Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan
Grace Mutiara Lauren
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ABSTRAK GRACE MUTIARA LAUREN. Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan. Dibimbing oleh DEWI REZALINI ANWAR. Taman lingkungan adalah sebuah taman di kawasan perumahan yang digunakan dan dimiliki oleh masyarakat setempat. Taman lingkungan merupakan sebuah ruang terbuka dengan fungsi baik sosial dan estetika sebagai media untuk kegiatan rekreatif atau kegiatan lainnya di kawasan perumahan (UU No 5 Tahun 2008). Dilihat dari kondisi ruang terbuka yang terus berkurang menyebabkan anak-anak lebih menyukai bermain komputer dan menonton TV sehingga anak-anak cenderung lebih pasif dan individual. Oleh karena itu, dibutuhkan desain taman lingkungan untuk anak usia sekolah untuk menciptakan ruang bermain yang rekreatif dan edukatif bagi anak-anak. Desain adalah mencari bentuk-bentuk yang memenuhi program. Ini berkaitan dengan solusi tertentu, sementara program ini berkaitan dengan karakteristik umum dan hasil yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial dengan wawancara dan penyebaran kuisioner awal pada 30 responden untuk membentuk 3 alternatif desain. Ketiga alternatif desain ini dinilai dan dipilih oleh 10 responden untuk menghasilkan desain final. Desain final merupakan kombinasi dari ketiga alternatif desain yang dapat memenuhi fungsi sosial dan edukatif bagi pengguna taman lingkungan. Desain final ini akan dijelaskan dalam gambar denah lanskap, denah penanaman lanskap, gambar detil berupa gambar potongan keseluruhan tapak, gambar detil hardscape dan softscape, serta gambar perspektif. Kata kunci: anak usia sekolah, desain lanskap, dan taman lingkungan. ABSTRACT Neighborhood park is a park in the residential area that is used and owned by the local community. Neighborhood park is an open space with both social and aesthetic functions as a medium for recreational activities or other activities in the area of housing (Act No. 5 of 2008). Viewed from the condition of open space an ever reduced made children to prefer playing computer and watching TV so they looks more passive and individual. Therefore, we need a neighborhood park design for school age children to create a space for playing. Design is the search for forms that satisfy a program. It deals with particular solutions, while the program is concerned with general characteristics and desired outcomes. The method used in this research is a social approach to interviews and distribution of questionnaires beginning at 30 respondents to form three design alternatives. The three design alternatives is assessed and selected by 10 correspondents to produce the final design. Final design is a combination of all three design alternatives that can meet the social and educational functions for the user neighborhood parks. Final design will be explained in the site plan, planting drawings, detail section drawings of site, hardscape and softscape detail drawings, and perspective drawings. Keywords: landscape design, neighborhood park, and school age children
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2012
Grace Mutiara Lauren A 44080060
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan
Grace Mutiara Lauren
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
: Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan : Grace Mutiara Lauren
NRP
: A 44080060
Departemen : Arsitektur Lanskap
Disetujui, Dosen Pembimbing
Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des NIP. 19800318 200812 2 001
Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat lulus dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. kedua orang tua, Bpk. Kisman dan Ibu Yanti Chandra, serta kedua adik, Cassandra Mutiara Cen dan Agneslystia Mutiara Cen atas segala dukungan baik moril maupun materiil dan pengertiannya selama penulis dalam masa studi, 2. Ibu Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan arahan, saran, dan kritik; serta yang telah berbagi ilmu dalam desain, 3. Ibu Dr. Ir. Afra DN Makalew, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan masukan selama masa studi penulis, 4. Ibu Fitiryah Nurul H Utami, ST, MT sebagai dosen pembahas pada kolokium dan seminar, serta sebagai dosen penguji bersama ibu Dr. Ir. Indung Siti Fatimah, Msi. 5. keluarga besar Cen (Sandy, Wilson, Kevin, Ci Lisia, Ci Vina, Khuku Ciang Moy, Khuku Siat Moy, Suksuk Atat, dll), tante Okta dan tante Ririn yang juga turut menyemangati dan mendoakan penulis dalam penyelesaian tugas akhir, 6. rekan-rekan Mahasiswa Arsitektur Lanskap 45 yang telah memberikan semangat, sahabat untuk berbagi kegalauan, teman untuk saling mendukung dan mengingatkan dalam proses penyusunan skripsi, 7. Jihan sebagai rekan selama bimbingan skripsi, 8. Septyan Susetyo Aribowo yang telah membantu penulis dalam pengukuran tapak; Widyastuti Utami dan Rida Agniya yang memberikan masukan selama proses pengerjaan grafis; Amelia Utami dan Nimas Gania sebagai “geng” anak-anak yang telah berbagi informasi mengenai taman untuk anak-anak;
serta Oryza Nikita, Dian Permatasari, Cherish Nurul Ainy, Nefalianti Destriana, 9. keluarga besar Arsitektur Lanskap, seluruh dosen dan juga staf Arsitektur Lanskap, kakak kelas ARL 43, 44 yang telah bersedia untuk berbagi ilmu, dan juga adik kelas ARL 46, 47, 48 yang telah mendoakan dan memberikan semangat, 10. seluruh staff Departemen Arsitektur Lanskap (Mas Rahmat, Bu Yeni, Mba Sobariah, Mas Adi), 11. teman-teman kostan Family House, khususnya Stella Allineshia, F Irena Napitupulu, Primita Ananda, Ristania, Tania Juanita, Erni Steffi, Anna, Indah, Intan, Resti, dan Risa yang juga telah mendoakan dan memberikan semangat, 12. teman SMP (Livong) dan SMA (kelas X-6, XI, XII IPA 2, Indra Ramdhani, dan Andri “Jawa”) yang juga telah memberikan doa, semangat, “hiburan” dan dukungannya dalam proses pengerjaan sampai skripsi selesai. 13. warga Cluster Callysta, Taman Permata, Bintaro, khususnya Bapak dan Ibu RW 20. Terimakasih atas doa dan dukungannya selama skripsi ini bisa selesai pada waktunya. Terimakasih juga pada pihak-pihak lain yang terkait, yang telah memberikan dukungannya, sehingga penelitian dapat diselesaikan.
Penyusun
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Agustus 1990 dari bapak Kisman dan ibu Yanti Chandra. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari Sekolah Dasar (SD) Swasta Eka Wijaya, CibinongBogor pada tahun 2002. Pendidikan dilanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Eka Wijaya, Cibinong-Bogor dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI/PMDK sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis melaksanakan kegiatan Magang Profesi Arsitektur Lanskap di Dinas Pertamanan Kota Bogor pada bulan Februari 2011. Penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) pada tahun 2009-2010 sebagai pengurus pada divisi Informasi (INFOS) dan pada tahun 2010-2011 sebagai pengurus pada divisi FunRaising (FR). Disamping itu, penulis juga menjadi asisten mahasiswa pada mata kuliah Desain Lanskap pada tahun ajaran 2011/2012 dan Dasar-dasar Arsitektur Lanskap pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis sempat mengikuti beberapa sayembara di bidang Arsitektur Lanskap dan mengikuti seminar, pelatihan, atau diskusi mengenai Arsitektur Lanskap.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................ii ABSTRAK ...............................................................................................................iii LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................v KATA PENGANTAR .............................................................................................vi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................................1 1.2 Tujuan ..................................................................................................2 1.3 Manfaat ................................................................................................2 1.4 Kerangka Pikir .....................................................................................3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain ...................................................................................................4 2.2 Taman ...................................................................................................5 2.3 Taman Lingkungan ...............................................................................6 2.4 Taman Bermain (Children Playground) ................................................6 2.5 Anak Usia Sekolah ................................................................................8 2.6 Perumahan .............................................................................................9 2.7 Cluster ....................................................................................................10 III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi .................................................................................11 3.2 Tahapan Penelitian ................................................................................12 3.3 Proses Mendesain ..................................................................................14 3.4 Batasan Studi ........................................................................................16 3.5 Alat dan Bahan ......................................................................................16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Tapak .......................................................................................17 4.1.1 Aspek Fisik 4.1.1.1 Lokasi dan Batas Tapak .................................................17
4.1.1.2 Topografi dan Tanah ......................................................19 4.1.1.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi .............................................20 4.1.1.4 Drainase ..........................................................................22 4.1.1.5 Iklim ...............................................................................23 4.1.1.6 Fasilitas dan Utilitas .......................................................23 4.1.1.7 Visual ..............................................................................25 4.1.1.8 Vegetasi dan Satwa ........................................................25 4.1.2 Aspek Sosial ...............................................................................26 4.2 Analisis dan Sintesis .............................................................................29 4.2.1 Aspek Fisik dan Biofisik 4.2.1.1 Lokasi dan Batas Tapak .................................................30 4.2.1.2 Topografi dan Tanah ......................................................30 4.2.1.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi .............................................30 4.2.1.4 Drainase ..........................................................................32 4.2.1.5 Iklim ...............................................................................32 4.2.1.6 Fasilitas dan Utilitas .......................................................32 4.2.1.7 Visual ..............................................................................34 4.2.1.8 Vegetasi dan Satwa ........................................................36 4.2.2 Aspek Sosial ...............................................................................38 4.3 Konsep 4.3.1 Konsep Dasar ..............................................................................38 4.3.2 Konsep Desain ............................................................................39 4.3.3 Konsep Pengembangan ...............................................................40 4.3.3.1 Konsep Sirkulasi .............................................................40 4.2.3.2 Konsep Elemen ...............................................................40 4.3.3.2.1 Elemen Lunak (Vegetasi) ................................42 4.3.3.2.2 Elemen Keras ...................................................42 4.3.3.3 Konsep Ruang dan Fasilitas ...........................................42
4.3.3.4 Konsep Permainan Anak ................................................46 4.3.3.5 Konsep Edukasi ..............................................................48 4.3.4 Block Plan ...................................................................................48 4.4 Desain ...................................................................................................50 4.4.1 Alternatif Desain 1 ......................................................................50 4.4.2 Alternatif Desain 2 ......................................................................51 4.4.3 Alternatif Desain 3 ......................................................................53 4.4.4 Desain Final ................................................................................53 4.5 Denah Penanaman dan Detil Penanaman .............................................59 4.6 Detil .......................................................................................................62 4.6.1 Potongan dan Potongan Tampak Keseluruhan Tapak .................62 4.6.2 Paving dan Jalur Rekleksiologi ...................................................62 4.6.3 Bangku Taman ............................................................................66 4.6.4 Papan Nama Tanaman ................................................................66 4.6.5 Pot Tanaman ...............................................................................66 4.6.6 Lampu Taman .............................................................................70 4.6.7 Permainan Anak (set) ..................................................................70 4.6.8 Ayunan ........................................................................................70 4.7 Perspektif ..............................................................................................75 4.8 Program .................................................................................................75 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...........................................................................................77 5.2 Saran .....................................................................................................78 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................79 LAMPIRAN .............................................................................................................82 1. Kuisioner Penelitian ..............................................................................83 2. Panduan Wawancara .............................................................................85
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................................3 2. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................................11 3. Proses Mendesain Model Simonds yang telah dimodifikasi .............................14 4. Bagian Proses Desain .........................................................................................16 5. Peta Batas Perumahan Taman Permata ..............................................................17 6. Peta Inventarisasi ...............................................................................................18 7. Peta Batas Taman Lingkungan ..........................................................................19 8. Ketinggian Tapak Eksisting ...............................................................................20 9. Peta Aksesibilitas ...............................................................................................20 10. Sirkulasi Eksisting...............................................................................................21 11. Drainase dan Nug ...............................................................................................22 12. Fasilitas Taman ..................................................................................................23 13. Peta Inventaris Fasilitas Taman .........................................................................24 14. Pemandangan dari luar dan dalam Taman Lingkungan .....................................25 15. Vegetasi .............................................................................................................26 16. Peta Inventaris Vegetasi .....................................................................................27 17. Aktivitas Pengguna Taman Lingkungan ............................................................29 18. Peta Analisis Sirkulasi .......................................................................................31 19. Peta Analisis Iklim .............................................................................................33 20. Peta Analisis Visual ...........................................................................................35 21. Peta Analisis Vegetasi ........................................................................................37 22. Konsep Desain ...................................................................................................39 23. Konsep Sirkulasi ................................................................................................41 24. Konsep Elemen ..................................................................................................43 25. Konsep Ruang ....................................................................................................44 26. Aktivitas di Taman (Image Reference) ..............................................................45 27. Fasilitas (Image Reference) .................................................................................46 28. Permainan Anak (Image Reference) ..................................................................47 29. Pertumbuhan Anak (Tinggi Badan) ...................................................................47 30. Block Plan .........................................................................................................49
31. Alternatif Desain Lanskap 1 ..............................................................................52 32. Alternatif Desain Lanskap 2 ..............................................................................54 33. Alternatif Desain Lanskap 3 ..............................................................................55 34. Elemen yang disukai oleh koresponden pada Alternatif Desain 1 .....................56 35. Elemen yang disukai oleh koresponden pada Alternatif Desain 2 .....................57 36. Elemen yang disukai oleh koresponden pada Alternatif Desain 3 .....................58 37. Denah Lanskap Desain Final .............................................................................60 38. Denah Penanaman ..............................................................................................61 39. Detil Penanaman ................................................................................................63 40. Potongan Tampak ..............................................................................................64 41. Potongan .............................................................................................................65 42. Detil Paving dan Refleksiologi ..........................................................................67 43. Detil Bangku Taman ..........................................................................................68 44. Detil Papan Nama Tanaman ..............................................................................69 45. Detil Pot Tanaman .............................................................................................71 46. Detil Lampu .......................................................................................................72 47. Detil Pondasi Permainan Anak (set) ..................................................................73 48. Detil Ayunan ......................................................................................................74 49. Perspektif Keseluruhan .......................................................................................76
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Bentuk dan Kriteria Taman DKI Jakarta (Waryono, 2008) ...............................5 2. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................................12 3. Jenis, Sumber dan Kegunaan Data .....................................................................13 4. Data Iklim Bulanan Tahun 2011, Stasiun Klimatologi Pondok Betung, Ciledug, Tangerang ............................................................................................23 5. Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas ..........................................................................45 6. Vegetasi Alternatif Desain 1 ..............................................................................50 7. Vegetasi Alternatif Desain 2 ..............................................................................51 8. Vegetasi Alternatif Desain 3 ..............................................................................53 9. Vegetasi Desain Final ........................................................................................59 10. Jumlah Vegetasi yang digunakan ......................................................................59
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan tempat untuk berteduh serta melindungi dirinya dari perubahan cuaca. Tempat berteduh yang dimaksud adalah bangunan rumah atau struktur lainnya yang digunakan oleh manusia, disebut juga tempat tinggal. Dalam konteks tertentu, tempat tinggal memiliki arti yang sama dengan rumah, kediaman, akomodasi, perumahan, dan lain sebagainya (Anonim, 2012). Kawasan tempat tinggal yang baik didukung oleh kualitas lingkungan yang baik
di
sekitarnya. Kualitas lingkungan dapat ditingkatkan dengan adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang memadai di kawasan tempat tinggal. Salah satu RTH yang ada pada lingkungan perumahan/tempat tinggal adalah taman lingkungan. Taman lingkungan memberikan ruang untuk kegiatan yang bersifat rekreatif, baik aktif maupun pasif, dan juga sebagai ruang sosial bagi masyarakat di lingkungan tempat tinggal tersebut. Taman lingkungan juga memungkinkan masyarakat sekitarnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya, baik bersifat alami maupun buatan. Pada dasarnya, manusia memiliki kebutuhan dasar untuk penyegaran diri melalui interaksinya dengan keindahan alam dan lingkungannya (Maslow 1943 dalam Huitt 2004). Selain itu, taman lingkungan juga sering dimanfaatkan sebagai area bermain anak-anak dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Selain aktivitas bermain yang rekreatif, aspek edukatif pun perlu dikembangkan dalam menciptakan taman lingkungan untuk anak-anak. Anak-anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan (Hastuti, 2012). Menurut Hastuti (2012), anak yang berada di Sekolah Dasar (SD) adalah anak yang berada pada rentangan usia perkembangan anak yang sangat penting bagi kehidupannya, karena masih dapat menerima berbagai hal yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, usia sekolah dasar merupakan sasaran yang sesuai untuk penelitian ini. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan kondisi yang ada saat ini, sebagian besar anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kegiatan pasif dan cenderung individual, seperti
2
menonton TV, bermain game di komputer, dan sebagainya. Kecenderungan anakanak yang lebih suka bermain di dalam rumah, dapat mengurangi fungsi dari RTH/taman di kawasan perumahan, khususnya perkotaan. Taman lingkungan yang berada di cluster Callysta sudah digunakan dengan baik oleh warga yang mayoritas adalah keluarga yang mempunyai anak pada usia sekolah dasar. Mayoritas pengguna taman ini adalah anak-anak, baik warga cluster maupun dari luar cluster, yang berkunjung ke taman pada sore hari saat hari kerja (Senin-Jumat) dan hari libur (Sabtu dan Minggu). Untuk mengurangi kecenderungan yang terjadi pada anak-anak saat ini, maka diperlukan suatu studi untuk mendesain taman lingkungan bagi anak usia sekolah sebagai bentuk pemanfaatan RTH di kawasan perumahan. Taman ini diharapkan dapat menjadi sarana bermain sekaligus dapat meningkatkan kepedulian dan kesadaran lingkungan pengguna, khususnya bagi anak-anak. Oleh karena itu, taman lingkungan pada cluster ini sesuai untuk lokasi penelitian.
1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. mengidentifikasi dan menganalisis karakter pengguna taman lingkungan untuk mengetahui kebutuhan dan harapan pengguna khususnya bagi anakanak, 2. menyusun konsep desain taman lingkungan yang berwawasan lingkungan bagi anak-anak, 3. mendesain taman lingkungan yang mampu meningkatkan kesadaran lingkungan bagi penggunanya, khususnya anak-anak.
1.3 Manfaat Manfaat dari perancangan taman lingkungan adalah: 1. acuan, masukan/rekomendasi, dan bahan pertimbangan bagi perencana, perancang, dan pengelola perumahan (stakeholder) serta pemerintah dalam menata taman lingkungan yang fungsional dan estetik,
3
2. pembelajaran bagi mahasiswa dalam perancangan taman lingkungan, yang fungsional dan estetik serta sesuai dengan aktivitas dan harapan pengguna khususnya bagi anak-anak, 3. karya baru dalam Arsitektur Lanskap dalam mendesain taman lingkungan dengan melibatkan warga sebagai pengguna untuk menciptakan taman yang fungsional dan estetik.
1.4 Kerangka Pikir Sebuah taman lingkungan dibentuk oleh aspek fisik dan bio-fisik serta aspek sosial. Kedua aspek ini akan diidentifikasi dan dianalisis, baik secara deskriptif maupun spasial. Hasil dari analisis ini adalah sintesis dan konsep, yang akan dikembangkan dalam perancangan taman lingkungan di kawasan perumahan (Gambar 1). Peningkatan kualitas lingkungan tempat tinggal Ruang Terbuka Hijau (RTH) di cluster Callysta Taman lingkungan
Aspek Fisik dan Biofisik
Aspek Sosial
(lokasi&batas tapak, visual, sirkulasi&aksesibilitas, iklim, topografi, fasilitas, vegetasi dan satwa)
(pengguna [orang tua dan anak-anak], kebutuhan pengguna, aktivitas, waktu aktivitas)
Analisis dan Sintesis Konsep Desain taman lingkungan untuk anak usia sekolah dasar di cluster Callysta Denah lanskap, gambar detail, perspektif, program Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain Desain adalah suatu proses kreatif yang merespon suatu kondisi dengan berkonsenterasi pada ide, arti, dan nilai-nilai. Desain lanskap adalah pembentukan suatu bentang alam yang dapat dikenang, berarti, bernilai dan berkelanjutan. Desain lanskap dapat dilihat sebagai suatu solusi inovatif dari masalah suatu lingkungan akibat pengaruh ekologi, teknologi, dan budaya. Desain lanskap yang baik adalah suatu desain yang dapat mengintegrasikan antara pengaruh ekologi dan manusia yang terus berubah (Fireza, 2008). Menurut Both (1990), proses desain memiliki manfaat seperti: 1. memberikan logika, mengorganisasi bagan kerja untuk menciptakan solusi desain, 2. menolong untuk memastikan bahwa muncul solusi untuk masalah desain (tapak, kebutuhan klien, budget, dan lain-lain) 3. pertolongan bagi klien dalam menemukan penggunaan terbaik untuk tapak dengan cara mempelajari solusi-solusi alternatif, dan 4. menjadi dasar untuk menjelaskan dan mempertahankn solusi desain bagi klien. Menurut Kevin Lynch dan Gary Hack dalam Swaffield (2002), desain adalah proses membayangkan dan mencari kemungkinan, yang berasal dari pengalaman. Desain adalah mencari bentuk yang memenuhi program, yang berhubungan dengan solusi yang berkaitan dengan karakteristik umum dan hasil yang diinginkan. Desain lanskap berhubungan dengan tiga elemen yaitu: 1. pola aktivitas, yang digambarkan dari diagram aktivitas, yang mengatur perilaku, karakter pengguna, hubungan ruang dan aktivitas, dan kepadatan pengguna, 2. pola
sirkulasi,
merupakan
penataan
jalur
untuk
pergerakan
yang
menghubungkan setiap ruang, 3. pola yang menghubungkan ruang, memberikan pengalaman pada apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
5
2.2 Taman Taman merupakan salah satu bentuk pemanfaatan lahan RTH yang berupa ruang terbuka bagi manusia untuk melakukan berbagai aktifitas, yang memiliki fungsi sosial dan estetik (Eriawan, 2003 dalam Pratiwi, 2011). Setiap bentuk RTH memiliki kriteria tersendiri untuk mencapai target pemenuhan RTH suatu wilayah. Terdapat 5 kriteia RTH berdasarkan status kepemilikan, sasaran, peranan fungsi, jenis yang dikembangkan, dan intentitas pengelolaan yang ditunjukan pada Tabel 1 (Waryono (2008), dalam Pratiwi, 2011). Tabel 1. Bentuk dan kriteria RTH taman di DKI Jakarta (Waryono, 2008) No
Kriteria
Bentuk RTH : Taman
1
Sasaran
Kawasan strategis keindahan lingkungan
2
Peran dan fungsi
Estetika, rekreasi, peredam polusi
3
Vegetasi
Tanaman hias, rerumputan
4
Intensitas pengelolaan
Tinggi
5
Status kepemilikan
Umum dan perorangan
sebagai
penunjang
Taman merupakan suatu ruang publik, yang dapat dijadikan sebagai salah satu area aktivitas anak-anak, yaitu tempat bermain (playground) (Darmawan, 2007). Menurut Hidayat (2009) dalam Pratiwi (2011), pemanfaatan lingkungan lokal merupakan pendekatan sosialisasi anak didik terhadap obyek dan persoalan di lingkungannya, sehingga dapat menyatu dengan lingkungan dan ekosistemnya. Hasil dari sosialisasi pemanfaatan lingkungan lokal ini adalah anak-anak yang beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, dan mandiri. Pemanfaatan taman yang baik adalah taman yang memperhatikan lahan yang didesain memiliki aspek legal, memilih tanaman yang cocok, desain taman harus disertai daya dukung, mudah perawatannya, dan elemen taman tidak harus mahal. Taman terdiri dari dua elemen utama yaitu elemen lunak (softscape) dan elemen keras (hardscape) (WS Don, 2003). Elemen lunak (softscape) adalah elemen atau material hortikultura yang membuat suasana sebuah taman menjadi hidup, terdiri dari vegetasi, satwa, air, angin, dan lain sebagainya. Elemen keras (hardscape) seperti bangunan taman. Komposisi warna dan bentuk, serta
6
keharmonisan elemen taman akan membentuk sebuah taman yang nyaman dan indah.
2.3 Taman Lingkungan Berdasarkan UU No. 5 tahun 2008 tentang “Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan”, taman lingkungan adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif atau kegaitan lain pada tingkat lingkungan. Menurut Carr (1942) dalam Dimastanto (2008), taman lingkungan adalah ruang terbuka yang dibangun dan dikembangkan di lingkungan perumahan atau pemukiman, yang diperuntukan bagi masyarakat umum dan diatur sebagai area ruang terbuka kota atau sebagai bagian dari pembangunan oleh swasta, misalnya taman bermain, fasilitas olahraga, dan lainnya. Penyediaan taman lingkungan adalah untuk kebutuhan rekreasi terbatas yang diperuntukkan bagi kebutuhan masyarakat kota, taman lingkungan diperuntukkan
bagi interaksi masyarakat
setempat (Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2007). Oleh karena itu, taman lingkungan umumnya memiliki lokasi yang berada pada pusat lingkungan perumahan serta mudah diakses.
2.4 Taman Bermain (Children Playground) Taman bermain anak (children playground) adalah tempat yang dirancang bagi anak-anak untuk melakukan aktivitas bermain dengan bebas untuk memperoleh keriangan, kesenangan, dan kegembiraan serta sebagai sarana mengembangkan kemampuan kognitif, sosial, fisik, serta kemampuan emosinya. Taman bermain di ruang publik merupakan taman bermain yang dikelola oleh pemerintah, swasta, komunitas masyarakat, serta sekolah yang dapat diakses oleh siapa saja dari berbagai latar belakang dan kemampuan. Taman bermain tidak harus dikembangkan dengan semua jenis permainan, tetapi disesuaikan dengan kondisi setempat dan tingkatan permainan yang diinginkan dengan selalu mengacu pada keselamatan penggunanya (Baskara, 2011).
7
Menurut Baskara (2011) mendesain ruang rekreasional harus sesuai dengan kebutuhan, sasaran pengguna dan jenis permainan yang ingin ditampilkan. Berdasarkan kebiasaan, terdapat beberapa jenis permainan
yang dapat
diakomodasi di dalam taman bermain: a. Permainan fisik, menuntut pemain untuk selalu aktif bergerak seperti melompat, berlari, bersepeda, merangkak, merayap, memanjat, atau meluncur. Permainan dinamis ini dapat melatih aktivitas motorik sehingga anak dapat berkembang dengan baik. b. Permainan kreatif, dalam permainan ini dibutuhkan imajinasi dan khayalan. Material yang dapat dibentuk atau ditransformasikan seperti pasir, air, gravel, atau lempung digunakan dalam tipe permainan ini. Sulit bagi anak-anak untuk tetap mempertahankan bentuk ketika bermain dengan material diatas sehingga merangsang anak untuk berimajinasi dan akhirnya melatih anak untuk terus kreatif. c. Permainan sosial, permainan yang menitikberatkan pada sosial dan hubungan antar pemain, seperti kejar-kejaran, bersembunyi, dan permainan tim dengan aturan dimana imajinasi merupakan alat utama yang digunakan dalam seluruh aktivitas. Dengan permainan dasar yang dibutuhkan untuk mendorong imajinasi, hal ini lebih efektif untuk memberikan elemen yang abstrak, sugesti dimana anak-anak akan mampu beradaptasi dengan teman sebayanya melalui cara mereka sendiri. d. Permainan indra, semua indra digunakan dalam semua aktivitas manusia, anak-anak merupakan pioner sesungguhnya dalam bereksperimen, sehingga permainan yang melibatkan pengalaman indra yang selalu dibutuhkan dan diaplikasikan dalam taman bermain. Elemen
yang didesain untuk
menstimulasi indra peraba, pendengaran, penglihatan, dan penciuman, akan memperkaya pengalaman rekreasi anak-anak. e. Permainan dalam ketenangan, penyediaan kemungkinan untuk beristirahat dan berpikir dalam taman bermain merupakan kegiatan yang sama-sama penting seperti stimulasi aktivitas fisik. Suasana tenang dan damai membuat anak-anak dapat berkonsenterasi dengan aktivitasnya, bebas dari gangguan
8
luar. Pada area ini juga didesain kotak pasir, meja dan kursi, serta area yang cukup terlindungi dari sengatan matahari.
2.5 Anak Usia Sekolah Dasar Anak usia sekolah dimulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau TK (Taman Kanak-kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menegah Atas). PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, umumnya berusia 0-6 tahun. Sedangkan, TK adalah pendidikan formal yang tujuannya sama dengan PAUD. Masa belajar anak di TK tergantung pada tingkat kecerdasan yang dinilai dari rapor per semester selama 2 tahun. Umur rata-rata minimal untuk masuk TK sekitar 4-5 tahun dan umur ratarata untuk lulus TK sekitar 6-7 tahun, yang kemudian dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan SD (Wikipedia Indonesia, 2012). Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas, 2012) menyebutkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yaitu SD (atau sederajat) selama 6 tahun dan SMP (atau sederajat) selama 3 tahun. Pelajar SD umumnya berusia 7-12 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar SMP umumnya berusia 13-15 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Selanjutnya adalah SMA yang merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar, yang umumnya berusia 16-18 tahun. Dalam bukunya, Hastuti (2012) membagi masa anak-anak dalam tiga masa, yaitu: a. Masa anak-anak permulaan (usia 1-6). Anak pada usia ini dipenuhi dengan keinginan dan selalu bertanya “mengapa” dan “untuk apa”. Anak juga akan sangat suka meniru, serta ingin menghabiskan waktunya dalam permainan yang aktif. Anak-anak ini sangat mudah percaya kepada apa yang dikatakan orangtua dan teman-teman dekatnya. b. Masa anak-anak pertengahan (usia 7-9). Pada usia ini, anak memiliki kecenderungan beraktifitas yang terkendali dan termotivasi karena
9
sebuah tujuan. Anak-anak di usia ini tetap ingin tahu dan mempunyai banyak pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur dan memiliki alasan yang logis. c. Masa anak-anak terakhir pada usia 6-7 tahun sampai 12-13 tahun. Periode ini dimulai setelah anak melewati masa degil, dimana proses sosialisasi telah berlangsung secara efektif dan telah siap untuk masuk sekolah. Masa anak-anak akhir ini adalah tahap terpenting bagi anakanak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada pada dirinya, seperti aspek afektif, kognitif, psikomotorik, maupun aspek yang menyongsong masa remaja. Masa anak ini diharapkan untuk memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan masa dewasa. Dengan mempelajari keterampilan tertentu, seperti keterampilan sosial.
2.6 Perumahan Rumah tidak sekedar benda mati, melainkan proses yang dinamis yang terus berkembang sesuai dengan siklus kehidupan manusia, pertumbuhan keluarga dan peningkatan sosial-ekonomi. Kebanyakan rumah penduduk Indonesia tidak hanya berfungsi tunggal sebagai tempat tinggal, tetapi juga berfungsi ganda sebagai wahana menambah penghasilan. Terdapat kaitan yang erat antara rumah dan perumahan dengan segala sumber kehidupan manusia. Saat ini, perumahan merupakan
kebutuhan
sosial
yang
dapat
berfungsi
sebagai
instrumen
pembangunan yang aktif. Perumahan sebaiknya mengacu pada proses yang menerus, bukan produk yang “mati.” Dalam kehidupan sehari-hari, perumahan selalu tumbuh sebagai proses organis, bagaikan jasad hidup (Budihardjo 2006). Sedangkan, berdasarkan UU RI Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dijelaskan bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lignkungan. Eckbo (1964) menerangkan bahwa lingkungan pemukiman/perumahan adalah suatu area yang didalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau kumpulan tempat tinggal dan sarana perkantoran, niaga, pendidikan, budaya, kesehatan, dan
10
fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut. Kehadiran fasilitas penunjang yang terkumpul dan tersusun rapi di suatu kelompok hunian (cluster), adanya hubungan antar rumah melalui jalur yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, taman yang tersebar secara radial ataupun paralel, dan akses ke luar lingkungan yang mudah dapat menciptakan hubungan ketetanggan yang ideal dalam lingkungan pemukiman/perumahan.
2.7 Cluster Menurut Simonds (1978) perencanaan perumahan dengan konsep cluster saat ini sedang berkembang. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan untuk meningkatkan ruang terbuka dan ruang publik pada sebuah kawasan, dengan merencanakan sebuah kawasan tempat tinggal dengan sistem pengelompokan. Simonds (1978) juga mengatakan bahwa inovasi yang menjanjikan dalam perencanaan lahan adalah dengan sistem cluster atau mengelompokkan tempat tinggal dan bangunan lainnya dalam suatu lingkungan yang padat. Pada perencanaan dengan sistem cluster pada bangunan komersial sangat penting untuk menyediakan ruang pendukung tambahan agar dapat membatasi pembangunan lahan serta dapat menghemat dan menciptakan ruang yang nyaman.
11
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan penelitian ini berlokasi di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata, Bintaro, Tangerang Selatan. Perumahan Taman Permata memiliki 4 cluster, yaitu Callysta, Adora, Oriana, dan Vania. Lokasi penelitian terletak di Kota Tangerang Selatan, pada titik koordinat 106’38” – 106’47’ BT dan 06’13’30’ – 06’22’30 LS (Portal Resmi Pemerintah Kota Tangerang Selatan, 2012), dan Cluster Callysta terletak pada titik koordinat -6° 17' 25.93", +106° 41' 59.45" (Google Maps).
Sumber : Penelusuran Google Map
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
12
Penelitian dilakukan selama tiga bulan mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 untuk mengumpulkan data, dan selama empat bulan untuk pengolahan data mulai bulan Agustus sampai dengan November 2012. Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian Waktu Pelaksanaan N Kegiatan o Jan Feb-Mei Juni Juli Ags Sept Persiapan 1 Proposal 2 Kolokium 3 Perijinan Pekerjaan Lapang 4 Inventaris Pekerjaan Studio/Pengolahan Data 5
Analisis& Sintesis
6 7
Konsep Desain
Okt Nov
Des
Pekerjaan Akhir 8
Penyusunan Laporan
9
Seminar
10 Sidang
3.2 Tahapan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial dengan melakukan wawancara langsung terhadap pengelola dan terhadap warga cluster Callysta, serta penyebaran kuisioner pada pengguna (data sosial). Tahapan penelitian ini meliputi: 1. Persiapan, yang meliputi penyusunan proposal, kolokium, dan perijinan ke lokasi penelitian. 2. Pekerjaan lapang, yang meliputi pengumpulan data (inventaris) fisik, biofisik, dan sosial. 3. Pekerjaan studio/pengolahan data, yang meliputi analisis dan sintesis, konsep, dan desain. 4. Pekerjaan akhir, yang meliputi penyusunan laporan tertulis, seminar, dan sidang/ujian.
13
Tabel 3. Jenis, Sumber, dan Kegunaan Data Jenis/Aspek data
1.
Ruang • lokasi •
luas tapak
Unit data
Kategori Cara data pengambilan Fisik – Biofisik
Sumber data
-
Primer
Survei lapang
Pengelola pemukiman
m2
Primer
Survei lapang
Pengelola pemukiman
Primer dan sekunder
Survei lapang
Data Pemda Tangerang Selatan
2.
Topografi
-
3. •
Iklim Suhu
0
Sekunder
-
BMKG
•
Curah hujan
mm/tahun
Sekunder
-
BMKG
•
km/jam
Sekunder
-
BMKG
4.
Kecepatan angin Jenis Tanah
-
Sekunder
-
Puslitan
5.
Vegetasi
-
Primer
Survei lapang
-
6.
Satwa
-
Primer
Survei lapang
-
7.
Aksesibilitas
-
Primer
Survei lapang
-
8.
Sirkulasi
-
Primer
Survei lapang
-
9.
Utilitas
-
Primer
Survei lapang
-
10. Fasilitas
-
Primer
1.
Pengguna
Jumlah, profil pengguna
Primer
2.
Keinginan/ kebutuhan pengguna
-
3.
Aktivitas
4.
Waktu aktivitas
C
Survei lapang Sosial Wawancara pengelola dan pengguna
-
Primer
Wawancara, kuisioner
-
-
Primer
Survei lapang& wawancara
-
Jam
Primer
Survei lapang& wawancara
-
-
Kegunaan data
Mengetahui kondisi umum lokasi Mendesain taman lingkungan Analisis drainase, struktur dan fasilitas Menentukan kenyamanan Menentukan penempatan drainase
Pengembangan struktur dan menentukan kemampuan tumbuh tanaman Menentukan iklim mikro Menghadirkan habitat satwa Menentukan desain sirkulasi Menentukan penempatan fasilitas dan utilitas Menentukan penempatan dan desain fasilitas
Mengetahui daya dukung Mengakomodasi keinginan&kebu -tuhan pengguna Mendesain ruang, fasilitas&utilitas Mendesain fasilitas-utilitas Mengetahui kebutuhan ruang bagi user Mengetahui kebutuhan ruang bagi user
14
3.3 Proses Mendesain Dalam penelitian ini, proses mendesain yang digunakan adalah model Simonds yang telah dimodofikasi (Gambar 3), dengan menggunakan tiga alternatif desain. Sebagian proses mendesain akan dilakukan pada tahap persiapan sampai menghasilkan sintesis (block plan). 30 kuisioner
Inventarisasi
Anallisis
Kondisi fisik, biofisik, sosial
Potensi dan Kendala
Sintesis
Alternatif terhadap permasalahan
Konsep
Alokasi ruang dan aktivitas
Desain
3 Alternatif Desain
10 responden
Desain Final
Peta Dasar
Peta Tematik Peta Komposit
Block Plan
Konsep Dasar Konsep Pengembangan Konsep Desain
Site Plan Gambar Detil
Gambar 3. Proses Mendesain Model Simonds yang telah dimodifikasi
a. Inventaris, merupakan proses awal dalam mendesain yang meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung saat di lapangan seperti data fisik (batas tapak dan luas tapak) dan data sosial, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur atau data yang tidak dimungkinkan didapatkan sendiri pada saat dilapangan, seperti data iklim, topografi, dan utilitas. Untuk data ruang, vegetasi, satwa, fasilitas, sirkulasi, aksesibilitas merupakan jenis data primer sekunder, yang dapat diamati langsung di lapang dan kemudian disesuaikan dengan data sekunder yang ada. Pada proses ini juga akan disebarkan 30 kuisioner kepada warga cluster, baik orang tua maupun anak-anak. Tujuan dari kuisioner ini adalah untuk mengetahui harapan, keinginan, dan
15
pengetahuan pengguna taman, dalam hal ini warga cluster yang kemudian menjadi dasar pembentukan alternatif desain yang ada. b. Analisis dilakukan untuk mengetahui potensi, kendala, keinginan/kebutuhan pengguna, dan/atau kemungkinan solusi pada tapak. Proses ini akan menghasilkan peta tematik dan peta komposit dari analisis data primer dan sekunder. c. Sintesis, merupakan hasil yang diperoleh dari analisis spasial deskriptif, yang akan dikembangkan untuk desain/perancangan, yang merupakan alternatif terbaik dari pemecahan masalah yang akan dikembangkan menjadi konsep. Hasil dari proses sintesis adalah block plan yang merupakan penyusunan kebutuhan ruang, sehingga akan diketahui jenis ruang yang akan diperlukan untuk menyusun diagram ruang beserta keterkaitan ruang. d. Konsep merupakan hasil dari analisis dan sintesis yang dikembangkan menjadi konsep dasar, konsep desain dan konsep pengembangan. Konsep dasar dibuat berdasarkan fungsi utama tapak yang akan dikembangkan menjadi konsep ruang, konsep vegetasi, konsep sirkulasi, dan lain sebagainya. Konsep desain akan menjadi dasar/atau acuan dalam mendesain yang kemudian akan menjadi identitas atau ciri dari tapak tersebut. e. Desain/perancangan merupakan pembuatan site plan dan gambar detail dari rencana blok (block plan) dan konsep pada elemen yang akan dihadirkan, dengan memperhatikan prinsip desain, seperti : •
tema, gambaran karakter tertentu yang diwujudkan dalam tapak dengan karakter tertentu
•
gradasi, pengulangan material, bentuk, tekstur, dan elemen desain lainnya
•
kontras, hal yang menarik perhatian
•
keseimbangan, seimbang dari porsi bentuk maupun porsi pada elemen desain.
Pada tahap ini, akan dihasilkan tiga alternatif desain dari penyebaran kuisioner pertama. Alternatif desain ini dibedakan dari pola, jenis vegetasi yang digunakan, dan fasilitas yang tersedia pada taman. Ketiga alternatif desain ini akan dinilai dan dipilih oleh 10 warga cluster untuk menghasilkan sebuah
16
desain final. Desain final ini merupakan perpaduan dari elemen-elemen yang disukai oleh warga. 30 Kuisioner
Desain
Alternatif 1 Alternatif 2
10 Responden
Alternatif 3
Desain Final Site Plan
Gambar 4. Bagian Proses Desain
3.4 Batasan Studi Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa denah lanskap (site plan), gambar detail softscape dan hardscape, gambar perspektif, gambar potongan, gambar potongan tampak, dan denah penanaman (planting plan), serta program mengenai lingkungan.
3.5 Alat dan Bahan Alat yang diperlukan dalam kegiatan lapang pada penelitian ini adalah alat survei seperti kamera, alat tulis, dan lain sebagainya. Untuk kegiatan studio diperlukan alat berupa PC/Laptop dengan software AutoCAD 2007, Sketchup, Photoshop CS, Microsoft Office Word. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah peta dasar sebagai acuan, daftar pertanyaan untuk wawancara dan kuisioner.
17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Tapak Kondisi tapak terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek fisik-biofisik dan aspek sosial-ekonomi. Aspek fisik-biofisik meliputi lokasi dan batas tapak, visual, aksesibilitas dan sirkulasi, iklim, topografi, fasilitas, serta vegetasi dan satwa. Aspek sosial meliputi data pengguna (tahun pertama cluster mulai dihuni, jumlah KK/RT/RW, rasio umur, pendidikan, suku, dan perekonomian), kebutuhan pengguna, aktivitas, dan waktu aktivitas penggunaan tapak. Peta inventaris tapak dapat dilihat pada gambar 6.
4.1.1
Aspek Fisik dan Biofisik
4.1.1.1 Lokasi dan Batas Tapak Perumahan Taman Permata terletak di Bintaro Jaya sektor 9. Perumahan ini berbatasan dengan Jalan Titihan pada bagian utara; Jalan Kalimantan, Jalan Vila Bintaro Indah dan Jalan Jombang Raya pada bagian timur; Jalan Raya Sumatera dan Jalan Haji Salim pada bagian selatan; serta Jalan Murai dan Jalan Astek pada bagian barat (Gambar 5). Cluster Callysta berbatasan dengan Cluster Adora dan jalan utama perumahan di sebelah barat; lapangan tenis di sebelah utara; Jalan Vila Bintaro Indah dan Jalan Jombang Raya di sebelah timur; serta Jalan Raya Sumatera dan Jalan Haji Salim di sebelah selatan (Gambar 7).
Sumber: Google Map, 2012
Gambar 5. Peta Batas Perumahan Taman Permata
18
19
Cluster Calysta merupakan cluster untuk masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas, dengan luas 28.781 m2 dan jumlah rumah sebanyak 113 unit rumah. Fasilitas yang disediakan cluster ini adalah gerbang cluster, pos jaga, dan taman lingkungan. Taman lingkungan terletak di depan setelah pintu masuk cluster inilah yang menjadi tapak untuk studi. Taman lingkungan ini disebut oleh warga sebagai taman bermain karena berfungsi sebagai taman bermain bagi anakanak, taman inilah yang menjadi tapak penelitian dengan luas 451 m2. Taman bermain dikelilingi oleh jalan cluster dengan batas sebelah utara terdapat pos jaga, sebelah timur terdapat tembok pembatas perumahan yang di tutupi oleh tanaman bambu, sebelah selatan terdapat rumah warga Jalan Calista 1, dan sebelah barat terdapat pagar pembatas cluster.
Sumber: Google Map, 2012
Gambar 7. Peta Batas Taman Lingkungan
4.1.1.2 Topografi dan Tanah Secara umum, sebagian besar wilayah Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan ratarata 0-3% dan ketinggian wilayah antara 0-25 mdpl. Pada umumnya Tangerang Selatan memiliki jenis tanah berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan, yang secara umum cocok untuk pertanian dan perkebunan (Portal Resmi Pemerintah Kota Tangerang Selatan, 2012). Tanah pada kawasan perumahan umumnya sudah mengalami grading dengan titik 0 pada jalan. Untuk taman lingkungan, pengembang membuat elevasi sendiri dengan ketinggian mencapai 45 cm, dengan interval 15 cm mengikuti tinggi paving/perkerasan yang ada pada taman lingkungan (Gambar 8).
20
Gambar 8. Ketinggian Tapak Eksisting
4.1.1.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi Perumahan Taman Permata dekat dengan Kota Tangerang yang dapat diakses melalui Jalan Jombang Raya. Akses lain menuju tapak adalah dengan melalui Jalan Bulevar Bintaro Jaya dari Jakarta Selatan dan Bintaro. Tapak dapat diakses melelui jalur kereta dari dengan stasiun terdekat adalah Stasiun Sudimara. Selain itu, tapak juga dapat diakses dengan menggunakan bus dengan terminal terdekat adalah Terminal Lebak Bulus (Gambar 9).
Gambar 9. Peta Aksesibilitas Sirkulasi di dalam cluster adalah jalan utama cluster dengan lebar jalan 6 meter dengan berm 2 meter. Jalan cluster ini ditujukan untuk pengendara mobil,
21
22
motor, dan sepeda dengan kecepatan maksimum 15 km/jam. Sirkulasi utama di dalam tapak hanya ada 2 pintu masuk, yaitu dari arah utara ke arah selatan. Sirkulasi lain yang tersedia pada tapak adalah sirkulasi antar ruang dan sirkulasi yang diciptakan oleh warga yang berasal dari arah timur taman (Gambar 10).
4.1.1.4 Drainase Saluran drainase pada cluster merupakan saluran drainase dibawah tanah dan tertutup dengan penutup grill besi (Gambar 11), yang terhubung dengan saluran air yang terletak dekat dengan berm. Saluran drainase tertutup ini menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras maupun tidak diperkeras dan membawanya ke dalam sebuah pipa keluar di sisi tapak ke sistem drainase perumahan. Saluran ini juga merupakan tempat penampungan pada tapak, drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak. Pada taman, air akan mengalir melalui nug ke saluran drainase yang tersedia di sekitar taman. Terdapat 2 jenis nug, pertama memiliki lebar 2 cm dengan kedalaman 5 mm dan kedua memiliki lebar 5 mm dengan kedalaman 3 mm, nug mengikuti pola perkerasan yang ada sehingga nug tidak membahayakan pengguna taman, khususnya anak-anak.
Gambar 11. Drainase dan Nug
23
4.1.1.5 Iklim Bintaro memiliki curah hujan rata-rata dalam setahun sebesar 89.3 mm dengan curah hujan tertinggi sebesar 186.2 mm pada bulan April dan curah hujan terendah 0 mm pada bulan Agustus. Suhu rata-rata dalam setahun 27.8 0C, dengan suhu tertinggi 28.6 0C pada bulan Oktober dan suhu terendah pada bulan Februari sebesar 27 0C. Kelembaban udara rata-rata setahun 75% dengan kelembaban tertinggi 85% pada bulan Januari dan kelembaban terendah pada bulan September sebesar 69%. Kecepatan angin rata-rata adalah 3.7 km/jam, dengan kecepatan angin tertinggi pada bulan Maret dan Oktober (dapat dilihat pada tabel 4). Tabel 4. Data Iklim Bulanan Tahun 2011, Stasiun Klimatologi Pondok Betung, Ciledug, Tangerang Bulan Unsur
Satuan
Curah Hujan Suhu Kelembaban Udara Kecepatan Angin
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des
Mm
170.8
132
64
186.2
122.6
75.5
71.8
0
53.1
49.3
71.1
75.7
0
26.8
27
27.2
27.5
27.8
28
27.5
28
28.4
28.6
28.1
28.1
%
85
84
80
81
81
75
76
70
69
73
77
79
Km/jam
3.7
3.7
5.5
3.7
3.7
3.7
-
3.7
3.7
3.7
3.7
5.5
C
Sumber: BMKG Pusat, Kemayoran
4.1.1.6 Fasilitas dan Utilitas Fasilitas yang ada pada taman adalah tempat sampah, ayunan, jungkatjungkit, pergola, bangku taman, planter box, dan lampu taman. Pada tapak tidak terlihat utilitas, karena seluruh utilitas seperti kabel dan pipa ditanam di tanah. Sedangkan, utilitas yang ada pada cluster ini adalah saluran gas, air, listrik, dan telepon, yang terletak pada berm.
Gambar 12. Fasilitas Taman
24
25
4.1.1.7 Visual Secara visual, tapak terlihat asri dan nyaman dengan didominasi oleh tanaman peneduh. Pada tapak, tidak terlihat adanya bad view karena setiap sisi dan ruang pada tapak dimanfaatkan dengan baik. Tembok pembatas cluster ditutupi oleh tanaman bambu (Bambusa glaucescens), sedangkan pada bagian depan pagar ditanami oleh pohon Jati (Tectonia grandiceps). Visual tapak juga didukung oleh penataan yang baik oleh penghuni pada setiap berm. Berm dan tanah huk dimanfaatkan dengan menambah tanaman, ataupun elemen taman lainnya, seperti bangku taman, pergola, dan lain sebagainya.
Pemandangan saat hari mulai sore
Pemandangan saat siang hari
Gambar 14. Pemandangan dari luar dan dalam Taman Lingkungan
4.1.1.8 Vegetasi dan Satwa Cluster Callysta didominasi oleh tanaman peneduh, seperti pohon Ketapang Kencana (Bucida molinetii), pohon Ki Hujan/Trembesi (Samanea saman), Damar (Agathis damara), Jati (Tectonia grandiceps) dan Mahoni (Swietenia mahogani), dan Bambu Pagar (Bambusa glaucescens). Vegetasi ini mendominasi cluster dan taman bermain, sehingga tapak terlihat teduh dan nyaman. Pada taman (Gambar 16), tanaman yang digunakan adalah pohon Ketapang Kencana (Bucida molinetii), Ki Hujan/Trembesi (Samanea saman),
26
Kelapa (Cocos nucifera var. Capitata), Mahoni (Swietenia mahogani), Damar (Agathis damara), Jambu Biji (Psidium guajava), Jati (Tectonia grandiceps) semak Kucai (Carex morowii), Iris (Neomarica longifolia), Bromelia (Bromelia comosa), Bawang Brojol (Crynum asiaticum), Lidah Mertua (Sansiviera sp.) dan rumput Gajah (Axonophus compressus). Satwa yang terdapat di sekitar tapak adalah Kupu-kupu dan Burung Gereja (Strunus sp.), kucing, dan pada malam hari dari sekitar tapak terdengar suara jangkrik.
Gambar 15. Vegetasi
4.1.2
Aspek Sosial Cluster
Callysta
ditujukan
untuk
masyarakat
dengan
tingkat
perekonomian menengah ke atas. Cluster ini pertama kali dihuni pada tahun 2007 dengan jumlah 5 kepala Keluarga (KK) dari 113 unit rumah. Pada tahun 2011, cluster ini dihuni oleh 105 KK sehingga pihak pengembang menyerahkan pengelolaan kepada warga cluster. Cluster ini termasuk di RW 20 dengan 2 RT yaitu RT 01 dan RT 02. Warga cluster sebagian besar adalah warga pendatang dari berbagai daerah seperti Jawa, Padang, Batak, Bali, Betawi, Sunda, dan sebagainya. Rasio umur warga cluster ini adalah 0-65 tahun dengan tingkat pendidikan terendah adalah SMA dan tingkat pendidikan tertinggi adalah Perguruan Tinggi. Cluster ini ditujukan untuk pasangan muda, yang anak pada
27
28
usia sekolah dasar, sehingga cluster ini cocok untuk menjadi lokasi penelitian. Dengan tingkat perekonomian menengah ke atas, warga pada cluster ini sebagian besar lebih banyak berada di luar rumah/kantor pada saat hari kerja (Senin-Jumat). Pada pagi sampai siang hari hari (07.00-12.00 WIB) saat hari kerja cluster hanya dihuni oleh ibu rumah tangga dan/atau pembantu rumah tangga, namun saat siang hari sampai sore hari (12.00-17.00 WIB) kondisi cluster sudah mulai ramai karena beberapa anak-anak sudah pulang sekolah. Sedangkan pada hari libur (Sabtu-Minggu) sebagian warga tidak berada dirumah/pergi berlibur. Dengan kondisi yang berkebalikan pada saat hari kerja, pada pagi hari (08.0009.00 WIB) penghuni cluster masih berada di rumah, ketika mulai siang hari beberapa warga akan meninggalkan cluster/rumah untuk berlibur dan sudah kembali pada saat hari mulai sore, sedangkan warga yang tidak pergi akan menghabiskan waktunya di rumah dan/atau di taman. Hal ini mempengaruhi kunjungan warga ke taman, khususnya anak-anak. Pada hari kerja (Senin-Jumat), tidak banyak warga yang bermain di taman, hanya ada 5-6 orang yang bermain di taman selama 15-30 menit. Kegiatan yang dilakukan adalah bermain sepeda, bermain ayunan dan jungkat jungkit secara bergantian. Pada sore hari, taman digunakan oleh anak-anak berusia 5-12 tahun, anak-anak yang berkunjung tidak hanya anak yang tinggal di cluster Callysta, tetapi juga oleh warga sekitar cluster dan/atau cluster lainnya. Kegiatan yang dilakukan di taman adalah bermain jungkat-jungkit, bermain ayunan, bermain sepeda, lari/kejar-kejaran, duduk, dan mengobrol. Pada hari Sabtu, intensitas tertinggi pengunjung taman adalah pada pukul 15.00-17.00 WIB, dengan jumlah pengunjung sebesar 32 orang. Pengunjung yang datang ke taman cenderung berkelompok 1-5 orang. Selain itu, ada juga pengunjung di bawah usia 5 tahun bersama dengan pengasuhnya, kegiatan yang dilakukan adalah bermain ayunan dan makan sambil berjalan-jalan di dalam taman. Pada pukul 16.00 WIB banyak warga yang sekedar lewat taman untuk berkunjung ke lapangan basket yang ada di depan taman dan keluar cluster. Berdasarkan hasil kuisioner, responden pergi ke taman sebanyak 3-4 kali (67,2%) dalam 1 minggu, dengan aktivitas hanya sekedar jalan-jalan (50%) atau bermain (48,1%). Sebagian besar pengguna pergi ke taman secara berkelompok 1-
29
5 orang (64,8%) selama 1-2 jam (46,9%). Warga juga sudah menyadari bahwa diperlukannya sebuah taman lingkungan di lingkungan perumahan (96%) yang di tata dengan baik dan juga memiliki aspek edukasi seperti pemberian nama tanaman (44,8%), dan adanya permainan yang edukatif (57,1%). Dari segi material, responden lebih menyukai taman yang memiliki hamparan rumput (59,2%) dan adanya tanaman (46,3%). Selain itu, responden juga menyukai tanaman yang memiliki bunga (85,2%), menghasilkan buah (27,8%), memiliki bau yang harum (46,3%) dan berdaun lebat/rimbun (68,5%). Penataan taman yang diinginkan oleh responden adalah taman yang menggunakan kombinasi material alami dan buatan (57,4%) yang di desain dengan bentuk organik (72,2%) dan menggunakan warna-warna yang terang (79,6%).
Gambar 17. Aktivitas Pengguna Taman Lingkungan
4.2 Analisis dan Sintesis Aspek yang pertama dianalisis adalah kondisi fisik dan biofisik taman untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada pada taman sehingga dapat ditentukan solusi yang dapat meningkatkan potensi dan/atau mengurangi kendala. Aspek kedua adalah aspek sosial, bertujuan untuk mengetahui keinginan dan harapan pengguna untuk taman. Serta untuk mengetahui kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh pengguna selama di taman dan/atau kegiatan apa saja yang dapat diakomodasi.
30
4.2.1
Aspek Fisik dan Biofisik
4.2.1.1 Lokasi dan Batas Tapak Taman terletak dekat dengan gerbang cluster dan dikelilingi oleh jalan cluster. Hal ini cukup membahayakan karena arus kendaraan yang lewat cukup intensif. Oleh karena itu, diperlukan barrier pada area dekat dengan jalan agar pengguna, khususnya anak-anak lebih merasa aman saat berada di taman.
4.2.1.2 Topografi dan Tanah Ketinggian wilayah adalah 0-25 mdpl, dengan ketinggian taman eksisting tertinggi adalah 45-50 cm dari jalan cluster dan yang terendah adalah 10 cm dari jalan cluster. Dengan ketinggian ini taman masih dapat dikatakan aman untuk berbagai aktivitas, khusunya bermain bagi anak-anak. Tanah pada taman merupakan jenis tanah yang “didatangkan” dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman, ditandai dengan tumbuhnya tanaman yang baik. Jenis tanah eksisting adalah latosol, namun untuk jenis tanah yang didatangkan tidak diketahui jenisnya, namun cukup baik untuk pertumbuhan tanaman yang ada di taman.
4.2.1.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi Akses menuju perumahan cukup sulit karena kurangnya signage yang menunjukkan letak perumahan Taman Permata, sehingga diperlukan signage yang menunjukkan arah/lokasi perumahan. Sedangkan akses menuju cluster Callysta sudah cukup jelas karena adanya signage pada gerbang perumahan. Cluster Callysta memiliki sirkulasi kendaraan yang cukup untuk kendaraan dua arah dengan lebar jalan 6 meter. Kebijakan kecepatan maksimal 15 km/jam, juga membantu dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang mungkin dapat terjadi. Sirkulasi kendaraan ini terhubung langsung dengan sirkulasi ke dan dari taman. Pola sirkulasi pada tapak adalah linear dan bersifat mengarahkan pengunjung untuk masuk ke dalam tapak. Kondisi sirkulasi pada tapak masih dalam keadaan yang baik, layak pakai, dan tidak terdapat kerusakan yang membahayakan pengunjung. Pada taman, hanya terdapat satu sirkulasi yang
31
32
menghubungkan dari dan ke dalam tapak, yang berukuran 3-5 meter. Selain sirkulasi yang tersedia, terdapat juga sirkulasi yang tidak sengaja tercipta pada taman. Untuk mengakomodasi hal tersebut, maka perlu dibuat jalur sirkulasi untuk pengguna yang berjalan kaki dari arah timur taman, maupun pengguna yang menggunakan sepeda (Gambar 18). Karena kurangnya akses ke dalam taman, maka diperlukan penambahan sirkulasi untuk mengakomodasi pengguna taman. Sirkulasi ini ditujukan untuk warga yang datang dari arah timur taman dan anak-anak yang bermain sepeda.
4.2.1.4 Drainase Saluran drainase berfungsi dengan baik dan dapat menampung arus air yang ada terutama saat hari hujan, ditandai dengan tidak adanya air yang meluap dari drainase. Nug yang ada pada taman mengalirkan air ke daerah berumput dan/atau ke saluran drainase terdekat. Nug ini bermanfaat untuk mengurangi genangan air pada hari hujan agar perkerasan tidak cepat rusak.
4.2.1.5 Iklim Kondisi taman dengan iklim mikro yang ada pada taman sudah nyaman. Sinar matahari yang jatuh terhalang oleh vegetasi yang ada pada tapak, sehingga menghalangi silau dan membuat taman lebih teduh dan suhu pada taman menjadi nyaman untuk pengguna. Angin yang datang juga tidak terlalu kecang, sehingga iklim mikro pada taman saat siang hari cukup nyaman, karena taman di dominasi oleh tanaman peneduh. Bayangan pohon yang jatuh juga cukup menaungi taman, baik pada tengah hari maupun pada sore hari. Kenyamanan pada taman ini sudah baik, sehingga perlu dipertahankan (Gambar 19).
4.2.1.6 Fasilitas dan Utilitas Fasilitas yang ada pada taman masih dalam kondisi yang baik dan layak pakai. Beberapa fasilitas masih dikelola oleh pengembang, sehingga ketika mengalami kerusakan maka warga melapor ke pihak pengembang. Tempat sampah pada taman ini memiliki ciri sendiri, karena dibuat sendiri oleh warga,
33
34
khususnya anak-anak. Lampu uplight yang sudah rusak perlu diperbaiki atau diganti dengan yang baru, agar dapat digunakan. Perlu dilakukan pengecekan secara berkala oleh warga, sehingga jika ada kerusakan pada fasilitas yang ada di taman dapat segera diperbaiki. Permainan Anak Permainan yang ada pada taman adalah ayunan dan jungkat-jungkit, yang masih dalam kondisi baik dan layak pakai, walaupun sudah terlihat karat pada beberapa bagian. Permainan ini sangat digemari oleh anak-anak, dan digunakan secara bergantian oleh anak-anak, sehingga tidak jarang terjadi perebutan diantara anak-anak. Selain permainan yang disediakan, anak-anak juga sering bermain sepeda dan berlarian didalam taman. Hal ini cukup membahayakan karena terdapat perbedaan ketinggian pada taman, terutama pada perkerasan. Jika tidak berhati-hati anak yang bermain dapat jatuh dan terluka. Permainan yang ada pada taman sudah cukup baik, namun perlu ditambahkan beberapa permainan yang menunjang tujuan desain taman sebagai taman yang rekreatif dan edukatif, seperti set permainan dan/atau permainan yang menggunakan barang daur ulang. Selain itu, untuk menunjang aktivitas anak bermain sepeda atau berlari, maka ketinggian taman perlu diperhalus agar tidak membahayakan. Permainan anak yang dihadirkan pada taman juga dapat mengajak anak saling berinteraksi dengan sesama maupun berinteraksi dengan lingkungan.
4.2.1.7 Visual Peta analisis visual dapat dilihat pada gambar 20. Visual di dalam taman yang cukup mengganggu adalah area rumput dekat dengan permainan anak, karena rumput sudah mulai botak dan habis. Hal ini dikarenakan pada area permainan anak area rumput lebih sering di injak. Selain itu, area rumput dekat ayunan sering dijadikan sirkulasi masuk ke dalam taman oleh pengguna, khususnya anak-anak yang bermain sepeda. Tanaman semak seperti Iris (Neomarica longifolia) di bawah pohon Trembesi/Ki hujan (Samanea saman) dan tanaman Kucai (Carex morowii) pada planter box tidak tumbuh secara optimal
35
36
membuat taman terlihat kurang terawat. Sedangkan, visual ke arah taman dari sekitar taman terlihat baik (good view), karena taman terlihat nyaman dan teduh. Selain itu, perakaran pohon yang dekat dengan kanstein merusak kanstein dan membahayakan pengguna tapak. Tanaman rumput perlu disulam atau diganti dengan perkerasan, karena sering diinjak dan dilalui oleh pengguna taman. Tanaman yang mati juga perlu disulam dann dilakukan perawatan pada taman agar taman lebih terlihat indah.
4.2.1.8 Vegetasi dan Satwa Rumput yang ada pada area permainan sudah mulai rusak dan botak sehingga berbahaya dan licin saat hujan. Semak yang ada pada tapak juga tidak tumbuh dengan optimal, karena tanaman yang dipilih kurang sesuai dengan kondisi di bawah naungan. Demikian juga akar pohon yang dekat dengan kanstein, karena pohon masih dalam masa pertumbuhan maka akar pohon terus menjalar dan merusak kanstein yang cukup berbahaya bagi pengguna taman, terutama anak-anak. Dengan kondisi tanaman yang ada pada taman, maka diperlukan pemilihan tanaman yang tepat agar dapat tumbuh optimal sehingga dapat berfungsi dengan baik. Vegetasi yang digunakan pada taman sudah dapat mendukung tujuan desain taman, namun masih perlu ditambahkan beberapa vegetasi yang berbunga, berbiji dan/atau berbuah sehingga vegetasi lebih beragam (Gambar 21). Satwa yang ada pada taman adalah jenis satwa yang sering dijumpai diberbagai tempat. Kucing biasanya memanfaatkan pohon yang rindang untuk berteduh, demikian pula dengan burung yang memanfaatkan ranting-ranting pohon untuk bertengger. Keberadaan satwa juga memberikan kesan tapak yang nyaman dan asri, sehingga harus dipertahankan. Selain itu, diperlukan vegetasi yang tepat untuk menambah jenis satwa, khususnya burung, yang akan datang dengan sendirinya ke taman.
37
38
4.2.2
Aspek Sosial Aktivitas yang terjadi di tapak adalah bermain ayunan, bermain jungkat-
jungkit, bermain sepeda, mengobrol, memberi makan balita dan duduk-duduk. Aktivitas bermain sepeda pada tapak sebenarnya tidak diakomodasi pada tapak, namun banyak anak-anak yang bermain sepeda di tapak. Kegiatan bermain sepeda ini dapat diakomodasi dengan membuat ramp untuk jalur sepeda. Intesitas pengguna tapak ramai pada jam-jam tertentu, yaitu 07.00-09.00 WIB dan 15.0017.00 WIB. Dengan intensitas yang cukup tinggi pun, taman masih tetap nyaman untuk dikunjungi. Pengguna taman sudah menggunakan taman yang ada di lingkungannya dengan cukup baik dan tidak ada penyalahgunaan fungsi taman. Berdasarkan hasil kuisioner, pengguna taman akan lebih menyukai taman yang rindang, nyaman, dan didominasi oleh hamparan rumput. Menurut responden, taman adalah tempat bermain, bersantai yang nyaman dan bebas dari polusi, baik polusi udara maupun suara, yang bersifat rekreatif. Responden juga lebih menyukai taman yang berbentuk organik daripada geometrik, dengan kombinasi bahan alami dan buatan.
4.3 Konsep 4.3.1
Konsep Dasar Konsep dasar dari taman ini adalah taman lingkungan untuk anak usia
sekolah dasar, yang dapat menjadi sarana rekreasi yang edukatif di lingkungan tempat tinggal. Melalui adanya taman lingkungan diharapkan anak-anak lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Untuk mendukung konsep dasar ini, maka dibutuhkan fasilitas yang dapat mengajak anak untuk berinteraksi, baik dengan lingkungan dan sesama. Tujuan dari desain ini adalah untuk mendesain taman lingkungan yang berwawasan lingkungan sehingga mampu meningkatkan kesadaran lingkungan, khususnya bagi anak-anak. Untuk itu pemilihan elemen lanskap harus dikaitkan dengan edukasi anak-anak.
39
4.3.2
Konsep Desain Konsep desain pada taman ini adalah “green”, modern dan minimalis
yang disesuaikan dengan konsep dari perumahan dan cluster Callysta. Konsep “green” untuk elemen taman, sedangkan konsep modern dan minimalis digunakan untuk bentukan pola desain taman. Konsep ini dipilih agar taman lingkungan dan perumahan memiliki kesatuan dan keselarasan dalam desain. Konsep “green” dalam taman diterapkan dalam pemilihan elemen yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta minim pemeliharaan. Mendesain dengan konsep “green” berarti mendesain dengan tepat untuk menyeimbangkan elemen-elemen yang digunakan dan pemeliharaan yang seminimal mungkin (VanDerZanden dan McNeilan, 2001). Konsep “green” juga berarti menggunakan bahan yang dapat didaur ulang atau penggunaan elemen/material yang ramah lingkungan (Karyono, 2010). Konsep ini diaplikasikan pada pemilihan fasilitas taman, seperti bird feeder dan tempat sampah dari bahan daur ulang, serta penggunan lampu solar untuk memanfaatkan energi yang sudah tersedia di alam (Gambar 22).
Sumber gambar: penelusuran Google dan Lauren, 2012
Gambar 22. Konsep Desain dan Aplikasi Pola Garis Minimalis Modern Konsep modern dan minimalis diterapkan pada penggunaan garis dan pola sederhana. Minimalis adalah mendesain dengan elemen lanskap yang sederhana untuk menciptakan efek maksimum. Sedangkan, desain modern
40
ditandai dengan penyederhanaan bentuk dan penciptaan elemen dan tema lanskap. Konsep desain minimalis dan modern ini diaplikasikan dengan menggunakan garis-garis yang sederhana seperti garis lurus untuk menciptakan pola geometrik dan garis lengkung untuk menciptakan pola organik (Gambar 22).
4.3.3. Konsep Pengembangan Konsep yang dikembangkan pada tapak ini meliputi konsep sirkulasi, konsep elemen (softscape dan hardscape), konsep ruang dan fasilitas.
4.3.2.1 Konsep sirkulasi Konsep sirkulasi dibuat dengan tetap mempertahakan arah sirkulasi yang sudah ada, yaitu dari arah utara ke selatan, karena berdasarkan hasil pengamatan banyak warga yang bukan dari cluster datang ke taman sehingga perlu diakomodasi dengan mempertahankan arah sirkulasi yang ada. Diperlukan juga penambahan beberapa jalur di dalam tapak untuk menghubungkan ruang yang ada pada taman. Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi tiga (Gambar 23), yaitu: -
sirkulasi primer, merupakan sirkulasi yang menghubungkan tapak dengan jalan cluster, dengan lebar 3 meter;
-
sirkulasi sekunder, merupakan sirkulasi yang menghubungkan sirkulasi primer tapak dengan jalan cluster, dengan lebar 1,2 meter;
-
sirkulasi tersier, merupakan sirkulasi yang menghubungkan antar ruang di dalam tapak.
4.3.2.2 Konsep Elemen Elemen yang digunakan dalam tapak terbagi menjadi dua, yaitu elemen lunak berupa vegetasi dan elemen keras berupa pola perkerasan (Gambar 24).
41
42
4.3.2.2.1
Elemen Lunak (Vegetasi)
Elemen lunak yang digunakan adalah vegetasi dengan fungsi ekologi sebagai tanaman peneduh, dan juga tanaman yang menghasilkan buah dan/atau bunga. Pemilihan vegetasi ini berdasarkan keinginan pengguna sebesar 85,2% tanaman memiliki bunga (Jakaranda, Flamboyan, Melati), 27,8% tanaman menghasilkan buah (Mangga, Kersen, Jambu Air, Tomat), 46,3% tanaman memiliki bau yang harum (Melati) dan 68,5% tanaman berdaun lebat/rimbun (Ketapang Kencana, Kersen, Mangga, Flamboyan). Tanaman barrier yang digunakan pada taman ini adalah jenis tanaman semak hortikultura. Pemilihan tanaman ini untuk mendukung aspek edukasi lingkungan pada taman. Tanaman hortikultur adalah tanaman yang menghasilkan buah, bunga dan bau yang harum, yang dapat dimanfaatkan oleh warga, seperti tomat, wortel, kubis/kol, dsb. Dengan menggunakan tanaman yang dapat memberikan manfaat seperti menghasilkan buah, memiliki bunga, dan berbau harum, tanaman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anak-anak terhadap jenis-jenis tanaman yang ada disekitarnya dan manfaatnya.
4.3.2.2.2
Elemen Keras
Hardscape yang digunakan dalam tapak adalah hardscape yang mudah perawatannya dan menggunakan material yang tidak mahal, untuk mendukung konsep “green”. Untuk perkerasan jalan akan digunakan jenis material yang berbeda atau warna yang berbeda. Material yang digunakan adalah paving block, batu koral atau andesit, dan/atau semen cor (Gambar 24). Hardscape lain yang akan dihadirkan pada tapak adalah bangku taman, plantter box dan gazebo.
4.3.2.3 Konsep Ruang dan Fasilitas Ruang dibutuhkan untuk mengakomodasi aktivitas yang ada pada tapak, sehingga untuk mendukung tujuan desain taman sebagai taman lingkungan untuk anak-anak yang rekreatif dan edukatif, maka dibutukan ruang-ruang yang sesuai dengan kebutuhan pengguna (Gambar 25). Terdapat 3 pembagian ruang pada tapak, yaitu:
43
44
45
-
ruang edukasi, merupakan ruang yang ditujukan untuk memberikan edukasi mengenai lingkungan;
-
ruang bermain (playground), merupakan ruang yang ditujukan untuk bermain dan berinteraksi dengan sesama pengguna taman;
-
ruang istirahat, merupakan ruang yang ditujukan untuk merasakan dan menikmati suasana taman. Ruang mengakomodasi aktivitas yang dilakukan oleh manusia dengan
fasilitas yang disediakan pada ruang tersebut. Antara ruang, aktivitas, dan fasilitas memiliki hubungan yang terkait satu sama lain (Tabel 5). Aktivitas yang ada pada taman adalah belajar (mengamati, melihat, dan merasakan), bermain, dan bersosialisasi (Gambar 26). Tabel 5. Ruang, aktivitas dan fasilitas Ruang Edukasi Bermain
Aktivitas Belajar (mengamati, melihat, merasakan) Bermain, bersosialisasi
Istirahat
Duduk, mengobrol
Fasilitas Pot tanaman, bird feeder, papan nama tanaman Permainan anak (ayunan, jungkatjungkit, balance, dsb) Bangku taman
Sumber gambar : penelusuran Google
Gambar 26. Aktivitas di Taman (Image Reference) Fasilitas yang digunakan pada taman ini menggunakan bahan yang telah dan dapat didaur ulang (Gambar 27). Tujuan dari pemilihan material daur ulang ini adalah untuk menunjukkan kepada pengguna, khusunya anak-anak bahwa barang-barang yang tidak terpakai dapat kembali digunakan kembali. Hal ini juga
46
dapat melatih imajinasi dan kreatifitas pengguna taman, khususnya anak-anak dalam memanfaatkan barang tidak terpakai.
Sumber gambar : Anonim, 2012 dan Lauren, 2012
Gambar 27. Fasilitas (Image Reference)
4.3.2.4 Konsep Permainan Anak Berdasarkan aktivitas yang terjadi pada taman, maka permainan anak pada taman ini terdiri dari permainan fisik, permainan sosial, dan permainan kreatif (Baskara, 2011). a. Permainan fisik, permainan yang menuntut anak untuk selalu bergerak seperti melompat, berlari, bersepeda, merangkak, merayap, memanjat, atau meluncur. Permainan dinamis seperti ini dapat membantu perkembangan motorik anak dengan baik. b. Permainan sosial, permainan yang menitikberatkan pada sosial dan hubungan antar pemain, diantaranya kejar-kejaran, bersembunyi, dan permainan tim dengan aturan dimana imajinasi merupakan alat utama yang digunakan dalam permainan ini. c. Permainan kreatif, permainan yang membutuhkan imajinasi dan khayalan. Sulit bagi anak-anak untuk mempertahankan bentuk dari material seperti pasir, rumput, air, gravel, atau lempung. Sehingga merangsang anak untuk terus berimajinasi dan akhirnya melatih anak untuk terus kreatif.
47
Sumber gambar : Anonim, 2012 dan Lauren, 2012
Gambar 28. Permainan Anak (Image Reference) Permainan anak harus memberikan kenyamanan pada anak-anak, ketinggian dari permainan anak harus sesuai dengan pertumbuhan anak (tinggi badan) (Gambar 29). Selain itu, dibutuhkan ruang yang cukup untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi anak-anak. Permainan anak seperti ayunan (swing) membutuhkan ruang kurang lebih 600x700cm, ukuran ruang ini aman untuk pengguna ayunan maupun pengguna taman lainnya. Untuk permainan lainnya, seperti perosotan (slider) dan panjatan (climber) membutuhkan area yang cukup aman pada area anak jatuh/mendarat, sehingga diperlukan perkerasan yang aman bagi anak-anak, seperti rumput dan pasir (Broto, 2010).
Sumber: Broto, 2010
Gambar 29. Pertumbuhan Anak (Tinggi Badan)
48
4.3.2.5 Konsep Edukasi Edukasi yang dihadirkan pada taman adalah edukasi mengenai lingkungan. Konsep ini dihadirkan agar taman memiliki fungsi edukasi, yaitu agar anak-anak dapat lebih peduli terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya, dimulai dari taman lingkungan. Konsep ini didukung oleh ruang edukasi pada taman (lihat Gambar 25) dengan menghadirkan fasilitas-fasilitas yang terbuat dari material hasil dari daur ulang barang yang sudah tidak terpakai. Konsep edukasi ini kemudian akan diaplikasikan juga pada program yang akan dihadirkan pada taman. Edukasi mengenai lingkungan ini bertujuan agar anak-anak lebih menyadari
pentingnya
menjaga lingkungan
dan
secara tidak
langsung
mengajarkan anak-anak agar menggunakan bahan/barang yang sudah tersedia di lingkungan sekitarnya dengan lebih baik. Aplikasi dari konsep ini dapat terlihat dari program yang akan diterapkan pada cluster, khususnya pada taman lingkungan. Selain itu, konsep edukasi ini akan melibatkan seluruh pengunjung terutama warga cluster agar tujuan dari desain taman ini dapat tercapai. Selain dengan menghadirkan fasilitas dari bahan daur ulang, fasilitas lain yang menunjang konsep ini adalah papan nama tanaman, pot tanaman, dan bird feeder. Kehadiran fasilitas ini diharapkan dapat menarik minat pengunjung, terutama anak-anak untuk memperhatikan dan mengamati lingkungan sekitarnya. Dengan papan nama tanaman dan pot tanaman, anak-anak dapat menambah pengetahuannya mengenai jenis-jenis tanaman yang ada disekitarnya. Demikian pula dengan adanya bird feeder, diharapkan anak-anak dapat merasakan suasana yang lebih nyaman dan asri ketika berada di taman dengan kehadiran burungburung yang datang ke tapak.
4.3.3
Block Plan Block plan ini adalah komposit dari konsep sirkulasi, konsep vegetasi,
dan konsep ruang. Konsep ini juga merupakan hasil dari analisis dan sintesis yang sebelumnya telah dilakukan. Blok plan ini akan mempengaruhi dalam pembentukan desain. Block plan dapat dilihat pada gambar 30.
49
50
4.4 Desain Cara yang digunakan untuk membuat desain ini adalah dengan menarik garis-garis pada tapak, yang kemudian garis-garis tersebut membentuk sebuah bidang dan menghasilkan desain yang berbeda-beda (Reid, 1993). Desain lanskap pada tapak ditujukan untuk anak usia sekolah dasar yang bertujuan untuk memberikan kesadaran dan kepedulian anak-anak terhadap lingkungan sekitarnya. Pada tahap ini, desain dibuat menjadi tiga alternatif yang dibedakan dari pola desain, fasilitas, dan vegetasi. Melalui ketiga desain ini akan diketahui pola dan vegetasi mana yang lebih disukai oleh responden. Hasil dari penilaian dan pemilihan ini adalah desain final yang akan dijadikan site plan akhir. Berikut ini adalah penjelasan tentang masing-masing alternatif desain. 4.4.1
Alternatif Desain 1 Alternatif desain 1 menggunakan pola geometrik, yang didapatkan dari
penarikan garis-garis vertikal, horizontal, dan diagonal yang melalui tapak. Garisgaris ini kemudian disesuaikan dengan block plan sehingga membentuk pola pada alternatif desain pertama. Elemen keras yang dihadirkan adalah perkerasan untuk jalan (paving, batu koral, dan semen cor) serta perkerasan yang berupa fasilitas taman seperti bangku taman, gazebo, bird feeder, planter box, lampu taman, dan papan nama tanaman. Elemen lunak yang digunakan adalah vegetasi pohon dengan fungsi tanaman peneduh dan menghasilkan buah, semak yang termasuk dalam tanaman hortikultura, dan tanaman penutup tanah. Tabel 6. Tanaman yang digunakan pada alternatif desain 1 No Kode Nama Latin Nama Lokal POHON 1 Bm Bucida molinetii Ketapang Kencana 2 Mi Mangifera indica Mangga 3 Ea Eugenia aquea Jambu Air SEMAK 4 A Amaranthus spp. Bayam 5 Ip Ipomea aquatica Kangkung 6 Vu Vigna unguiculata Kacang Panjang 7 Zm Zea mays Jagung TANAMAN PENUTUP TANAH 8 Ac Axonophus compressus Rumput gajah
51
Ciri khas pada alternatif desain ini adalah adanya permainan pola batu koral dan rumput sebagai pemberi aksen pada taman, penggunaan vegetasi penghasil buah dan tanaman hortikultur sayuran yang dapat digunakan oleh warga, serta permainan anak yang merupakan permainan kreatif. Alternatif desain dapat dilihat pada gambar 31.
4.4.2
Alternatif Desain 2 Pembentukan pola yang digunakan pada alternatif desain kedua adalah
dengan menarik garis-garis lengkung dan lingkaran pada tapak, yang kemudian disesuaikan dengan block plan sehingga menghasilkan alternatif desain kedua. Elemen keras yang digunakan adalah perkerasan untuk jalan (semen cor, paving, dan pasir untuk area bermain) dan perkerasan yang berupa fasilitas taman (bangku taman, bird feeder, lampu taman, dan papan naman tanaman). Vegetasi yang digunakan adalah pohon yang berfungsi sebagai tanaman peneduh dan menghasilkan bunga dengan warna yang menarik, dan tanaman penutup tanah dengan bentuk daun yang unik. Tabel 7. Vegetasi yang digunakan pada alternatif desain 2 No Kode Nama Latin Nama Lokal POHON 1 Ab Antidesma bunius Buni 2 Dr Delonix regia Flamboyan 3 Ja Jacaranda angustifolia Jakaranda 4 M Muntingia sp. Kersen SEMAK 5 Bc Brassica chinensis Sawi Putih 6 Bo Brassica oleravea var. Capitata Kubis/Kol 7 Dc Daucus carota Wortel TANAMAN PENUTUP TANAH 8 Ac Axonophus compressus Rumput gajah Ciri khas desain kedua ini adalah bangku taman dengan bentuk melingkar yang dapat digunakan pada kedua sisinya, tanaman penutup tanah dengan bentuk daun yang unik dan dapat digunakan oleh warga. Permainan anak
52
53
yang dihadirkan pada taman adalah jenis permainan fisik, permainan sosial, dan permainan kreatif. Alternatif desain dapat dilihat pada gambar 32.
4.4.3
Alternatif Desain 3 Pembentukan pola pada alternatif desain ketiga adalah dengan
menggunakan garis vertikal, horizontal, dan diagonal pada tapak yang disesuaikan dengan block plan sehingga menghasilkan desain ketiga. Elemen keras yang digunakan sebagai perkerasan jalan (paving dan semen cor) dan perkerasan berupa fasilitas (bangku taman, bird feeder, lampu taman dan papan nama tanaman). Elemen lunak berupa vegetasi yang berfungsi sebagai peneduh, penghasil buah, penghasil bunga, tanaman hortikultura berbunga dan berbuah, serta tanaman penutup tanah. Tabel 8. Vegetasi yang digunakan pada alternatif desain 3 No Kode Nama Latin Nama Lokal POHON 1 Dr Delonix regia Flamboyan 2 Ja Jacaranda acutifolia Jakaranda 3 Mi Mangifera indica Mangga 4 M Muntingia sp Kersen 5 Ea Eugenia aquea Jambu Air SEMAK 6 Js Jasminum sambac Melati 7 Ls Lactuca sativa Selada 8 Sl Solanum lycopersium Tomat TANAMAN PENUTUP TANAH 9 Ac Axonophus compressus Rumput gajah Ciri khas dari desain ketiga ini adalah perpaduan tanaman penghasil buah dan bunga dengan warna yang menarik. Permainan anak yang dihadirkan adalah permainan fisik, permainan sosial, dan permainan kreatif yang terbuat dari material daur ulang. Alternatif desain dapat dilihat pada gambar 33.
4.4.4
Desain Final Desain final didapatkan dari pemilihan dan penilaian yang dilakukan
pada 10 warga cluster. Pada alternatif desain pertama, responden menyukai permainan pola rumput dan batu koral (Gambar 34). Menurut responden, pola ini
54
55
56
memberikan kesan unik di taman dan dapat menjadi sarana refleksi bagi pengguna, khususnya orang tua. Vegetasi yang dipilih oleh responden pada alternatif pertama adalah Ketapang Kencana (Bucida molinetii) dan Mangga (Mangifera indica).
Skala 1 : 150
Gambar 34. Elemen yang disukai oleh responden pada Alternatif Desain 1
Pada alternatif desain kedua, hal yang disukai adalah pola organik taman dengan menggunakan garis lengkung. Menurut responden, taman dengan pola organik memberikan kesan yang lebih alami, sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pengunjung. Vegetasi yang disukai responden pada desain alternatif kedua ini adalah Flamboyan (Delonix regia). Bentuk bangku taman lingkaran pada desain ini menjadi favorit responden, karena bentuk yang unik. Lampu taman pada desain ini juga banyak dipilih oleh responden karena merupakan lampu solar (solar lamp) yang lebih hemat energi dan sangat baik untuk jangka waktu yang panjang. Permainan anak pada desain ini juga menjadi
57
salah satu favorit responden, karena permainan yang disediakan lebih lengkap dibandingkan dengan alternatif desain yang lain. Permainan tersebut adalah ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, dan panjat-panjatan (Gambar 35).
Skala 1 : 150
Gambar 35. Elemen yang disukai oleh responden pada Alternatif Desain 2
Pada alternatif desain ketiga, responden menyukai pemilihan material dengan menggunakan barang daur ulang dalam permainan anak-anak (Gambar 36). Vegetasi pada alternatif ketiga adalah vegetasi yang paling disukai oleh responden, karena merupakan tanaman yang menghasilkan bunga dan memiliki bau, seperti Jakaranda (Jacaranda angustifolia), Mangga (Mangifera indica), Melati (Jasmimum sambac), dan Tomat (Solanum lycopersium). Pada desain final elemen dari setiap desain alternatif yang disukai oleh responden akan dikombinasikan menjadi desain final dan ditambahkan beberapa material/fasilitas lain yang disarankan oleh responden seperti penambahan
58
stepping stone, papan nama tanaman, bird feeder, dan pot tanaman. Penambahan stepping stone bertujuan agar anak-anak dapat belajar untuk menggunakan jalur yang sudah disediakan dan tidak menginjak rumput. Papan nama tanaman ditujukan sebagai sarana pengenalan tanaman kepada pengguna taman, khususnya anak-anak, agar tidak membahayakan anak-anak, material yang digunakan adalah kayu. Bird feeder yang digunakan pada desain ini menggunakan material hasil daur ulang. Responden berpendapat bahwa bird feeder yang digantung pada ranting-ranting pohon akan membuat kesan yang lebih alami dan juga menghindari jangkauan anak-anak yang sangat aktif.
Skala 1 : 150
Gambar 36. Elemen yang disukai oleh responden pada Alternatif Desain 3
Vegetasi yang digunakan pada desain final adalah vegetasi yang disukai oleh warga cluster, yang memiliki fungsi sebagai tanaman peneduh yang dapat menghasilkan buah dan bunga (Tabel 9). Tanaman semak lainnya tetap dapat dihadirkan pada tapak dengan menggunakan pot yang disusun pada tiang besi
59
dengan tinggi 100-150 cm, tanaman ditujukan sebagai pengenalan dan pengetahuan untuk anak-anak. Responden menyarankan tanaman semak hortikultura yang berupa sayur-sayuran dapat tetap dihadirkan pada taman dengan membuat suatu area khusus atau dengan menggunakan pot. Pada setiap akan terisi oleh satu jenis tanaman yang dijelaskan pada papan nama tanaman. Desain final dapat dilihat pada gambar 37. Tabel 9. Vegetasi yang digunakan pada desain final No Kode Nama Latin Nama Lokal POHON 1 Bm Bucida molinetii Ketapang Kencana 2 Dr Delonix regia Flamboyan 3 Ja Jacaranda acutifolia Jakaranda 4 Mi Mangifera indica Mangga SEMAK 6 Js Jasminum sambac Melati 7 Sl Solanum lycopersium Tomat TANAMAN PENUTUP TANAH 8 Ac Axonophus compressus Rumput Gajah
4.5 Denah Penanaman dan Detil Penanaman Vegetasi ditanam sesuai dengan titik tanam yang disesuaikan dengan lebar kanopi pohon. Pola penanaman vegetasi dapat dilihat pada gambar 38. Vegetasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Jumlah Vegetasi yang digunakan No Kode Nama Latin Nama Lokal POHON 1 Bm Bucida molinetii Ketapang Kencana 2 Dr Delonix regia Flamboyan 3 Ja Jacaranda acutifolia Jakaranda 4 Mi Mangifera indica Mangga SEMAK 6 Js Jasminum sambac Melati 7 Sl Solanum lycopersium Tomat TANAMAN PENUTUP TANAH Axonophus 8 Ac compressus Rumput Gajah
Jumlah Satuan 2 2 4 2
Pohon Pohon Pohon Pohon
15 9
Polybag Polybag
63,44
m2
Penanaman pohon dan semak menggunakan media tanam tanah yang dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 di atas tanah yang dipadatkan
60
61
62
untuk mencegah terjadinya pergeseran bola akar. Lubang tanam bola akar memiliki diameter sepertiga dari tinggi batang utama. Pohon disangga dengan bambu penyangga dengan tinggi 200 cm, sedangkan semak disangga dengan bambu penyangga dengan tinggi 100 cm. Penanaman rumput/groundcover menggunakan media tanam tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 dengan tinggi 10 cm di atas tanah eksisting. Rumput ditanam 50%, yaitu dalam 100 cm2 rumput yang di tanam pada 50 cm2 (Gambar 39).
4.6 Detil Detil ditujukan untuk memberikan penjelasan terhadap elemen-elemen yang dihadirkan pada tapak. Detil yang dijelaskan terdiri dari potongan dan potongan tampak tapak, detil paving dan refleksiologi, detil bangku taman, detil papan nama tanaman, detil pot tanaman, detil lampu taman, detil permainan anak (set), serta detil ayunan.
4.6.1
Potongan dan Potongan Tampak Keseluruhan Tapak Potongan ditujukan untuk memperlihatkan tapak secara melintang.
Potongan yang dibuat memotong tapak secara vertikal dan horizontal. Gambar potongan tampak dapat dilihat pada gambar 40 dan potongan dapat dilihat pada gambar 41.
4.6.2
Paving dan Jalur Refleksiologi Pola paving yang digunakan adalah pola paving kotak dengan ukuran
6x11x12 cm berwarna merah. Pemasangan paving dilakukan diatas pasir yang dipadatkan sebanyak satu kali, agar tidak terjadi pergeseran pada saat paving sudah dipasang. Dibawah pasir yang dipadatkan terdapat base course yang juga dipadatkan satu kali (Gambar 42 nomor 2). Jalur refleksiologi terbagi mejadi dua jenis yang dibedakan dari penggunaan dua jenis batu. Refleksiologi A menggunakan batu koral sikat dengan diameter 3-5 mm berwarna abu-abu yang dipasang rapat dengan semen. Refleksiologi B menggunakan batu pipih dengan ukuran 90x100 mm yang
63
64
65
66
dipasang dengan jarak 20 mm antar batu. Agar batu yang dipasang tidak bergeser maka dibutuhkan media pemasangan berupa semen yang dibawahnya terdapat lapisan pasir yang dipadatkan dengan tinggi 50 cm, di bawahnya terdapat sub agregat dan tanah yang dipadatkan (Gambar 42).
4.6.3
Bangku Taman Bangku taman mengikuti pola dari desain taman. Bangku taman terbuat
dari pasangan batu bata dengan tinggi 60 cm yang dilapisi dengan plester dan di cat warna hijau, biru dan ungu. Lebar dari bangku taman adalah 60-100 cm. Bangku taman menggunakan pondasi batu kali (Gambar 43).
4.6.4
Papan Nama Tanaman Papan nama tanaman yang digunakan terdapat dua jenis, pertama
memiliki tinggi 70 cm dan yang kedua memiliki tinggi 30 cm. Papan jenis pertama ditujukan untuk pemberian nama pada pohon dan semak, sedangkan papan nama jenis kedua digunakan pada pot tanaman. Papan menggunakan material kayu agar tidak berbahaya bagi anak-anak. Papan nama jenis pertama menggunakan kayu dengan ukuran 20x30x4 cm untuk kepala dan batang penyangga dengan ukuran 50x4x4 cm. Papan nama jenis kedua menggunakan kayu dengan ukuran 10x20x2 cm untuk kepala dan 20x2x2 cm untuk batang penyangga. Pada papan nama akan terdapat informasi nama tanaman lokal dan nama tanaman latin (Gambar 44).
4.6.5
Pot Tanaman Pot tanaman akan ditanami tanaman hortikultur seperti wortel, selada,
sawi, dan lain sebagainya. Pot tanaman ini ditujukan sebagai pengetahuan kepada pengguna mengenai jenis-jenis tanaman hortikultur. Pot tanaman memiliki tinggi 100 cm dengan 6 pot yang menempel pada tiang penyangga utama. Tiang utama terbuat dari material besi dengan diameter 50 mm yang diselesaikan dengan cat ducco warna abu-abu. Tiang disangga dengan menggunakan pondasi yang menggunakan angkur baut dengan diameter 20 mm dan panjang 60 cm, pelat baja
67
68
69
70
sebagai penahan yang dipasang pada pondasi beton. Pot tanaman terdapat dua jenis, yaitu yang bulat (diameter 30 cm) dan persegi panjang (ukuran 30x15x20 cm). Media tanam yang digunakan pada pot ini adalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 di atas tanah yang dipadatkan. Tanaman yang ditanam pada pot persegi panjang memiliki 6 titik tanam dengan jarak tanam 5x10 cm (Gambar 45).
4.6.6
Lampu Taman Lampu taman yang digunakan adalah lampu solar dengan tinggi 2 m
dengan tinggi kepala 40 cm, tinggi tiang 150 cm dengan diameter 3 inch, dan tinggi penyangga 50 cm dengan diameter 5 inch. Tiang lampu menggunakan material pipa besi yang dilapisi oleh cat duco. Kepala lampu menggunakan lampu LED 50 W. Pondasi yang digunakan pada lampu taman ini sama dengan pondasi yang digunakan pada pot tanaman (Gambar 46).
4.6.7
Permainan Anak (set) Permainan anak (set) ini menggunakan material pipa besi dengan
diameter ½ inch, 1 inch, dan 2 inch yang dilapisi oleh cat duco dengan berbagai warna yang menarik. Pondasi yang digunakan adalah pondasi beton dengan penyangga yang di bawahnya terdapat pasir yang telah dipadatkan (Gambar 47).
4.6.8
Ayunan Ayunan pada taman ini menggunakan material yang didaur ulang, yaitu
ban bekas. Tinggi ayunan adalah 205 cm dengan lebar 445 cm, dan jarak antar ban 35 cm. Ban bekas yang digunakan memiliki lebar 80 cm. Jarak ban dan tanah adalah 50 cm, dan tinggi tali ayun 155 cm dengan diameter 15 mm. Penyangga ayunan terbuat dari material pipa besi dengan diameter 50 mm dan tebal 5 mm. yang dilapisi oleh cat duco. Pondasi yang digunakan pada ayunan sama dengan pondasi pada pot tanaman dan lampu taman (Gambar 48).
71
72
73
74
75
4.7 Perspektif Perspektif ditujukan untuk memberi gambaran mengenai kondisi taman yang ingin diciptakan. Terdapat lima perspektif yang terdiri dari tiga perspektif keseluruhan yang diambil dari tiga sisi yang berbeda, dan dua perspektif spot dari dua spot yang menarik. Gambar perspektif keseluruhan dan spot dapat dilihat pada gambar 49.
4.8 Program Program ditujukan untuk mendukung tujuan dari desain taman lingkungan sebagai taman yang rekreatif dan edukatif bagi penggunanya, khususnya anak-anak. Program yang dilaksanakan adalah Callysta Berkebun (CB) yang diadopsi dari program yang telah dilaksanakan oleh warga Callysta. CB melibatkan secara langsung warga, baik anak-anak maupun orang tua/dewasa. Beberapa cara yang dapat dilakukan agar program ini dapat berjalan dengan baik adalah dengan pemberian nama tanaman yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai vegetasi yang ada di taman, dan penggunaan material hasil daur ulang pada beberapa fasilitas taman yang bertujuan untuk mengajarkan pengguna, khususnya anak-anak mengenai pemanfaatan barang yang sudah tidak terpakai. Kegiatan CB yang dilakukan adalah penanaman, perawatan sampai pemanenan yang dilakukan 3-4 bulan sekali dan/atau mengikuti masa tanam dari tanaman yang akan di tanam pada taman. Seluruh kegiatan yang dilakukan diikuti oleh warga cluster, baik orang tua maupun anak-anak. Program ini dipimpin dan diurus oleh warga cluster yang peduli terhadap lingkungan dan menyukai kegiatan berkebun, umumnya ibu-ibu rumah tangga. Jadwal kegiatan CB akan disusun oleh pengurus program sehingga sesuai dengan waktu dan aktivitas warga yang lebih banyak dihabiskan di luar rumah. Program ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pentingnya menjaga lingkungan kepada pengguna, khususnya bagi anak-anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
76
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Taman lingkungan pada cluster Callysta merupakan salah satu contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perumahan yang digunakan dengan baik oleh warga di sekitarnya. Keberadaan taman ini juga mampu meningkatkan kualitas lingkungan perumahan, khususnya cluster Callysta. Peran warga sekitar yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan menjadikan taman lingkungan ini memiliki fungsi sosial dan edukatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada taman lingkungan cluster Callysta dapat diketahui bahwa pengguna taman memiliki pengetahuan yang baik terhadap pentingnya taman di lingkungan tempat tinggalnya, serta mengetahui dengan baik fungsi dari taman tersebut. Melihat dari kondisi yang ada, anak-anak yang tinggal di cluster Callysta lebih menyukai menghabiskan waktu dengan kegiatan pasif di dalam rumah, seperti bermain game dengan komputer atau menonton TV daripada bermain di taman lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan konsep desain dan desain taman lingkungan untuk anak-anak, khususnya anak usia sekolah dasar, agar anak-anak lebih tertarik untuk bermain di taman. Pengguna memiliki harapan bahwa taman tidak hanya berfungsi secara estetika dan sosial, tetapi juga secara edukasi, yang dapat memberikan pembelajaran tentang lingkungan, khususnya bagi anak-anak. Untuk itu desain taman perlu diwujudkan dengan menghadirkan fasilitas pendukung seperti papan nama tanaman, bird feeder dan pot tanaman. Selain fasilitas tersebut kehadiran taman lingkungan bagi anak-anak tidak terlepas untuk memenuhi aktivitas yang bersifat rekreatif, seperti bermain, berolahraga, dan menikmati taman. Salah satu konsep desain taman yang dapat dikembangkan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pengguna adalah taman yang berwawasan lingkungan. Desain taman yang berwawasan lingkungan perlu memperhatikan lingkungan sekitarnya dengan memanfaatkan barang yang dapat di daur ulang untuk tempat sampah dan bird feeder serta memanfaatkan energi yang tersedia di alam dengan menggunakan solar lamp. Desain taman berwawasan lingkungan ini
78
juga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran lingkungan bagi pengguna, khususnya bagi anak-anak sangat sesuai dengan taman lingkungan di cluster Callysta. Melalui desain taman yang berwawasan lingkungan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan.
5.2 Saran Diperlukan desain taman lingkungan yang memperhatikan aspek estetis, aspek sosial, dan aspek edukasi bagi penggunanya. Desain taman lingkungan untuk anak usia sekolah dasar harus memperhatikan kebutuhan, perkembangan dan perilaku anak, sehingga taman dapat mengakomodasi kebutuhan dan dapat membantu perkembangan anak, khususnya untuk melakukan interaksi sosial yang semakin berkurang dalam perkembangan masyarakat yang semakin modern ini.
79
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Pendidikan Anak Usia Dini [internet]. [diunduh 2012 November 21]. Jakarta (ID). –hlm. Tersedia pada: http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini. _______. 2012. Pendidikan di Indonesia [internet]. [diunduh 2012 November 21]. Jakarta (ID). –hlm. Tersedia pada: http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia. _______. 2012. Sekolah Dasar [internet]. [diunduh 2012 November 21]. Jakarta (ID). –hlm. Tersedia pada: http://id.wikipedia.org/wiki/SD _______. 2012. Sekolah Menengah Atas [internet]. [diunduh 2012 November 21]. Jakarta (ID). –hlm. Tersedia pada: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_atas. _______. 2012. Sekolah Menengah Pertama [internet]. [diunduh 2012 November 21]. Jakarta (ID). –hlm. Tersedia pada: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_pertama _______. 2012. Taman Kanak-kanak [internet]. [diunduh 2012 November 21]. Jakarta (ID). –hlm. Tersedia pada: http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_kanak-kanak. _______. 2012. Tempat Tinggal [internet]. [diunduh 2012 Januari 16]. Jakarta (ID). –hlm. Tersedia pada: http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_tinggal. Bappeda Provinsi Jawa Barat. 2007. Pedoman Penataan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan Jawa Barat [internet]. [diunduh 2012 Januari 16]. Bandung (ID). –hlm. Tersedia pada: http://bappeda.jabarprov.go.id/docs/perencanaan. Baskara, M. 2011. Prinsip Pengendalian Perancangan Taman Bermain Anak di Ruang Publik. Jurnal Lanskap Indoneiasia. Volume 3 No 1:27-33. Broto, Charles. 2010. Playgrounds Design. Jonqueres, Barcelona, Spain: LINKS. Budihardjo, Eko. 2006. Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan, Perkotaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Darmawan E. 2007. Peranan Ruang Publik Dalam Perancangan Kota (Urban Design). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Dimastanto, Adriadi. 2008. Prinsip-prinsip Perancangan Taman Lingkungan (Kasus: Taman Lesaman dan Taman Pandawa) [Skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. 181 hlm.
80
Direktorat Jendral Penataan Ruang. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan [internet]. [diunduh 2012 Jan 16]. Jakarta Selatan (ID): Kebayoran Baru. 84 hlm. Tersedia pada: http://birohukum.pu.go.id/pustaka/arsip_peraturan_uu/ permenPU5-2008.pdf. Fireza, Doni. 2008. SERI: Landscape by Beliefs; Religi sebagai Aspek dari Proses Perencanaan dan Desain Lansekap-Bagian 3 [internet]. [diunduh 2012 Juni 27]. Jawa Tengah (ID): Solo. –hlm. Tersedia pada: http://ruanghijau.wordpress.com/2008/12/10/seri-landscape-bybelief-religi-sebagai-aspek-dari-proses-perencanaan-dan-desainlansekap-bagian-3. Hastuti. 2012. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Tugu Publisher. Huitt, W. 2004. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA : Valdosta State. Jaya Propety. 2012. Bintaro Jaya: The Professional’s City [internet]. [diunduh 2012 Maret 31]. Jakarta Selatan (ID): Bintaro. –hlm. Tersedia pada: http://www.jayaproperty.com/index.htm. Kementrian Pendidikan Nasional. 2012. Sekolah Dasar [internet]. [diunduh 2012 November 21]. –hlm. Jakarta (ID): Senayan. Tersedia pada: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/peserta-didik-sekolah-dasar. Lestari, Garsinia dan Kencana, Ira Puspa. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap: Seri Agrihobi. Jakarta: Penebar Swadaya. Pratiwi, Vina. 2011. Desain Lanskap PertanianYayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) Desa Bojongsari, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 144hlm. Reid, GW. 1993. From Concept To Form In Landscape Design. New York: Van Nostrand Reinhold. Simonds, JO. 1978. Earthscape: A Manual of Environmental Planning and Design. New York: McGraw-Hill Book Company. __________. 2006. Landscpae Architecture: A Manual of Site Planning and design. New York: McGraw-Hill Book Company. Swaffield, S. 2002. Theory in Landscape Architecture, A Reader. Amerika: University of Pennsylvania Press.
81
Trivedi, P.r. 2008. Environmental Education. New Delhi: S.b Nangi A P H Publishing Coorporation. VanDerZanden, A.M. dan McNeilan, J. 2001. Basic Design Concepts for Sustainable Landscapes [internet]. [diunduh 2012 Okt 09]. Amerika(US): Oregon State University. 12hlm. Tersedia pada: http://ir.library.oregonstate.edu/xmlui/bitstream/handle/1957/19602/ec 1533.pdf. WS, Don dan Cherry Hadibroto. 2003. Membuat Taman Mungil: Pilihan desain dan Kiat Menata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
82
LAMPIRAN
ii 83
Lampiran 1. Form Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah (5-12 tahun) di Cluster Callysta, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan Kuisioner ini merupakan salah satu pelengkap dalam penyusunan skripsi. Atas pertisipasinya saya ucapkan terimakasih. Oleh : Grace Mutiara Lauren (A44080060) Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Petunjuk : Lingkari pada jawaban yang sesuai Identitas Responden Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita Usia : Pendidikan Terakhir : A. Persepsi 1. Menurut anda, apa itu taman?
2. Hal apa yang membuat anda tertarik untuk bermain ke taman?
B. Aktivitas 3. Berapa sering anda mengunjungi sebuah taman dalam 1 minggu? a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah 4. Jika anda memiliki waktu luang/senggang, apa yang akan anda lakukan? a. Olahraga c. Makan b. Bermain d. Jalan-jalan 5. Jika anda ke taman, dengan siapa anda pergi? a. Sendiri b. Berkelompok(1-5orang) c. Berkelompok(>5orang) 6. Berapa lama waktu yang anda habiskan jika pergi ke taman? a. <1 jam b. 1-2 jam c. >2 jam 7. Apa yang anda lakukan jika di taman? a. Olahraga b. Bermain sendiri c. Bermain dengan kelompok/teman d. Makan C. Kebutuhan dan Keinginan 8. Menurut anda, taman itu perlu atau tidak di lingkungan tempat tinggal/rumah? a. Sangat perlu b. Kurang perlu c. Tidak perlu 9. Menurut anda, taman itu perlu atau tidak di lingkungan tempat tinggal/rumah? a. Sangat perlu b. Kurang perlu c. Tidak perlu
84
10. Menurut anda, taman itu perlu atau tidak di lingkungan tempat tinggal/rumah? a. Sangat perlu b. Kurang perlu c. Tidak perlu 11. Apa yang diinginkan di taman? a. Penataan tanaman d. Rumah-rumahan/shelter b. Tempat duduk e. Tempat olahraga c. Area bermain f. Lapangan rumput 12. Permainan seperti apa yang diinginkan di taman?
13. Jika dari taman anda bisa mempelajari sesuatu, menurut anda hal apa yang diperlukan? a. Nama tanaman di taman c. Permainan yang edukatif b. Tempat mengenal ekosistem D. Material 14. Apa yang disukai pada sebuah taman? c. Banyak tanaman a. Hamparan rumput b. Perkerasan/Lantai/Semen/dll d. Ada elemen air 15. Tanaman (pohon dan semak) seperti apa yang anda sukai untuk ada di taman? (boleh lebih dari 1) a. Memiliki bunga d. Memiliki daun yang b. Memiliki buah rimbun/lebat c. Memiliki bau yang harum 16. Selain rumput, mana yang paling anda sukai? d. Batu pecah a. Tanah e. Stepping stone b. Paving block c. Batu hias (putih/hitam) 17. Bahan apa yang paling anda sukai untuk ada pada taman? a. Bahan alami (kayu, batu, dll) c. Kombinasi b. Bahan buatan (besi, fiber, dll) 18. Mana yang anda sukai? a. Tradisional (bali, jawa, dll) c. Kombinasi tradisional dan b. Modern (minimalis, dll) modern 19. Permainan tradisional apa yang anda ketahui? (Sebutkan sebanyakbanyaknya)
20. Bentuk mana yang paling anda sukai? a. Organik b. Geometrik 21. Warna mana yang paling anda sukai? a. Warna terang b. Warna gelap 22. Taman seperti apakah yang anda harapkan pada lingkungan tempat tinggal/rumah mu?
85
Lampiran 2. Form Panduan Wawancara PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah (5-12 tahun) di Cluster Callysta, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan Oleh : Grace Mutiara Lauren (A44080060) Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) 1. Berapa banyak cluster yang ada di perumahan? Apa saja? 2. Berapa banyak unit rumah yang ada di cluster? Berapa unit rumah yang ditempati? 3. Berapa jumlah Kepala Keluarga (KK), RT, dan RW? 4. Warga cluster didominasi oleh suku apa saja? 5. Tingkat pendidikan tertinggi dan terendah warga cluster Callysta. 6. Tingkat perekonomiaan warga cluster Callysta. 7. Rasio umur warga cluster Callysta. 8. Apakah taman berfungsi dengan baik? Apakah digunakan dengan maksimal oleh warga? 9. Siapakah yang mengelola taman? Pihak pengembang atau warga? 10. Hal apa sajakah yang dilakukan oleh warga untuk menjaga taman lingkungan agar berfungsi dengan baik?