Caring, Vol.2, No.1, September 2015
THE RELATION OF CHARACTERISTICS, WORKLOAD AND SUPERVISION WITH NURSES MOTIVATION ON IMPLEMENTING TRIAGE IN EMERGENCY ROOM BANJARMASIN ULIN HOSPITAL 2015 Dewi Nurhanifah1
ABSTRACT Background: A nurse should to prioritize the client's condition who has higher life expectancy in triage system implementation. Nurse motivation in implementation triage are influenced by the characteristics of nurses, workload and supervision Objective: This research is aimed to analyze the relation of characteristics, workload and supervision with nurses motivation on implementing triage in emergency room Banjarmasin Ulin Hospital. Methods: This research used Cross Sectional study design with Spearman Rho test. Total population 35 people with a questionnaire instrument. Result: Variable characteristics (age, sex, education, duration of employment and training) is associated with motivation in implement triage is only variable age (p = 0.014), duration of work (p = 0.016) were associated. There is a significant association workload (p = 0.017) and supervision (0001) with the motivation to implement triage.
Key Words: characteristics, workload, supervision and motivation
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
75
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, BEBAN KERJA DAN SUPERVISI DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN TRIASE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN, TAHUN 2015 Dewi Nurhanifah1
INTISARI
Jainuddin1, Imanuddin2, Rifqah Ihdayati3
Latar Belakang: Melaksanaan sistem triage seorang perawat harus memprioritaskan kondisi klien yang harapan hidunya lebih besar. Motivasi perawat dalam melaksanakan triage dipengaruhi oleh karakteristik perawat, beban serta pengawasan/supervisi yang baik Tujuan: Menganalisis hubungan karakteristik perawat, beban kerja, dan supervisi dengan motivasi perawat melaksanakan triage di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2015 Metode: Desain penelitian cross sectional dengan uji Sperman Rho. Jumlah populasi 35 orang dengan alat ukur kuesioner. Hasil: Variabel karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan pelatihan) dihubungkan dengan motivasi Melaksanakan triage adalah hanya variable umur (p=0.014), lama kerja (p=0.016) yang berhubungan. Terdapat hubungan yang bermakna beban kerja (p=0.017) dan supervisi (0.001) dengan motivasi melaksanakan triage.
Kata Kunci: karakteristik, beban kerja, supervisi dan motivasi
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
76
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
PENDAHULUAN Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008). Triage adalah suatu sistem pembagian / klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya kondisi klien kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Proses triage meliputi tahap prehospital/lapangan dan hospital atau pusat pelayanan kesehatan dalam hal ini Instalasi Gawat Darurat (IGD). Perbedaan triage lapangan dan triage di IGD adalah Triage lapangan dilakukan oleh petugas pertama yang tiba di tempat kejadian, harus dinilai terus menerus untuk memastikan kelompok korban mana yang memerlukan transport segera menuju pelayanan kesehatan dengan berprinsip pada kesederhanaan dan kecepatan layanan dalam waktu kurang dari 60 detik. Triage tahap rumah sakit tidak terlalu jauh berbeda tetapi tenaga dan peralatan lebih memadai, saat menilai klien secara bersamaan juga dapat dilakukan tindakan diagnostik. Pelaksanaan triage sangat penting di IGD karena berpengaruh pada kelancaran yang mengupayakan efisiensi dan efektivitas pelayanan, sedapat mungkin berupaya menyelamatkan pasien sebanyak – banyaknya dalam waktu sesingkat – singkatnya. Berdasarkan realita pelayanan keperawatan, pelaksanaan patient safety masih belum optimal, padahal kewajiban perawat secara umum terhadap keselamatan pasien adalah mencegah kejadian tidak diinginkan (KTD) dan kelalaian dengan mematuhi standart. Insiden dalam patient safety yang terdeteksi umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua. WHO (2004) menampilkan angka Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) di rumah sakit dari berbagai negara maju adalah sebesar
3.2% s/d 16.6% pada pasien rawat inap, berbagai publikasi untuk mudahnya mengutipnya dengan angka 10% dan sebagian dari padanya dapat meninggal. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Foster & Rose dalam Yulia (2010) di UGD RS Pendidikan Otawa Kanada terhadap 399 paien, didapatkan KTD sebanyak 24 kasus (6 %), KTD dapat di cegah 17 kasus (71%), KTD tidak dapat dicegah 6 kasus (25%), dan perpanjangan masa perawatan 15 kasus (62%). Menurut hasil penelitian yang dilakukan Mustikawati (2011) menyebutkan laporan insiden keselamatan pasien berdasarkan provinsi 2007 ditemukan di DKI Jakarta 37,%, Jawa Tengah 15,9%, DIY 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh 10,7%, Sulawesi Selatan 0,7%. Di dunia banyak sekali berkembang penerapan berbagai model triage seperti Australian Triage Scale (ATS), National Triage Scale, Menchester Triage Scale, Emergency Severity Index (ESI). Di Swedan, mulai menerapkan penggunaan triage dengan 2 model triage baru yang ditawarkan yaitu METTS (Medical and Emergency Triage and Treatment Sistem) dan ADPT (Adaptive Process Triage). Kedua model tersebut memiliki komponen logistic dan tujuan untuk memperbaiki alur keluar masuk pasien dalam ED atau Emergency Departemen. METTS secara umum memberikan skala dalam memprioritaskan pasien yang masuk ke ED dan perencanaan perawatan kepada pasien. METTS dan ADPT dikembangkan dari pemikiran hasil beberapa studi yang menunjukkan bahwa kegiatan triage berfokus pada tiga hal yaitu skala triage, pengambilan keputusan triage dan triage keperawatan dan perpektif pasien terhadap triage (Farokhnia and Gorransson, 2011). Jurnal penelitian yang disampaikan oleh Farokhnia dan Gorransson melaporkan mengenai peningkatan penerapan kualitas triage IGD di Swedia dari tahun 2009 (73%) ke tahun 2010 (97%). Konsil Swedia untuk pengkajian kesehatan mengirimkan kuesioner kepada manajer instalasi gawat darurat di seluruh rumah sakit di Swedia (74 rumah sakit). Kuesioner berisi pertanyaan mencakup mengenai aspek dalam penerapan intervensi triage yang digunakan berdasar konsep ABC
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
77
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
dan perencanaan untuk tindakan kepada pasien yang akan diterapkan oleh perawat. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan METTS mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebanyak 18 (73 %) dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 48 (97%). Terdapat beberapa perencanaan yang diberikan perawat kepada pasien sebagai tritmen yang menjadi kunci dalam triage METTS seperti pemeriksaan lab, x-ray, CT-scan dan konsultasi yang dapat dirujuk terkait kondisi pasien. Pada penelitian ini penerapan METTS memfokuskan pada skala triage dan penerapan evidence based dalam pemberian intervensi kepada pasien diharapkan dalam prosesnya dapat menurunkan waktu tunggu pasien di ruang gawatdarurat (Farokhnia and Gorransson, 2011) Petugas di instalasi gawat darurat khususnya perawat yang bekerja sama dengan dokter jaga, sangat berperan penting dalam melakukan triage. Perawat menyeleksi dan memilah klien berdasarkan tingkat kegawatannya, sesuai dengan skala prioritas dalam menentukan label / kode warna yang diberikan pada klien, seperti warna merah, yaitu kondisi klien yang mengancam jiwa dan memerlukan pertolongan segera, yang apabila tidak ditolong dapat mengakibatkan kecacatan bahkan kematian dalam hitungan waktu tolong 0-1 menit seperti klien dengan cardiac arrest, henti napas dan lainnya atau Kode/label lain seperti biru, kuning , hijau. Untuk menetukan label atau pengkodean tersebut seorang perawat harus memiliki kemampuan, baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan yang terpenting adalah motivasi untuk melakukannya, karena jika perawat salah dalam memilah atau memberi label pada klien maka akan beresiko fatal pada klien. Seorang petugas kesehatan di ruang Unit gawat darurat harus peka menggunakan kemampuan mata, telinga, indra peraba lebih peka, tanggap situasi, cepat dan tepat dalam menilai perubahan mendadak pasien yang berada di UGD, sewaktu - waktu kondisi status triage bisa berubah. Oleh karena itu petugas triage sangat berperan penting dalam menetukan prioritas klien. Penelitian Astrianty N sebanyak 13 responden (9%) menyatakan pernah melakukan kesalahan terkait KTD
(Kejadian Tidak Diinginkan), 30 responden (20%) menyatakan pernah melakukan kesalahan terkait IKP) Insiden Keselamatan Pasien) namun pasien tidak cedera , dan 53responden (35%) menyatakan pernah mengalami atau melakukan kesalahan terkait dengan insiden yang nyaris menyebabkan cedera pada pasien. Total kesalahan terkait keselamatan pasien yang pernah dilakukan sebanyak 59 kesalahan (39%). Pentingnya peran perawat di IGD khususnya melaksanakan triage sangat berdampak besar bagi keselamatan pasien. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi perawat dalam bekerja khususnya melaksanakan triage di IGD diantaranya adalah pertama adalah karakteristik perawat seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan pelatihan . Kedua faktor beban kerja merupakan keadaan dimana seseorang dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Menurut Haryanti (2013) dampak negatif dari meningkatnya beban kerja adalah kemungkinan timbulnya emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang diharapkan pasien. Bila beban kerja seorang perawat tinggi maka sangat berpengaruh besar dalam memberikan pelayanan keperawatan di IGD karena berpotensi besar perawat melakukan kesalahan yang meresikokan keselamatan klien, jika seorang perawat salah dalam menentukan prioritas utama pasien maka pasien akan beresiko tinggi mengalami kecacatan bahkan kematian. Dampak beban kerja yang dirasakan perawat adalah sering merasa lelah, tidak dapat rileks, otot tengkuk dan punggung tegang. Kadang-kadang mereka mudah marah, sulit tidur, dan sulit berkonsentrasi, selain itu konsekuensi beban kerja perawat yaitu kurang responsif dan kurang memperhatikan aspek psikologis dan emosi pasien. Penelitian Syaer, (2019) beban kerja perawat IGD RSUD Lasinrang jumlah perawat di IGD hanya 20 orang setiap shift hanya 4 orang dengan perbandingan jumlah klien perhari rata rata 32 orang, sehingga mereka merasa beban kerjanya tinggi karena waktu kerjanya terkadang berlebih, hal ini diakibatkan oleh banyaknya pasien yang masuk,belum lagi jika ada kejadian luar biasa seperti keracunan masal
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
78
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
yang dalam waktu ekstra.
penanganannya
memerlukan
Ketiga faktor supervisi, merupakan pengawas, peneliti dan pemeriksa dengan memberikan dorongan dan berpartisifasi dalam pengembangan diri staf dan pelaksana keperawatan. Penelitian Febrianti (2009) melaporkan bahwa terdapat hubungan yang bermakana antara supervisi dengan kerja perawat di ruang triage di IGD RS.DR. M.Djamil Padang. Hal ini berarti sangat besar pengaruh supervisi terhadap kenerja perawat pelaksanan di IGD karena sebagian besar perawat apabila supervisi itu tidak ada, motivasi kerja mereka kurang karena tidak ada yang mengawasi dan membina Berdasarkan data study pendahuluan di IGD Rumah sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin merupakan rumah sakit pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan terdapat 35 perawat (14 orang pendidikan Ners dan 22 orang D3 Keperawatan) dan 20 tenaga non kesehatan. Perawat yang paling lama bekerja di IGD adalah 35 tahun. Semua tenaga perawat disana pernah mendapatkan pelatihan seperti PPGD/BHD, BLS,BTLS ,BTCLS. Dari data rekam medik jumlah pasien yang datang ke IGD seharinya rata rata 70 orang dengan 1 shift dinas hanya 4-5 orang perawat dan 1 orang dokter jaga. Hasil wawancara dengan kepala ruang IGD mengatakan bahwa awal tahun 2015 tadi tepatnya bulan Januari bertepatan dengan keluarnya kebijakan baru dari rumah sakit yang mengharuskan ada perawat yang menjaga triage disetiap ship dinas, sejak itulah sistem triage dilaksanakan oleh 1 orang perawat dan 1 orang dokter. Sebelumnya Triase hanya dilakukan oleh satpam yang berada didepan pintu utama. Perawat pelaksana mengatakan bahwa hanya dinas pagi saja yang mereka lakukan triage sedangkan dinas sore dan malam tidak dilakukan karena keterbatasan tenaga perawat dan kadang tanpa diduga jumlah pasien datang membeludak seperti pada kasus keracunan massal sehingga mereka kerepotan untuk menangani dan bahkan pernah terjadi kelalaian dalam merencanakan intervensi kepada pasien Mereka menyadari bahwa pelaksanaan triage itu penting dan wajib
dilaksanakan karena triage merupakan seleksi awal untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang datang ke IGD dan menetapkan prioritas penanganan dalam waktu <10 menit. Supervisi jarang dilakukan khususnya pada shif sore dan malam Fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa triage sangat penting dilaksanakan oleh perawat di IGD namun motivasi perawat dalam pelaksanaan sistem triage kurang karena disebabkan oleh beberapa hal diatas di IGD RS Ulin Banjarmasin.
METODE Desain penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang Unit Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin berjumlah 35 orang, Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner untuk variabel Karakteristik perawat (usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja perawat di ruang IGD, dan pelatihan kegawatdaruratan yang diikuti 4 tahun terakhir), beban kerja, supervisi dan motivasi. Instrumen penelitian yang peneliti gunakan ini belum baku sehingga peneliti perlu melakukan uji validitas dan reabilitas. Kuesioner diklasifikasikan menjadi 4 bagian, yaitu kuesioner A untuk memberikan gambaran tentang karakteristik perawat, kuesioner B untuk memberikan gambaran beban kerja perawat IGD dengan 15 pertanyaan, kuesioner C adalah untuk memberikan gambaran tentang Supervisi yang dilaksanakan rumah sakit di ruang IGD dengan 12 pertanyaan dan kuesioner D adalah untuk menggambarkan motivasi perawat dalam melaksanakan Triage di IGD dengan 22 pertanyaan. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah analisis bivariat dengan menggunakan uji Person untuk data Numerik dan Spearman’s Rho untuk data Kategorik. Analisis Multivariat Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linear ganda.
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
79
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
80
HASIL a. Karakteristik responden penelitian Tabel 1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur dan lama kerja di IGD RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2015 (n=35) Variabel karakteristik
N o 1
32.46;
00
58
53
37.37
8.3
7.0
6.5
4
0
80
SD
34.
32.
60
Lama Kerja
Umur
2
7.5
Min mak s 23-
Me dia n
Me an
1-35
95% CI
6.37;1 0,68
Tabel 2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan pelatiah kegawatdaruratan yang diikuti responden 4 tahun terakhir di IGD RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2015 (n=35) No 1
2
3
Variabel Karakteristik Jenis Kelamin • Laki-laki • Perempuan Pendidikan • Ners • D3 Keperawatan Pelatihan kegawatdarurata n yang diikuti perawat 4 tahun terakhir
∑
%
11 24
31,4 68,8
14 21
40,0 60,0
35
100
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 24 orang (68.8%), sebagian besar berpendidikan D3 keperawatan sebanyak 21 orang (60.0%). Pelatihan kegawatdaruratan yang diikuti responden 4 tahun terakhir adalah jenis pelatihan BTCLS yang diikuti oleh semua responden yaitu 35 orang (100%). Deskripsi beban kerja responden pelaksanaan supervisi di IGD
Tabel 3. Distribusi beban kerja dan pelaksanaan supervisi di IGD RSUD Ulin Banjarmasin,2015 (n=35) N o
Variabel
Me an
1
Beban kerja Pelaksana an Supervisi
2
48. 77
Me dia n 49. 00
32. 11
30. 00
SD
Minmaks
95% CI
4.75 9
15-60
47.26; 50.34
7.02 8
12-48
29.54; 34.31
Tabel 3 menunjukan nilai rata-rata beban kerja perawat di IGD 48.77 (95% CI 47.26;50.34). Pelaksanaan supervisi di IGD nilai rata-rata 32.11 (95% CI 29.54;34.31).
b. Deskripsi motivasi melaksanakan triage di IGD
responden
Tabel 4. Distribusi motivasi responden melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin,2015 (n=35) N Variabel o
Me an
Motivasi 1 responde n
66.4 6
Me dia n 63. 00
SD 8.4 41
Minmaks
95% CI
22-88
63.69; 69.31
Tabel 4 menunjukan nilai rata-rata motivasi perawat melaksanakan triage di IGD 66.46 (95% CI 63.69;69.31),
Analisa Bivariat Tabel 5. Analisis hubungan antara Umur dengan Motivasi Perawat Melaksanakan Triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin, 2015 Variabel Independen Usia
Variabel Dependen Motivasi
Correlation Coefficient -0.411
Signifikansi (p value) 0.014
dan
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
Tabel diatas diperoleh nilai signifikansi 0.014 yang menunjukan bahwa korelasi antara usia dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage adalah bermakna.
Tabel diatas diperoleh nilai Signifikansi 0.016 yang menunjukan bahwa korelasi antara lama kerja dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage adalah bermakna.
Tabel 6. Analisis hubungan antara Jenis kelamin dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin, 2015
Tabel 9. Analisis hubungan antara Beban Kerja dengan Motivasi Perawat Melaksanakan Triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin,2015
Variabel Indepen den
Variabel Dependen
Correla tion Coeffici ent
Jenis Kelamin
Motivasi
0.024
Signifikansi (p value) 0.889
Tabel diatas diperoleh nilai Signifikansi 0.889 yang menunjukan bahwa korelasi antara jenis kelamin dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage adalah tidak bermakna.
Tabel 7 Analisis hubungan antara Pendidikan dengan Motivasi Perawat Melaksanakan Triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin 2015 Variabel InDepen den
Variabel Dependen
Pendidik an
Motivasi
Correla tion Coeffici ent 0.278
Signifikansi (p value) 0.106
Tabel diatas diperoleh nilai Signifikansi 0.106 yang menunjukan bahwa korelasi antara pendidikan dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage adalah tidak bermakna Tabel 8. Analisis hubungan antara Lama Kerja dengan Motivasi Perawat Melaksanakan Triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin, 2015 Variabel InDepen den
Variabel Dependen
Lama Kerja
Motivasi
Correla tion Coeffici ent -0.403
Signifikansi (p value) 0.016
Variabel InDepen den
Variabel Depen den
Beban Kerja
Motivasi
Correla tion Coeffici ent 0.401
81
Signifikansi (p value)
N
0.017
35
Tabel 9 diperoleh nilai Signifikansi 0.017 yang menunjukan bahwa korelasi antara beban kerja dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage adalah bermakna. Tabel 10. Analisis hubungan antara Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin,2015 Variabel InDepen den
Variabel Depende n
Supervisi
Motivasi
Correla tion Coeffici ent 0.528
Signifikansi (p value)
N
0.001
35
Tabel 10 diperoleh nilai Signifikansi 0.001 yang menunjukan bahwa korelasi antara supervisi dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage adalah bermakna.
Analisis Multivariat Tabel 11. Analisis Multivariat tahap pertama karakteristik, beban kerja dan supervisi dengan Motivasi Perawat Melaksanakan Triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin, 2015 (n=35) Variabel Umur Jenis kelamin Pendidikan Lama kerja Beban kerja Supervisi
R Square
0,545
P value 0,212 0,306 0,294 0,544* 0,007 0,036
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
Variabel lama kerja di keluarkan dari model karena memiliki p value paling besar. Tabel 12. Analisis Multivariat permodelan tahap kedua dengan variabel karakteristik (umur, jenis kelamin,pendidikan dan pelatihan) beban kerja dan supervisi dengan variabel dependen yaitu motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin Mei 2015 (n=35) Variabel Umur responden Jenis kelamin Pendidikan responden Beban kerja Supervisi
R Square 0,539
P value 0,226 0,356* 0,269 0,007 0,040
Hasil variabel yang memiliki p value paling besar (p=0,356) adalah jenis kelamin. Dengan demikian dikeluarkan dari permodelan.
Tabel 13. Analisis Multivariat permodelan tahap ketiga dengan variabel karakteristik (umur, pendidikan ) beban kerja dan supervisi dengan variabel dependen yaitu motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin Mei 2015 (n=35) Variabel Umur responden Pendidikan responden Beban kerja Supervisi
R Square 0,525
P value 0,252 0,278* 0,009 0,046
Setelah variabel lama kerja yang pertama dikeluarkan dari permodelan kemudian secara berurutan variabel terbesar dari p value >0,05 yang kedua adalah jenis kelamin (p=0,356) yang dikeluarkan dari permodelan, yang terakhir >0,05 adalah pendidikan responden (p=0,278).
Tabel 14. Analisis Multivariat Terakhir Variabel umur, beban kerja dan supervisi dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin Mei 2015 (n=35) Variabel
R Square
P value
Coefficients B
0,506
0,241 0,014 0,012
26,539 -0,189 0,632 0,487
Constant Umur Beban kerja Supervisi
Hasil uji statistic Memodelan Multivariat terakhir didapat nilai R Square 0,506 berarti 50,6% motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD dipengaruhi oleh beban kerja (p=0,014) dan supervisi (p=0,012) dengan varibel penggangu adalah umur responden dengan p=0,241. PEMBAHASAN Hubungan Karakteristik Responden (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Lama Kerja dan Pelatihan ) dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triage Hasil analisis hubungan antara umur dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin diperoleh hasil uji statistic Sperman’s rho dengan nilai signifikansi p value=0.014 (alfa α <0.05) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif (0.411) antara umur dengan motivasi. Artinya semakin tua umur responden maka semakin rendah motivasi dalam melaksanakan triage. Ada suatu keyakinan bahwa produktivitas merosot sejalan dengan makin tua nya umur seseorang, Bekerja di IGD Rumah sakit khususnya pada ruang triage, yang sangat memerlukan keterampilan dan kecepatan dalam menentukan tindakan hal ini bertujuan untuk mempertahankan keselamatan pasien. Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin diperoleh hasil uji statistic dengan nilai signifikansi p value=0.889 (alfa α >0.05) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi perawat dalam
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
82
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin. Shye (1991, dalam Ilyas,1999) mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan produktivitas kerja antara perawat laki-laki dan perempuan. Tetapi walau demikian dalam menetukan tempat kerja untuk perawat lakilaki dan perempuan perlu dipertimbangkan sesuai dengan tingkat berat ringannya pekerjaan yang harus dilakuka . Hasil analisa hubungan antara pendidikan dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin dengan uji statistic Sperman’s rho dengan nilai signifikansi 0,106 yang berarti secara statistic tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan triage dengan nilai rho 0,278. Hasil penelitian ini tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi perawat melaksanakan triage disebabkan karena perawat perawat S1 mereka lebih dipersiapkan sebagai tenaga struktural / manajemen seperti menjadi kepala ruangan, supervisor atau ketua tim. Sedangkan perawat yang berpendidikan D3 disipakan sebagai perawat pelaksana.Selain itu perawat D3 sebagian dari mereka telah bekerja lama di IGD sehingga mereka lebih berpengalaman sedangkan perawat perawat baru sebagian dari mereka masih muda dan baru lulus kuliah sehingga dari mereka belum berpengalaman. Selain itu juga sedikitnya tenaga perawat yang berdinas tidak sebanding dengan jumlah pasien yang datang di IGD sehingga beban kerja nya sangat tinggi. Hasil analisis hubungan antara lama kerja dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin diperoleh hasil uji statistic dengan nilai signifikansi p value=-0,016 (alfa α <0.05) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan. Nilai korelasi Spearman sebesar 0.403 menunjukan bahwa arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang sedang. Berarti semakin lama responden perawat bekerja maka makin rendah motivasinya. Begitu pula responden perawat yang baru bekerja, memiliki motivasi tinggi. Menurut Kurt Lewin(1951 dalam Hidyar 2007 seseorang yang akan mengalami perubahan harus memiliki konsep tentang berubah. Tahapan berubah tersebut adalah unfreezing, moving
dan refreezing. Penelitian ini bagi perawat yang telah lama bekerja dengan kondisi beban yang tidak berat mereka merasa adanya perubahan ini membuat mereka merasa terbebani dengan bertambahnya pekerjaan baru, penolakan terhadap perubahan untuk mempertahankan status quo. Hasil penelitian menunjukan bahwa 35 responden (100%) dalam 4 tahun terakhir mengikuti pelatihan kompetensi kegawatdaruratan. Menurut Permenkes RI No. 159b/Men kes/Per/1998 3 fungsi utama rumah sakit adalah : pertama Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitasi, pendidikan, pelatihan dan penelitian, serta pencegahan dan peningkatan kesehatan. Fungsi kedua yaitu fungsi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat seperti partisifasi dalam program deteksi penyakit tuberkolosis, diabetis, hipertensi dansebagainya. Fungsi ketiga menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik. Di IGD para perawat wajib memiliki sartifikat ATLS, BTLS, ACLS & PPGD dan pelatihan lainnya terkait sistem kegawatdaruratan, dan yang keempat sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan. Hasil analisis hubungan antara beban kerja dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin diperoleh hasil uji statistic Sperman’s rho dengan nilai signifikansi p value = 0.017 (alfa α <0.05) dengan nilai korelasi 0.401 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara umur dengan motivasi. Artinya semakin berat beban kerja responden maka semakin rendah motivasi dalam melaksanakan triage. Beban kerja adalah serangkaian tugas yang diberikankepada seseorang yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Menurut Rodahl dan Manuaba (dalam Prihatini, 2007) menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut a. Faktor eksternal yaitu Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,sedangkan tugas-tugas yang bersifat
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
83
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang. Lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai sumber stresor. b. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan). Bekerja di IGD membutuhkan kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat karena IGD merupakan gerbang utama masuknya penderita. Banyaknya pasien yang masuk harus diimbangi dengan jumlah perawat yang dinas. Di IGD RSUD Ulin Banjarmasin jumlah pasien yang masuk setiap harinya 70-80 orang setiap harinya sedangkan jumlah perawat yang berdinas setiap shiftnya hanya 4-5 orang sehingga mereka merasa beban nya cukup berat sehingga terkadang ruang triage tidak ada yang menjaga terutama pada shift sore dan malam. Selain itu perawat IGD merasa mereka harus bekerja dengan ektra dan juga tuntutan keluaga pasien akan keselamatan. Kadangkadang perawat di IGD dihadapkan pada permasalahan yang sulit yaitu mereka harus mengambil keputusan yang tepat disaat dihadapkan dengan keadaan klien dengan berbagai kondisi sehingga mereka termotivasi untuk bekerja keras demi keselamatan pasien.. Untuk uraian tugas atau Job description mereka masing –masing bagian sudah ada tetapi karena kondisi di IGD yang kadang tidak sesuai seperti kedatangan pasien yang banyak tidak sebanding dg perawat yang jaga sehingga mereka saling membantu kebagian-bagian lain..Pelaksanaan triage sangat penting dilaksanakan karena berfungsi untuk memilah dan mengelompokan pasien berdasarkan tingat kegatandaruratannya. Tanpa diklasifikasikan
tingkat keprioritasan pasien berakibat fatal dan beresiko menganjam nyawa.. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wahyuningsih 2014 bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja keselamatan pasien dengan nilai signifikansi 0.00. Penelitian Astuti (200() ada hubungan yang signifikan 0.028 antara beban kerja perawat IGD dengan waktu tanggap pelayanan gawat darurat. Menurut Ilyas dalam penelitian Wahyuningsih 2014 mengatakan bahwa beban kerja yang tinggi dapat berefek pada penurunan kinerja personil rumah sakit. Untuk meningkatkan motivasi kerja perawat khususnya yang berdinas sore atau malam perlu meningkatkan supervisi / pengawasan terhadap kinerja perawat sehingga saat shift sore dan malam triage tetap terlaksana. Hasil analisis uji statistic hubungan antara supervisi dengan motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD RSUD Ulin Banjarmasin diperoleh hasil uji statistic dengan nilai signifikansi p value=-0,001 (alfa α <0.05) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara supervisi dengan motivasi. Menurut Kron T.(1987), supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus-menerus pada setiap tenaga keperawatan dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap tenaga keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, trampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Supervisi bertujuan Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari dan mengerti terhadap peran, fungsi dan tugas dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi antara lain perencanaan, pengorganisasian, pendayagunaan, pembinaan dan pengendalian. Peneliti berasumsi bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan di IGD telah terjadwal dan dilakukan oleh kepala ruangan ataupun supervisor. Tetapi pada kenyataanya kegiatan tersebut rutin dilakukan hanya pada shift pagi saja sedangkan pada shift sore atau malam kadang-kadang saja supervisor berada di tempat, Sementara pada dinas sore dan malam
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
84
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
yang memerlukan pengawasan atau pun arahan karena pada saat itu pula sering terjadi permasalah-permasalahan di ruangan. Sebagin dari perawat karena tidak mendapatkan pengawasan mereka bekerja seadanya saja. Disinilah pentingnya Peran supervisi atau pengawas selain mengkoordinasikan pekerjaan, juga memotivasi bawahan untuk bekerja juga mengevaluasi kegiatan, perawat merasa diperhatikan oleh atasan secara langsung. Penelitian Febriantni 2009 terdapat hubungan yang bermakna antara supervise dengan kepuasan kerja perawat di ruang triage IGD RS. DR. M. Djamil Padang (p=0,000). Penelitian Neza 2008 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi waiting time triage pasien emergensi bahwa supervisi merupakan faktor yang paling berpengaruh. Sangat besar peran supervise dalam kinerja perawat, tanpa adanya supervise perawat merasa tidak ada yang megawasi mereka ketika bekerja sehingga kadang sebagian besar dari mereka malas dalam melakukan pekerjaan khususnya diluar jam kerja seperti dinas sore dan malam. Penelitian Muhammadd 2013 ada hubungan signifikan 0.002 antar supervisi dengan kinerja perawat melaksnakan pasien safety
b. Pada perawat yang mendapatkan supervisi, motivasi akan bertambah tinggi sebesar 0,487 setelah dikontrol variabel beban kerja dan umur. Pada perawat IGD yang dengan beban kerja yang cukup tinggi, motivasinya rendah untuk melaksanakan triage hal ini disebabkan karena jumlah pasien yang datang lebih banyak dibandingkan dengan perawat yang jaga sehingga seharusnya mereka menjaga diruang triage tetapi karena bagian lain memerrlukan tenaga tambahan sehingga mereka harus membantu. Sementara mereka sudah memiliki uraian tugas pada masing-masing bagian. Saat inilah pentingnya peran supervisi untuk mengawas dan memberikan arahan serta mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan, tanpa supervisi sebagian perawat bekerja seadanya karena tidak ada yang memotivasi dan mengawasi kegiatan. SARAN Perawat hendaknya selalu mengupdate modelmodel sistem triage lain / baruseperti METTS (Medical and Emergency Triage and treatment system), ADPT (Adaptive Process Triage).
Multivariat DAFTAR RUJUKAN Hasil uji statistic Memodelan Multivariat didapat nilai R Square 0,506 berarti 50,6% motivasi perawat dalam melaksanakan triage di IGD dipengaruhi oleh beban kerja (p=0,014) dan supervisi (p=0,012) dengan varibel penggangu adalah umur responden dengan p=0,241. Setelah dilakukan analisis, ternyata variabel independen yang masuk model adalah umur, beban kerja dan supervisi. Dari hasil multivariat yang berhubungan signifikan adalah beban kerja (p=0,014) dan supervisi (p=0,012) sedangkan umur sebagai coufonding factor. Dari hasil diatas, persamaan regresi dilihat dari nilai “Coefficient Beta“ yang diperoleh dapat disimpulkan : a. Pada perawat yang mempunyai beban kerja tinggi , motivasi akan lebih rendah sebesar 0,632 setelah dikontrol variabel supervisi dan umur
Anoraga,P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta. Rineka Cipta Astrianty, (2013). Gambaran Determinan Insiden Keselamatan Pasien Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Aswat.Bustanul (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat di Unit Rawat Inap.[Tesis]. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
85
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
Departemen Kesehatan RI. (2011) Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta Departeman Kesehatan RI (2010) Standar Kemampuan Minimal Perawat. Hamzah B.U (2012) Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta; Bumi Aksara Hardisman, dr. ( 2014). Gawat Darurat Medis Praktis.Jakarta. Gosyen Publishin Hendianti. (2012) Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksanan Unit Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Hidayat, Aziz Alimul (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi.3. Jakarta ; Salemba Media Kartikawati, D (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta. Salemba Medika Kadarisman. (2012). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Edisi 1.Jakarta : Rajawali Pers Krisanty, paula dkk. (2009). Asuhan keperawatan Gawatdarurat.Jakarta: TIM Martoyo. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 4. Yogyakarta; BPFE Mudayana. A.A, (2010) Pengaruh motivasi dan beban kerja terhadap kinerja karyawan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. Universitas Akhmad Dahlan Vo. 4. No.2
rawat Inap Universitas Hasanuddin. UNHAS. Nurgiyantoro,B. dkk.( 2010). Statistik Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Nursalam, (2013) . Metodologi penelitian ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika Nursalam, (2014) .Manajemen Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika Nursalam, (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan professional, Edisi 5. Jakarta; Salemba Medika Oman,
Kthleeb S (2008).Keperawatan Emergensi. Jakarta EGC
Panacea, Tim Bantuan medis (2014) Basic Life Support. Jakatra: EGC Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit Roatib.A. Suhartini, Supriadi. (2007) HUbungan atara Karakteristik perawat dengan motivasi perawat pelaksana dalam menerapkan komunikasi terupeutik pada fase kerja di RS Islam Sultan Agung Semarang. UNDIP Vol.1 No. 1 Proyoto dan Tri Widiastiti. (2014). Kebutuhan Dasar Keselamatan Kerja.Yogyakarta. Graha Ilmu
Notoatmodjo.S (2010) .Metodologi Penelitian kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta :Rineka Cipta
Ramli. M, Indar, Masni (2010) Hubungan Karakteristik Individu dan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap RSU Naji Makasar. Jurnal MKMI. Vol.6. No.4. hal 227-234
Nur.M.Q,Noor B.N.H Irwanandy (2013). HubunganMotivasi dan Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan pasien sapety di
Ridwan, Lutfi.(2012). Pengaruh Motivasi Interinsik dan Motivasi Ekstrinsik terhadap Kenerja Perawat [Tesis] ProgramStudy Magister Ilmu
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
86
Caring, Vol.2, No.1, September 2015
Kesehatan Masyarakat Padjadjaran, Bandung
Universitas
Riyanto, Agus (2012). Penerapan Analisi Multivariat dalam Penelitian Kesehatan.; Yogyakarta; Nuha Medika Robbins. Stephen P (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh.; PT Indeks Swansburg, Russel C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan manajemen Keperawatan. Jakarta;EGC Thygerson.Alton (2011). Pertolongan Pertama. Edisi Kelima .Erlangga Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009. Wahyudi. I. (2010). Hubungan Persepsi Perawat Tentang Profesi keperawatan, Kemampuan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Perawat Pelaksana.[Tesis]. Program Pasca Sarjana Magister keperawatan. Wahyuningsih.N.R,Sidin.I.A, . B.N, Noor…. Hubungan Pengetahuan, Motivasi dan Beban Kerja terhadap kinerja Keselamatan Pasien RSUD Syekh Yusuf Goa. UNHAS Wibowo. (2012). Manajemen Kerja.Edisi 3. Jakarta: Rajawali Pers. Wibowo. S.A, Suryani.M.Sayono,…. Hubungan Karakteristik Perawat dengan Penggunaan Sarung Tangan pada Tingkat Invasif di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Universitas Muhgammadiyah Semarang. Winardi
(2007). Kepemimpinan Dalam Manajemen ;Jakarta Rineka Cipta
Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Supervisi dengan Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
87