DILEMATIKA ANTARA PERKAWINAN TUNGKU DENGAN ATURAN PERKAWINAN KATOLIK ROMA DI MANGGARAI
Gabriel Adirusman Faran¹, Ni Luh Nyoman Kebayantini², Gede Kama Jaya³ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email:
[email protected]¹,
[email protected]²,
[email protected]³
ABSTRACT
Topics that discussed in this thesis tells about the phenomenon of inbreeding marriage that happened to society of Nekang village, Manggarai, East Nusa Tenggara. Inbreeding marriages in the village community of Nekang is known as kawing tungku. Kawing tungku of Nekang village consists of three, that is tungku cu, tungku neteng nara, and tungku anak rona musi. As a majority of people who embrace Roman Catholicism, the kawing tungku of a Nekang village is strictly prohibited by the church. This rule is already contained in the canonical church. This phenomenon caused a dilemma for the people of Nekang village. Therefore, the Nekang villagers who married in a kawing tungku, the marriage could not be inaugurated by the church. Keyword: tungku, tungku cu, tungku neteng nara, tungku anak rona musi, kanonik
Perkawinan menurut Haviland (Atmaja,
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
2008: 21) merupakan suatu transaksi dan kontrak yang sah dan resmi antara seorang pria dan
Sebagai mahluk sosial, manusia selalu membutuhkan kehidupan
sesamanya
dalam
sehari-hari.Manusia
wanita yang mengukuhkan hak mereka untuk
menjalani
tidak
berhubungan
bisa
seksual
satu
sama
lain
dan
memenuhi kebutuhan dirinya tanpa bantuan dari
menegaskan bahwa wanita yang bersangkutan
manusia lain. Sifat manusia sebagai mahluk
sudah
sosial ini telah membuat manusia memilih untuk
keturunan. Atau dengan kata lain perkawinan
selalu hidup bersama membentuk kelompok-
merupakan sebuah ikatan resmi antara pria dan
kelompok kecil.Kelompok ini dibentuk oleh banyak
wanita
unsur dan salah satunya adalah perkawinan.
memutuskan untuk hidup bersama.
1
memenuhi
yang
syarat
saling
untuk
mencintai
melahirkan
dan
telah
Di Indonesia sendiri, perkawinan pada
gereja.Hal
ini
dikarenakan
gereja
tidak
umumnya sangat erat kaitannya dengan dua
memperkenankan terjadinya perkawinan yang
dasar kehidupan masyarakat, yaitu budaya dan
memiliki hubungan darah.Peraturan yang dimiliki
agama.Sebagai negara yang memiliki keragaman
oleh gereja ini sudah termuat dalam Kitab Hukum
suku dan budaya, masyarakat Indonesia memiliki
Kanonik.
banyak bentuk dan tata cara perkawinan menurut
Hal ini yang kemudian menjadi dilema
adat dan budaya mereka. Sama
halnya
bagi masyarakat Desa Nekang.Masyarakat Desa pada
Nekang masih ingin terus melestarikan budaya
masyarakat Desa Nekang, Kabupaten Manggarai,
perkawinan tungku yang sudah secara turun-
Provinsi Nusa Tenggara Timur.Masyarakat Desa
temurun
Nekang memiliki budaya perkawinan yang sudah
mereka.Namun di satu sisi, masyarakat Desa
turun
Nekang
temurun
yang
terjadi
diwariskan,
yaitu
kawing
diwariskan
tidak
bisa
oleh
nenek
mengelak
dari
moyang
aturan
tungku.Kawing tungku ini merupakan bentuk
perkawinan gereja Katolik yang sudah mereka
perkawinan
yakini.
sedarah
(incest).Kawing
tungku
merupakan perkawinan yang terjadi antara anak laki-laki
dari
pihak
saudari
dengan
Dilema yang dialami oleh masyarakat
anak
Desa Nekang inilah yang kemudian menjadi hal
perempuan dari pihak saudara.Kawing tungku di
mendasar diangkatnya permasalahan ini dalam
Desa Nekang sendiri terdiri atas tiga bentuk, yaitu
sebuah
tungku cu, tungku neteng nara, dan tungku anak
karya
tulis
ilmiah.Dengan
harapan
semoga tulisan ilmiah ini dapat memberi referensi
rona musi.
pengetahuan
serta
dapat
menjadi
bahan
Satu hal yang perlu ditekankan dalam
pertimbangan kedua belah pihak dalam hal ini
budaya kawing tungku masyarakat Desa Nekang
masyarakat Desa Nekang dan pihak otoritas
ini adalah bahwa pengantin pria harus merupakan
gereja dalam mencari solusi atas permasalahan
anak dari pihak saudari dan pengantin wanita
ini.
merupakan anak dari pihak saudara. Apabila
1.2.
terjadi hal yang sebaliknya, maka perkawinan
Rumusan Masalah Permasalahan yang ingin dipecahkan
tersebut akan dianggap perkawinan yang tabu dalam
atau dalam bahasa setempat sering disebut
topik
ini
adalah
terkait
bentuk
dari
perkawinan tungku, aturan perkawinan menurut
perkawinan jurak.
geraja Katolik, dan akibat yang ditimbulkan dari Akan tetapi, budaya perkawinan tungku masyarakat
Desa
belakang
dengan
Katolik.Sebagai
Nekang
sangat
aturan
masyarakat
adanya perkawinan tungku.
bertolak
1.3.
perkawinan
yang
1.3.1. Tujuan Umum
mayoritas Mengetahui dinamika perkawinan tungku
memeluk ajaran agama Katolik, masyarakat Desa Nekang
yang
perkawinannya
menikah tidak
bisa
Tujuan Penelitian
secara diresmikan
tungku
di Desa Nekang yang hingga saat ini masih sering
oleh
terjadi.Selain mengetahui dinamika, penelitian ini
2
juga bertujuan untuk memberikan gambaran tentang dilema yang dihadapi masyarakat Desa
2. TINJAUAN PUSTAKA
Nekang terkait perkawinan tungku dan aturan
2.1.
perkawinan Katolik Roma.
Kerangka Konsep
2.1.1. Dilematika
1.3.2. Tujuan Khusus
Dalam penelitian ini, dilematika yang dan
proses
dihadapi oleh masyarakat Desa Nekang adalah
mendeskripsikan
aturan
berkaitan dengan budaya dan agama.Ketika
perkawinan Katolik Roma, serta mendeskripsikan
budaya dan agama memiliki pandangan yang
akibat yang muncul dari adanya perkawinan
berbeda tentang perkawinan tungku, maka disini
tungku.
agama
Mendeskripsikan perkawinan
tungku,
bentuk
dan
budaya
saling
bertolak
belakang.Keadaan ini yang membuat masyarakat
1.4.
Manfaat Penelitian
Desa Nekang tidak bisa menentukan pilihan
1.4.1. Manfaat Teoritis Menambah perkawinan
referensi
tungku
di
mereka. baru
terkait
Manggarai
2.1.2. Perkawinan
serta Haviland
memunculkan peneliti baru yang ingin mengulas atau
melengkapi
pembahasan
(Atmaja,
2008:
22)
mendefinisikan perkawinan sebagai suatu kontrak
mengenai
seumur hidup yang sah antara seorang pria dan
perkawinan tungku.
seorang wanita yang mengukuhkan janji mereka
1.4.2. Manfaat Praktis
di hadapan Tuhan.Setelah perkawinan terjadi,
1. Bagi pasangan yang menikah tungku Pasangan
yang
pria dan wanita sudah resmi hidup bersama dan
melakukan
melahirkan keturunan.
perkawinan tungku bisa menemukan
2.1.3. Tungku
solusi terhadap permasalahan yang mereka
hadapi
terkait
Secara
mensahkan
tungku
berarti
menyambung.Kata tungku biasa digunakan untuk
hubungan perkawinan mereka menurut
memperbaiki
tata cara Katolik.
benda-benda
yang
mengalami
kerusakan seperti putus, sobek, dan patah.
2. Bagi masyarakat Menambah
harafiah
2.1.4. Perkawinan Tungku
pengetahuan
Dalam konteks perkawinan, perkawinan
masyarakat terkait perkawinan tungku
tungku merupakan sebuah tata cara pernikahan
dan aturan perkawinan Katolik.
yang
bertujuan
hubungan
3. Bagi gereja Katolik
untuk
kekeluargaan
mempererat yang
kembali
sudah
ada
sebelumnya.
Gereja hendaknya bisa meninjau
2.1.5. Aturan Perkawinan
kembali aturan yang dibuat terkait
Di Indonesia, perkawinan diatur dalam
mensahkan hubungan pasangan yang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
menikah secara tungku. 3
Tahun 1974. Dimana, Pasal 2 dalam Undang-
masyarakat atau anggota kelompok. Struktur
Undang ini berbunyi, perkawinan dikatakan sah
sosial adalah seperangkat hubungan sosial yang
apabila dilakukan menurut hokum agama yang
terorganisir,
dianut oleh masing-masing pasangan.
melibatkan anggota masyarakat atau kelompok di
yang
dengan
berbagai
cara
dalamnya. Sementara anomie dijelaskan terjadi
2.1.6. Aturan
Perkawinan
apabila ada keterputusan hubungan antara norma
Gereja
kultural dan tujuan dengan kapasitas
Katolik
yang
Dalam gereja Katolik, perkawinan akan
terstruktur secara sosial dari anggota kelompok
dikatakan sah apabila pasangan telah memenuhi
untuk bertindak sesuai dengan nilai kultural
tiga syarat, yaitu: bebas dari halangan kanonik,
(Goodman, Ritzer, 2010, 142-143).
adanya consensus atau kesepakatan perkawinan,
Ketika teori struktural fungsional dari
dan harus dirayakan dalam forma cannonica atau
Robert K. Merton coba dikaitkan pada fenomena
peneguhan nikah (Bria, 2002: 52).
perkawinan tungku di Desa Nekang, maka keberadaan perkawinan tungku sebagai salah
2.2.
Kerangka Teori
satu
diposisikan
Sebagai acuan dalam memahami topik permasalahan
yang
diangkat,
analisis
sosial,
Dengan demikian, anomie yang terjadi pada masyarakat Desa Nekang merupakan faktor utama mengapa hingga saat ini perkawinan
Robert K. Merton, yang paling sesuai dengan
tungku masih sering terjadi sekalipun sudah
topik permasalahan yang diangkat adalah terkait
ditentang oleh ajaran gerja Katolik.Masyarakat
analisis Merton mengenai hubungan antara kultur,
tetap melestarikan budaya perkawinan tungku.
srtuktur, dan anomie (Goodman, Ritzer, 2010: sebagai
3. METODE PENELITIAN
seperangkat nilai normatif yang terorganisir dan menentukan
perilaku
bersama
yang
dengan norma kultural mereka.
Dalam teori teori struktural fungsional
kultur
tungku
warga desa dituntut untuk bertindak sesuai
organisasi
pengendalian sosial, dan sebagainya.
mendefinisikan
perkawinan
Nekang menyebabkan terjadinya anomie, dimana
kelompok, struktur sosial, perlengkapan untuk
Merton
itu
Dilema yang dialami oleh masyarakat Desa
proses sosial, pola kultur, emosi yang terpola
142).
selain
dilema bagi masyarakat Desa Nekang itu sendiri.
antara lain adalah peran sosial, pola institusional,
sosial,
yang
ditentang oleh ajaran gereja Katolik menyebabkan
137). Sasaran dalam studi struktural fungsional
norma
struktur
sosial masyarakat karena menyebabkan dinamika
struktural
masyarakat, dan budaya (Goodman, Ritzer, 2010:
kultural,
sebuah
setempat
mempengaruhi fungsi dan peran dari sistem
fungsional terfokus pada kelompok, organisasi,
secara
sebagai
masyarakat
setempat.Budaya perkawinan tungku ini bisa
dari Robert K. Merton.Dalam teorinya Merton bahwa
budaya
berpengaruh pada sistem sosial masyarakat
penulis
menggunakan Teori Fungsionalisme Struktural
mengungkapkan
produk
anggota
4
Berdasarkan pada persoalan penulisan
juga informan biasa yang terdiri dari beberapa
ilmiah, dalam penelitian ini data dikumpulkan
tokoh masyarakat.
menggunakan beberapa langkah berikut:
3.1.
3.4.
Jenis Penelitian Berdasarkan jenisnya, pada penelitian ini
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penulis menggunakan jenis data kualitatif dan
penelitian kualitatif.
kuantitatif.Data
Penelitian kualitatif biasanya dilakukan pada
sebagai
obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah
sumber
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti mempengaruhi
dinamika
pada
kuantitatif
pelengkap
kualitatif.Sumber
obyek yang berkembang apa adanya tidak
tidak
Jenis dan Sumber Data
data
disini
dan
data
pendukung
yang
primer
digunakan data
dipakai
dan
adalah
sumber
data
sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh
obyek
secara
tersebut (Sugiyono, 2014: 8).
langsung
dari
masyarakat
desa
Nekang.Sementara itu, data sekunder yaitu data
3.2.
Lokasi Penelitian Lokasi
penelitian
yang diperoleh dari buku – buku teks dan
di
Desa
dokumen serta permasalahan yang diteliti.
Nekang,
Kelurahan Watu, Kecamatan Langke Rembong,
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Kabupaten Manggarai, NTT.Peneliti memilih Desa Nekang
sebagai
lokasi
penelitian
3.5.1. Observasi
karena
Observasi
fenomena perkawinan sedarah sering sekali
ialah
pengamatan
dan
terjadi di Desa Nekang. Selain itu ada hal menarik
pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala
lainya, dimana Desa Nekang berada di ibu kota
yang diteliti (Usman, 2014: 52).Dalam hal ini
kabupaten. Kendati demikian, adat perkawinan
peneliti
tungku
ini
perkawinan sedarah di Desa Nekang dan pada
menandai bahwa budaya dan adat istiadat Desa
kehidupan pasangan yang sudah melakukan
Nekang masih terus dijaga walaupun ditengah
perkawinan sedarah di Desa Nekang.
ini
masih
sering
dilakukan.Hal
melakukan
observasi
pada
prosesi
3.5.2. Wawancara Mendalam
perkembangan zaman yang ada saat ini.
Wawancara
ialah
tanya
jawab
lisan
antara dua orang atau lebih secara langsung
3.3.
Penentuan Informan
(Usman, 2014: 55). Dalam penelitian ini, peneliti
Informan dipilih secara purposive yang
menggunakan salah satu jenis wawancara yaitu
terdiri atas informan pangkal, yaitu: ketua adat,
wawancara mendalam dengan menggunakan
informan kunci yang terdiri atas: pasangan yang
interview
melakukan perkawinan tungku, orang tua dari
wawancara).Wawancara mendalam merupakan
pihak yang melakukan perkawinan tungku, dan
jenis wawancara yang sifatnya bertanya secara
pastor selaku petinggi dalam gereja Katolik.
interaktif.
Selain informan pangkal dan informan kunci, ada 5
guide
(pedoman
3.5.3. Dokumentasi
memiliki hukum dalam mengatur perkawinan umatnya.
Dokumentasi peristiwa
yang
merupakan
sudah
catatan
berlalu.Dokumen
dari
dan
universal
seseorang.Dokumentasi
wawancara
dalam
gereja
dalam
Katolik
Kitab Hukum
Kanonik Tahun 1983. Di dalamnya memuatnorma sekaligus
pedoman
dasar
dalam
perkawinan yang harus diketahui umat maupun
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
perkawinan
secara umum termuat
bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
Hukum
pastor.
penelitian Romo Bene,Pr juga menjelaskan bahwa
kualitatif.
dalam Kitab Hukum Kanonik, perkawinan memiliki
3.6.
Teknik Analisis Data
sifat-sifat yang hakiki. Berikut sifat perkawinan dalam Kitab Hukum Kanonik.
Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2014: 246), mengemukan bahwa aktivitas dalam
1.
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
Seseorang hanya boleh memiliki seorang
dan berlangsung secara terus menerus sampai
istri
tuntas,sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dan
seorang
suami.
Monogami
akan
menuntut kesetiaan dari suami maupun dari istri.
dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian
Oleh
data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
karena
itu,
gereja
tidak
mengakui
perkawinan poligami atau poliandri.
2. Tak terceraikan
4. PEMBAHASAN 4.1.
Monogami
Gereja memandang bahwa perkawinan
Aturan Perkawinan Gereja Katolik
itu merupakan hal yang sangat sakral dan Secara umum masyarakat Desa Nekang
permanen.Oleh karenanya, perkawinan menurut
merupakan pemeluk ajaran agama Katolik.Oleh
gereja Katolik tidak dapat terceraikan, baik oleh
karena itu, tidak mengherankan jika masyarakat
pihak suami-istri, maupun oleh pihak dari luar.
Desa Nekang sangat fanatik terhadap ajaran gereja Katolik.Dalam teori struktural fungsional
Ketika gereja Katolik sudah mengatur
Robert K. Merton, masyarakat Desa Nekang
mengenai sifat-sifat perkawinan, maka dengan
merupakan individu yang berada dalam sebuah
sendirinya akan muncul syarat-syarat dan aturan
sistem sosial.Berkaitan dengan hal ini, sistem
untuk mengatur perkawinan menurut tata cara
sosial yang dimaksud adalah ranah interaksi
gereja Katolik tersebut. Gereja Katolik memiliki
sosial yang dibangun oleh pihak gereja Katolik
beberapa syarat agar suatu perkawinan bisa
dengan para petinggi gereja sebagai pemegang
dikatan sah, antara lain:
jabatan dalam strukturnya.
4.1.1. Bebas Dari Halangan Kanonik
Romo Bene,Pr (pastor paroki gereja Katedral Ruteng) dalam wawancara tanggal 1
Halangan dalam kanonik terdiri atas dua
Desember 2016 mengatakan, gereja Katolik
bagian, yaitu halangan pada umumnya dan 6
halangan khusus. Romo Bene,Pr menuturkan
4.1.3. Dirayakan
Forma
Dalam
Cannonica
bahwa halangan pada umumnya merupakan suatu keadaan dimana perkawinan tidak bisa
Dalam
disahkan akibat ada regulasi atau aturan yang
bahasa
Indonesia
forma
cannonica berarti tata peneguhan nikah. Menurut
tidak dapat dipenuhi.
Romo Sementara halangan khusus dimana ada
Bene,Pr,
cannonicaadalah
yang suatu
dimaksud
forma
perkawinan
harus
sebuah keadaan yang membuat perkawinan tidak
dirayakan atau diresmikan di hadapan tiga orang.
bisa disahkan. Halangan khusus ini lebih kepada
Tiga orang ini terdiri dari satu orang pertugas
adanya
resmi gereja (pastor) sebagai peneguh, dan dua
hal-hal
yang
menyalahi
aturan
perkawinan gereja Katolik dari pihak yang akan
orang saksi.
menikah. Contohnya seperti belum mencapai Ada dua macam forma cannonica, yaitu
umur Kanonik (pria 16 tahun dan wanita 14
forma cannonica ordinaria dimana perkawinan
tahun), impotensi, adanya ikatan perkawinan
yang terjadi dihadapan sekurang-kurangnya tiga
terdahulu perkawinan beda agama, hubungan darah,
hubungan
adopsi,
dan
orang
hubungan
(satu
orang
pastor
dan
dua
orang
saksi).Yang kedua adalah forma cannonica extra-
semenda.
ordinaria dimana perkawinan terjadi di hadapan
4.1.2. Adanya
Konsensus
Atau
banyak peneguh perkawinan (pastor).
Kesepakatan Perkawinan Menurut
Romo
consensus
yang
perbuatan
dimana
Andi
Batara,Pr,
dimaksud
adalah
suatu
pria
wanita
saling
dan
Jika salah satu dari ketiga persyaratan yang terurai dalam aturan perkawinan gereja Katolik (bebas dari halangan kanonik, adanya
menyerahkan diri dan saling menerima untuk
consensus,
membentuk perkawinan dengan perjanjian yang
dan
dirayakan
dalam
forma
cannonica) tidak terpenuhi maka perkawinan
tidak dapat ditarik kembali. Dalam hal ini dituntut
dapat dibatalkan atau dinyatakan tidak sah oleh
keseriusan dari pasangan yang ingin menikah
pihak otoritas gereja.
karena mereka akan menjalani suatu ikatan yang Dalam kaitannya dengan topik
sakral.
yang
diangkat adalah bahwa sudah sangat jelas jika Romo Andi Batara,Pr menambahkan ada
perkawinan
beberapa keadaan yang sering ditemukan dalam masyarakat yang dapat menyebabkan cacatnya consensus yang dibuat, seperti: ketidakmampuan psikologis
dari
pengetahuan
calon
pengantin,
tidak
yang memadai terkait
yang
memiliki
tergolong
kategori
halangan
kanonik.Oleh
hubungan
halangan karena
darah
khusu
dalam
itu,
gereja
menyatakan bahwa perkawinan yang memiliki
ada
hubungan darah atau perkawinan tungku dalam
hakekat
budaya masyarakat Desa Nekang tidak bisa
perkawinan, penipuan, adanya paksaan dan
disahkan.
ketakutan, dan lain sebagainya.
7
4.2.
Bentuk Dan Proses Perkawinan
tungku ini karena kami meyakini ada nilai positif
Tungku
yang terkandung di dalamnya.
Dalam budaya masyarakat Manggarai
Bapak Leo Gegak (tetua adat Desa
pada umumnya dikenal tiga jenis tata cara perkawinan,
dan
salah
perkawinan
tungku.
Secara
satunya harafiah
Nekang) pada wawancara tanggal 10 November
adalah
2016 mengatakan, “Ruku adak one mai adak
kata
kawing tungku toe manga woleng agu adak
tungkuberasal dari kata bahasa Manggarai yang
kawing cako agu cangkang.” Artinya, prosesi adat
artinya sambung atau menyambung (Nggoro,
dalam
2013: 99).Perkawinan tungku sendiri memiliki
perkawinan
tungkusama
seperti
perkawinan adat Manggarai pada umumnya.
pengertian perkawinan yang terjadi antara anak
Perkawinan secara tungku tetap dilaksanakan
dari saudari (mempelai pria) dan anak dari
seturut tata cara perkawinan adat Manggarai,
saudara (mempelai wanita) (Nggoro, 2013: 99).
dimana
yang
(pertunangan),
Bapak Leo Gegak (tetua adat Desa
dimulai tudak
dari mbukut
acara
pongo
(mensahkan
Nekang) dalam wawancara tanggal 10 November
kesepakatan keluarga), wagal (pesta secara
2016 mengatakan, “Tungku ho’o danong mai one
adat), berkat secara agama.
mai zaman Belanda.Du hitu penong keta ata raha Lebih
rumbu tana. Jadi kudut di’a tau ise sot raha situ
jauh
lagi
bapak
Leo
Gegak
ga makanya ata tu’a danong pande kawing cama
menjelaskan, “One urusan adak kawing harus
tau anak de ase ka’e hot caro tungku dite leso
manga ata cako tombo kudut pande gerak salang
ho’o.”Artinya, perkawinan tungku sudah ada sejak
du bantang one adak kawing.”Artinya, dalam
zaman penjajahan Belanda.Pada zaman tersebut,
upacara perkawinan adat
sering
untuk
kedua belah pihak memilih salah seorang wakil
menghentikan perang tersebut orang tua zaman
mereka yang bertugas sebagai tongka (juru
dahulu saling mengawinkan anaknya dengan
bicara).Tongka harus merupakan orang paham
anak dari saudara atau saudarinya yang saat ini
terhadap tata cara perkawinan adat Manggarai.
dikenal dengan perkawinan tungku.
Dalam prosesi pongo, hal yang dibicarakan
terjadi
perang
saudara
dan
Manggarai bahwa
adalah seputar paca (belis/mas kawin) yang Masyarakat Desa Nekang individu-individu
Manggarai
merupakan
yang
berupa seng (uang mahar), wase wunut (kerbau),
masih
wase wua (kuda), dan beberapa jenis hewan
melestarikan dan melakukan budaya perkawinan
lainnya.Paca atau belis biasanya dibawa pada
tungku ini. Kepala kampung Desa Nekang, bapak
saat akan melangsungkan pernikahan. Hal kedua
Mateus Jerupa pada wawancara tanggal 14
yang dibahas adalah mengenai hari perkawinan
November 2016 mengatakan, “Ami lawa Nekang
beserta segala kebutuhan untuk hajatannya.
pande beka adak kawing tungku ho’o ai manga ruku di’a one main.”Artinya, kami sebagai warga
Setelah
Desa Nekang melestarikan budaya perkawinan
bersangkutan
8
kedua sudah
keluarga
menemui
kata
yang sepakat
dalam proses diskusi pada acara pongo, maka
diposisikan sebagai sebuah kultur yang memiliki
kesepakatan ini disahkan melalui upacara tudak
seperangkat
mbukut.
perilaku
Dalam upacara tudak mbukut, tongka
nilai
normatif
masyarakat
untuk
dalam
hal
mengatur tata
cara
dari pihak pengantin wanita mengucapkan doa
pernikahan secara adat. Norma dalam tata cara
dalam bahasa daerah yang berisi ucapan terima
pernikahan adat ini wajib untuk dijalankan dan
kasih sssuntuk Tuhan dan para arwah leluhur
ditaati
karena
sudah
membimbing
perkawinan tungku. Dalam budaya perkawinan
proses
pongo.
Biasanya
mereka
setelah
selama
ujud
doa
oleh
tungku
individu
pasti
yang
memiliki
struktur
yang
hewan persembahan berupa babi atau kambing.
perkawinan tungku tersebut. Selain menjaga
Dengan berakhirnya upacara tudak mbukut, maka
kelangsungan budaya kawin tungku, struktur
kedua calon pasangan sudah resmi menjadi
sosial tersebut berperan sebagai pihak yang
suami istri di mata adat dan tinggal menunggu
menjalankan setiap norma yang ada di dalam
berkat secara agama saja.
perkawinan
satu
upacara
yaitu
Apabila
antara
norma dan struktur mengalami keterputusan hubungan maka akan terjadi anomie. Anomie
yang
yang dimaksud dimana masyarakat tidak mampu
menandakan bahwa urusan adat untuk satu
lagi untuk bertingkah laku sesuai dengan norma
pasangan
telah
bisa
yang ada dalam perkawinan tungku, dan oleh
dilakukan
apabila
sudah
karenanya keberadaan perkawinan tungku akan
merupakan
wagal
tersebut.
melestarikan
(pesta
adat).Wagal
lagi
tungku
dan
sosial
berfungsi
ada
menjaga
jalan
disampaikan akan diakhiri oleh penyembelihan
Setelah upacara pongo dan tudak mbukut
untuk
memilih
upacara
selesai.Wagal pihak
hanya
laki-laki
menyerahkan semua paca (belis) yang sudah
terancam.
disepakati. Bapak Damian Panas salah seorang Meskipun perkawinan
tata
tungku
carapelaksanaan dengan
tanggal 27 November 2016 mengatakan, “Manga
perkawinan adat Manggarai pada umumnya,
telu wintuk one mai adak kawing tungku one
namun
ada
Manggarai. Te can ngasang ne tungku cu, te suan
beberapatudak (do’a dalam bahasa Manggarai)
ngasang ne tungku neteng nara, te telun ga
yang berisi permohonan pada leluhur kedua belah
ngasang ne tungku anak rona musi. Telu wintuk
pihak untuk merestui hubungan sedarah yang
so’o
terjadi. Tudak ini bertujuan agar kedua mempelai
pengantin.”
yang menikah secara tungku nantinya dalam
Manggarai pada umumnya terdiri atas tiga jenis
kehidupan berkeluarga selalu diberkahi dengan
yaitu: tungku cu, tungku neteng nara, dan tungku
rejeki yang melimpah.
anak rona musi.
dalam
Dalam
masih
prosesi
pandangan
sama
tetua adat di Desa Nekang pada wawancara
pertunangan
teori
lelo
one
mai
Artinya,
hubungan perkawinan
4.2.1. Tungku Cu
struktural
fungsional Robert K. Merton, perkawinan tungku
9
woenelu
de
tungku
di
Tungku cu merupakan perkawinan yang
Menurut bapak Damian pada wawancara
terjadi antara anak laki-laki dari saudari kandung
tanggal 27 November 2016, “Eme manga kawing
dengan anak perempuan dari saudara kandung.
tungku anak rona musi, ise sot status anak wina
Bapak
menjelaskan,“Ce’e
porong ngo naring lembak diset anak rona.”
beoNekang cewe do lawa ata pilih kawing tungku
Artinya, prosedur perkawinan tungku neteng nara
cu.”Artinya, di desa Nekang sendiri tungku cu.
dimana
Masyarakat Desa Nekang yang menikah secara
pendekatan terhadap keluarga saudara kandung
tungku,
pada
Damian
Panas
kebanyakan
melakukan
perkawinan
anak
anak
wina
rona
(pihak
(pihak
pria)
melakukan
wanita).
Inti
dari
tungku cu ini. Tata cara adat prosesi pernikahan
pendekatan ini adalah untuk memohon doa restu.
tungku cu sendiri sama seperti perkawinan biasa
Tungkuneteng
yang diawali acara pongo (pertunangan), tudak
perkawinan yang terjadi antara anak laki-laki dari
mbukut (tanda persetujuan kedua keluarga),
pihak saudari dengan anak perempuan dari pihak
wagal
dengan
saudara baik kandung maupun sepupu. Jika
tetapi
perkawinan yang terjadi dengan anak perempuan
perkawinan tungku cu ini sangat dilarang oleh
dari saudara sepupu, maka pihak saudari wajib
gereja Katolik.
melakukan pendekatan ke saudara kandungnya
(pesta
pemberkatan
adat), secara
dan
diakhiri
agama.Akan
nara
sendiri
merupakan
untuk memohon doa restu.
Pandangan yang berbeda disampaikan
4.2.3. Tungku Anak Rona Musi
oleh bapak Marsel Jebarus (tetua adat Desa Nekang) pada wawancara tanggal 28 November
Tungku
2016.Menurut bapak Marsel, “Eme caro kawing anak
adak kawing tungku cu. Ai htu kanang di ata bae
dari
saudari
dengan
anak
salang tungku anak rona musi ho’o cama agu
mendengar kata kawin tungku maka yang ada
tungku neteng nara. Anak wina porot ngo io agu
dalam pikiran mereka adalah jenis perkawinan
somba iset anak rona kudut tegi nai ngalis tuka
tungku cu. Hal ini dikarenakan kebiasaan kawin
nengga diset anak rona.”Artinya, perkawinan ini
tungku yang sejak dahulu lebih menekankan pada
dianggap melangkahi pihak saudara.
tungku cu. Jarang sekali masyarakat mengenal jenis perkawinan tungku yang lain. Oleh karena perlu
laki-laki
ho’o sebenar ne lage laing anak rona. Landing
tungku.” Artinya, ketika masyarakat Desa Nekang
Nekang
adalah
bapak Damian, “Eme lelo tungku anak rona musi
ata tu’a hot toing sangget taung adak kawing
Desa
musi
perempuan dari keluarga pihak saudara. Menurut
di’a keta le lawa ce’e beo. Hitu tara harus manga
masyarakat
rona
perkawinan hubungan darah yang terjadi antara
tungku, ata bae le lawa ce’e beo Nekang pasti
itu,
anak
Di Desa Nekang sendiri, perkawinan
diberi
tungku jenis ini sangat jarang terjadi.Hal ini
pengetahuan akan jenis perkawinan tungku yang
karena
lain.
menghargai pihak anak rona (pihak saudara).
masyarakat
Desa
Nekang
sangat
Jadi, jika pihak anak wina (pihak saudari)
4.2.2. Tungku Neteng Nara
melangkahi pihak anak rona (pihak saudara) itu dinilai sama seperti melangkahi orang tua sendiri 10
dan itu akan berakibat fatal bagi kehidupan anak
merusak kehidupan manusia.Oleh karena itu,
wina (pihak saudari).
apabila
terjadi
kesialan
dalam
kehidupan
masyarakat Desa Nekang, maka yang menjadi sarana untuk mengakhiri kesialan itu adalah Setelah melihat tiga jenis perkawinan
hewan yang berbulu hitam.
tungku di Manggarai, bisa dilihat bahwa pengantin Namum lazimnya yang terjadi di Desa
pria harus berasal dari pihak anak wina (pihak
Nekang bahwa jika terjadi perkawinan jurak,
saudari) dan pengantin wanita harus berasal dari
khususnya perkawinan pasangan tungku cu,
pihak anak rona (pihak saudara).Apabila dalam kenyataanya
terjadi
hal
sebaliknya,
kedua
dimana
keluarga
dari
pihak
laki-laki
dan
perempuan biasanya menolak atau membatalkan
pengantin pria dari pihak saudara dan pengantin
penikahan ini.Namun, pembatalan atau penolakan
wanita dari pihak saudari, maka perkawinan ini
tidak diberlakukan bagi pasangan kawin jurak
disebut perkawinan jurak (perkawinan tabu).
yang Menurut bapak Aloysius Hanu (tetua adat
sudah
ca).Dalam
terlanjur
masalah
hidup
ini,
jalan
bersama
(neki
keluar
yang
Desa Nekang) pada wawancara tanggal 30
ditempuh
November 2016, “Eme manga ngasang kawing
menyuruh pasangan yang kawin jurak tersebut
jurak, hitu tandan manga calang one ca keluarga.
pergi ke daerah yang jauh, dalam hal ini
Kawing jurak nganceng pande behas lonto beo
meninggalkan Desa Nekang.
oleh
kedua
belah
pihak
agu adak dite ata Manggarai. Jadi, kudut pande
4.3.
molor ise sot kawing jurak perlu mangan adak kepu
munak.”Atinya,bahwa
perkawinan
Dampak
Perkawinan
adalah
Tungku
Pada Masyarakat Desa Nekang
jurak
4.3.1. Dampak Positif
merupakan sebuah kesialan yang sangat besar bagi kedua keluarga. Di mata adat, perkawinan
Pasangan Adrianus Waru dan Melania
jurakakan diganjari dengan hukuman yang sangat
Sawul melihat perkawinan tungku dari dampak
berat, dimana antara orang tua dari kedua
positif yang mereka dapatkan dari perkawinan
pengantin yang dimana adalah saudara atau
tungku
saudari kandung harus dibuat upacara pemutusan
yang
wawancara
hubungan kekeluargaan terlebih dahulu melalui
mereka tanggal
jalani.Melania
dalam
Desember
2016
4
menceritakan ayah Melania dan ibu dari Adrianus
upacara yang disebut kepu munak.
merupakan saudara dan saudari kandung.Namun,
Makna dari upacara kepu munak ini
hubungan kedua kakak beradik ini tidak harmonis
adalah untuk memutus hubungan keluarga antara
semenjak ibu dari Adrianus membangun rumah di
kedua belah pihak yang bermasalah dengan
lahan milik orang tua mereka.Puncak masalah
menyembelih ayam berbulu hitam.Selain itu acara
terjadi
kepu munak bertujuan untuk menghapus darah
dunia.Ayah Melania yang berstatus sebagai anak
sial.Bagi masyarakat Manggarai khususnya Desa
rona
Nekang,
hitam
kepemilikantanah tempat dibangunya rumah milik
dapat
ibu Adrianus.Pada akhirnya terjadilah sengketa
hewan
melambangkan
dengan
hal-hal
negatif
bulu yang
11
ketika
orang
(laki-laki)
tua
mereka
menggugat
meninggal
status
antara keduakeluarga ini dan dinyatakan
harus
pindah
ibu Adrianus
dan
surat negara ali toe manga nganceng resmi kwing
rumahnya
le gereja. Salang te suan, anak hot loas one mai
dirobohkan.
ise sot kawing tungku pasti manga ata betin. Te
Hubungan
kedua
keluarga
ini
telun ga, sangget warisan one mai adat harus
pun
teing kole lise sot kawing tungku, agu manga
berangsur membaik ketika Melania dan Adrianus menjalin
hubungan
memutuskan
untuk
semasa
sekolah
hubungan
Artinya, ada tiga dampak yang sangat
mereka ke jenjang pernikahan.Awalnya kedua
berpengaruh bagi kehidupan pasangan yang
keluarga tidak menyetujui hubungan ini, namun
menikah secara tungku di Desa Nekang.Pertama,
Melania
pasangan
dan
meresmikan
mbecik agu tombo toe di’a le ro’eng sot iwo.”
dan
Adrianus
mampu
meyakinkan
yang
menikah
tungku
tidak
bisa
keluarga mereka dan alhasil perkawinan tungku
mengurus dokumen kependudukan terkait status
cu mereka pun terjadi.
perkawinan dan akta kelahiran anaknya akibat perkawinannya yang tidak direstui dan belum
Bapak Marselus Joman ayah Melania pada wawancara
tanggal
mengungkapkan,
4
dirinya
Desember merasa
disahkan secara agama, dalam hal ini bagi yang
2016
menganut
bersyukur
dengan
anak
saudarinya
yang mengalami cacat, baik mental maupun fisik.Ketiga, segala macam harta kekayaan yang
hubungan tungku anaknya ini karena sebelumnya
diperoleh dari pihak otoritas adat di Desa Nekang
keluarga mereka masih terlibat pertentangan
wajib dikembalikan oleh pasangan yang menikah
dengan keluarga Adrianus.Akan tetapi seiring waktu
menunjukkan hubungan
kedua
itikat
Melania
belah
baik dan
pihak
dengan
secara tungku. Selain itu adanya cibiran dari
mulai
masyarakat
merestui
Adrianus.Selain
Katolik.Kedua,
tungku memiliki paling tidak satu orang keturunan
Adrianus.
Memang pada awalnya Marselus tidak menyetujui
perjalanan
agama
kebanyakan pasangan yang menikah secara
dengan adanya perkawinan tungku dari anaknya Melania
ajaran
lain
terhadap
pasangan
yang
menikah tungku.
itu
dengan adanya hubungan kawin tungku dari
4.4.
Upaya
Yang
Dilakukan
anaknya, Marselus bisa kembali mendekatkan diri
Masyarakat Untuk Para Pelaku
dan memperbaiki hubungan keluarga dengan
Kawin Tungku
ibunda Adrianus yang adalah saudari kandung Menurut Lurah Watu bapak Dandung
Marselus.
Sislaus dalam wawancara tanggal 25 November
4.3.2. Dampak Negatif
2016, “Selama ho’o ro’eng ce’e beo Nekang pisa (kepala
ngkali pande lonto leok kudut tegi momang sale
kampung) pada wawancara tanggal 9 November
pastor sale gereja kudut berkat ise sot kawing
2016 menjelaskan, “Jadi manga telu masalah keta
tungku. Landing hitu keta kin toe ma tiba lise sale
ata mesen hot hadap le ro’eng sot kawing tungku
mai gereja tegi de ro’eng ce’e mai.” Artinya,
ce’e beo Nekang. Te can, toe nganceng urus
masyarakat Desa Nekang sudah melakukan
Menurut
Mateus
Jerupa
beberapa 12
upaya
dalam
mendiskusikan
5.1.
permasalahan ini, baik dalam internal Desa Nekang
maupun
dengan
pihak
gereja Desa Nekang merupakan sebuah desa
Katolik.Diskusi internal yang pernah dilakukan yang
oleh masyarakat Desa Nekang ketika itu terjadi
Manggarai,
Dandung Sislaus menjelaskan bahwa pada saat dilema
persembahan
yang
penyembelihan
hewan
merupakan
wujud
dalam
kehidupan
masyarakat
Perkawinan
Sebagai
Desa
Nekang
ada dari hasil perkawinan sebelumnya.Pada masyarakat Desa Nekang yang sudah terbilang
di Paroki Katedral Ruteng.Pertemuan ini terjadi di
sebagai msyarakat modern, perkawinan tungku ini
awal tahun 2007, tepatnya bulan Januari.Pada
masih sering terjadi hingga saat ini. Menurut
saat itu, pihak Desa Nekang menjelaskan secara
bapak Damian Panas salah seorang tetua adat di
detail kepada petinggi gereja mengenai budaya
Desa Nekang pada wawancara tanggal 27
perkawinan tungku.Pihak Desa Nekangmeminta
November 2016, perkawinan tungku di Manggarai
agar pihak gereja memberikan dispensasi kepada
pada umumnya terdiri atas tiga jenis, yang dilihat
para pelaku kawin tungku di Desa Nekang.Pihak
berdasarkan hubungan antara pasangan yang
Desa Nekang menjelaskan bahwa perkawinan bagian
menikah, yaitu tungku cu, tungku neteng nara,
dari
dan tungku anak rona musi.
kebudayaan masyarakat Nekang yang tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat. Pada Maret 2008 Agung
merupakan
mempererat hubungan kekeluargaan yang sudah
adalah mendatangi pihak petinggi gereja Katolik
merupakan
tungku
perkawinan sedarah yang memiliki tujuan untuk
yang dilakukan oleh masyarakat Desa Nekang
Keuskupan
Ruteng.
sistem perkawinan.
Nekang sudah dilaksanakan, upaya selanjutnya
pihak
kota
interaksi masyarakat desa Nekang termasuk pada
Ketika diskusi internal masyarakat Desa
ada
yaitu
adat dan budaya juga sangat terasa pada pola
penjaga kampung.
yang
Kabupaten
dipengaruhi oleh adat dan budayanya.Pengaruh
penghormatan kepada arwah leluhur dan roh
tungku
Rembong,
Watu,
istiadat dan budayanya, hampir setiap aspek
yang diawali dengan tudak (doa dalam bahasa dan
Langke
Kelurahan
masyarakat yang masih memegang teguh adat
perkawinan
tungkudilaksanakan di halaman kampung Nekang
Manggarai)
wilayah
Desa Nekang berada tepat di ibu kota Kabupaten
Sislaus masih menjabat sebagai staf desa. Bapak
terkait
di
Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasi
pesta adat penti.Ketika itu bapak Dandung
diskusi
terletak
Kecamatan
pada bulan Agustus 2006 bertepatan dengan
itu,
Kesimpulan
Sebagai
mengeluarkan
memeluk
masyarakat
ajaran
yang
mayoritas
agama
Katolik
Nekang
tentunya
Roma,
keputusan bahwa permohonan masyarakat tidak
masyarakat
bisa dikabulkan dan oleh karenanya perkawinan
menjalankan kehidupannya sesuai dengan apa
tungku tetap tidak bisa disahkan menurut tata
yang diajarkan oleh agamanya. Tata cara hidup
cara perkawinan gereja Katolik.
beragama beserta segala aturannya wajib ditaati
Desa
harus
oleh masyarakat Desa Nekang termasuk dalam
5. PENUTUP
hal 13
perkawinan.
Dalam
aturan
perkawinan
gerejaKatolik, perkawinan halangan
perkawinan sedarah
kanonik
tungku
yang
yang
merupakan
termuat
bersifat
dalam memecahkan persoalan ini melalui diskusi
dalam
bersama petinggi adat dan gereja.
khusus.Dari
6. DAFTAR PUSTAKA
aturan kanonik dapat dilihat bahwa gereja Katolik dengan sangat tegas menolak segala bentuk
Atmaja, J. (2008). Bias Gender Perkawinan
hubungan perkawinan sedarah dalam tingkatan
Terlarang
apapun.Gereja menegaskan bahwa individu yang
Masyarakat
Bali.
Denpasar: Udayana University Press.
berasal dari satu pohon keluarga tidak bisa saling menikah.
5.2.
Pada
Bria, B. Y. (2002). Pastoral Perkawinan Gereja Katolik Menurut Kitab Hukum Kanonik
Saran
Tahun
5.2.1. Saran Bagi Masyarakat Desa
1983.
Denpasar:
Pustaka
Nusantara.
Nekang
George Ritzer, D. G. (2010). Teori Sosiologi Dari dilema yang ada terkait perkawinan tungku,
seharusnya
menyatukan
pikiran
masyarakat dan
pandangan
Modern Edisi Keenam. Jakarta: Kencana.
desa Nggoro, A. (2006). Budaya Manggarai Selayang
untuk
Pandang Edisi Revisi. Ende: Nusa Indah.
berjuang agar perkawinan tungku bisa disahkan secara agama.Sebagai masyarakat yang memiliki
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif
komitmen untuk tetap mempertahankan adat dan
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
budaya, seharusnya pro dan kontra yang terjadi dalam masyarakat terkait perkawinan tungku itu
Usman. (2014). Metodologi Penelitian Sosial Edisi
dihilangkan.
Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
5.2.2. Saran Bagi Pihak Gereja Sebagai sebuah komunitas yang sifatnya universal,
seharusnya
gereja
Katolik
bisa
beradaptasi dengan lingkungan dimana ia tinggal dan
berkembang.
Gereja
harus
bisa
menyesuaikan segala bentuk aturan yang dimiliki dengan kultur masyarakat setempat.
5.2.3. Bagi Pemerintah Manggarai Dalam
permasalahan
ini,
peran
pemerintah setempat sangat dibutuhkan dalam mendukung
masyarakat
Desa
Nekang.Pemerintah seharusnya peka dalam hal semacam ini.Pemerintah harus mencari solusi
14