DESKRIPSI PENGGUNAAN BAHASA TAJUK RENCANA HARIAN SOLOSPOS EDISI APRIL 2012 ANALISIS WACANA KRITIS
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
WIDYA SAKTIYANINGSIH A 310 080 018
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
DESKRIPSI PENGGUNAAN BAHASA TAJUK RENCANA HARIAN SOLOSPOS EDISI APRIL 2012 ANALISIS WACANA KRITIS Widya Saktiyaningsih, A310080018, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,2013. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan analisis wacana kritis yang mempertimbangkan konteks wacana Tajuk Rencana di harian Solopos edisi April, dan mendeskripsikan analisis wacana kritis berdasarkan ideologi dalam wacana Tajuk Rencana di harian Solopos edisi April. Objek pada penelitian ini adalah objek dalam penelitian ini adalah iklan di harian Solopos. Data diperoleh dengan teknik metode pustaka, simak, dan catat. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis metode padan dan agih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan konteks dalam suatu wacana dapat diketahui berdasarkan latar, situasi, peristiwa dan kondisinya. Untuk memahami konteks dalam suatu wacana diperlukan penafsiran yang berhubungan dengan makna kata, makna kalimat dan satuan tematis dalam teks, pembaca juga mesti memperlihatkan konteks ujaran, konteks budaya. Dalam memahami ideologi dalam suatu wacana, pembaca harus menempatkan diri pada posisi yang netral sehingga menganggap bahasa itu terjadi secara alamiah dan tidak bersifat dominasi atau berebut pengaruh. Kata Kunci: Tajuk rencana, wacana kritis, konteks dan ideologi. 1. Latar Belakang Masalah Wacana adalah rangkaian kalimat yang serasi, yang menghubungkan proposisi satu dengan proposisi yang lain, kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan.Pengertian satu kalimat dihubungkan dengan kalimat lain dan tidak ditafsirkan satu per satu kalimat saja. Kesatuan bahasa itu bisa panjang bisa pendek. Sebagai sebuah teks, wacana bukan urutan kalimat yang tidak mempunyai sesamanya, bukan kalimat menjadi sebuah teks, dan yang menyebabkan pendengar atau pembaca mengetahui bahwa berhadapan dengan sebuah teks atau wacana yang dideretkan begitu saja. Pada umumnya seluruh kegiatan manusia selalu melibatkan bahasa sebagai
sarana
untuk
berinteraksi
1
antar
sesama.
Seseorang
dapat
mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, keinginan, dan menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi utama. Tanpa bahasa manusia akan lumpuh dalam berkomunikasi dan berinteraksi antara individu maupun kelompok. dengan demikian manusia tidak terlepas dari bahasa. Pernyataan diatas senada dengan pendapat Samsuri (1989: 4) bahwa manusia tidak lepas memakai bahasa, karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatanperbuatannya, serta alat untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang lebih baik maupun buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan. Dari pembicaraan seseorang kita dapat mengungkap tidak saja keinginannya, tetapi juga motif keinginannya, latar belakang pendidikannya, pergaulan, adat istiadatnya, dan lain sebagainya. Menurut Webster (dalam Al-Wasilah, 1985), manusia tidak dapat terlepas dari kebutuhan berinteraksi dalam lingkungan masyarakat untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, diperlukan sarana pendukung yang salah satu wujudnya adalah bahasa. Dalam hal ini bahasa diartikan sebagai alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan tandatanda, bunyi-bunyi, isyarat-isyarat atau ciri-ciri yang konvensional dan memiliki arti yang dimengerti. Dari definisi tersebut terlihat bahwa bahasa adalah alat untuk mengekspresikan gagasan atai perasaan. Hal ini berarti bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang dipergunakan manusia untuk menyampaikan
maksud
pembicaraan
kepada
pendengar
sehingga
memungkinkan terciptanya kerja dama dengan sesama manusia. Bahasa sebagai sarana berkomunikasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sarana
berkomunikasi
yang
berupa
bahasa
lisan
dan
sarana
berkomunikasi yang berupa bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya. Komunikasi lisan dilakukan dengan alat ucap (mulut) seperti percakapan yaitu adanya interaksi tuturan antara penutur dengan mitra tutur. Dalam interaksi tersebut penutur dan
2
mitra tutur terikat dengan konteks tuturan. Sedangkan komunikasi bahasa tulis adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi dengan menggunakan perantara (media), salah satunya adalah wacana. Wacana Wacana dibagi menjadi dua macam, yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Bentuk wacana lisan sebagai rangkaian kalimat yang ditranskripkan dari rekaman bahasa lisan misalnya pidato, siaran berita, khotbah, dan iklan yang disampaikan secara lisan. Sedangkan wacana tulis adalah teks yang berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam bahasa tulis. Wacana tulis dapat kita temukan dalam bentuk koran, majalah, buku, artikel, dll. Proses komunikasi secara tertulis dapat diketahui dalam surat kabar yang merupakan media cetak yang akrab dengan masyarakat. Surat kabar menyajikan banyak informasi, ilmu pengetahuan, hiburan, dan tempat penyampaian aspirasi masyarakat. Bahasa Tajuk Rencana adalah sebuah kolom yang isinya berupa pandapat, kritikan dan selalu berusaha menggugah emosi pembaca atau pendengar. Tujuannya agar pembaca menjadi kritik terhadap sesuatu hal yang terjadi disekitarnya baik yang bersifat politik, ekonomi atau budaya. Terkadang bahasa yang digunakan tidak bernalar atau tidak menggunakan bahasa indonesia yang benar. Perlu diketahui bahwa dalam pemakaian bahasa harus dilihat juga konteksnya, maka tidak akan terjadi kesalahpahaman di antara pemakai bahasa. 2 Metode Penelitian Menurut Deddy N. Hidayat (2006 : 1-2) wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut saat ini selain demokrasi, hak asasi manusia, masyarakat sipil, dan lingkungan hidup. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada yang mengartikan sebagai pembicaraan atau
diskursus. Kata wacana juga
dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra, dan sebagainya. Di bawah ini menjelaskan luasnya perbedaan definisi mengenai wacana. Wacana: 1. Komunikasi verbal, ucapan, percakapan, 2. Sebuah perlakuan formal dari subjek dalam ucapan atau tulisan, 3. Sebuah unit teks yang digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat. (Collins Concise English Dictionary, 1988)
3
2. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut McMillan dan Schumacher (dalam Syamsyudin 2006 : 73) penlitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam kehidupan kehidupan dan pemikirannya. Para peneliti yang menggunakan ini harus mampu menginterpretasikan segala fenomena dan tujuan melalui sebuah penjelasan. Adapun objek dalam penelitian ini adalah iklan di harian Solopos. Data dalam penelitian ini berupa data lunak (soft data) yang berwujud kata-kata, frasa, klausa, dan kalimat yang termuat dalam Tajuk Rencana
di harian
Solopos. Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. 1. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data asli, artinya sumber data pertama dari penyelidik atau sumber data utama untuk tujuan khusus. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Tajuk Rencana di harian Solopos. 2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dan terlebih dahulu dikumpulkan dari orang luar penyelidik, walaupun data yang dikumpulkan itu sebenarnya data asli (Surachman, 1990:163). Selain itu data sekunder merupakan data yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan. Data sekunder membantu peneliti dalam menganalisis data primer dalam sebuah penelitian berupa analisis di Internet dan buku-buku acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode pustaka, simak, dan catat.
4
Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik simak adalah suatu metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu penggunaan bahasa (Sudaryanti dalam Mahsum, 2005:90). Teknik simak dan teknik catat berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer. Dalam data yang dicatat itu disertakan kode sumber datanya untuk mengecek ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data (Subroto, 1992: 42). Pada analisis data peneliti berupaya menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Penanganan itu tampak dari adanya tindakan mengamati yang segera diikuti dengan membedah atau mengurai masalah yang bersangkutanan dengan cara tertentu. Di dalam menganalisis data ini harus digunakan metode yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan serta data yang akan dianalisis dengan menggunakan metode padan dan agih. Data yang dianalisis adalah Tajuk Rencana yang terdapat di harian Solopos. Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata
biasa
walaupun
dengan
termologi
yang
teknisnya
sama
(Sudaryanto, 1993: 145). 3. Hasil Penelitian 1. Wujud Konteks dalam Kolom Tajuk Rencana Solopos Edisi April 2012 a. Tema (1) Data 1 : “Vonis Nazaruddin dan Harapan Keadilan”
Teks berita di atas memberitakan tentang vonis yang dijatuhkan kepada Muhammad Nazaruddin atas kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games. Hakim menjatuhkan hukuman pidana kurungan empat tahun 10 bulan penjara dan dendan Rp200 juta kepada mantan bendara Partai Demokrat tersebut. Hukuman tersebut dianggap terlalu ringan dan sed erhana dibanding kerumitan masalah dibelakangnya.
5
Tema utama dari teks berita ini mensugestikan pada khalayak betapa perilaku Nazaruddin sebagai seorang koruptor yang dihukum ringan dan tidak sebanding dengan perbuatannya merugikan negara. (2) Data 2: “Pajak & Subsidi BBM” Teks berita yang berjudul “Pajak & Subsidi BBM membritakan tentang rencana pemerintah untuk mengendalikan subsidi BBM dengan menerapkan pembatasan komsumsi premium salah satunya BBM bersubsidi pada bulan Mei. Tahap pertama diberlakukan untuk mobil dinas pemerintah. Rencana pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM banyak menyulut kontriversi. Banyak pihak menganggap rencana ini tidak akan mudah terrealisasi dengan baik. Tema utama dalam wacana ini mensugestikan pada pembaca bahwa rencana pemerintah tidak akan berhasil karena banyak pejabat pemerintah justru menggunakan BBM bersubsidi untuk kendaraannya. Dalam teks berita ini, pembaca diajak untuk pesimis akan usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi penggunaan BBM bersubsidi. (3) Data 3: “Hapus Segregasi Sosial Dalam Pendidikan” Teks berita yang berjudul “Hapus Segregasi Sosial Dalam Teks berita yang berjudul “Hapus Segregasi Sosial Dalam Pendidikan” memberitakan tentang
kuota siswa miskin sebesar 20% di rintisan
sekolah bertaraf internasional (RSBI) yang tidak terisi penuh. Hal ini disebabkan oleh sekolah-sekolah favorit atau RSBI diidentikkan dengan sekolah mahal. Tema dalam wacana ini yaitu kuota siswa miskin sebesar 20% di sekolah RSBI banyak yang tidak terpenuhi dikarenakan seregresi sosial konsep RSBI dan non-RSBI. (4) Data 4: “Jangan Asal Musrenbang” Teks berita yang berjudul “Jangan Asal Musrenbang” berisi tentang musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) dianggap sebagai
6
formalitas belaka. Partisipasi masyarakat dalam Musrenbang makin menurun padahal telah banyak UU untuk mengatur bagaimana pelaksanaan Musrenbang. Tema dari wacana ini yaitu ketidakpercayaan masyarakat tentang musrenbang dan pelaksanaanya hanyalah agenda rutin setiap tahun yang terkesan tidak mempunyai potensi dan inovasi. (5) Data 5: “Mentradisikan Transparansi”
Teks berita di atas memberitakan tentang bupati Boyolali seno Samodro dilaporkan ke Komisi Informasi Provinsi (KIP) oleh DPD II partai Golkar karena tidak menanggapi permintaan data pengawai negeri sipil (PNS) di Pemkab Boyolali. Tema utama dalam wacana di atas adalah transparasi mengenai data pengawai negeri sipil (PNS) di Pemkab Boyolali. (6) Data 6: “ Geng motor, Kriminalitas, dan Demonstrasi”
Teks berita tersebut memberitakan tentang tidak kekerasan dan kriminalitas yang dilakukan geng motor di Ibu Kota Negara. Geng motor dianggap sebagai sumber masalah dan kerusuhan di berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang. Tema dalam wacana ini adalah geng motor sebagi sumber dari tindak kekerasan dan kriminalitas. (7) Data 7: “Darurat Korupsi di Pasar Darurat”
Teks tersebut menggambarkan tentang dugaan penyimpangan bestek pada pembangunan dua pasar darurat di wilayah sukoharjo. Penyimpangan tersebut dilakukukan oleh CV Mapan Jaya dan CV Tri Manunggal Karya selaku pelaksana proyek pembangunan pasar darurat. Tema dalam wacana tersebut adalah penyimpangan yang dilakukan oleh CV Mapan Jaya dan CV Tri Manunggal Karya dalam pembangunan pasar darurat yang mengakibatkan kerugian 86,2 juta rupiah. (8) Data 8: “Waspadai Efek Perjudian DPR”
7
Teks berita di atas memberitakan tentang efek dari rencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Walaupun harga BBM ditunda untuk dinaikkan tetapi harga bahan pokok melonjak naik. Tema dari wacana tersebut adalah dampak dari keputusan pemerintah yang akan menaikkan harga BBM yang berakibat melonjakknya harga bahan pangan yang tentunya akan semakin memberatkan rakyat kecil. (9) Data 9: “Desakralisasi UN”
Teks berita di atas menggambarkan tentang Ujian Nasional yang menjadi momok bagi dunia pendidikan. UN dianggap sebagai sesuatu yang sakral sehingga banyak ritual-ritual yang dilakukan untuk menghadapinya.
Tema
dari
wacana
tersebut
adalah
ketakutan
menghadapi Ujian Nasional yang seharusnya menjadi bagian yang biasa terjadi dalam dunia pendidikan. (10) Data 10: “Subtansinya adalah Pemberantasan Narkoba”
Teks berita tersebut memberitakan tentang peredaran narkoba dikendalikan dari balik jeruji besi. Tentunya para bandar narkoba dibalik penjara itu tak bisa beraktivititas tanpa adanya kerjasama dengan para sipir atau petugas lapas.Para sipir atau petugas penjara ikut terlibat dalam lingkaran setan peredaran narkoba.razia didalam tahanan yang gencar dilakukan kemenkumham dan BNN bermaksud untuk memutus rantai peredaran narkoba itu.
2. Wujud Ideologi dalam Kolom Tajuk Rencana Solopos Edisi April 2012 1. Data 6: Ungkapan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP Taufiq Kemas wacana diatas termasuk wacana analisis wacana kritis yang sesuai dengan ideologi yang menilai Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie dan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarno pu putri sebaiknya tidak mencalonkan diri pada pemilihan presiden 2014 karena faktor usia layak menjadi pemicu pemikiran kita ihwal problem eksistensi kepemimpinan di negeri ini.
8
Ideologi yang dituliskan oleh Taufik Kemas menanggapi masalah tentang keinginan Aburizal Bakrie dan Megawati yang ingin mencalonkan diri menjadi presiden RI sangatlah jelas dan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami. Taufik Kemas mengharapkan Aburizal dan Megawati tidak mencalonkan diri kembali karena faktor usia yang sudah tidak layak lagi. Penutur mengharapkan adanya calon presiden yang masih muda atau masih produktif dan kreatif sehingga dapat memberikan pembaharuan atau inovasi untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik lagi. 2. Data 7: Dengan “cek kosong” dari DPR, pemerintah bisa sewaktuwaktu menaikkan harga BBM. Wacana diatas termasuk wacana analisis yang sesusai dengan ideologi yang penulis dalam menyampaikan berita sangat tersirat. Penulis tidak menuliskan maksud secara jelas, tetapi penulis lebih suka menggunakan istilah-istilah yang orang lain belum tentu mengerti tentang maksud dari pembicaraan tersebut. Sebagaimana dituliskan dalam wacana di atas adalah penggunaan kata “cek kosong”. Penulis tidak menerangkan mekanisme tentang “cek kosong” tersebut. Sehingga menjadikan pembaca untuk berfikir mengapa “cek kosong” bisa digunakan untuk menaikkan harga BBM. 3. Putri sebaiknya tidak mencalonkan diri pada pemilihan presiden 2014 karena faktor usia layak menjadi pemicu pemikiran kita ihwal problem eksistensi kepemimpinan di negeri ini. Ideologi yang dituliskan oleh Taufik Kemas menanggapi masalah tentang keinginan Aburizal Bakrie dan Megawati yang ingin mencalonkan diri menjadi presiden RI sangatlah jelas dan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami. Taufik Kemas mengharapkan Aburizal dan Megawati tidak mencalonkan diri kembali karena faktor usia yang sudah tidak layak lagi. Penutur mengharapkan adanya calon presiden yang masih muda atau masih produktif dan kreatif sehingga dapat memberikan pembaharuan atau inovasi untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik lagi. 4. Data 7: Dengan “cek kosong” dari DPR, pemerintah bisa sewaktuwaktu menaikkan harga BBM. 9
Wacana diatas termasuk wacana analisis yang sesusai dengan ideologi yang penulis dalam menyampaikan berita sangat tersirat. Penulis tidak menuliskan maksud secara jelas, tetapi penulis lebih suka menggunakan istilah-istilah yang orang lain belum tentu mengerti tentang maksud dari pembicaraan tersebut. Sebagaimana dituliskan dalam wacana di atas adalah penggunaan kata “cek kosong”. Penulis tidak menerangkan mekanisme tentang “cek kosong” tersebut. Sehingga menjadikan pembaca untuk berfikir mengapa “cek kosong” bisa digunakan untuk menaikkan harga BBM. 5. Data 10: Sejumlah kalangan menilai putusan atas Nazarudin itu terlalu ringan dan sederhana dibanding kerumitan masalah di belakangnya. Wacana diatas termasuk wacana analisis wacana kritis Ideologi yang timbul dari wacana di atas adalah kekecewaan dari masyarakat menganggap bahwa Nazarudin adal seorang koruptor yang besar dan merugikan triliunan uang negara mendapatkan hukuman yang tidak sebanding. Bila di bandingkan dengan hukuman seorang anak yang maling sendal seorang polisi atau kasus maling ayam tetangga sangatlah tidak sebanding. Penulis mengharapkan
pemerintah
dapat
bersikap
adil
tanpa
memandang
latarbelakang dari tersangka. Kebanyakan rakyat miskin menjadi korban ketidakadilan sedangkan orang kaya menjadi dalang dalam peradilan. 6. Data 11: DPR sepakat menunda kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sebelumnya direncanakan diberlakukan pada 1 April. Wacana diatas termasuk analisis wacana kritis DPR adalah lembaga yang bertugas mengatur harga BBm di negara Indonesia. Kekuasaan yang dimiliki untuk mengadakan kenaikan harga BBM berdasarkan pada kenaikan harga minyak dunia. Bila harga minyak dunia naik maka DPR berhak untuk menaikan BBm di negara ini karena Indonesia adalah negara pengimpor BBM.
10
7. Data 12: Pemerintah daerah, DPRD dan masyarakat duduk bersama merumuskan aturan untuk membuat kali selalu jernih, bersih dari sampah. Wacana diatas termasuk analisis wacana kritis sesuai dengan ideologi Pemerintah daerah dan DPRD adalah lembaga pemerintah yang peling dekat dengan masyarakat, mereka bertugas untuk memfasilitasi, mengatur dan mengarahkan masyarakat termasuk diantaranya adalah menjaga lingkungan termasuk kali. Kali atau sungai yang sekarang ini telah beralih fungsi sebagai tempat pembuangan atau baksampah gratis harus segera dibersihkan karena pembuangan sampah di kali akan membawa akibat yang buruk bagi masyarakat itu sendiri, seperti banjir, tanah longsor dan kurangnya air bersih. 8. Data 13: Presiden pernah menadatangani Inpres No 13/2011. Dalam inpres tersebut dipaparkan instruksi tentang skema penggunaan energi listrik, bahan bakar minyak (BBM) untuk kegiatan kedinasan dan operasional fasilitas perkantoran, disamping penghematan penggunaan air. Wacana tersebut diasosiakan dengan wacana kritis Presiden adalah kekuasaan tertinggi di Indonesia, dengan penandatanganan inpres tersebut diharapkan seluruh anggota dinas dapat memberikan contoh tentang penghematan dalam penggunaan BBM, fasilitas kantor, air dan listrik sehingga masyarakatnya dapat meniru kegiatan tersebut sehingga BBM, listrik dan air sehingga tidak akan terjadi kepunahan dalam jangka pendek.
4. Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan konteks dalam suatu wacana dapat diketahui berdasarkan latar, situasi, peristiwa dan kondisinya. Untuk memahami berhubungan dengan makna kata, makna kalimat dan satuan tematis dalam teks, pembaca juga mesti memperlihatkan konteks ujaran, konteks budaya. Dalam memahami ideologi dalam suatu wacana, pembaca harus menempatkan diri pada posisi yang netral sehingga menganggap bahasa itu terjai secara alamiah dan tidak bersifat dominasi atau berebut pengaruh.
11
DAFTAR PUSTAKA Deddy, N Hidayat. 2006. Analisis Wacana. Jakarta: LkiS Yogyakarta. Samsuri. 1989. Analisis Wacana. Malang: Penyelenggaraan Pasca Sarjana Proyek Peningkatan Atau Pengembangan Perguruan Tinggi. IKIP Malang. Subroto. 1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo. Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:Putra Wacana University Press. Surachman. 1990. Dasar dan Teknik Reserch Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Sinar Harapan. Syamsuddin, dkk. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
12