Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pada Unit Pengelola Sosial Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Karah Sejahtera Di Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Surabaya
Ayu Nurmalisa Kartika Dewi (Tjitjik Rahaju) ABSTRACT
Strategies for Community Empowerment Unit Is In Social Agency community self supporting (BKM) Karah Karah Urban District Welfare in Surabaya Jambangan
The efficient society basically is a process where the society are given beliefs in order to be independent, that’s why it’s needed the correct strategy that can make them succeed in solving problems also get knowledge and skills. This research taken in Karah district because poor people never be seen because of their social status. Thus, by with some KSM, they can develop their own business to sell in some stores owned by Bapemas that located in the center of shopping mall in Surabaya. Otherwise, this research aims to describe now the strategy of the efficient society to BKM in this Karah Sejahtera district. This research also uses qualitatif and descriptive method that focus on the describtion of the efficient society that happens on UPS BKM Karah Sejahtera district in Surabaya trough “aras Mezzo”. The researchers consist of village chief with BKM management such as secretary head, the chief of social activity, and will the members of KSM Karah Sejahtera. The technique of colleting data use interview, observation and documentation. This research show that the efficient strategy done by UPS BKM focus on the “aras Mezzo” strategy that’ts do training to swadaya groups. Giving more knowledge and skills to that groups done to push them more independent the aims given in aras mezzo is develop awareness, knowledge, skills and attitude that can solve themselves. All members of UPS BKM involve in doing training to KSM UPS BKM. The skills get from those training will produce KSM products that will be sold to the stores owned by “Bapemas” that located in Surabaya mall. Suggestion from this research is the way of conservation with the future training that focus on how to make products better. It’s very important in order to get products that can be sold wider and attractive to the consumers.
Keywords: Strategy, Community, and Empowerment
I LATAR BELAKANG Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan proses dimana masyarakat diberikan kepercayaan agar dapat menentukan proses pembangunan yang dibutuhkan mereka sendiri, sementara pemerintah dan lembaga lain mempunyai peran sebatas pendukung dan memfasilitasi. Pendekatan pemberdayaan masyarakat ini akan mengantar masyarakat dalam berproses untuk mampu menganalisa masalah dan peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai sumberdaya yang mereka miliki. Memberdayakan masyarakat adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Rasyad dan Suparna, (2003: 44). Maka dari itu perlu adanya strategi pemberdayaan masyarakat digunakan dalam pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat. Pendekatan ini menyadari tentang betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal yang ditempuh melalui kesanggupan melakukan kontrol internal atas sumber daya materi dan nonmaterial yang penting melalui redistribusi modal atau kepemilikan. Hikmat (2010:14).
Terlihat pada contoh P2KP ini sejak tahun 2008 keberlanjutan pelaksanaan P2KP diperluas lagi menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan), dengan mengalokasikan tambahan dana yang cukup signifikan pada tahun anggaran 2008 yang mencakup 8.813 Kelurahan di 995 kecamatan tersebar pada 245 kota/kabupaten. Sejumlah 495.734 Relawan dari masyarakat setempat melayani 3.509.192 KK penerima manfaat (penduduk miskin) yang tersebar di 101.280 KSM. (Sumber Data Dari Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, 2010:07). PNPM mandiri perkotaan merupakan program nasional pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan pemerintah sejak 2007, di mana sebelumnya yakni pada tahun 1999 program ini dikenal dengan nama P2KP (program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP saat itu dilaksanakan untuk mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan, yang tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat akibat krisis ekonomi tetapi juga bersifat strategis, (karena disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang menguat bagi perkembangan masyarakat di masa mendatang). Maka dari itu penelitian ini mengambil tempat di kelurahan Karah Surabaya, karena program PNPM Mandiri Perkotaan sudah dilakukan di kelurahan Karah melalui adanya BKM Karah Sejahtera. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa di wilayah tersebut sudah terbentuk (Kelompok Swadaya Masyarakat) KSM- KSM binaan Unit Pengelola Sosial BKM Karah Sejahtera yang mana suatu kelompok yang didirikan bertujuan untuk memandirikan
masyarakat Karah dengan melakukan strategi pemberdayaan yang mengarah pada aras mezzo dengan mengadakan pelatihan dan pendidikan. Strategi pemberdayaan yang diberikan oleh UPS BKM Karah Sejahtera itu nantinya melalui aras mezzo yaitu melalui teknik (pendidikan, pelatihan dan dinamika sosial). Setelah diberikan pelatihan, pendidikan dan dinamika kelompok mereka atau masyarakat Karah memberikan pendampingan dari anggota BKM Karah ini supaya hasil yang didapatkannya dari proses pelatihan untuk dikembangkan, maka terbentuklah KSM-KSM yang didirikan berdasarkan keahlian dari masyarakat tadi. Unit Pengelola Sosial (UPS) sendiri menaungibeberapa KSM-KSM (kelompok swadaya masyarakat) yang berada dibawahnya. Seperti KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) SEMANGAT JAYA seperti kue kering (onde-onde ceprok, tape ketan, kue crispy, bakpia ;KSM MANIK UniQ seperti aneka kerajinan manik-manik (Bross, Tusuk konde, gelang, dll); KSM BOEGENVIL seperti aneka kua basah (lumpia, tahu isi, dll); KSM MANDIRI seperti aneka kua basah risoles, putu ayu dll); KSM Dawet Goyang Maju Jaya seperti dawet ; KSM Sejahtera seperti aneka jahitan (konveksi) (kaos, aneka cover, baju dll). Berangkat dari latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian tentang strategi pemberdayaan masyarakat yang cocok untuk Kelompok swadaya masyarakat binaan unit pengelola sosial BKM Karah Sejahtera Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya yaitu dengan strategi pemberdayaan yang sangat berperan pada kelompok ini dengan melalui pelatihan, ketrampilan yang berkerjasama dengan Bapemas. Tujuan dari diberikan pelatihan ini yakni
para anggota KSM diharapkan mempunyai kesadaran untuk bisa memandirikan diri-sendiri dan keluarganya. Serta supaya nantinya tidak bergantung dengan orang lain dan bisa mengatasi masalah sendiri maupun masalah dengan kelompoknya. Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah disajikan di atas, maka fokus penelitian ini adalah bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat pada unit pengelola sosial badan keswadayaan masyarakat (BKM) Karah Sejahtera di Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Surabaya? II KAJIAN PUSTAKA A. Pemberdayaan Masyarakat 1. PengertianPemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu yang mengalami masalah kemiskinan.Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan, atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melakanakan tugas-tugas kehidupannya. Suharto (2009:59-60).
Rapaport seperti yang dikutip oleh Suharto (1997:215) mengungkapkan pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat mampu menguasai (berkuasa atas) kehidupannya dalam bukunya Huraerah (2011:96). Selanjutnya Mayo (1995:50) mengatakan bahwa konsep pemberdayaan termasuk dalam pengembangan masyarakat dan terkait dengan konsep-konsep: kemandirian (self-help), partisipasi (participation), jaringan kerja (networking), dan pemerataan (equity). 2. Tujuan Pemberdayaan
3.
Tujuan pemberdayaan, menurut Kartasasmita (1996) harus dilakukan melalui tiga arah yaitu : a. Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Artinya setiap manusia atau masyarakat telah memiliki potensi, sehingga pada saat memberikan pembedayaan diupayakan agar mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya potensi-potensi yang telah dimiliki tersebut. b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering) artinya pada saat memberikan pemberdayaan di wujudkan melalui langkah-langkah yang nyata seperti pendidikan/ pelatihan kesehatan, modal, teknologi, lapangan kerja, pasar serta sarana dan prasarana lainnya. c. Pemberdayaan dalam arti melindungi (protection), artinya berusaha untuk mencegah persaingan yang kurang seimbang serta eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah melalui keberpihakan, atau adanya peraturan perundang-undangan yang jelas dan tegas untuk melindungi polongan lemah.
b.
a.
c.
d.
Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Dubois dan milley, seperti yang dikutip oleh (Suharto, 2005:68) dan Huraerah (2011:107) memberi beberapa prinsip yang dapat menjadi pedoman dalam pemberdayaan masyarakat : Membangun relasi pertolongan yang : (1). Merefleksikan respon empati; (2) menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (selfdetermination); (3) menghargai perbedaan dan keunikan individu; (4) menekankan kerjasama klien (client partnership). Membangun komunikasi yang : (1) martabat dan harga diri klien; (2)mempertimbangkan keragaman; (3) berfokus pada klien; (4) menjaga kerahasiaan klien. Terlibat dalam pemecahan masalah yang : (1) memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah; (2) menghargai hak-hak klien; (3) merangkai tantangan sebagai kesempatan belajar; (4) melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui: (1) ketaatan terhadap kode etik profesi; (2) keterlibatan dalam pengembangan pofesinal; riset, dan perumusan kebijakan; (3) penerjemahan kesulitankesulitan pribadi kedalam isu-isu publik; (4) penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.
4. Indikator Keberdayaan Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan delapan indikator pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan,seperti yang dikutip oleh Suharto 2009 : 63-66) yaitu:
a. Kebebasan mobilitas : kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, b. Kemampuan membeli komoditas kecil: Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri. c. Kemampuan membeli komoditas besar : kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, d. Terlibat dalam pembuatan keputusankeputusan rumah tangga: mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan keluarga, e. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga : responden ditanya mengenai apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak-anak, mertua) yang mengambil uang tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja diluar rumah. f. Kesadaran hukum dan politik: mengetahui salah seoang nama pegawai pemerintah desa/kelurahan ;seorang anggota DPRD setempat; nama presiden mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris. g. Keterlibatannya dalam kampanye dan protes-protes : seseorang dianggap ‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, h. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, aset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.
B.
Strategi Pemberdayan Masyarakat 1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa latin “strategos” yang mula-mulanya merujuk kepada kegiatan seorang jenderal militer yang mengkombinasi-kan “stratos” (militer) dan “agos” (memimpin). Strategi bermakna kegiatan memimpin militer dalam melaksankan tugas-tugasnya, terutama untuk memenangkan pertempuran. Kini strategi ini digunakan dalam berbagai kegiatan seperti ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan (Fahrudin, 2011:75). 2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Strategi itu pada dasarnya mempunyai tiga arah, pertama pemihakan dan pemberdayaan masyarakat. Kedua, pemberian otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta masyarakat. Ketiga, modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah dari perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran serta masyarakat lokal, Sumodiningrat (1990:191). Parsons et.al. (1994:112-113) menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu-lawan – satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan pada klien, hal ini
a.
b.
bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan secara kolektivitas. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual; meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain diluar dirinya. (Suharto, 2009:66). Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro (Suharto,2005: 66-67), seperti yang dikutip oleh Huraerah (2011:106107): Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, dan crisis intervension. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai model pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach). Aras mezzo Pemberdaayan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c.
Aras makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukkan strategi yang tepat untuk bertindak. III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Penelitian ini difokuskan pada pendeskripsian strategi pemberdayaan masyarakat yang berlangsung pada Unit Pengelola Sosial BKM Karah Sejahtera di Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya yaitu melalui aras Mezzo. Adapun cakupan kajian meliputi teknik (melalui pelatihan, pendidikan dan dinamika kelompok), sasaran (yang diperuntukkan bagi strategi ini yaitu pada (kelompok swadaya masyarakat), serta tujuannya yaitu (peningkatan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan, sikap-sikap agar bisa mengatasi masalah sendiri). Sumber Data 1). Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai obyek atau situasi yang sedang diteliti. Adapun narasumber yang dijadikan sumber data informan dalam penelitian ini lurah Karah, ketua dari BKM Karah Sejahtera, ketua bidang UPS (Unit Pengelola Sosial) dari BKM Karah Sejahtera, Semua ketua KSM binaan UPS.
2). Dokumentasi adalah sumber data yang dapat dilihat secara nyata biasanya berupa data tertulis ataupun rekaman film atau video. data tersebut berupa struktur organisasi, lambang atau visi misi kelurahan Karah dan juga visi misi BKM Karah Sejahtera serta media warga BKM Karah Sejahtera. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Serta teknik analisis data melalui Data Reduksi (reduction data),Display data (penyajian data), dan Kesimpulan/ verifikasi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskrisi Pelaksanaan Pemberdayaan Pada Unit Pengelola Sosial Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Karah Sejahtera di Kelurahan Karah kecamatan Jambangan Surabaya a. Deskripsi BKM Karah Sejahtera kelurahan Karah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representative, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. (Petunjuk
pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2010: 9). Badan Keswadayaan Masyarakat BKM Karah Sejahtera adalah sebagai lembaga yang akan mengartikulasikan aspirasi masyarakat dalam mengatasi masalah kemiskinan dan pembangunan lingkungan yang terjadi di masyarakat. Penyusunan dokumen Program Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) di tingkat kelurahan. BKM juga sebuah organisasi masyarakat warga yang memiliki 3 perangkat, yakni: PK-BKM, Kesekretariatan, dan Unit-Unit Pengelola. Pelayanan yang diberikan oleh BKM kepada pemetik manfaat menggunakan pendekatan (berbasis) kelompok bukan individu/ personal. Kepemimpinan BKM dilakukan secara kolektif dan pengurusnya dipilih oleh warga secara langsung. Setiap tahun BKM menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat melalui wadah rembug warga, serta dilakukannya audit tahunan terhadap pengelolaan keuangan BKM oleh Auditor Independen. Kegiatan BKM Karah Sejahtera ini direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi, dan dipertanggungjawaban kepada masyarakat sehingga meningkatkan transparansi serta akuntabilitas dalam pelaksanaannya. b. Deskripsi Unit pengelola Sosial Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Karah Sejahtera Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Unit Pengelola Sosial BKM Karah Sejahtera dalam rangka untuk mengurangi kemiskinan didukung oleh beberapa relawan masyarakat di kelurahan Karah yang mendukung
berperannya dalam mensejahterahkan masyarakat. Jika dilihat dari jumlah penduduk di kelurahan Karah Kecamatan Jambangan per Januari 2012 adalah 15.569 juta jiwa. seperti tabel dibawah ini :
2. Strategi pemberdayaan masyarakat aras Mezzo oleh Unit Pengelola Sosial di BKM Karah Sejahtera kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Surabaya.
Tabel 6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian NO Uraian Jumlah 1. Pegawai negeri sipil 795 orang 2. TNI 97 orang 3. POLRI 38 orang 4. SWASTA 2668 orang 5. Pensiunan/Purnawirawan 201 orang 6. Wiraswata 553 orang 7. Petani/ Peternak 46 orang 8. Pelajar/Mahasiswa 2832 orang 9. Buruh Tani 46 orang 10. Dagang 141 orang 11. Nelayan 1 orang 12 Ibu Rumah Tangga 2346 orang 13. Belum Bekerja 4926 orang Sumber Diolah Dari Data Primer Instrumen Pendataan Profil Kelurahan Karah bulan Juli tahun 2012 (Pemerintah Kota kecamatan Jambangan, kelurahan Karah).
Tabel di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas jumlah penduduk Kelurahan Karah yang tidak bekerja masih banyak yaitu berjumlah 4926 orang dan ibu rumah tangga yang tak berpenghasilan 2346 orang. Jika dilihat dari tabel tersebut maka di kelurahan Karah menyatakan masih terdapat sedikit 31,6% masyarakat Karah yang tidak bekerja. Maka dari itu artinya dengan melihat kondisi masyarakat ini perlu diberdayakan.
Keberadaan masyarakat miskin yang terdapat di daerah kelurahan Karah perlu untuk diberikan pelatihan supaya nantinya mereka bisa hidup mandiri. Mengenai pekerjaan warga Karah yang sebagian besar masih banyak yang belum bekerja, maka dari itu perlu adanya strategi pemberdayaan dari BKM Karah Sejahtera melalui unit pengelola sosial, tujuannya agar warga Karah ini bisa mandiri tanpa mengandalkan bantuan pemerintah lagi. Hasil yang didapat dari pembuatan produk – produk yang dihasilkan nantinya dibuat menopang kehidupan perekonomian untuk kebutuhan sehari-hari. Pelatihan ini dilakukan selain untuk membuat warga mandiri akan tetapi mereka diberikan ketrampilan yang mana nantinya bisa untuk diandalkan dalam mengatur perekonomiannya.
a. Sasaran:Self–Help Group (Kelompok Swadaya Masyarakat)KSM Semangat Jaya(kue-kue kering dan tape ketan), KSM maniQ Uniq I&II (bross, tusuk konde), KSM Boegenvill (kue basah), KSM Sejahtea (menjahit), KSM Mandiri sablon, KSM Teladan (Peralatan sekolah), KSM Maharani (salon), KSM Mandiri (kue basah). b.
Teknik: pelatihan melalui Bapemas mengadakan pelatihan itu bermacammacam jenis yang dilakukan mulai pembuatan kue-kue kering,kue basah, menjahit, merias, sablon, manik-manik dsb. Pelatihan ini diadakan supaya mereka bisa mengembangkan bakatnya untuk dijadikan modal kedepan nantinya bisa menghidupi perekonomian anggota keluarga KSM masing-masing.
Kelurahan di data dan dilakukan bagi warga yang miskin untuk di ikutsertakan pelatihan. Pelatihan ini yang mengadakan dari Bapemas, jika di kelurahan Karah siap untuk mengikutsertakan warganya untuk ikut pelatihan pastinya langsung di ikutkan, akan tetapi jika tidak belum diikutsertakan. Pelatihan ini biasanya dilaksanakan setahun sekali. c. Tujuan: a. Peningkatan Kesadaran awal mula sebelum ada PNPM Mandiri Perkotaan dan sebelum ada relawan yang bersosialisasi kepada masyarakat Karah, masyarakat Karah hanya menunggu bantuan dari pemerintah saja seperti Raskin, dana BOS dll. Akan tetapi sejak ada BKM Karah Sejahtera dan para relawan aktif bersosialisasi para warga Karah mulai sadar untuk mengubah hidupnya, mereka mau mengikuti pelatihan agar mereka bisa membuat usaha kedepannya lancar serta mandiri selain itu bisa mengangkat perekonomian keluarga masing-masing. Harapannya produk tadi bisa dikelola sendiri. b.Ketrampilan yang didapat dari pelatihan Bapemas tadi dikembangkan lalu hasilnya yang didapat selama proses pelatihan tadi dikelola sendiri sehingga menghasilkan suatu olahan produk atau usaha yang mana membuat perekonomian mereka bisa lebih baik dari sebelumnya serta para pemetik manfaat tadi bisa lebih berdaya lagi. c. sikap-sikap yang dapat mengatasi masalah sendiri dan kelompok a. cegah terjadinya konflik sejak dini agar terhindar dari munculnya konflik yang lebih luas dan keras. b. selesaikan melalui pengakhiran kekerasan dan pertengkaran.
b. kelola konflik melalui pengurangan atau penghindaran kekerasan maupun tindakan yang menjurus kekerasan, dengan cara mengembangkan tindakan serta perilaku positif yang melibatkan semua pihak atau pelaku; serta c. transformasikan konflik melalui investigasi mendalam secara partisipatif untuk menyelesaikan akar konflik, dengan cara mentransformasikan kekuatan negatif menjadi kekuatan-kekuatan positif. (adanya partisipasi dari ketua KSM dan pihak UPS yang terkait untuk mengetahui akar masalah yang menyebabkan konflik itu bisa terjadi, setelah itu jika akar konflik itu bisa diketahui maka diberikan pengaraan yang baik supaya konflik tersebut tidak menjalar ke anggota KSM lainnya. Contoh : Konflik itu bisa saja terjadi diantara masing-masing anggota kelompok lainnya. Terutama Kelompok swadaya masyarakat binaan unit pengelola sosial sendiri seperti : KSM Mandiri dan KSM Teladan,kedua KSM ini merupakan kelompok binaan gagal dari UPS. Hal ini dikarenakan salah satu dari mereka setelah masuk ke kelompok tidak niat satu persatu keluar dengan sendirinya, biasanya karena malas dan bosan akan pekerjaan yang dilakukannya. Mulai dari ingin pindah ke kelompok lain maupun ingin mengikuti pelatihan lagi karena mendapatkan uang saja bukan untuk mengasah ketrampilannya. Oleh karena itu langkah yang ditempuh oleh ketua UPS selektif didalam mengikutsertakan mereka lagi mengikuti pelatihan di Bapemas, peran pendamping inilah yang diperlukan saat itu serta ketua dari KSM tadi harus benar-benar tegas dan disiplin kepada anggotanya hal inilah penting dipilih
orang yang cerewet kesehariannya untuk dijadikan sebagai ketua. Pada saat masuk dicegah sedini mungkin kemungkinan itu terjadi, belajar dari pengalaman itulah para pihak UPS mengharuskan bagi para anggota KSM membuat surat perjanjian ditujukan kepada anggota masing-masing KSM untuk dipertanggung jawabkan kepada pihak UPS tadi dan jika ada yang melanggar pada saat ada pelatihan lagi tidak diikutsertakan kembali. Selain itu jika ada yang melanggar untuk mengundurkan diri maka harus melunasi tanggungan utang sebelum pengunduran diri dilakukan. B. Pembahasan 1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pada Unit Pngelola Sosial BKM Karah Sejahtera Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Keberhasilan strategi pemberdayaan di kelurahan Karah Kecamatan Jambangan dengan judul strategi pemberdayaan masyarakat pada Unit Pengelola Sosial Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Karah Sejahtera di Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Surabaya dilihat berdasarkan strategi pemberdayaan yaitu: aras Mikro, Mezzo dan Makro. Akan tetapi dengan mengacu pada strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh Fahrudin, maka strategi oleh Unit Pengelola Sosial BKM Karah Sejahtera ini lebih menitikberatkan pada aras mezzo yakni pada kelompokkelompok swadaya masyarakat. Sasaran sebenarnya adalah individu yakni pada keluarga miskin Karah yang menjadi prioritas yang utama untuk di berdayakan. Namun dalam pelaksanaannya tergabung dalam kelompok swadaya masyarakat
dengan berbasis RW, melalui kelompok swadaya masyarakat binaan UPS kegiatannya dikembangkan setiap kelompok – kelompok ini. Berangkat dari pemahaman teori Adi Fahrudin maka strategi pemberdayaan yang cocok untuk UPS BKM Karah Sejahtera adalah Aras Mezzo karena meliputi sasaran yang di peruntukkan bagi kelompok,Peer group (per kelompok),Self-Help Group (kelompok swadaya masyarakat). Kelompok ini yang akan menjadi kelompok swadaya masyarakat binaan Bapemas maupun BKM Karah Sejahtera yang diperuntukkan warga yang ingin mengembangkan usaha kecil menengah dengan bantuan BKM serta akan dikucurkan dana untuk mengembangkan usaha yang akan dijalaninya setelah pelatihan tersebut. Teknik yang digunakan UPS ini terhadap KSM binaannya melalui pelatihan. Pelatihan yang diberikan sudah ada dana yang diberikan tinggal bagaimana KSM yang dibentuk dari binaan Bapemas bisa berkembang lebih maju dan bisa mengangkat perekonomian mereka. Tujuan yang diberikan pada aras mezzo ini yaitu peningkatan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan, sikapsikap agar dapat mengatasi masalah sendiri dan kelompok. a. Pertama, Unit Pengelola Sosial di BKM Karah Sejahtera dilihat dari perspektif individu dalam strategi aras mezzo Mulai dari sasaran yang dipakai sebagai pemetik manfaat yakni individu (warga miskin serta keluarga miskin di kelurahan Karah). Di dalam BKM mempunyai kriteria harus warga miskin, miskin produktif serta mempunyai komitmen berwirausaha. Teknik yang dipakai melalui
pembinaan, konseling, bimbingan dengan cara warga miskin Karah haruslah mempunyai kesadaran dalam dirinya bahwa ingin merubah hidupnya atau bisa bertahan hidup di tengah krisis ekonomi. Setelah itu barulah dari anggota relawan unit pengelola sosial mengumpulkan warga miskin yang didata dari kelurahan Karah untuk dibina dengan melihat bakat, minat, kreatifitas dari mereka, punya potensi untuk berwirausaha. Pihak anggota relawan UPS dan fasilitator kelurahan memberikan motivasi, menumbuhkan kesadaran bagi meraka melatih mereka agar bisa bertahan hidup, karena kemiskinan bukan sebuah halangan untuk berwirausaha dan maju tapi bagaimana kemiskinan menjadi tolak ukur masyarakat untuk mandiri serta sebagai masyarakat miskin menyadari bahwa tanpa keinginan yang kuat dari diri mereka sendiri untuk menyelesaikan kemiskinan akan menjadi mustahil kemiskinan itu bisa teratasi. b. Kedua, Unit Pngelola Sosial di BKM Karah Sejahtera apabila ditinjau dari perspektif kelompok dalam strategi Mezzo Di dalam aras Mezzo ini sasaran yang dilihat adalah kelompok, berkelompok atau membentuk kelompok dengan jumlah anggota yang banyak. Kelompok ini di dalam istilah di BKM Karah Sejahtera yaitu disebut kelompok swadaya masyarakat. Kelompok ini terbentuk dari warga miskin kelurahan Karah yang tidak mempunyai penghasilan tetap atau pemetik manfaat. Teknik yang diberikan UPS ini yaitu dengan aras Mezzo melalui pelatihan. Kegiatan pelaksanaan pelatihan (training) termasuk
didalamnya adalah memperkuat dan mengembangkan Kapasitas Relawan / Kader- kader masyarakat sebagai agen pembangunan masyarakat. Termasuk diantaranya pelatihan dasar dan lanjutan dalam bentuk training kelas, praktek atau on the job training dan latihan serta pendampingan intensif, memperkuat dan mengembangkan kapasitas BKM Karah Sejahtera sebagai dewan pimpinan kolektif terpilih himpunan warga kelurahan. Dalam hal ini difokuskan pada training dasar serta pendampingan dan on the job training intensif, memperkuat dan mengembangkan kapasitan KSM sebagai kelompok dinamik. Termasuk diantaranya membangun tim, mengenali peluang usaha atau mengembangkan usaha yang ada, membantu KSM menyusun proposal usaha, dan pengelolaan keuangan secara sederhana. Training dilaksanakan dalam bentuk kelas maupun praktek dalam kelompok. Pelatihan inilah yang akan diselenggarakan oleh Bapemas Surabaya mulai dari pelatihan pembuatan kue-kue kering, kue-kue basah, pelatihan menjahit kaos seragam anak-anak sekolah, sablon, pembuatan kerajinan manik-manik hiasan kerudung, salon, pengadaan peralatan sekolah, dsb. Pelatihan ini didasarkan pada kemampuan individu minat dan bakatnya setelah itulah baru mulai pembentukan kelompok swadaya masyarakat dari berbagai nama mereka pakai supaya lebih memberikan semangat pada saat terjun ke lapangan. Mereka tidak hanya mengikuti pelatihan setelah itu mendapatkan dana hibah dari PNPM Mandiri Perkotaan dan tidak mengembangkan kemampuannya untuk di asah lagi, akan tetapi justru
setelah ada pelatihan dana hibah BLM dicairkan dari proses awal pembuatan proposal kegiatan di setujui oleh pihak PNPM Mandiri Perkotaan mereka akan tetap diberi pendampingan supaya tidak akan siasia dana yang di cairkan tadi serta ketrampilan yang mereka terima langsung di aplikasikan di lapangan. V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Bedasarkan dari bab pembahasan sebelumnya menyimpulkan bahwa skripsi ini dengan judul Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pada Unit Pengelola Sosial Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Karah Sejahtera di Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Surabaya melihat bahwa strategi pemberdayaan ini langsung mengarah kepada aras mezzo saja. 1. Aras Mezzo meliputi sasaran yang di peruntukkan bagi Peer group (per kelompok), Self-Help Group (kelompok swadaya masyarakat). Kelompok ini yang akan menjadi pemetik manfaat binaan UPS BKM Karah Sejahtera yang diperuntukkan warga yang ingin mengembangkan usaha kecil menengah dengan bantuan UPS BKM. Kelompok ini dibentuk setelah ada pelatihan dari Bapemas sehingga kegiatan yang dilakukan selama 3 bulan harus dilaporkan dan dipertanggung jawabkan kepada pihak BKM beserta jika ada konflik-konflik yang muncul. 2. Teknik yang digunakan strategi ini melalui pelatihan. Pelatihan yang diberikan sudah ada dana yang diberikan tinggal bagaimana KSM yang dibentuk dari binaan Bapemas bisa berkembang lebih maju dan bisa mengangkat perekonomian mereka. Pelatihan Bapemas mengadakan
pelatihan itu bermacam-macam jenis yang dilakukan mulai pembuatan kuekue kering,kue basah, menjahit, merias, sablon, manik-manik dsb. 3. Tujuan dari aras mezzo ini adalah Tujuan yang diberikan pada aras mezzo ini yaitu : a. Peningkatan kesadaran (Akan tetapi sejak ada BKM Karah Sejahtera dan para relawan aktif bersosialisasi para warga Karah mulai sadar untuk mengubah hidupnya, mereka mau mengikuti pelatihan agar mereka bisa membuat usaha kedepannya lancar serta mandiri selain itu bisa mengangkat perekonomian keluarga masing-masing. Harapannya produk tadi bisa dikelola sendiri), b. Ketrampilan (Ketrampilan yang didapat dari pelatihan Bapemas tadi dikembangkan lalu hasilnya yang didapat selama proses pelatihan tadi dikelola sendiri sehingga menghasilkan suatu olahan produk atau usaha yang mana membuat perekonomian mereka bisa lebih baik dari sebelumnya serta para pemetik manfaat tadi bisa lebih berdaya lagi), c. Sikap-sikap agar dapat mengatasi masalah sendiri dan kelompok (cegah terjadinya konflik sejak dini agar terhindar dari munculnya konflik yang lebih luas dan keras, kelola konflik melalui pengurangan atau penghindaran kekerasan maupun tindakan yang menjurus kekerasan, dengan cara mengembangkan tindakan serta perilaku positif yang melibatkan semua pihak atau pelaku; serta
transformasikan konflik melalui investigasi mendalam secara partisipatif untuk menyelesaikan akar konflik, dengan cara mentransformasikan kekuatan negatif menjadi kekuatankekuatan positif. (adanya partisipasi dari ketua KSM dan pihak UPS yang terkait untuk mengetahui akar masalah yang menyebabkan konflik itu bisa terjadi, setelah itu jika akar konflik itu bisa diketahui maka diberikan pengaraan yang baik supaya konflik tersebut tidak menjalar ke anggota KSM lainnya B. Saran Saran yang dapat penulis berikan dalam strategi pemberdayaan masyarakat pada Unit Pengelola Sosial BKM Karah Sejahtera di kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Surabaya adalah : 1. Unit Pengelola Sosial BKM Karah Sejahtera perlu lebih ditingkatkan lagi kegiatannya agar lebih bisa menjadi suatu wadah yang menampung keinginan dan kebutuhan masyarakat miskin untuk mandiri. 2. Masyarakat Karah perlu mengembangkan ketrampilan yang telah diperoleh dari pelatihan agar bisa ditingkatkan supaya lebih berdaya. 3. Perlunya Unit Pengelola Sosial BKM Karah Sejahtera dalam meningkatkan pengawasan terhadap fasilitator kelurahan agar lebih memberi pehatian kepada kelompok swadaya masyarakat. 4. Perlunya membuat pelatihan-pelatihan yang sejenis termasuk pengembangannya seperti pelatihan kemasan produk. 5. Di kembangkannya lagi promosi produknya melalui setiap acara-acara atau setiap kegiatan warga Karah agar produknya laku dimana-ma
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Rasyad dan B. Suparna.2003. Pengembangan dan pemberdayaan Masyarakat. Malang: Univesitas Negeri Malang. Arikunto, Suharsimi. 2006(cet.XIII). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik No. 31/05/Th. XII, 15 Mei 2009. Badan Pusat Statistik Sumber diolah dari data Susenas Maret 2010 dan Maret 2011 No.45/07/Th.XIV, I Juli 2011. Fahrudin, Adi. 2011. Pemberdayaan Partisipasi & Penguatan Kapasitas Masyarakat. Bandung: Humaniora. Hikmat, Harry. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Edisi Revisi). Bandung: Humaniora Utama Press (HUP) Penerbit Buku Pendidikan. Anggota IKAPI. Huraerah, Abu. 2011. Pengorganisasian & Pengembangan Masyarakat Model & Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung: Humaniora. Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. Mardalis.2006. Metodologi Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Bumi Aksara : Jakarta Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Musrembang 2010 untuk pekerjaan 2011 (Per SKPD Per Kecamatan Per Jenis, diakses 14 April 2012). Patilima, Hamid. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Alfabeta : Bandung. Sugiyono . 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono . 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharto, Edi, Ph.D.1997. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial). Bandung: Refika Aditama. Suharto, Edi, Ph.D.2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial). Bandung: Refika Aditama. Suharto, Edi, Ph.D.2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial). Bandung: Refika Aditama. Suhartono, Irawan.2008. Metode Penelitian Sosial (Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sumodiningrat, Gunawan.1990. Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan Pengaman Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wicaksono, Kristian Widya.2006. Administrasi & Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wrihatnolo, Randy R dan Riant Nugroho D. 2007. Manajemen Pemberdayaan (Sebuah Pengantar Dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat). Jakarta: PT Elex Media Komputindo