PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 10 PALU Dina Fitriana Toangi E-mail:
[email protected] Bakri Mallo E-mail:
[email protected] Linawati E-mail:
[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 10 Palu. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian yang digunakan mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran, dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, data hasil tes awal dan data hasil tes akhir tindakan. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan pendekatan saintifik kemampuan belajar siswa dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel meningkat sesuai kriteria keberhasilan tindakan, dengan mengikuti langkah-langkah pendekatan saintifik, yaitu: 1) pengamatan, 2) pengajuan pertanyaan, 3) penalaran, 4) percobaan, dan 5) pembentukan jejaring. Kata Kunci: pendekatan saintifik; kemampuan; sistem persamaan linear dua variabel Abstract: The purpose of this study to description of the application of the scientific approach to improve students' ability in solving systems of linear equations in two variables of grade VIII SMP Negeri 10 Palu. This type of research is classroom action research. The study design used is based upon research design Kemmis and Mc.Taggart consisting of four components: planning, action, observation, and reflection.The data collected in this study is data activity of teachers in managing learning, and students' activity in participating in learning activities, the initial test result data and the final test result data action. The study was conducted in two cicles. The result showed at the application of scientific approach to student learning ability in solving systems of linear equations of two variables increases according to criteria of success of the action, by following these steps scientific approach , that is: 1) Observing, 2) Questioning, 3) Associating, 4) Experimenting, and 5) networking. Keywords: scientific approach; ability; systems of linear equations two variables
Matematika merupakan pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Saat belajar matematika siswa akan terbiasa untuk berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan untuk bekerja sama (Depdiknas, 2006). Berdasarkan silabus matapelajaran matematika SMP kelas VIII, materi-materi yang dipelajari yaitu faktorisasi suku aljabar, relasi dan fungsi, persamaan garis lurus, sistem persamaan linear dua variabel, teorema phytagoras, lingkaran, dan bangun ruang sisi datar. Selanjutnya, peneliti mengambil sistem persamaan linear dua variabel yang diduga sebagai satu diantara beberapa materi yang menjadi kesulitan siswa di dalam pembelajaran. Adapun beberapa penelitian yang mendukung bahwa siswa kesulitan dalam mempelajari sistem persamaan linear dua variabel yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2010) bahwa di SMP Negeri 2 Banyudono kelas VIII tahun ajaran 2009/2010 masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika khususnya pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.
Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 205 Selanjutnya,penelitian yang dilakukan oleh Liberna (2012) bahwa siswa di SMPN 248 Jakarta kelas VIII tahun ajaran 2011/2012 masih cenderung lemah dalam berpikir kritis terutama dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan juga penelitian yang dilakukan oleh Jalil (2015) ditemukan bahwa siswa kelas VIII MTs Darul Hikmah Jember tahun ajaran 2014/2015 masih kesulitan dalam memahami konsep sistem persamaan linear dua variabel. Selanjutnya, peneliti menduga bahwa siswa kelas VIII di SMPN 10 Palu juga mengalami kesulitan pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Kemudian peneliti melakukan observasi dan dialog di sekolah tersebut untuk memperoleh jawaban atas dugaannya. Hasil dialog dengan salah seorang guru matematika kelas VIII di SMPN 10 Palu pada Senin tanggal 03 Agustus 2015, diperoleh informasi bahwa siswa kurang mampu dalam menyelesaikan soal-soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) karena siswa tidak memahami konsep SPLDV, siswa mengalami kesulitan dalam membuat kalimat matematika, siswa sering melakukan kesalahan dalam hal perhitungan yang berdampak pada penyelesaian, siswa malas untuk bertanya atau mengemukakan pendapat dan selalu berharap pada temannya yang lebih mampu, sehingga siswa kurang mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Usaha lain yang dilakukan peneliti untuk memperkuat informasi yang telah diperoleh dari hasil dialog, maka peneliti melakukan tes identifikasi terkait materi SPLDV di kelas IX SMPN 10 Palu. Tes yang diberikan terdiri atas dua soal, satu diantaranya yaitu Linda dan Andi pergi ke pasar bersama-sama untuk membeli buah, Linda membeli 1 kg jeruk dan 2 kg mangga dengan harga seluruhnya Rp 70.000,00. Di kios yang sama, Andi membeli 2 kg jeruk dan 2 kg mangga dengan harga seluruhnya Rp 80.000,00. Berapakah harga masing-masing 1 kg jeruk dan 1 kg mangga di kios tempat Linda dan andi membeli buah? Jawaban siswa terhadap soal tersebut diperlihatkan pada gambar 1 berikut: KH TI 01
KH TI 06
KH TI 02
KH TI 07
KH TI 03
KH TI 08
KH TI 04
KH TI 09
KH TI 05 KH TI 11
KH TI 10
Gambar 1. Jawaban siswa KH pada soal nomor 2 Terlihat pada jawaban siswa KH sebagaimana Gambar 1, KH menuliskan x + 2y = 70 (KHTI01), dan 2x + 2y = 80 (KHTI02), 3x = 150 (KHTI 03), x = (KHTI04) sehingga diperoleh hasilnya x =
(KHTI05). Selanjutnya KH mensubtitusikan nilai x kedalam
persamaan dan menuliskan x + 2y = 70 (KHTI06),
+ 2y =70 (KHTI07), 2= 70 –
(KHTI08), 2y = (KHTI09), dan 2y = (KHTI10), sehingga hasil yang di peroleh y = (KHTI11). Jawaban KH pada (KHTI01) dan (KHTI01) benar. Sedangkan jawaban KH pada (KHTI03), (KHTI04), (KHTI05), (KHTI06), (KHTI07), (KHTI08), (KHTI09),
206 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
(KHTI10) dan (KHTI11) salah. Siswa KH menghilangkan variabel y dengan menggunakan operasi penjumlahan (KHTI01) dan (KHTI01) maka variabel x bernilai salah (KHTI03), sehingga pada langkah substitusi KH tidak memperoleh penyelesaian dengan benar. Seharusnya KH menggunakan operasi pengurangan maka variabel y tereliminasi dan variabel x bernilai benar sehingga KH bisa menyelesaikan dan memperoleh himpunan penyelesaian dengan benar. Berdasarkan hasil observasi, dialog, dan tes identifikasi maka peneliti menyimpulkan bahwa siswa masih kesulitan pada materi SPLDV, sehingga peneliti berupaya untuk mengatasi masalah yang terjadi terkait dengan materi SPLDV yaitu dengan memilih suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas VIII SMPN 10 Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan suatu SPLDV, maka salah satu upaya yang dilakukan adalah menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang sifatnya melatih kerja siswa untuk aktif dalam pembelajaran yang kemudian diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi di kelas. Terkait dengan informasi-informasi yang telah diperoleh, maka peneliti mencoba menerapkan pendekatan saintifik karena pendekatan pembelajaran ini dianggap cocok untuk diterapkan di kelas tersebut. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang memerlukan proses mental, seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan membentuk jejaring. Tujuan dari beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam pembelajaran saintifik sama yaitu menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi diruang kelas, tetapi juga dilingkungan sekolah dan masyarakat. Guru cukup bertindak sebagai scaffolding ketika siswa mengalami kesulitan, serta guru bukan satu-satunya sumber belajar. Motivasi peserta didik untuk belajar matematika akan meningkat apabila ia dapat menemukan sendiri konsep dalam matematika. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu (Hosnan, 2014). Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMPN 10 Palu. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 10 Palu? METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini mengacu pada desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VIII SMPN 10 Palu yang berjumlah 21 orang, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan lapangan, tes awal, dan tes akhir tindakan. Analisis data pada penelitian ini mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992), yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya dari subjek penelitian tersebut, dipilih tiga
Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 207 orang informan yang diambil berdasarkan tes awal dan konsultasi dengan guru mata pelajaran matematika yaitu siswa SAB berkemampuan matematika tinggi, siswa DM berkemampuan matematika sedang, dan siswa HR berkemampuan matematika rendah. Kriteria keberhasilan tindakan yaitu: 1) aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran minimal berkategori baik, 2) Siklus I siswa mampu menyelesaikan SPLDV dengan menggunakan metode eliminasi, substitusi dan gabungan dengan benar, dan 3) siklus II siswa mampu membuat model matematika dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan SPLDV. HASIL PENELITIAN Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti memberikan tes awal kepada siswa kelas VIII SMPN 10 Palu. Tes awal yang diberikan terdiri atas dua soal, soal pertama mengenai persamaan linear satu variabel (PLSV) yaitu menyetarakan ruas kiri dan ruas kanan untuk memperoleh nilai pengganti dari variabelnya dan membuat model matematika dari PLSV serta menyelesaikannya. Hasil yang diperoleh dari tes awal menunjukkan bahwa dari 21 siswa yang mengikuti tes, untuk soal nomor 1 ada 11 siswa yang mampu menyelesaikan PLSV dengan cara menyetarakan kedua ruas dan menyelesaikannya dengan tepat. Selanjutnya untuk soal nomor 2 belum ada siswa yang mampu membuat model matematika dari soal PLSV dan menyelesaikannya. Hasil analisis tes awal juga digunakan peneliti sebagai pedoman membentuk kelompok belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik, dengan tujuan agar siswa dapat saling membantu satu sama lain dan bertukar pendapat di dalam kelompok belajarnya. Jumlah siswa di kelas VIII yaitu 21 orang, sehingga siswa dibentuk ke dalam 5 kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 siswa untuk setiap kelompok. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat komponen, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi, sesuai yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013). Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan fase-fase pembelajaran pendekatan saintifik, lembar kerja siswa, tes akhir tindakan, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan catatan lapangan. Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan pada setiap siklus, setiap pertemuan berlangsung selama 2 × 40 menit dan 3 × 40 menit. Setiap pertemuan pertama membahas materi, materi pada siklus I adalah penyelesaian SPLDV menggunakan metode eliminasi, substitusi, dan gabungan, sedangkan materi pada siklus II adalah membuat model matematika dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan SPLDV. Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang mengikuti fasefase pendekatan saintifik yaitu pengamatan, pengajuan pertanyaan, penalaran, percobaan, pembentukan jejaring, dan kegiatan penutup. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II diawali dengan kegiatan pendahuluan. Kegiatan tersebut yaitu membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Seluruh siswa atau sebanyak 21 siswa hadir pada pertemuan pertama di siklus I dan siklus II. Selanjutnya, peneliti mengecek pengetahuan prasyarat dengan memberikan pertanyaan secara lisan maupun tertulis berkaitan dengan materi ajar. Pada siklus I peneliti mengecek pengetahuan prasyarat mengenai PLSV, sedangkan pada siklus II peneliti mengecek pengetahuan prasyarat mengenai penyelesaian SPLDV menggunakan metode eliminasi, substitusi, dan gabungan.
208 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
Selanjutnya peneliti menyampaikan informasi tentang materi yang hendak dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa mampu menentukan himpunan penyelesaian suatu sistem persamaan linear dua variabel menggunakan metode eliminasi, substitusi dan gabungan. Tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu: 1) siswa mampu membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel, 2) siswa mampu menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel menggunakan metode eliminasi, substitusi dan gabungan. Kemudian peneliti memberikan pemotivasian kepada seluruh siswa sehingga siswa termotivasi, siap, dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi yang diberikan peneliti yaitu menyampaikan manfaat dari mempelajari materi SPLDV dalam kehidupan sehari-hari misalnya siswa ingin menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan angka, uang, umur dan lain-lain, maka langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengubah informasi yang diperoleh dari permasalahan tersebut kedalam model matematika dan menyelesaikannya dengan langkah-langkah penyelesaian SPLDV. Kegiatan inti dimulai dengan fase pengamatan. Pada fase pengamatan peneliti memberikan LKS pada siswa dan mengarahkan siswa mengamati permasalahan yang terdapat dalam LKS. Setelah mendengarkan arahan dari peneliti, semua siswa mengamati gambar dan permasalahan yang ada di LKS. Siklus 1 peneliti memberikan permasalahan yaitu diketahui suatu sistem persamaan 2 + 3b = 12 dan + 2b = 8. Tentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV tersebut, sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Selanjutnya pada siklus II peneliti memberikan permasalahan yang berkaitan dengan SPLDV dalam soal bergambar sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 2. LKS pada siklus I
(b)
(a) Gambar 3. LKS Nomor 2 pada siklus II
Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 209 Aktivitas pada fase pengajuan pertanyaan yaitu peneliti iswa bertanya kepada peneliti tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Siklus I siswa FZ bertanya untuk menemukan himpunan penyelesaianya boleh hanya menggunakan salah satu metode saja, kemudan peneliti menjawab bahwa dalam menemukan himpunan penyelesaan dari permasalahan yang diberikan siswa bisa menggunakan metode penyelesaian yang menurut siswa lebih mudah dipahami. Selanjutnya pada siklus II siswa NH bertanya tentang maksud gambar yang diberikan dalam LKS, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3. Peneliti menjawab coba perhatikan Gambar 3(a) ada berapa buah baju dan berapa buah topi yang dibayar dengan harga Rp.960.000,00 dari gambar tersebut siswa bisa memperoleh informasi dan merubah kalimat verbalnya kedalam model matematika. Lakukan hal yang sama pada Gambar 3(b). Pencapaian siswa setelah mengamati gambar dan melakukan tanya jawab dengan peneliti, siklus 1 siswa dapat menunjukkan bahwa dari 2 persamaan belum terdapat variabel yang memiliki koefisien sama sehingga siswa harus menemukan cara untuk memperoleh koefisien yang sama dan siklus 2 siswa dapat menunjukkan bahwa pada gambar pertama terdapat 3 buah baju dan 4 buah topi dibayar dengan harga Rp.960.000 dan pada gambar yang kedua terdapat 2 buah baju dan 5 buah topi yang dibayar dengan harga Rp.990.000. Aktivitas yang peneliti lakukan pada fase penalaran yaitu peneliti meminta siswa untuk membuat kesimpulan tentang konsep dan informasi yang mereka temukan. Pencapaian siswa pada siklus I siswa sudah mampu menyimpulkan bahwa koefisisen dari kedua variabel tidak ada yang sama, sedangkan untuk mengeliminasi variabel x atau y koefisiennya harus sama, untuk memperoleh variabel yang sama maka siswa FZ mengalikan persamaan kedua dengan angka 2. Selanjutnya siklus II Siswa NH sudah mampu menyimpulkan dan mengubah kalimat verbal kedalam model matematika, yaitu dengan memisalkan baju adalah x dan topi adalah y, jadi diperoleh model matematikanya 3x + 4y = 960.000 dan 2x + 5y = 990.000. Akivitas yang dilakukan pada fase percobaan yaitu peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan permasalahan pada LKS. Pencapaian siswa pada siklus I dan siklus II yaitu siswa bersama kelompoknya mencoba menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam LKS menggunakan metode gabungan (substitusi-eliminasi) sehingga siswa mampu menemukan himpunan penyelesaiannya dengan benar. Aktivitas yang dilakukan pada fase pembentukan jejaring yaitu peneliti mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil kesimpulan kelompoknya didepan kelas. Pada siklus I peneliti meminta perwakilan dari kelompok 1 untuk mempresentasikan hasil kesimpulan kelompoknya. Kemudian peneliti bertanya kepada siswa apakah ada jawaban lain selain dari jawaban kelompok 1, siswa menjawab bahwa jawaban kelompok mereka sama dengan jawaban kelompok 1. Pada siklus II peneliti meminta perwakilan kelompok 2 untuk mempresentasikan hasil kesimpulan kelompoknyanya. Kemudian peneliti bertanya kepada siswa apakah ada jawaban lain selain dari jawaban kelompok 2, siswa menjawab hasil jawaban kelompok mereka sama dengan jawaban kelompok 2 yang berbeda hanya variabelnya. Aktivitas yang dilakukan peneliti pada kegiatan penutup yaitu peneliti memberikan tugas tentang penyelesaian SPLDV kepada siswa sebagai bahan latihan di rumah. Tugas yang diberikan pada siklus I yaitu tentukan himpunan penyelesaian dari 3x – 2y = 12 dan 2x + 2y = 18 dan pada siklus II yaitu Asep membeli 2 kg mangga dan 1 kg apel dengan harga Rp.15,000,00. Sedangkan Intan membeli 1 kg mangga dan 2 kg apel dengan harga Rp.18,000,00. Berapakah harga 5 kg mangga dan 3 kg apel? Kemudian siswa mencatat
210 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
semua hal-hal penting yang menjadi bahan belajar mereka di rumah. Selanjutnyapeneliti mengakhiri pembelajaran dengan berdoa bersama-sama dan mengucapkan salam. Pada pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan siklus I kepada siswa. Adapun satu diantara soal yang diberikan yaitu tentukanlah himpunan penyelesaian setiap SPLDV berikut: x + y = 3 dan 2x – 2y = 10. Berdasarkan hasil jawaban siswa diperoleh informasi bahwa dari 21 siswa yang mengikuti tes, terdapat 19 siswa telah mampu menyelesaikan SPLDV dengan tepat menggunakan metode eliminasi, substitusi atau campuran dan terdapat jawaban siswa terhadap soal tersebut sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4 berikut. RF S1 01
RF S1 04
RF S1 02
RF S1 05
RF S1 03
RF S1 06
Gambar 4. Jawaban siswa RF pada soal nomor 1 S1 Terlihat pada jawaban siswa RF sebagaimana Gambar 4, RF menuliskan 2x + 2y = 6 dikurang dengan 2x – 2y = 10 (RFSI01) kemudian menuliskan hasilnya (RFSI02) sehingga hasil akhirnya y = -1 (RFSI03). Selanjutnya RF mensubstitusikan nilai y = 1 dan menuliskan 2x – 2y = 10, 2x – 2(-1) = 10, 2x + 2 = 10 dan 2x + 2 – 2 = 10 (RFSI04), kemudian menuliskan (RFSI05) sehingga hasil akhirnya x = 4 (RFSI06). Jawaban RF pada (RFSI03), (RFSI04) dan (RFSI06) benar. Sedangkan pada (RFSI01), (RFSI02) dan (RFSI05) salah. RF melakukan oprasi pengurangan 6 – 10 = -6 (RFS101), seharusnya jawaban RF 6 – 10 = -4 dan RF membagi 2x dengan 2 (RFS105), seharusnya siswa RF tidak membagi variabel x. Selanjutnya untuk memperjelas informasi tentang kesalahan RF, peneliti melakukan dialog sebagaimana transkip berikut. RF S1 07 P
RF S1 08 S RF S1 09 P
RF S1 10 S RF S1 11 P
: pada soal nomor 1 kamu langkah pengerjaanya ada yang salah, kamu melakukan oprasi pengurangan 6 – 10 = -6 namun hasil akhirnya benar. Mengapa demikian? : salah tulis saya kak. Disitu bukan - 6 tetapi - 4. : jadi kamu hanya salah menuliskan ya. Kemudian pengerjaanmu pada metode substitusi kamu membagi 2x dengan 2 sementara hasil akhirnya kamu masih menuliskan variabel x. Seharusnya bagaimana? : iya kak, saya terburu-buru sehingga coretannya sampai kena variabelnya. Seharusnya yang dicoret hanya koefisien 2 saja kak. : baiklah, kalau begitu kedepannya harus lebih teliti lagi ya.
Hasil jawaban siswa menunjukan bahwa siswa RF sudah memahami konsep dan mampu menentukan himpunan penyelesaian dengan benar, tetapi kurang teliti dalam melakukan operasi pengurangan (RFSI08S) dan operasi pembagian (RFSI10S). Pada pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan siklus II yang diikuti oleh 21 siswa. Adapun satu diantara soal yang diberikan sebagai berikut. Di kios Amir harga 1 kg beras dan 4 kg minyak goreng adalah Rp.14.000,00. Sedangkan harga 2 kg beras dan 1 kg minyak goreng adalah Rp.10.500,00. Tentukan: a) model matematika dari soal tersebut, b) berapa harga 1 kg beras dan harga 1 kg minyak goreng.
Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 211
Selanjutnya hasil jawaban siswa dianalisis dan diperoleh informasi bahwa dari 21 siswa yang mengikuti tes, terdapat 16 siswa telah mampu membuat model matematika dan menyelesaikan permasalahan SPLDV, 6 siswa sudah mampu membuat model matematika pada soal SPLDV, namun saat penyelesaian siswa masih melakukan beberapa kesalahan pada operasi hitung. Jawaban siswa ditunjukkan sebagaimana Gambar 5 berikut. AM S2 01
AM S2 02 AM S2 06
AM S2 05
AM S2 03 AM S2 04
Gambar 5. Jawaban siswa AM soal nomor 1 pada siklus 2 Terlihat pada jawaban siswa AM sebagaimana Gambar 5, AM menuliskan b + 4m = 14000 dikalikan dengan 2 hasilnya 2b + 8m =18000 (AMS201), 2b + m = 10500 dikalikan satu hasilnya tetap 2b + m = 10500 (AMS202), 7m = 17500 (AMS203), m = (AMS204), m = 2500 (AMS205) dan menuliskan kesimpulan harga 1 minyak goreng adalah 2500. Jawaban AM pada (AMS202), (AMS203), (AMS204) dan (AMS205) benar. Sedangkan jawaban AM pada (AMS201) dan (AMS206) salah, karena AM melakukan kesalahan ketika mengoperasikan b + 4m = 14000 kemudian di kalikan dengan 2 hasilnya adalah 2b + 8m =18000 padahal seharusya 2b + 8m = 28000 (AMS201) kemudian menuliskan kesimpulan dengan informasi yang kurang lengkap (AMS206). Selanjutnya untuk memperjelas informasi tentang kesalahan AM, peneliti melakukan dialog sebagaimana transkip berikut. AM S2 09 P
AM S210 S AM S211 P AM S212 S AM S213 P AM S214 S
: coba lihat jawaban dari soal nomor 1 kamu, saat penyelesaian menggunakan metode eliminasi kamu salah dalam mengoperasikan perkalian b + 4m = 14000 kemudian di kalikan dengan 2 hasilnya yang kamu tuliskan adalah 2b + 8m =18000, sementara hasil akhir kamu benar. Kenapa seperti itu? : iya kak, saya salah menghitung karena buru-buru terlalu semangat mengerjakan akhirnya salah seharusya hasil perkaliannya 2b + 8m = 28000. : kemudian penulisan kesimpulanmu harga 1 minyak goreng adalah 2500. Seharusnya yang benarnya bagaimana? : iya kak, saya juga lupa menuliskan kg dan Rp nya. Seharusnya saya menulis harga 1kg minyak adalah Rp.2500. : ogh begitu ya, berikutnya nanti lebih diperhatikan ya. : iya kak
Berdasarkan hasil dialog tersebut, diperoleh informasi bahwa siswa AM sudah memahami soal dan mampu menyelesaikan SPLDV dengan benar serta mampu mengubah kalimat verbal kedalam model matematika dengan benar tapi kurang teliti dalam melakukan operasi perkalian (AMS210S) dan penulisan kesimpulan (AMS212S). Observasi dilakukan dengan mengamati setiap aspek dalam lembar observasi aktivitas peneliti. Adapun aspek yang diamati meliputi: 1) membuka pembelajaran dengan mengucap salam, mengajak siswa berdoa dan mengecek kehadiran siswa, 2) memberikan
212 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
gambaran tentang pentingnya memahami sistem persamaan linear dua variabel sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan berpikir kritis siswa, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran, 4) memberikan motivasi tentang pentingnya mempelajari materi sistem persamaan linear dua variabel kepada siswa, 5) menyajikan gambar yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sistem persamaan linear dua variabel, 6) mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat tentang gambar yang diberikan, 7) membimbing siswa membuat kesimpulan dengan bahasa siswa sendiri, 8) membagi siswa dalam beberapa kelompok. Dengan setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, 9) membagi LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa untuk mendiskusikan dengan teman sekelompoknya untuk menyelesaikan soal pada LKS, 10) berkeliling untuk memantau aktivitas siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan, 11) meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, 12) memimpin diskusi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pertanyaan atau tanggapan, 13) mengumpulkan hasil diskusi kelompok siswa, 14) mengajak siswa merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung, 15) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, 16) memberikan PR kepada siswa, 17) mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan memberikan pesan-pesan positif dan mengucap salam, 18) efektivitas pengelolaan waktu, dan 19) mengajak siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hasil observasi terhadap aktivitas peneliti yaitu aspek 2, 5, dan 18 memperoleh nilai 2, aspek 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,13, 14, 15, 16, 17 dan 19 memperoleh nilai 3, dan aspek 1 memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 55, sehingga aktivitas peneliti pada siklus I dapat di kategorikan baik. Selanjutnya pada siklus II, aspek 2 dan 17 memperoleh nilai 3, aspek 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18 dan 19 memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 64, sehingga aktivitas peneliti dikategorikan sangat baik. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diamati oleh pengamat dalam bentuk kelompok belajar. Adapun aspek yang diamati yaitu: 1) memberi salam, berdoa bersama dan mendengarkan nama ketika guru mengecek daftar hadir, 2) kesiapan siswa untuk belajar, 3) memperhatikan tujuan pembelajaran dan motivasi yang disampaikan guru, 4) mengamati fakta-fakta yang ditemukan setelah menyimak penjelasan guru, 5) menganalisa dan memeriksa kembali data-data yang diperoleh dari fase mengamati, 6) membuat kesimpulan mengenai konsep yang ditemukan, 7) membentuk kelompok seperti yang diarahkan guru, 8) mengambil LKS yang diberikan oleh guru, 9) bekerjasama dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS, 10) mempresentasikan hasil penyelesaian yang diperoleh, 11) menanggapi dan mengajukan pertanyaan pada kelompok yang mempersentasekan, 12) mengumpulkan LKS kepada guru dan kembali ketempat duduk masing-masing, 13) Membuat kesimpulan tentang apa yang telah dipelajari, 14) memperhatikan penjelasan guru tentang apa yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, 15) menulis PR yang diberikan guru, dan 16) keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa yaitu aspek 4, 5 dan 12 memperoleh nilai 2, aspek 2, 3, 6, 7, 9, 10, 11, 14, 15 dan 16 memperoleh nilai 3, dan aspek 1, 8 dan 13 memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 48, sehingga aktivitas siswa dapat dikategorikan baik. Selanjutnya pada siklus II, aspek 10 dan 13 memperoleh nilai 3; aspek
Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 213 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15 dan 16 memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 62, sehingga aktivitas siswa dapat dikategorikan sangat baik. PEMBAHASAN Saat pelaksanaan tindakan peneliti menerapkan pendekatan saintifik agar siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu kejadian atau fenomena. Menurut Kemendikbud (2013) pada setiap langkah inti proses pembelajaran guru akan melakukan pembelajaran dengan melakukan pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah (Scientific). Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti memberikan tes awal kepada siswa kelas VIII dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa mengenai materi prasyarat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutrisno (2012) yang menyatakan bahwa pelaksanaan tes sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa. Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, peneliti memberikan LKS yang bertujuan untuk menemukan konsep dari materi yang dipelajari dan pemberian latihan soal. Selanjutnya pada pertemuan kedua, peneliti memberikan tes akhir tindakan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada setiap siklus mengikuti fase-fase pendekatan saintifik. Pada kegiatan pendahuluan peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Aktivitas selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Alasan peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran sebelum memulai aktifitas belajar yaitu, agar siswa terarah dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa penyampaian tujuan pembelajaran merupakan strategi yang dapat mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan pada saat mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya peneliti memberikan pemotivasian kepada seluruh siswa yaitu dengan menyampaikan manfaat dari mempelajari materi SPLDV dalam kehidupan sehari-hari misalnya siswa ingin menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan angka, uang, umur dan lain-lain. Sehingga siswa termotivasi, siap dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1990) yang menyatakan bahwa betapa pentingnya menimbulkan motivasi belajar siswa, sebab siswa yang diberi motivasi belajar akan lebih siap belajar dari pada siswa yang tidak diberi motivasi belajar. Kemudian peneliti mengorganisir siswa ke dalam beberapa kelompok yang heterogen. Hal ini bertujuan agar siswa dapat bekerjasama, terlibat aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat bertukar pendapat bersama teman kelompoknya. Kegiatan peneliti pada fase pengamatan yaitu peneliti meminta siswa untuk mengamati LKS dengan menyajikan sebuah masalah matematika terkait materi SPLDV pada siklus I dan gambar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada siklus II. Langkah mengamati untuk siklus 1 siswa dapat mengetahui Konsep SPLDV dan pada siklus II siswa dapat mengetahui hubungan SPLDV dengan kehidupan nyata. Langkah mengamati ini bertujuan untuk mendorong rasa ingin tahu siswa mengamati fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan objek matematika sehingga timbul keinginan sendiri untuk mengetahui konsep yang akan ditemukan. Hal ini sesuai dengan Kemendikbud (2013) bahwa mengamati objek matematika dapat dikelompokkan dalam dua macam kegiatan yang masing-masing mempunyai ciri berbeda, yaitu: 1) mengamati
214 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
fenomena dalam lingkungan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan objek matematika tertentu, 2) mengamati objek matematika yang abstrak. Kegiatan pada fase pengajuan pertanyaan yaitu siswa bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami yang bertujuan untuk menuntun siswa menemukan konsep SPLDV pada siklus I dan mengubah kalimat verbal kedalam model matematika pada siklus II. Apabilah siswa menemui kendala dalam proses menjawab maka peneliti dapat memberikan pertanyaan penuntun yang mengarah pada jawaban pertanyaan siswa itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Nusantara dan Syafi’i (2013) yang menyatakan bahwa dalam menjawab pertanyaan siswa, guru kiranya memberikan bimbingan secara terbatas yang dapat mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sendiri apa yang mereka tanyakan. Kegiatan pada fase penalaran yaitu siswa membuat kesimpulan sesuai dengan konsep dan informasi yang ditemukannya dari fase-fase sebelumnya. Hal ini bertujuan agar siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam memperoleh kesimpulan. Hal ini sesuai dengan kemendikbud (2013) bahwa secara umum dapat dikatakan penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Kegiatan peneliti pada fase percobaaan yaitu peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan pada LKS, agar siswa terlatih untuk memperdalam pengetahuannya dan memecahkan masalah. Hal ini sesua dengan Kemendikbud (2013) bahwa pengalaman mencoba akan melatih siswa yang memuat latihan mengasa pola pikir, sikap dan kebiasaan memecahkan masalah. Kegiatan pada fase pembentukan jejaring yaitu peneliti mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil kesimpulan kelompoknya di depan kelas. Hal ini bertujuan agar saat siswa berdiskusi dan menyampaikan hasil kerja kelompoknya, semua siswa aktif dalam mengumpulkan informasi dan saling mengemukakan pengetahuan mereka masing-masing. Hal ini sesuai dengan Kemendikbud (2013) bahwa penyelesaian dalam tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok membentuk jejaring dapat dimaknai sebagai menciptakan pembelajaran yang kolaboratif antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa siswa dapat mencari himpunan penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode subtitusi, eliminasi dan gabungan. Namun masih ada beberapa siswa yang melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut antara lain siswa keliru dalam operasi hitung bilangan bulat dan membentuk himpunan penyelesaian. Walaupun demikian, ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Secara umum, siswa mampu menyelesaikan soal yang berkaitan dengan mencari himpunan penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode susbtitusi, eliminasi dan gabungan dengan benar yang berarti indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I telah tercapai. Selanjutnya, pada tes akhir tindakan siklus II, menunjukkan bahwa siswa mampu mengubah kalimat verbal/kalimat dalam kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika dan menyelesaikannya menggunakan metode eliminasi, substitusi, dan gabungan dengan benar. Hal ini berarti bahwa kriteria keberhasilan tindakan untuk siklus II telah tercapai. Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka terlihat bahwa indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaiakan materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 10 Palu.
Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 215 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Palu dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) pengamatan, 2) pengajuan pertanyaan, 3) penalaran, 4) percobaan, dan 5) pembentukan jejaring. Kegiatan pada fase pengamatan yaitu siswa mengamati permasalahan yang diberikan pada LKS. Pada siklus I mengenai materi SPLDV dengan menggunakan metode subtitusi, eliminasi, dan gabungan dan pada siklus II merupakan materi lanjutan dari siklus I yaitu membuat model matematika dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV dengan menggunakan metode gabungan (eliminasi-subtitusi). Pada fase pengajuan pertanyaan siswa bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami yang bertujuan untuk menuntun siswa menemukan konsep SPLDV pada siklus I dan mengubah kalimat verbal kedalam model matematika pada siklus II. Kegiatan pada fase penalaran siswa mengolah informasi yang diperoleh untuk membuat suatu kesimpulan. Pada fase percobaan siswa menggunakan konsep yang ditemukan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Selanjutnya kegiatan pada fase pembentukan jejaring yaitu siswa berdikusi secara berkelompok dan mempersentasikan hasil kerja kelompoknya. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka disarankan agar Guru menggunakan pendekatan saintifik yang di padukan dengan metode diskusi kelompok dan tanya jawab untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan peneliti lain dapat menerapkan pendekatan saintifik yang di padukan dengan metode diskusi kelompok, tanyajawab dan model pembelajaran yang mendukung pada materi yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru? Jurnal Forum Sosial. [Online]. Vol. 6.No. 1. 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri. ac.id/2268/2/isi.pdf. [12 Juni 2016]. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas. Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 Cet. Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor. Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang. Jalil,,A.,(2015).,Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Kelas VIII C Mts Darul HikmahTahun2014/2015. [Online]. Jurnal Pendidikan. Vol.1.No.1. 7-8 halaman. Tersedia: http://repository. unej. ac. id /handle/ 123456789/62305? show=full [21 September 2015].
216 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Diklat Guru: dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 Mata Diklat 2: Analisis Materi Ajar Jenjang SD/SMP/SMA Matapelajaran Pendekatan Scientific. Jakarta. Kemendikbud. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience [Online]. Tersedia: https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec= frontcover&dq =kemmis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&rediresc=y#v=onepage&q=kemmis%20a nd%20mctaggart&f=false. [23 September 2016]. Liberna, H. (2012). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Melalui Penggunaan Metode Improve pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. [Online]. Jurnal Formatif. Vol2. No.3. 190 - 197 halaman. Tersedia: http:// www. unindra. ac. id /Hawa-1. pdf [18 September 2015]. Miles, M. B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Pres. Nugroho, D.S. (2010). Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Bahasan SPLDV Melalui Pendekatan Pair Check. [Online]. Jurnal Pendidikan.Vol 1.No.2.12-13 halaman. Tersedia: http://eprints.ums.ac.id/8302/ [21 Agustus 2015]. Nusantara, Toto dan Syafi’i Imam. (2013). Diagnosis Kesalahan Siswa pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar dan Scaffoldingnya. Jurnal Untan [Online]. Tersedia: http//jurnal.untan.online.um.ac.id/data/artikel/artikel29887756D90 1C2029476EE329D179594.pdf. [10 Mei 2016]. Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. [Online]. Vol.14. No. 1.4 halaman.Tersedia: http://fkip.Unila.ac. id /ojs/journals /II/JPMU vol1No4/016-Sutrisno. pdf. [25 April 2016]