SUARA PENGHARAPAN Edisi Tahun VIII/ Minggu Ketiga/ Desember 2010
HOPE
FOR ALL PEOPLE (KITAB LUKAS)
KATA SAMBUTAN Syalom... SELAMAT DATANG Kepada yang baru pertama kali hadir di kebaktian ini. Jika belum memiliki tempat berbakti yang tetap, kami mengundang Saudara/i untuk hadir bersama kami pada kebaktian minggu yang akan datang. KASIH & PENGHARGAAN Kami sangat mengasihi dan menghargai semua jemaat yang setia berbakti dan memberikan persembahan, perpuluhan, dan atau janji imannya. Kirannya Tuhan Yesus selalu mencukupi segala kebutuhan Saudara/I bahkan mencurahkan berkat-berkatNya sampai berkelimpahan. Amin.-
Tema Natal tahun ini adalah “HOPE FOR ALL PEOPLE” - Harapan bagi semua orang..... Bapak/ibu, Saudara/i, serta Anak-anak sekolah minggu (mulai dari kelas batita/balita, pratama, madya, tunas remaja dan remaja)... hari ini, minggu tanggal 19 Desember 2010 kita merayakan Natal secara bersama-sama. Panitia Natal telah mempersiapkan suatu acara yang menarik dalam perayaan Natal tahun ini melalui “Drama Theatrical” serta melibatkan tari-tarian, paduan suara, pertunjukan anak-anak sekolah minggu, dll... yang semuanya adalah kreatifitas dari RFM (Rajawali Family Ministries). Saya atas nama panitia Natal mengucapkan terima kasih kepada gembala sidang (Pdt. A. Mulyanto), seluruh panitia yang banyak didominasi oleh anggota youth (Young Eagle Service) serta babak/ibu yang telah mengambil bagian dalam persiapan perayaan Natal tahun ini. Kiranya Tuhan memberkati pelayanan Saudara. Doa kami, kiranya bapak/ibu, Saudara/i dan kepada tamu-tamu (bapak/ibu) yang baru pertama kali datang di gereja kami serta seluruh anak-anak sekolah minggu yang hadir pada perayaan Natal ini akan pulang dengan membawa berkat serta harapan yang besar sebagai hadiah Natal itu sendiri untuk melangkah maju di tahun-tahun yang akan datang bersama Tuhan kita Yesus Kristus. Amin...! Selamat merayakan Natal. Gloria in exelcis deo! (Ketua Panitia—Simson Masengi)
Bacaan Alkitab : Lukas 12
Senin, 20 Desember 2010
Jangan Lupa Diri “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah”. (Lukas 12:21) C.S. Lewis, dalam bukunya yang berjudul The Screwtape Letters, mengungkapkan, “Kesuksesan dan kemakmuran mengikat manusia kepada dunia. Manusia merasa mengejar kesuksesan dan kemakmuran sebagai suatu proses dalam hidup untuk menemukan tempatnya di dalam dunia. Padahal sebenarnya dunialah yang sedang mencuri tempat di dalam hatinya.” Di dunia ini, kesuksesan dan kemakmuran seseorang umumnya diukur dengan kemapanan pekerjaan dan besar kecilnya penghasilan. Untuk mencapai hal-hal itu, acap kali kita sudah berencana sejak kecil, dengan belajar rajin dan bekerja keras agar dapat masuk ke sekolah unggulan, universitas favorit, dan akhirnya perusahaan yang bergengsi. Ditambah dengan persaingan yang semakin hari semakin ketat, kita pun belajar lebih rajin lagi dengan mengikuti les ini dan les itu—tiada habisnya, memacu diri dengan bekerja lembur, menghadiri malam-malam networking guna mencari peluang bisnis, dan sebagainya. Pekerjaan yang mapan dan penghasilan yang besar tentu bukan sesuatu yang buruk. Akan tetapi, kita harus sangat berhati-hati saat berusaha mencapai prestasi dan penghasilan yang mapan. Jangan biarkan diri kita menjadi sangat terikat pada hal-hal tersebut, sebab keberadaan kita di dunia hanya sementara waktu. Seperti kisah orang kaya yang bodoh dalam firman Tuhan hari ini. Pemazmur mengatakan usia manusia mungkin tujuh puluh tahun, dan jika kuat delapan puluh tahun. Jadi, kita tak boleh berusaha terlalu keras atau merasa terlalu nyaman di dunia sampai melupakan kehidupan kekal. Jangan melekatkan hati kepada harta kekayaan.
Bacaan Alkitab : Lukas 13
Selasa, 21 Desember 2010
Berjuanglah! “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang yang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat”. (Lukas 13 : 24) Sebuah peribahasa berbunyi, “Berakit-rakit ke hulu, berenangrenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Atau sebuah pepatah Jawa yang berbunyi, “Jer basuki mawa beya.” Artinya, “untuk hidup mulia dibutuhkan perjuangan”. Peribahasa dan pepatah ini kiranya merupakan nasihat bagus dan sesuai dengan Firman Tuhan hari ini yang harus kita hayati dan laksanakan. Untuk memperoleh hidup mulia dan kegembiraan sejati memang diperlukan perjuangan dan pengorbanan, sebagaimana Yesus pernah bersabda, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak iu.” Pada umumnya, kesuksesan harus ditempuh melalui proses yang panjang, butuh waktu dan kesabaran. Kesuksesan dan kebahagiaan tidak diperoleh secara ‘instan’ atau dengan jalan pintas. Meskipun dapat diperoleh melalui jalan pintas, kesuksesan dan kebahagiaan itu biasanya bersifat semu dan temporer. Misalnya, kita menumpuk harta dan kekayaan dengan melakukan korupsi. Kita memang tampak bahagia dan senang. Namun, sesungguhnya kebahagiaan itu bersifat semu karena batin kita dikejar-kejar oleh ketidaknyamanan karena perilaku korupsi tadi. Belum lagi kalau karena perbuatan itu kita harus menjalani proses hukum dan akhirnya dipenjara. Memalukan, bukan? Karena itu, hendaklah kita menaati segala aturan dan tatanan yang ada, terutama dengarkanlah suara Allah yang senantiasa bergema dalam hati kita. Semestinya kita berdoa seperti ini: “Tuhan, anugerahilah aku kerendahan hati dan kesabaran dalam melaksanakan tugas dan pekerjaanku, agar aku setia dan taat mengikuti aturan dan tatanan kehidupan, menjauhkan segala jalan pintas yang mendatangkan kebahagiaan semu bagi jiwaku”, Amin. Hanya ada satu kata yang tepat untuk mencapai kemenangan, kesuksesan dan kebahagiaan, yakni: berjuanglah!
Bacaan Alkitab : Lukas 14
Rabu, 22 Desember 2010
Undangan Makan “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu” (Lukas 14:13-14) Saya senang bila saya memasak sesuatu kemudian ada orang yang turut menikmatinya. Bahkan, pada saat-saat tertentu saya akan mengundang teman atau keluarga untuk datang dan menikmati masakan yang saya buat. Hal itu sungguh membuat hati saya senang. Namun, biasanya orang yang saya undang adalah teman yang saya anggap baik, yang cocok dengan saya, ataupun orang-orang yang mempunyai penampilan, cara bicara dan cara hidup seperti saya, dan yang dapat membalas dengan mengundang saya juga. Namun, jika kita bertanya kepada Yesus siapa yang harus saya undang untuk menikmati masakan yang telah saya olah, maka Dia pasti akan memberikan daftar nama yang jauh berbeda. Suatu hari seorang Farisi mengundang Yesus ke rumahnya, mungkin dengan tujuan untuk mengadakan perjamuan kasih, tetapi sebenarnya adalah untuk mengamati Yesus agar ia dapat menjebak-Nya. Saat berada di rumah itu, Yesus menyembuhkan seorang pria dan mengajarkan si tuan rumah sebuah pelajaran penting, yaitu saat kita membuat daftar tamu untuk jamuan makan, kita tidak boleh eksklusif, hanya mengundang teman, keluarga, dan tetangga kaya yang dapat membalas kebaikan kita. Sebaliknya, kita harus inklusif—mengundang orang yang miskin, pincang, lumpuh, dan buta. Meskipun mereka tidak dapat membayar kembali kebaikan Anda, Yesus meyakinkannya bahwa Dia akan memberkati dan membalas kebaikannya (Luk. 14:12-14). Seperti Yesus mengasihi mereka yang kurang beruntung, Dia juga mengajak kita untuk mengasihi mereka dengan membuka hati dan tempat kediaman kita.
Bacaan Alkitab : Lukas 15
Kamis, 23 Desember 2010
Mencari Yang Hilang ”Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan ” (Lukas 15: 7) Apa yang Anda rasakan jikalau mobil Anda yang dicuri dapat ditemukan kembali? Saya yakin, Anda sungguh bersukacita. Apa yang Anda rasakan jikalau mobil tetangga Anda yang dicuri telah ditemukan kembali? Bisa saja Anda juga ikut merasa senang, tetapi kadar perasaan senang ini pasti berbeda dengan tetangga kita yang kehilangan itu. Menurut orang Jawa, perbedaan kadar rasa senang/sukacita ini disebabkan karena kadar rasa kepemilikan atau keterhubungannya. Seorang yang memiliki kadar keterhubungan yang dalam akan sangat kehilangan atau sangat sukacita dibandingkan mereka yang memiliki kadar keterhubungan yang dangkal. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat pada zaman Yesus, tampaknya tidak punya hubungan yang mendalam dengan para pemungut cukai dan orang-orang yang dianggap berdosa pada waktu itu. “Mereka” sudah tidak lagi dianggap kelompok “kita”. Oleh sebab itulah apa yang terjadi pada “mereka” tidak ada lagi hubungannya dengan “kita”. Berbeda dengan Yesus, hubungannya begitu mendalam. Terlihat dari kesediaan-Nya untuk memperbolehkan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa mendengarkan sabda-Nya (pada masa itu, mereka dianggap tidak layak dan bahkan sering dilarang untuk menerima ajaran Taurat). Melalui perumpamaan domba dan dirham yang hilang, Yesus mengajarkan: Mereka “yang terhilang”, justru bukan untuk dibiarkan “hilang”, seakan-akan mereka sudah sepantasnya menjadi “yang terhilang”. “Yang hilang” justru perlu dicari dan dirangkul kembali. Sebagai Tubuh Kristus, semestinya kita memiliki rasa kepedulian yang mendalam satu dengan yang lainnya. Ketika ada “yang terhilang”, semua akan merasakan kehilangan. Hal itu akan menciptakan pemimpin-pemimpin dan jemaat Tuhan yang mencari mereka “yang hilang”. Jika satu “yang hilang” ditemukan, semua akan bersukacita. Tugas orang percaya adalah mencari mereka yang terhilang!
Bacaan Alkitab : Lukas 16
Jumat, 24 Desember 2010
Diawali Dari Hal Kecil ”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar...." (Lukas 16 :10) Apa yang membuat seseorang bisa menjadi pemimpin besar? Ia mau mengerjakan hal-hal kecil yang bahkan seringkali dianggap tidak berarti oleh orang lain. Meskipun demikian, ia melakukan hal-hal yang kecil, sepele, atau remeh itu dengan impian masa depan yang besar. Ada kata-kata bijak dalam bahasa Inggris: Leadership is action, not position. Kata-kata bijak ini bermakna bahwa pemimpin sejati tidak dinilai dari posisinya, tetapi dinilai dari karya yang ia wujudkan. Yesus menceritakan perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur dan tidak setia dalam melaksanakan tugasnya. Ia seorang bendahara, kata yang dipakai dalam bahasa Yunani adalah: oikonomos, sebenarnya berarti seorang manajer kepemilikan. Sebagai manajer kepemilikan, ia diberi kekuasaan dan kepercayaan dari tuannya untuk mengatur dan mengelola segala milik tuannya. Namun demikian, ia gagal mempertanggungjawabkan posisinya tersebut. Ia telah menghamburkan harta milik tuannya. Ia diminta mempertanggungjawabkan pekerjaannya tersebut dan dipecat oleh tuannya. Perumpamaan ini sengaja diceritakan Yesus untuk mengajarkan pentingnya berlaku setia dan bertanggungjawab dalam setiap pekerjaan dan berkat yang diberikan Tuhan betapa pun pekerjaaan atau berkat tersebut tampaknya kecil, sepele atau remeh dibandingkan dengan lainnya. Sesungguhnya, tidak ada sesuatu bisa menjadi besar tanpa diawali dari yang kecil. Yang besar itu awalnya dari yang kecil juga. Oleh sebab itu, posisi apa pun yang sekarang kita punyai dalam hidup ini, tidak perlu menjadi halangan untuk bertumbuh dalam iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Seorang pejabat tinggi yang tindakannya amoral justru tidak berharga di tengah kehidupan masyarakat, sebaliknya seorang yang dianggap tidak punya jabatan justru berharga bagi masyarakat jika karyanya bermanfaat bagi masyarakat. Jadi, sekali lagi bahwa : Sesungguhnya, tidak ada sesuatu yang bisa menjadi besar tanpa diawali dari yang kecil.
Bacaan Alkitab : Lukas 17
Sabtu, 25 Desember 2010
Mengucap Syukur ”Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain daripada orang asing ini?" ( Lukas 17:18 ) Pada saat apakah manusia pada umumnya melupakan Tuhan? Pada saat senang ataukah saat sedih? Pada saat berdaya ataukah saat tidak berdaya? Seseorang bisa melupakan Tuhan pada saat sedih ataupun suka, sebaliknya seseorang juga bisa ingat kepada Tuhan saat berdaya maupun tidak berdaya. Kesepuluh orang kusta itu ingat Yesus pada saat mereka sedang sedih dan tak berdaya. Ketika Yesus lewat di tempat mereka dikucilkan oleh masyarakat karena sakit kusta yang dideritanya, mereka datang dan memohon agar Yesus menyembuhkan mereka. Begitu mendengar permintaan orang-orang kusta ini, Yesus menyuruh mereka pergi dan memperlihatkan diri mereka kepada imam-imam. Ini tentu jawaban yang tidak mereka harapkan. Mereka ingin sembuh, tetapi Yesus malah memerintahkan mereka untuk menghadap imam-imam. Apakah imam-imam itu mau menerima mereka yang sakit kusta dan yang juga dinyatakan najis oleh hukum agama karena penyakit yang dideritanya tersebut? Namun, tekad mereka sudah bulat. Harapan satu-satunya untuk sembuh hanya ada pada Yesus. Mereka pergi melakukan seperti yang diperintahkan Yesus dan dalam perjalanan kesepuluh orang kusta itu menjadi sembuh dari sakitnya. Meski demikian, hanya satu orang yang ingat Yesus pada saat suka. Ia, seorang Samaria yang kembali untuk berucap syukur pada Yesus atas kesembuhan yang dikaruniakan. Apakah keluarga kita berucap syukur kepada Tuhan pada saat senang atau sedih? Kita bisa mengucap syukur pada Tuhan saat sedih dan tak berdaya, bukan karena kita pasrah dan menerima begitu saja apa yang telah membuat kita sedih dan tak berdaya, tetapi karena kita yakin Tuhan tidak akan meninggalkan kita dalam saat sedih dan tak berdaya. Kita juga berucap syukur pada Tuhan pada saat senang atau bahagia, karena kita yakin kesenangan atau kebahagiaan yang kita rasakan itu berasal dari berkat-berkat Tuhan yang Dia anugerahkan pada kita. Sikap yang paling disukai oleh Tuhan dalam hidup Anda yaitu jika Anda tahu mengucap syukur!
RENUNGAN GEMBALA
Be a HOPE MAKER (Jadilah Pembawa Harapan!) Lukas 2:8-11 ; 9:49-56
Natal selalu membangkitkan harapan bagi semua orang. • Harapan bagi orang sederhana maupun kaya seperti para gem‐ bala dan orang Majus. • Harapan bagi keluarga muda mau‐ pun lanjut usia yg mengalami krisis seperti Yusuf –Maria dan Zakharia‐ Elisabeth. • Harapan bagi keluarga yang men‐ galami musibah seperti keluarga‐keluarga di Betlehem. • Harapan bagi pria dan wanita saleh seperti Simeon dan Hana. Sama seperti DAMAI & SUKACITA, demikian juga HARAPAN , secara essensi bersifat vertikal karena sumber aslinya memang dari Tuhan, tetapi secara aplikasi bersifat horizontal karena harus dapat dinikmati oleh sesama. Bill Cosby mengingatkan , “To love is to risk not being loved in return. To hope is to risk pain. To try is to risk failure, but risk must be taken because the greatest hazard in life is to risk nothing” (Mengasihi men‐ gandung resiko tidak mendapatkan balasan kasih. Berharap menadung resiko dikecewakan. Mencoba mengandung resiko kegagagalan, tetapi resiko tetap harus diambil karena bahaya terbesar dalam kehidupan adalah ketidakmaun menanggung resiko apa pun.). Samuel Smiles menyaksikan, “Hope is the companion of power, and mother of success; for who so hopes strongly has within him the gift of miracles.” (Harapan adalah sahabat dari kekuatan dan ibu dari keber‐ hasilan karena siapa pun yang memiliki harapan sangat kuat, maka dii dalam dirinya ada karunia mujizat).
Dale Carnegie menggarisbawahi, “Most of the important things in the world have been ac‐ complished by people who have kept on trying when there seemed to be no hope at all.” (Sebagian besar perkara perkara penting di dalam dunia diwujudkan oleh orang‐orang yang tetap berusaha sekalipun nampaknya tidak ada pengharapan sama sekali). Napoleon Bonaparte dengan gambalang meyakini bahwa , “A leader is a dealer in hope” (Seorang pemimpin adalah penyalur harapan). Kata‐kata hikmat mereka merujuk kepada satu kebenaran HANYA MEREKA YANG BERHATI BESAR YANG DAPAT MENJADI PEMBAWA HARAPAN. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus berulang kali menga‐ jar murid‐murid‐Nya agar hati mereka semakin besar, salah satu nya tercatat dalam peristiwa‐ peristiwa sederhana tapi edukatif sebagaimana tercatat di Luk 9:49‐56. 56. Sekalipun diperhadapkan kepada suatu peristiwa yang sama, tetapi orang yang berhati sempit memiliki tanggapan yang bertolak belakang den‐ gan orang yang berhati besar. KOMPETISI VS KOLABORASI (Luk 9:49‐50) Orang yang Berhati Sempit Cenderung Berkompetisi Yohanes berkata, “Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi na‐ mama‐Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita” (Luk 9:49). Yohanes adalah murid Tuhan Yesus yang paling dekat tapi ternyata hatinya saat itu masih sangat sempit.
Orang yang Berhati Besar Suka Berkolaborasi Tuhan Yesus menegur Yohanes dengan harapan agar Yohanes memiliki hati yang semakin besar, “Jangan kamu cegah, sebab barang siapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu” (Luk 9:50).
Untuk mengingatkan rekan‐rekan‐rekannya agar tidak berhati sempit, John Wesley mengatakan “Saya tidak memiliki hak untuk menentang orang lain yg memiliki pendapat berbeda dari saya sebagaimana saya tidak memiliki alasan untuk menentang orang lain pakai wig sementara saya memakai rambut asli. Hanya jika dia mencopot wignya dan menge‐ baskan debunya di depan muka saya, maka barulah saya memiliki hak penuh untuk meninggalkan dia sesegera mungkin . . . . “ Untuk mengetuk hati orang percaya agar memiliki hati yang lebih lapang, William Barclay mengingatkan, “Keyakinan berlebihan bahwa hanya pendapat dan cara yang selaras dengan pemikiran pribadi seseorang saja yg benar telah mengakibatkan banyak sekali konfliks bahkan pertengkaran yg tidak perlu. Sesungguhnya Allah memiliki banyak cara untuk menyatakan kemuliaan‐Nya. Dia memiliki tangga rahasia sendiri untuk memasuki setiap hati manusia. Dia berkarya dalam cara yang sangat unik dalam ke‐ hidupan setiap orang. Camkanlah baik‐baik: • Orang yang BERHATI BESAR Tidak memandang pihak lain yang ber‐ beda pendapat atau cara kerjanya sebagai kompetitor yg harus di‐ hentikan. • Orang yg berhati besar dapat menerima dan menghargai perbedaan, sehingga mereka dapat membangun KOLABORASI yang saling MEM‐ PERLENGKAPI (Complimentary Collaboration) dengan banyak pihak. Walaupun diperhadapkan kepada suatu peristiwa yang sama, tetapi orang yang berhati sempit memiliki tanggapan yang bertolak belakang dengan orang yang berhati besar. PERMUSUHAN VS PERSAHABATAN (Mat 9:51‐56) Orang yang Berhati Sempit Suka Menambah Musuh Ketika utusan‐utusan Kristus datang, seakan belum cukup perseteruan yang selama ini telah terbentuk, “Orang‐orang Samaria itu tidak mau menerima Dia karena perjalanan‐Nya menuju Yerusalem” (Luk 9:53).
Dua murid Kristus yang sebenarnya cukup terpandang, ternyata juga masih memiliki hati yang sempit, sehingga menanggapi penolakan orang Samaria dengan arogan, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Luk 9:54). Orang yg berhati besar suka menambah sahabat (Ay 51‐52 ; 55‐56) Sambil mengarahkan pandangannya ke Yerusalem, “Ia mengirim be‐ berapa utusan mendahului Dia . . . masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagti‐Nya” (Luk 9:51‐52). Apakah Tuhan Yesus tidak tahu ketegangan hubungan di antara orang Israel dan orang Samaria? Tentunya, Dia tahu! Justru, Kristus sengaja mengajaki murid‐murid‐Nya mampir di Samaria untuk memupuk kem‐ bali hubungan baik dengan mereka. Itulah ciri orang yang berhati be‐ sar: suka menambah sahabat. Ketika Yakobus dan Yohanes mengajukan usulan yang arogan dan pe‐ nuh permusuhan, Yesus “berpaling dan menegur mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain” (Luk 9:55‐56). Dengan sabar, Tuhan Yesus mengajar murid‐muridnya terus menerus agar dapat mengembangkan hati yang semakin besar. Ketika Abraham Lincoln dikritik karena terlalu santun kepada lawan politik yang seharusnya dihancurkan, dia memberikan jawaban yang sangat bijak, “Bukankah saya mengurangi banyak musuh dengan men‐ jadikan mereka sahabat‐sahabat saya? Seandainya pun ada yang me‐ lakukan banyak kesalahan yang fatal, kita tidak seharusnya meman‐ dang mereka sebagai musuh tetapi sebagai sahabat yg sedang tersesat untuk dibawa kembali ke jalan yg benar dengan kasih”. Jika kita rindu memiliki hati yang besar seperti Tuhan Yesus dan Abra‐ ham Limncoln, kita perlu mewaspadai 8 Kecenderungan Penghambat Persahabatan sebagaimana dilansir dalam majalah Times, India: 1. Bangga mengumbar rahasia 2. Memelihara masa lalu 3. Mengasihani diri sendiri 4. Sang Komentator 5. Paling sempurna 6. Selalu negatif 7. Munafik 8. Frustasi
Sebaliknya, mari kita pupuk 10 Kriteria Penunjang Persahabatan: 1. Melihat masalah sebagai tantangan 2. Menikmati hidupnya 3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide 4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak 5. Mensyukuri apa yang dimilikinya 6. Tidak mau mendengarkan atau menyebarkan gossip 7. Tidak bikin gosip, tapi giat bikin tindakan. 8. Menggunakan bahasa positif 9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif. 10. Mengutamakan kerja sama tim. Salomo, Raja yang sangat bijaksana, menegaskan bahwa “More Friends = More Hope” (Lebih banyak sahabat lebih banyak harapan” yang kita dapat pancarkan kepada sesama. “ Berdua lebih baik daripada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya. Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah dipu‐ tuskan.” (Pengkh 4:9‐12) Harapan dapat kita terus kobarkan dan pancarakan bukan hanya pada masa raya Natal tetapi di sepanjang masa jika dengan hati besar kita giat membangun kolaborasi dan persahabatan. Akhir kata, Be a hope maker, Jadilah pem‐ bawa harapan! (A. Mulyanto)
REFLEKSI NATAL
“Christmas” Kata Christmas mempunyai arti Mass of Christ yang kemudian disingkat menjadi Christ-Mass. Versi yang lebih pendek lagi Xmas pertama kali dipakai di Eropa pada tahun 1500-an, berasal dari abjad Yunani, X adalah huruf pertama dari Xristos (Kristus) juga X merepresentasikan salib, jadilah "XMass".Christmas dirayakan orang-orang diberbagai belahan bumi pada tanggal 25 Desember, tetapi sebenarnya Yesus tidaklah lahir pada 25 Desember. Pada masa awal kekristenan, bangsa Romawi yang masih menganut kepercayaan pagan merayakan Saturnalia untuk menyembah dewa Saturnus (dewa panen) dan Mithras (dewa terang/sinar), suatu bentuk dari penyembahan matahari yang berasal dari Syria seabad sebelumnya. Perayaan Saturnalia ini diadakan tepat setelah winter solstice, hari pertama musim dingin (winter), juga merupakan siang hari terpendek dan malam hari terpanjang sepanjang tahun. Solstice berarti "sun standing still", matahari tetap berdiri, untuk menyatakan bahwa musim dingin tidaklah selamanya, hidup terus berlangsung, suatu undangan untuk tetap dalam semangat yang baik. Orang-orang Kristen pada masa itu menyamarkan perayaan winter solstice. Pada saat orang-orang Romawi dengan meriah merayakan Saturnalia, maka orang-orang Kristen berkumpul bersama di dalam sebuah rumah bersekutu dan mengadakan kebaktian untuk merayakan kelahiran Yesus. Pada tahun 274M solstice jatuh pada tanggal 25 Desember. Kaisar Romawi pada waktu itu, Aurelian, memproklamirkan tanggal itu sebagai "Natalis Solis Invicti", perayaan kelahiran matahari yang perkasa. Pada tahun 320M Paus Julius I menyatakan tanggal 25 Desember sebagai tanggal resmi kelahiran Yesus.
Pada tahun 325M Kaisar Constantine the Great, kaisar Romawi pertama yang beragama Kristen, yang menginginkan seluruh kekaisaran menjadi Kristen, merubah perayaan solstice menjadi Christmas. Secara resmi dirayakan sebagai kelahiran Yesus Kristus. Lebih dari 1000 tahun kemudian, perayaan Christmas mengikuti ekspansi kekristenan ke seluruh Eropa dan Mesir. Sepanjang waktu itu perayaan Christmas tercampur dengan pesta pora kepercayaan pagan, tukar menukar kado yang sebelumnya marak pada perayaan Saturnalia juga menjadi tradisi Christmas, berbagai macam ritual menyambut musim dingin menjadi suatu tradisi yang panjang dalam merayakan Christmas. Sebenarnya banyak penolakan terhadap Christmas, pada tanggalnya yang mengambil tanggal perayaan Saturnalia, ataupun juga pada toleransi terhadap tradisi pagan yang ikut serta dalam perayaan Christmas. Pada masa Reformasi Gereja di abad ke 16 orang-orang Protestan menentang otoritas Gereja Katolik, termasuk Christmas yang sarat dengan tradisi pagan. Pada abad ke 17 kaum Puritan melarang Christmas di Inggris dan beberapa koloni Inggris di Amerika Utara karena mereka merasa Christmas berisi berbagai kegiatan yang tidak berguna seperti judi, pesta pora dan makan minum sepuasnya, bersaing dalam kemewahan. Pada masa kini orang-orang bahkan banyak yang tidak mengetahui asal mula penentuan tanggal 25 Desember, yang diketahui pada waktu ini adalah merayakan kelahiran Yesus Kristus. Atau bahkan mungkin juga sudah bukan lagi merayakan kelahiran Yesus Kristus tetapi merayakan kedatangan Santa Claus dari mall dan plaza, eh.. maksudnya cerobong asap membagi hadiah J. Berbagai kebaktian diadakan di gereja gereja pada malam menyambut Christmas, biasanya disertai renungan makna kelahiran Yesus bagi kita. Tetapi itu di dalam gereja, di luar itu, apakah kita masih merenungkan makna Natal atau lebih sibuk berbelanja dalam musim diskon yang luar biasa ini dan berlibur keluar kota dalam libur panjang? Sumber: http://www.glorianet.org
Joke Of The Week
Pesanan Kilat
Seorang ibu rumah tangga menelepon sebuah toko binatang dan berkata, "Pak, saya mau pesan 3000 ekor kecoa saat ini juga." ‐ "Ya, ampunnnn ... kenapa Ibu mau pesan kecoa segitu banyaknya?" tanya si pemilik toko. ‐ "Gini lho, Pak," jawab si Ibu, "Hari ini saya mau pindah kontrakan. Yang punya rumah kontrakan lama bilang saya harus ninggalin rumahnya ini dalam keadaan seperti waktu saya datang dulu! Gitu lhoooo!!"
Telinga satunya
"Percuma, Pak," kata Irfan kepada guru bahasa Inggrisnya. "Saya sudah mencoba belajar, tapi semua yang Bapak katakan masuk dari kedua telinga dan keluar dari telinga satunya lagi." "Masuk dari kedua telinga dan keluar dari telinga satunya lagi?" tanya guru dengan kebingungan. "Tapi kamu kan hanya punya dua telinga, nak." "Tuh, kan? Saya juga tidak bisa berhitung!"
PENGUMUMAN GEREJA
Sekolah Minggu :
November : ♥ ♥ ♥ ♥
Bp. Donny Sibuea (11 Des) Bp. Yani Rumimper (22 Des) Ibu Hendriaty Kaban (24 Des) Ibu Molina Minerva (25 Des)
• Jasmine F. Jusung (5 Des) • Davis (6 Des) • Clara Simanjuntak (6 Des) • Daniella Angel Saragih (15 Des)
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan”. (Yesaya 41 : 10) Gembala, Staf, & Mitra Gembala mengucapkan :
Selamat Hari Natal 25 Desember 2010 & Selamat menyongsong Tahun Baru 01 Januari 2011 Damai di bumi, damai di hati. Gloria in exelcis deo!
INFO IBADAH DOA—Doa
Jemaat yang biasa diadakan pada hari Sabtu, untuk sabtu depan 25 Desember diliburkan mengingat itu hari Natal.
Diharapkan kepada jemaat yang rajin dan setia datang berdoa untuk memperhatikan dan memakluminya. Gbu
IBADAH MALAM NATAL Dilaksanakan pada : Hari/Tanggal : Jumat, 24 Desember 2010, Jam : 18.00 s/d 20.00 wib Tempat : Graha Rajawali Diharapkan dan didorong semua jemaat dan simpatisan gereja Rajawali untuk dapat menghadiri ibadah yang indah dan mulia ini.
INFO YESS — Ibadah YES yang biasanya diadakan setiap Minggu Sore digabung dalam Perayaan Natal Pagi. Semua jemaat
yang biasa datang dalam ibadah YESS diharapkan untuk turut hadir dan memeriahkan Perayaan Natal Umum pagi ini. Gbu.-
Theme Song :
Segala yang t’lah terjadi Mungkin kita tak dapat mengerti Mengapa Tuhan ijinkan semua Masalah silih berganti Namun Tuhan tak memberi Pencobaan melebihi kekuatan kita Dekatkan diri kepada-Nya Dia Allah yang setia Reff : Tangan Tuhan akan s’lalu terbuka Bagi semua orang yang membutuhkan uluran tangan-Nya Percayalah Dia tak akan meninggalkan S’mua orang yang berseru berharap pada-Nya Tangan Tuhan akan selalu terbuka Dia mengerti setiap tetesan air mata kita Kuatkanlah dan teguhkan hati-Mu Datanglah pada-Nya s’bab tangan Tuhan s’lalu terbuka (Fandy Idol)
KEGIATAN SEPEKAN SENIN
: Hari Keluarga untuk Gembala dan Staff
SELASA : Konseling Pribadi 20.00—22.00 : EFC Kaum Pria (2 Minggu sekali) RABU : Doa & Puasa Keluarga KAMIS 15.00—17.00 : EFC Ceria di Regency JUMAT 09:00—17:00 : Kunjungan jemaat SABTU 08:00—10:00 : EFC UMAS—Usia Emas (2 minggu sekali) 10:00—12:00 : Doa & Puasa Bersama 16:00—selesai : EFC & KOORDINATOR : * EFC Antiokhia (Bp. Liem Hok Djwan) * EFC Filipi (Bp. Boy Loen) * EFC Berea (Ibu Erta Sitepu) * EFC Efesus (Bp. Simson Masengi) * EFC Titus (Ibu Merry Sugito) * EFC Timotius (Sdr. Hariyanto) * EFC Filadelfia (Sdr. Relly Ch. Supit) * EFC Yosua (Bp. Jonathan Saragih) * EFC Kolose (Bp. Markion Sembiring) Catatan : EFC Filadelfia terbagi dalam 3 Kelompok, yaitu : * EFC Pelajar (Nona & Amanda) * EFC Mahasiswa (Shinta & Roberto) * EFC Profesional Muda (Welly & Wilma) MINGGU 08:00—10:00 : Ibadah Raya 1 Little Eagle Sunday School (LESS) Junior Eagle Sunday Service (JESS) 10.30—12.00 : Ibadah Raya 2 17:00—19:00 : Young Eagle Sunday Service (YESS) (Ibadah Setiap Minggu Sore) SENIN SELASA—JUMAT
: Little Eagle Mandarin Course (LEMC) : Little Eagle English Course (LEEC)
CATATAN KHOTBAH
Tanggal Pengkhotbah Teks Alkitab Tema
: _____________________________ : _____________________________ : _____________________________ : _____________________________
Pendahuluan
:
Isi
:
Kesimpulan
:
SUARA PENGHARAPAN
Renungan dan Warta Jemaat GSJA CWS Rajawali
Penanggung jawab : Pdt. Antonius Mulyanto, M.Div.Koord. Pelaksana & Editor : Pdt. Relly Christian Supit, S.Th.Sekretaris Umum : Ibu Ribkha G. Mantiri Alamat Sekretariat : Ruko Depok Mall B. 42 - 43, Kota Depok.Tel. (021) 776 0204 Fax (021) 776 0205.
Kunjungi Website kita, yakni : RajawaliFamily.com