Media Prestasi Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI Vol.11 No. 1(2013) (2013) Pendidikan
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP DI KABUPATEN MAGETAN Oleh: Erny Untari Dosen Tetap STKIP PGRI Ngawi ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Manakah model pembelajaran yang memberikan prestasi belajar jar matematika yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Jigsaw. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Populasi opulasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Magetan. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified cluster random sampling.. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar. Uji coba instrumen tes meliputi validitas isi,, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi menggunakan metode Bartlett.. Dengan α = 0,05, diperoleh kesimpulan simpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Uji keseimbangan menggunakan uji--t diperoleh kesimpulan simpulan bahwa kedua kelas ke eksperimen mempunyai kemampuan awal yang seimbang seimbang. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t, diperoleh simpulan bahwa Prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak lebih baik dibandingkan prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kata kunci: STAD, Jigsaw, Prestasi Belajar. Pelajaran matematika di SMP khususnya kelas VIII, salah satunya membahas pokok materi persamaan garis lurus. Materi ini penting untuk dipelajari, karena pokok bahasan persamaan garis lurus merupakan materi yang selalu digunakan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Jika pokok bahasan persamaan garis lurus ini dapat dikuasai siswaa dengan baik pada tingkat SMP, maka siswa tidak akan mengalami kesulitan untuk materi yang sama pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tentunya harapan untuk menghasilkan prestasi yang lebih baik untuk pelajaran matematika terbuka lebar, sehingga menghasilkan ghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibanding pelajaran lain. Pada materi persamaan garis lurus, persentase penguasaan materi di Kabupaten Magetan juga masih rendah. Guna meningkatkan hasil belajar matematika perlu juga dilakukan metode baru dalam pembe pembelajarannya, diantaranya melalui model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2010 : 13), beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa
Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional. Pada Ujian jian Nasional Nasional, sebagian siswa menganggap bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi dibanding pelajaran IPA maupun Bahasa Indonesia, Indonesia meskipun dari segi nilai tidak banyak perbedaan.. Hal ini dapat dilihat pada hasil Nilai ilai Ujian Nasional Di SMP Kabupaten Magetan. Nilai rata-rata rata Ujian Nasional pada tahun ajaran 2009/2010 untuk mata pelajaran Matematika adalah 6,76, nilai ratarata rata IPA adalah 6.80, dan nilai ratarata rata Bahasa Indonesia 7,82. Dari data nilai tersebutt dapat diketahui bahwa nilai rata-rata rata mata pelajaran matematika lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata rata mata pelajaran IPA dan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Indonesia 1
Media Prestasi Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI Vol.11 No. 1(2013) (2013) Pendidikan memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan men kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning,, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi memotivas siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individual ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar daripada pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif menampakkan wujudnya dalam bentuk belajar kelompok. Dalam kelompok belajar kooperatif siswa tidak diperkenankan mendominasi atau menggantungkan enggantungkan diri pada siswa lain. Dalam kelompok belajar kooperatif ditanamkan norma bahwa sifat mendominasi orang lain adalah sama buruknya dengan sifat menggantungkan diri pada orang lain. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi stasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar elajar menurut aliran konstruktivisme yang mengutamakan siswa mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak siswa sendiri. Siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu ide atau informasi kompleks ke situasi lain. Dengan demikian, dalam proses belajar dan pembelajaran dalam penelitian ini dikemas menjadi proses “mengkonstruksi”, bukan “menerima” pengetahuan. Menurut Nur dalam Triyanto (2002 : 8), secara filosofis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi dem sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
dan tidak sekonyong-konyong. konyong. Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturann lama dan merevisinya apabila aturan aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan engetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Menurut Herman Hudoyo (1990 : 139) hasil belajar matematika adalah kemampuan menampilkan pemahaman dan penguasaan setelah mempelajari matematika. Nana Sudjana (1995 : 22) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Mulyono Abdurrahman (1996 : 35) mengemukakan bahwa prestasi atau hasil belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari diri siswa dan faktor yang berasal dari lingkungannya. Banyak anyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika mempunyai cakupan yang lebih luas daripada aritmatika, aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika. Menurut Mulyono Abdurrahman (1996 : 227), mate matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan kan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan hubungan-hubungan. Leaner dalam bukunya Learning 2
Media Prestasi Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI Vol.11 No. 1(2013) (2013) Pendidikan Disabilities (1988 : 430) yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan n bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Pembelajaran kooperatif adalah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi tegi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran (Isjoni, 2010 : 12). Menurut Vygotsky dalam Isjoni (39-40), (39 pembelajaran adalah proses yang terjadi pada individu, tetapi pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa bantuan lingkungan sekitar. Sehingga guru harus melibatkan lingkungan sekitar dalam pembelajaran bagi gi siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, lingkungan sekitar diterjemahkan sebagai temanteman teman satu kelas. Pembelajaran kooperatif (cooperative cooperative learning) learning dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran pemb kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Pada pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kehadiran teman untuk saling berinteraksi berint dan bekerjasama sebagai sebuah tim untuk menyele- saikan masalah atau tugas yang diberikan. Sebagaimana yang ditulis oleh Goos Merrilyn (2006) : “The “ practices and beliefs developed within reform classroom frame learning as participation in a community commun of practice characterized by inquiry mathematics – where students learn to speak and act mathematically by participating in mathematical discussion and solving new or unfamiliar problems. ( Richards, 1991). Such classrooms could be
described as commun communities of mathematical inquiry”. Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memandang keberhasilan individu yang diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini maka siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan, dan siswa berusaha keras membantu dan mendorong teman-temannya temannya untuk bersama-sama sama berhasil dalam belajar. Lie (2005 : 12) menyatakan bahwa sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas tugastugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong--royong atau pembelajaran kooperatif. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif selain mencapai berbagai macam tujuan sosial, juga untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas ugas akademik. Agar pembelajaran kooperatif terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. Selama kerja kelompok, tugas kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan gu guru dan saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi tersebut. Siswa diminta mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saatnya tes terakhir diusahakan agar siswa tidak bekerja sama pada saat mengerjakan tes. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Menurut Slavin (2005 : 143) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru uru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Isjoni (2010 : 51), STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran lajaran guna mencapai prestasi yang maksimal 3
Media Prestasi Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI Vol.11 No. 1(2013) (2013) Pendidikan Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa lebih aktif. Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Aronson (1978) dalam Slavin (2005 : 236). Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang yang sama seperti dalam STAD. Para siswa ditugaskan untuk membaca buku, sesuai ses materi yang akan dipelajari. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang dibahas, lalu u mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu timnya. Akhirnya, akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik. Penghitungan skor dan rekognisi didasarkan pada kemajuan yang dicapai seperti dalam STAD (Slavin, lavin, 2005 : 14).
Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan an di SMP Kabupaten Magetan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester gasal tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian semu, karena penelitian ini tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang ada. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Magetan tahun ajaran 2011/2012 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling. Dari 53 SMP yang ada di Kabupaten Magetan terlebih dahulu diurutkan berdasarkan nilai rata rata-rata siswa pada ujian nasional SMP tahun pelajaran 2009/2010. Selanjutnya, urutan sekolah lah tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok tinggi terdiri dari urutan 11-18 (18 sekolah). Kelompok sedang terdiri dari urutan 19-36 36 (18 sekolah). Kelompok rendah terdiri dari urutan 37 37-53 (17 sekolah). Dari tiga kelompok tersebut, diambil secara acak masing-masing masing satu sekolah. Selanjutnya, dari masing masingmasing sekolah yang terpilih diambil secara acak masing-masing masing dua kelas, yaitu satu kelas untuk kelas eksperimen satu dan satu kelas untuk kelas eksperimen dua.
Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Jigsaw dituntut untuk saling kerjasama dan ketepatan dalam memilih anggota yang akan diwakilkan dalam mengikuti diskusi pada tim ahli. Sedangkan dalam d pembela- jaran STAD pada akhir pembelajaran hanya berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing masing tanpa adanya tim ahli. Dengan demikian pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw diharapkan lebih menuntut kecermatan dan keaktifan bagi siswa bila dibandingkan andingkan pembelajaran tipe STAD. Oleh karena itu prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan lebih baik dibandingkan prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Instrumen Penelitian Instrumen rumen tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar matematika
Hipotesis 4
Media Prestasi Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI Vol.11 No. 1(2013) (2013) Pendidikan Uji Homogenitas Uji homogenitas Bartlett.
pada kompetensi dasar persamaan garis lurus. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Setelah diuji coba dilakukan n analisis butir soal. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t.. Dari variabel penggunaan model pembelajaran diklasifikasikan menjadi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Sebelum melakukan analisis menggunakan uji-tt dilakukan uji persyaratan analisis yaitu: Uji Prasyarat Keseimbangan
Analisis
dan
menggunakan
uji
Uji-t Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. t. Hasil perhitungan diperoleh = 0,1378 1378, sedangkan daerah kritik untuk α = 0,05 adalah DK = {t | t >1,645}, sehingga ∉ DK. Maka diterima. Jadi kesimpulan uji prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Uji
Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian perlu dijelaskan agar tidak terjadi persepsi yang salah dalam penggunaan hasilnya. Keterbatasan yang dimaksud menyangkut beberapa aspek seperti subyek penelitian, materi pembelajaran, model pembelajaran, dan evaluasi prestasi belajar. Subyek penelitian ini terbatas pada tiga sekolah yang mewakili kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah yang sudah tentu membawa keterbatasan kondisi sekolah yang terwakili dalam penelitian. Keterbatasan materi pelajaran yang hanya terbatas pada materi persamaan garis lurus di kelas VIII yang sudah barang tentu membawa keterbatasan hasil penelitian ini sehingga perlu hati-hati hati pada saat menerapkan untuk materi yang lain. Keterbatasan model pembelajaran yang hanya dibatasi dua model yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga membawa keterbatasan yaitu tidak dapat mendeteksi keefektifan model model-model pembelajaran yang lain. Kemungkinan masih ada model pembelajaran embelajaran lain yang lebih baik untuk meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya pokok bahasan persamaan garis lurus. Evaluasi terhadap prestasi belajar yang dilakukan sebagai teknik pengumpulan data tentang prestasi belajar matematika berupa erupa tes tertulis
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian diambil dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas rmalitas ini digunakan metode Lilliefors . Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartllet dengan statistik uji Chi kuadrat. Pengujian Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji-t. Hasil Analisis Data Kemampuan Awal Kemampuan awal pada penelitian ini diambilkan dari hasil ulangan pada pokok bahasan kedua yaitu ya fungsi. Kemudian data tersebut diuji normalitas, uji homogenitas dan uji keseimbangan antara rerata kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD.
Uji Normalitas Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Liliefors. 5
Media Prestasi Jurnal Ilmia STKIP PGRI NGAWI Vol.11 No. 1(2013) (2013) Pendidikan Agus Supriyono. 2009. Cooperative Learning.. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Anas Sudijono. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Anita Lie. 2005. Cooperativ Learning Method for Reading Class Class. Waco Texas : USA. -------------.2008. Cooperative Learning Learning. Jakarta : Grasindo. Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan.. Surakarta : UNS Press. -------------. 2009. Statistika Dasar Untuk Penelitian.. Surakarta : UNS Press. Depdikbud. 2006. Silabus Matematika SMA. Jakarta : Diknas. Goos Merrylin. 2006.. Learning Mathematics in a Classroom Community of Inquiry, Journal of Reseach for Mathematics Educa Education, Vol 35. No.4,pp. 258-2 291. Herman Hudoyo.1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika.. Malang: IKIP Malang. Isjoni.2010. Cooperative Learning Learning. Bandung : Alfabeta. Paul Suparno. 2004. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan.. Yogyakarta : Kanisisus. Robert E. Slavin. 1995. Cooperatif Learnig. Boston : Allyn and Bacon. ---------------------. 2005. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media. Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor faktor yang mempengaruhinya mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bina .Jakarta:Bina Aksara. Triyanto.2002. Model Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konstruktivistik. Jakarta: Nirmala.
pada akhir pembelajaran juga merupakan keterbatasan penelitian ini. Seharusnya evaluasi dilakukan sepanjang proses pembelajaran. Namun untuk menjaga kesetaraan perlakuan pada dua kelompok yang berbeda, hal ini sulit dilaksanakan. Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, maka hasil penelitian ini paling tidak bias dipakai sebagai pembanding untuk kepentingan yang sama. Dengan demikian, hasil penelitian ini hendaknya juga diterima secara hati-hati. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Saran Agar prestasi belajar matematika pada umumnya dan persamaan garis lurus pada khususnya dapa ditingkatkan, maka disarankan : 1. Kepada guru Pemahaman tentang model pembelajaran semakin berkembang, sehingga guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran, khususnya model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD. 2. Kepada siswa Sudah saatnya para siswa sadar akan pentingnya prestasi belajar dan menyadari bahwa prestasi belajar bias dicapai secara optimal bila siswa sendiri yang berusaha. 3. Kepada peneliti lain Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat digunakan untuk kepentingan penelitian selanjutnya. Penulis juga berharap agar peneliti atau calon peneliti mengembangkan penelitian ini dengan model-model mod pembelajaran kooperatif yang lebih inovatif, sehingga dapat menambah wawasan. DAFTAR AFTAR PUSTAKA 6