bagian XVII
Menjadi Dosen Teknik Perminyakan
D
i tengah kesibukannya berkarya di Kementerian ESDM, Rachmat sempat meluangkan waktu untuk menjadi dosen Teknik Perminyakan di Universitas Trisakti, Jakarta. Jalan untuk menjadi seorang dosen terbuka pada tahun 1982. Saat itu LeMigas sedang mengadakan Seminar Teknik Eksploitasi Migas di Hotel Indonesia. Rachmat mempresentasikan topik penelitiannya tentang Enhanced Oil Recovery (EOR) yang waktu itu masih belum banyak dikenal dan kalau tidak salah merupakan presentasi EOR pertama yang diberikan di tanah air. Kebetulan dari Universitas Trisakti hadir Karnata Ardjani, Ketua Jurusan Teknik Perminyakan. Setelah selesai presentasi, Karnata mendatanginya dan mengatakan, “Pak Rachmat, bantu kita untuk mengajar di Trisakti ya.” Rachmat sangat senang mendapat tawaran ini karena memang sekembalinya dari sekolah di Perancis ada keinginan untuk menyumbangkan ilmunya di dunia pendidikan. Atas tawaran ini, ia meminta persetujuan kepada Kepala LeMigas yang saat itu dijabat oleh Prof. Wahyudi. Sebagaimana diceritakan Rachmat, “Pak Wahyudi sebetulnya agak keberatan, tetapi setelah menerima surat permintaan resmi dari Rektor Trisakti akhirnya beliau setuju karena sifatnya dosen part-time, istilahnya sebagai Tenaga Edukatif Tetap golongan C (TET-C).” Mulai tahun 1982 itulah ia menjadi dosen di Universitas Trisakti sampai saat ini. Namun demikian, semasa ia menjabat Dirjen Migas dan Kepala |
217
|
ambang
Menjadi Dosen Teknik Perminyakan
a | Rachmat Sudibjo
BP Migas pada tahun 1999 sampai 2005 mengingat kesibukannya ia berhenti sementara menjadi dosen. Setelah pensiun dari Kepala BP Migas, ia kembali menjadi dosen dan diminta untuk ikut mempersiapkan Program Magister (S2) Teknik Perminyakan. Ia diangkat menjadi Ketua Program Studi Magister Teknik Perminyakan pada tahun 2007 dengan masa jabatan sampai awal 2015. Sebagaimana dipaparkan Rachmat, teknik perminyakan berkaitan dengan rangkaian tahapan kegiatan untuk memproduksikan minyak dan/atau gas bumi mulai dari tahap evaluasi lapangan, pemboran dan pengembangan lapangan serta produksi melalui sumur dan proses hasil produksi Migas di lapangan. Tujuan utama dari disiplin ilmu ini adalah untuk mengoptimalkan perolehan minyak dan gas bumi pada biaya yang seminimal mungkin dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Teknik perminyakan mencakup empat disiplin pengetahuan yaitu pemboran, penilaian formasi, teknik reservoir, dan produksi. Pertama, teknik pengeboran yang mempelajari optimasi pemboran melalui evaluasi sifat lumpur bor, parameter mekanik terutama putaran dan beban pada mata bor dan hidrolik dengan memasang nozzle mata bor dan kecepatan pompa lumpur bor yang tepat. Pada tahap selanjutnya adalah penyelesaian sumur dari lubang yang selesai dibor dengan mendesain casing serta pemasangan casing dan penyemenannya. Kedua, penilaian formasi yang terkait dengan evaluasi terhadap sifat fisik batuan melalui testing, coring dan logging. Ketiga, teknik produksi mencakup bagaimana mengangkat minyak dari dasar sumur ke atas permukaan baik secara sembur alam maupun pengangkatan buatan (artificial lift) serta pengolahan lapangan yaitu proses memisahan minyak, gas dan air. Keempat, teknik reservoir yang mempelajari mekanisme daya dorong alamiah di dalam reservoir dan bagaimana mengoptimalkan energi yang ada di dalam suatu reservoir agar perolehan minyak dan gas dapat optimal. Ini yang disebut primary recovery.
|
218
|
Gambar 74. Di Laboratorium EOR Teknik Perminyakan
Pada tahap selanjutnya apabila tenaga dorong alamiah dalam reservoir minyak melemah, dilakukan bantuan dengan menginjeksikan air atau gas ke dalam reservoir untuk menaikan atau mempertahankan tekanan di dalam reservoir (secondary recovery). Tahap selanjutnya adalah tertiary recovery atau lebih populer disebut EOR dengan melakukan injeksi bahan kimia (surfactant, detergent, alkaline), injeksi gas terbaur (miscible gas injection) atau injeksi panas (steam flooding, combustion insitu). Tahapan tertiary recovery bisa saja dilakukan langsung dari tahapan primary recovery, tanpa melalui tahap secondary recovery, sehingga istilah EOR lebih populer karena terhindar dari urutan kronologis penerapannya. Rachmat lebih memilih mata kuliah yang terkait dengan Teknik Reservoir dan Peningkatan Perolehan Minyak Lanjut (EOR) sesuai dengan pengalaman di lapangan semasa berkarya di LeMigas baik di bidang penelitian maupun studi-studi simulasi dan pengembangan lapangan Migas. Di tingkat Magister Rachmat juga memberikan pelajaran terkait dengan Kebijakan Pengelolaan Migas dimana dia bisa memberikan pengalamannya yang diperoleh selama bekerja di kalangan birokrasi/ regulator dan BP Migas. |
219
|
ambang
Menjadi Dosen Teknik Perminyakan
a | Rachmat Sudibjo
Sebagai dosen Rachmat sering melihat mahasiswa yang dihadapinya tidak bisa melihat hal-hal yang mendasar dan sederhana dibalik kerumitan dan kompleksnya fenomena yang mereka pelajari. Rachmat ingin agar mahasiswanya tidak kehilangan arah dan frustasi karena masalah detail dan tidak bisa melihat permasalahan secara menyeluruh. “They can’t see the forest for the trees,” kata Rachmat menyitir pepatah Inggris. Sebagai contoh, teknik perminyakan melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain ilmu geologi, teknik mesin, teknik kimia, atau teknik sipil. Rachmat memberikan penjelasan kepada mahasiswanya kenapa diperlukan ilmu teknik perminyakan dan kenapa tidak cukup dengan ilmu teknik lainnya yang sudah baku. Ada dua tipe aliran yang dibahas di teknik perminyakan yaitu aliran yang berlangsung di dalam media berpori dan aliran yang berlangsung di dalam pipa. Jenis aliran yang kedua ini dipelajari di bidang keteknikan lain (teknik mesin, kimia, atau sipil), sedangkan jenis aliran di dalam media berpori yang berdiameter sangat kecil dan bersifat kapiler khusus dipelajari di teknik perminyakan. Agar mahasiswa dapat menangkap pentingnya fenomena kapiler, Rachmat pun memberikan contoh yang dapat dijumpai dalam keseharian. “Kita tahu bahwa jika ujung tabung gelas yang halus (pipa kapiler) dimasukkan ke dalam bejana berisi air, permukaan air dalam tabung tersebut akan naik jauh lebih tinggi dari permukaan air dalam bejana. Banyak kehidupan alam yang bekerja memanfaatkan fenomena kapiler ini. Berikut beberapa contoh. Bagaimana pohon kelapa mampu mensuplai air ke buah kelapa yang letaknya 30 meter di atas permukaan tanah? Hal ini terjadi karena batang kelapa mengandung ratusan serabut kapiler yang otomatis menyerap air ke atas. Kalau tidak demikian, barangkali alam harus memasang pompa di dasar pohon untuk menaikan air kelapa sampai ke atas” kata Rachmat sambil bergurau. “Contoh lain, kalau kita berkaca sehabis bangun tidur, tampak jelas mata kita memerah karena serabut pembuluh darah mata (serabut kapiler) dialiri darah lebih banyak dibanding biasanya. Aliran darah ke pembuluh mata kita itu digerakan oleh gaya kapiler dari pembuluh itu sendiri dan bukan dipompa oleh jantung kita. Apabila benar demikian, jantung kita
|
220
|
pasti jebol kalau harus memompa cairan darah dari nadi sampai ke jutaan pembuluh darah halus di sekujur tubuh kita.
Gambar 75. Prodi Magister Teknik Perminyakan Meninjau Lapangan Migas Tahun 2014
Dari contoh-contoh yang ditemui pada kehidupan sehari-hari ini, Rachmat kemudian masuk kepada materi fenomena gaya kapiler yang terdapat di dunia perminyakan. “Itulah fenomena yang anda hadapi di dalam batuan reservoir. Kita tahu bahwa karena minyak bumi terdapat pada media kapiler berupa pori-pori batuan, sehingga dengan teknologi apapun pengurasannya tidak mungkin mencapai 100%. Gaya kapiler yang bekerja tersebut besarnya ditentukan oleh tegangan permukaan minyak-air. Anda bisa mengambil analogi dengan baju anda yang terkena minyak goreng, misalnya karena ada telor goreng yang tanpa sengaja jatuh ke baju anda sewaktu sarapan pagi. Baju anda sebenarnya merupakan kain dari benang tenun dimana rongga di antara sistem benang tenun baju anda berfungsi sebagai pori-pori (kapiler). Coba bilas minyak goreng yang terserap dalam pori-pori baju anda dengan air. Sampai puluhan ember-pun baju anda tidak akan bersih. Sekarang |
221
|
ambang
Menjadi Dosen Teknik Perminyakan
a | Rachmat Sudibjo
coba bilas dengan sabun, seketika baju menjadi bersih. Sabun cuci yang digunakan sebenarnya mempunyai sifat permukaan aktif atau surface actif agent disingkat surfactant. Surfactant ini dapat mengurangi besarnya tegangan permukaan minyak-air, sehingga gaya kapiler yang bekerja dari pori-pori baju anda pun menurun. Itulah kurang lebih apa yang kita lakukan sewaktu menginjeksi surfactant ke dalam pori-pori batuan reservoir. Cuma bedanya surfactant yang digunakan dalam proses EOR ini bukan dari jenis sabun cuci biasa tapi satu larutan surfactant yang sangat ekstrim yaitu mampu menurunkan tegangan antar permukaan minyak-air sampai dibawah 10-3 dyne/cm (pada kondisi normal tegangan permukaan minyak-air sebesar 30 dyne/ cm). Pada tegangan permukaan yang sekecil itu barulah semua minyak yang tersisa dalam pori-pori batuan dapat tersapu bersih. Dengan analogi seperti ini diharapkan mahasiswa tidak lagi “takut” dengan istilah-istilah yang sebenarnya dapat kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal-hal yang sederhana ini disampaikan Rachmat dalam pendahuluan sebelum masuk ke permasalahan yang lebih rumit. Dengan demikian mahasiswa diharapkan dapat menyederhanakan permasalahan sehingga mereka bisa melihat hutan secara keseluruhan dan tidak dibingungkan oleh ragam jenis pepohonan.
Gambar 76. Laboratorium Petrofisik Teknik Perminyakan Trisakti
Ada lagi kelemahan yang Rachmat amati yaitu banyak mahasiswa yang susah memahami dan menggunakan grafik. Grafik adalah perwujudan |
222
|
visual dari teori-teori persamaan atau korelasi. “Di lapangan tempat anda bekerja, kalau anda harus memilih antara dua: menghitung dengan persamaan atau dengan grafik, anda sebaiknya memilih menggunakan grafik. Jangan takut bahwa hasil pembacaan grafik kurang teliti dibanding rumus. Sebagai seorang lulusan teknik anda harus tahu batas-batas ketelitian suatu perhitungan. Kalau anda menghitung dengan rumus akan menghabiskan waktu yang lebih lama dan membuat anda akan ketinggalan. Justru grafik ini sudah disiapkan untuk anda.” Belum tentu dengan menunjukkan hasil perhitungan dengan sepuluh deret digit di belakang koma dianggap smart. Sebaliknya anda mungkin dianggap tidak tahu tentang engineering. Itulah kebiasaan buruk mahasiswa dalam melakukan perhitungan yang hasilnya sering dinyatakan dalam desimal empat sampai lima digit di belakang koma. “Dengan melakukan kebiasaan tersebut menunjukkan bahwa anda tidak mengerti tentang derajat ketelitian. Seberapa yakin anda tentang ketelitian desimal yang anda tulis sampai digit kesekian di belakang koma? Lebih lanjut, kepada mahasiswanya ia juga menjelaskan bahwa di teknik reservoir, pada tahap awal pengembangan lapangan, ketelitian dari hasil perhitungan perolehan minyak bisa meleset sampai 10-15%. Mengapa? Hal itu disebabkan karena suatu reservoir yang luasnya mencapai puluhan kilometer persegi, datanya hanya dapat diketahui melalui beberapa lubang sumur yang berdiameter kurang dari 20 cm. Banyak sekali faktor ketidak pastian yang mempengaruhi hasil perhitungan. Jadi dalam kondisi yang demikian hasil akhir perhitungan yang menampilkan sekian digit di belakang koma tidak ada artinya. Contoh lain yang ekstrim adalah tentang cara menampilkan kekuatan sebuah jembatan. Dalam perhitungan teknik sipil anda memperoleh hasil bahwa jembatan yang selesai dibangun dapat menahan beban sampai 32,54321 ton. Kalau anda tulis angka itu secara lengkap di papan lalu lintas tentu banyak sopir yang bingung, belum lagi dia harus turun untuk mendekat agar melihat angkanya dengan lebih jelas. Dalam kenyataan anda cukup memasang tanda: “kendaraan di atas 30 ton dilarang lewat”. Jadi menulis angka disesuaikan dengan keperluan dan ketelitian yang diperlukan. Jangan sampai karena kalkulator yang dipakai |
223
|
ambang
Menjadi Dosen Teknik Perminyakan
a | Rachmat Sudibjo
mampu menghitung sampai 10 digit di belakang koma, maka anda tulis semua itu angka. Sebagai calon sarjana teknik anda harus pahami ini,” Rachmat memberi sekedar contoh sederhana. Kemampuan untuk menulis mahasiswa juga sangat lemah, tidak saja mahasiswa S1 tapi juga mahasiswa tingkat magister. Hal ini menjadi kendala pada saat mahasiswa yang bersangkutan mengerjakan skripsi atau tesis mereka. Hal ini mungkin juga terkait dengan kemampuan mahasiswa untuk menuangkan imajinasi dalam tulisan serta tidak adanya drive untuk bersikap perfeksionis. Tapi Rachmat masih berharap bahwa setelah sekian tahun bekerja di lapangan, kemampuan dan keahlian mereka akan terus meningkat dengan berjalannya waktu. Dan ini terbukti dari kinerja para alumni di lapangan yang mendapat apresiasi dari perusahaan pengguna. Sudah banyak lulusan mahasiswa Teknik Perminyakan yang sudah menduduki jabatan penting di industri, tidak saja di dalam negeri tapi juga di luar negeri dan bahkan pada posisi yang tadinya hanya dijabat oleh tenaga expatriate. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya lulusan mahasiswa Teknik Perminyakan tidak saja dari Universitas Trisakti tapi juga dari Perguruan Tinggi lainnya. Saat ini setiap semester Trisakti meluluskan sekitar 200 sarjana. Jumlah ini tentu jauh lebih tinggi dibanding waktu Rachmat masih kuliah tahun1970-an yang lulusannya hanya sekitar empat sampai lima orang per semester. Belum lagi lulusan dari Perguruan Tinggi yang jumlah outputnya kurang lebih sama dengan yang diluluskan Trisakti. Rachmat berpendapat bahwa memang harus tercapai sejumlah critical mass tertentu (2000-3000 sarjana?) sebelum industri dapat mengenal secara menyeluruh tentang kualitas dan kemampuan para sarjana yang bekerja pada perusahaan mereka. Pada beberapa kesempatan Rachmat pernah diminta untuk menguji tesis Program Doktor di Boulder, Denver Colorado dan Universitas Brawijaya, serta mengajar kebijakan dan peraturan perundang-undangan Migas pada mahasiswa Fakultas Hukum UI, UGM dan Universitas Parahyangan bekerja sama dengan salah satu konsultan hukum di Jakarta. Dari sana Rachmat dapat membandingkan sistem dan pola kerja yang diterapkan |
224
|
masing-masing institusi perguruan tinggi. Terakhir kali Rachmat mendapat kesempatan menjadi dosen tamu di Ecole Polytechnique Madagaskar. “Walaupun pada saat ini Madagaskar bukan merupakan produsen minyak, tapi dengan ditemukannya lapangan minyak berat di negara mereka, mereka perlu mempersiapkan SDM untuk menangani pengembangan lapangan minyak tersebut.” Bagi Rachmat pengalaman mengajar di Madagaskar mempunyai kenangan tersendiri karena dengan serba keterbatasan fasilitas dan peralatan yang mereka miliki, tapi dengan bekal dan semangat serta antusis yang tinggi, mereka dapat dengan mudah menyerap apa yang diajarkan ke mereka walaupun diberikan dalam waktu yang relatif singkat.
Gambar 77. Bersama Mahasiswa Ecole Polytechnique Madagaskar
Bagi Rachmat, mengajar memberikan kepuasan tersendiri. “Sulit menggambarkannya. Ada kepuasan tersendiri apa yang kita ketahui bisa diserap oleh orang lain.” Dengan pengetahuan dan pengalaman dari bidang yang sangat spesialis sampai bidang yang sangat generalis memungkinkan mahasiswa untuk mudah menyerap apa yang disampaikannya. “Saya beruntung mendapat pengalaman mulai dari |
225
|
ambang
Menjadi Dosen Teknik Perminyakan
a | Rachmat Sudibjo
masalah teknis sampai masalah kebijakan dan peraturan perundangundangan Migas. Beberapa mahasiswa mengatakan bahwa Pak Rachmat bisa menyampaikan secara sederhana persoalan yang kelihatannya sangat rumit sehingga lebih mudah dimengerti.”
Gambar 78. Acara Wisuda Universitas Trisakti
|
226
|