Caring Journal, Vol.2, No.2, Maret 2016
THE RELATION BETWEEN SANITATION AND HYGIENE FOOD IN THE HOUSEHOLD TOWARDS THE OCCURRENCE OF TYPHOID FEVER ON CHILDREN IN PAGAT HULU SUNGAI TENGAH REGENCY OF SOUTH KALIMANTAN Dewi Nurhanifah
ABSTRACT Background: Typhoid fever is an acute infection which occurs in small intestine caused by Salmonella Thypi with having fever more than 7 days. The rate of typhoid is 800 per 100.000 people with the mortality rate is 0.86% per year and happened anywhere, mainly, in summer. Objective: To know the relation between hygiene and food sanitation in the household toward the occurrence of typhoid fever on children in Pagat Village Rt.07 Batu Benawa District Hulu Sungai Tengah Regency of South Kalimantan Province. Methods: This research uses Cross Sectional Method. The population of research is mothers who live in Pagat Village Rt.07. The total sample of the research is 42 respondents. The instrument of data collection is questionnaire. This research is examined by using statistic test Spearman Rank with p<0.05. Result: This research result shows that Ho is refused, and Ha is accepted with p=0.034 (p<0.05), thus, there is a relation between hygiene and food sanitation in the household toward the occurrence of typhoid fever on children. Key Words: Hygiene, food sanitation, typhoid fever
Hubungan Sanitasi dan hygiene Makanan di Rumahtangga dengan Kejadian Demam Tipoid pada Anak
30
Caring Journal, Vol.2, No.2, Maret 2016
HUBUNGAN ANTARA SANITASI DAN HYGIENE MAKANAN DI RUMAH TANGGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM TIPOID PADA ANAK DI DESA PAGAT KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
Dewi Nurhanifah
INTISARI Latar Belakang: Demam tipoid adalah infeksi akut yang terjadi pada usus halus, yang disebabkan kuman Salmonella Thypi, dengan masa demam biasanya lebih dari 7 hari. Angka kejadian kasus tipoid 800 dari 100.000 orang, dengan angka kematian 0.86% pertahun dan tersebar dimana-mana, terutama pada musim panas (WHO, 2012). Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara hygiene dan sanitasi makanan di rumahtangga dengan terjadinya demam tipoid pada anak di Desa Pagat Rt.07 Batu Benawa kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan crossectional. Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang tinggal di Desa pagat Rt.07, sampel berjumlah 42 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Test Spearman Rank dengan p<0,05. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima karena p=0.034 (p<0.05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara hygiene dan sanitasi makanan di rumahtangga dengan terjadinya demam tipoid pada anak.
Kata Kunci: Hygiene, sanitasi makanan , demam tipoid
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin Rumah Sakit Umum Daerah H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin 3 Politeknik Kesehatan Banjarmasin 2
Hubungan Sanitasi dan Hygiene Makanan di Rumahtangga dengan Kejadian Demam Tipoid pada Anak
31
Caring Journal, Vol.2, No.2, Maret 2016
PENDAHULUAN Demam typoid adalah demam yang disebabkan oleh infeksi bakteri salmonella thypi. Menurut Widoyono (2005:34), demam typhoid merupakan infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari 7 hari. Demam ini bisa diikuti oleh gejala tidak khas lainnya seperti diare, anoreksia, atau batuk. Pada keadaan parah bisa disertai gangguan kesadaran. Komplikasi yang bisa terjadi adalah perforasi usus, pendarahan usus, dan koma. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kuman salmonella dalam darah melalui kultur. Penularan penyakit ini melalui makanan dan minuman, kuman salmonella dapat bertahan lama dalam makanan dan vector berupa serangga juga berperan dalam penularan penyakit. Infeksi yang diakibatkan oleh Salmonella diperkirakan lebih 50% dari seluruh kasus keracunan makanan yang dilaporkan di Amerika Serikat, salmonella merupakan masalah dunia, tidak hanya terjadi di rumah tangga, tetapi juga di kapal pesiar, restoran, dan lain-lain. Menurut Arisman (2008:74-75), pada umumnya semua makanan dapat dicemari oleh salmonella, terutama daging, unggas,telur, dan produk olahan ketiganya. WHO memperkirakan bahwa kasus demam typhoid menjadi masalah besar kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan hingga kematian 0.86% per tahun dan tersebar dimana-mana,terutama pada musim panas (WHO, 2012). Laporan profil kesehatan Indonesia tahun 2009 Departemen Kesehatan Republik Indonesia memperlihatkan bahwa jumlah penderita typhoid sebanyak 16.909 dengan jumlah kematian sebanyak 11 orang (Case Fatality Rate = 0.07%) dan menduduki peringkat
ke-3 dengan prosentase 3.26% setelah diare dan gastrointestinal (Menkes, 2012). Pada tahun 2010 dinyatakan bahwa angka kematian typhoid berdasarkan Riskednas Nasional di Kalimantan Selatan, penyakit typhoid tersebar disemua umur tetapi prevalensi klinisbanyak ditemukan pada kelompok umur sekolah, yaitu 1.9% terendah pada bayi yaitu 0.8% (Riskesnas,2012). Menurut WHO (2005:92), makanan bisa menimbulkan resiko yang cukup serius bagi kesehatan, oleh karena itu, maka sangat penting adanya pengelolaan yang baik tentang higienitas dan sanitasi makanan dalam rumah tangga. Hal ini bisaanya dilakukan oleh ibu rumah tangga sebagai pihak yang terlibat langsung dalam proses pembuatan dan penyajian makanan dirumah. Ibu rumah tangga memiliki peranan penting dalam melindungi anggota keluarga dari penyakit yang disebabkan oleh makanan sehingga kesehariannya ibu rumah tangga harus memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang mendukung terhadap upaya higienitas dan sanitasi makanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2010) tentang perilaku ibu rumah tangga dalam pengelolaan makanan terhadap 19 responden terdapat sekitar 69.9% dari jumlah keseluruhan responden masih memiliki perilaku sanitasi makanan yang kurang baik,seperti lupa mencuci tangan ketika memasak makanan untuk keperluan rumah tangga. Berdasarkan data Puskesmas Pagat Kecamatan Batu Benawa Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan, dari jumlah pasien anak 112 orang ditemukan angka kejadian demam typhoid sebesar 10.7%. Berikut ini ditampilkan kedudukan penyakit demam tipoid dalam daftar 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Pagat Kecamatan Hulu Sungai Tengah:
Hubungan Sanitasi dan Hygiene Makanan di Rumahtangga dengan Kejadian Demam Tipoid pada Anak
32
Caring Journal, Vol.2, No.2, Maret 2016
Tabel 1. Daftar Penyakit No Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penyakit ISPA Diare Typhoid Obs. Febris Muntaber DBD Campak Pneumonia TBC bronkhiolitis Jumlah
∑
%
29 13 12 8 5 4 3 3 2 1 80
36.2 16.2 15 10 6.21 5 3.75 3.75 2.5 1.25 100
antara dua variabel dengan cara cross sectional. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas (hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga) dan variabel terikat (kejadian demam typhoid pada anak). Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai anak di Desa Pagat Rt.07 Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan yang berjumlah 67 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan rancangan purposive sampling dengan besar sampel 42 orang.
Sumber : Data Puskesmas Pagat, April 2012
Hasil wawancara terhadap ibu yang mempunyai anak di desa tersebut, didapatkan data 6 orang (60%) ibu rumah tangga tidak menggunakan penutup makanan (tudung saji) untuk hidangan yang lebih dari dua jam tidak dimakan, kemudian 4 orang (40%) ibu rumah tangga mengatakan terkadang lupa mencuci tangan ketika memasak makanan untuk keperluan rumah tangga, selain hal itu berdasarkan hasil observasi ternyata sanitasi air di Desa Pagat masih kurang baik seperti ditemukannya warga disana masih menggunakan air di sungai sebagai kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan datadata di atas, maka penulis memilih judul ini dikarenakan ibu rumah tangga masih memiliki perilaku hygiene dan sanitasi makanan yang kurang baik, hal ini cenderung dapat menyebabkan demam typhoid. Peneliti tertarik ingin mengetahui hubungan hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga dengan kejadian demam typhoid pada anak di Desa Pagat Rt.07 Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data untuk mengukur variabel hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga adalah berupa angket, sedangkan untuk mengukur variabel kejadian demam typhoid pada anak dilakukan dengan observasi terhadap anak yang terkena demam typhoid. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 15 orang ibu yang bertempat tinggal di Desa Aluan Mati Seberang Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Data diolah dengan membuat kategori pada setiap data variabel independen, yaitu meliputi data hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga. Demikian juga dengan data variabel dependen, yang meliputi data kejadian demam typhoid pada anak. Selanjutnya data diuji dengan Spearman Rank (rho) dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil uji Spearman Rank diperoleh nilai ρ > nilai α=0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan dependennya. Jika nilai ρ < α=0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan antara variabel independen dangan dependen.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan survey analitik yaitu menganalisis hubungan Hubungan Sanitasi dan Hygiene Makanan di Rumahtangga dengan Kejadian Demam Tipoid pada Anak
33
Caring Journal, Vol.2, No.2, Maret 2016
HASIL Hasil penelitian diuraikan dalam tabletabel berikut: Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Hygiene dan Sanitasi Makanan di Desa Pagat No 1 2
Sanitasi dan Hygiene Makanan di Rumah Tangga Baik Kurang jumlah
F
%
25 17 42
59.5 40.5 100
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 25 orang (59.5%) dan kategori kurang baik sebanyak 17 responden (40.5%). Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Demam Tipoid Pada Anak di Desa Pagat No 1 2
Kejadian Demam Tipoid pada Anak Demam typhoid Tidak demam typhoid Jumlah
F
%
15 27 42
35.7 64.3 100
Tabel 3 memperlihatkan bahwa anak yang mengalami demam typhoid sebanyak 15 responden (35.7%) dan tidak demam typhoid sebanyak 27 orang (64.3%). Tabel 4. Hubungan Hygiene dan Sanitasi Makanan di Rumahtangga dengan Kejadian Demam Tipoid Pada Anak Sanitasi dan Hygiene Makanan di Rumahtangg a Baik Kurang
Demam Tipoid Pada Anak Total % Tidak Demam Demam Tipoid Tipoid F % F % 5 20 20 80 25 100 10 58.8 7 41.2 17 100
Pada tabel 4 menunjukkan hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga masuk dalam kategori baik berjumlah 5 orang (20%) yang terkena demam typhoid dan yang tidak terkena demam typhoid berjumlah 20 orang (80%). Sedangkan hygiene dan sanitasi makanan dirumah tangga dalam kategori kurang berjumlah 10 responden (78.8%) yang terkena demam typhoid dan yang tidak terkena demam typhoid berjumlah 7 (41.2%) Berdasarkan uji korelasi Spearman Rank didapatkan hasil PValue=0,034 dengan nilai signifikansi 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterim, artinya ada hubungan antara hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga dengan demam typhoid pada anak di desa Rt.07 Pagat Kecamatan Batu Benawa Provinsi Kalimantan Selatan. PEMBAHASAN Hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga di Desa Pagat Kecamatan Batu Benawa Provinsi Kalimantan Selatan, dengan hasil baik yaitu 25 responden (59.5%) dari total responden. Hal ini dikarenakan berdasarkan pemaparan mereka (ibu-ibu di Desa Pagat Rt.07) pernah mendapatkan informasi tentang hygiene dan sanitasi makanan dari petugas kesehatan dan juga di desa tersebut ditemukan ada poster-poster tentang pentingnya menjaga kesehatan makanan. Tetapi masih ada sebanyak 17 orang responden (40.5%) yang kurang tahu, hal ini dibuktikan dengan pemaparan sebagian ibu-ibu Rt.07 yang kurang mengerti tentang informasi yang tersebar di desa tersebut seperti poster-poster yang terpajang dan kurang memahami tentang penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Hal ini didukung oleh pendidikan responden yang masih ada berpendidikan sekolah dasar (SD)
Hubungan Sanitasi dan Hygiene Makanan di Rumahtangga dengan Kejadian Demam Tipoid pada Anak
34
Caring Journal, Vol.2, No.2, Maret 2016
berjumlah 7 orang (16.6%) dan SMP berjumlah 9 orang (21.4%). Kejadian demam typhoid pada anak di Desa Pagat Rt.07 Kecamatan Batu Benawa dengan hasil tidak ada demam typhoid sebesar 27 responden (64.3%) dari total responden. Hal ini disebabkan karena kebanyakan perilaku ibu-ibu di desa tersebut tergolong baik, hal ini terlihat dari perilaku ibu-ibu yang menutup makanan dengan tudung saji pada saat makanan tidak dimakan dan berdasarkan pemaparan dari ibu-ibu di desa tersebut, mereka sering mengingatkan anaknya untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan serta selalu mengingatkan anaknya untuk tidak jajan sembarangan.
Mubarak (2009:329) bahwa makanan berperan sebagai vector dan mikroorganisme yang masuk akan berkembangbiak di dalam usus. Makanan yang telahterkontaminasi oleh kuman Salmonella thypi menyebabkan demam typhoid, oleh karena itu, maka sangat penting adanya upaya pengelolaan yang baik tentang hygiene dan sanitasi makanan dalam rumah tangga. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Friska Wulandari (2009) tentang Hubungan bermakna antara hygiene makanan dengan kejadian demam typhoid pada balita di Desa Tembalang Bobot Sari Kabupaten Purbalingga. KESIMPULAN
Tetapi masih ada yang terkena demam typhoid sebanyak 15 responden (35.7%) hal ini disebabkan adanya pemaparan dari ibu-ibu yang kurang mengerti tentang hygiene dan sanitasi makanan dan masih kurang bisa menjaga jajan anaknya di luar rumah. Berdasarkan Suyono (2010:62) makanan dapat menimbulkan gangguan kesehatan karena penyebab bakteri dalam makanan, salah satunya tifus abdominalis yang disebabkan oleh Salmonella thypi. Menurut Bruner dan Sudart (2004:445) penularan salmonell thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), dan fly (lalat)dan melalui feses (tinja). Feses dan muntah orang yang menderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella Thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap pada makanan yang akan dikonsumsi orang sehat. Apabila orang tersebut kurang peduli dengan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonell thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Serta menurut
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 25 responden (59.5%) 2. Sebagian besar anak di Desa Pagat Rt.07 Kecamatan Batu Benawa mengalami kejadian typhoid yaitu sebanyak 15 orang (35.7%) 3. Ada hubungan bermakna antara hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga dengan kejadian demam typhoid pada anak di Desa Pagat Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. SARAN 1. Bagi Puskesmas disarankan agar mendukung petugas dalam mewujudkan masyarakat yang bersih dan sehat khususnya dalam hygiene dan sanitasi makanan.
Hubungan Sanitasi dan Hygiene Makanan di Rumahtangga dengan Kejadian Demam Tipoid pada Anak
35
Caring Journal, Vol.2, No.2, Maret 2016
2. Bagi Tenaga Kesehatan disarankan agar meningkatkan penyuluhan tentang menjaga kebersihan khususnya berkaitan dengan praktik hygiene perorangan serta hygiene dan sanitasi makanan di rumah tangga. 3. Bagi Peneliti berikutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya demam typhoid pada anak, misalnya personal hygiene dan hygiene sanitasi di lingkungan.
Widoyono. (2005). Penyakit Tropis. Jilid II. Jakrta: Salemba Medika. WHO. (2005). Penyakit Bawaan Makanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Wulandari, Friska. (2009). Hubungan hygiene makanan dengan kejadian demam typhoid pada balita di Desa Tembalang Bobot Sari Kabupaten Purbalingga.
(diakses 21 Agustus 2012).
DAFTAR RUJUKAN Arisman. 2008. Keracunan makanan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Budiman & Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bruner and Sudart. 2004. Typhoid and Paratyphoid Fevers. Infections Diseases Epidemiology and Clinical Practice. New York: Churcill Livingstone. Hidayat, Hanif Amalia.(2010). Perilaku Ibu Rumahtangga Terhadap Pengelolaan makanan. http:ph.ugm.org (diakses 11 Januari 2012) Menkes Republik Indonesia. (2012). Epidemiologi Penyakit Tropis. http: www.jakartalantern/healthy/typhoidfever (diakses 11 Januari 2012) Mubarak, Wahid Iqbal & Chayatin. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Riskesdasnas. Badan Pusat Statistik. http:kalsel.ac.id-files (diakses pada 11 Januari 2012) Hubungan Sanitasi dan Hygiene Makanan di Rumahtangga dengan Kejadian Demam Tipoid pada Anak
36