PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT KELAS X MIA SMA NEGERI 1 BANAWA Hairiyah E-mail:
[email protected] I Nyoman Murdiana E-mail:
[email protected] Linawati E-mail:
[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi persamaan kuadrat di kelas X MIA SMA Negeri 1 Banawa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini sebanyak 34 siswa dan dipilih tiga siswa sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi persamaan kuadrat di kelas X MIA SMA Negeri 1 Banawa, dengan delapan komponen yaitu: 1) tes penempatan, 2) kelompok, 3) mengajar kelompok, 4) materi-materi kurikulum, 5) belajar kelompok, 6) unit seluruh kelas, 7) tes fakta, dan 8) skor kelompok dan rekognisi kelompok. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe TAI, hasil belajar, persamaan kuadrat. Abstract: This research aimed to describe the aplication of cooperative learning model Team assisted individualization can improved the learning outcomes on quadratic equation at grade X MIA SMA Negeri 1 Banawa. This research was a classroom action research which referred to Kemmis and Mc.Taggart research design that were planning, acting, observing, ands reflecting. This research was conducted in two cycles. Subject of research were 34 students and three students were selected as informants. The result of the research showed that Cooperative Learning Model TAI can improved learning outcomes on quadratic equation at grade X MIA SMA Negeri 1 Banawa eight componens: 1) placement test, 2) team, 3) teaching group, 4) student creative, 5) team study, 6) whole class unit, 7) fact test, and 8) team scores and team recognition. Keyword: cooperative learning model TAI, learning outcomes, quadratic equation.
Tujuan pembelajaran matematika yaitu untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama (Depdiknas, 2006). Hal ini yang mendasari perlunya pembelajaran matematika di semua jenjang pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi. Satu diantara materi matematika yang diajarkan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X yaitu persamaan kuadrat. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas X di SMA Negeri 1 Banawa diperoleh informasi bahwa siswa kesulitan menyelesaikan soal persamaan kuadrat. Sebagian besar siswa kesulitan dalam menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan menggunakan cara pemfaktoran, melengkapkan bentuk kuadrat sempurna dan menggunakan rumus. Selain itu siswa berkemampuan tinggi lebih unggul dalam proses pembelajaran di dalam kelas sedangkan siswa yang berkemampuan rendah, kurang memiliki rasa percaya diri dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya kepada siswa yang lain di depan kelas. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara ditindaklanjuti dengan memberikan tes identifikasi kepada siswa kelas XI MIA SMA Negeri 1 Banawa yang telah mempelajari
218 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
materi persamaan kuadrat. Siswa yang mengikuti tes identifikasi yaitu sebanyak 28 siswa. Dua diantara soal yang diberikan yaitu: 1) Tentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan menggunakan cara pemfaktoran dan 2) Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan dengan menggunakan rumus. Jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri kesalahan yang hampir sama. Satu diantara kelompok jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi nomor 1 ditunjukkan pada Gambar 1 dan nomor 3 ditunjukkan pada Gambar 2. RSTI04 RSTI01 SBTII01 RSTI05 SBTI02 SBTI03
RSTI02
RSTI06 RSTI07
RSTI03
SBTI04 SBTI05 Gambar 1. Jawaban SB terhadap tes identifikasi nomor 3
Gambar 1. Jawaban RS terhadap tes identifikasi nomor 1
Gambar 1 menunjukkan bahwa siswa SB menuliskan (SBTI01), kemudian dan (SBTI02), setelah itu (SBTI03), selanjutnya (SBTI04), dan hasil akhir (SBTI05). Jawaban SB (SBTI03) salah, karena SB keliru dalam menjabarkan dan salah dalam menentukan dua bilangan (SBTI02). Seharusnya SB menjawab dan mencari 2 bilangan, yang jika dijumlahkan menghasilkan (-2) dan jika dikalikan menghasilkan (-3), bilangan yang dimaksud adalah (-3) dan (1) sehingga maka akar-akar persamaan kuadrat adalah Gambar 2 menunjukkan bahwa siswa RS menuliskan (RSTI01). Selanjutnya (RSTI03). Setelah itu
(RSTI02), kemudian (RSTI04), kemudian
(RSTI05), dan hasil
akhirnya (RSTI06) serta (RSTI07). Jawaban RS (RSTI01) salah, karena rumus yang digunakan RS tidak tepat, sehingga hasil yang diperoleh salah. Seharusnya rumus yang digunakan adalah . Berdasarkan hasil wawancara dan hasil tes identifikasi, diperoleh informasi bahwa siswa kurang memahami materi persamaan kuadrat sehingga siswa salah dalam menyelesaikan soal. Selain itu diperoleh informasi ketidakaktifan siswa pada saat pembelajaran yang ditandai dengan tidak ingin bertanya apabila ada hal-hal yang tidak dipahami sehingga hasil belajar siswa rendah. Masalah tersebut dapat teratasi dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran serta pemahaman siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Model pembelajaran kooperatif tipe
Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 219 TAI memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membantu antara satu dengan yang lainnya dalam memecahkan masalah yang diberikan dan siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu temannya yang berkemampuan rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Astri (2013) dalam model pembelajaran TAI siswa yang berkemampuan tinggi dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedang siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Oleh karena itu, peneliti tertarik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi persamaan kuadrat dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi persamaan kuadrat di Kelas X MIA SMA Negeri 1 Banawa? METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian model Kemmis dan Mc. Taggart (2013), yang terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian yaitu siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Banawa yang berjumlah 34 siswa, terdiri atas 11 siswa lakilaki dan 23 siswa perempuan. Dari subjek penelitian, dipilih 3 siswa sebagai informan dengan karakteristik informan yaitu AF berkemampuan rendah, AL berkemampuan sedang dan AS berkemampuan tinggi. Data pada penelitian ini diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, catatan lapangan, dan tes. Analisis data yang digunakan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992) terdiri atas: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran minimal berada pada kategori baik untuk setiap item pada lembar observasi dan meningkatnya hasil belajar. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian pada siklus I yaitu siswa dapat menyelesaikan persamaan kuadrat dengan pemfaktoran, melengkapkan kuadrat sempurna dan menggunakan rumus. Adapun indikator keberhasilan pada siklus II siswa dapat menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. HASIL PENELITIAN Peneliti memberikan tes awal kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan dijadikan sebagai pedoman untuk pembentukan kelompok belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan matematika serta menentukan infoman. Hal ini sesuai dengan komponen tes penempatan dari model TAI. Materi tes awal yang diberikan yaitu operasi bentuk aljabar. Hasil analisis tes awal menunjukkan bahwa siswa salah dalam mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar dan siswa salah dalam menentukan penjabaran bentuk aljabar dengan menggunakan sifat distributif. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi prasyarat yang diberikan rendah. Oleh karena itu, peneliti bersama siswa membahas kembali soal-soal tes awal sebelum masuk ke tahap pelaksanaan tindakan. Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Pertemuan pertama pada siklus I melaksanakan pembelajaran dengan materi menyelesaikan persamaan kuadrat dengan cara pemfaktoran, pertemuan kedua
220 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
melaksanakan pembelajaran dengan materi menyelesaikan persamaan kuadrat dengan melengkapkan bentuk kuadrat sempurna, dan pertemuan ketiga melaksanakan pembelajaran dengan materi menyelesaikan persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus. Pertemuan keempat memberikan tes akhir tindakan siklus I. Pertemuan pertama pada siklus II melaksanakan pembelajaran dengan materi menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat, pertemuan kedua dan ketiga melaksanakan pembelajaran dengan materi menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. Pertemuan keempat memberikan tes akhir tindakan siklus II. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap yaitu: kegiatan pendahuluan, inti dan penutup yang di dalamnya terdapat fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dikemukakan oleh Suprijono (2009) terdiri atas 6 fase, yaitu 1) fase penyampaiaan tujuan dan penyiapan peserta didik, 2) fase penyajian informasi, 3) fase pengorganisasiaan siswa dalam kelompok–kelompok belajar, 4) fase pembimbingan kelompok bekerja dan belajar, 5) fase pengevaluasian, dan 6) fase pemberiaan penghargaan yang dikombinasikan dengan 8 komponen model pembelajaran kooperatif tipe TAI yaitu: tes penempatan, kelompok, materimateri kurikulum, kelompok pengajaran, belajar kelompok, tes fakta, skor kelompok dan rekognisi kelompok, dan unit seluruh kelas. Kegiatan pendahuluan dimulai dengan peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, meminta ketua kelas untuk memimpin doa, dan mengecek kehadiran siswa. Pertemuan pertama, kedua, dan ketiga pada siklus I siswa yang hadir berjumlah 31 siswa dan pertemuan keempat siswa yang hadir berjumlah 30 siswa. Siklus 2 pada pertemuan pertama siswa yang hadir berjumlah 33 siswa, pertemuan kedua dan ketiga siswa yang hadir berjumlah 31 siswa dan pertemuan keempat siswa yang hadir berjumlah 27 siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa diharapkan dapat menyelesaikan persamaan kuadrat dengan cara pemfaktoran, melengkapkan bentuk kuadrat sempurna dan menggunakan rumus. Tujuan pembelajaran pada siklus 2 yaitu siswa diharapkan dapat menemukan rumus dari hasil jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan siswa dapat menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. Pada kegiatan ini siswa telah mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga siswa menjadi lebih terarah dalam belajar. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi untuk mengecek pengetahuan prasyarat siswa dengan tanya jawab mengenai materi prasyarat. Materi prasyarat pada siklus 1 yaitu operasi bentuk aljabar dan materi prasyarat pada siklus II yaitu menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus. Siswa dapat mengingat kembali dan memahami materi prasyarat sebelum mempelajari materi persamaan kuadrat. Kegiatan inti diawali dengan pelaksanaan fase penyajian informasi. Aktivitas pada fase penyajian informasi yang memuat komponen mengajar kelompok yaitu peneliti membagikan materi dan soal latihan yang dikerjakan secara individu sebelum bergabung dalam kelompok masing-masing, kemudian peneliti menjelaskan materi secara singkat. Materi yang dipelajari pada siklus I yaitu menyelesaikan persamaan kuadrat dan materi pada siklus II yaitu menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. Selanjutnya pada komponen materi-materi kurikulum yaitu peneliti mempersilahkan siswa untuk mengerjakan soal latihan secara individu sebelum bergabung dengan kelompok masing-masing. Pencapaian yang didapatkan yaitu siswa memperhatikan penyampaian peneliti.
Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 221 Selanjutnya aktivitas pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, yang memuat komponen kelompok yaitu peneliti mengajak siswa bergabung ke dalam kelompok belajar yang telah dibentuk sebelumnya. Siswa diorganisasikan ke dalam 5 kelompok belajar dengan masing-masing beranggotakan 6 siswa. Peneliti menyampaikan bahwa setiap siswa bertanggungjawab terhadap kelompoknya. Siswa bergabung ke dalam kelompok dengan tertib, sehingga kondisi kelas dalam keadaan tenang. Fase selanjutnya yaitu pembimbingan kelompok bekerja dan belajar yang memuat komponen kelompok belajar. Peneliti menyampaikan bahwa hasil kerja individu didiskusikan dalam kelompok. Siswa yang terpilih sebagai asisten guru berperan sebagai tutor sebaya dalam kelompoknya masing-masing. Anggota kelompok secara bersama-sama membandingkan jawaban dan memecahkan masalah-masalah yang ditemui anggota kelompok saat menyelesaikan latihan secara individu kemudian menyimpulkan hasil diskusi berupa jawaban LKPD secara berkelompok. Kemudian peneliti memilih satu kelompok dengan cara menanyakan kesediaan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok yang terpilih pada siklus I yaitu kelompok 5 yang diwakili oleh siswa TM, TA, dan MS. Siswa TM mempresentasikan jawaban soal nomor 1 yaitu menyelesaikan persamaan kuadrat dengan pemfaktoran, siswa TA mempresentasikan jawaban soal nomor 2 yaitu menyelesaikan persamaan kuadrat dengan melengkapkan kuadrat sempurna, dan siswa MS mempresentasikan jawaban soal nomor 3 yaitu menyelesaikan persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan ataupun bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari presentasi kelompok 5. Kelompok yang terpilih pada siklus II yaitu kelompok 1 yang diwakili oleh siswa AS dan DT. Siswa AS mempresentasikan jawaban soal nomor 1 yaitu diketahui merupakan akar-akar dari persamaan kuadrat tanpa harus menyelesaikan persamaannya maka tentukan , siswa DT mempresentasikan jawaban soal nomor 2 yaitu diketahui akar-akar persamaan kuadrat dari adalah p dan q temukan persamaan kuadrat yang akar-akarnya . Selanjutnya peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan ataupun bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari presentasi kelompok 5 dan 1. Peneliti menjadi fasilitator pada saat diskusi berlangsung. Pencapaian yang diperoleh pada fase ini yaitu siswa telah mampu mengungkapkan kembali jawaban dari soal yang diberikan kepada temannya di depan kelas. Kemudian aktivitas pada fase evaluasi yang memuat komponen tes fakta dan komponen unit seluruh kelas. Pada komponen tes fakta, peneliti memberikan soal yang dikerjakan secara individu. Siklus I peneliti memberikan 3 nomor soal kepada siswa dan 2 nomor soal pada siklus II. Setelah pengerjaan soal selesai, peneliti meminta kepada seluruh kelompok untuk membuat kesimpulan dari hasil pengerjaan LKPD. Peneliti mengarahkan siswa untuk mengingat kembali materi yang dipelajarinya yaitu pada siklus I berkaitan dengan menyelesaikan persamaan kuadrat dan pada siklus II peneliti mengarahkan siswa untuk mengingat kembali cara menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan menyusun persamaan kuadrat dengan kondisi tertentu pada komponen unit seluruh kelas. Siswa dapat menyelesaikan soal secara individu dengan tertib dan tenang serta siswa dapat menyimpulkan materi yang dipelajari. Fase pemberian penghargaan yang memuat komponen skor kelompok dan rekognisi kelompok dilaksanakan pada kegiatan penutup pembelajaran. Peneliti memberikan penghargaan berupa pujian dan tepuk tangan kepada kelompok terbaik. Penentuan kelompok terbaik sesuai dengan komponen skor kelompok dan rekognisi kelompok dari
222 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
model TAI. Kelompok yang mendapatkan predikat kelompok terbaik pada siklus I yaitu kelompok 5 serta pada siklus II yaitu kelompok 1. Hasil yang diperoleh yakni siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran selanjutnya. Pertemuan keempat setiap siklus yaitu pelaksanaan tes akhir tindakan. Tes akhir tindakan siklus I terdiri atas 3 nomor soal. Satu diantara soal yang diberikan: tentukan akar-akar persamaan dari dengan menggunakan cara melengkapkan kuadrat sempurna. Hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa dari 30 siswa yang mengikuti tes akhir tindakan, terdapat 12 siswa yang menjawab soal dengan benar dan 18 siswa menjawab salah dalam menyelesaikan persamaan kuadrat. Analisis tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa kebanyakan siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 2, satu di antaranya yaitu AF. Jawaban AF tersebut ditunjukkan pada Gambar 3. AFTS101
AFTS104
AFTS102
AFTS105
AFTS103 Gambar 3. Jawaban siswa AF pada tes akhir tindakan siklus I
Gambar 3 menunjukkan bahwa siswa AF menuliskan selanjutnya
(AFTS102), kemudian
(AFTS101), (AFTS103),
setelah itu (AFTS104), dan hasil akhirnya (AFTS105). Jawaban AF (AFTS102), (AFTS103), (AFTS104) dan (AFTS105) salah, karena AF tidak mengalikan pada koefisien b (AFTS102) sehingga langkah selanjutnya salah ketika menambahkan dari koefisien b lalu dikuadratkan (AFTS103), serta AF tidak menuliskan tanda (AFTS104) dan salah dalam operasi hitung (AFTS105). Jawaban AF seharusnya, membuat koefisien berarti kedua ruas dikalikan dengan , sehingga menjadi , selanjutnya jumlahkan kedua ruas dengan , kemudian tambahkan dengan setengah koefisien dari b dan dikuadratkan
. Setelah itu buat
ruas kiri menjadi bentuk kuadrat sempurna dan ruas kanan disederhanakan setelah dioperasikan diperoleh akar-akar dari persamaan kuadrat adalah atau Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan AF untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan AF, sebagaimana transkip wawancara berikut. AF S1 19 P : soal nomor 2 AF menjawab tidak selesai. Kenapa bisa seperti itu? AF S1 20 S : saat mengerjakan soal saya lupa caranya ka, dan saya tergesa-gesa karena waktunya tidak lama lagi AF S1 21 P : coba perhatikan jawaban AF, langkah mana yang salah? AF S1 22 S : dari langkah pertama sudah salah ka, koefisien b harusnya dikalikan dengan
Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 223 juga bukan makanya hasil akhirnya salah AF S1 23 P : ya, jadi kalau begitu bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut? AF S1 24 S : Pertama kedua ruas dikalikan dengan sehingga diperoleh kemudian kedua ruas tambahkan , selanjutnya tambahkan dengan setengah koefisien b dan di kuadratkan , langkah selanjutnya saya lupa kakak. AF S1 25 P : coba ingat-ingat kembali, ini kan menyelesaikan persamaan kuadrat dengan melengkapkan bentuk kuadrat sempurna. Apakah AF sudah buat menjadi bentuk kuadrat sempurna? AF S1 26 S : oh ya belum kakak, langkah selanjutnya seperti ini dioperasikan, maka akar-akarnya adalah
, setelah itu
atau
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa AF, diperoleh informasi bahwa AF lupa cara menyelesaikan persamaan kuadrat dengan melengkapkan bentuk kuadrat sempurna sehingga AF salah dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Saat menyelesaikan kembali dengan bimbingan peneliti siswa AF dapat menjawabnya. Tes akhir tindakan siklus II terdiri atas 2 nomor soal. Satu diantara soal yang diberikan: diketahui persamaan kuadrat memiliki akar-akar m dan n. Tentukan persamaan kuadrat yang akar-akarnya 2m dan 2n? Hasil tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa dari 27 siswa yang mengikuti tes akhir tindakan, terdapat 22 siswa yang menjawab soal dengan benar dan 5 siswa menjawab salah dalam mengerjakan soal. Analisis tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa kebanyakan siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 2, satu di antaranya yaitu siswa AF. Jawaban AF tersebut ditunjukkan pada Gambar 4. AFTS204 AFTS201 AFTS202 AFTS203
AFTS20 5 AFTS206 Gambar 4. Jawaban siswa AF pada tes akhir tindakan siklus II
Gambar 4 menunjukkan bahwa siswa AF menuliskan (AFTS201), kemudian , selanjutnya misal , (AFTS203), setelah itu dan (AFTS204) dan hasil yang diperoleh (AFTS205). Jawaban AF (AFTS205) salah karena AF tidak mensubtitusikan nilai ( dan nilai ( sehingga hasil akhir salah (AFTS204). AF seharusnya
224 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
mensubtitusikan nilai pada dan nilai pada sehingga diperoleh persamaan kuadrat . Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan AF untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan AF, sebagaimana transkip wawancara berikut. AF S2 20 P : soal nomor 2 ini, bagaimana cara mengerjakannya AF? AF S2 21 S : pertama mencari nilai jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat yang diketahui. AF S2 22 P : setelah itu bagaimana lagi adik ? AF S2 23setelah S: itu 2m saya misalkan sebagai a dan 2n sebagai b. AF S2 24 P : ya terus bagaimana caranya AF dapat hasilnya 2? AF S2 25 S : salah jawabanku ka harusnya setelah dimisalkan, disubtitusikan nilai dan nilai . Saya bingung langkah selanjutnya bagaimana, makanya saya dapat hasilnya 2 kakak. AF S2 26 P : ya coba kamu tuliskan bagaimana jawaban yang benar. Nilai kan sudah diperoleh, tinggal AF subtitusikan saja. AF S2 27 S : , berarti nilai jadi persamaannya AF S2 28 P : ya itu jawaban yang benar, lain kali belajar lebih giat lagi yah Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa AF, bahwa siswa AF belum dapat menyelesaikan soal yang diberikan dengan benar. Saat menyelesaikan kembali dengan bimbingan peneliti siswa AF dapat menjawab dengan benar. Segala aktivitas peneliti dan aktivitas siswa diamati melalui lembar observasi aktivitas peneliti dan lembar observasi aktivitas siswa. Adapun aspek yang diamati melalui lembar observasi aktivitas peneliti yaitu: 1) guru membuka pembelajaran dengan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum belajar, 2) mengecek kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran, 3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 4) melakukan apersepsi dengan mengecek pengetahuan prasyarat siswa, 5) membagikan LKPD kepada siswa sebelum bergabung dengan kelompok masing-masing kemudian menjelaskan materi secara singkat dengan memanfaatkan materi pelajaran dalam LKPD, 6) mengarahkan peserta didik untuk mengamati dan memahami materi yang tersedia pada LKPD, 7) mempersilahkan siswa untuk mengerjakan soal yang tersedia pada LKPD, 8) mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok belajar yang telah ditentukan, 9) menyampaikan bahwa hasil kerja individu didiskusikan dalam kelompok, dan siswa yang terpilih sebagai asisten guru berperan sebagai tutor sebaya dalam kelompoknya masing-masing, 10) mempersilahkan satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lainnya memiliki kesempatan untuk menanggapi, 11) guru memberikan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 12) memberikan post-test (tes akhir tindakan), 13) menetapkan kelompok terbaik, 14) menutup pembelajaran dengan doa dan salam 15) efektivitas pengelolaan waktu, dan 16) penampilan guru dalam proses pembelajaran. Aspek yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran TAI adalah nomor 3 sampai 15. Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas peneliti pada siklus I yaitu aspek pada nomor 1, 2, 5, 13, 14, 15, 16 memperoleh skor 4 atau pada kategori sangat baik sedangkan aspek nomor 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, memperoleh skor 3 atau pada kategori baik. Skor total peneliti adalah 55 yang artinya berada pada taraf baik. Kemudian hasil observasi terhadap aktivitas
Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 225 peneliti dijadikan bahan refleksi oleh peneliti untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Pada siklus II aspek nomor 1, 2, 5, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 16 memperoleh skor 4 pada kategori sangat baik sedangkan aspek nomor 3, 4, 6, 8, 11, dan 12 memperoleh skor 3 atau berada pada kategori baik. Skor total peneliti adalah 58 yang artinya berada pada kategori sangat baik. Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran yaitu: 1) menjawab salam dan berdoa bersama, 2) mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, 3) menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru mengenai pengetahuan prasyarat, 4) mengamati dan memahami materi pada LKPD 5) mengerjakan soal yang tersedia pada LKPD secara individual, 6) membentuk kelompok dengan tertib, 7) membawa hasil kerja individu ke kelompok yang telah ditentukan serta menanyakan atau meminta bantuan kepada guru jika mengalami kesulitan, 8) untuk kelompok yang maju mempresentasikan hasil kerja kelompok agar segera maju. Dan kelompok lain menanggapi hasil presentasi kelompok penyaji, 9) menyampaikan informasi tentang materi yang telah dipahaminya, 10) siswa mengerjakan post-test secara individu (tes akhir tindakan) dan 11) mendengarkan dan menerima ketetapan guru tentang kelompok terbaik dengan tertib 12) berdoa dan menjawab salam. Adapun aspek aktivitas siswa yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran TAI adalah nomor 4 sampai 12. Pada siklus I hasil yang diperoleh yaitu aspek nomor 1 memperoleh skor 4 atau pada kategori sangat baik sedangkan aspek nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 memperoleh skor 3 atau pada kategori baik. Skor total peneliti adalah 37 yang artinya berada pada kategori baik. Kemudian hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I dijadikan bahan refleksi oleh peneliti untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Pada siklus II aspek nomor 1, 2, 3, 7, dan 8 memperoleh skor 4 atau pada kategori sangat baik sedangkan aspek nomor 4, 5, 6, 9, 10, 11 dan 12 memperoleh skor 3 atau pada kategori baik. Skor total peneliti adalah 41 yang artinya berada pada kategori sangat baik. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan siklus I dapat disimpulkan bahwa siswa dapat menyelesaikan persamaan kuadrat. Namun masih ada siswa yang melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut antara lain siswa keliru dalam operasi menentukan faktor-faktornya. Walaupun demikian ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut saat wawancara siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persamaan kuadrat dengan benar yang berarti indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I telah tercapai. Selanjutnya pada tes akhir tindakan siklus II, menunjukkan bahwa siswa dapat menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. Namun masih ada siswa yang melakukan kesalahan, kesalahan yang dilakukan karena siswa tidak memahami cara menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. Walaupun demikian, ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut saat wawancara siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Hal ini berarti bahwa kriteria keberhasilan tindakan untuk siklus II telah tercapai. PEMBAHASAN Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada siswa kelas X MIA dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa mengenai materi prasyarat dan sebagai pedoman membentuk kelompok serta menentukan informan. Kemampuan siswa pada materi prasyarat sangat diperlukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Paembonan (2014) yang
226 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
menyatakan bahwa pelaksanaan tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam membentuk kelompok belajar yang heterogen serta menentukan informan. Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I dan II mengikuti fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dikemukakan oleh Suprijono (2009) terdiri atas 6 fase, yaitu 1) fase penyampaiaan tujuan dan penyiapan peserta didik, 2) fase penyajian informasi, 3) fase pengorganisasiaan siswa dalam kelompok–kelompok belajar, 4) fase pembimbingan kelompok bekerja dan belajar, 5) fase pengevaluasian, dan 6) fase pemberiaan penghargaan. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa dapat mengetahui materi yang dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga siswa terarah dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawiradilaga (2009) yang menyatakan bahwa menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa sangat diperlukan karena siswa akan lebih terarah dalam mengikuti pembelajaran. Pada fase penyajian informasi yang memuat komponen mengajar kelompok peneliti membagikan materi dan menjelaskan pokok-pokok pembelajaran kepada siswa. Selanjutnya pada komponen materi kurikulum yaitu peneliti menyajikan soal latihan kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Hal ini sesuai dengan Kardi dan Nur (2005) yang menyatakan prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan salah satunya yaitu berikan tugas kepada siswa dalam melakukan latihan singkat dan bermakna. Kemudian fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang memuat komponen kelompok. Pada fase ini peneliti mengarahkan siswa untuk bergabung dengan kelompok belajar yang telah ditentukan, setiap kelompoknya terdiri atas 6 siswa yang heterogen berdasarkan kemampuan matematika. Pengelompokkan siswa dimaksudkan agar siswa lebih terarah dan dapat mengatasi kesulitan selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Karim (2011) bahwa dengan adanya pembagian kelompok maka akan mempermudah siswa melakukan aktivitas pembelajaran, karena siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya. Peneliti menyampaikan bahwa jawaban soal yang dikerjakan secara individu didiskusikan dalam kelompok pada fase pembimbingan kelompok bekerja dan belajar yang memuat komponen belajar kelompok. Siswa yang terpilih sebagai asisten kelompok berperan sebagai tutor sebaya, peneliti tetap memonitor jalannya kerja kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwatiningsih (2014) yang menyatakan bahwa guru sebagai fasilitator, membimbing siswa yang mengalami kesulitan dan bimbingan yang diberikan guru hanya sebagai petunjuk agar siswa bekerja lebih terarah. Selanjutnya peneliti meminta satu kelompok untuk mempresentasikan jawaban bertujuan agar siswa terbiasa mengemukakan pendapat mengenai jawaban yang diberikan. Hal ini sesuai dengan penyataan Rahmawati (2013) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa perlu dibiasakan untuk memberikan argumen atas setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan orang lain, sehingga apa yang dipelajari menjadi lebih bermakna bagi siswa. Selanjutnya pada komponen unit seluruh kelas peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti kemudian peneliti dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu persamaan kuadrat. Pada siklus I peneliti mengingatkan kembali cara-cara menyelesaikan persamaan kuadrat dan pada siklus II peneliti mengingatkan kembali cara menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi
Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 227 tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) bahwa dalam kegiatan penutup, peneliti bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Fase pengevaluasian yang memuat komponen tes fakta merupakan lanjutan dari fase sebelumnya. Pada komponen tes fakta yaitu peneliti memberikan tes akhir tindakan. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan siklus I terlihat bahwa siswa dapat menyelesaikan persamaan kuadrat. Namun ada siswa yang melakukan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan yaitu siswa keliru dalam menuliskan tanda negatif. Walaupun demikian, ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut saat wawancara siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Siswa dapat menyelesaikan soal persamaan kuadrat dengan benar yang berarti indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I telah tercapai. Selanjutnya tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa siswa dapat menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu namun ada siswa yang melakukan kesalahan. Walaupun demikian, ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut saat wawancara siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Hal ini berarti bahwa kriteria keberhasilan tindakan untuk siklus II telah tercapai. Kegiatan penutup yaitu fase pemberian penghargaan yang memuat komponen skor kelompok dan rekognisi kelompok. Pada fase ini peneliti memberi penghargaan (reward) berupa pujian dan tepuk tangan atas usaha siswa dalam menyelesaikan tugas dan partisipasi siswa selama belajar seta penentuan kelompok terbaik. Hal ini perlu dilakukan karena pengakuan peneliti berupa reward mempengaruhi keinginan belajar siswa selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijono (2009) bahwa memberikan penghargaan merupakan salah satu langkah dalam model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok agar siswa merasa dihargai, menumbuhkan motivasi dan dorongan belajar siswa. Hasil pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa masih ada siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan persamaan kuadrat dengan menggunakan 3 cara. Kesalahan yang dilakukan karena ketidakpahaman siswa dengan cara menyelesaikan persamaan kuadrat. Selanjutnya hasil pembelajaran pada siklus II menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. Namun demikian masih ada siswa yang masih kurang teliti dalam menggunakan rumus jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat sehingga kesulitan dalam menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. Berdasarkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, peneliti dapat meningkatkan aktivitas yang dilakukan dari taraf baik ke taraf sangat baik skor yang diperoleh meningkat dari 55 pada siklus I menjadi 58 pada siklus II. Begitu pula skor yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa meningkat dari taraf baik ke taraf yang sangat baik yaitu dari skor 37 pada siklus I menjadi 41 pada siklus II. Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka terlihat bahwa indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada persamaan kuadrat di kelas X MIA SMA Negeri 1 Banawa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Solfitri dan Rahmania (2010) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Pekanbaru.
228 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi persamaan kuadrat di kelas X MIA SMA Negeri 1 Banawa dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe TAI, yaitu: 1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, 4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, 5) evaluasi, dan 6) memberikan penghargaan. Serta dikombinasikan dengan delapan komponen model pembelajaran kooperatif TAI yaitu: tes penempatan, kelompok, materimateri kurikulum, kelompok pengajaran, belajar kelompok, tes fakta, skor kelompok dan rekognisi kelompok, dan unit seluruh kelas. Kegiatan yang dilakukan pada fase penyampaian tujuan dan penyiapan peserta didik yaitu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan mempersiapkan peserta didik. Pada fase penyajian materi yang memuat komponen mengajar kelompok peneliti menyajikan materi secara singkat.. Selanjutnya komponen materi-materi kurikulum siswa mengerjakan soal latihan secara individu. Kemudian hasil kerja soal latihan dibawa ke kelompok yang telah ditentukan. Kegiatan pada fase pengorganisasian siswa kedalam kelompok belajar yang memuat komponen kelompok yaitu peneliti mengarahkan siswa bergabung dengan kelompok belajar yang telah ditentukan, tiap kelompok terdiri atas 6 siswa yang heterogen berdasarkan kemampuan matematika. Kemudian aktivitas pada fase pembimbingan kelompok yang memuat komponen belajar kelompok siswa yang terpilih sebagai asisten kelompok berperan sebagai tutor sebaya, peneliti tetap memonitor jalannya kerja kelompok serta memberi bantuan seperlunya. Selanjutnya perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Pada komponen unit seluruh kelas peneliti memberikan bimbingan siswa untuk menyimpulkan kembali materi yang telah dipelajari. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti, siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Aktivitas pada fase pengevaluasian yang memuat komponen tes fakta yaitu peneliti memberikan tes akhir tindakan dan aktivitas pada fase pemberian penghargaan yang memuat komponen skor kelompok dan rekognisi kelompok yaitu peneliti memberikan reward berupa pujian atas partisipasi dan usaha siswa dalam belajar yang ditentukan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat peneliti berikan yaitu: 1) model pembelajaran kooperatif tipe TAI layak dipertimbangkan sebagai alternatif dalam pembelajaran pada materi persamaan kuadrat dan 2) Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan maksimal, maka perlu ada persiapan yang matang baik dari peneliti, guru maupun siswa. DAFTAR PUSTAKA Astri. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk Mengatasi Masalah Siswa dalam Menyelesaikan Persamaan Kuadrat di Kelas X B SMA Negeri 1 Sindue. Skripsi Sarjana pada FKIP UNTAD. Palu: tidak diterbitkan.
Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 229 Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru?. Jurnal Forum Sosial [Online]. Vol. 6 (1), 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri.ac.Id/ 2268/2/ isi.pdf [17 September 2015]. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Kardi, S. dan Nur, M. (2005). Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Karim, A. (2011). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Elektronik PGSD Universitas Almuslim. [Online]. Vol. 1 (1), 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.bull-math.org/index.php/simantap/ article/view/37/40 [12Agustus2016] Kemmis, S., Mc Taggart, R. dan Nixon. R. (2013). The Action Research Planner: Doing Cristical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id/book?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=front cover&dg=kem mis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#=onepage&q=kemmis%20and%20mct aggart&f=false. [26 Agustus 2016] Miles, M. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press. Paembonan, R. D. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Penarikan Kesimpulan Logika Matematika di Kelas X SMA GPID Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 2 (1), 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article /view/3235/2290. [12 Agustus 2016]. Prawiradilaga, D. S. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Purwatiningsih, S. (2014). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol.1.Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/ jurnal/index.php/JEPMT/article/view/1707/1125. [24 November 2014] Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal FMIPA Unila. [Online]. Vol. 1. (1), 14 halaman. Tersedia: http:// journal.fmipa.Unila. ac.id.index.php/semirata/article/view/882/701 [26 April 2016]. Slavin, R. (2005). Cooperaive Learning Teori, Riset dan Praktek. London: Nusa Media. Solfitri, T. dan Rahmania, S. (2010). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X3 SMA Negeri 8 Pekanbaru. Jurnal Gamatika [Online]. Tersedia: http://asmanaditsaqib.files.wordpress.com/2014/01/keefektifanmodelpembelaja rankoperatiftipe-tai-team-assisted-individualization-melaluipemanfaa-tan-lks-lembarkerja-siswa-terhadap.pdf. [6 Oktober 2015]
230 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar