Desain model Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit Mobil (Studi kasus pada PT. Astra Credit Companies Cabang Kudus) Achmad Wahid K
Abstract : Design Decision Support System model Kelayakan Kredit Mobil Pada PT. Astra Credit Companies Cabang Kudus. is made to create a model that can be used to develop a Decision Support System software quickly. This Decision Support System is expected to help credit analysts in determining whether or not a customer is eligible to receive credit. Decision Support System Kelayakan Kredit Mobil is designed with the features of credit application process analysis, design decision models of financial analysis of debtors and Feasibility Analysis Model Evaluation Criteria credit, general desian and Decision Support System database.. Keywords : Design Decision Support, AHP, Kelayakan Kredit
PENDAHULUAN PT. Astra Credit Companies (ACC) adalah salah satu perusahaan pembiayaan mobil terbesar di Indonesia. ACC menyediakan pelayanan pembiayaan untuk pembelian mobil baru ataupun mobil bekas khususnya untuk merek kendaraan yang diproduksi oleh Astra seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, Peugeot dan BMW. Jaringan ACC tersebar di hampir seluruh kota besar di Indonesia, termasuk di kota Kudus. PT. Astra Credit Company (ACC) Cabang Kudus dalam pemberian kredit mobil kepada pelanggan menetapkan standart untuk menerima atau menolak resiko kredit dengan menggunakan syarat Five C; bagaimana karakter pelanggan (Charakter), Kapasitas melunasi kredit (Capacity), kemampuan modal yang dimiliki pelanggan (Capital), jaminan yang dimiliki pelanggan untuk menanggung resiko kredit (collateral) dan kondisi keuangan pelanggan (Condition); memutuskan bagaimana membiayai piutang (dapat diperoleh dari kredit umum, factoring, bantuan keuangan dari sesama group); menetapkan siapa yang menangung resiko kredit (dapat menggunakan perusahaan asuransi); menetapkan kebijakan dan praktek penagihan, menghindari suboptimasi oleh masing-masing departemen.
Penentuan kebijakan dalam pemberian kredit diperlukan dokumen prasyarat : Kota Domisili, performa income, mutasi keuangan selama 3 bulan terakhir, Pekerjaan, Kartu Keluarga (jumlah anggota keluarga), Uang muka, Rekening Listrik per bulan dan punya asset yang dapat dijaminkan seperti sertifikat rumah jika suatu waktu pelanggan cacat angsuran kemudian akan dilakukan survei lapangan dan selanjutnya hasil survei dianalisis, setelah itu hasil analisis diserahkan kepada pengambil keputusan. Penilaian kelayakan kredit yang dilakukan menggunakan cara manual dengan menganalisis semua dokumen diatas, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui nilai kelayakan kredit pelanggan yang baru diperoleh. Untuk meningkatkan pelayanan dalam pemberian kredit, PT. Astra Credit Company (ACC) Cabang Kudus menghadapai berbagai kendala, seperti ; Adanya tingkatan hirarki dalam pengambilan keputusan, Analisis pengolahan data untuk pengambilan keputusan yang dilakukan secara manual dapat menimbulkan kesalahan dan ketidak telitian, kurangnya pengawasan terhadap kelengkapan data Debitur yang mengajukan kredit mobil dan banyaknya penumpukan berkas-berkas yang harus diAnalisis Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, PT. Astra Credit Company (ACC) Cabang Kudus memerlukan sistem berbasis komputer yang dapat membantu mempercepat proses analisis kriteria kelayakan kredit calon debitur baru. METODE DESAIN Sistem pendukung keputusan yang akan di desain adalah Specific Decision Support System (SDSS) yang didesain dengan cara cepat melalui pendekatan iteratif dan bertahap. Metode ini dipilih dengan mempetimbangkan bahwa DSS yang dibuat adalah sebuah DSS baru, dengan waktu yang singkat dan melibatkan pengguna secara aktif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Sistem 1. Identifikasi Permasalahan PT. ACC Cabang Kudus yang bergerak dalam bidang pengkreditan mobil, dalam menjalankan usahanya mempunyai berbagai masalah yang
diakibatkan keterbatasan sistem yang ada saat ini. Permasalahan yang terjadi itu antara lain : a. Adanya tingkatan dalam pengambilan keputusan karena keputusan yang diambil oleh pihak Base Master dari data yang sudah dianalisis oleh bagian sales office masih menggunakan cara yang manual dan pengambil keputusan dilakukan lebih dari satu pihak. b. Pengolahan data untuk pengambilan keputusan yang dilakukan masih secara manual shingga dapat menimbulkan kesalahan dan ketidak telitian dalam malakukan pencatatan hasil survei dan analisis yang telah dilakukan. c. Kurangnya
pengawasan
terhadap
kelengkapan
data
Debitur
yang
mengajukan kredit mobil karena kekurang telitian pihak Data Entry dalam memeriksa
kelengkapan
pengisian
formulir
pengajuan
kredit
dan
pemeriksaan pemenuhan kelengkapan persyaratan pengajuan kredit d. Banyaknya berkas-berkas yang harus diAnalisis dan formulir pengajuan kredit yang telah diisi menyebabkan adanya penumpukan berkas-berkas yang bisa menyulitkan dalam pencarian berkas yang dibutuhkan 2. Kebutuhan Sistem Dari identifikasi permasalahan dan penyebabnya di atas PT. Astra Credit Company (ACC) Cabang Kudus membutuhkan alat bantu analisis kelayakan kredit yang dapat menilai banyak kriteria. Sistem penilaian kelayakan kredit yang selama ini dilakukan masih secara manual. Sehingga setiap kali ada pengajuan kredit baru, PT. Astra Credit Company (ACC) Cabang Kudus harus melakukan analisis lagi terhadap dokumen dari calon debitur yang sama. Proses ini selalu dilakukan secara berulang walaupun sebelumnya pernah dilakukan penilaian kelayakan kredit untuk calon debitur yang sama. Dengan cara ini waktu yang diperlukan cukup lama yaitu sekitar 2 hari.. Untuk menentukan jenis system informasi yang tepat dan dapat menjawab persoalan yang dihadapi oleh PT. Astra Credit Company (ACC) Cabang Kudus system yang paling tepat untuk menangani permasalahan tersebut adalah Sistem Pendukung Keputusan.
Desain Sistem Pendukung Keputusan
1. Desain model Keputusan Kelayakan pemberian pemberian kredit merupakan suatu penilaian dimana suatu debitur apakah pantas atau tidak untuk menerima kreditnya. Proses keputusan layak atau tidak debitur diberi kredit, dapat dijelaskan dengan gambar 3:
Gambar 3 : Kerangka Pikir Kelayakan Pemberian Kredit Dari gambar 3 diatas bisa dilihat terdapat dua tahap analisis, pertama tahap analisis keadaan keuangan debitur dilihat dari penghasilan dikurangi sisa angsuran, masih sisa kah untuk kehidupan sehari-harinya. Tahap analisis yang kedua yaitu analisis pembobotan kriteria yang membandingkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Seperti jaminan yang dimiliki, pekerjaan, kota domisili, rekening tabungan, rekening listrik, jumlah anak. Dari kriteria tersebut diambil total dari prioritas yang ada. a)
Model Analisis Keadaan Keuangan debitur Analisis keadaan keuangan debitur merupakan tahap awal untuk
mengetahui layak atau tidak seorang debitur untuk diberikan kreditnya. Jika dalam proses ini seorang debitur tidak memenuhi batas minimal yang ditentukan, maka tidak dilanjutkan pada tahap penilaian selanjutnya. Analisa keadaan keuangan debitur dalam PT. ACC menggunakan Tangible Standard, yaitu sasaran yang dapat ditetapkan alat ukur atau Standardnya. PT.
Acc Cabang Kudus mempunyai standard atas keadaan keuangan debitur yaitu 50 % dari sisa gaji. berikut metode perhitungannya :
Keterangan : -
Uang muka minimal 30 % dari Harga Mobil.
-
Jangka waktu yaitu berapa lama debitur menyelesaikan kreditnya, 12 , 24, 36, 48 bulan sampai batas maksimal 5 tahun atau 60 bulan.
-
Batas minimal persentase sisa gaji lebih dari 50 %.
b)
Model Analisis Pembobotan Kriteria dan Subkriteria Dari informasi survei tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kota,
pekerjaan, sertifikat, rekening tanbungan, rekening listrik, jumlah anak merupakan
kriteria yang perlu dipertimbangkan sebelum menentukan
persetujuan kredit mobil. Berikut delapan kriteria dan sub kriteria : Tabel 1. Kriteria dan Subkriteria Kelayakan Pemberian Kredit Mobil No.
Kriteria
1
Sertifikat
2
Pekerjaan
Subkriteria -
berada di Kudus berada di Demak berada di Jepara di Pati, Luas ≥ 200 di Pati, Luas ≥ 100 di Rembang, Luas ≥ 200 di Rembang, Luas ≥ 100 kota diluar daerah kerja PNS Wiraswasta
c)
3
Kota
4
Rekening Tabungan
5
Rekening Listrik
6
Jumlah Anak
-
ABRI/Polisi Karyawan Petani Kudus Demak Jepara Pati Rembang Kota diluar daerah kerja ≥ 20 Juta Antara 10-20 Juta Antara 5-10 Juta Antara 1-3 Juta ≤ 1 Juta < 100 ribu Antara 100-200 ribu Antara 200-300 ribu Antara 300-500 ribu ≥ 500 ribu < 3 Anak Antara 3-4 Anak Antara 5-6 Anak Lebih 7
Model Penentuan Prioritas Kriteria Langkah yang harus dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah
membuat matrik perbandingan berpasangan, Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain. Hasil penilaian bisa dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Matrik Perbandingan Berpasangan
Nilai-nilai yang terdapat dalam matriks pada tabel 2 dijumlahkan untuk tiap kolomnya
Membuat Metriks nilai kriteria, Matriks ini diperoleh dengan rumus berikut : Nilai baris kolom baru = Nilai baris kolom lama/jumlah masing kolom lama. Tabel 3. Matrik Nilai Kriteria
Nilai 0.075 pada kolom kota baris kota tabel 3. diperoleh dari nilai kolom sertifikat baris sertifikat tabel 2 dibagi jumlah kolom sertifikat tabel 2. Nilai kolom jumlah pada tabel 3 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya.
Membuat matriks penjumlahan setiap baris. Matriks ini dibuat dengan mengalikan nilai prioritas pada tabel 3 dengan
matrik perbandingan berpasangan (Tabel 2). Hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Matrik Penjumlahan Setiap Baris
Nilai 0.391 pada baris sertifikat kolom sertifikat pada Tabel 4 diperoleh dari prioritas baris sertifikat pada tabel 3 (0.391) dikalikan dengan nilai baris sertifikat kolom sertifikat pada tabel 2 (1). Perkalian matriks baris kali kolom.
Perhitungan rasio konsistensi
Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) ≤ 0.1. Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0.1, maka matriks perbandingan berpasangan harus diperbaiki. Tabel 5 Perhitungan Rasio Konsistensi
Kolom jumlah per baris didapatkan dari kolom jumlah
pada Tabel 4,
sedangkan kolom prioritas dari kolom prioritas pada Tabel 3. Dari Tabel 5, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut : Jumlah (Jumlahan dari nilai-nilai hasil)= 7.68 n (jumlah kriteria) = 6 maks (jumlah/n) = 1.28
max n n 1
CI =
= - 0.94
Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. d)
Model Penentuan Prioritas Subkriteria Perhitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-sub dari semua kriteria.
Dan cara perhitungannya sama dengan menentukan prioritas kriteria. 1. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria Sertifikat a. Membuat matriks perbandingan berpasangan. Tabel 6. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Sertifikat
b. Membuat Matriks nilai kriteria Tabel 7. Matriks Nilai Kriteria Sertifikat
Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris
Tabel 8. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Sertifikat
Perhitungan rasio konsistensi Tabel 9. Perhitungan Rasio Konsistensi Sertifikat
Dari Tabel 9, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut: Jumlah (Jumlahan dari nilai-nilai hasil)= 9.71, n (jumlah kriteria) = 8, maks (jumlah/n) = 1.21 CI =
max n n 1
= - 0.97
CR = CI/RI = - 0.69 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. 2. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria pekerjaan a. Membuat matriks perbandingan berpasangan Tabel 10. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pekerjaan
b. Membuat Matriks nilai kriteria Tabel 11. Matriks Nilai Kriteria Pekerjaan
Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Tabel 12. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pekerjaan
d. Perhitungan rasio konsistensi Tabel 13. Perhitungan Rasio Konsistensi Pekerjaan
Dari Tabel 13. diperoleh nilai-nilai sebagai berikut : Jumlah (Jumlahan dari nilai-nilai hasil)= 6.25, n (jumlah kriteria) = 5, maks (jumlah/n) = 1.25 CI =
max n n 1
= - 0.94
CR = CI/RI = - 0.84 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. 3. Menghitung subkriteria dari kriteria kota a. Membuat matriks perbandingan berpasangan Tabel 14. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Kota
b. Membuat Matriks nilai kriteria
Tabel 4.15 Matriks Nilai Kriteria Kota
Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Tabel 4.16 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Kota
d. Perhitungan rasio konsistensi Tabel 17. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Kota Jumlah Prioritas Hasil Kudus 2.106 0.330 2.436 Demak 1.681 0.259 1.940 Jepara 1.342 0.210 1.552 Pati 0.702 0.113 0.816 Rembang 0.346 0.057 0.403 Luar daerah kerja 0.186 0.030 0.217 Dari Tabel 17, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut : Jumlah (Jumlahan dari nilai-nilai hasil)= 7.36, n (jumlah kriteria) = 6, maks (jumlah/n) = 1.23 CI =
max n n 1
= - 0.95
CR = CI/RI = - 0.77 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. 4. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria Rekening Tabungan. a. Membuat matriks perbandingan berpasangan
Tabel 18. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Rekening Tabungan
b. Membuat Matriks nilai kriteria Tabel 19. Matriks Nilai Kriteria Rekening Tabungan
Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Tabel 20. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Rekening Tabungan
d. Perhitungan rasio konsistensi Tabel 21. Perhitungan Rasio Konsistensi Rekening Tabungan
Dari Tabel 21, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut: Jumlah (Jumlahan dari nilai-nilai hasil)= 7.65, n (jumlah kriteria) = 6, maks (jumlah/n) = 1.28 CI =
max n n 1
= - 0.94
CR = CI/RI = - 0.76 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. 5. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria Rekening Listrik a. Membuat matriks perbandingan berpasangan Tabel 22. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Rekening Listrik
b. Membuat Matriks nilai kriteria Tabel 23. Matriks Nilai Kriteria Rekening Listrik
Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Tabel 24. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Rekening Listrik
d. Perhitungan rasio konsistensi Tabel 25. Perhitungan Rasio Konsistensi Rekening Listrik
Dari Tabel 25, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut: Jumlah (Jumlahan dari nilai-nilai hasil)= 6.18, n (jumlah kriteria) = 5, maks (jumlah/n) = 1.24 CI =
max n
= - 0.94 n 1 CR = CI/RI = - 0.84 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. 6. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria Jumlah Anak a. Membuat matriks perbandingan berpasangan Tabel 26. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jumlah Anak
b. Membuat Matriks nilai kriteria Tabel 27. Matriks Nilai Kriteria Jumlah Anak
Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Tabel 28. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Jumlah Anak
d. Perhitungan rasio konsistensi Tabel 29. Perhitungan Rasio Konsistensi Jumlah Anak
Dari Tabel 29, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut: Jumlah (Jumlahan dari nilai-nilai hasil)= 5.18, n (jumlah kriteria) = 4, maks (jumlah/n) = 1.29 CI =
max n n 1
= - 0.90
CR = CI/RI = - 1.00 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. 7. Menghitung Hasil Tahap akhir dalam perhitungan AHP, dengan cara mengalikan prioritas dari kriteria dengan prioritas subkriteria. berikut Tabel bobot/prioritas dan subprioritas dari hasil perhitungan AHP diatas : Tabel 30. Bobot/Prioritas Kriteria
Tabel 31. Bobot/Prioritas Subkriteria Sertifikat
Tabel 32. Bobot/Prioritas Subkriteria Pekerjaan
Tabel 33. Bobot/Prioritas Subkriteria Kota
Tabel 34. Bobot/Prioritas Subkriteria Rekening Tabungan
Tabel 35. Bobot/Prioritas Subkriteria Rekening Listrik
Tabel 36. Bobot/Prioritas Subkriteria Jumlah Anak
Tabel 37. Nilai Debitur
Tabel 38. Hasil Akhir
Hasil Akhir = Prioritas Kriteria * Prioritas Subkriteria Contoh Pada Debitur A kolom Sertifikat : Hasil Akhir
= 1` * 0.391 = 0.391
Nilai 0.391pada kolom sertifikat baris A diperoleh dari nilai debitur A untuk Sertifikat, yaitu di Kudus dengan prioritas 1.000 (Tabel 39) dikalikan dengan prioritas kriteria Sertifikat sebesar 0.391 (Tabel 38). Kolom Total pada Tabel 48 diperoleh dari penjumlahan pada masing-masing barisnya. Nilai total inilah yang dipakai sebagai dasar untuk merangking debitur dalam pengajuan kreditnya. Batas minimal dari nilai total adalah 0.545 diperoleh dari nilai maksimal dikurangi nilai minimal dibagi dua.
Jadi Jika bobot yang dimiliki oleh debitur kurang dari batas minimal maka, tidak mendapatkan Kelayakan pemberian kreditnya.
Desain Sistem Umum Sistem pendukung keputusan yang dirancang diupayakan untuk disesuaikan dengan sumber daya perusahaan sehingga perlu dilakukan identifikasi terhadap sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan serta kondisi lingkungan. Dari hasil analisis terhadap lingkungan maka sistem yang dibutuhkan oleh PT. Astra Credit Company (ACC) Cabang Kudus dapat diuraikan sebagai berikut : a) Context Diagram SPK Kelayakan Kredit Mobil
Project Name: Project Path: Chart File: Chart Name: Created On: Created By: Modified On: Modified By:
SPK_Kelayakan e:\Artikel\spk_pe~1\ dfd00001.dfd SPK_Kelayakan Mar-21-2010 Wahid K Mei-23-2010 Wahid K
By:
K
Data Point Mobil
Daftar Kriteria
0
Daftar Prasyarat
Surveyor
Data Jaminan Data Debitur Permohonan Kredit Daftar Mobil
Data Mobil Data Prasyarat SPK Kelayakan Kredit
Data Kriteria Hasil Analisa Laporan Jaminan
Daftar Point Mobil Laporan Debitur
Gambar 4. Context Diagram SPK Kelayakan Kredit Mobil
Pimpinan Cabang
b) DFD Level 0 SPK Kelayakan Kredit Project Name: SPK_ Kelayakan Project Path: e:\Artikel\spk_Kelayak Chart File: dfd00002.dfd Chart Name: Level 0 Created On: Mar-21-2010 Created By: Wahid K Modified On: Mei-22-2010 Modified By: Wahid K
Debitur Permohonan Kredit Data Debitur
Debitur Jaminan
Jaminan Data Point Mobil Data Mobil Data Prasyarat
1
Verifikasii Prasyarat Kedit
Data Jaminan
Data Kriteria Prasyarat
Surveyor
Daftar Kriteria Daftar Prasyarat Daftar Mobil Daftar Point Mobil
Pimpinan Cabang
Prasyarat Mobil Kriteria
Mobil
Mobil
Prasyarat
Prasyarat
Kriteria
2
Kriteria
Analisa Pengajuan Kredit
Laporan Debitur Laporan Jaminan Laporan Hasil Analis
Debitur
Debitur
Jaminan
Jaminan
Gambar 5. DFD Level 0 SPK Kelayakan Kredit Mobil
Desain Pangkalan Data Pada tahap ini, dari analisis keterkaitan dan hubungan yang terjadi di antara
entitas pembentuk sistem pendukung keputusan dapat dilihat pada gambar
Sertifikat Rumah kd_debitur no_sert_rmh alm_sert_rmh kota_sert_rmh luas_bangunan type_rmh
*
Sertifikat Tanah
kd_debitur no_sert_tnh alm_sert_tnh kota_sert_tnh luas_tnh
* **
Rekening Bank kd_debitur no_rek nm_bank jml_saldo
*
Prasyarat no_analis tgl_pengajuan kd_debitur tipe_mbl tot_point
kd_debitur * no_ktp no_kk jml_kel nama j_kel alamat kota telp tipe_mbl pekerjaan nm_instansi almt_instansi kota_instansi telp_instansi jns_usaha struk gaji hist_deb deb_ada peng_kredit nm_penanggung almt_penanggung kota_penanggung telp_penanggung tgl_pengajuan
* ** **
kd_kriteria prasyarat point
Kriteria
Dtl_Analis no_analis kd_kriteria prasyarat point
* **
* ** **
kd_kriteria nm_Kriteria
*
Mobil tipe_mobil merk_mbl jns_mbl thn_pemb thn_prktn isi_silinder bahan_bkr harga
*
Point Mobil
SK_Jabatan kd_debitur no_sk nm_instansi_sk golongan thn_jab
Analis
Debitur
* **
kd_pm tipe_mobil operator kondisi point_mbl
* **
Gambar 6. Tabel Relasi SPK Kelayakan Kredit Mobil
KESIMPULAN Dari pembahasan dan hasil dari tahapan desain Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit yang didesain adalah Specific Decision Support System (SDSS) sehingga hanya cocok untuk pengambilan keputusan kelayakan kredit di PT. Astra Credit Company (ACC) Cabang Kudus b. Desain Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit ini akan mempercepat pengembangan aplikasi pengambil keputusan dalam menetukan kelayakan kredit
yang sesuai dengan kebutuhan seorang analis kredit karena dalam proses desain melibatkan peran aktif user. c. SPK Persetujuan Pengajuan Kredit ini dapat menangani proses pengarsipan, proses update data Debitur/calon Debitur, data jaminan, data kriteria, data prasyarat, data mobil, data point mobil, data analis debitur dan proses pembuatan laporan sehingga memiliki dokumentasi perangkat lunak yang cukup baik. d. Tidak terjadinya penumpukan berkas dari data-data yang akan dialanalisis (pencarian data menjadi lebih mudah) e. Mengurangi tingkat kecurangan dan kesalahan dalam pembuatan laporan. f. Pembuatan laporan dapat dilakukan lebih cepat, mudah dan fleksibel
DAFTAR PUSTAKA 1. Andi Kristanto, 2003, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, Gaya Media, Yogyakarta. 2. Dadan Umar Daihani, 2001, Komputerisasi Pengambilan Keputusan, Elex Media Komputindo, Jakarta. 3. Fathansyah. Ir , 2004, Buku Teks Ilmu Komputer Basis Data, Penerbit Informatika, Bandung. 4. Jogiyanto H.M, 2005, Analisa dan Desain Sistem Informasi, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. 5. Raymond Mcleod , Jr, 2001, Sistem Informasi Manajemen jilid Dua, Edisi Bahasa Indonesia, PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. 6. Suryadi Kadarsah dan Ramdhani M. Ali, 1998, Sistem Pendukung Keputusan, Remaja Rosda Karya, Bandung. 7. Turban, Efraim, Aronson, Jay E, and Liang,Ting Peng, 2005, Decision Support Systems and Intelligent Systems. 7th Edition. Upper Saddle River: Prentice-Hall. 8. Kusrini, M.Kom, 2007, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta