PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri I Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/ 2013)
DEVI RESTIYANI Email:
[email protected] Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jalan Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik dan sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis matematik dan penyebaran angket sikap. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Cikatomas. Sampel dipilih secara random, terpilih dua kelas yaitu : kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol dengan menerapkan model pembelajaran langsung. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan berpikir kritis matematik dan angket sikap menggunakan skala likert. Analisis statistik yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata. Hasil penelitian dan analisis data menunjukan bahwa ada pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. Sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) menunjukan sikap positif. Kata kunci: Model Pembelajaran Koopertatif Tipe Numbered Head Together (NHT), Berpikir Kritis Matematik, Sikap Peserta Didik.
1
2 ABSTRACT The aims of this research are to know the positive influence of using ‘number head together (NHT)’ cooperative teaching model on the students’ mathematics critical thinking ability and the students’ attitude on the use of ‘Number Head Together (NHT)’ cooperative teaching model. The research method used is experimental method by pretest and post-test control design. Techniques of collecting the data used are test of students’ mathematics critical thinking ability and questionnaire. The population of this research is all the students at the eighth grade of SMPN 1 Cikatomas. The sample taken randomly and selected two classes, those are VIII E as the experimental class that is given the treatment by using ‘Number Head Together (NHT)’ cooperative teaching model, and VIII B as the control class that is given the treatment by using direct teaching. The instrument used is test about mathematics critical thinking ability and questionnaire about students’ attitude by using Likert scale. The statistic analysis used is two tailed tests. The research result and data analysis show that there is a positive influence of using ‘Number Head Together (NHT)’ cooperative teaching model on the students’ mathematics critical thinking ability. The students’ attitude on the use of ‘Number Head Together (NHT)’ cooperative teaching model shows postitive attitude. Key Words : ‘Number Head Together’ (NHT) Cooperative Teaching Model, Mathematics Critical Thinking, Students’ Attitude.
PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi. Penguasaan akan matematika merupakan hal penting yang perlu dilakukan sejak dini agar tampil unggul dalam keadaan yang sering berubah dan kompetitif sehingga matematika merupakan salah satu bidang studi wajib di sekolah. Sejalan dengan pendapat Widaningsih, Dedeh (2010: 1) “Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama”. Mengingat begitu pentingnya pendidikan matematika, maka perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran matematika. Sehingga berbagai potensi yang ada pada diri peserta didik harus dilatih dan dikembangkan dengan baik, salah satunya kemampuan berpikir. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Purwanto (Zulmaulida, Rahmy, 2012: 20) “Berpikir merupakan daya yang paling utama”. Dalam mengkaji gagasan maupun pemecahan masalah, maka diperlukan proses berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi yang salah satunya adalah proses berpikir kritis matematik. Sejalan dengan pendapat Mc Murarry,
3 et al (Muhfahroyin, 2009: 2) menyampaikan bahwa berpikir kritis merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah, guru diharapkan mampu merealisasikan pembelajaran yang mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik. Tetapi dalam kenyataannya sampai saat ini kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik belum mampu dikembangkan secara optimal. Salah satu faktor penyebabnya yaitu pembelajaran matematika yang biasa dilakukan selama ini masih kurang efektif, karena masih memposisikan guru sebagai posisi sentral, sehingga kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik kurang terlatih yang mengakibatkan peserta didik cenderung pasif.
Menyikapi masalah tersebut, maka diperlukan
penyelesaian yang tepat, dimana diperlukannya suatu model pembelajaran yang dapat memacu keaktifan perserta didik yaitu salah satnya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini lebih menekankan pada melatih peserta didik agar mampu berpikir dan bekerja secara berkelompok. Menurut Ibrahim, Taufik (Syaharuddin, 2012: 10) “Number Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas”. Sehingga pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dapat dijadikan alternatif lain untuk perbaikan dari bentuk pembelajaran yang selama ini masih memiliki kelemahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik dan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Pembelajaran koopreratif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman peserta didik terhadap isi pelajaran tersebut. Menurut Sanjaya, Ade (2012: 5) “Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan teknik yang baik dalam merangsang siswa untuk lebih aktif dan berfikir kritis karena siswa diberikan kesempatan untuk mencari sendiri
4 pemecahan masalah dengan kerjasama kelompok sehingga mereka lebih mudah memahami materi”. Menurut Trianto (2007: 63) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) menggunakan empat fase yaitu fase 1 (penomoran); Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5, fase 2 (mengjukan pertanyaan); Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi, fase 3 (berpikir bersama); Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap kelompok dalam timnya mengetahui jawaban itu, fase 4 (menjawab); Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian peserta didik yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Sedangkan menurut Syaharuddin (2012: 5) berpendapat NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, pada dasarnya pelaksanaan model pembelajaran kooperatif secara umum harus memenuhi minimal 6 fase. Oleh karena itu penulis mengadaptasi dan memodifikasi fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dari pendapat Syaharuddin (2012: 5) dan Trianto (2007: 63) yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik, penomoran, menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan/ permasalahan, berpikir bersama, menjawab, evaluasi, pemberian penghargaan. Berpikir kritis merupakan salah satu bagian dari kemampuan berpikir. Menurut Sutrisno, Joko (2008: 1) “Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik”. Kemampuan berpikir kritis merupakan sesuatu yang dapat dilakukan semua orang. Pendapat lain dikemukakan oleh Sumarmo, Utari (2010: 9) “Berfikir kritis berelasi dengan lima idea kunci yaitu: praktis, reflektif, masuk akal, kepercayaan, dan aksi. Selain kelima kata kunci di atas, berfikir kritis juga
5 memiliki empat komponen yaitu: kejelasan, dasar, inferensi, dan interaksi”. Ennis, Robert (Zulmaulida, Rahmy, 2012: 23) menyatakan secara singkat bahwa terdapat enam unsur dalam berpikir kritis, yaitu fokus, alasan, kesimpulan, situasi, kejelasan dan tinjauan ulang. Penelitian yang dilaporkan oleh Rosmayanti, Desi tahun (2010) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa” (Penelitian terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2009/ 2010). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) matematik siswa. Penelitian yang dilaporkan oleh Rohman, Ela Astriani (2012) dengan judul “Penerapan Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP” (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP. Penelitian relevan lainnya dilaporkan oleh Khotimah, Tiara Husnul (2011) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP” (Suatu Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Bandung). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan karena penelitian ini menggunakan hubungan sebab-akibat. Dengan desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol pretes-postes. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri I Cikatomas tahun pelajaran 2012/2013 tersebar dalam lima kelas yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D dan VIII E, dengan jumlah seluruh populasi adalah 152 orang. Sampel dipilih secara random dari seluruh populasi, terpilih dua kelas yaitu : kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
6 Numbered Head Together (NHT) dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol dengan menerapkan model pembelajaran langsung. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik yang dilakukan dua kali pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu pretes diberikan sebelum pembelajaran dimulai dan postes diberikan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Selain itu, penyebaran angket sikap dilakukan hanya pada kelas eksperimen setelah seluruh proses pembelajaran dalam penelitian dilaksanakan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Pengukuran skala sikap yang digunakan adalah skala Likert Teknik analisis data dilakukan terhadap data yang terkumpul melalui pretes dan postes kemampuan berpikir kritis matematik, kemudian diolah menjadi gain ternormalisasi. Data normal gain kedua kelompok terlebih dahulu diuji normalitasnya. Berdasarkan hasil analisis data kelas eksperimen, diperoleh = 11,34, maka
diterima dan
ditolak. Artinya sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol, diperoleh 4,50 <
= 11,34, maka
= 3,73 <
diterima dan
=
ditolak. Artinya sampel berasal
dari populasi berdistribusi normal. Karena kedua kelompok berasal dari distribusi normal, maka dilanjutkan pada pengujian homogenitas varians dan hasil pengujianya menunjukan bahwa 1,62 <
= 2,42, maka
diterima dan
=
ditolak artinya kedua varians
homogen. Karena kedua populasi berasal dari distribusi normal dan kedua varians homogen, maka dilanjutkan pada dengan uji perbedaan dua rata-rata dan hasil pengujian menunjukan bahwa thitung = 3,33 > tdaftar = 2,39 dengan demikian H0 ditolak. Artinya, ada pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. Penggolongan kelompok peserta didik yang memiliki sikap belajar positif dan negatif dilakukan dengan menghitung rerata skor item angket. Setelah rata-rata setiap item angket diperoleh, maka hitung Jika
yang merupakan rataan keseluruhan item angket.
lebih besar dari pada skor netral maka sikap peserta didik terhadap penerapan
7 model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) positif, dalam hal lainnya negatif. Dari analisis pernyataan angket sikap diperoleh rata-rata keseluruhan pernyataan angket = 4,11 > skor netral = 3. Artinya, sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) menunjukan sikap positif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan terhadap peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1 Cikatomas pada materi lingkaran yang mencakup kompetensi dasar menghitung keliling dan luas lingkaran serta menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah. Pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dilaksanakan di kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 orang dan model pembelajaran langsung dilaksanakan di kelas VIII B sebagai kelas kontrol dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 orang. Seperti yang telah dikemukakan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik dan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Setelah semua kegiatan penelitian selesai dilaksanakan, maka diperoleh data kuantitatif dari hasil pretes dan postes kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik, pengisian angket terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Pada awal pembelajaran, diadakan pretes di kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik pada materi lingkaran dan dijadikan skor awal. Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan, diberikan postes dengan soal yang sama untuk mendapatkan gain dan untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. Nilai gain diolah menjadi gain ternormalisasi agar terlihat peningkatan yang diperoleh peserta didik. Angket hanya diberikan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Data kuantitatif kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik dapat dibuat ke dalam ukuran data statistik yang diperoleh dari analisis data gain ternormalisasi yang
8 merupakan selisih data pretes dengan postes dibagi dengan selisih antara skor maksimum dengan
pretes hasil kemampuan berpikir kritis matematik yang
dilaksanakan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ukuran data statistik kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Daftar Ukuran Statistik Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Peserta Didik Ukuran Statistik Data
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
30
30
Normal gain terbesar (db)
0,93
0,80
Normal gain terkecil (dk)
0,35
0,33
Rentang (r)
0,58
0,47
Rata-rata ( )
0,69
0,59
Standar Deviasi (ds)
0,14
0,11
Modus (Mo)
0,78
0,53
Median (Me)
0,72
0,58
Banyak data (n)
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diuji dengan teknik analisis statistik diperoleh gambaran bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dilaksanakan dengan persiapan yang optimal, maka dapat memberikan hasil yang maksimal pada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. Hal ini terlihat dari rata-rata normal gain pada
kelas
eksperimen yaitu 0,69 dari 30 orang peserta didik. Sedangkan rata-rata normal gain pada kelas kontrol yaitu 0,59 dari 30 orang peserta didik. Selain itu, hasil penelitian menunjukan bahwa nilai postes kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini dilihat dari rata-rata skor postes kelas eksperimen adalah 14,87 sedangkan rata-rata skor postes kelas kontrol adalah 12,87. Keriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 74 setara dengan skor 14,8 pada KKM kemampuan berpikir kritis. Nilai postes kelas eksperimen menunjukan ketercapaian KKM sebesar 56,67% yaitu sebanyak 17 orang peserta didik mencapai KKM dan
9 43,33% yaitu sebanyak 13 orang peserta didik belum mencapai KKM. Sedangkan untuk kelas kontrol, sebesar 26,67 % peserta didik mampu mencapai KKM yaitu sebanyak 8 orang peserta didik dan 73,33% peserta didik belum mencapai KKM yaitu sebanyak 22 orang peserta didik. Untuk melihat perbedaan rata-rata normal gain kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Diagram 1 berikut: 0.7 0.68 0.66
0,69
0.64 0.62 0.6 0.58
kelas eksperimen
0,59
kelas kontrol
0.56 0.54 Rata-rata Gain Ternormalisasi
Diagram 1. Rata-rata Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dari diagram di atas, terlihat bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh adanya perlakuan yang berbeda pada kedua kelas. Perlakuan di kelas eksperimen adalah dengan menerapkan model pembelajaran koperatif tipe Numbered Head Together (NHT) menekankan kepada aktivitas peserta didik dalam membangun pengetahuan secara mandiri, mengembangkan kemampuan berinteraksi dan menggali informasi melalui diskusi kelompok. Hal ini sesuai dengan teori Vygotsky yang pada dasarnya mengemukakan bahwa pembentukan dan pengembangan pengetahuan terjadi melalui interaksi sosial. Sejalan dengan itu, Slavin, Robert E (Sanjaya, Wina, 2010:242) mengemukakan dua alasan, Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
10 Pendapat lain dikemukakan Ibrahim, Taufik (Syaharuddin, 2012: 10) “Number Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas”. Pada model pembelajaran ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar berkurang, guru berperan hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri, serta peserta didik akan merasa senang berdiskusi dengan kelompoknya, juga berinteraksi dengan teman sebaya dan guru sebagai pembimbingnya. Selain itu, dengan adanya pemanggilan nomor kepala membuat peserta didik lebih termotivasi untuk berpartisipasi
dengan
kelompoknya
dan
selalu
siap
untuk
menjawab
atau
mempresentasikan hasil kerja sama kelompoknya dan pemberian penghargaan kelompok setidaknya dapat memotivasi peserta didik untuk belajar. Sedangkan perlakuan di kelas kontrol adalah dengan menerapkan
model
pembelajaran langsung dimana dalam pembelajaran ini lebih berpusat pada guru, sehingga peserta didik pasif dan hanya mendapatkan pengetahuan dari guru tanpa berusaha menemukan sendiri, akibatnya peserta didik cepat jenuh, bosan dalam belajar dan belajar jadi tidak bermakna. Menurut Suprijono, Agus (2010: 46) mengemukakan bahwa pembelajaran langsung atau intruksi langsung dikenal dengan pembelajaran dimana guru sebagai posisi sentral. Pembelajaran langsung juga dinamakan pembelajaran kelas yang menyeluruh. Penyebutan istilah-istilah itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkan langsung kepada peserta didik. Sejalan dengan pendapat Roy Kilen (Devi, Poppy Kamilia, 2009: 8), mengemukakan intruksi langsung merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru ke murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan pada model pembelajaran ini berpusat pada guru dimana guru menyampaikan isi akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa dan mempertahankan fokus pencapaian akademik. Berbeda dengan model pembelajaran koperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yang menekankan pada konsep belajar bermakna bagi peserta didik karena peserta didik ditekankan untuk membangun pengetahuannya secara mandiri dan mengembangkan pengetahuannya dengan kerjasama kelompok sehingga peserta didik
11 lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan
= 1%, diperoleh thitung =
3,33 > tdaftar = 2,39 dengan demikian H0 ditolak. Artinya, ada pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. Sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) adalah kecenderungan untuk bertindak secara suka dan tidak suka yang bersifat positif atau negatif terhadap proses pembelajaran yang telah diaksanakan. Analisis sikap peserta didik dapat dilihat dari per indikator sikap, yang terdiri dari tiga indikator yaitu : kognitif, afektif dan konatif. Adapun skor rata-rata untuk indikator kognitif yaitu sebesar 3,98. Ini menunjukan kepercayaan terhadap ide dan konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) lebih mudah dipahami. Artinya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) direspon positif mampu membangun konsep peserta didik dalam menggunakan ide atau pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya. Indikator ini menggambarkan pembelajaran ini mengarahkan peserta didik untuk menggunakan pemahaman yang dimilikinya dalam proses pembelajaran. Skor rata-rata untuk indikator afektif yaitu sebesar 4,22. Ini menunjukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) mampu memberikan perasaan positif, senang dan kesan baik bagi peserta didik. Dengan adanya cirri khas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yaitu adanya penomoran kepala, maka hal ini dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Skor rata-rata indikator konatif yaitu sebesar 4,21. Ini menunjukan reaksi positif pesera didik dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) berupa aktivitas yang lebih giat dalam pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Lie, Anita (2008: 59) “Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka”. Semangat kerja sama peserta didik dapat ditunjukan dengan adanya keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
12 Berdasarkan hasil analisis rata-rata skor keseluruhan angket sikap terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) diperoleh rata-rata sebesar 4,11. Artinya rata-rata skor keseluruhan pernyataan angket sikap lebih dari skor netral yaitu 3, maka dapat disimpulkan bahwa sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) adalah positif. Sikap positif peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) menunjukan bahwa kepercayaan dan perasaan peserta didik akan proses pembelajaran setelah mengamati segala interaksi didalamnya yang diikuti dengan kecenderungan untuk memutuskan tindakan yang akan dilakukan sebagai sebuah perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku peserta didik ditunjukan dengan keaktifan peserta didik lebih terlihatdalam mengikuti pembelajaran langkah demi langkah yang ada pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dari pada pembelajaran sebelumnya tanpa menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan dapat diperoleh simpulan bahwa ada pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik peserta didik. Sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) menunjukan sikap positif. Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian,
peneliti
menyarankan bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengungkapkan lebih dalam lagi efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika dengan bahasan yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Devi, Poppy Kamalia. (2009).Model Pembelajaran Langsung dan Kooperatif. Bandung: PPPPTK IPA. Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
13 Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia: http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html. [23 Nopember 2011]. Sanjaya, Ade. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered HeadTogether).[Online].Tersedia: http://www.sarjanaku.com/2012/09/modelpembelajaran-kooperatif-tipe-nht.html. [5 Januari 2013]. Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sumarmo, Utari. (2010). Berfikir Dan Disposisi Matematik:Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkanpada Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/76353753/Berfikir-Dan-Disposisi-MatematikUtari. [13 Desember 2012]. Sutrisno, Joko. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.erlangga.co.id/pendidikan/364example-pages-and-menu-links.html. [18 Desember 2012]. Syaharuddin. (2012). Model Pembelajaran. [Online]. http://syaharuddin.wordpress.com/2012/07/ . [30 Desember 2012].
Tersedia:
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Widaningsih, Dedeh. (2010). Telaah Kurikulum Matematika Sekolah untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sederajat. Modul 1 dan 3. Diktat Kuliah. Tasikmalaya : PSPM FKIP UNSIL. Zulmaulida, Rahmy. (2012). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Proses Berpikir Reflektif terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Siswa. Tesis FKMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.