SEMINAR NASIONAL PENGINDERAAN JAUH 2015 ORAL PRESENTATION
Dinamika Oseanografi Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Pelagis PPN Pengambengan dari Data Satelit MODIS Komang Iwan Suniada1,*), Fikrul Islamy1, Aldino Jusach Saputra1, Sri Hadianti1, Rashita Megah Putra Mahardhika1, dan Eko Susilo1 1
Balai Penelitian dan Observasi Laut, KKP *)
E-mail:
[email protected]
ABSTRAK - Sebaran kelimpahan dan distribusi ikan pelagis dipengaruhi oleh dinamika oseanografi. Selat Bali dan sekitarnya secara signifikan dipengaruhi oleh massa air yang berasal dari Samudra Hindia, yang dikenal memiliki produktivitas primer yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik oseanografi perairan Selat Bali dan dampaknya terhadap hasil tangkapan ikan pelagisyang mendarat di Pelabuhan Perikanan Nasional Pengambengan. Data penangkapan diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Nasional Pengambengan yang berisi informasi seperti daerah fishing ground, frekuensi tangkapan, dan tangkapan ikan pelagis selama tahun 2014. Satelit AQUA MODIS data suhu permukaan laut (SST) dan konsentrasi klorofil-a (CHL-a) bulanan digunakan untuk mengetahui kondisi oseanografi terhadapan hasil tangkapan ikan. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 1.445.550 kg. Tangkapan ikan besar terdiri dari lemuru dan tongkol lisong. Data satelit menunjukkan tangkapan tertinggi terjadi di sekitar perairan dengan SST kisaran antara 26,66°Csampai 27,40°C dengan nilai rata-rata 26,93°C dan CHL-a antara 0,5035 ke 2,8790 mg/m3 dengan rata-rata 1,1956 mg/m3. Daerah penangkapan ikan dan pola migrasi dari hasil tangkapan ikan pada tahun 2014 bersama dengan perubahan kondisi oseanografi juga mengikuti pola monsun. Kata kunci: Ikan Pelagis, PPN Pengambengan, Aqua MODIS ABSTRACT - The abudance and distribution of pelagic fish are affected by the oceanographic dynamics. Bali Strait and the surrounding waters are significantly influenced by the water mass coming from the Indian Ocean, which have high primary productivity. The aim of this study is to investigate the oceanography characteristics of Bali Strait waters and its impact on pelagic fish catches landed in National Fishing Port Pengambengan. Fisheries data was obtained from National Fishing Port Pengambengan, which contains information such as fishing areas, fishing frequency, and pelagic fish catches during 2014. Monthly and seasonal composite of AQUA MODIS satellite data such us sea surface temperature (SST) and concentration of chlorophyll-a (Chl-a) were used to identify the impact of oceanographyc condition and fish landed. The highest pelagic fish catch occurred in November amounted to 1.445.550 kg. The major fish catches consist of tembang, lemuru, dan tongkol lisong. Satellite data showed the highest fishing occurs around waters with SST range between 26,66°C to 27,40°C with an average value of 26,93°C and Chl-a between 0,5035 to 2,8790 mg/m3 with a average of 1,1956 mg/m3. Fishing areas and migratory patterns of fish catches in 2014 along with changes in oceanographic conditions also follow the pattern of the monsoon. Keywords: pelagis fish, PPN Pengambengan, Aqua MODIS
1.
PENDAHULUAN
Sebaran kelimpahan dan distribusi ikan pelagis dipengaruhi oleh dinamika oseanografi. Beberapa parameter kondisi lingkungan laut tersebut antara lain suhu air laut, arus laut, salinitas, dan ketersediaan makanan. Suhu merupakan parameter oseanografi yang berpengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan.Setiap jenis ikan mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya (Laevastu& Hela, 1970).Pengetahuan mengenai suhu optimum dari suatu spesies ikan dapat dijadikan dasar dalam menduga keberadaan ikan.Pada kondisi suhu yang cocok ikan cenderung memiliki selera makan yang lebih baik.Gerombolan ikan biasanya dijumpai pada daerah pertemuan antara dua massa air yang memiliki perbedaan suhu (front suhu). Front suhu dicirikan pertemuan massa air dingin dengan masa air sekelilingnya yang memiliki perbedaan suhu 120C (Mann & Lazier, 1996). Selain suhu, pergerakan migrasi ikan secara alamiah mengikuti pola pergerakan arus sebagai alat orientasi ikan (Lavastu & Hayes, 1981). Arus laut dapat berupa arus pasang surut maupun pergerakan massa air secara global. Gerombolan ikan biasanya dijumpai pada daerah pertemuan antara dua arus (front arus). Sedangkan salinitas berpengaruh terhadap berlangsungnya proses biologis yang secara langsung mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup. Pengamatan faktor-faktor oseanografi perairan baik parameter fisika (suhu permukaan, angin, tinggi muka laut, gelombang, dan salinitas permukaan) maupun kualitas air (konsentrasi klorofil-a permukaan)
- 567 -
Dinamika Oseanografi Terhadap Hasil TangkapanIkanPelagis PPN Pengambengan dari Data Satelit MODIS (Suniada, K.I., et al.)
dapat dilakukan melalui teknologi penginderaan jauh. Berbagai data dalam skala global maupun regional tersedia untuk keperluan monitoring dinamika laut. Kehadiran teknologi inderaja laut memungkinkan pemantauan kondisi lingkungan dapat dilakukan dengan lebih efesien dan cepat. Salah satu satelit oseanografi yang dapat mengukur suhu permukaan laut dan kandungan klorofil-a yaitu satelit MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer). Karakteristik data MODIS adalah 12 bits dan memiliki 36 band dengan resolusi spasial 250 m untuk band 1 dan 2, 500 m untuk band 3 hngga 7 dan I km untuk band 8 hingga 36. Selain untuk pemantauan kondisi lingkungan data MODIS juga digunakan untuk penentuan lokasi penangkapan ikan pelagis, salah satunya ikan lemuru (Susilo et al., 2015). Selat Bali merupakan perairan semi tertutup yang menghubungkan Laut Bali di bagian utara dan Samudera Hindia di bagian selatan. Perairan Selat Bali dengan kondisi batimetri yang dangkal dan sempit di bagian utara berakibat pada kecepatan arus permukaan menjadi tinggi, baik dikarenakan adanya aliran air yang masuk ke Selat Bali maupun yang keluar dari Selat Bali.(Priyono et al., 2008). Massa air yang masuk dan keluar perairan Selat Bali cenderung berasal dari massa air permukaan. Sirkulasi massa air di perairan Selat Bali masuk dari arah Samudera Hindia (selatan-tenggara) menuju ke Laut Bali (utara-barat laut) (Pranowo dan Realino, 2006). Secara oseanografi Selat Bali dipengaruhi oleh siklus musim. Musim timur (southeast monsoon) terjadi pada bulan Juni – September, sedangkan musim barat (northwest monsoon) terjadi pada bulan Desember – Maret. Saat musim timur Selat Bali mendapatkan masukkan nutrien akibat proses upwelling yang terjadi di Samudera Hindia Selatan Jawa-Bali. Daerah upwelling adalah daerah potensial untuk kegiatan perikanan, karena kaya akan sumber makanan untuk keberlangsungan larva, juvenile dan ikan dewasa. (Hendiarti et al., 2004; Hendiarti et al., 2005). Pengaruh dari El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) di Selat Bali juga sangat kuat. Sejumlah penelitian mengenai berbagaifaktorlingkungan oseanografi diantaranya parameter fisika, kimia danbiologi(khusus aspek perikanan) serta produktivitas primer telah dilakukan diperairanSelatBali. Kegiatan penangkapan lemuru terjadi pada kisaran suhu permukaan laut antara 25–26,5oC dan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,25–0,65 mg/m3 (Susilo, 2015). Sartimbul et al., (2010) menyebutkan pendaratan lemuru yang sangat tinggi pada tahun akhir tahun 2006 hingga awal tahun 2007 akibat pengaruh El Nino yang kuat di Samudera Pasifik dan IOD positif di Samudera Hindia. Pada periode ini intensitas upwelling mengalami penguatan di bandingkan periode normal yang menyebabkan peningkatan konsentrasi klorifil-a di perairan Selat Bali.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik oseanografi perairan Selat Bali dari data satelit oseanografi dan dampaknya terhadap hasil tangkapan ikan pelagis yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Pengambengan.
2. METODE 2.1 Data Tangakapan Ikan Penelitian dilakukan di perairan Selat Bali berdasarkan data penangkapan ikan dari PPN Pengambengan selama tahun 2014 (Gambar 1).Data penangkapan ikan meliputi informasi lokasi penangkapan, jumlah dan jenis hasil tangkapan ikan. Hasil tangkapan harian dijumlahkan menjadi hasil tangkapan bulanan dengan resolusi spasial 10x10 km. Selanjutnya data penangkapan dan data satelit osenografi dilakukan overlay untuk mengetahui kondisi perairan pada saat penangkapan ikan.
2.2 Data Satelit Oseanografi Data satelit oseanografi menggambarkan kondisi lingkungan perairan dan saat terjadinya kegiatan penangkapan ikan.Parameter yang diamati berupa suhu permukaan lautdan konsentrasi klorofil-a baik dalam skala bulanan maupun musiman level 3 resolusi spasial 4 km yang direkam oleh sensor Moderate Resolution Imaging Spectoradiometer (MODIS) pada satelit Aqua. Data-data tersebut dapat diunduh melalui portal oceancolor (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/).Deliniasi nilai suhu permukaan laut antara 20-35oC dan nilai konsentrasi klorofil-a antara 0,1 – 3 mg/m3. Data komposite bulanan dan musim digunakan untuk mengetahui dinamika oseanografi Selat Bali, baik akibat pengaruh musim dan iklim regional dan kondisi perairan di lokasi penangkapan ikan.Perubahan kondisi oseanografi direpresentasikan oleh nilai rata-rata suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a pada area 7,3oS-10oS dan 113,5oE-115oE (Gambar 1).
- 568 -
SEMINAR NASIONAL PENGINDERAAN JAUH 2015
Gambar 1.Batasan lokasi penelitian
.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Dinamika Oseanografi di Selat Bali Sebaran suhu permukaan laut di lokasi penelitian menunjukkan kuatnya pengaruh musim terhadap kondisi oseanografi Selat Bali. Pola pergerakan angin selama periode musim menyebabkan pergerakan massa air sesuai dengan arah pergerakan angin. Menurut Pranowo dan Realino (2006) pada musim timur (southeast monsoon) angin bertiup dari tenggara menuju barat laut yang menyebabkan pengangkatan massa air di selatan Jawa-Bali. Fenomena upwelling dicirikan nilai suhu relatif rendah dan konsentrasi klorofil-a tinggi. Suhu permukaan laut terekam dingin di seluruh perairan Selat Bali pada musim timur dengan kisaranantara 25,44– 28,10oC (Gambar 2.a). Secara spasial suhu permukaan laut Selat Bali bagian selatan lebih hangat dibandingkan dengan bagian utara. Nilai rata-rata suhu permukaan laut pada masing-masing musim barat, peralihan 1, timur dan peralihan 2 secara berurutan sebagai berikut 29,87oC, 30,12oC, 26,85oC dan 27,34oC. Rendahnya suhu permukaan laut di bagian selatan mengindikasikan terjadinya upwelling dan pergerakan massa air Laut Samudera Hindia yang bergerak memasuki Selat Bali menuju Laut Jawa.Sirkulasi massa air di perairan Selat Bali masuk dari arah Samudera Hindia menuju ke Laut Bali (Pranowo &Realino, 2006). Konsentrasi klorofil pada musim timur mencapai kisaran 0,26 – 2,82 mg/m3(Gambar 2.b). Nilai konsentrasi klorofil-a berbanding terbalik dengan suhu permukaan laut. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a pada masing-masing musim barat, peralihan 1, timur dan peralihan 2 secara berurutan sebagai berikut 0,18 mg/m3, 0,36 mg/m3, 1,05 mg/m3 dan 1,04 mg/m3.Safitri et al., (2014) menunjukkan bahwa kandungan klorofil–a dan nitrat di perairan selatan Selat Bali pada akhir musim timur memiliki nilai yang tinggi pada perairan terbuka dekat Samudera Hindia. Keberadaan klorofil-a memiliki hubungan cukup signifikan dengan nilai nitrat di Perairan Selatan Selat Bali. Konsentrasi klorofil-a menyebar secara horisontal dari Selat Bali bagian selatan menuju ke bagian utara. Sedangkan stratifikasi konsentrasi klorofil-a di Selat Bali bagian tengah terlihat lebih beragam berdasarkan kedalaman. Diperairan yang dekat dengan Pulau Jawa terdapat konsentrasi klorofil-a maksimum dan minimum dikedalaman 20 meter, sedangkan di perairan dekat dengan Pulau Bali hanya terdapat konsentrasi klorofil-a minimum. Konsentrasi klorofil-a maksimum dan minimum diperairan bagian selatan tersebar luas dari perairan dekat dengan Pulau Jawa maupun perairan dekat dengan Pulau Bali dan terdistribusi sampai kedalaman 30 meter.Perairan bagian selatan yang mewakili Samudera Hindia sebagai pintu masuk maupun keluar sirkulasi massa air dan percampuran massa air akan dapat mempengaruhi produktivitas primer suatu perairan. Konsentrasi klorofil-a diperairan Selat Bali dipengaruhi oleh massa air yang masuk dan keluar selat, dimana massa air tersebut berasal dari massa air permukaan, sehingga ketersediaan nutrien dikolom perairan yang lebih dalam tidak ikut keluar mengikuti pergerakan massa air (Rintaka et al., 2015).
- 569 -
Dinamika Oseanografi Terhadap Hasil TangkapanIkanPelagis PPN Pengambengan dari Data Satelit MODIS (Suniada, K.I., et al.)
(a)
(b)
Gambar 2. Komposit Bulanan Data Citra Aqua-MODIS Tahun 2014. (a) Suhu Permukaan Laut, (b) Konsentrasi Klorofil -a
- 570 -
SEMINAR NASIONAL PENGINDERAAN JAUH 2015
3.2 Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan Komposisi hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPN Pengambengan tahun 2014 di dominasi oleh ikan pelagis kecil.Komposisi hasil tangkapan ikan terbesar terdiri dari lemuru, tongkol, tenggiri dan layang.Penyebaran daerah peanngkapan ikan bervariasi sepanjang tahun khususnya di sepanjang pesisir barat Pulau Bali. Pada bulan Juni kegiatan penangkapan tidak terlalu menyebar dan terkonsentrasi di sekitar perairan PPN Pengambengan bagian selatan. Memasuki bulan Juli, jumlah kegiatan penangkapan cenderung menurun dan berada pada wilayah – wilayah tertentu saja. Pada bulan Agustus dan September kegiatan penangkapan ikan lebih menyebar sepanjang pulau Bali bagian barat daya dengan hasil tangkapannya lebih sedikit. Peningkatan yang signifikan terjadi pada bulan Oktober. Kegiatan penangkapan terkonsentrasi pada daerah tertentu yang merupakan pusat kesuburan perairan sehingga mendapatkan hasil yang jauh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Pada musim barat kegiatan penangkapan ikan relatif stabil, dengan tangkapan tertinggi di bulan Maret sebesar 623.601 kg. Kegiatan penangkapan ikan tersebar di bagian selatan dan tenggara PPN Pengambengan pada bulan Januari sedangkan pada bulan Februari jumlah kegiatan penangkapan ikan menurun cukup signifikan. Memasuki bulan Maret penyebaran kegiatan penangkapan ikan mulai mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari sebaran daerah penangkapan yang merata di sekitar perairan Selat Bali yang berlangsung hingga bulan Mei. Januari2014
Februari 2014
Maret 2014
April 2014
Mei 2014
Juni 2014
Juli 2014
Agustus 2014
Oktober 2014
November 2014
September 2014
Desember2014
Gambar 3.Sebaran Spasial Hasil Tangkapan Ikan Nelayan PPN Pengambengan Tahun 2014
Kegiatan penangkapan ikan lemuru di perairan Selat Bali hampir terjadi di sepanjang musim, baik pada saat musin timur maupun musim barat. Pada musim timur peningkatan konsentrasi klorofil-a permukaan berbanding lurus dengan aktivitas dan jumlah tangkapan ikan. Memasuki bulan Oktober jumlah tangkapan ikan mengalami peningkatan yang signifikan mencapai 1.445.550 kg. Ikan lemuru mendominasi hasi ltangkapan dengan jumlah mencapai 1.443.750 kg, sedangkan sisanya berupa ikan tongkol dan pilok. Sedangkan pada musim barat hingga peralihan menuju timur nilai produksi mencapai nilai tertinggi sebesar
- 571 -
Dinamika Oseanografi Terhadap Hasil TangkapanIkanPelagis PPN Pengambengan dari Data Satelit MODIS (Suniada, K.I., et al.)
623.601 kg pada bulan Maret dan rata-rata bulanan sebesar 291.256 kg (Gambar 4). Menurut Rintaka et al., (2015) jumlah tangkapan ikan lemuru maksimum terjadi pada saat musim timur terutama pada bulan September – Desember, sedangkan puncak penangkapan lemuru terjadi pada bulan Nopember. Selama musim timur (Juni – Agustus) terjadi peningkatan intensitas upwelling di Selatan Jawa dan Selat Bali yang eksistensinya ditunjukkan dengan perairan yang kaya akan nutrien dan tingginya produktivitas primer, bila dikaitkan dengan puncak penangkapan lemuru di perairan Selat Bali terjadi time lag antara maksimum intensitas upwelling dengan maksimum jumlah tangkapan. Hal ini kemungkinan disebabkan makanan utama lemuru berupa zooplankton (diatom) bukan phytoplankton, sehingga diperlukan tenggang waktu (time lag) dalam rantai makanan dari khlorofil sampai ke zooplankton. Lemuru tergolong ikan pelagis kecil dalam famili clupeidae, pemakan penyaring (filter feeder) dengan makanan utama berupa fitoplankton dan zooplankton. Pradini et al., (2011) menyebutkan bahwa makanan utama lemuru pada bulan Agustus berupa fitoplankton (Coscinodiscus sp. dan Pleurosigma sp.). Selain itu juga ditemukan Peridinium sp. sebagai makanan sekunder lemuru. Berdasarkan analisis data satelit bulanan pada lokasi penangkapan ikan menunjukkan adanya variasi konsentrasi klorofil-a tahun 2014. Peningkatan konsentrasi klorofil-a terjadi sejak awal musim peralihan hingga akhir musim timur pada kisaran 0,25 – 2,97 mg/m3 dan rata-rata bulanan dalam setahun 2014 sebesar 0,66 mg/m3. Penangkapan ikan tertinggi terjadi pada kisaran konsentrasi klorofil-a antara 0,50 - 2,88 mg/m3 dengan nilai rata-rata sebesar 1,20 mg/m3 (Gambar 4). Sedangkan suhu permukaan laut berkisar 26,66 27,40oC dengan nilai rata-rata sebesar 26,93oC (Gambar 4). Pada bulan Januari mulai terjadi peningkatan suhu permukaan laut hingga puncak pada bulan Maret dengan kisaran rata- rata suhu puncak mencapai 29,80oC. Pada kurun waktu yang sama klorofil-a diawal bulan Maret terjadi peningkatan dengan rata-rata nilai 0,29 mg/m3 dan ditinjau dari hasil tangkapan dengan jumlah 623.601kg merupakan jumlah tangkapan tertinggi antara bulan Januari - September 2014. Kemudian klorofil-a terus meningkat hingga bulan Agustus dengan kisaran 0,26– 2,82 mg/m3 dengan nilai rata – rata 1,42 mg/m3 tetapi tidak disertai dengan meningkatnya jumlah tangkapan dari Juni, Juli dan Agustus dengan jumlah tangkapan berurut 207.922kg, 64.698kg, dan 298.950kg. Pada musim timur ini, nilai rata-rata suhu permukaan laut sedikit menurunmulai 27,37 oC, 27,08 oC dan 26,08oC diikuti dengan pola klorofil sedikit meningkat dengan nilai 0,85 mg/m3, 0,88 mg/m3dan 1,42 mg/m3 hingga pada pada musim peralihan II di bulan Oktober nilai jumlah tangkapan tertinggi pada tahun 2014. Namun sangat disayangkan data penangkapan ikan pada bulan Nopember dan Desember tidak tersedia, sehingga tidak dapat disimpulkan apakah peningkatan jumlah tangkapan ikan terus berlanjut hingga akhir musim peralihan II.
Gambar 4.Hubungan Suhu Permukaan Laut (deg-C), Konsentrasi Klorofil-a (mg/m3) dan Hasil Tangkapan Ikan (kg) Tahun 2014
4. KESIMPULAN Dinamika oseangrafi perairan Selat Bali dipengaruhi oleh sistem monsoon yang mempengaruhi sebaran suhu permukaan laut, kesuburan perairan, sebaran daerah penangkapan ikan nelayan dan hasil tangkapan ikan di PPN Pengambengan. Komposisi utama hasil tangkapan terdiri dari ikan lemuru, tongkol, tenggiri dan layang. Hasil tangkapan ikan pelagis bulanan rata-rata sebesar sebesar 453.104 kg dengan nilai tertinggi
- 572 -
SEMINAR NASIONAL PENGINDERAAN JAUH 2015
terjadi pada bulan Oktober mencapai 1.445.550 kg (1.443.750 kg diantaranya merupakan ikan lemuru). Penangkapan ikan tertinggi terjadi pada kisaran konsentrasi klorofil-a antara 0,50 - 2,88 mg/m3 dengan nilai rata-rata sebesar 1,20 mg/m3 dan suhu permukaan laut berkisar 26,66 - 27,40oC dengan nilai rata-rata sebesar 26,93oC.
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada pengelola data respon balik PPN Pengambenganyang telah membantu dalam proses pengumpulan data penangkapan ikan selama periode tahun 2014.
DAFTAR PUSTAKA Hendiarti, N., Suwarso, E., Aldrian, K., Amri, R., Andiastuti, S.I., Sachoemar, dan Wahyono, I.B. (2005). Seasonal Variation of Pelagic Fish Catch Around Java. Oceanography 18(4):112-123. Hendiarti, N., Siegel, H., dan Ohde, T. (2004). Investigation of different oastal processes in Indonesian waters using SeaWiFS data.Deep-Sea Research II 51:85–97. Laevastu, T., dan Hayes, L.M. (1981). Fisheries Oceanography and Ecology. Fishering News Book Ltd. New York. Laevastu, T., dan Hela, I. (1970). Fisheries Oceanography. Fishering News Book Ltd. London. Mann, K.H., dan Lazier, J.R.N. (1996). Dynamic of Marine Ecosystem, Biological-Physical Interaction in The Oceans, Second edition, Blackwell Science. USA. Pradini, S., Rahardjo, M.E., dan Kaswadji, R. (2011). Kebiasaan Makanan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) di Perairan Muncar, Banyuwangi. Jurnal Iktiologi Indonesia, 1(1): 41-45. Pranowo, W.S., dan Realino, B. (2006). Sirkulasi Arus Vertikal di Selat Bali Pada Monsun Tenggara 2004. Balai Penelitian dan Observasi Laut. Bali. Priyono, B., Yunanto, A., dan Wibawa, T.A. (2008). Karakteristik Oseanografi dalam Kaitannya dengan Kesuburan Perairan di Selat Bali. Balai Penelitian dan Observasi Laut. Bali. Qu, T., Du, Y., Strachan, J., Meyers, G., dan Slingo, J. (2005). Sea Surface Temperure and Its variability In the Indonesian Region. Oceanography18 (4): 88-97. Rintaka, W.E., Susilo, E., dan Hastuti, A.W. (2015). Pengaruh In-Direct Upwelling Terhadap Jumlah Tangkapan Lemuru Di Perairan Selat Bali. Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan V, Universitas Brawijaya. Safitri, W., Hariadi, dan Sugianto, D.N. (2014). Analisa hubungan nitrat terhadap distribusi khlorofil-a di perairan selata Selat Bali pada musim timur. J. Oseanogr 3(1):7-15. Sartimbul, A., Nakata, H., Rohadi, E.,Yusuf, B., dan Kadarisman, H.P. (2010). Variations in Chlorophyll–a Concentration and The Impact on Sardinella lemuru Catches in Bali Strait, Indonesia. Progress in Oceanography, 87: 168-175. Susilo, E. (2015). Variabilitas Faktor Lingkungan pada Habitat Ikan Lemuru di Selat Bali Menggunakan Data Satelit Oseanografi dan Pengukuran Insitu. Omni Akuatika XIV(20):13-22. Susilo, E., Wibawa, T.A., dan Wijaya, A. (2015). Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Di Selat Bali Berbasis Rantai Makanan Menggunakan Data Satelit Osenografi. Prosiding Seminar Nasional Geografi – Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015. Wudianto. (2001). Analisis Sebaran dan Kelimpahan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker, 1853) di Perairan Selat Bali: Kaitannya dengan Optimasi Penangkapan. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. *) Makalah ini telah diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan pada saat diskusi presentasi ilmiah BERITA ACARA PRESENTASI ILMIAH SINAS INDERAJA 2015 Moderator Judul Makalah Pemakalah Jam Tempat Diskusi :
: Dr. Irawan Muripto : Dinamika Oseanografi Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Pelagis PPN Pengambengan dari Data Satelit MODIS. : Eko Susilo dkk, KKP : 09.45 – 10.00 : Ball Room 3
Reliana(Balai Observasi Laut, KKP) Kami akan sharing terkait dengan penelitian yang telah kami lakukan sebelumnya. Tadi telah dikatakan bahwa pengaruh oceanografinya dari IODI, ENSO, sedangkan data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah data satu tahun pada 2014. Penelitian ini analisis nya akan lebih tajam jika langsung dilakukan waktunya berdasarkan analisis musim, karena data yang digunakan hanya satu tahun. Jika hal ini dikaitkan dengan IODI tentunya akan diperlukan data yang lebih panjang karena perlu analisis intratransisional yang hal itu tidak cukup jika dilakukan menggunakan data
- 573 -
Dinamika Oseanografi Terhadap Hasil TangkapanIkanPelagis PPN Pengambengan dari Data Satelit MODIS (Suniada, K.I., et al.)
satu tahun saja. Fenomena yang menarik di Selatan Jawa-Bali pada Selat Bali sampai Selat Banyuwangi adalah fenomena upweling yang tetap yang terjadi sepanjang musim. Jika hal ini dikaitkan dengan IODI pada bulan Juli 2014 yang memiliki nilai Positif, maka belum tentu pada bulan Juli tahun berikutnya nilai IODI akan positif, sehingga analisis terkait dengan acuan musim perlu dilakukan. Dony Kushardono (PUSFATJA-LAPAN) Tema cukup menarik berkaitan dengan pemanfaatan data penginderaan jauh untuk tangkap ikan dan berkaitan dengan fenomena globalnya. Kenapa data yang di pakai adalah data AQUA MODIS? apakah karena data diakusisi sekitar jam 13.30 WIB apakah karena pada siang hari sehingga temperatur diwilayah tersebut dianggap cukup mewakili untuk keperluan analisis. Kanapa tidak menggunakan data TERRA MODIS yang diakusisi waktunya pagi hari, karena kalo menggunakan data pada saat siang hari biasanya pertumbuhan awan sudah mulai tinggi dan posisi sensor dengan matahari sudah mulai sejajar, sehingga sunklin akan tinggi pula. Jika hal ini diterapkan untuk kajian seperti klorofil akan ada masalah dalam hasil pengolahannya. Tatapi apakah ada alasan khusus terkait hal ini sehingga tetap digunakan data AQUA MODIS. Jawaban Terimakasih untuk masukannya, penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya (melanjutkan). Sehingga data yang dipakai masih 1 tahun, dan mungkin akan bertambah untuk tahun berikutnya. Menggunakan AQUA MODIS, karena dilihat dari sensor thermal. Pada penelitian lanjutan akan mencoba diterapkan dengan menggunakan citra TERRA MODIS.
- 574 -