107
LAMPIRAN
108
109 Lampiran 1 Deskripsi lokasi penelitian
Lokasi penelitian
Kedalaman
Tutupan substrat dasar
Deskripsi lokasi penelitian Vegetasi Vegetasi dasar di tepian perairan danau
Keterangan lain
Zona 1 1. Sungai Lawa
0,30 – 6,00 m
2. Desa Matano
0,30 - 5,00 m
3. Pantai Paku
0,30 – 6,00 m
4. Pantai Sokoio
0,40 – 6,00 m
pasir 30%, kerikil 20%, batu bulat 50%. pasir 20%, kerikil 80%. pasir 20%, kerikil 30%, batu bulat 50%. batu bulat 60%, batu besar 40%.
Myrtaceae -
-
Myrtaceae Pohon sagu, tumbuhan rawa Myrtaceae, Nephentes
Sungai ini berada di bagian paling hulu Danau Matano, mengalirkan air masuk ke dalam danau sepanjang tahun. Daratan di sebelah barat adalah permukiman penduduk dan kebun. Pinggiran danau ke arah daratan berupa rawa-rawa.
Tebing di tepian danau terdapat jalan lingkar danau yang memisahkan hutan dan danau. Dinding tepian danau berupa batuan besar – batuan dasar. Kontur dasar curam.
109
110 110
Lampiran 1 (lanjutan)
Lokasi penelitian
Kedalaman
Deskripsi lokasi penelitian Vegetasi dasar Vegetasi di tepian perairan danau
Tutupan substrat dasar
Zona 2 5. Pantai Kupu-kupu
0,40 – 4,00 m
pasir 20%, kerikil 20%, batu bulat 60%.
Otellia mesenterium
6. Pantai Salonsa I-A
0,30 - 4,00 m
Otellia mesenterium
8. Pantai Salonsa I-B
0,30 - 4,00 m
9. Pantai Old Camp
0,30 – 5,00 m
10. S. Tanah Merah
0,40 – 6,00 m
pasir 30%, kerikil 20%, batu bulat 40%, batu besar 10%. pasir 30%, kerikil 40%, batu bulat 30%. pasir 30%, kerikil 55%, batu bulat 15%. pasir 40%, kerikil 40%, batu bulat 20%.
Otellia mesenterium -
-
Keterangan lain
Myrtaceae genus Kjellbergiodendron, Xanthostemon, Eugenia Kjellbergiodendron, Xanthostemon, dan Eugenia.
Daratan di tepian danau berupa lahan datar dengan sedikit rawa-rawa. Daerah litoral dengan kontur dasar landai dan pinggiran danau tampak mengalami abrasi. Wilayah Pantai Salonsa merupakan daerah permukiman PT INCO (di bagian selatan danau), lokasi rekreasi pantai.
Kjellbergiodendron, Xanthostemon, dan Eugenia. Pohon mangga, Myrtacea
Wilayah Pantai Salonsa merupakan daerah permukiman PT INCO (di bagian selatan danau), lokasi rekreasi pantai. Kompleks permukiman karyawan PT INCO. Kontur dasar landai.
Myrtacea, tumbuhan rawa
Muara sungai ini mempunyai kandungan lumpur yang tinggi. Sebelah kiri dan kanan sungai adalah daerah rawa-rawa. Lahan dekat tebing bekas kebun merica.
111 Lampiran 1 (lanjutan)
Lokasi penelitian
Kedalaman
Zona 3 11. P. Otuno I-A
0,30 – 2,00 m
12. P. Otuno I-B
0,30 - 4,00 m
13. P. Otuno II-A
0,40 – 4,00 m
14. P. Otuno II-B
0,40 – 6,00 m
15. S. Petea
16. S. Soluro
Tutupan substrat dasar
Deskripsi lokasi penelitian Vegetasi dasar Vegetasi di tepian perairan danau
Keterangan lain
pasir 40%, kerikil 20%, batu bulat 20%, batu besar 20%. kerikil 30%, batu bulat 70%. lumpur/pasir 30%, kerikil 40%, batu besar 30%. lumpur/pasir 20%, batu bulat 10%, batuan dasar 70%
-
Myrtacea
Bagian daratan ke arah selatan danau adalah hutan, kontur dasar landai.
-
Myrtacea
Hutan alami, kontur dasar curam
-
Pandanus sp.
-
Myrtacea
0,40 – 2,5 m
lumpur/pasir 50%, kerikill 30%, batuan dasar 20%.
-
Pandanus sp., Myrtacea
0,30 – 4,00 m
pasir 30%, kerikil 40%, batu bulat 30%.
Myrtacea, Nephentes, Tumbuhan rawa
Hutan alami. Sebelah selatan hingga tenggara pulau berupa selat, kontur dasar relatif datar. Sisi selatan sebelah barat hingga ke sebelah timur terdiri dari dinding batu-batu besar. Kontur dasar sebelah barat daya searah jarum jam hingga ke sebelah timur adalah daerah curam. Outlet danau, berarus kuat, dasar perairan banyak terdapat cangkang kerang. Lahan daratan adalah lahan tambang; lahan bawah berupa rawa-rawa. Daerah daratan merupakan rawa-rawa. Kontur dasar curam.
111
112 Lampiran 2 Pohon tambeua (Myrtacea)
113 Lampiran 3 Curah hujan rata-rata harian wilayah selama penelitian Waktu Sep '08 Okt '08 Nov '08 Des '08 Jan '09 Feb '09 Mar '09 Apr '09 Mei '09 Jun '09 Jul '09 Agu '09
Curah hujan (mm) 6,65 9,00 9,07 9,41 4,42 6,00 6,00 14,78 11,37 2,98 4,08 4,30
Tinggi muka air (m dpl) 392,65 392,62 392,62 392,64 391,53 391,46 391,47 391,55 391,73 391,84 392,30 392,62
114 Lampiran 4 Sebaran spasial ikan T. sarasinorum jantan menurut kelas ukuran panjang
115 Lampiran 5 Sebaran spasial ikan T. sarasinorum betina menurut kelas ukuran panjang
116 Lampiran 6 Sebaran temporal ikan T. sarasinorum jantan menurut kelas ukuran panjang
117 Lampiran 7 Sebaran temporal ikan T. sarasinorum betina menurut kelas ukuran panjang
118 Lampiran 8 Ikan T. sarasinorum jantan kuning (a), biru (b), biru kuning (c), abu-abu (d) dan abu-abu kuning (e), dan betina (f)
119 Lampiran 9 Variasi spasial nisbah kelamin ikan di Danau Matano Betina % 29,80 30,83
Nisbah kelamin 2,36 : 1,00 2,24 : 1,00
2 hitung
S. Lawa Desa Matano
Jantan % 70,20 69,17
Paku
71,43
28,57
2,50 : 1,00
29,571
Sokoio Pantai Kupu-kupu Pantai Salonsa-A Old Camp S. Tanah Merah P. Otuno I-A P. Otuno II-A S. Petea S. Soluro Pantai Salonsa-B P. Otuno I-B P. Otuno II-B
63,43 70,97 75,29 74,45 72,09 70,87 69,13 63,11 66,15 65,06 61,20 59,78
36,57 29,03 24,71 25,55 27,91 29,13 30,87 36,89 33,85 34,94 38,80 40,22
1,73 : 1,00 2,44 : 1,00 3,05 : 1,00 2,91 : 1,00 2,58 : 1,00 2,43 : 1,00 2,24 : 1,00 1,71 : 1,00 1,95 : 1,00 1,86 : 1,00 1,58 : 1,00 1,49 : 1,00
12,623 38,161 65,259 65,533 50,372 58,021 45,534 8,393 20,354 15,060 9,186 7,043
Lokasi
32,323 19,556
120 Lampiran 10 Variasi temporal nisbah kelamin ikan di Danau Matano Bulan
Jantan %
Betina %
Nisbah kelamin
2 hitung
Sep '08
68,22
31,78
2,15 : 1,00
34,248
Okt '08 Nov '08 Des '08 Jan '09 Feb '09
67,58 71,16 67,27 68,18 70,47
32,42 28,84 32,73 31,82 29,53
2,08 : 1,00 2,47 : 1,00 2,06 : 1,00 2,14 : 1,00 2,39 : 1,00
31,641 47,824 32,818 32,000 42,583
Mar '09 Apr '09 Mei '09 Jun '09
67,44 71,10 67,11 68,13
32,56 28,90 32,89 31,87
2,07 : 1,00 2,46 : 1,00 2,04 : 1,00 2,14 : 1,00
31,395 46,848 35,579 32,992
Jul '09
69,85
30,15
2,32 : 1,00
41,282
Agu '09
70,18
29,82
2,35 : 1,00
44,804
121 Lampiran 11 Deskripsi karakter morfologis dan histologis gonad T. sarasinoum jantan pada berbagai tingkat perkembangan Tingkat perkembangan 1 Belum matang
Karakter morfologis Testis berukuran sangat kecil dan tipis memanjang seperti benang dengan permukaan berwarna putih susu.
2 Kematangan awal
Testis memanjang dan lebih besar daripada tingkat 2. Testis terlihat lebih jelas, dan terdapat garis tipis gelap memanjang membelah tetis.
3 Kematangan
Testis lebih besar daripada tingkat 2, berwarna abu-abu dengan permukaan tampak bergelombang (bergerigi) dengan warna putih susu, terdapat garis gelap membujur membelah testis.
4 Matang dan memijah
Testis berukuran lebih besar dari tingkat III, berwarna putih susu dan pejal, melebar, menebal dan semakin memanjang, bergelombang seperti lipatan-lipatan dan mengisi hampir 1/3 rongga perut.
5 Pascapemijahan/ salin
Testis mengecil/ mengerut, menipis, dan kurang pejal, berwarna putih susu.
Karakter histologis Sel-sel punca berada pada spermatogonium (SG). Sel-sel itu terjadi selama spermatogenesis dan membentuk kolam cadangan sel-sel punca. Sebelum pematangan dimulai, SG memulai pembelahan intensif. Pada waktu awal spermatogenesis aktif, terdapat kista yang berisi spermatogonia. Dengan matangnya gonad, lebih banyak lagi kista berisi spermatogonia. Saat pembelahan meiosis dimulai spermatogonia menjadi spermatosit (ST) primer. Pembelahan meiosis kedua berlangsung sangat cepat. Setelah pembelahan meiosis berakhir, kista menunjukkan adanya spermatid (SPT) yang mengalami spermiogenesis. Setelah selesai spermiogenesis, sel-sel berubah menjadi spermatozoa (SZ). Kista yang paling maju menunjukkan munculnya spermatozoa pertama. Koneksi antara sel-sel Sertoli dan SZ pecah. Kemudian dinding kista pecah, sehingga spermatozoa dikeluarkan ke dalam lobule lumen. Dengan bertambahnya jumlah spermatozoa dalam lobule lumen, spermatozoa masuk kedalam efferent duct. Batch-batch baru dari sel-sel di dalam kista perlahan-lahan matang. Dinding pembatas lobule membesar. Kista yang berisi spermatogonia tipe B lebih dahulu menghilang, diikuti dengan spermatosit primer dan sekunder dan spermatid, hingga semua sel dalam sebuah gonad menyelesaikan spermatogenesis. Tidak ada kista di dalam gonad. Sel-sel Sertoli yang berisi dinding-dinding kista, menarik kembali proses-proses mereka saat dinding pecah. Pada akhir spermatogenesis, sel-sel Sertoli menghasilkan vakuola-vakuola kecil. Pada musim pemijahan, di dalam lobule yang berisi spermatozoa, ada beberapa kista yang berisi hingga empat spermatogonia B dekat dengan dinding lobule. Spermatozoa yang matang dikeluarkan dari gonad selama pemijahan, tetapi beberapa spermatozoa selalu tertinggal didalam testis. Lobules mengerut dan sel-sel Sertoli menarik kembali proses-proses mereka, sehingga dinding pembatas lobule menjadi lebih tinggi. Spermatozoa yang tertinggal dalam seminiferous tubules mengalami fagositosis.
122 Lampiran 12 Deskripsi karakter morfologis dan histologis gonad T. sarasinoum betina pada berbagai tingkat perkembangan Tingkat perkembangan 1 Belum matang
Karakter morfologis
Karakter histologis
Ovari tampak seperti benang dan transparan. Oosit tidak tampak dengan mata telanjang.
2 Tingkat kematangan awal
Ovari merah muda dan transparan.
3 Tingkat kematangan akhir
Ovari besar dengan oosit transparan dapat dilihat dengan mata telanjang.
4 Matang/memijah
Ovari besar dan turgid, kemerah-merahan dengan banyak oosit, dan banyak vaskularisasi.
5 Pascapemijahan/ salin
Ovari flaccid, merah muda dan berkerut.
Sel-sel punca yang padat mengisi ovari. Oosit mempunyai nukleus bulat yang jelas dengan nukleoplasma, filamen-filamen tipis, dan kadang-kadang berisi dua atau lebih nukleoli. Ukuran dan volume oosit bertambah besar dengan sitoplasma basofil. Banyak nukleoli tersebar di sekeliling bagian dalam nuclear envelope. Oosit dapat dilihat dengan mata telanjang. Ovari kecil, transparan dan oranye-merah muda. Dengan berkembangnya oosit, warnanya perlahan berubah menjadi kemerah-merahan, bahkan kuning. Pematangan ditandai dengan adanya stok cadangan oosit, dan oosit dengan butiran lipida dan cortical alveoli. Diantara oosit dalam fase pematangan akhir, nukleus dalam tingkat yang paling maju bergerak menuju daerah mikropil pada kutub animal. Oosit ini siap dilepaskan. Betina matang secara simultan mempunyai oosit dengan ukuran berbeda, menunjukkan bahwa setiap individu T. sarasinorum memijah lebih dari sekali dalam satu siklus reproduksi. Ovari sebagian tampak agak flaccid dengan sedikit daerah haemorrhaging dan ruangruang kosong. Hanya sedikit oosit kecil yang ada. Oosit atresia dikenali dari bentuk yang tidak beraturan, disintegrasi nukleus dan liquefaction butiran-butiran kuning telur.