PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII MTs PUTRI AISYIYAH PALU Awaludin Email:
[email protected] Bakri Mallo Email:
[email protected] Rita Lefrida E-mail:
[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifatsifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII MTs Putri Aisyiyah Palu. Rancangan penelitian mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model investigasi kelompok untuk setiap aspek yang diskor menggunakan lembar observasi berada dalam kategori baik dan siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelopok dapat meningkatkan hasil belajar yang tahapannya yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Data yang dikumpulkan berupa data aktivitas peneliti dan siswa melalui lembar observasi, hasil wawancara, dan hasil catatan lapangan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) grouping, 2) planning, 3) investigation, 4) organizing, 5) presenting, dan 6) evaluating. Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok, hasil belajar, sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Abstract: The purpose of this research is to describe the application model of cooperative learning type group investigation in order to increase the result of students learning on material of characteristics addition and substraction integers of grade VII MTs Putri Aisyiyah Palu. The research design refers to Kemmis and Mc. Taggart. This research was conducted in two cycle. The success of the action can be seen from the activities of teachers manage classroom learning and student activity during the learning by applying model group investigation for each aspect assessed on the observation sheet are in good or excellent category and students can the tasks finish. This research is conducted through applying cooperative learning type group investigation by following below steps: 1) grouping, 2) planning, 3) investigation, 4) organizing, 5) presenting, and 6) evaluating. Key Word: the model cooperative learning type group investigation, learning outcomes, characteristics addition and substraction integers.
Matematika merupakan ilmu dasar yang digunakan sebagai tolak ukur untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika tidak hanya memungkinkan orang untuk berpikir logis tetapi juga memberi mereka kemampuan untuk berpikir kritis, sistematis, dan memiliki kemampuan bekerja sama sehingga tercipta kualitas sumber daya manusia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran matematika adalah membentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang terlihat melalui kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu
74 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
permasalahn dalam bidang matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Oleh sebab itu pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dimulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pada perguruan tinggi. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bilangan bulat merupakan satu diantara pokok bahasan yang diajarkan di SMP kelas VII (Depdiknas, 2003). Bilangan bulat dianggap sulit bagi siswa sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan terutama pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII AMP Negeri 3 Banawa tahun ajaran 2013/2014 (Diana, 2014). Suparmi (2013) bahwa siswa kelas VII SMP Yos Sudarso Sidoarjo tahun pelajaran 2012/2013 masih mengalami banyak kendala sehingga hasil belajar matematika relatif rendah pada materi pokok bilangan bulat. Shara (2014) bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 15 Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015 kurang memahami bagaimana cara menyelesaikan soal-soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hasil dialog dengan guru matematika MTs Putri Aisyiyah Palu diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat masih sangat rendah. Karena siswa tidak dapat mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat, sehingga siswa juga tidak dapat menentukan sifat-sifat yang berlaku pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Menindaklanjuti hasil dialog peneliti melakukan tes untuk mengidentifikasi masalah yang dialami siswa kelas VIII yang telah mempelajari materi tersebut. Satu diantara soal yang diberikan yaitu: menentukan sifat-sifat yang berlaku pada penjumlahan bilangan bulat pada Gambar 1. MR TI 01
MR TI 02 MR TI 03
Gambar 1. Jawaban siswa MR pada soal nom Gambar 1 menunjukkan bahwa siswa MR menuliskan (MRTI01), (MRTI02), sehingga siswa MR mengambil kesimpulan: karena hasil penjumlahan a dan b berbeda, maka berlaku sifat asosiatif (pengelompokan) pada penjumlahan (MRTI03). Kesalahan siswa MR pada (MRTI01) yaitu siswa MR hanya menjumlahkan soal yang ada di dalam kurung saja yaitu: dan tidak melanjutkan menjumlahkan dengan 8. Begitu juga dengan kesalahan siswa MR pada (MRTI02) yaitu siswa MR hanya menjumlahkan soal yang ada di dalam kurung saja yaitu dan tidak melanjutkan menjumlahkan dengan 2. Seharusnya jawaban yang benar yaitu dan . Akhirnya kesalahan siswa MR berlanjut pada pengambilan kesimpulan yang tidak benar. Seharusnya siswa MR menjumlahkan semua bilangan bulat pada setiap soal a dan b sehingga siswa MR bisa menyelesaikan soal dan memperoleh kesimpulan dengan benar. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil tes identifikasi, peneliti menyimpulkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan pada materi sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Model pembelajaran kooperatif tipe investiga kelompok dapat menjadi alternatif pembelajaran pada materi sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Penerapan model pembelajaran kooperatif memberikan aktivitas kegiatan pembelajaran yang lebih banyak kepada siswa dibandingkan dengan peneliti. Peranan teman sebaya dalam belajar bersama memegang peranan yang penting untuk memunculkan motivasi dan keberanian siswa agar mampu mengembangkan potensi belajarnya secara maksimal (Isjoni 2009). Investigasi yang
Awaludin, Bakri, dan Rita Lefrida, Penerapan Model Pembelajaran … 75 dilaksanakan secara berkelompok Lazarowitz dan Norman Miller (1995), mendisain model kelompok investigasi yang memberikan kemungkinan siswa untuk melakukan berbagai pengalaman belajar. Para siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan: 1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasi kelompoknya, 2) merencanakan tugas pembelajaran, 3) melaksanakan penyelidikan, 4) menyiapkan laporan, 5) menyiapkan laporan akhir, dan 6) mengevaluasi program. Slavin (2005) menyatakan model kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki 6 fase yaitu: 1) grouping (menempatkan siswa dalam beberapa kelompok), 2) planning (menentukan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, dan apa tujuannya), 3) investigation (saling tukar informasi, menganalisis data, dan membuat inferensi), 4) organizing (anggota kelompok menulis laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis), 5) presenting (salah satu kelompok menyajikan materi, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan), dan 6) evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing). Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe investiga kelompok mempunyai keunggulan antara lain siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran kelompok. Siswa dituntut untuk menguasai materi yang diajarkan karena setiap siswa mempunyai tanggung jawab untuk memberikan kontribusi demi perolehan skor kelompoknya. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifatsifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII MTs Putri Aisyiyah Palu. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifatsifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII MTs Putri Aisyiyah Palu? METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada alur desain model Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII MTs Putri Aisyiyah Palu yang berjumlah 16 orang siswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan lapangan, tes awal, dan tes akhir tindakan. Analisis data pada penelitian ini mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992) yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya dari subjek penelitian tersebut, dipilih tiga orang informan yang diambil berdasarkan tes awal dan konsultasi dengan guru mata pelajaran matematika yaitu siswa NH yang berkemampuan matematika tinggi, siswa ND berkemampuan matematika sedang, dan siswa NF berkemampuan matematika rendah. Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran minimal berada pada kategori baik untuk setiap item pada lembar observasi dan siswa dapat menyelesaikan soalsoal yang berkaitan dengan menentukan sifat-ifat penjumlahan bilangan bulat untuk siklus I dan menentukan sifat-ifat pengurangan bilangan bulat untuk siklus II dengan benar. HASIL PENELITIAN Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti memberikan tes awal kepada siswa kelas VII MTs Putri Aisyiyah Palu. Tes awal yang diberikan terdiri atas dua soal, soal pertama mengenai mengoprasikan bilangan bulat yaitu menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hasil yang diperoleh dari tes awal menunjukkan bahwa dari 16 orang siswa yang mengikuti tes,
76 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
untuk soal nomor 1 hanya 5 siswa yang mampu menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dan menyelesaikannya dengan tepat. Selanjutnya soal kedua yaitu menuliskan lambang “>” atau “<” pada pasangan-pasangan bilangan bulat. Hasil yang diperoleh untuk soal nomor nomor 2 hanya 7 siswa yang mampu menuliskan lambang “>” atau “<” pada pasanganpasangan bilangan bulat dan menyelesaikannya dengan tepat. Hasil analisis tes awal juga digunakan peneliti sebagai pedoman membentuk kelompok belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik, dengan tujuan agar siswa dapat saling membantu satu sama lain dan bertukar pendapat di dalam kelompok belajarnya. Jumlah siswa kelas VII MTs Putri Aisyisyah Palu yaitu 16 orang siswa, sehingga peneliti membentuk siswa ke dalam 4 kelompok belajar. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat komponen yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Tahap perencanaan peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan fase-fase pembelajaran investigasi kelompok, lembar kerja siswa, tes akhir tindakan, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan catatan lapangan. Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan pada setiap siklus, pertemuan berlangsung selama 2 × 40 menit. Pertemuan pertama pada siklus I membahas materi sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat dan pada siklus II membahas materi sifat-sifat pengurangan bilangan bulat. Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang mengikuti fase-fase investigasi kelompok yaitu: grouping, planning, investigation, organizing, presenting, evaluating, dan diakhiri dengan menutup pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II diawali dengan kegiatan pendahuluan. Kegiatan tersebut yaitu: membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Seluruh siswa atau sebanyak 16 orang siswa hadir pada pertemuan pertama di siklus I dan siklus II. Selanjutnya peneliti mengecek pengetahuan prasyarat siswa dengan memberikan pertanyaan secara lisan maupun tertulis berkaitan dengan materi ajar. Pada siklus I peneliti mengecek pengetahuan prasyarat mengenai sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat, sedangkan pada siklus II peneliti mengecek pengetahuan prasyarat mengenai sifat-sifat pengurangan bilangan bulat. Mengecek pengetahuan prasyarat membuat siswa mengingat kembali materi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari sehingga siswa lebih siap untuk belajar. Selanjutnya peneliti menyampaikan informasi tentang materi yang hendak dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu: 1) siswa mampu memahami penjumlahan bilangan bulat, 2) siswa mampu menentukan sifat-sifat yang berlaku pada penjumlahan bilangan bulat. Tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu: 1) siswa mampu memahami penjumlahan bilangan bulat, 2) siswa mampu menentukan sifat-sifat yang berlaku pada penjumlahan bilangan bulat. Kemudian peneliti memberikan pemotivasian kepada seluruh siswa sehingga siswa termotivasi, siap, dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi yang diberikan peneliti yaitu: menyampaikan manfaat dari mempelajari materi penjumlahan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari misalnya siswa ingin menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan angka, uang, jual beli dan lain-lain. Kegiatan inti dimulai dengan fase grouping. Pada fase grouping peneliti menempatkan siswa dalam beberapa kelompok. Siklus I dan II peneliti membentuk kelompok belajar yang heterogen berdasarkan hasil tes prasyarat yaitu sebanyak 4 kelompok. Siklus I ada beberapa siswa yang tidak menerima teman sekelompoknya dikarenakan bukan teman dekatnya, sehingga peneliti memberikan arahan agar semua siswa saling menerima dalam kelompok yang
Awaludin, Bakri, dan Rita Lefrida, Penerapan Model Pembelajaran … 77 telah ditentukan peneliti. Siklus II siswa sudah saling menerima dan langsung bergabung dalam kelompoknya masing-masing dengan tertib tanpa arahan penilti. Selanjutnya yaitu pada fase planning. Pada fase planning peneliti memberikan LKPD kepada siswa dan mengarahkan siswa mengamati permasalahan yang terdapat dalam LKPD. Setelah mendengarkan penjelasan peneliti, semua siswa mengamati permasalahan yang ada di LKPD. Siklus I peneliti memberikan permasalahan yang berkaitan dengan sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat, sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Selanjutnya pada siklus II peneliti memberikan permasalahan yang berkaitan dengan sifat-sifat pengurangan bilangan bulat pada Gambar 3.
Gambar 2. LKPD pada siklus I
Gambar 3. LKPD pada siklus II
Aktivitas pada fase investigation yaitu peneliti meminta siswa untuk melakukan investigasi pada LKPD. Siswa bertanya kepada peneliti tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Siklus I siswa ND bertanya mengapa kita harus melakukan investigasi pada permasalahan yang diberikan dalam LKPD. Kemudian peneliti menjawab bahwa dengan melakukan investigasi pada permasalahan yang diberikan maka siswa akan lebih teliti dalam menemukan fakta-fakta penting yang terdapat pada permasalahan yang diberikan, seperti operasi penjumlahan yang bilangan bulatnya bernilai positif atau negatif, sehingga siswa mampu menyelesaikan serta memberi kesimpulan terhadap permasalahan yang di berikan. Selanjutnya pada siklus II siswa NK bertanya tentang cara mendapatkan nilai x pada soal yang di berikan dalam LKPD. Peneliti menjawab, coba perhatikan pada LKPD (Gambar 3. LKPD pada siklus II). Pertama-tama kedua ruas adik dijumlahkan untuk menghilangkan bilangan yang ada di ruas kanan, pada soal nomor 1 untuk menghilangkan negatif 31 kedua ruas adik jumlahkan dengan positif 31 sehingga –x -31+ 31 = 31 + 31, -x = 62. Kemudian fase organizing pada siklus I dan II dimana setiap kelompok menulis hasil investigasinya, menentukan penyaji, moderator, dan notulis. Aktivitas yang dilakukan pada fase presenting yaitu peneliti mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi kelompoknya di depan kelas. Siklus I peneliti meminta kelompok 2 untuk mempresentasikan hasil investigasinya. Kemudian peneliti bertanya kepada siswa apakah ada jawaban lain selain dari jawaban kelompok 2, siswa menjawab bahwa jawaban kelompok mereka sama dengan jawaban kelompok 2. Siklus II peneliti meminta kelompok 3 untuk mempresentasikan hasil investigasinya. Kemudian peneliti bertanya kepada siswa apakah ada jawaban lain selain dari jawaban kelompok 3, siswa menjawab hasil kesimpulan jawaban kelompok mereka sama dengan jawaban kelompok 3 yang berbeda hanya hasil pengurangannya. Aktivitas akhir pada kegiatan inti yaitu evaluating. Peneliti meminta setiap kelompok mengoreksi hasil investigasinya serta melakukan evaluasi. Pada siklus I peneliti meminta
78 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
perwakilan dari kelompok 4 untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat. Pada siklus II peneliti meminta perwakilan dari kelompok 1 untuk menyimpulkan materi tentang sifat-sifat pengurangan bilangan bulat. Siklus I siswa masih kebingungan dalam menyimpulkan hasil investigasinya sehingga peneliti mengarahkan siswa untuk mencapai kesimpulan yang benar, sedangkan pada siklus II siswa sudah mampu menyimpulkan hasil investigasinya dengan benar tanpa arahan peneliti. Aktivitas yang dilakukan peneliti pada kegiatan penutup yaitu menginformasikan bahwa pada pertemuan kedua pada setiap siklus, peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa. Siklus I peneliti memberikan tes yang berkaitan dengan materi sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat. Siklus II peneliti memberikan tes yang berkaitan dengan materi sifat-sifat pengurangan bilangan bulat. Selanjutnya peneliti mengakhiri pembelajaran dengan berdoa bersama-sama dan mengucapkan salam. Pada pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan siklus I kepada siswa. Adapun soal yang diberikan yaitu: tentukan hasil penjumlahan (-7 +12) + (-4) dan (-7) + (12 + (-4)). Berdasarkan hasil jawaban siswa diperoleh informasi bahwa terdapat 9 orang siswa mampu menyelesaikan soal dengan tepat dan 4 orang siswa melakukan kesalahan dalam mengoprasikan penjumlahan bilangan bulat sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4. HW SI 03
HW SI 01
HW SI 04
HW SI 02
Gambar 4. Jawaban HW pada soal tes akhir tindakan siklus I Jawaban siswa HW terhadap soal nomor 2 terlihat pada Gambar 4 siswa HW menuliskan kurang teliti sehingga masih melakukan kesalahan dalam mengoperasikan penjumlahan bilangan bulat. Kesalahan siswa HW pada soal (HWSI01) yaitu siswa HW langsung menjumlahkan soal tanpa meperhatikan tanda negatif pada soal. Seharusnya siswa HW mengoperasikan soal dengan memperhatikan tanda negatifnya yaitu: -7 + (12 + (-4)) = -7 + 8 = 1. Karena kesalahan siswa HW pada saat mengoperasikan penjumlahan bilangan bulat, maka kesalahannya berlanjut pada pengambilan kesimpulan pada sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat (HWSI03) dan (HWSI04). Memperoleh informasi lebih lanjut, peneliti melakukan wawancara tehadap siswa HW pada siklus I. Sebagaimana yang ditunjukkan pada transkip wawancara sebagai berikut: HWSI05P: coba perhatikan pekerjaan adik. Pada soal nomor 2 langkah pengerjaan adik ada yang salah, adik melakukan operasi menjumlahkan (12 + (-4)) = -8. Mengapa demikian? HWSI06S: ya kak, saya salah tulis kak. Harusnya saya tulis bukan -8 tetapi 8 Cuma HWSI07P: ituka
jadi adik salah menuliskan ya. Kemudian penjumlahan berikutnya adik menulis (-7) + (-8)) = -15. Seharusnya bagaimana? HWSI08S: iya kak. Karena saya sudah salah pada langkah sebelumnya, jadi kesalahanku
Awaludin, Bakri, dan Rita Lefrida, Penerapan Model Pembelajaran … 79 berlanjut pada (-7) + (-8)) = -15 seharusnya (-7) + 8) = 1. HWSI09P: selanjutnya kesalahan adik berlanjut pada pengambilan kesimpulan. Seharusnya bagaimana? HWSI10S: iya kak, karena saya keliru waktu melakukan penjumlahan jadi kesimpulanku juga ikut salah yaitu jadi, penjumlahan bilangan bulat (-7 +12) + (-4) ≠ (-7) + (12 + (-4)). Seharusnya saya menuliskan jadi, penjumlahan bilangan bulat (-7 +12) + (-4) = (-7) + (12 + (-4)). HWSI11P: iya betul sekali. Adik sebenarnya sudah bisa mengerjakan soal, cuma adik kurang teliti saja waktu mengerjakan soal. Jadi untuk kedepannya adik harus lebih teliti lagi ya. Hasil jawaban siswa menunjukkan bahwa siswa HW sudah memahami operasi penjumlahan bilangan bulat, tetapi siswa HW kurang teliti dalam melakukan operasi penjumlahan (HWSI06S) dan (HWSI08S), sehingga kesalahan siswa HW berlanjut pada penarikan kesimpulan (HWSI10S). Tes akhir tindakan siklus II terdiri atas tiga nomor yang diikuti oleh 16 orang siswa. Satu diantara soal diberikan yaitu: tulis dan jelaskan sifat-sifat apa saja yang berlaku dan tidak berlaku pada pengurangan. Jawaban siswa pada tes akhir tindakan siklus II sebagaimana ditunjukkan Gambar 5. NH SII 01 NH SII 02 NH SII 03 NH SII 04 NH SII 05 Gambar 5. Jawaban NH pada soal tes akhir tindakan siklus II Berdasarkan Gambar 5 terlihat jawaban siswa NH yang menulis sifat komutatif tidak berlaku pada pengurangan bilangan bulat (NHSII01), sifat asosiatif tidak berlaku pada pengurangan bilangan bulat (NHSII02), sifat tertutup berlaku pada pengurangan bilangan bulat (NHSII03), unsur/sifat identitas berlaku pada pengurangan bilangan bulat (NHSII04), dan unsur/sifat invers berlaku pada pengurangan bilangan bulat (NHSII05). Kesalahan siswa NH yaitu siswa NH tidak menulis prinsip-prinsip yang berlaku dalam setiap sifat pada pengurangan dan hanya menuliskan sifat-sifat yang berlaku pada pengurangan. Selanjutnya untuk memperjelas informasi tentang kesalahan NH, peneliti melakukan dialog sebagaimana transkip berikut. NHSII06P: pada soal nomor 1 adik sudah tahu sifat-sifat yang berlaku pada pengurangan, tetapi adik tidak melengkapi jawaban adik dengan prinsip-prinsi pada pengurangan bilangan bulat. Mengapa demikian? NHSII07S: iya kak. Saya terburu-buru sehingga saya cuma menulis sifat-sifat yang berlaku pada pengurangan saja dan tidak menulis prinsip-prinsi pada pengurangan bilangan bulat. Seharusnya saya lengkapi dengan a, b, dan c ∈ bilangan bulat, selalu berlaku a – b ≠ b – a dan (a – b) – c ≠ a – (b – c), sehingga sifat komutatif dan asosiatif tidak berlaku pada pengurangan bilangan bulat. Selanjutnya untuk a, b, dan c ∈ bilangan bulat, selalu berlaku a – b = c, a – 0 = a dan 0 – a = -a, sehingga sifat tertutup dan identitas berlaku pada pengurangan bingan bulat.
80 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
Begitupula untuk invers dari a adalah –a selalu berlaku a - a ≠ (-a) – a, sehingga sifat invers tidak berlaku pada pengurangan). NHSII08P: iya benar sekali. Jadi untuk kedepannya adik harus lebih cepat dalam mengerjakan soal yang diberikan, supaya adik selesai mengerjakan soal sesuai waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa NH diperoleh informasi bahwa siswa NH sudah mampu menuliskan sifat-sifat yang berlaku pada pengurangan. Tetapi siswa NH belum memahami prinsip-prinsi pada pengurangan bilangan bulat (NHSII07S). Selama pelaksanaan pembelajaran, segala aktivitas peneliti dan siswa diamati melalui lembar observasi aktivitas peneliti dan siswa. Aspek yang diamati pada aktivitas peneliti, yaitu: 1) peneliti menempatkan siswa dalam beberapa kelompok, 2) peneliti menyajikan materi tentang sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat, 3) peneliti membagi LKPD serta menjelaskan tugas-tugas yang akan dilakukan setiap siswa dalam kelompok, 4) peneliti mempersilahkan kelompok melakukan investigasi pada materi, 5) peneliti mempersilahkan kelompok melakukan diskusi, menganalisis data, dan membuat iferensi, 6) peneliti meminta setiap kelompok menulis hasil investigasinya, menentukan penyaji, moderator, dan notulis, 7) peneliti menunjuk salah satu kelompok menyajikan hasil investigasinya, 8) peneliti meminta kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, serta mengajukan pertanyaan kepada kelompok penyaji, 9) peneliti meminta setiap kelompok mengoreksi hasil investigasinya serta membuat kesimpulan, 10) peneliti melakukan evaluasi serta menunjuk salah satu siswa untuk menyimpukan materi yang telah dipelajari, 11) peneliti mengakhiri pembelajaran dan mengucap salam. Peskoran dari setiap aspek dilakukan dengan cara memberikan skor yaitu: skor 4 berarti sangat baik, skor 3 berarti baik, skor 2 berarti kurang, dan skor 1 berarti sangat kurang. Siklus I aspek 6 dan 9 memperoleh skor 2, aspek 1, 2, 3, 4, 5, 8, dan 10 memperoleh skor 3, dan aspek 7 dan 11 memperoleh skor 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 33, sehingga aktivitas peneliti pada siklus I dapat di kategorikan baik. Selanjutnya pada siklus II, aspek 2, 4, 9, dan 10 memperoleh skor 3; dan aspek nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, dan 11 memperoleh skor 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 39, sehingga aktivitas peneliti pada siklus I dapat di kategorikan sangat baik. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diamati oleh pengamat dalam bentuk kelompok belajar. Adapun aspek yang diamati yaitu: 1) duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan, 2) memperhatikan penjelasan peneliti, 3) menerima serta memahami isi LKPD yang diberikan serta meminta penjelasan peneliti tentang hal-hal yang belum dipahami berkaitan dengan LKPD, 4) melakukan investigasi dalam kelompok pada materi, 5) melakukan diskusi, menganalisis data, dan membuat iferensi pada materi, 6) Setiap kelompok menulis hasil investigasinya, menentukan penyaji, moderator, dan notulis, 7) kelompok yang ditunjuk oleh peneliti mempresentasikan hasil investigasinya, 8) kelompok lain mengamati, mengevaluasi, serta mengajukan pertanyaan atau tanggapan dari hasil presentasi kelompok penyaji, 9) setiap kelompok mengoreksi hasil investigasinya serta membuat kesimpulan, 10) setiap kelompok memperlihatkan hasil ivestigasinya untuk dievaluasi oleh peneliti serta siswa yang ditunjuk maju untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari, 11) tertib dan membalas salam dari guru. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa yaitu: aspek 2, 3, 4, 5, 7, dan 8 memperoleh skor 3, dan aspek nomor 1, 6, 9, 10, dan 11 memperoleh skor 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 38, aktivitas siswa dapat dikategorikan baik. Selanjutnya pada siklus II, aspek 7 memperoleh
Awaludin, Bakri, dan Rita Lefrida, Penerapan Model Pembelajaran … 81 skor 3 dan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, dan 11 memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 43, sehingga aktivitas siswa dapat dikategorikan sangat baik. PEMBAHASAN Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi prasyarat sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hasil tes awal digunakan sebagai pedoman dalam membentuk kelompok belajar yang heterogen dan penentuan informan dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurcholis (2013) bahwa pemberian tes awal sebelum pelaksanaan tindakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen serta penemuan informan. Peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui apa yang hendak mereka capai dengan pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) menyatakan bahwa penyampaian tujuan pembelajaran dan cakupan materi sebelum memulai pembelajaran merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan agar siswa mengetahui dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, agar siswa tertarik dan terdorong serta memberikan peerhatian selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Aritonang (2007) menyatakan bahwa adapun langkah-langkah membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan menarik perhatian siswa. Perhatian siswa muncul karena didorong oleh rasa ingin tahu, rasa ingin tahu itu perlu mendapat rangsangan berupa manfaat dari apa yang mereka pelajari sehingga siswa akan memberikan perhatian selama proses pembelajaran. Peneliti menerapkan fase-fase investigasi kelompok pada kegiatan inti yaitu: grouping, planning, investigation, organizing, presenting, dan evaluating. Kegiantan peneliti pada fase grouping yaitu mengelompokkan siswa menjadi 4 kelompok belajar yang masingmasing kelompok terdiri 4 orang siswa. Siswa dibentuk dalam kelompok yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik dengan tujuan agar siswa dapat saling membantu dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2011) menyatakan bahwa siswa dibentuk dalam kelompok belajar heterogen berdasarkan kemampuan akademik sehingga siswa dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Selain itu pendapat Yanto (2015) menyatakan bahwa pembentukan kelompok bertujuan agar agar siswa dapat bekerja sama, saling membantu dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya masing-masing. Selanjutnya kegiatan peneliti pada fase planning yaitu pada siklus I peneliti menyajikan materi tentang sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat sedangkan pada siklus II peneliti menyajikan materi tentang sifat-sifat pengurangan bilangan bulat. Selanjutnya peneliti membagikan LKPD, meminta setiap kelompok mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama proses pembelajaran, dan dalam tahap ini peneliti juga menjelaskan tugas-tugas yang akan dilakukan setiap siswa dalam kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Soetjipto (2008) bahwa dalam pembelajaran kooperatif, peneliti mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal atau dengan teks.
82 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
Kegiatan peneliti pada fase investigation yaitu pada siklus I dan II peneliti mempersilahkan setiap kelompok melakukan investigasi pada materi sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada LKPD. Selanjutnya peneliti mengawasi dan mengontrol setiap kelompok dalam melakukan investigasi pada LKPD yang telah di berikan dan juga memberikan bantuan seperlunya kepada setiap kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah itu, peneliti mempersilahkan kelompok melakukan diskusi, menganalisis data, dan membuat inferensi pada materi sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hal ini sesuai dengan pendapat Apriyanti (2011) menyatakan bahwa ketika siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan, peneliti memberikan bantuan kepada anak tersebut dan akan mengurangi bantuan itu setelah anak dapat melakukannya. Kegiatan peneliti pada fase organizing yaitu pada siklus I dan II peneliti meminta setiap kelompok menulis hasil investigasinya. Setelah semua kelompok selesai menulis hasil investigasinya, kemudian setiap kelompok menentukan siapa saja yang akan menjadi penyaji, moderator, dan notulis dalam kelompok. Setelah itu, semua kelompok bersiap-siap ditunjuk oleh peneliti untuk maju sebagai penyaji. fase organizing bertujuan untuk membiasakan siswa untuk saling memberikan tanggapan dalam diskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan perlunya pembiasaan untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh orang lain dalam pembelajaran matematika, sehingga yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna. Kegiatan peneliti fase evaluating pada siklus I dan II, yaitu meminta semua kelompok melakukan evaluasi, klarifikasi, dan pertanyaan serta meminta setiap kelompok mengoreksi hasil investigasinya serta membuat kesimpulan tentang materi sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Pada fase ini peneliti mengajak siswa untuk merefleksi kembali materi yang telah dipelajari. Selanjutnya, peneliti melakukan evaluasi serta menunjuk salah satu siswa untuk menyimpukan sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Setelah siswa meberikan kesimpulan, peneliti menambahkan atau menyempurnakan kesimpulan siswa tersebut jika perlu, serta memberikan apresiasi kepada setiap kelompok yang telah menunjukkan semangat belajar agar siswa dapat termotivasi untuk giat belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnomo (2011) menyatakan bahwa guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan temuan siswa. Purnomo (2014) menyatakan bahwa pemberian penghargaan dapat memotivasi seluruh siswa untuk belajar lebih giat lagi. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan dan wawancara siklus I menunjukkan bahwa siswa dapat memahami materi menentukan sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat. Meskipun masih terdapat beberapa siswa yang kurang teliti dalam menyelasaiakan operasi hitung bilangan bulat, namun ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I telah mencapai. Selanjutnya, pada tes akhir tindakan siklus II, Siklus II diperoleh informasi bahwa siswa sudah memahami materi sifat-sifat pengurangan bilangan bulat. Meskipun masih terdapat siswa yang kebingungan dalam menentukan cara penyelesaian soal. Walaupun demikian, sebagian besar siswa dapat menjawab soal dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan tindakan siklus II telah tercapai. Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka terlihat bahwa indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII MTs Putri Aisyiyah Palu.
Awaludin, Bakri, dan Rita Lefrida, Penerapan Model Pembelajaran … 83 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII MTs Putri Aisyiyah Palu dengan mengikuti fase-fase model kooperatif tipe investigasi kelompok yaitu: 1) grouping, 2) planning, 3) investigation, 4) organizing, 5) presenting, dan 6) evaluating. Fase groupin peneliti menempatkan siswa dalam beberapa kelompok. Fase planning peneliti menjelaskan materi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan membagi LKPD. Fase investigation peneliti mengarahkan kelompok melakukan investigasi pada LKPD, menganalisis data, dan membuat inferensi. Fase organizing peneliti mengarahkan setiap kelompok menulis laporan dari hasil investigasinya, menentukan penyaji, moderator, dan notulis. Fase presenting peneliti meminta salah satu kelompok menyajikan hasil investigasinya, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan. Fase evaluating peneliti meminta semua kelompok mengoreksi hasil investigasinya serta membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka disarankan agar guru menggunakan model kooperatif tipe investigasi kelompok yang di padukan dengan metode diskusi kelompok dan tanya jawab untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan peneliti lain dapat menerapkan model kooperatif tipe investigasi kelompok yang di padukan dengan metode diskusi kelompok, tanyajawab, dan model pembelajaran yang mendukung pada materi yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Aritonang K. T (2007). Minat dan Memotivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur. [online], Vol. 10, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http://bpkbenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No10-Thn7-Juni2008.pdf. [20 September 2016]. Apriyanti, R. (2011). Pengaruh Metode Penemuan dengan Menggunakan Teknik Scaffolding Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi Fakulta Tarbiyah dan Ilmu Kepenelitian Universitas Islam Negeri Jakarta [Online]. Tersedia: http://repository. uinjkt.ac.id/dspace/ han dle/123456789/2636. [02 Agustus 2016]. Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru? Dalam Jurnal Forum Sosial Vol. 6 (1), 6 halaman [Online]. Tersedia: http://eprints.unsri. ac.id/2268/2/isi.pdf. [01 September 2016]. Depdiknas. (2003). Buku Siswa Matematika Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas I. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matapelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas. Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
84 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
Isjoni, (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasaan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience [Online]. Tersedia:https:// books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kemmis+an d+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20a20mctaggart&f= false. [9 September 2016]. Miles, M dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta:UI Press. Nurcholis. (2013). Implementasi Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako [Online]. Volume 01 (01), 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/in-dex.php/JEPMT/article/view/1707/1124[06 Oktober 2016]. Nurhayati, U. (2014). Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Kubus dan Balok Bagi Siswa Kelas VIII B SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal Universitas Kriten Satya Wacana [Online]. Tersedia:http://repository.uksw.edu/bitstream/ 123456789/5627/ 3/T1_202010072_ Full%20text.pdf. [06 November 2015]. Purnomo, Y. W. (2011). Keefektifan Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning pada Pembelajaran Matematika. Jurnal pendidikan. [Online]. Vol 41 (1). Tersedia: http//journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/download/_053/366. [17 September 2016]. Rachel Hersz-Lazarowits dan Norman Miller, (1995) interaction in cooperative groups UI: Press Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Journal FMIPA,Unila,[Online].,1,,(1),,14,halaman.,Tersedia:,http://journal.fmipa.unila.ac.id.inde. php/semirata/article/view/8 82/701. [03 Agustus 2016]. Shara. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Media Kartu Posinega untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Palu Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako [Online]. Vol 1. 2. No. 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad/index.php/JEPMT/article/view/3223. [8 September 2016]. Soetjipto. (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiawan, R. (2014). Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Jurnal Matematika [Online].Vol 03 (01), 12 halaman. Tersedia: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/view/4655/ 2899. [30 Oktober 2015].
Awaludin, Bakri, dan Rita Lefrida, Penerapan Model Pembelajaran … 85 Suparmi. (2012). Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Multikultural. Jurnal Pembangunan,Pendidikan:,Fondasi,dan,Aplikasi.,Volume,1,No.,1.,Tersedia: journal.uny. ac.id/index.php/jppfa/article//857. [8 September 2016] Sutrisno, (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. [Online]. Vol.11. No. 4. 14 halaman. Tersedia: http://fkip. Unila.ac.id/ ojs/journals/ II/JPMU vol 1No 4/016-Sutrisno. pdf. [10 September 2016]. Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka. Yanto. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heabs Together Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas D SMPN 7 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako [Online]. Vol.2, No.4, 12 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/ index.php/JEPMT/article/view/1707/11 24. [10 September 2016].