Muhsin
DILEMA MISTISISME DAN KEMANUSIAAN Oleh: Muhsin (Dosen Pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon) Abstract The emergence of concerns that if the mysticism is rampant, the people will become apathetic, not progressive, anti-social, not without reason, because a lot of evidence to support these concerns. However, it cannot be used as an argument to dispose tasawwuf of Islam because many also evidence suggesting that tasawwuf triggers progression. In the modern era, many people go through life with a feeling of emptiness as a result of the removal of the mysticism from the modern epistemology scene and the widespread of materialism. These circumstances would give birth to an unstable man, easy to stress and even end his life by tragic. This is where the role of tasawwuf needed as a counterweight, as tasawwuf can restore confidence and optimistic attitude during the practice of tasawwuf are in line with the Qur'an and Sunnah. Kata kunci: Mistisime, Sufi, Keseimbangan,
A. Pendahuluan
Para
Dunia ini lari tunggang langgan demikian
psikolog
karakteristik
dari
sepakat
diseases
of
bahwa adaptation
kata seorang sosiolog. Betapa tidak kita belum
masyarakat pascamodern adalah munculnya
sempat menikmati suatu produk teknologi,
alienasi. Individu menjadi otomat-otomat yang
produk teknologi yang lebih canggih dan
kehilangan spontanitasnya. Perilakunya menjadi
powerfull muncul lagi dengan gaya yang lebih
robotis. Manusia berperan seperti robot yang
elegan dengan harga yang sama bahkan lebih
bergerak secara monoton, tanpa emosi, nilai dan
murah. Contoh mudah yang sering kita saksikan
makna hidup (los exspectations).1
adalah alat komunikasi berupa handphone.
Pemujaan materialisme dan rasionalisme
Hampir setiap saat kita disuguhi munculnya
ternyata tidak mampu memenuhi "dahaga"
produk-produk baru yang lebih gaya dan kaya
masyarakat pascamodern dalam mencari sebuah
dengan fitur-fitur yang serba mewah. Ini barulah
eksistensi
satu sisi kehidupan modern
manusia
Diprediksikan
era
globalisasi
yang
kemanusiaan. sebagai
homo
Secara
normatif,
religius
akhirnya
berusaha melakukan rekonsiliasi antara materi
unlimited ini menjadikan teknologi komunikasi
dan immateri.
sebagai mainstream di abad milenium ke III,
Mistisisme (sufisme) sebagai antitesis dari materialisme dan rasionalisme, sering kali ditengarai sebagai biang keladi kemelaratan,
akan berkembang menjadi banjir informasi yang berpotensi sebagai sumber stress kronik, yaitu sebagai
diseases
of
adaptation
(penyakit
adaptasi).
54 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
1www.indomedia.com/bpost/072000/25/opini/opi ni1.htm diakses tanggal 24 Oktober 2008
Dilema Mistisisme Dan Kemanusiaan
kemiskinan dan kebodohan yang tumbuh subur di dunia Islam. Mistisisme dianggap tidak peduli dengan masalah-masalah kemanusiaan. Namun saat ini sufisme lagi naik daun, tidak saja sekadar menjadi perhatian para psikolog, sosiolog dan teolog saja tetapi sudah dilirikoleh banyak orang yang merasa terbelenggu dengan kecenderungan materialisme dan nihilisme modern atau orang-orang yang tidak puas menjalankan ritual agama yang lahiriah. Pada dimensi ini, tasawuf (mistisisme dalam Islam) memiliki semua hal yang diperlukan bagi realisasi kerohanian, memadukan antara keselarasankehidupan aktif dan kontemplatif, sebuah pembebasan batin yang diintegrasikan dengan aktivitas lahir yang intens. Terdapat pro dan kontra tentang pengaruh tasawuf terhadap kehidupan umat Islam. Pada satu sisi, tasawuf dituduh sebagai faktor penyebab kemunduran umat Islam. Tasawuf dituduh mengajarkan kepasifan dan anti vitalitas. Tasawuf dituduh melahirkan apatisme terhadap eksistensi kekinian manusia. Di sisi lain, tasawuf justru diklaim sebagai upaya mempertahankan prinsip-prinsip agama dan kemanusiaan di tengah ketidakmenentuan tata aturan kehidupan yang dipraktekkan manusia B. Mistisisme dalam Islam Tasawuf atau sufisme adalah sebutan untuk mistisisme Islam.2 Terdapat berbagai 2Kata
mistisisme sebenarnya belum masuk dalam Kamus Bahasa Indonesia, yang ada hanya kata mistik dan mistis yang berarti hal-hal gaib yg tidak terjangkau dengan akal manusia biasa, Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia , Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional), h.1032. Kata tersebut berasal dari dari bahasa Inggris yaitu mysticisme yang berati suatu kepercayaan bahwa komunikasi pribadi atau persatuan dengan Tuhan dapat terjadi, Microsoft Encarta Premium 2009, mysticisme, (USA: Microsoft Coorperation, 2008) [DVD-ROM], lihat pula, HAR Gibb dan JM, Kraemer, Shorter Encyclopedia of Islam, vol 4(Leiden: E.J. Brill, 1963), h. 112
pendapat mengenai makna tasawuf ditinjau dari segi etimologis yaitu (1) ṣafā dalam arti suci dan sūfi adalah orang yang disucikan; (2) ṣaff yang terinspirasi dari posisi baris pertama dalam shalat, dimana para sufi senantiasa menempati posisi tersebut; (3) ahl al-ṣuffah, yaitu para sahabat yang hijrah bersama Nabi SAW dengan meninggalkan harta kekayaannya. Kehidupan mereka sangat miskin dan tinggal di Mesjid Nabi (Masjid Nabawi), tidur di atas bangku batu dengan memakai ṣuffah (pelana) sebagai bantal. Walaupun kondisinya demikian, namun ahl alṣuffah ini berhati mulia dan tidak mementingkan dunia, sebagaimana yang dialami oleh kaum sufi; (4) Sophos (bahasa Yunani) yang berarti hikmah dimana perolehan hikmah tersebut senantiasa dialami oleh kaum sufi; (5) ṣūf yakni kain wol yang kasar dan kusut yang melambangkan kesederhanaan
kaum
menghindarkan
diri
keistimewaan
dunia.3
sufi, dari
karena
mereka
kemewahan
Pakaian
ini
dan juga
melambangkan sifat perlawanan dan protes terhadap pakaian kaum istana yang mewah. Kata yang terakhir inilah yaitu ṣūf yang tampaknya paling sesuai dengan kaidah morfologi bahasa Arab yang membentuk kata taṣawwuf. Definisi tasawuf bisa saja berbeda di antara para sufi oleh karena sifatnya yang sangat pribadi4 namun intisari mistisisme termasuk 3Lihat
Margaret Smith, Reading from the Mistic of Islam (London: Part Press, 1960), h. 4-5, lihat pula Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang) h. 56-57 4Pengertian tasawuf menurut Ibrahim Basyuni dari hasil pengamatannya terdapat kurang lebih 40-an definisi tasawuf. Namun, dari sekian banyaknya definisi ia mengategorikan tasawuf ke dalam 3 definisi, yakni albidāyah, al-mujāhadahdan al-mazāqāh. Ibrāhim Basyūni, Nasy’at al-Taṣawwufal-Islāmī(Mesir: Dār al-Maʻārif, t.th), h. 17, lihat pula Abū al-Qāsim Abd al-Karim al-Qusyairi, alRisālat al-Qusyairiyah, Juz II, (al-Maktabat al-Syāmilah Versi 2) [DVD ROM}], h.126-129
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 55
Muhsin
sufisme
adalah
kesadaran
akan
adanya
Kūfi (w. 767), seorang zahid yang menyandang
komunikasi dan dialog antara roh manusia
nama al-ṣūfi10 di belakang namanya. Dalam
dengan Tuhan dengan mengasingkan diri dan
sejarah Islam sebelum timbulnya aliran tasawuf,
berkontemplasi.
dekat
terlebih dahulu muncul aliran zuhud. Aliran
denganTuhan dapat mengambil bentuk ittihād
zuhud timbul pada akhir abad I dan permulaan
(bersatu dengan Tuhan).5 Ajaran-ajaran tasawuf
abad II Hijriah.11 Namun benih-benihnya pun
yang dikonsepsikan oleh para sufi kesemuanya
masih bisa ditelusuri pada masa Rasulullah.
Kesadaran
berada
berangkat dari paradigma bahwa manusia
Zuhud pada masa Rasulullah sebagai
mampu melakukan transformasi melalui mi’rāj
benih-benih
spritual ke alam Ilahiyat.6
perilaku dan peristiwa dalam hidup, ibadah dan
tasawuf
dapat
dilihat
dalam
Mengenai teori asal usul mistisisme
pribadi Nabi Muhammad. Sebelum diangkat
dalam Islam terdapat beberapa pendapat antara
menjadi Rasul, berhari-hari ia berkhalwat di gua
lain: dari pengaruh Kristen, filsafat mistik
Hira terutama pada bulan Ramadhan. Di sana
Pytagoras, filsafat emanasi Plotinus, ajaran
Nabi banyak berdzikir bertafakur dalam rangka
Budha dan Hindu. Tetapi bagaimanapun -
mendekatkan diri kepada Allah. Pengasingan diri
menurut Harun Nasution- dengan atau tanpa
Nabi di Gua Hira ini merupakan acuan utama
pengaruh dari luar, sufisme bisa saja timbul
para sufi dalam melakukan khalwat. Sumber lain
dalam
al-Quran
yang diacu oleh para sufi adalah kehidupan para
berpotensi
sahabat Nabi yang berkaitan dengan keteduhan
Islam.7
terdapat
Kenyataan
ayat-ayat
dalam
yang
memunculkan sufisme, misalnya ayat sbb:
iman, ketakwaan, kezuhudan dan budi pekerti luhur. Oleh sebab itu setiap orang yang meneliti
ولقد خلقنا اإلنسان ونعلم ما توسوس به نفسه وحنن أقرب إليه 8 من حبل الوريد وإذا سألك عبادي عين فإين قريب أجيب دعوة الداع إذا دعان 9 فليستجيبوا يل وليؤمنوا يب لعلهم يرشدون Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad VIII oleh Abu Hasyimal-
5Harun
Nasution, op. cit, h.56 6Lihat Mircea Eliade (Editor in Chief), The Encyclopedia of Religion, vol. VII(New York: Macmillan Library Reference USA, Simon & Schuster Macmillan, 1995), h. 7. 7Lebih lanjut lihat, Harun Nasution, op.cit, h.58-59, bandingkan dengan Reynold A.Nicholson, Tasawuf Menguak Cinta Ilahiah, Terjemahan oleh A. Nashir Budiman (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h.9-15 8QS. Qāf/50:16 9QS. Al-Baqarah/1:176
56 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
kehidupan kerohanian dalam Islam tidak dapat mengabaikan
kehidupan
kerohanian
para
sahabat yang menumbuhkan kehidupan sufi di abad-abad sesudahnya. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah (661-750), kehidupan politik berubah total. Dengan sistem pemerintahan monarki, khalifah-
10Untuk menjadi seorang sufi bukanlah perkara yang mudah karena harus melalui berbagai maqām (stasion yang harus dilalui sufi) dan hāl (keadaan mental yang dirasakanl). Hāl diperoleh bukan atas usaha manusia tetapi anugrah dari Tuhan dan bersifat sementara. Kemudian untuk berpindah dari suatu maqām ke maqām berikutnya terkadang ditempuh selama bertahun-tahun, lebih lanjut lihat Harun Nasution op. cit., h. 62-63, lihat pula J Spencer Trimingham, The Sufi Order, (London: Oxford University Press), h. 4 11Ihsān Ilahi Zahir, al-Taṣawwuf al-Mansya’ wa alMaṣādir (Lahore: Idarat Tarjumān al-Sunnah, 1987), h.96
Dilema Mistisisme Dan Kemanusiaan
khalifah Bani Umayyah secara bebas berbuat
hukum itu hanyalah berkaitan dengan laku
kezaliman-kezaliman,
perbuatan eksternal manusia dari masyarakat.
kelompok
Syiah,
terutama
yakni
terhadap
kelompok
lawan
Dalam perkembangan selanjutnya, gerakan sufi
politiknya yang paling gencar menentangnya.
yang pada awalnya hanya merupakan gerakan
Puncak kekejaman mereka terlihat jelas pada
yang menekankan pada umat manusia tentang
peristiwa terbunuhnya Husein bin Alibin Abi
pentingnya purifikasi spiritual dan dimensi
Thalib (w. 680) di Karbala. Kasus pembunuhan
moral, telah berubah menjadi suatu metode
itu ternyata mempunyai pengaruh yang besar
komunikasi
dalam masyarakat Islam ketika itu.12
esoterik. Sehingga sufisme kemudian menjadi
Kekejaman Bani Umayyah yang tak hentihentinya itu membuat sekelompok penduduk Kufah merasa menyesal karena mereka telah
dengan
Tuhan
yang
bersifat
semacam lawan terhadap kaidah-kaidah hukum dan fiqih yang begitu formal dan gersang.15 Dalam perjalanan selanjutnya tasawuf
memberikan
mengalami pasangsurut sejalan dengan sejarah
dukungan kepada pihak yang melawan Husein.
perkembangan kehidupan umat Islam. Tasawuf
Mereka menyebut kelompoknya itu dengan
yang pada mulanya lebih bersifat akhlāqi, lebih
Tawwābūn (orang-orang yang bertaubat). Untuk
merupakan reaksi terhadap kondisi moral dan
membersihkan
telah
sosial yang menyimpang. Pada abad ketiga dan
kehidupan
keempat hijriah, berkembang dua kelompok sufi.
sepenuhnya dengan beribadah. Gerakan kaum
Pertama, kelompok yang berpaham moderat,
Tawabin itu dipimpin oleh Mukhtar bin Ubaid al-
yang ajaran mereka selalu merujuk pada Al-
Saqāfi (w. 687) yang terbunuh di Kufah.13 Aliran
Qur’an dan hadits. Mereka sangat menekankan
mengkhianati
dilakukan,
Husein
diri
dan
dari
mereka
apa
mengisi
yang
zuhud atau asceticisme ini timbul pula sebagai reaksi terhadap hidup mewah dari khalifah dan keluarga
serta
pembesar-pembesar
negara
sebagai akibat dari kekayaan yang diperoleh setelah
Islam
meluas
ke
Syiria,
Mesir,
Mesapotamia dan Persia.14 Selain kondisi sosial politik di atas, tasawwuf juga muncul sebagai reaksi terhadap sikap fuqaha, yang terlalu menekankan aspek hukum dalam menafsirkan Islam, sehingga mengarahlah umatnya pada pemujaan terhadap hukum sebagai suatu ekspresi Islam yang lengkap dan menyeluruh. Padahal sesungguhnya Dewan Redaksi Endiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT.Ichtiar Baru Van Joeve), 1993, hlm.80 13Ibid. 14 Harun Nasution, op. cit., h. 64 12
pentingnya moralitas. Kedua, kelompok yang menekankan faham fanā’(lebur dalam Tuhan). Kelompok
kedua
inilah
yang
mempunyai
kecenderungan anti sosial. Pada abad kelima hijriah dan seterusnya, muncul kesadaran bahwa tasawuf mesti dikembalikan kepada ruhnya yang semula, yakni ruh Islam yang menjunjung tinggi nilai amal di samping kehidupan spiritual, menekankan
kehidupan sosial
di
samping
kehidupan individual16 Meski sempat dituduh sebagai pemasung dinamisasi pemikiran intelektual Islam, al-Gazali 15Amin Rais, Islam dan Pembaharuan, (Jakarta: PT Rajaprasindo) h. v 16Lihat Muhammad Abd Haq Anshari, Antara Sufisme dan Syari’ah, Terjemahan Ahmad Nashir Budiman (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada), h. 87
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 57
Muhsin
(w.1111)17 tetaplah tokoh yang memberikan kontribusi pemikiran bagi umat Islam. Di antara
C. Mistisisme dan Kemanusiaan Seperti telah disebutkan didepan bahwa
karyanya adalah kitab Tahāfut al-Falaāsifah,
mistisisme
yaitu kitab sanggahan atau gugatan terhadap
mengambil dua bentuk yaitu moderat dan
pemikiran filosof. Al-Gazali juga melakukan
ekstrem. Bentuk yang terakhir inilah yang sering
perpaduan antara syari‘ah dan tariqah. Ia
dianggap sebagai anti sosial dan tidak peduli
berkeyakinan,
dengan kemanusiaan. Sementara yang moderat
keduanya
bahwa
saling
hubungan
menunjang,
antara
sinergis
dalam
perjalanan
sejarahnya
dan
tentu tidak bisa dijudge sebagai biang keladi
relevan. Ajaran tariqah yang terpadu secara baik
kemunduran karena masih setia dengan al-
dengan ajaran syari‘ah diakui sebagai sesuatu yang sah.18 Akan tetapi, meskipun al-Gazali dipandang berhasil meletakkan posisi tasawuf dalam ortodoksi Islam, penyimpangan dan ekses negatif tetap terjadi pada masa sesudahnya. Kecenderungan pada aspek filosofis dalam sufisme sering dikaitkan dengan ajaran dan karya-karya Ibn Arabi (w.1240) Oleh karena itu, muncullah
para
ulama
yang
berusaha
mengadakan pemurnian (purifikasi) terhadap ajaran-ajaran
sufisme.
Pemurnian
dan
pembaharuan tasawuf tersebut sering disebut neo-sufisme. 17al-Gazali
lahir di Gazalah desa Thus daerah Khurasan, Persia pada tahun 450 H/1058 M. Pada tahun 1077 M, al-Gazali menetap di Naisabur dan di sana ia berguru pada al-Juwaini. Sepeninggal gurunya, al-Ghazali kemudian pergi ke Mu’asykar Nizam al-Mulk, di Bani Saljuk ia mendapat tempat terhormat di antara para sarjana di sana, hingga pada tahun 1091 M, ketika masih sangat mudah, ia ditunjuk menjadi staf guru besar pada Perguruan Tinggi Nizamiyah di Bagdad. Pada tahun 1095 M, ia meninggalkan kota Baghdad dan mengundurkan diri dari dari dunia akademis. Kepergian al-Ghazali dari Bagdad, selanjutnya dapat merobah hidupnya dan mengabdi kepada Tuhan kebih sempurna sebagai seorang sufi miskin. Pada tahun 1107 M, ia kembali ke tanah kelahirannya di Thus dalam kehidupan sebagai seorang sufi hingga ia meninggal dunia pada hari senin, 14 Jumadil Akhir 503 H/1108 M. Riwayat Hidup al-Gazāli selengkapnya, lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1986), h h. 52-53. Beliau sempat dituding sebagai pemasung pemikiran Islam padahal dia sebenarnya hanya memberikan “rem” untuk para filosof agar jangan terlalu mendewakan akal. 18Abu Hamid Muhammad al-Gazali, Ihyā Ulūm al-Dīn, Juz I(Semarang: Toha Putra), h. 100
58 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
Quran dan Sunnah. Bentuk mistisisme yang ekstrempun sebenarnya terbagi dua pula. Diantara para sufi terdapat yang ketika telah mencapai fanā’ maka ia akan kembali ke “dunia nyata” dan menjalani hidupnya seperti biasa, namun ada pula yang tidak kembali lagi dan tenggelam di dalam dunia maya. Contoh sufi yang ekstrem mungkin dapat wakili oleh al-Bistāmi (w. 875),19 al-Hallāj (w.922),20 Ibn ʻArabi (w. 1240)21 dan lain-lain. 19Abu Yazid al-Bistami terkenal dengan paham alittihād; satu tingkatan dalam tasawwuf yang menyatakan bahwa seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan; suatu tingkatan dimana yang mencintai dan yang dicintai menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata: Hai aku. Lihat Harun Nasution, Filsafat, h. 82 20Nama lengkapnya Husain Ibn Mansur Al-Hallāj adalah seorang sufi yang terkenal dengan paham al-hulūl; sebuah paham yang menyatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan. Al-Hallāj terkenal pula dengan ucapannya yang kontroversial yaitu "( "أنا الحقakulah yang Maha Benar). Dia dihukum mati pada masa Abbasiah karena pahamnya yang dianggap sesat, kemudian mayatnya dibakar dan dibuang di sungai Tigris, lihat Harun Nasution, ibid, h. 87 21Muhy al-Din Ibn Arabi populer dengan paham wahdat al-wujūd; sebuah paham bahwa Allah ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya dan oleh karena itu dijadikan-Nya alam ini. Alam ini merupakan cermin bagi Allah, sehingga ketika Allah ingin melihat diri-Nya dia melihat kepada alam. Pada benda-benda yang ada dalam alam, karena dalam tiaptiap benda itu terdapat sifat ketuhanan, Tuhan melihat diriNya. Dari sinilah timbul paham kesatuan. Yang ada dalam alam ini kelihatannya banyak, tetapi sebenarnya hanya satu. Lihat Harun Nasution, ibid, h. 93
Dilema Mistisisme Dan Kemanusiaan
Gerakan sufisme yang ekstrem misalnya
Kalau mereka memberanikan diri, pastilah akan
yang terjadi di India pada masa pemerintahan
menemui ajalnya. Golongan non-muslim di India
Akbar (1556-1605). Menurut Sirhidi (w.1603)22
tidak lagi takut merobohkan masjid-masjid, dan
dalam al-maktubātnya yang di kutip oleh Haq
kemudian mendirikan biara-biara di atasnya.
Ansari bahwa sebagian besar sufi di masa itu,
Misalnya di Kurukshetra, dahulu di sana berdiri
lebih sering larut dalam pesta musik (samā'),
sebuah masjid dan juga makam seorang wali.
dalam tarian spiritual (raqs), Kaum Sufi ini
Kemudian masjid tersebut dihancurkan dan
biasanya lebih mementingkan dzikir ketimbang melaksanakan fardhu dan sunnah, berpuasa dalam arba'inat (latihan rohani tertentu selama 40 hari), berpuasa untuk guru dan tidak menghentikan puasa kecuali dengan makan dari hasil
meminta-minta,
mengabaikan
shalat
berjamaah, bahkan shalat Jumat. Mereka yang meyakini doktrin wahdat al-wujūd kurang perduli terhadap Syariah. Mereka berkeyakinan, bahwa Syariah hanyalah jalan untuk mencapai pengetahuan sehingga mereka yang sudah mencapai kebenaran wahdat al-wujūd merasa tidak perlu menjalankan tugas-tugas syariah lagi.
sebuah biara raksasa didirikan di atasnya. Lebih jauh
lagi,
golongan
non-muslim
bebas
menjalankan ibadahnya secara terbuka, namun tidak demikian dengan golongan muslim tidak berdaya untuk menjalankan ibadahnya.24 Praktek sufisme seperti di atas jelas bertentangan dengan mainstream doktrin Islam. Menurut al-Maududi, Allah telah mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya, memberikan hak istimewa,
menentukan
kewajiban,
dan
tanggungjawab. Tubuh adalah fasilitas bagi ruh untuk melaksanakan semua ketentuan itu, tubuh bukanlah
penjara
bagi ruh.
Dunia
bukan
hukuman bagi manusia, tetapi lapangan bagi
Sebagian mereka menolak melakukan shalat,
pelaksanaan
karena dianggap akan memisahkan Tuhan
sesuatu di bumi ditetapkan untuk pembebasan
dengan hamba-Nya; sebagian lagi menyamakan
jiwa manusia. Bakat dan dorongan hati manusia
kebangkitan sama dengan pengalaman fanā',
telah melahirkan peradaban, budaya, dan sistem
sehingga mereka mengabaikan pengadilan dan
sosial25
penghukuman.23
ketentuan
kewajiban.
Segala
Masyarakat, dengan demikian, justru
Sebagai akibat dari praktek sufisme ini,
menyediakan fasilitas dan merupakan ajang
orang muslim tidak punya lagi keberanian dan
pembangunan rohani. Tempat yang sebenarnya
kepedulian sosial, mereka asyik dengan dirinya
bagi pertumbuhan dan perkembangan rohaniah
sendiri. Generasi non-muslim yang dulunya
terletak di tengah-tengah aktivitas kehidupan
bebas menjalankan ibadatnya di kota-kota
sosial, bukan di tempat-tempat sunyi pertapaan.
muslim tetapi kini golongan Islam justru
Spiritualitas
dilarang sama sekali menjalankan ajaran Islam.
bersama dalam Islam, bahkan semua aspek
22Ahmad
Sirhindi adalah tokoh sufi di India yang lahir thn 1564 M, menurut pengakuannya beliau juga pernah mengalami ittihād, namun tetap setia dengan doktrin Islam dan aktif dalam kegiatan sosial dan politik, lihat ibid, h 10 23Ibid , h.21
dan
sosialitas
harus
berjalan
kemanusiaan merupakan bagian yang integral. 24Ibid,
h. 28 ‘Ala Maududi, Islam sebagai pandangan Hidup, terjemahan oleh Mashuri Sirojudin Iqbal, (Bandung: Sinar baru) h. 89 25Abul
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 59
Muhsin
Aksentuasi sosial, selain aksentuasi moralspiritual
merupakan
trend
baru
Bahkan di Indonesia terdapat Syeikh
tasawuf.
Yusuf (w. 1699) putra Makassar yang dianggap
Kenyataan tersebut semakin mempopulerkan
sebagai sufi dan pejuang. Di Banten, Syekh Yusuf
tasawuf sebagai jalan membangun kemanusiaan
dan Sultan Ageng serta Pangeran Purabaya bahu
dalam segala aspeknya. Orang semakin menaruh
membahu melawan kompeni. Setahun kemudian,
harapan terhadap kemungkinan tasawuf sebagai
Sultan Ageng ditangkap kompeni setelah ditipu
alternatif peneguhan kemanusiaan, peneguhan
anaknya. Perjuangan belum habis. Syekh Yusuf
eksistensi manusia.
memimpin 5.000 pasukan termasuk 1.000 orang
Beberapa sufi justru merupakan kaum
dari Makassar bersama Pangeran Purabaya
elit dan kaum terdepan. Mereka merupakan roda
mengobarkan perang gerilya. Pasukan yang
penggerak utama Islam pada masanya.Sepanjang
dipimpinnya bergerilya hingga ke Karang dekat
abad ke-18, ke-19 dan awal abad ke-20, gerakan-
Tasikmalaya. Pada 1683, Syekh Yusuf ditangkap
gerakan sufi besar di Afrika dan Asia sering
Belanda dan diasingkan di Srilanka kemudian ke
dihubungkan dengan gerakan-gerakan Islam
Afrika Selatan.28
umumnya. Kaum sufi sering memimpin gerakan pembaruan, atau perlawanan terhadap penindasan dan dominasi asing atau kolonial. Mereka terlibat jauh dalam gerakan politik seperti kebangkitan di Maroko dan Aljazair melawan Perancis, dan pembangunan kembali masyarakat dan pemerintahan Islam di Libia, yang sebagian besar dilakukan oleh para anggota tarekat Sanusi.26 Di Nigeria utara, Syekh 'Utsman dan Fobio (w. 1817), seorang anggota Tarekat Qadiriyah, memimpin jihad melawan para penguasa Habe yang telah gagal memerintah menurut syariat Islam, mengadakan pembebanan pajak yang dibuat-buat, korupsi umum, penindasan, dari menjatuhkan moralitas Islam pada tingkat rakyat maupun istana. Lebih jauh ke timur, Syekh Muhammad Ahmad al-Mahdi (w. 1885), anggota tarekat Tsamaniyah, berhasil menentang pemerintahan kolonial Inggris di Sudan. Fenomena serupa terjadi pula di Timur. Misalnya, kaum sufi Naqsabandiyah dan Syah Waliyullah (w. 1762) menentang kekuasaan kolonial Inggris di India.27
Kemudian
dalam
sejarah
ilmu
pengetahuan Islam, al-Farābi (w. 950) adalah sufi yang brilian. Ia konon membaca buku fisika Aristoteles 40 kali, dan De Anima-nya Aristoteles 200 kali. Ia menulis Ihsa’ al-'Ulūm, ensiklopedia sains yang pertama. Ia menulis al-Madīnah alFāḍilah, buku sosiologi dan politik. Al-Farabi adalah seorang raksasa dalam sains Islam, tetapi hal itu tidak menghambatnya menjadi sufi. Ibnu Khalikan melukiskan al-Farabi sebagai orang yang paling mengabaikan hal-hal duniawi. Ia tidak pernah memusingkan urusan kehidupan dan tempat tinggal. Salah seorang murid alFarabi mendirikan kelompok pencinta ilmu pengetahuan di Bagdad pada tahun 970. Kelompok ini menghidupkan tradisi intelektual yang mulai terancam di zaman itu. Tiga belas tahun
kemudian,
mungkin
terilhami
oleh
kelompok murid al-Farabi ini, di Basrah berdiri Ikhwān al-ṣafā yang ingin memperbaiki umat Islam,
26Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan), h.98 27www.cybermq.com, diakses tanggal 24 Oktober 2008 lihat pula Julian Baldick An Introduction to Sufism, (New York: New York University press), h. 143
60 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
menyucikan
mereka
secara
moral,
28www.kebunhikmah.com/article.php diakses tanggal 24 Oktober 2008, lihat pula Sri Mulyati et al Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Predana Media: Jakarta) h. 8
Dilema Mistisisme Dan Kemanusiaan
spiritual dan politikal. Ikhwān al-ṣafā adalah
tidak legal. Dalam suatu masyarakat yang
semacam gerakan sufi yang sekaligus juga
menghalalkan segala cara, orang miskin akan
gerakan ilmu pengetahuan. Mereka berkumpul,
selalu menjadi kelompok yang paling dirugikan.
berdiskusi, dan merekam pembicaraan mereka
Semangat wiraswasta yang tinggi hanya akan
dalam 51 risalah yang sampai kepada kita. Dalam
berakhir dalam frustrasi, bila orang tahu bahwa
risalah itu, mereka bukan saja membicarakan
koneksi dan tindakan curang, dan bukan
tauhid,
juga
ketulusan dan kejujuran, lebih menguntungkan;
mendiskusikan gelombang suara, gerhana, kimia,
bila orang melihat bahwa lebih mudah meraih
dan fenomena alam lainnya. Mereka bukan saja
kekayaan lewat kekuasaan daripada lewat
mengulas
keterampilan dan kerja keras.
akhlak,
dan
dialektika
kezuhudan Ali bin Abi
kesucian,
Socrates,
tapi
tetapi
juga
Thalib29
Menghindari hal-hal yang berlebihan,
Dalam tasawuf sebenarnya terdapat nilai
walaupun halal, menunjukkan sikap hemat,
yang yang sangat relevan dengan kehidupan
hidup sederhana, dan menghindari keberlebihan,
modern misalnya saja zuhud. Imam Ahmad
kemewahan, atau pemilikan harta yang lebih
merangkum pengertian zuhud dan membaginya
bernilai sebagai promotor status daripada
dalam tiga tingkatan: meninggalkan segala yang
sebagai
haram (zuhud orang awwam), meninggalkan hal-
melahirkan
hal yang berlebihan dalam perkara yang halal
memanfaatkan
harta
(zuhud orang khawwas), dan meninggalkan apa
produktif.
Zuhud
saja yang memalingkan diri dari Allah (zuhud
untukmengubah harta bukan saja sebagai assets
arif).30
orang
kekayaan
yang
sikap
produktif.
menahan untuk juga
Zuhud
diri
dan
hal-hal
yang
mendorong
Bila definisi ini saja yang kita
yang mempunyai ekonomis, tetapi juga assets
pegang kata Jalaluddin Rahmat, maka kita dapat
sosial (dalam artian menolong mereka yang
menjabarkan beberapa nilai derivatif darinya
berada dalam kesempitan).31
yang
kondusif
untuk
usaha-usaha
menghilangkan kemiskinan. Meninggalkan halhal yang haram menuntut orang mencari
D. Masa Depan Mistisisme Tanpa mengingkari berbagai kemajuan
kekayaan secara tulus lewat kerja keras,
dan keberhasilan manusia yang mengikuti aliran
meninggalkan suap, menghindari hal-hal yang
filsafat semisal eksistensialisme dan positivisme
merugikan
juga melahirkan manusia yang tidak sempurna,
orang
lain,
dan
menciptakan
pekerjaan yang mempunyai nilai sosial yang
pincang dan hanya berorientasi temporal serta
tinggi. Orang miskin akan kehilangan motif
mengingkari spiritual dan agama. Manusia yang
untuk memperbaiki nasibnya, bila ia tahu bahwa
tidak sempurna ini selanjutnya menghasilkan
bukan
kerja
perubahan tersebut.Sebagian ada yang terjadi
yang
menentukan
tetapi
kemampuan
secara evolusi dan di sisi lain ada yang terjadi
untuk memperoleh fasilitas dengan jalan yang
secara revolusi. Setiap perubahan yang tidak
keberhasilan
keras usahanya,
dilandasi oleh pegangan hidup dan tujuan hidup 29Jalaluddin
Rahmat, op. cit, h.97 Qayyim al-Jauziyah Madārij al-Saālikin bayn Manaāzil iyyāka na’bud wa iyyāka nastaīn, Juz II,(Bayrut: Dar al-Kutub al-Arabi), h. 12 30Ibn
yang kuat akan menimbulkan krisis. Hilangnya 31Jalaluddin
Rahmat, op.cit, h.100
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 61
Muhsin
keyakinan dan ketidakpastian menyebabkan
jelas dalam menapaki kehidupan di alam dunia
kesangsian yang memicu lahirnya kegelisahan
ini. Keterasingan yang dialami oleh orang-orang
dan akhirnya memunculkan rasa ketakutan.32
Barat dikarenakan peradaban modern yang
Konteks kehidupan tasawuf di abad lalu
mereka
bangun
bermula
dari
penolakan
berbeda dengan konteks kekinian. Karena
terhadap hakikat ruhaniyah dalam kehidupan
masyarakat
yang
manusia. Akibatnya manusia lupa terhadap
senantiasa berubah dan mencair, oleh karena itu
eksistensi dirinya sebagai hamba di hadapan
perubahan masa kini harus disikapi dengan pola
Tuhan karena telah terputus dari akar-akar
yang baru pula. Tasawuf yang dipraktekkan
spiritualitas. Hal ini merupakan fenomena
masa kini harus dengan memperhatikan bahwa
betapa manusia modern memiliki spiritualitas
masalah kemanusiaan dalam kehidupan sosial
yang akut. Pada gilirannya, mereka cenderung
merupakan bagian dari keberagamaan para sufi.
tidak mampu menjawab berbagai persoalan
Tujuan yang dapat dicapai tetap sama yaitu
hidupnya, dan kemudian terperangkap dalam
ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan intuitif
kehampaan dan ketidak bermaknaan hidup.34
manusia
adalah
realitas
tetapi kemudian dilebarkan bukan hanya untuk
Dalam
konteks
kehidupan
modern,
individu melainkan juga dalam bentuk kesalehan
khazanah pemikiran Islam sufistik atau tasawuf
sosial.33
selayaknya
direkonstruksi
dalam
kerangka
Di zaman modernisasi dan globalisasi
untukmenemukan kembali makna dan elan vital
sekarang ini, manusia di Barat sudah berhasil
ajaran tasawuf bagi kehidupan manusia modern
mengembangkan kemampuan nalarnya untuk
saat ini. Dengan mengkaji dan mempertanyakan
mencapai kemajuan yang begitu pesat dari
kembali tentang apa dan bagaimana ajaran
waktu ke waktu di berbagai bidang kehidupan
tasawuf diharapkan mampu menjawab dan bisa
termasuk dalam bidang sains dan teknologi.
memberikan kontribusi atas berbagai persoalan
Kemajuannya tidak dapat dibendung lagi akan
kehidupan masa kini yang penuh tantangan
tetapi kemajuan tersebut jauh dari spirit agama
dalam menghadapi arus modernisasi, globalisasi
sehingga yang lahir adalah sains dan teknologi
dan informasi.
sekuler.
Manusia
saling
berpacu
meraih
Di
satu
pihak,
arus
modernisasi,
kesuksesan dalam bidang material, sosial, politik,
globalisasi dan informasi memberi banyak
ekonomi,
kedudukan,
kemudahan bagi kehidupan manusia. Di lain
kekuasaan dan seterusnya. Namun tatkala
pihak, bersamaan dengan munculnya persaingan
mereka sudah berada di puncak kesuksesan
yang
tersebut, jiwa mereka mengalami guncangan-
tawaran
guncangan.
menimbulkan kegelisahan batin dan pergolakan
pangkat,
jabatan,
ketat,
kerasnya
yang
kehidupan,
menggiurkan
ataupun
sering
kali
Kekeringan jiwa dari nilai-nilai spiritual
jiwa terganggu. Kondisi ini masih ditambah oleh
disebabkan oleh tidak adanya orientasi yang
adanya keinginan hidup secara instan bagi sementara orang yang berakibat pada kenekatan
32Sidi
Gazalba, Islam dan Perubahan Sosial Budaya, (Jakarta: Pustaka al-Husna) h. 251-252 33Lihat Fazlur Rahman, Islam, (Chicago: The University of Chicago Press), h. 192
62 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
34www.ubaidillahfalak.blogspot.com tanggal 24 Oktober 2008
diakses
Dilema Mistisisme Dan Kemanusiaan
yang tidak masuk akal. Sebagai sistem ajaran
sebagai ruh kehidupan manusia. Akibatnya,
keagamaan yang lengkap dan utuh, Islam tidak
kasus bunuh diri meningkat seiring dengan
saja memberi tempat kepada jenis penghayatan
kekosongan spiritual.37
keagamaan
eksoterik
tetapi
juga
dimensi
esoterik.
Di tanah air kita sendiri misalnya, sufisme telah menarik sebagian masyarakat
Tekanan yang berlebihan kepada salah
kelas
dari
itu
khazanah intelektual dan filosofis tokoh-tokoh
diperkirakan akan menghasilkan kepincangan
sufi terkenal dalam sejarah peradaban Islam baik
yang menyalahi prinsip ekuilibrium dalam Islam.
klasik maupun modern. Kajian tasawuf di
Kenyataannya banyak kaum muslimin yang
Surabaya, shalat khusyuk dan lain sebagainya
penghayatan keislamannya lebih mengarah ke
menjamur di mana-mana telah menarik minat
bentuk lahiriah saja, atau bisa disebut ahl al-
cukup tinggi di kalangan kaum terdidik kelas
zawāhir,
kehidupan
menengah perkotaan. Selain itu, buku-buku yang
ke
aspek
bertema tasawuf, kini laris di pasaran.Para tokoh
batiniah, sehingga disebut sebagai ahl al-
sufi dan tarekat, ramai dikunjungi tidak hanya
bawātin.35
oleh kalangan masyarakat pedesaan tetapi juga
satu
kedua
atau
keagamaannya
pemikiran
aspek
mereka hanya
penghayatan
yang
mengarah
Menengok sekilas tentang sejarah Islam,
antara
kedua
menengah
terdidik
untuk
menggali
orientasi
oleh golongan menengah perkotaan. Terlepas
penghayatan keagamaan itu sempat terjadi
dari tujuan mereka mempelajari sufisme dan
ketegangan dan polemik, dengan sikap-sikap
tarekat,
saling menuduh dan truth claim. Dari banyak
menarik38.
usaha merekonsiliasi antara keduanya itu, apa
ini
merupakan
fenomena
yang
Dahulu di Indonesia, tasawuf lahir dan
yang pernah dilakukan oleh Imam al-Ghazali bisa
menjamur
hanya
terbatas
di
kalangan
dibilang yang terbesar dan paling berhasil.36
masyarakat pedesaan, seperti di pesantren-
Sufisme merupakan fenomena umum
pesantren tradisional. Tarekat, salah satu bentuk
yang terjadi hampir di seluruh negara muslim
pengamalan tasawuf, lebih banyak mewarnai
pada masa pascamodernisme, bahkan di negara-
masyarakat lapisan bawah, tapi kini tasawuf
negara yang berpenduduk minoritas muslim
telah mencuat ke atas sebagai kebutuhan hidup
seperti
masyarakat modern.
Amerika
dan
Inggris
sekalipun.
Modernisme dianggap gagal memenuhi dan menjawab
persoalan-persoalan
kebutuhan
E. Kesimpulan:
spiritual masyarakat modern. Kegagalan kaum
1. Tasawwuf intinya adalah kesadaran akan
modernis dalam merespons kebutuhan spiritual,
adanya komunikasi dan dialog antara roh
sehingga yang terjadi adalah keringnya nilai-nilai spiritualitas (lemah dalam kecerdasan spiritual)
manusia dengan Tuhan. Pemicu lahirnya tasawuf antara lain adalah maraknya gaya hidup mewah para pembesar istana pada
35Nurcholish Madjid Sufisme dan Masa Depan Agama, (Jakarta: Pustaka) h.93 36Lihat Abd al-Qadir Mahmud al-Falsafat al-Ṣūfiyah, (Baerut: Dar al-Kutub al-‘Arabi), h. 201, Muhammad Abd. Haq Ansari, op.cit, h. 88
37www.qnoyzone.blogdetik.com diakses tanggal 24 Oktober 2008 38www.surya.co.id/web diakses tanggal 24 Oktober 2008
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 63
Muhsin
masa kerajaan Umayyah, demikian pula
mendorong berkembangnya sikap dan gaya
sikap keberagamaam yang
hidup
fiqhi oriented
hedonistik-materialistik.
Berbagai
yang kering. Meskipun demikian benih-
kejadian, tindak kekerasan, penindasan dan
benihnya sebenarnya sudah ada sejak
perlakuan yang tidak adil antarsesama,
zaman Rasululullah, bahkan boleh dikatakan
manipulasi, kasus kriminalitas yang terus
bahwa kehidupan mistik adalah sebuah
meningkat
fenomena alami. Tasawwuf mengambil 2
pembunuhan adalah akibat dari pola hidup
bentuk; akhlaki dan falsafi. Akhlaki lebih
materialistik yang telah kehilangan landasan
menekankan
spiritualnya.
pada
perbaikan
akhlak
seperti
perampokan
dan
sementara falsafi berorientasi fanā’. 2. Tasawwuf bermata dua; dapat membuat
DAFTAR PUSTAKA
umat tidak peduli dengan masalah masalah sosial jika ia mengambil bentuk yang ekstrem yang memang memiliki potensi anti sosial, namun jika tasawwuf yang moderat dan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah yang dipraktekkan, maka ia akan menjadi sumber kekuatan dan peneguh eksistensi
kemanusiaan.
Manusia
telah
diangkat oleh Allah sebagai khalifah di bumi, sehingga
tidaklah
wajar
jika
manusia
sebagai pengemban amanah hanya asyik dengan dirinya sendiri. 3. Tasawwuf
akan
semakin
digandrungi
sejalan dengan akselerasi modernisasi yang mengesampingkan Modernisasi
telah
aspek
ruhiyah.
membuat
manusia
modern teralienasi sehingga membutuhkan terapi kejiwaan. Modernisme yang dicirikan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dipandang
telah
mampu
memberikan berbagai kemudahan kepada umat manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Namun
dengan
kemudahan-
kemudahan itu, manusia justru cenderung berlomba-lomba
pada
pemenuhan
kebutuhan materi yang tidak pernah ada habisnya. Kecenderungan seperti itu telah
64 | Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon
Al-Gazalba, Sidi, Islam dan Perubahan Sosial Budaya, Jakarta: Pustaka al-Husna. Al-Gazali, Abu Hamid Muhammad, Ihyā’ Ulūm alDīn, Juz I, Semarang: Toha Putra. Al-Jawziyah, Ibn Qayyim Madārij al-Sālikīn bayn Manāzil iyyāka na’bud wa iyyāka nastaīn, Juz II, Bairut: Dar al-Kutub al-Arabi. Al-Qusyairi, Abu al-Qasim Abd al-Karim, alRisalah al-Qusyairiyah, Juz II, al-Maktabat al-Syamilah Versi 2) [DVD ROM}] Anshari, Muhammad Abd Haq, Antara Sufisme dan Syari’ah, Terjemahan Ahmad Nashir Budiman, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Baldick, Julian, An Introduction to Sufism, New York: NewYork University press. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT.Ichtiar Baru Van Joeve. Eliade, Mircea (Editor in Chief), The Encyclopedia of Religion, vol. VII, New York: Macmillan Library Reference USA, Simon & Schuster Macmillan, 1995. Gibb, HAR dan JM, Kraemer, Shorter Encyclopedia of Islam, vol 4, Leiden: E.J. Brill, 1963. Kementerian Agama Terjemahnya.
RI.,
Al
Qur’an
dan
Madjid, Nurcholish, Sufisme dan Masa Depan Agama, Jakarta: Pustaka.
Dilema Mistisisme Dan Kemanusiaan
Mahm-d, Abd al-Qadir al-Falsafat al-Ṣūfiyah, Bairut: Dar al-Kutub al Arabi. Maududi, Abul ‘Ala, Islam sebagai pandangan Hidup, terjemahan oleh Mashuri Sirojudin Iqbal, Bandung: Sinar baru
Redaksi Kamus Bahasa Indonesia , Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Smith, Margaret, Reading from the Mistics of Islam, London: Part Press, 1960.
Microsoft Encarta Premium 2009, mysticism, (USA: Microsoft Coorperation, 2008) [DVD-ROM]
Sri Mulyati et al., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Predana Media.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1986.
Trimingham, J Spencer, The Sufi Order, London: Oxford University Press.
_______Filsafat dan Mistisisme dalam Jakarta: PT Bulan Bintang.
Zahir, Ihsan Ilahi, al-Tasawwuf al-Mansya’ wa al-
Islam,
Maṣādir, Lahore: Idarat Tarjuman al-
Nicholson, Reynold A., Tasawuf Menguak Cinta Ilahiah, Terjemahan oleh A. Nashir Budiman, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
www.cybermq.com
Rahman, Fazlur, Islam, Chicago: The University of Chicago Press.
www.kebunhikmah.com/article.php
Rahmat, Jalaluddin, Islam Alternatif, Bandung: Mizan. Rais, Amin, Islam dan Pembaharuan, Jakarta: PT Rajaprasindo.
Sunnah, 1987.
www.indomedia.com/bpost/072000/25/opini
www.qnoyzone.blogdetik.com www.surya.co.id/web www.ubaidillahfalak.blogspot.com
Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon | 65