JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1
Desain Shelter Bus Dengan Konsep Berirama Untuk Menekan Permasalahan Antivandalisme dan Tindak Kejahatan Khusus Kota Surabaya Rengga Ondy Marta dan Baroto Tavip Indrojarwo, M.Si Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Telp/fax. (031) 5931147
Abstrak –Shelter bus adalah fasilitas bagi masyarakat yang sangat berpengaruh besar terhadap penggunaan sarana transportasi umum sebuah kota. Fenomena lesunya pemanfaatan angkutan umum pun dapat didasari oleh 3 faktor yaitu, kegagalan pemertintah untuk dapat mengelola angkutan umum yang murah, aman dan nyaman, laju bisnis sektor otomotif yang terus menerus berkembang, dan kurangnya antusiasme masyarakat untuk sadar dan mau menggunakan fasilitas umum sebagaimana mestinya.Dengan itu maka perlu adanya keseriusan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan urban tersebut secara spesifik diawali dari detail-detail aktifitas masyarakatyang terdapat pada fasilitas umum dalam hal ini eksisting shelter bus kota Surabaya, seperti apa saja penyebab kurang berfungsinya fasilitas shelter di berbagai wilayah, penyebab kurangnya antusiasme masyarakat untuk mau menggunakan fasilitas umum, dan kondisi sosial apakah yang terjadi di lingkungan shelter bus mengingat shelter bus termasuk dalam street furniture dan bangunan kota. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pekerjaan besar bagi pemerintah kota Surabaya yang menjadi ibukota Jawa Timur mengingat sarana transportasi dan fasilitas-fasilitas umum yang menunjang kelancaran moda perekonomian dan perdagangan masih belum begitu baik. Justru sebaliknya, Mentalitas masyarakat kota Surabaya sendiri yang bisa dibilang mengalami degradasi, baik ketika memanfaatkan sarana transportasi maupun fasilitas umum kota. Mulai dari pengerusakan fasilitas umum, corat-coret tembok (vandalisme), dan yang paling ekstrem adalah tindak kejahatan yang terjadi di tempat-tempat umum.Sedangkan shelter bus kota Surabaya sendiri bisa dibilang masih menfalsilitasi tindakan negatif tersebut.
perencanaan lokasi dan desain fisiknya. Apalagi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Bambang Triratma (1998), pakar arsitektur dari Universitas Sebelas Maret, berkaitan dengan optimalisasi fungsi halte di kota besar menyebutkan bahwa dari 27 buah halte yang disurvei ternyata hanya 4 buah (14,8%) yang dapat berfungsi optimal, 10 buah (37%) kurang optimal dan sisanya sebanyak 13 buah (48,2%) berfungsi tidak optimal [2]. Sehingga perlu re-desain halte yang dikaji dari beberapa aspek, baik dari aspek transportasi, lingkungan, ekonomis, sosial maupun dari aspek arsitektur dan tampak bangunan, yang diharapkan mampu mengoptimalkan sheter bus tersebut. Sedangkan dikota besar misalnya Surabaya sendiri masih banyak dijumpai beberapa halte yang tidak berfungsi secara maksimal atau beralih fungsi menjadi tempat berdagang bahkan banyak juga yang rusak terbengkalai. Malasnya masyarakat memanfaatkan angkutan transportasi umum/massal karena faktor kenyamanan dan keamanan adalah masalah klasik. Hampir selalu menjadi alasan bila terjadi diskusi untuk mencari solusi kemacetan di sebuah kota. Selain fasilitas dan angkutan umum massal di Kota Pahlawan yang dinilai kurang nyaman, juga tidak adanya perhatian bagi calon pengguna. Sarana prasarana untuk mendukung pro angkutan umum masih jauh dari kelayakan. Pantauan detiksurabaya.com, Kamis (16/12/2010) [3], di sepanjang Jalan Wonokromo hingga Jalan Gubernur Suryo, banyak halte bus yang kurang memberikan kenyamanan. Misalnya di Jalan Raya Darmo, sebuah halte tanpa dilengkapi tempat duduk.
Kata Kunci – Bus Shelter, Anti-vandalism, Antitindakkejahatan, Kota Surabaya I. PENDAHULUAN Keberadaan halte yang merupakan salah satu dari rangkaian moda sarana dan prasarana pelayanan transportasi tentunya harus mempunyai fungsi yang optimal, dalam arti mempunyai nilai kemanfaatan bagi pengguna yang maksimal. Kelancaran, kenyamanan, dan keamanan pengguna menjadi prioritas utama dalam
Gambar1.Halte bus Surabaya sepi pengguna
Pengertian Antivandalisme & Tindak kejahatan 1. Tindak Kejahatan Tindak kejahatan atau sering kita sebut sebagai kriminalitas yang berasal dari kata “crimen” yang
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 2 memiliki arti menyalahi aturan. Tindak kejahatan adalah segala sesuatu yang melanggar hukum. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal.Dalam mendefinisikan kejahatan, ada beberapa pandangan mengenai perbuatan apakah yang dapat dikatakan sebagai kejahatan. Baik dalam pengertian yuridis ataupun secara sosiologis. Dalam kasus tindak asusila dan pecopetan di tempat umum adalah salah satu dari sekian banyak tindak kriminalitas yang menyalahi hukum. 2. Vandalisme Vandalisme adalah sebuah tindakan frontal yang besifat melanggar sebuah aturan yang ada. Perlakuan yang diterapkan biasanya bersifat merusak dan merugikan. Vandalisme dibagi menjadi dua, vandalisme konvensional seperti menempel iklan liar, mencuri komponen shelter, merusak shelter, dan tidak memanfaatkan fasilitas shelter sebagaimana mestinya. Sedangkan vandalisme non-konvensional berupa grafiti art dan mencorat-coret sembarangan [4].
Gambar 2.Vandalisme
Permasalahan teknis pada eksisting Shelter Bus Surabaya. a.
Faktor Comfortability 1. Atap mudah rusak karena lapuk dan kurang luas. Menurut pedoman teknis yang berkaitan dengan perekayasaan tempat pemberhentian kendaraan penumpang umum yang dikeluarkan oleh departemen perhubungan pada salah satu poinnya disebutkan bahwa standart pokok dari sebuah shelter setidaknya harus melindungi calon penumpang dari kondisi di luar shelter seperti hujan dan panas matahari[5].
Gambar 3. Atap shelter A.Yani Surabaya jebol
2.
Dudukancalon penumpang tidak nyaman (ergonomic) Sebagian besar Shelter bus di seluruh Surabaya tidak memiliki tempat duduk hanya sndaran karena alasan study aktifitas perancangan yang dilakukan bertolak belakang dangan problem sosial budaya masyarakat urban semisal terjadi tindakan penyalahgunaan. Adanya tempat duduk yang diberikan tidak didukung pula dengan antusiasme pengguna (calon penumpang angkutan umum). Sehingga situasi dan keadaan disekitar halte yang sepi menjadi nyaman bagi pengemis, penjual makanan untuk menggunakan shelter sebagai tempat istirahat dan berteduh.
Gambar 4. Dudukan tidak berfungsi optimal
b.
Safety and Secure Shelter juga harus memperhatikan unsur privasi yang seharusnya di dapat para calon penumpang agar tidak terganggu. Pada halte umum terlihat bahwa tidak sedikit orang yang ikut duduk atau beristirahat di shelter tersebut meskipun mereka bukancalon penumpang bus.Hal ini sangat berpengaruh terhadap keamanan lingkungan shelter karena dapat memicu tindak kejahatan. Selain itu keadaan shelter pada malam hari masih memperihatinkan karena terdapat shelter yg tidak dilengkapi lampu penerangan yang baik atau rusaknya lampu akibat pencurian dan pengerusakan. Data kepolisian menunjukkan tindak kriminal yang paling banyak terjadi di kawasan tempat-tempat umum kota adalah yang berkaitan dengan harta benda, seperti perampokan, pencurian atau pengrusakan. Dua pendekatan tradisional yang lazim digunakan untuk mengatasi tindak urban criminal tersebut adalah dengan: • eningkatkan efektifitas hukum serta peningkatan jumlah dan kinerja aparat keamanan (satpam/polisi), • pengentasan akar-akar kriminalitas (seperti kemiskinan dan pengangguran). Alternatif pertama merupakan upaya yang sulit dan mahal, dan secara psikologis menimbulkan rasa tidak nyaman karena banyaknya aparat keamanan ditengah masyarakat. Sedangkan pendekatan kedua merupakan usaha jangka panjang yang juga memerlukan biaya sangat besar. Kelemahan utama kedua alternatif tradisional ini adalah tidak teratasinya rasa takut (fear of crime) yang dirasakan oleh masyarakat di perkotaan. Maka solusi dari permasalahan teknis diatas baru diperoleh jika melakukan penyelesaian masalah dengan melakukan pendekatan situasional: Memperkuat batas teritorial pengguna, untuk memperjelas kepemilikan sebagai ruang yang membuat orang yang tidak berkepentingan selain user tidak tertarik masuk kedalamnya. Desain secara fisik dapat menciptakan atau memperbesar area-pengaruh, sebagai ekspresi kepemilikan dan kebanggaan, sehingga user (calon penumpang bus) dapat menciptakan kendali diatas wilayahnya, misalnya: • Pengawasan aksesbilitas yang bisa dilakukan dengan sistem tiketing dan antrian
Gambar 5. Mengantri tiket pada shelter Transjakarta
•
Pemeliharaan.Jika dilakukan secara rutin dan teratur akan menjamin kejelasan teritorial
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 3
•
pengguna halte bus. Area-area yang terawat dengan baik memberikan persepsi bahwa di area tersebut ada orang yang mengawasi dan menggunakannya, demikian pula sebaliknya area kumuh memberi persepsi tidak adanya pengawasan di sana. Pandangan, penerangan dan keterbukaan langsung ke tempat-tempat potensial terjadinya kejahatan. Penerangan pada malam hari membantu memperjelas pandangan ke tempattempat tersebut. Adanya lighting yang baik, terang dan sesuai akan menumbuhkan perasaan aman bagi para pengguna shelter demikian pula sebaliknya
sheltertersebut dapat menarik perhatian bagi para calon penumpangnya. Apalagi pada saat malam hari, kurang sekali adanya cahaya yang memadai. Padahal faktor pencahayaan secara tidak langsung sangat membantu dalam membentuk citra sebuah shelter.
Gambar 8. Shelter Surabaya kurang memiliki image
II. URAIAN PENELITIAN 1. Gambar 6. Pencahayaan yang baik pada shelter Juanda
•
•
Kecocokan/keserasian, dimensi, skala dan ruang dengan kegiatan yang terjadi guna memberikan kenyamanan dan rasa aman dalam berkegiatan. Peningkatan volume penumpang bus adalah pemicu adanya kesempatan sasaran para pelaku tindak kejahatan. Adanya sirkulasi dan dimensi ruang yang baik akan menanggulangi adanya antrian berbujebel calon penumpang. Dengan itu maka meminimalisasi tindak kejahatan seperti pencopetan atau tindak asusila. Hubungan antar fasilitas, yang dapat mudah dicapai oleh pemakai fasilitas.Agar terjadi suatu keadaan yang kondusif pada suatu aktifitas produk maka perlu adanya inisiatif perancangan untuk pengadaan kelengkapan masing-masing kebutuhan dalam suatu produk. Misalnya komponen tempat sampah, tempat koran, telepon umum, papan trayek.
Tahap Pengambilan Data
Metode pengambilan data melalui interview, observasi, dan studi pustaka. Data primer diperoleh melalui deep interview dengan karyawan Divisi Humas DLLAJ Lumajang Bapak Eko Prayitno dan Bapak Sugik. Selain itu melalui kuisioner pada pengguna shelter bus Kota Surabaya, observasi langsung pada beberapa eksisting shelter , dan data sekunder sekunder diperoleh dari data-data literatur baik melalui buku acuan terkait mapun dari internet. Berikut skema metodologi desain:
Gambar 7. Komponen-komponen shelter
c.
Faktor Epoch & Endurance Berbicara tentang public facility pasti juga berbicara tentang daya tahan, jangka waktu, dan efek samping dari shelter itu sendiri. Tindakan lalai terhadap peraturan, alih fungsi, bahkan vandalisme sudah sangat sering dijumpai di dalam shelter bus. Belum lagi masalah yang datang dari alam dan sangat mempengaruhi. d.
Faktor Image & Branding Banyak shelterdi Surabaya yang masih sangat kurang dalam unsur estetika desain dan pengembangan promosi. Belum begitu terlihat bagaimana shelter-
Gambar 9. Skema Penelitian
2.
Tahap Studi dan Analisa
A. Studi Analisa Fungsi Studi analisa fungsi ini ditujukan untuk mengidentifikasi fungsi - fungsi lain dari sebuah Shelter yang dapat dikembangkan untuk menjadi potensi utama dari desain Shelter bus kota Surabaya. B. Studi Analisa Pasar
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 4 Studi Analisa Pasar ini ditujukan untuk mengidentifikasi lingkup pasar dan penggunaan Shelter sesuai dengan pengembangan potensi fungsinya, yaitu sebagai media promosi luar ruang dan tempat berteduh bagi calon penumpang bus kota. Perihal yang dibahas adalah positioning, targeting, demografi operasional dan segmentasi pasar dari Shelter bus itu nantinya. C. Studi Analisa Ekonomi Studi Analisa Ekonomi ini ditujukan untuk mengidentifikasi keuntungan (benefit) yang bisa didapatkan dari desain Shelter ini nantinya, yang dilihat dari segi ekonomi. Keuntungan dari segi ekonomi ini nantinya yang akan memberi nilai lebih atau keunggulan dari sebuah shelter bus sendiri untuk memberi keuntungan finansial, khususnya kepada Pemerintah kota Surabaya sebagai penyelenggara sarana dan prasarana angkutan umum, serta perusahaan pendukung lainnya yang menjadi target market dari Shelter misalnya adalah dari pihak promosi. D. Studi Analisa Sosial Budaya Studi Analisa Sosial Budaya ini ditujukan untuk mengidentifikasi kebiasaan - kebiasaan yang umum dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat kota Surabaya, dimana unsur dari kebiasaan tersebut menjadi pertimbangan dari faktor pemenuhan kebutuhan konsumen akan fasilitas pada Shelter nantinya. E. Studi Analisa Aktifitas Studi Analisa Aktifitas ini ditujukan untuk mengetahui aktifitas apa saja yang dilakukan, baik oleh pengemudi Bus para calon penumpang angkutan kota ketika melakukan aktifitas yang berkaitan dengan kelancaran peanfaatan sarana umum seperti shelter ini, dari mulai akan menuju ke shelter, saat dishelter , sampai pada saat meninggalkan shelter. Hal ini diperlukan untuk kemudian mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk dapat mendukung aktifitas pengguna sebuah shelter bus. F. Studi Analisa Kebutuhan Studi Analisa Kebutuhan ini ditujukan untuk mengidektifikasi kebutuhan konsumen akan sebuah sarana umum dan penunjang dari alat transportasi angkutan umum kota yang dalam hal ini berupa halte / shelter bus. Hasil dari analisa kebutuhan ini adalah untuk mendapatkan kebutuhan - kebutuhan desain akan sebuah Shelter angkutan umum kota / halte yang menjadi inti dari proyek ini, sehingga dapat bertemunya dua unsur, yaitu kreativitas desain dan pemenuhan kebutuhan serta selera konsumen. G. Studi Analisa Trend Style Studi Analisa Trend Style ini ditujukan untuk mengidentifikasi trend style dari desain produk-produk yang sedang berkembang saat ini. Trend produk yang akan dianalisa tidak hanya didasarka pada trend sebuah tempat teduh seperti halte, telpon umum, gazebo, pom bensin dsb, akan tetapi juga pada trens fashion dan produk, yang merupakan dua hal yang sangat dekat dengan perkemangan trend dan selera konsumen. Serta ruang lingkupnya tidak hanya di Indonesia, namun juga manca negara, dikarenakan konsumen sebuah shelter umum kota Surabaya ini nantinya juga wisatawan dari
manca negara dan diperkenalkan sebagai identitas kota yang menarik.Hasil dari analisa ini adalah sebuah pattern atau konsep umum mengenai trend yang sedang berkembang saat ini, untuk kemudian konsep trend style tersebut nantinya akan diaplikasikan terhadap konsep desain dari halte sendiri. H. Studi Analisa Bentuk Studi Analisa Bentuk ini ditujukan untuk mengidentifikasi pengembangan desain bentuk dari produk yang menganut konsep simple berirama Design dengan produk awalnya. Pengembangan tersebut, kemudian diaplikasikan ke dalam konsep desain shelter dengan menampilkan pengembangan desain bentuk dari bangunan, pakaian, produk masaal dan juga menampilkan ciri khas dari halte lama yang menjadi nilai “jual” atau karakteristik unik dari Shelter sendiri. I. Studi Analisa Warna Studi analisa Warna ini ditujukan untuk memilih warna yag tepat untuk diaplikasikan terhadap desain shelter baik itu bagian inti tubuh shelter dan juga komponenkomponen tambahannya. Proses pemilihan didahului oleh pengidentifikasian sifat-sifat warna yang kemudian akan diaplikasikan ke desain baru shelter angkutan umum kota sesuai konsep, yaitu warna yang segar dan memberi kenyamanan kepada pengguna atau orang yang melihatnya. Setelah itu disesuaikan dengan trend warna yang berkembang saat ini J. Studi Analisa Ergonomi Studi Analisa Ergonomi ini ditujukan untuk mengetahui dan mendapatkan batasan dimensi pada area pengemudi dan penumpang Bajaj yang disesuaikan dengan antropometri tubuh masyarakat Indonesia. Batasan dimensi tersebut kemudian difungsikan sebagai patokan untuk mengidentifikasi tingkat kenyamanan pengguna dengan interaksinya terhadap komponen - komponen yang terdapat pada sebuah shelter,. K. Studi Analisa Konfigurasi Studi Analisa Konfigurasi ini ditujukan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan pembagian ruang tunggu, mulai dari ruang tunggu berdiri, space sirkulasi untuk L. Studi Analisa Volume Studi analisa volume ini ditujukan untuk mengidentifikasi volume dan dimensi jumlah manusia yang biasanya berada dan memanfaatkan sebuah shelter secara aktif disuatu daerah tertentu, untuk kemudian proses selanjutnya yaitu menemukan dimensi ruang ruang yang sesuai dengan penyesuaian dimensi calon penumpang bus. Hasil dari analisa ini adalah keefektifan dimensi yang direncanakan pada daerah tertentu tergantung potensi masyarakat pengguna dan volume ruang shelter yang mampu mengakomodir dan tidak terlalu mubadzir dalam memberikan luas dimensi. M. Studi Analisa Material Studi Analisa material ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik material beserta proses produksinya untuk kemudian diadakan pemilihan material beserta proses produksi dari material tersebut yang paling tepat untuk diaplikasikan pada komponen inti dan fasilitas tambahan desain Shelter angkutan umum kota Surabaya, mulai dari struktur rangka, body shell, hingga komponen
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 5 opsional seperti seat, panel, tempat sampah, cover. Dalam pemilihan jenis material ini disertai dengan beberapa pertimbangan teknis untuk menentukan jenis material yang paling tepat untuk digunakan pada setiap komponen. N. Studi Analisa Mekanisme Studi analisa Mekanisme ini ditujukan untuk mengidentifikasi mekanisme komponen pada Shelter angkutan umum, untuk kemudian dikembangkan dari segi mekanisme dan fungsinya agar lebih mendukung aktifitas dan memberi kenyamanan pada pengguna yaitu calon penumpang pada desain shelter. O. Studi Analisa Media Promosi Studi analisa media promosi ini ditujukan untuk mengidentifikasi bentuk promosi yang telah dilakukan pada shelter, untuk kemudian dianalisa dan ditemukan solusi yang tepat untuk menciptakan media promosi yang atraktif dan efisien. P. Studi Analisa Komponen Studi Analisa Komponen ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara terukur sesuai dengan survey kuisioner mengenai apa yang menjadi need (kebutuhan) dan want (keinginan) masyarakat kota Surabaya dan sekitarnya akan fasilitas apa saja yang sebaiknya ada pada sebuah shelter atau sarana penunjang transportasi umum bus kota. Dari hasil kuisioner tersebut akan diadakan pertimbangan perlu tidaknya komponen tersebut dipakai dalam desain shelter untuk dapat menaikkan kenyamanan dan “nilai service” terhadap calon penumpang sebuah bus yang sering memanfaatkan sarana shelter. 3.
III. PETUNJUK TAMBAHAN Eksisting Shelter alat angkutan umum yang terdapat di Indonesia dibedakan menjadi 2 bagian besar. Yaitu yang pertama adalah eksisting shelter single yang bisa didapati pada aplikasi tempat berteduh untuk alat angkutan umum bus kota, bemo, kereta api (Gubeng Surabaya) dan yang terdapat pada terminal Balongsari Surabaya baru-baru ini juga termasuk alat angkutan umum jenis Angguna. Sedangkan yang kedua adalah jenis shelter alat angkutan umum berupa kendaraan Bus Rapid Transit (BRT) yang terdapat dibeberapa kota besar di Indonesia dan yang paling terkenal di Daerah khusus Ibukota jakarta sebagai sarana umum guna menanggulangi problem kemacetan. Adanya isu-isu permasalahan yang teranalisa pada shelter Bus Rapid Transit pada akhirnya juga mengatasi permasalahan inti yang terdapat pada shelter bentuk lama yang terdapat di Surabaya yang nantinya juga akan menyusul kota-kota bear lainnya untuk menambahkan instalasi BRT. Seperti misalnya tindak kejahatan dan vandalisme yang kemudian dapat sedikit demi sedikit teratasi karena kecenderungan penjagaan intensif BRT yang lebih baik, sistem antrian yang mampu memberikan sirkulasi sehingga menjadi kenyamanan dan keamanan calon penumpang bus.
Tahap Studi Model Tahap Studi model dilakukan melalui pembuatan model 1 yang dilakukan sebagai studi bentuk dan pembuatan model 2 yang menjadi contoh prototype produk nantinya. Dan yang ke 3 adalah pembuatan model untuk melakukan studi mekanisme yang akan diaplikasikan pada shelter.
Gambar 11. BRT memiliki sitem yang baik sebagai Shelter bus masa depan
Konsep sistematis yang terdapat pada shelter Bus Rapid Transit seperti penggunaan tiket antrian otomatis, penggunaan jalur bagi calon penumpang bus yang sirkuler, dan pengaturan keluar masuk calon penumpang bus (kedatangan-naik bus) kurang lebihnya akan diterapkan pada perancangan shelter bus kali ini sehingga tidak memfasilitasi vandalisme dan memperkecil peluangtindak kejahatan. IV. KESIMPULAN
Gambar 10. Studi Model
Berdasarkan hasil studi dan analisa, maka didapatkan kriteria produk perancangan Shelter angkutan umum kota Surabaya dengan pengembangan tampilan dengan konsep Minimalis & Berirama (pengulangan) untuk pengembangan fungsi utama sebagai sarana penunjang alat transportasi kota Surabaya, dan kembangan dari
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 6 fungsi awal yaitu untuk menaikkan dan menurunkan penumpang bus kota dan tempat untuk berteduh.
3.
4.
5. Gambar 12. Shelter bus kota Surabaya dengan sistem (BRT) dengan konsep minimalis berirama
6. 7.
Bapak Ir. Baroto Tavip I, M.Si selaku dosen pembimbing. Bapak Primaditya, S.Sn. M. Ds.dan Bapak Bambang Tristiyono, ST selaku dosen penguji. Bapak dan ibu dosen Despro ITS, Pak Taufik, Pak Andhika, Pak Bambang I. Terima kasih atas waktu, bimbingan dan saran selama saya menempuh pendidikan. Bapak-bapak DLLAJ Lumajang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang sangat mudah untuk diajak kerja sama dan kooperatif yang telah membantu saya memberikan ilmu maupun data data dan pengalaman. Teman-teman angkatan 2007, Ryan, Gilang, Gayung, Fahmi, Rizna, Dicky Tom, Salman, serta terutama Rendra sekeluarga yang telah banyak saya bikin repot, Jendro, yang telah banyak membantu, serta tidak ketinggalan juga Bintang, Sando, Suhel Arnowteman diwaktu luang. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak terima kasih. Cyntia Anggi Kusumasari calon istri saya yang sudah mau menunggu sampai sejauh ini VI . DAFTAR PUSTAKA
[1] [2] Gambar 13. Tampilan keterbukaan dan lighting yang baik pada malam hari sebagai penunjang konsep antivandalisme& tindak kejahatan
[3] [4]
Gambar 12. Sirkulasi calon penumpang bus pad shelter
V. UCAPAN TERIMAKASIH
1.
2.
Allah SWT Sang Penciptaku atas kemudahan, kelancaran dan kemurahan-Nya dalam memberikan rahmat dan petunjuk-Nya untuk menyelesaikan tugas akhirku ini, serta Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya dan panutan umat-Nya. Keluargaku tercinta, terutama ayah sebagai investor dan ibu sebagai motivator, serta semua saudarasaudaraku dan keluarga besar .
PelitaOnline ( 2010 ) Manajemen Pemasaran, Buku 1 dan 2, RENHALLINDO, Jakarta. Bambang Triatama (2004) Tugas Akhir Desain Produk ITS, Surabaya Nurmianto, Eko ( 2004 ) Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Guna Widya, Surabaya. Panero, Julius. & Martin Zelnik ( 2003 ) Dimensi Manusia Ruang dan Interior, Erlangga, Jakarta.