Didukung: IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA
DARI REDAKSI
Teknologi Dalam Kegiatan Manusia
Sering tidak kita sadari bahwa setiap hari kita bersentuhan dengan teknologi hasil inovasi para peneliti dan insinyur di dunia, mulai bangun pagi hingga tidur di malam hari. Dari teknologi yang paling sederhana hingga yang paling canggih. Pagi hari, biasanya kita dibangunkan oleh bunyi alarm yang bisa berasal dari jam meja, telepon genggam, atau gawai lainnya yang memunyai fitur alarm. Bagi orang-orang yang secara rutin berolahraga di pagi hari, mereka bisa menggunakan berbagai produk teknologi, mulai sepatu olahraga, gawai yang mampu mencatat waktu dan kondisi fisik, hingga perlatan rumit lainnya, seperti sepeda statis atau treadmill. Ketika mandi pun, kita berhadapan dengan berbagai teknologi. Bahkan air yang mengalir adalah manfaat yang dapat dirasakan dengan kehadiran teknologi. Setelah itu, ketika beraktivitas, kita bahkan dikelilimgi oleh berbagai teknologi, seperti alat transportasi, komputer, telepon cerdas, kacamata, pena, kertas, makanan, dan lain sebagainya.
Bahkan, saat ini teknologi menjadi kebutuhan mutlak bagi sebagian besar umat manusia. Teknologi telah berkembang dan mengubah kehidupan manusia menjadi lebih baik, lebih efektif, lebih efisien, dan juga membantu memberikan solusi untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi. Teknologi bukanlah menara gading yang berdiri tegak dengan angkuh dan tidak bisa digapai. Teknologi dekat dengan kehidupan manusia dan benar-benar dirasakan manfaatnya, dan berkembang sangat cepat, bukan lagi menurut deret
hitung, tapi berkembang menurut deret ukur. Hanya dalam hitungan hari, kita sudah menemukan berbagai teknologi baru yang dihasilkan dari teknologi sebelumnya. Teknologi adalah hasil karya para insinyur sebagai hasil inovasi dari kegiatan penelitian yang selalu ditujukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi manusia dan kehidupannya. Jika ingin mengenalkan insinyur, maka yang paling mudah adalah mengenalkan produk keinsinyuran, yaitu teknologi. Terutama teknologi yang benar-benar dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu, untuk memenuhi salah satu misinya untuk mempromosikan insinyur dan keinsinyuran kepada masyarakat, tahun ini Engineer Weekly akan lebih menonjolkan berbagai teknologi hasil rekayasa di bidang keinsinyuran yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, di samping berbagai materi keinsinyuran penting lainnya. Kami berharap, melalui upaya ini, akan semakin banyak orang, terutama generasi muda, yang tertarik kepada keinsinyuran dan mau menjadi insinyur yang profesional di kemudian hari. Saat ini dan di kemudian hari tidak bisa dibayangkan dunia tanpa teknologi. Yang berarti juga, tidak bisa dibayangkan apa jadinya dunia tanpa insinyur.*** Aries R. Prima Pemimpin Redaksi
Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung
IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA
2
TEKNOLOGI PAKAIAN
Hujan? Bukan Masalah Aries R. Prima – Engineer Weekly Masalah yang sering kali dialami oleh para pekerja lapangan, termasuk insinyur, adalah ketika turun hujan secara tiba-tiba, yang tidak memungkinkan untuk segera mengenakan jas hujan agar pakaian yang dikenakan tidak basah. Atau para pengendara sepeda motor atau sepeda yang tengah berada di dalam perjalanan. Beberapa jenis pakaian bahkan dirancang tahan terhadap lumpur. Schoeller dari Swiss menciptakan Ecorepel, yaitu sebuah teknologi finishing pada produk tekstil yang menggaransi mampu bersih dari air dan kotoran (lumpur) yang ‘mengancam’ mengotori pakaian ketika sedang berkegiatan. Selain mampu menahan kotoran, teknologi ini juga diklaim ramah lingkungan, bebas dari fluorcarbon dan juga biodegradable sesuai dengan standar OECD 302 B. Bahkan Greenpeace menempatkan produk ini sebagai alternatif dari produk fluor lainnya, seperti jas hujan yang belum ramah lingkungan. Ecoperel menggunakan lilin parafin, bahan yang sering dipakai pelaut untuk membuat pakaian mereka tahan terhadap air, namun dengan aplikasi yang tahan lama dan ramah lingkungan. Produsen celana jins juga menggunakan berbagai teknologi untuk membuat produknya tetap nyaman digunakan untuk segala aktivitas. Wrangler dan Levi’s, produsen pakaian jeins dan denim asal Amerika Serikat, telah meluncurkan produk-produk mereka dengan teknologi ini.
Produk Levi’s commuter lebih ditujukan bagi pengendara sepeda agar pengguna tetap nyaman ketika berkendara, tanpa takut pakaiannya menjadi basah dan berbau kurang sedap, serta tidak mudah sobek. Bahkan saat ini, atas kerja sama Levi’s innovation Team dan Kelompok Advanced Technology and Projects (ATAP) dari Google, telah tercipta sebuah jacket untuk para pesepeda yang mampu mengontrol perangkat android nirkabel hanya sentuhan sederhana pada lengan jaket. Produk celana jins dari Wrangler, bahkan, mampu menahan sinar matahari dan memantulkannya (sun shield), sehingga mampu melindungi pemakainya dari sinar Ultra Violet, sehingga badan tetap sejuk dengan menggunakan produk ini. Lain lagi dengan teknologi yang digunakan Uniqlo, produsen pakaian dari Jepang. Mereka telah mengembangkan bahan yang disebut Blocktech, yang merupakan pengembangan dari Heattech. Jika teknologi Heattech hanya memberikan rasa hangat pada pemakainya, teknologi Blocktech mampu menahan angin dan anti-air, sehingga dapat memberikan kehangatan maksimal ketika digunakan. Berbagai teknologi yang disematkan pada produk pakaian atau fesyen ini, mejadikan produk lebih baik dan memberikan banyak manfaat, serta mampu memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi selama manusia beraktivitas.***
Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung
IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA
3
TEKNOLOGI SEPATU
Semakin Moncer di Lapangan Aries R. Prima – Engineer Weekly Satu atau dua dekade lalu, kita hanya bisa menemukan sepatu bolasepak (football/soccer) berwarna hitam. Tidak ada warna lain seperti yang dapat kita saksikan saat ini. Perkembangan sepatu jenis ini begitu cepat yang dipicu oleh kebutuhan untuk meningkatkan performa pemain dan persaingan ketat antarprodusen. Saat ini semua produsen sepatu ini berlomba-lomba untuk menciptakan teknologi terbaik untuk dibenamkan pada sepatunya. Segala upaya dilakukan, dana jutaan dolar pun mengalir dengan deras untuk mendanai berbagai penelitian, demi untuk menjadi yang terbaik, yang bisa dibaca juga untuk menguasai pangsa pasar. Tahun lalu, produsen sepatu olahraga raksasa Nike, meluncurkan sepatu sepakbola dengan teknologi terbarunya, yang disebut Nike Anti-Clog Traction, yang diklaim mampu melepaskan lumpur yang menempel di sepatu pemain, berkat lapisan khusus pada sol sepatunya yang dikembangakan oleh para penelti di Nike selama 2 tahun. Sebelum sepatu ini diciptakan, lumpur di lapangan yang menempel di lapisan bawah sepatu, menjadi masalah yang cukup serius yang dihadapi pemain
bolasepak. Laju pergerakan mereka lebih lambat, karena ada beban lumpur yang menempel di sepatunya. “Nike Football fokus untuk memersembahkan permainan cepat di semua kondisi, maka itu kami berkomitmen untuk mengatasi problem ini,” kata Max Blau, Vice President Nike Football Footwear. Dr. Jeremy Walker, salah satu peneliti yang mengembangkan teknologi ini, mengatakan bahwa ini adalah problem yang dihadapi para pemain bolasepak dari generasi ke generasi dan sangat sulit untuk dipecahkan. “Ini sangat menantang kami,” ujar doktor berlatar belakang teknik material dan kimia ini. Akhirnya, setelah melekakuan berbagai uji coba, teknologi ini telah siap digunakan pada 2016 dan mendapat sambutan yang baik dari para atlet bolasepak dunia. Selain akan menambah kecepatan para pemain, teknologi ini juga membantu pemain agar tidak lagi berupaya membersihkan sepatunya secara manual di lapangan dan hanya fokus bagaimana mengecoh pemain lawan dan menciptakan gol. Harapannya: moncer!***
Sumber: Nike
Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung
IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA
4
Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung
IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA
5
Teknologi Untuk Kenyamanan Berpakaian Aries R. Prima – Engineer Weekly Pakaian, di jaman saat ini, tidak hanya untuk melindungi badan dan keperluan mode saja, namun pakaian harus dapat memberikan kenyamanan lebih kepada pemakainya. Teknologi yang diciptakan oleh para insinyur di dunia telah mengubah produksi dan kebutuhan industri.
Bahan-bahan pakaian berteknologi ini bisa kita temukan pada produk tertentu. Beberapa jenis pakaian memang didesain sangat khusus, tapi ada juga yang teknologinya disimpan pada pakaian dengan desain yang memang biasa kita kenakan seperti t-shirt, jacket, atau longsleeves. Berikut, beberapa teknologi pada pakaian yang telah ada di pasaran. Teknologi Nano dan Photonics Sebuah bahan khusus telah dikembangkan para insinyur di Standford. Jenis pakaian ini memiliki kemampuan mekanisme pendinginan yang lebih efektif dibandingkan dengan kain pada umumnya. Efek sejuk saat mengenakan pakaian yang berteknologi nano dan photonics ini berkat pancaran radiasi inframerah yang melewati bahan tekstil plastik. Para insinyur mengembangkan sejenis teksil berbasis plastik yang murah untuk bahan pakaian masa depan. Kemampuan tekstil ini bahkan jauh lebih dingin dari bahan alami atau bahan sitensis yang banyak di pasaran. Luar biasanya, bahan ini mampu mendinginkan seseorang di iklim yang panas sekali pun. Karbon dan Titanium Bahan ini biasanya terdapat pada baju pebalap yang biasanya terdiri dari satu potong pakaian utuh yang membungkus pakaian utama untuk tubuh pembalap. Material utama baju pebalap terbuat dari bahan kulit yang dikenal awet dan tangguh menghadapi abrasi maupun gesekan.
pebalap tetap nyaman saat mengenakannya. Untuk itu kombinasi teknologi dari material seperti karbon , kevlar, dan titanium menjadi pilihan untuk memberi perlindungan pada bagian yang beresiko pada tubuh pebalap. Hydrophobic Nanotechnology Adanya teknologi ini pada pakaian membuat pemakai tidak perlu khawatir dengan basah atau pun kotor. Sebenarnya ini bukan teknologi baru, karena salah satu merek pakaian renang pun ada yang sudah menggunakan teknologi ini untuk membuat pakaian tetap kering. Perusahaan asal Australia Threadsmiths, meluncurkan t-shirt atau kaus yang memanfaatkan hydrophobic nanotechnology. Ketika pakaian terkena noda, anda hanya perlu menyiramnya dengan air tanpa harus takut basah.
Heattech Uniqlo Teknologi heattech pada pakaian mampu memberikan kehangatan pada tubuh saat berada pada suhu yang sangat dingin. Teknologi heattech ini bisa ditemukan pada koleksi produk Heattech Lifewear dari Uniqlo. Teknologi ini mampu memberikan kehangatan 1,5 kali dibandingkan heattech biasa. Bahan heattech ini diperkaya dengan argan oil, yang mampu memberikan efek lembut dan kenyamanan hingga 25% . Tanpa perlu mengenakan pakaian yang berlapis saat berlibur di musim dingin, pergerakan pemakai akan lebih bebas dan nyaman. Yang tidak kalah penting, terdapat micro-fibers yang memberikan efek cepat menyerap cairan dan mengring lebih cepat. Agar tubuh terhindar dari rasa lembab yang tidak nyaman.***
Yang paling penting dan menjadi perhatian adalah baju pebalap ini harus bisa memberikan perlindungan pada dada, punggung, siku, dan lutut, serta harus cukup ringan dan fleksibel sehingga
Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung
IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA
6
PENDIDIKAN ENJINERING DI JEPANG Liliana Djamaluddin Pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di Jepang menjadikan negara tersebut sebagai salah satu Negara terkemuka dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia. Ekonomi Jepang memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada ekspor produk-produk industri berteknologi tinggi. Perindustrian berteknologi maju seperti mobil, robotik, ponsel, peralatan listrik dan sebagainya adalah bukti dari keberhasilan Jepang dalam mempertautkan pendidikan keinsinyuran dan industri. Pengembangan teknologi tinggi ini erat kaitannya dengan banyaknya riset yang dilakukan oleh sumber daya manusia yang dimiliki Jepang dan pengembangan pendidikan keinsinyuran di Jepang. Namun, dalam 10 tahun terakhir mulai timbul masalah terkait jumlah populasi yang terus menurun, hilangnya minat kaum muda terhadap bidang science dan teknologi, dan derasnya gempuran gelombang Globalisasi dan Diversity dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang. Dengan semakin tingginya biaya hidup, gaya hidup dan ekspektasi yang tinggi di tempat kerja, menyebabkan generasi muda usia produktif enggan memiliki anak atau banyak anak. Kaum muda lebih tertarik pada dunia hiburan atau mendalami industri kreatif lainnya. Globalisasi, terutama, menyebabkan banyak kaum muda yang lebih memilih untuk melanjutkan sekolah di luar negeri atau lulusan perguruan tinggi yang lebih memilih untuk bekerja di luar negeri terutama di negara-negara maju lainnya. . Ketiga hal di atas, menimbulkan masalah yang saling mengait antara satu dan lainnya. Perkembangan pendidikan keinsinyuran Era tahun 1980an Pendidikan bagi insinyur sangat bergantung pada Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan atau Continuous Professionalism Development (CPD) selama masa kerja, berdasarkan aturan Lifetime Employment bagi para karyawan (karyawan seumur hidup). Namun, selama masa satu dekade terakhir abad 20, Jepang mengalami banyak perubahan drastis dalam struktur sosial masyarakatnya, akibat resesi ekonomi yang dialaminya sehingga aturan Lifetime Employment tidak lagi menjadi keharusan untuk dipenuhi. Tren dalam Populasi Jepang Dengan semakin majunya perkembangan ilmu
kesehatan dan kesadaran masyarakat yang lebih mementingkan gaya hidup sehat, menyebabkan makin tingginya tingkat harapan hidup pada masyarakat Jepang. Pada data demografi yang dikeluarkan per 1 Oktober 2009, populasi tertinggi bukanlah usia produktif, melainkan usia 60 tahun. Pada data yang dikeluarkan 1 tahun berikutnya, terlihat jumlah populasi usia 18 tahun yang terus menurun sejak tahun 1990, sehingga dikhawatirkan akan menjadi masalah besar bagi Jepang pada tahun 2018. Jepang akan kekurangan generasi yang mampu bermain secara global. American Society of Mechanical Engineering (ASME) juga pernah mengeluarkan pernyataan bahwa saat sistem berkembang menjadi lebih besar dan lebih kompleks, engineering yang dibutuhkan untuk mendesain dan menghasilkan sistem tersebut juga menjadi lebih kompleks. Insinyur perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik karena bila tidak, akan mereduksi sistem yang juga makin kompleks tersebut. Dalam menanggapi perkembangan Globalisasi, Pemerintah Jepang mendorong agar universitasuniversitas di Jepang mampu bersaing dan menarik secara global. Paling tidak ada empat kompetensi yang dibutuhkan bagi Global Engineer Pertama, perlu kemampuan Global Leadership skills; suatu kemampuan untuk membangun kerjasama internasional dengan visi jangka panjang, dengan komitmen tinggi, dalam semangat kerjasama yang positif, dan dengan a can-do attitude. Kedua, perlunya kemampuan berkomukasi; untuk bisa mengerti dan dimengerti melalui kekuatan language skills and products dalam bidang keinsinyuran. Ketiga diperlukan kemampuan menemukan solusi; untuk mampu mengidentifikasi masalah dan sekaligus merancang solusi berlandaskan penegakan etika profesi. Keempat, perlu kemampuan memahami dan menghargaiperbedaan antar budaya atau InterCultural Understanding Skills; suatu kemampuan untuk menghargai perbedaan termasuk budaya orang lain.
Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung
IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA
7
Engineer Weekly Pelindung: A. Hermanto Dardak, Heru Dewanto Penasihat: Bachtiar Siradjuddin Pemimpin Umum: Rudianto Handojo, Pemimpin Redaksi: Aries R. Prima, Pengarah Kreatif: Aryo Adhianto, Pelaksana Kreatif: Gatot Sutedjo,Webmaster: Elmoudy, Web Administrator: Zulmahdi, Erni Alamat: Jl. Bandung No. 1, Menteng, Jakarta Pusat Telepon: 021- 31904251-52. Faksimili: 021 – 31904657. E-mail:
[email protected] Engineer Weekly adalah hasil kerja sama Persatuan Insinyur Indonesia dan Inspirasi Insinyur.