PENDAHULUAN Atletik
terbentuknya perkumpulan-perkumpulan induk
dari
bola atletik dari usia pemula/ dini sampai
hal
ini
pada perkumpulan atlet yang mengarah
dikarenakan di dalamnya terdapat semua
pada prestasi pada beberapa daerah
unsur gerak yang ada pada semua cabang
khususnya di Jawa Barat. Disamping itu
olahraga. Selain itu pula cabang olahraga
pula wadah pembinaan cabang olahraga
ateltik berisikan latihan fisik yang lengkap
atletik untuk kalangan pelajar adalah
menyeluruh dan mampu memberikan
melalui pembinaan olahraga atletik pelajar
kepuasan kepuasan kepada manusia atas
Jawa Barat atau PPLP atletik Jabar.
semua
merupakan
cabang
olaharaga,
terpenuhinya dorongan nalurinya untuk
Cabang
olahraga
atletik
pada
bergerak, namun tetap mematuhi suatu
dasarnya memiliki tiga karakteristik gerak
disiplin dan aturan main.
di antaranya yaitu lari, lempar, dan lompat.
Sejak abad ke-20 atletik mulai
Berkenaan dengan penelitian ini tanpa
berkembang di Indonesia sampai pada
mengesampingkan
pertama kalinya dipertandingkan pada
lainnya lebih khusus akan di bahas
PON pertama tahun 1948 di Solo Jawa
mengenai aspek gerak lompat. Pada aspek
Tengah. Dewasa ini perkembangannya
lompat ini secara spesifikasi akan diteliti
sudah menunjukkan perkembangan yang
mengenai nomor lompat jauh pada cabang
cukup maju. Hal ini ditandai dengan
olahraga atletik.
perkembangan cabang olahraga atletik
aspek
gerak
yang
Mengenai nomor lompat jauh ini,
yang hampir menyeluruh baik di instansi
Santoso
sekolah mulai dari tingkat dasar bahkan
bahwa: “Lompat jauh merupakan gerakan
sampai pada tingkat Perguruan Tinggi.
melompat sejauh mungkin yang terdiri
Salah satu yang menjadi tanda kemajuan
dari gerakan awalan, menolak, melompat,
dalam
melayang, dan mendarat di bak pasir”.
cabang
olahraga
atletik
yaitu
dkk.
(2006:21),
menjelaskan
Menurut pemahaman tersebut, maka dapat
di antaranya adalah lompat jauh gaya
dikatakan
melakukan
lenting, lompat jauh gaya jongkok, dan
gerakan lompat jauh terdapat beberapa
lompat jauh gaya berjalan di udara atau
unsur gerak. Berkaitan dengan hal ini
gaya melayang. Dari semua jenis lompatan
Nadisah (1991:145), menjelaskan sebagai
tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu
berikut:
dalam
Setiap jenis nomor lompat memiliki unsur
mencapai lompatan yang sejauh mungkin.
gerak seperti berikut :
Untuk dapat mencapai lompatan sejauh
bahwa
1. Ancang-ancang
dalam
untuk
memperoleh
momentum ke arah mendatar. 2. Tolakan dilakukan untuk memperoleh
melakukan
lompatan
ingin
mungkin, maka dituntut kecepatan yang tinggi, daya tolak yang kuat, dan teknik mendarat yang efesien.
momentum ke arah menegak. Hal ini
Terlepas dari pemahaman tersebut
dilakukan dengan menjejakkan kaki
di atas, dalam perkembangan cabang
sekuat mungkin ke tanah pada titik
olahraga atletik, maka sudah saatnya pola
yang tepat untuk menolakkan tubuh ke
pembinaan yang dilakukan diarahkan pada
atas.
pencapaian prestasi. Untuk pencapaian
3. Melayang di udara. Tahap ini bertujuan
prestasi
dalam
olahraga
diperlukan
sebagai
penunjang
untuk mengatur kedudukan tubuh yang
beberapa
sebaik-baiknya
terhadap keber-hasilan yang akan dicapai.
sebagai
persiapan
aspek
mendarat bagi pelompat tinggi dan
Berkenaan
pelompat tinggi galah, dan pelompat
(1988:100), mengatakan bahwa : “Ada
jauh.
empat
Sejalan
dengan
dengan
aspek
hal
latihan
ini
yang
Harsono
perlu
perkembangan
diperhatikan dan dilatih secara seksama
cabang olahraga atletik, pada nomor
oleh atlet yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan
lompat jauh terdapar tiga jenis lompatan,
teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan
mental”. Dengan batasan tersebut, maka
Secara
dapat dipahami bahwa dalam pembinaan
mendapatkan hasil lompatanyang baik
prestasi olahraga perlu ditunjang dengan
dibutuhkan kondisi fisik yang baik pula,
aspek pendukung yang salah satunya
salah satunya adalah power tungkai.
adalah penguasaan keterampilan teknik
Mengenai power itu sendiri, hal ini Bompa
dasar
(1988:279), menjelaskan bahwa : “Power is
dan
penguasaan
terhadap
kemampuan fisik.
fungsi
fisiologis,
untuk
the product of two abilities strength and
Penguasaan keterampilan teknik
speed”. Begitu pula pendapat Harsono
dasar merupakan salah satu tuntutan
(1988:199), bahwa: “Dalam power kecuali
utama dalam melakukan keterampilan
strength
pada cabang olahraga. Berkenaan dengan
Selanjutnya
hal ini Harsono (1988:100), menjelaskan
menjelaskan
sebagai berikut: Kesempur-naan teknik-
kemampuan
teknik dasar dari setiap gerakan adalah
kemampuan maksimal dalam waktu yang
penting oleh karena akan menentukan
singkat”. Dalam permainan sepak bola
gerak keseluruhan. Oleh karena itu, gerak-
seperti menendang, berlari, melompat/
gerak dasar setiap bentuk teknik yang
meloncat, dan bergerak secara mendadak
diperlukan dalam setiap cabang olahraga
adalah aktivitas yang memerlukan power.
haruslah dilatih dan dikuasai sevara
Sedangkan mengenai koordinasi Harsono
sempurna.
(2001:38),
terdapat
pula
Hasono bahwa
kecepatan”. (1988:200)
:”Power
untuk
menjelaskan
adalah
mengerahkan
bahwa
:
Yang menjadi pengamatan penulis
“Koordinasi adalah kemampuan untuk
secara analisis gerak, dalam melakukan
memadukan berbagai macam gerakan ke
lompatan jauh gaya melayang pada cabang
dalam satu atau lebih pola gerak khusus”.
olahraga atletik terlibat beberapa gerakan
Berdasarkan pada pemaparan latar
tubuh diantaranya otot bagian tungkai.
belakang masalah di atas, maka penulis
merasa tertarik untuk mengamati kondisi
Jadi dalam metode eksperimen harus ada
fisik tersebut dikaitkan dengan hasil
faktor yang dicobakan, dalam hal ini faktor
lompatan jauh pada cabang olahraga
yang dicobakan dan merupakan variabel
atletik.
bebas adalah bentuk latihan naik turun
Adapun
bentuk
tersebut,
penulis
penelitian
yang
pengamatan
tuangkan berjudul
dalam
“Pengaruh
tangga
dan
mengetahui
latihan
harvad
perbedaannya
untuk terhadap
Latihan Naik Turun Tangga dan Latihan
variabel terikat yaitu peningkatan power
Harvard terhadap Peningkatan Power
tungkai.
Tungkai dalam Olahraga Lompat Jauh di SDN Kabupaten Bekasi”.
Selanjutnya, untuk menghasilkan data
dalam
penelitian
ini,
penulis
menggunakan alat pengumpul data atau METODE PENELITIAN
yang disebut instrument penelitian. Dalam
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
metode
eksperimen. Mengenai metode eksperimen ini Surakhmad (1982:149), menjelaskan sebagai berikut :
gunakan adalah Vertical Jump Test dengan tingkat validitas sebesar 0.78 dan tingkat reliabilitas
sebesar
0.93.
(Nurhasan,
2000:144). Adapun tata cara pelaksanaan
Dalam arti kata yang luas, bereksperimen ialah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil. Hasil itu akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki. Metode
pengumpulan data alat ukur yang penulis
penelitian
eksperimen
merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil.
tes Vertical Jump Test adalah sebagai berikut : Tujuan : mengukur kemampuan otototot bagian tungkai. Alat yang digunakan : papan vertical jump, kapur/ Magic crystal, alat tulis dan formulir. Petunjuk Pelaksanaan tes :
-
-
Teste berdiri di sisi papan vertical
proses latihan peningkatan kemampuan
jump.
otot pada olahraga kesehatan ataupun
Pada saat bunyi peluit, testee
prestasi dapat dicapai selama delapan
melakukan
minggu.
lompatan
dan
Pemberian
tambahan
beban
melakukan raihan sejauh mungkin
kepada sampel selama tiga pertemuan
sebanyak 3 kali.
(satu minggu) tidak ditingkatkan. Pada
Gerakan tersebut dinyatakan gagal
minggu ke dua dan seterusnya dilakukan
apabila :
penambahan
-
-
beban
latihan
secara
Lompatan dilakukan dengan satu
bertahap dengan sistem tangga atau “The
kaki dan dilakukan tanpa prosedur
Stop
yang ditetapkan.
dijelaskan oleh
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dikutip oleh Harsono (1988:105), sebagai
pada gambar 3. 4 di bawah ini :
berikut :
Type
Approach”. Bompa
Hal
tersebut
(1983), yang
Setiap garis vertikal menunjukan perubahan
(penambahan)
beban,
sedangkan setiap garis horizontal adalah fase adaptasi terhadap beban baru, beban latihan pada tiga tangga (atau cycle) Menentukan Raihan
Sikap Tolakan
Sikap Meloncat
Gambar 1. Instrumen Tes Power Tungkai
pertama ditingkatkan bertahap. Pada cycle ke empat beban diturunkan (ini disebut unloading phase), yang maksudnya adalah
Pelaksanaan Latihan Latihan dilakukan tiga kali seminggu
untuk memberikan kesempatan kepada organisme
tubuh
untuk
melakukan
yaitu selama 24 kali pertemuan. Hal ini di
regenerasi. Maksud regenerasi adalah agar
dasarkan pada pemahaman bahwa dalam
atlet dapat mengumpulkan tenaga atau
mengakumulasi
cadangan-cadangan
X
fisiologis dan psikologis untuk persiapan beban latihan yang lebih berat lagi. Agar lebih jelas dapat dilihat dari grafik di bawah ini :
X
S
S
(A) Latihan Naik Turun Tangga
2.26
0.28
2.41
0.30
(B) Latihan Harvard
2.27
0.30
2.41
0.29
Setelah diperoleh nilai rata-rata dan 9 8
6
2
langkah selanjutnya adalah uji normalitas
7
5
3
simpangan baku kedua kelompok, maka
4
dan homogentas kedua kelompok sampel.
1
Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 berikut ini. Gambar 2. Penambahan Beban Secara Bertahap
Tabel 2. Uji normalitas
HASIL PENELITIAN Pengolahan
dan
analisis
Nilai Lo Periode Tes
data
dalam penelitian ini berdasarkan kepada
Kelompok Penelitian
Nilai L-Tabel
Kesimpula n
Awal
Akhir
(A) Latihan Naik Turun Tangga
0.1699
0.178 7
0.2200
Normal
(B) Latihan Harvard
0.1937
0.178 7
0.2200
Normal
langkah-langkah penelitian yang telah penulis susun sebelumnya. Adapun hasil pengolahan dan analisis data tersebut penulis uraikan pada tabel-tabel di bawah ini : Tabel 1. hasil penghitungan nilai rata-rata dan simpangan baku Kelompok Penelitian
Sebelum Eksperimen
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas
Sesudah Eksperimen Kelompok Penelitian
Nilai Pengujian
Berdasarkan hasil penghitungan di
FHitung
F-Tabel
Kesimpulan
(A) Latihan Naik Turun Tangga
1.13
3.70
Homogen
(B) Latihan Harvard
1.00
atas didapat nilai-nilai Lo yang berada di bawah nilai L-tabel, dimana untuk variabel latihan naik turun tangga memiliki nilai tes
A. Peneliti Kriteria
3.70
Homogen
awal dan akhir sebesar (0.1699) dan (0.1787), sedangkan untuk latihan harvard
pengujian
homogenitas
memiliki nilai tes awal dan akhir sebesar
dua kelompok sampel tersebut di atas
(0.1937) dan (0.1787). Semua nilai-nilai
adalah terima hipotesis Ho jika, F(1-α) (n-
tersebut berada di bawah nilai t-tabel
1) < F < F ½ α (n1-1, n2-1), dan tolak Ho,
untuk n = 15 dengan α = 0.05 yaitu sebesar
apabila F > F ½ α (V1, V2). Berdasarkan
(0.2200).
kepada hasil pengolahan dan analisis data
tersebut mempunyai nilai kenormalan,
variabel penelitian, maka diketahui nilai F-
selanjutnya pengujian dilakukan dengan
hitung untuk kelompok A (latihan naik
penghitungan parametrik.
turun tangga) sebesar 1.13, dan kelompok
Dengan
Langkah
demikian
pengujian
populasi
selanjutnya
B (latihan harvard) sebesar 1.00, nilai
adalah pengujian dan analisis rata-rata, hal
tersebut menunjukan tingkat homogen, hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah
ini dikarenakan nilai tersebut berada di
terdapat peningkatan hasil latihan dari
bawah nilai F-tabel dengan dk = (n-1, n-1)
kedua
pada taraf nyata α = 0.05 (nilai F-tabel =
mendapatkan treatmen latihan selama 24
3.70) dengan demikian hasil pengujian
pertemuan, sehingga hasil yang didapat
kesamaan
apakah signifikan atau tidak signifikan.
menunjukkan homogen.
dua
variansi
distribusi
tersebut data
yang
Adapun
kelompok
hasil
penelitian
analisis
setelah
dan
penghitungannya dapat dilihat pada tabel penghitungan di bawah ini:
Tabel 5. Uji signifikansi (uji-t) Peningkatan power tungkai Dengan masing-masing metode latihan
signifikan terhadap peningkatan power tungkai. Pengujian
Kelompok Penelitian
tHitung
t-Tabel
Kesimpulan
selanjutnya
adalah
pengujian rata-rata dua pihak untuk mengetahui apakah hasil latihan kedua
(A) Latihan Naik Turun Tangga
6.45
2.13
Signifikan
kelompok tersebut memiliki perbedaan pengaruh
(B) Latihan Harvard
10.07
2.13
Signifikan
Pengujian untuk peningkatan hasil di atas dilakukan dengan pengujian ratarata satu pihak atau yang disebut dengan uji t. Berdasarkan pada penghitungan dan analisi nilai t-hitung yang diperoleh, maka didapat nilai t-hitung yang lebih besar dari t-tabel pada tingkat kepercayaan atau taraf nyata α = 0.05 dengan dk (n1 + n2 – 2) = 28, dimana harga t (1 – ½ α), dalam daftar distribusi diperoleh harga t-tabel sebesar 2.13. Dikarenakan hasil t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel yaitu dengan masing-masing sebesar (6.45) dan (10.07), maka pengujian tersebut signifikan artinya
yang
signfikan
atau
tidak.
Adapun yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah mencari rata-rata dan simpangan baku selisih hasil latihan masing-masing kelompok penelitian. Hasil analisis dan penghitungan datanya dapat dilihat pada tabel penghitungan di bawah ini Tabel 6. Nilai rata-rata dan simpangan baku Selisih peningkatan latihan kedua kelompok penelitian Kelompok Penelitian
X
S
S2
(A) Latihan Naik Turun Tangga
0.15
0.09
0.008
0.13
0.05
0.002
(B) Latihan Harvard
Setelah diketahui selisih nilai rata-
kelompok penelitian A dan B (latihan naik turun tangga dan latihan harvard) sama-
rata
sama
selanjutnya diuji dengan pengujian rata-
memberikan
pengaruh
yang
dan
simpangan
baku,
maka
rata untuk mengetahui tingkat perbedaan
Dikarenakan hasil t-hitung lebih besar dari
pengaruh
kelompok
nilai t-tabel yaitu (4.00), maka pengujian
penelitian (latihan naik turun tangga dan
tersebut signifikan dan hasilnya adalah
latihan harvard) terhadap peningkatan
terdapat perbedaan pengaruh, artinya
power tungkai.
antara latihan naik turun tangga dan
antara
kedua
Adapun hasil analisisnya
dapat
penghitungan dan dilihat
pada
tabel
penghitungan di bawah ini :
Kelompok Penelitian
harvard
Nilai tTabel
Kesi mpu lan
memiliki
perbedaan
terhadap peningkatan power tungkai. Berdasarkan
Tabel 7. Uji signifikansi perbedaan Hasil latihan kedua kelompok penelitian Nilai tHitun g
latihan
pada
pembahasan
bab-bab sebelumnya yaitu mulai dari pemaparan
latar
belakang
masalah,
perumusan penelitian, serta pengajuan hipotesis. Kemudian pemahaman pada kajian teori, penerapan metode penelitian,
(A) Latihan Naik Turun Tangga
serta pengolahan data dengan analisis 4.00
2.13
Signi fikan
penghutungan
statistik,
maka
dalam
penelitian ini penulis menemukan jawaban
(B) Latihan Harvard
sebagai akhir dari penelitian yang penulis
Berdasarkan pada penghitungan dan analisis nilai t-hitung yang diperoleh,
lakukan. Selanjutnya
beberapa
jawaban
maka didapat nilai t-hitung yang lebih
yang ada, penulis rumuskan dalam bab
besar
tingkat
kesimpulan sebagai akhir dari penelitian
kepercayaan atau taraf nyata α = 0.05
yang telah dilakukan. Adapun beberapa
dengan dk (n1 + n2 – 2) = 28, dimana
kesimpulan
harga t (1 – ½ α), dalam daftar distribusi
antaranya adalah sebagai berikut :
dari
t-tabel
pada
diperoleh harga t-tabel sebesar 2.13.
penelitian
tersebut
di
1. Latihan naik turun tangga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
power
tungkai
dalam
olahraga lompat jauh di SDN Kabupaten Bekasi. 2. Latihan harvard memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan power tungkai dalam olahraga lompat jauh di SDN Kabupaten Bekasi. 3. Latihan harvard memiliki pengaruh yang lebih signifikan bila dibandingkan dengan latihan naik turun tangga terhadap peningkatan power tungkai dalam olahraga lompat jauh di SDN Kabupaten Bekasi. F. ftar Pustaka
Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. FPOK UPI : Bandung. Jose Manuel Bellesteros (1979), Pedoman Latihan Dasar Atletik. Terjemahan Manual. Jakarta : Komisi Pengembangan PASI. Kosasih, Engkos (1985). Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta : CV Akademik Presindo. Lutan, Rusli. Dkk (1991), Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB. Lutan,
Rusli (1988). Teori Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi (P2LPTK).
Mohammad Nazir. (1988). Penelitian. Jakarta : Indonesia.
Metode Ghalia
Nasution (1987). Metode Penelitian. UGM Yogyakarta. Nurhasan. (2000). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. FPOK UPI : Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhasan. (1999). Hand Out Statistika. FPOK UPI : Bandung.
Arikunto Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Santoso, Budi. Dkk (2007), Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta : Yudhistira.
Arikunto Suharsimi. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjana. (1996). Metoda Bandung : Tarsito.
Harsono. (1988). Coaching : Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta : CV Tambak Kusuma. Harsono. (2000). Perencanaan Program Latihan. FPOK UPI : Bandung.
Statistika.
Surachmad (1985). Pengantar Penelitian ILmiah Dasar dan Teknik Penelitian. Bandung : Tarsito.