersejarah di Kota Bandung dan menjawab pertanyaan terkait.
Dok:jppn.com
Di bidang Maritim, para pembicara yang ditampilkan adalah; Menko Maritim RI, Dr. Indroyono Susilo;Vice President, MISC Berhad, Faizul Ismail; CEO Shanduka Group, Phuti Mahanyele; dan CEO Indonesia Port Company, R.J Lino, Acara Pembukaan Rangkaian Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-Enam Puluh tahun 2015 dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 22 April 2015 di JCC Jakarta. Acara pembukaan ini
Konverensi Parlemen Asia Afrika juga dilaksanakan pada 23 April 2015 di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta. Acara ini dibuka oleh Ketua Komite Kerja Sama antar Parlemen, Dr. Nurhayati Ali Assegaf dengan menghadirkan Setya Novanto sebagai pembicara. Pidato utama disampaikan oleh Presiden RI, Joko Widodo.
Terakhir, ada Asian African Student Conference 2015 yang diselenggarakan pada 29 April 2015 di Bandung. Para peserta konferensi adalah para pelajar dan mahasiswa dari berbagai negara di Asia dan Afrika. Sekitar 250 peserta turut ambil bagian dalam konferensi ini. Mereka terdiri dari 80 peserta dari Afrika, 70 dari Asia, 50 dari Indonesia, dan 50 dari Tiongkok. []
Diplomasi No. 87 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
sorot 15
15 April - 14 Mei 2015
peringatan KAA ke-60
Jadi Ajang Promosi Wisata Peringatan Konferensi Asia Afrika yang berlangsung pada bulan April 2015 tentunya merupakan ajang untuk menarik banyak wisatawan mancanegara. Kita menargetkan 100.000 orang wisatawan nusantara (wisnus) dan 2.500 wisatawan mancanegara (wisman) yang hadir dalam acara ini. Jumlah 2.500 wisman itu didapatkan dari 1.500 delegasi, 500 media asing dan sekitar 500 lagi dari peserta parade. Dana yang dikeluarkan untuk promosi pariwisata dalam acara ini juga tidak sedikit, kita keluarkan Rp 10 miliar untuk event ini. Promosi pariwisata ini agar semakin banyak wisman dan wisnus yang tertarik untuk datang. Berbagai merchandise seperti payung, kaos dan topi juga dibuat, masing-masing sebanyak 6 ribu buah. Di berbagai sudut tempat Peringatan KAA 2015 juga dipasangi branding Wonderful Indonesia. Selain itu, event ini juga didukung oleh 14 ribu relawan, semuanya Wonderful Indonesia.[] Arief Yahya,
Menteri Pariwisata
Konferensi Parlemen Asia Afrika (KPAA) parkan bahwa sekarang ini negara-negara Asia Afrika dituntut untuk melakukan kontekstualisasi nilai utama yang dulu diperjuangkan oleh para pendahulu pada Enam Puluh tahun yang lalu, yaitu kesejahteraan, solidaritas, dan stabilitas. Selain itu, sejumlah pejabat negara juga menyampaikan sambutan, di antaranya: Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen, Nurhayati Ali Assegaf; Ketua DPR, Setya Novanto; Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono; Wakil Ketua DPR Bidang Politik dan Keamanan, Fadli Zon; serta Wakil Ketua DPR Bidang Kesejahteraan Rakyat, Fachri Hamzah. KPAA membahas sejumlah isu, di antaranya kerja sama mempromosikan agenda pembangunan berkelanjutan pasca 2015, Kemitraan Strategis Asia Afrika Baru (NAASP), dan kemerdekaan Palestina.
Dok:viva.id
Presiden Joko Widodo membuka Konferensi Parlemen Asia Afrika (KPAA) di Gedung Nusantara, DPR RI, pada tanggal 23 April 2015 pagi. Kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian Peringatan Enam Puluh tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) ini bertujuan untuk memperkuat peran lembaga perwakilan rakyat di kedua kawasan. Dalam sambutan pembukaannya, Presiden Joko Widodo menyatakan kegembiraannya dan
mengapresiasi inisiatif DPR RI untuk menyelenggarakan KPAA tersebut. “Memperkuat Peran Parlemen dalam Kerja sama Selatan-Selatan untuk Mempromosikan Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia” adalah tema KPAA, yang menurut Presiden Joko Widodo, sejalan dengan keinginan pemerintah dalam melakukan kontekstualisasi nilai-nilai utama KAA. Lebih lanjut Presiden Joko Widodo mema-
DPR juga menyampaikan pembentukan petisi bersama antarparlemen Asia Afrika, dimana kemerdekaan Palestina dan hal-hal lainnya yang sedang berkembang seperti isu Islamic State Of Irak Suriah (ISIS) adalah permasalahan utama yang digagas. Pelaksanaan Konferensi Parlemen Asia Afrika ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan bangsa-bangsa Asia Afrika.[]
16
SOROT
No. 87 TAHUN VIII
15 April - 14 Mei 2015
Napak Tilas Konferensi Asia Afrika Tepat pada pukul 09.15 WIB, rombongan kepala negara Asia Afrika melakukan napak tilas Bandung Historical Walk, dengan berjalan kaki mengenang perjalanan yang dilakukan para pencetus Konferensi Asia Afrika pada Enam Puluh tahun silam di Bandung. Sekitar 22 kepala negara dari Asia dan Afrika berjalan beriringan sepanjang 100 meter di Jalan Asia Afrika, dari Hotel Savoy Homann menuju Gedung Merdeka. Presiden Jokowi tampak di barisan depan bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping dan PM Malaysia Najib Razak. Bandung Historical Walk ini berlangsung sekitar 10 menit, selanjutnya seluruh tamu VVIP memasuki ruang utama Gedung Merdeka untuk foto bersama. Setelah kedatangan di Bandara Husein Sastranegara, para Pemimpin Asia Afrika dan tamu VVIP lainnya menuju Hotel Savoy Homann untuk beristirahat. Sejumlah kamar telah disiapkan, diantaranya kamar nomor 224 untuk Presiden Jokowi, yang dulunya ditempati oleh Presiden Soekarno saat KAA 1955. Demikian pula Presiden Tiongkok Xi Jinping disiapkan kamar nomor 344, karena kamar itulah yang ditempati oleh Perdana Menteri Tiongkok Zhou Enlai ketika itu.[]
Monumen Solidaritas Asia Afrika Usai melaksanakan Shalat Jumat bersama Pemimpin Asia Afrika dan tamu VVIP di Masjid Raya Bandung, Pesiden RI Jokowi, didampingi PM Malaysia Najib Razak dan sejumlah pemimpin Asia Afrika lainnya, meresmikan Monumen Solidaritas Asia Afrika yang terletak di Jalan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, tepatnya di sudut jalan antara Gedung Merdeka dan Masjid Raya Bandung. Presiden Joko Widodo membubuhkan tanda tangan pada prasasti di bawah Tugu Bola Dunia yang khusus dibangun untuk memperingati Enam Puluh tahun KAA. Usai membubuhkan tanda tangan, Presiden Jokowi menerima ucapan selamat dari para kepala negara Asia Afrika dan dilanjutkan dengan sesi berfoto bersama di bawah Tugu Bola Dunia tersebut. Setelah peresmian Monumen Solidaritas Asia Afrika tersebut, selanjutnya Presiden Jokowi dan para pemimpin Asia Afrika lainnya menghadiri acara jamuan santap siang bersama di Gedung Negara Pakuan, yang merupakan kediaman resmi Gubernur Jawa Barat. Rangkaian puncak acara peringatan Enam Puluh tahun KAA di Bandung diakhiri dengan santap siang. Setelah itu, para pemimpin Asia Afrika dan para tamu negara yang hadir, satu persatu bertolak menuju Bandara Husein Sastranegara untuk kembali ke negaranya masing-masing.[]
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Diplomasi No. 87 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
SOROT 17
15 April - 14 Mei 2015
Pesan Bandung dan Kerja sama Kemitraan Strategis Pesan Bandung (Bandung Message) secara simbolis telah ditandatangani oleh Presiden RI Jokowi, Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Raja Swaziland Mswati III di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat pada saat puncak acara peringatan Enam Puluh tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 24 April 2015. Pesan Bandung adalah salah satu dari tiga dokumen yang dihasilkan dalam pertemuan yang diadakan sebagai bagian dari peringatan ke-60 KAA. Tiongkok dan Swaziland dipilih untuk menandatangani pesan Bandung bersama dengan Indonesia, berdasarkan pertimbangan tertentu. Tiongkok terpilih mewakili Asia karena merupakan negara besar dan maju, sementara Swaziland dipilih untuk mewakili Afrika karena merupakan salah satu negara yang stabil di benua itu. Selain Pesan Bandung, KAA juga menghasilkan dokumen tentang Kerja Sama Kemitraan Strategis Asia Afrika Baru (NAASP/New Asian African Strategic Partnership), dan Deklarasi Palestina yang berisi delapan poin, yaitu dukungan untuk kemerdekaan Palestina, apresiasi perjuangan Palestina dan keuletannya, mempromosikan solusi dua-negara, mengutuk pendudukan Israel, mengutuk serangan Israel, dukungan untuk rekonstruksi Gaza, realisasi permohonan Palestina untuk menjadi anggota PBB, dan dorongan negara-negara Asia dan Afrika yang belum mengakui Palestina sebagai sebuah negara untuk melakukannya. []
Memorial Konferensi Asia Afrika
Dok:mymfb.com
tan-kesempatan tersebut beliau sering mendapat pertanyaan dari mereka tentang Gedung Merdeka dan Kota Bandung tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika. Berulang kali pembicaraan tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan mereka untuk dapat mengunjungi Kota Bandung dan Gedung Merdeka.
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada 18 - 24 April 1955 mencapai kesuksesan besar, baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia. Konferensi ini melahirkan Dasa Sila Bandung yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya dan kemudian menjadi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesuksesan konferensi ini tidak hanya relevan pada masa itu, tetapi juga hingga saat ini, sehingga jiwa dan semangat Konferensi Asia Afrika menjadi salah satu faktor penting yang menentukan jalannya sejarah dunia. Semua itu merupakan prestasi besar yang
dicapai oleh bangsa-bangsa Asia Afrika. Jiwa dan semangat Konferensi Bandung telah berhasil memperbesar volume kerja sama antar bangsabangsa Asia dan Afrika, sehingga peranan dan pengaruh mereka dalam hubungan percaturan internasional meningkat.
Terilhami oleh hal tersebut serta kehendak untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika, maka lahirlah gagasan beliau untuk mendirikan Museum Konperensi Asia Afrika di Gedung Merdeka ini. Gagasan tersebut dilontarkan dalam forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika (1980) yang antara lain dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata gagasan itu mendapat sambutan baik, termasuk dari Presiden RI Soeharto.
Dalam rangka membina dan melestarikan hal tersebut, adalah penting dan tepat jika Konferensi Asia Afrika beserta peristiwa, masalah, dan pengaruh yang mengitarinya diabadikan dalam sebuah museum di tempat konferensi itu berlangsung, yaitu di Gedung Merdeka di Kota Bandung, kota yang dipandang sebagai ibu kota dan sumber inspirasi bagi bangsa-bangsa Asia Afrika.
Gagasan pendirian Museum Konperensi Asia Afrika diwujudkan oleh Joop Ave sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, bekerja sama dengan Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT. Decenta, Bandung.
Sebagai Menteri Luar Negeri RI, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M., sering bertemu muka dan berdialog dengan para pemimpin negara dan bangsa Asia Afrika. Dalam kesempa-
Museum Konperensi Asia Afrika diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 April 1980 sebagai puncak peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.[]
18
SOROT
No. 87 TAHUN VIII
15 April - 14 Mei 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Mendorong Realisasi Presiden Joko Widodo pada tanggal 21 April 2015 secara resmi membuka Asian African Business Summit (AABS) yang merupakan side event dari rangkaian Peringatan Enam Puluh tahun Konferensi Asia Afrika.
Bisnis Asia afrika. Tujuan pembentukan Asia Africa Business Council (AABC) itu adalah untuk membentuk suatu media yang dapat meningkatkan hubungan bisnis di antara negara-negara Asia dan Afrika.
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa kerja sama antar negara di kawasan ini di semua bidang terutama ekonomi, sosial dan politik merupakan hal penting yang harus diwujudkan. “Saatnya dunia usaha saling meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan dan termasuk investasi. Peran dunia usaha juga menjadi sangat penting dalam mendorong semangat Dasasila Bandung melalui Peringatan Enam Puluh tahun Konferensi Asia Afrika yang di selenggarakan di Jakarta dan Bandung,” kata Presiden.
“AABC ini mengacu pada AABS pertama. Di mana disepakati bahwa setiap dua tahun sekali, untuk melakukan konferensi bisnis antara negara-negara Asia Afrika. Dan itu pun belum terlaksana,” kata Noke Kiroyan.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana AABS 2015 Noke Kiroyan mengatakan bahwa pertemuan AABS 2015 membahas pembentukan Dewan
Lebih lanjut Noke Kiroyan menyebutkan bahwa Dewan Bisnis Asia afrika itu nantinya akan fokus pada dua hal, yaitu perdagangan dan Usaha Kecil Masyarakat (UKM). “Pertama kali, tentu kami akan menyamakan visi mengenai batasan small and medium enterprise dari semua negara karena setiap negara mempunyai standar sendiri-sendiri.[]
Dok:setkab
Peningkatan Kerja sama Ekonomi Asia – Afrika
Presiden Jokowi Membuka Asian African Business Summit 2015
Dewan Bisnis Asia Afrika Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Jakarta pada 21 April 2015, berhasil membuahkan kesepakatan pembentukan Asian Africa Business Council (AABC) atau Dewan Bisnis Asia Afrika. Pembentukan AABC ini didedikasikan untuk menjembatani sekaligus memfasilitasi kerja sama antar dunia usaha di kawasan Asia Afrika. AABC menjadi isu penting, sebagai wadah untuk meningkatkan informasi bagi pengembangan kerja sama bisnis di Asia afrika. Pembentukan Dewan Bisnis tersebut sekaligus juga untuk dapat mengidentifikasi berbagai potensi ekonomi dan bisnis terutama di negaranegara Afrika. Kita pada posisi mendorong agar arus investasi dan perdagangan antara kedua kawasan bisa meningkat. Untuk itu perlu semacam peningkatan intensitas komunikasi dan pertemuan antar pengusaha di kedua benua tersebut.
Dok:financeroll.co.id
Tindak lanjut dari pembentukan AABC ini akan dibicarakan kembali enam bulan mendatang. Akan ada pertemuan lagi mengenai strukturnya. Nantinya, dalam AABC dibentuk komite dan sektor-sektor yang dianggap prioritas yang bisa berubah tiap tahun.
Suryo Bambang Sulistio
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia
Asia Africa Bussiness Summit (AABS) 2015, sebagai side event Peringatan Enam Puluh tahun
AABC ini hal yang lazim dibangun oleh kelompok ekonomi. Perlu kelembagaan yang mengumpulkan para wakil di lembaga dunia ini untuk bahas kelancaran di segala bisnis. Maka apabila terdapat hambatan, kita bisa minta ke pemerintah untuk memudahkan dan menggalang kerja sama pengusaha.[]
Diplomasi No. 87 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
SOROT 19
15 April - 14 Mei 2015
Target Volume Perdagangan Indonesia Ke Afrika Kemitraan Asia Afrika memasuki masa yang sangat menarik, sehingga membuka peluang kerja sama ekonomi dan bisnis yang besar. Hal tersebut hingga saat ini belum sepenuhnya tergali. Kita inginkan pelaku usaha dari kedua kontinen untuk menggali dan melakukan perdagangan dan investasi di kedua kawasan. Melalui forum ini, Kadin Indonesia menargetkan volume perdagangan Indonesia ke Afrika meningkat sekitar 80 persen dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Dari sekitar US$10,70 miliar menjadi US$20 miliar per tahun. Sementara itu, berdasarkan catatan Kadin Indonesia, nilai tersebut masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai perdagangan antara Afrika dengan Tiongkok yang tembus hingga US$200 miliar dan dengan India yang mencapai US$70 miliar. Di bidang infrastruktur, kerja sama untuk menarik investasi swasta perlu ditingkatkan dalam rangka meningkatkan konektivitas di kedua kawasan. Isu konektivitas di Indonesia menjadi perhatian yang besar karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Fakta tersebut juga membawa gagasan agar Indonesia berbicara lebih banyak untuk pengembangan sektor maritim. Pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, transportasi dan telekomunikasi, serta sumber daya energi termasuk listrik harus ditingkatkan demi meningkatkan konektivitas di kedua kawasan.
Dok:beritadaerah
ASIAn AFRIcAn CENTRe
Para peserta Peringatan Enam Puluh tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) telah menyepakati pembentukan Asian African Centre (AAC). Tujuan AAC agar Strategi Baru Kemitraan Asia dan Afrika dapat diwujudkan lebih konkret. Rencananya setiap dua tahun sekali akan ada pertemuan antara negara-negara Afrika dan Asia di AAC. Melalui Peringatan Enam Puluh tahun KAA di Jakarta dan Bandung, diharapkan semangat Dasasila Bandung dapat memberikan inspirasi. Sinergi antara negara-negara Asia dan Afrika akan terus ditingkatkan agar tercapai kemajuan yang signifikan baik di sektor ekonomi, politik, dan sosial. Sampai saat ini kerja sama di kawasan Asia dan Afrika memang belum optimal, khususnya di sektor perdagangan. Sebagai tuan rumah KAA, Indonesia ingin mendorong agar tercipta banyak peluang kerja sama, sehingga kemajuan Asia dan Afrika dapat dicapai secara bersama-sama . Semangat Bandung yang dideklarasikan pada 1955 masih tetap relevan dengan kondisi sekarang. Dalam situasi dunia yang terus berubah secara cepat, masih diperlukan penguatan kerja sama Asia dan Afrika. Melalui forum KAA ini juga telah dicapai kesepakatan untuk mendukung kemerdekaan negara Palestina. Dukungan terhadap Palestina akan memberikan pengaruh yang kuat secara politik, dan tentunya komitmen yang telah diberikan oleh bangsa Asia dan Afrika kepada Palestina ini akan sangat bermanfaat.[]
20
lensa
No. 87 TAHUN VIII
15 April - 14 Mei 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Rekor Dunia
20 Ribu Orang mainkan Angklung
P
eringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di kota Bandung dimeriahkan dengan beragam event pendukung, salah satunya adalah event memecahkan rekor dunia memainkan angklung sebanyak 20.000 di Stadion Siliwangi, Jalan Aceh Bandung sehari sebelum acara puncak peringatan KAA ke-60 (23/4). Peserta yang hadir di acara tersebut berasal dari kota Bandung dan kota lain di Jawa Barat.
Acara pagelaran angklung dibuka oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil, kemudian dilanjutkan sambutan dari Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dan Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Lagu We Are The World membahana dengan iringan Group Musik Babendjo dari Saung Angklung Udjo dan konduktor Taufik Udjo. Lagu bertema perdamaian dunia tersebut dimainkan secara harmonis bersama lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan lagu “Hallo-Hallo Bandung”.
Dok:wego
Pagelaran angklung dengan tema “Harmony for The World” menjadi saksi bagaimana ribuan pe-ngunjung dengan seragam yang sama siap menggelorakan seman-
Sejarah pun mencatat, event tersebut mendulang Piagam Penghargaan Museum Rekor duniaIndonesia (MURI) untuk Pagelaran Musik Angklung dengan Pemain Terbanyak yang diserahkan secara langsung kepada Ridwan Kamil.
gat kebersamaan melalui waditra angklung. Sejarah pun mencatat, event tersebut mendulang Piagam Penghargaan Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) untuk Pagelaran Musik Angklung dengan Pemain Terbanyak yang diserahkan secara langsung kepada Ridwan Kamil. Wakil Direktur MURI, Osmar Semesta, mengumumkan bahwa pemecahan rekor bermain angklung terbanyak ini menembus rekor sebelumnya yang dilakukan di Jakarta dengan 11.000 peserta. Sebelumnya, Guinness World of Record juga pernah mencatat rekor bermain angklung kolosal di Beijing, Tiongkok. Kala itu Kedutaan Besar RI di Beijing bersama Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT) mencatat 5.393 pemain angklung di Stadion Buruh Beijing. Selain di Tiongkok, permainan angklung kolosal juga pernah digelar di Adelaide, Australia. Konser angklung tersebut dimainkan dalam Royal Adelaide Show 2014, di acara pameran tahunan pertanian terbesar di Negeri Kanguru Selatan, pada tanggal 13 September 2014. Sebanyak 6.100 pemain angklung berpartisipasi dalam acara tersebut. []
Diplomasi No. 87 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 April - 14 Mei 2015
LENSA 21
Sekilas kaa ”Konferensi Asia Afrika di Bandung berhasil meraih kesuksesan baik dalam merumuskan masalah umum, menyiapkan pedoman operasional kerja sama antarnegara Asia afrika, serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia”
K
onferensi Asia Afrika diadakan usai Perang Dunia II, ketika kondisi keamanan dunia belum stabil dan terjadinya Perang Dingin antara Amerika Serikat (pemimpin Blok Barat) dan Rusia (pemimpin Blok Timur). Kedua kekuatan besar yang saling berlawanan dan mencari dukungan dari negara-negara di Asia Afrika tersebut saat itu juga terus mengembangkan senjata pemusnah massal sehingga situasi dunia selalu diliputi kecemasan terjadinya perang nuklir. Dari sinilah negara-negara yang baru merdeka menggalang persatuan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia. Pemerintah Indonesia, melalui saluran di-plomatik melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika demi meredakan ketegangan dunia. Ternyata umumnya mereka menyambut baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi. Termasuk pula dukungan dan desakan dari Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru yang berharap segera melaksanakan konferensi setelah melakukan pertemuan langsung dengan Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo. Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Indonesia, India, Pakistan, Birma, Ceylon)
mengadakan pertemuan di Bogor pada 28-31 Desember 1954 untuk membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika. Pertemuan di Bogor berhasil merumuskan kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia Afrika, termasuk persiapan penyelenggaraan KAA. Lima perdana menteri yang hadir dalam pertemuan di Bogor adalah: Perdana Menteri Ali Sastroamijojo dari Indonesia, Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India, Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah dari Pakistan, Perdana Menteri Sir John Kotelawa dari Srilanka, dan Perdana Menteri U Nu dari Myanmar. Kelima tokoh itulah yang kemudian dikenal sebagai Pelopor Konferensi Asia Afrika dengan hasil kesepakatan yang kemudian dikenal sebagai Konferensi Panca Negara dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah konferensi tersebut dimana Presiden Soekarno sebagai pemimpin pertemuan menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi. Konferensi Asia Afrika dilaksanakan di Bandung dan dibuka oleh Presiden Soekarno. Para pemimpin negara yang hadir adalah: Jawaharlal Nehru dari India, Sir John Kottalawala dari Srilanka, Muhammad Ali dari Pakistan, Norodom Sihanouk dari Kamboja, U Nu dari Myanmar, Abdel Nasser dari Mesir, Zhou En lai dari Tiongkok, dan lain-lainnya. Konferensi Asia Afrika di Bandung berhasil
meraih kesuksesan baik dalam merumuskan masalah umum, menyiapkan pedoman operasional kerja sama antarnegara Asia afrika, serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia. Hasil dari pertemuan tersebut kemudian dikenal sebagai ”10 Dasasila Bandung” dimana di dalamnya memuat cerminan penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia. Isi Dasasila Bandung adalah: Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB; Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa; Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil; Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negeri negara lain; Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendiri atau secara kolektif; Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain; Tidak melakukan agresi terhadap negara lain; Menyelesaikan masalah dengan jalan damai; Memajukan kerja sama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya; Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional. Setelah kesepakatan dari Konferensi Asia Afrika di Bandung disusun, satu per satu negara di Asia dan Afrika memperjuangkan serta memperoleh kemerdekaannya. Hal ini jugalah yang memupuskan niatan kubu Blok Barat seperti Inggris, Belanda, Perancis dan Spanyol untuk meneruskan penjajahan dalam bentuk neokolonialisme.[]
22
lensa
No. 87 TAHUN VIII
15 April - 14 Mei 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Jelang Peringatan kaa ke-60 kemlu gelar public lecture “Ini adalah semangat yang terus dipegang RI dalam melakukan diplomasi,”tegas Duta Besar Esti. Duta Besar Esti kemudian menjelaskan segala kegiatan diplomasi Indonesia yang berpegang pada semangat Bandung. Di Laut China Selatan, Indonesia sudah berdiplomasi lebih dari 20 tahun, mencari cara agar Laut China Selatan dapat bermanfaat bagi semua. Indonesia tidak pernah berfokus pada “apa milik siapa” tapi bagaimana kawasan yang strategis ini bisa bermanfaat bagi dunia, tanpa harus ada pihak yang terlibat adu jotos di lapangan. Indonesia juga memegang teguh prinsip kebebasan menentukan nasib sendiri dan nonintervensi. Karenanya, Indonesia selalu menjadi pejuang garda terdepan untuk segala resolusi yang mempengaruhi nasib Palestina, satu – satunya negara yang ikut di KAA 1955 yang belum merdeka. Para pelajar mengikuti dengan seksama paparan yang disampaikan Duta Besar Esti Andayani, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik (Dirjen IDP).
m
enjelang peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan pada tanggal 18-24 April 2015, Kementerian Luar Negeri RI pada tanggal 7 dan 8 April menggelar public lecture dan sosialisasi mengenai KAA untuk mahasiswa dan pelajar tingkat SMA se-Bandung, dengan tema “Semangat Bandung Dalam Pelaksanaan Diplomasi RI”. Kegiatan merupakan public outreach program Kementerian Luar Negeri RI untuk mendiseminasikan pelaksanaan politik luar negeri dan diplomasi RI, khususnya Konferensi Asia Afrika. Public lecture yang diselenggarakan di Universitas Padjadjaran berhasil menarik kehadiran 150 mahasiswa, dengan narasumber Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI, Al Busyra Basnur,yang menyampaikan mengenai sejarah KAA 1955 dan relevansinya di era globalisasi, dan Ina Hagniningtyas Khrisnamurthi, Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, yang memaparkan mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Acara sosialisasi KAA untuk pelajar tingkat SMA se-Bandung dihadiri oleh 267 Ketua OSIS se-Bandung Raya. Narasumber kegiatan sosialisasi adalah Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Duta Besar Esti Andayani. Memberikan sejarah singkat mengenai awal diplomasi Indonesia, Dirjen Esti mengetengahkan topik KAA di tahun 1955.
“KAA pada tahun 1955 adalah salah satu capaian terbesar diplomasi Indonesia. Bayangkan, Indonesia baru sepuluh tahun merdeka, tapi sudah mampu menginspirasi sesama negara berkembang untuk bersatu demi tujuan yang sama,”kata Duta Besar Esti. “Kalian mungkin masih muda, jadi sulit membayangkan kondisi dunia saat masih banyak negara belum merdeka. KAA 1955 sangatlah fenomenal karena itu adalah kali pertama “bangsa kulit berwarna” unjuk gigi di platform diplomasi, berjuang demi tujuan yang satu, yakni kebebasan menentukan nasib sendiri, tanpa intervensi.” Dari KAA tahun 1955, munculah Semangat Bandung. Semangat Bandung adalah semangat menghormati HAM, kebebasan, penyelesaian sengketa secara damai, dan menghormati perbedaan.
“Dalam kehidupan siswa, keputusan untuk tidak mem-bully teman yang minoritas atau “berbeda” adalah salah satu penerapan semangat Bandung,”imbuh Duta Besar Esti.
Singkong Sebagai Alat Diplomasi RI
Duta Besar Esti juga menjelaskan salah satu aspek unik dalam diplomasi RI. Diplomasi tidak berarti sesuatu yang fancy dan sulit dimengerti. Salah satu prinsip diplomasi RI adalah empowerment dan solidaritas, mengusahakan kesejahteraan bagi negara sahabat. “Di Fiji, Indonesia membantu mengembangkan industri rumahan dengan menunjukkan berbagai cara kreatif mengolah singkong menjadi hidangan yang lezat. Rakyat Fiji terkejut saat mengetahui bahwa singkong bisa diolah dengan berbagai macam cara, mulai dari getuk sampai keripik singkong balado, dan semuanya terasa sangat enak.” Acara ditutup dengan tanya-jawab dimana Duta Besar Esti menjawab semua pertanyaan siswa dengan cermat, mulai dari urgensi keberadaan Kemlu sampai dengan kasus TKI. Untuk memberikan pengertian yang lebih lengkap, disela-sela acara public lecture dan sosialisasi, Kemlu juga menyelenggarakan pameran foto sejarah Konferensi Asia Afrika, pemutaran film sejarah diplomasi RI periode 1966-1968 dan film dokumenter sejarah KAA. []
Penyerahan Cinderamata dari Duta Besar Esti Andayani Dirjen IDP kepada pejabat Kantor Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Diplomasi No. 87 TAHUN VIII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 April - 14 Mei 2015
LENSA 23
Konferensi Mahasiswa Asia Afrika
KONFERENSI MAHASISWA ASIA AFRIKA - Dua mahasiswa berbincang saat jam istirahat di salah satu ruang komite pada acara Asian African Student Conference (AASC) 2015 di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Kamis (30/4). Konferensi mahasiswa Asia Afrika yang akan digelar hingga 2 Mei 2015 tersebut mengusung visi terwujudnya sinergitas dan kerja sama antara mahasiswa Asia-Afrika untuk menyelesaikan masalah di berbagai bidang berbasis kepemimpinan pemuda. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
“Bandung Spirit 1955 masih sangat relevan terhadap cita-cita dan tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa Asia Afrika saat ini. Solidaritas antara bangsa-bangsa Asia Afrika perlu ditingkatkan dalam rangka berbagi pengalaman dan pengetahuan.” Demikian ungkap Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu RI) saat membuka Konferensi Mahasiswa Asia afrika 2015 sebagai bagian dari rangkaian Peringatan 60 tahun KAA di Gedung Merdeka, Bandung (30/4). Konferensi yang juga dihadiri oleh Bapak Emil Salim, mantan Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Mahasiswa Asia afrika 1956; dan Sdri. Yovita Omega, perwakilan dari Sahabat Museum KAA, bertemakan Reinvigorating the Bandung Spirit: Working Toward the Asia Africa Youth Relationship. Kegiatan ini dihadiri oleh para mahasiswa Asia dan Afrika yang sedang melakukan tugas belajar di kota-kota Jawa dan Bali. Pada kesempatan tersebut Wamenlu RI mengemukakan mengenai keberhasilan Bandung Spirit dalam mengantarkan kemerdekaan 109 negara-negara Asia Afrika. Namun demikian, masih banyak permasalahan politik dan ekonomi yang harus dihadapai setelah enam
puluh tahun penyelenggaraan Konferensi Asia afrika. Wamenlu RI menambahkan bahwa Indonesia memiliki local wisdom dan pengalaman yang dapat dibagikan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Kegiatan ini dihadiri oleh para mahasiswa Asia dan Afrika yang sedang melakukan tugas belajar di kotakota Jawa dan Bali. Pada kesempatan tersebut Wamenlu mengemukakan mengenai keberhasilan Bandung Spirit dalam mengantarkan kemerdekaan 109 negara-negara Asia Afrika.
Selain itu, Wamenlu RI juga mengingatkan bahwa Palestina merupakan satu-satunya negara yang belum merdeka setelah penyelenggaraan KTT Asia Afrika 1955. Guna menggalang solidaritas bagi kemerdekaan Palestina, pada tahun 2005 diluncurkan New Asia-Africa Strategic Partnership (NAASP) yang menghasilkan komitmen dari beberapa Negara Asia Afrika untuk mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. Indonesia sendiri sudah memberikan bantuan pelatihan bagi 1.000 warga negara Palestina. Konferensi Mahasiswa Asia Afrika membahas enam isu pokok, yaitu: Kepemimpinan mahasiswa Asia Afrika dalam mempromosikan nilai budaya, mendorong pendidikan menyeluruh, mempromosikan sociopreneurship, menempatkan fungsi media sebagai pilar proses demokratisasi, mengedepankan penggunaan peranti lunak open source demi terciptanya digital independence di kawasan Asia Afrika, dan mempromosikan jaringan global mahasiswa Asia Afrika.[]
No. 88 Tahun ViII, Tgl. 15 mei - 14 juni 2015
No. 87 TAHUN VIII
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
http://www.tabloiddiplomasi.org 15 April - 14 Mei 2015
Direktorat Diplomasi Publik Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3858035 www.tabloiddiplomasi.org
Memoar Gedung Merdeka perombakan pada tahun 1940 dengan gaya arsitektur International Style dengan bantuan arsitek A.F. Aalbers. Bangunan gaya arsitektur ini bercirikan dinding tembok plesteran dengan atap mendatar, tampak depan bangunan terdiri dari garis dan elemen horizontal, sedangkan bagian gedung bercorak kubistis. Pada masa pendudukan tentara Jepang (1942 – 1945), Gedung Societeit Concordia berganti nama menjadi Dai Toa Kaikan dan difungsikan sebagai pusat kebudayaan.
G
edung Merdeka terletak di Jalan Asia Afrika Nomor 65 Bandung, dibangun pertama kali pada tahun 1895 sebagai tempat berkumpulnya orangorang Eropa, terutama Belanda, yang tinggal di Bandung dan sekitarnya. Banyak di antara mereka adalah pengusaha kebun teh dan opsir Belanda. Mereka mendirikan sebuah perkumpulan yang dikenal dengan nama Societeit Concordia pada 29 Juni 1879. Tujuan pembangunan Gedung Merdeka adalah “...... de bevordering van gezellig verkeer”. Sebagai tempat pertemuan, dimana sebelumnya mereka biasa berkumpul, duduk-duduk sambil minum teh, di Warung De Vries. Selanjutnya pada 1895 mereka pindah ke gedung di seberang Warung De Vries, yang diberi nama Concordia, dengan luas tanah 7.983 meter persegi. Pada tahun tersebut tempat ini hanya berupa bangunan sederhana, yang sebagian dindingnya terbuat dari papan dan penerangan halamannya
memakai lentera minyak tanah. Bangunan ini berada di sudut jalan “Groote Postweg ” (sekarang Jalan Asia Afrika) dan “Bragaweg” (sekarang Jalan Braga). Sisi sebelah kanannya berdekatan dengan kali Tjikapoendoeng (Cikapundung) yang sejuk karena banyak ditumbuhi pohon rindang. Gedung Societeit Concordia dibangun kembali pada tahun 1921 dengan gaya arsitektur modern (Art Deco) yang fungsional dan lebih menonjolkan struktur oleh perancang C.P. Wolff Schoemaker. Gedung ini berubah wajah menjadi gedung pertemuan “super club” yang paling mewah, lengkap, eksklusif, dan modern di Nusantara. Lantainya terbuat dari marmer buatan Italia. Ruangan-ruangan tempat minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout. Penerangannya menggunakan lampu-lampu hias kristal. Ruangan-ruangan dalam gedung cukup memadai untuk menampung kegiatan-kegiatan pertunjukan kesenian, sedangkan luas seluruh tanahnya mencapai 7.500 m².
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, gedung tersebut dijadikan markas para pemuda Indonesia di Bandung guna menghadapi tentara Jepang yang tidak bersedia menyerahkan kekuasaannya. Sekitar tahun 1949, sejak pemerintahan pendudukan, Gedung Societeit Concordia diperbaiki dan difungsikan kembali sebagai tempat pertemuan orang-orang Eropa (termasuk juga beberapa orang Indonesia). Di gedung ini kembali seperti biasa diselenggarakan lagi pertunjukan kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum lainnya. Sehubungan dengan keputusan pemerintah Indonesia (1954) yang menetapkan Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Societeit Concordia terpilih sebagai tempat berlangsungnya konferensi. Hal ini disebabkan gedung tersebut adalah gedung tempat pertemuan umum yang paling besar dan paling megah di Bandung. Selain itu lokasinya berada di tengah-tengah kota dan berdekatan dengan hotel terbaik, yaitu Hotel Savoy Homann dan Preanger. Sejak awal tahun 1955, Gedung Societeit Concordia mulai dipugar untuk disesuaikan kegunaannya sebagai tempat penyelenggaraan konferensi bertaraf internasional. Pemugaran gedung ditangani oleh Jawatan Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Barat yang dipimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso. Menjelang konferensi (7 April 1955), gedung ini diganti namanya oleh Presiden Soekarno menjadi Gedung Merdeka.[]
Societeit Concordia kembali mengalami
ISSN 1978-9173
Tabloid Diplomasi dapat diakses melalui:
www.tabloiddiplomasi.org
http://www.tabloiddiplomasi.org
Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:
[email protected]
9
771978 917386