JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Desain Interior Crossover Music Venue sebagai Sarana Hiburan Aditya Andhy Prabowo, dan Anggri Indraprasti Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected],
[email protected]
Abstrak—Perkembangan industri musik Jazz semakin pesat ditunjukan dengan besarnya apresiasi positif dari masyarakat, dapat dilihat dengan bertambah seringnya acara pertunjukan musik Jazz dilaksanakan. Contohnya di Surabaya dimana acara tersebut mendapatkan apresiasi yang baik dari masyarakat Surabaya dan seringnya acara musik tersebut diadakan di fasilitas indoor yang dapat menampung orang dalam jumlah banyak. Tempat tersebut bukan merupakan tempat khusus untuk pertunjukan musik, sehingga memerlukan penambahan fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan acara pertunjukan musik. Crossover Music Venue adalah sebuah fasilitas yang mendukung pertunjukan musik Jazz secara live, dengan fasilitas pendukungnya seperti café, dan conference room. Menyesuaikan dengan masyarakat yang mengharapkan hiburan secara ekspresif, eksperiental dan atraktif. Metodologi desain meliputi pengumpulan data lewat pengamatan lapangan dan wawancara langsung kepada pihak yang terkait dan dilakukan dengan melakukan analisa terhadap elemen pemenuh kebutuhan sebuah “Music Venue”, untuk mendapatkan program ruang dan konsep desain yang relevan dengan kebutuhan objek desain, audience, dan rumusan masalah yang ada. Konsep yang dihadirkan pada Crossover Music Venue adalah “Swing Deformation” yang memiliki makna sebagai perubahan bentuk yang merespon musik jazz dengan keberagaman jenisnya. Aplikasi konsep tersebut memberikan maksud sebuah kondisi yang memberikan nuansa yang dinamis mencerminkan keberagaman musik dalam desain interior music venue. Kata Kunci—Deformasi, Music Venue, Musik Jazz.
I. PENDAHULUAN
B
agi para musisi musik merupakan komoditas utama mereka dan membutuhkan akomodasi untuk memuaskan konsumen mereka dan konser musik adalah akomodasi para musisi untuk menyampaikan karyanya kepada penikmat musik secara optimal. Sejak tahun 2009 musik Jazz berkembang dengan pesat, ditunjukan dengan seringnya pertunjukan musik jazz yang diadakan di kota besar Indonesia contohnya Surabaya. Karakter masyarakat urban tertarik dengan sesuatu yang atraktif dan dinamis membuat selera musik beragam dan tidak terpisahkan menjadi genre musik tertentu. Gaya hidup masyarakat urban dan semakin tinggi taraf kehidupan sosial masyarakanya, kebutuhan dan keinginan akan musik sebagai
hiburan juga meningkat menjadi bentuk hiburan yang lebih diungkapkan secara live, ekspresif, eksperiental dan emosional. Pola pikir masyarakat yang praktis menuntut kegiatan pertunjukan musik tersebut hadir kedalam fasilitas yang menunjang kemudahan, keamanan dan kenyamanan lebih dari pertunjukan musik yang biasanya merupakan kegiatan outdoor. Dengan teknologi yang lebih maju menciptakan tata panggung dengan tekonologi lighting dan sound yang menunjang pertunjukan musik yang optimal, sehingga memberikan sensasi melihat pertunjukan musik yang baru dan berbeda. Music Venue adalah sebuah auditorium yang mendukung penyediaan kebutuhan akustik, lighting, dan panggung secara permanen untuk kegiatan pertunjukan musik sebagai sarana hiburan untuk tujuan komersial secara rutin. Khususnya di Surabaya belum ada auditorium yang menyediakan fasilitas untuk pertunjukan musik secara rutin. Fasilitas ini dapat menjadi sebuah media bagi para peminat dan penggemar musik, musisi, serta pelaku industri musik lainnya di Surabaya. Sehingga kehadirannya dapat menjadi sebuah landmark bagi lingkungan disekitarnya. Crossover Music Venue adalah sebuah fasilitas yang mendukung pertunjukan musik secara live dengan fasilitas pendukungnya. Sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi komunitas industri musik di Surabaya untuk berkumpul, berkarya dan menampilkan karya mereka secara reguler. Dengan tuntutan dari masyarakat yang memiliki pola pikir praktis, sehingga menginginkan sesuatu dengan konsep yang baru sehingga tempat ini secara dinamis mengakomodasi genre musik yang berbeda jenis dan selalu berkembang dengan lagu yang baru setiap waktunya. II. METODOLOGI DESAIN Metodologi desain adalah cara–cara yang digunakan dalam menguraikan hasil akhir desain, sehingga cenderung bersifat umum bagi suatu desain yang sejenis. Metode penelitian mencakup keseluruhan aktivitas mendesain mulai awal sampai akhir. A. Tahap Identifikasi Objek Tahap ini adalah tahap untuk menentukan latar belakang, judul, dan definisi judul. Pada tahap ini akan diuraikan dasardasar pemikiran dan landasan yang menjadi alasan untuk
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 melakukan riset tentang desain interior Crossover Music Venue
2 g. Pengelola Gedung Pertunjukan h. Penggemar Musik
B. Tahap Identifikasi Masalah Tahapan ini dilakukan untuk tujuan dan manfaat serta permasalahan yang ditemukan untuk mencapai tujuan guna mendapatkan manfaat dari desain interior Crossover Music Venue. C. Tahap Pengumpulan Data Setelah melakukan tahapan identifikasi objek dan identifikasi masalah, sehingga dapat diketahui rumusan masalah yang ada sehingga diketahui pula data data yang diperlukan pada perancangan crossover music venue. Pada tahap pengumpulan data, data yang dikumpulkan dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1) Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan di beberapa tempat yang berkaitan dengan objek desain, antara lain : a. Silverstein : Rescue Album Asian Tour 2011, Event ini adalah sebuah event interinasional yang diadakan di jatim expo internasional Surabaya. Dilaksanakan oleh airwaves production yang merupakan salah satu event organizer musik di Surabaya yang sudah sering mengadakan acara pertunjukan musik, pada januari 2011 hingga Agustus 2011 sudah mengadakan 6 kali pertunjukan musik di Surabaya. b. Surya 16 Citra Eksklusif : an Exclusive Event with Trio Lestari, Event ini adalah sebuah event nasional yang diadakan di Ballroom Grand City Surabaya. Disponsori oleh Surya 16, dan merupakan rangkaian acara yang berlangsung di beberapa kota di Indonesia. Pada event di Surabaya ini habis terjual 3000 tiket yang dibagi menjadi beberapa kelas tiket.
i. Perancang Gedung Pertunjukan j. Praktisi Akustik 3) Survey Survey dilakukan secara langsung kepada penggemar musik atau penggemar pertunjukan musik untuk mengetahui fasilitas dan keinginan pengguna pada sebuah venue pertunjukan musik. Dan hal hal yang menjadi perhatian dalam melakukan data melalui kuisioner adalah Target Audience dan Isi Survei. 4) Studi Literatur Studi literatur merupakan data sekunder yang didapatkan dari pihak yang tidak berkaitan langsung dengan objek. Dilakukan dengan menhimpun data yang masih relevan dengan kebutuhan data yang dapat menunjang penelitian. Pencarian dapat dilakukan dari jurnal, buku pedoman peraturan, laporan penelitian, internet, Koran, majalah, tv. D. Tahap Analisa Data Dalam desain ini menggunakan metode penelitian untuk mengolah data berupa metode induktif, yaitu dengan mengumpulkan semua data yang ada kemudian dianalisa menggunakan metode deduktif dan komparatif dan dianalisa berdasarkan literatur yang ada dan kemudian di ambil kesimpulannya melalui metode deduktif dan komparatif.
c. L.A. Lights : Tuesday Outloud, Event ini adalah sebuah event lokal yang diadakan oleh radio prambor s. Diadakan di Surabaya disponsori oleh Djarum lewat LA Lights, dan merupakan acara yang berlangsung rutin mingguan setiap hari selasa. Pada event ini menampilkan musisi musisi indie baik terutama lokal Surabaya. d. Dji Sam Soe Urban Jazz, Event ini adalah sebuah event nasional yang diadakan oleh Dji Sam Soe diwakili oleh salah satu brandnya yaitu magnum filter. Diadakan di 5 kota di Indonesia meliputi Bandung, Semarang, Lampung, Malang, Surabaya dan merupakan acara yang berlangsung rutin setiap tahunnya. Pada event ini menampilkan musisi musisi nasional dari beragam genre musik. 2) Wawancara e. Musisi / Promotor Musik f. Event Organizer
Gambar 1 Skema Alur Metode Desain
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 III. KONSEP DESAIN A. Objek Desain Objek riset desain interior yang diambil adalah sebuah fasilitas auditorium pertunjukan musik, dimana sebuah fasiltias yang membutuhkan lingkungan yang mendukung untuk musisi bermain musik. B. Konsep Awal Konsep awal merupakan hubungan dari latar belakang rumusan masalah, dan segmentasi desain dari Crossover Music Venue yang saling terkait satu sama lainnya. Sehingga gubahan desain interior mengikuti dari ketiga hal tersebut sehingga didapatkan sebuah gubahan interior yang mencerminkan pertunjukan musik di dalamnya yang memberikan sebuah pandangan baru kepada masyarakat kota yang menuntut hiburan yang ekspresif dan experiental secara live atau dapat disebut juga dengan istilah Musical Dynamic. C. Tema Segmen pengguna lebih terbiasa dengan musik jazz yang mudah dicerna dan memiliki karakter simple tapi menarik. Karena segmen pengguna yang aktivitasnya sering berada di kawasan perkotaan yang menawarkan kemudahan dan kepraktisan, menuntut sesuatu yang simple dan atraktif. Karakter tema jazz seperti dalam pengertiannya merupakan merupakan salah satu genre musik popular yang dikomposisikan dengan nada dan irama melalui instrument music, sehingga menciptakan warna music dan karakter fisik dari musik jazz terebut, antara lain : Warna Musik dan Instrument Musik.
3 1) Makna Denotatif Swing Deformation Perubahan bentuk, dimensi, dan posisi dari suatu materi baik merupakan bagian dari alam ataupun buatan manusia dalam skala waktu dan ruang. Terjadi oleh suata gaya (force), namun konektivitas dalam form atau bentukan dalam geometri tetap terjaga. Mengikuti karakter permainan musik jazz yang bermain dengan improvisasi tanpa ada jeda antar rhytm-nya, sehingga menjadi satu kesatuan yang mengalir. 2) Makna Konotatif Swing Deformation Perubahan bentuk yang dipengaruhi oleh aktivitas yang terjadi di dalamnya, yang kemudian ditransofmasikan dengan cara yang sama dengan cara aktivitas tersebut dimainkan. E. Aplikasi Konsep Desain 1) Konsep Ruangan a)
Rencana Layout Ruangan
Rencana layout terpilih adalah erea yang sebelumnya merupakan gedung ex-mitra yang berada di jalan gubernur suryo. Bangunan tersebut memiliki potensi untuk dijadikan sebuah gedung pertunjukan music karena memiliki ketinggian dan luas bangunan yang mencukupi. Total luasan bangunan adalah 2226 m2.
D. Konsep Desain Konsep desain merupakan hasil korelasi daripada object, konsep awal, dan tema. Dari ketiga point tersebut muncul beberapa keyword yang menjadi konsep desain secara seluruhan.
Gambar 3 Denah eksisting gedung ex Mitra
Gambar 2 Skema Konsep Desain Swing deformation atau perubahan bentuk, dimensi dan posisi dari suatu materi yang dipengaruhi karakter permainan musik jazz menjadi garis merah yang akan diterapkan pada seluruh elemen bangunan interior Crossover Music Venue.
2) Konsep Bentuk Konsep bentukan pada gubahan interior crossover music venue yang akan diterapkan pada elemen interior, antara lain : void, furniture, tribun, café dan area lobby. Bentukan tersebut merupakan hasil dari konsep keseluruhan yaitu Swing Deformation. Yaitu bentukan yang didapat berasal dari ciri khas musik jazz yang di transofrmasikan dengan lembut dalam komposisi yang tak terputus. Karakteristik bentukan merupakan bentukan gemoteris yang diberi aksen melengkung yang tegas. Bentuk tersebut dikomposisikan menjadi satu kesatuan bentuk yang utuh.
Gambar 4 Gambaran bentukan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3) Konsep Warna Konsep warna yang digunakan pada elemen interior crossover music venue diambil dari suasana elegan yang dimiliki oleh warna music jazz.
4 a)
Penggunaan stage lighting system pada area pertunjukan ditujukan untuk membangun suasana yang tepat degan musik yang dimainkan, mulai dari tempo, warna music, dan tema. Penggunaan lighting system yang dapat digunakan secara dinamis dan dapat menyesuaikan dengan situasi yang diharapkan, membuat stage lighting system merupakan elemen utama daripada perencanaan area pertunjukan, meliputi konsep pergerakan, warna, posisi dan kombinasi warna. b)
Gambar 5 Skema warna elegan 4) Konsep Material Material yang digunakan pada elemen interior menggunakan material dengan permukaan yang halus dan well-finished. Seperti metal, seperti stainless, plat alumunium, chrome, alumunium composite panel, brushed metal. Material untuk dinding dengan tekstur dan fnishing yang akan menciptakan suasan elegan, seperti : Kaca, Granit, Marmer, Panel Kayu. Selain itu juga mengadaptasi material atau finishing yang ada pada alat alat music seperti kayu, glossy finish dengan polyuretan, besi untuk mendapatkan suasana elegan pada ruangan. Untuk menunjang kualitas perambatan suara pada ruangan auditorium juga diperlukan pemakaian material yang memiliki sifat akustik yang baik, seperti : gypsum akustik, akustik silk, glasswool. Sehingga didapatkan perambatan suara yang optimal untuk pertunjukan musik jazz. 5) Konsep Pencahayaan Pencahayaan buatan digunakan pada malam hari karena mayoritas kegiatan pertunjukan dilakukan pada malam hari, sehingga pencahayaan ditujukan agar dapat mengakomodasi kegiatan tersebut dengan optimal, menggunakan pencahayaan task lighting dan hidden lighting. 6) Konsep Penghawaan Untuk ruangan auditorium yang membutuhkan lingkungan khusus pertunjukan sehingga meminimaliskan bukaan yang dapat membuat tidak kedap suara. Penghawaan buatan menggunakan AC, Air Curtain dan Exhaust fan untuk menjaga kenyamanan pengunjung dan pengguna ruang pada umumnya. Untuk AC System, menggunakan VRV system, yang dapat dikontrol dari tiap unit output nya, sehingga dapat menghemat energi, sekaligus juga dapat menjadi sebagai saluran udara keluar masuk menuju dan dari bangunan. 7) Konsep Area Pertunjukan Area pertunjukan ditujukan untuk menciptakan pendukung suasana khususnya membutuhkan lingkungan pertunjukan yang optimal, melalui :
Stage Lighting System
LED Wall System
Suasana dapat dibangun dengan penggunaan led wall sebagai elemen pendukung lewat motion graphic, dan video. Penggunaan led wall yang dinamis sehingga dapat memainkan visual yang diinginkan dan disesuaikan dengan pertunjukan musik yang berlangsung. Selain itu juga, dapat membantu menampilkan gambar dari performer yang sedang berada dipanggung sehingga dapat melihat performer dari led wall tersebut. c)
Sound System
Penggunaan sound system menyesuaikan banyaknya frekuensi bunyi yang dihasilkan oleh permainan musik dari musisi dan luasan ruangan. Kapasitas sound system 6000 watt, melihat dari volume ruang sebesar 11904.4 m3. Range frekuensi yang diakomodasi 5 Hz – 2 KHz, 2 KHz – 20 Khz, dan 150 Hz – 500 Hz. 8) Konsep Akustika Ruang Pada pertunjukan music indoor sangat diperlukan terciptanya kualitas suara yang tepat untuk pertunjukan musik melalui faktor akustika ruang. Faktor yang mempengaruhi terciptanya akustik ruangan yang optimal untuk Crossover Music Venue adalah : a)
Bebas Cacat Akustika
Akustika ruangan yang telah optimal dapat rusak oleh cacat akusitka yang dapat membuat penyampaian bunyi pada pendengar tidak semestinya, seperti : Gema, gaung, distorsi, resonansi bunyi, ruang gandeng, pemusatan bunyi. Demi menghindari cacat akustika tersebut, layout ruangan dibuat tidak terlalu memanjang, area lantai 1 ruang pertunjukan tidak terlalu masuk kedalam di bawah tribun, pemasangan frame pintu yang juga dpat difungsikan sebagai area transisi sebelum masuk dan keluar sehingga suara dari dalam tidak tembus keluar demikian juga sebaliknya. b)
Reverberation Time yang Tepat (RT)
Reverberation time dipengaruhi oleh pemantulan yang berturut turut dalam ruang tertutup setelah bunyi tersebut dihentikan. Reverberation time yang optimal dibutuhkan untuk pertunjukan musik kontemporer adalah 1,7sekon, cukup panjang untuk persebaran suara dari permainan musik yang panjang, tidak terlalu panjang untuk persebaran suara permainan musik cepat.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 c)
Persebaran Bunyi Merata
Dalam memelihara RT yang tepat diperlukan bidang pemantul yang terus menerus dapat memantulkan suara sehingga didapatkan RT yang cukup, dengan cara memberikan bidang pemantul pada elemen interior. Selain itu juga menggunakan area area peredaman untuk meredam energi bunyi yang berlebihan. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodasi persebaran bunyi yang mencukupi untuk mendapatkan RT yang tepat bagi pertunjukan musik kontemporer.
5 untuk mengimbangi material material lain yang ada di ruangan ini.
IV. HASIL DESAIN A. Ruang Terpilih – Ruang Pertunjukan 1) Layut Ruang
Gambar 7 Perspektif Auditorium – View keseluruhan Pada area stage, mayoritas menggunakan LED wall, sebagai elemen estetis yang dapat menyesuaikan materi pertunjukan. Sehingga membuat suasana ruangan ini dapat berubah secara dinamis seiring dengan berubahnya materi pada led wall. Bagian plafon gantung memiliki kemiringan yang berbeda, bertujuan untuk memantulkan bunyi menuju arah penonton sehingga mendapatkan kualitas bunyi yang optimal.
Gambar 6 Denah Auditorium Ruang auditorium yang merupakan ruangan utama pada desain interior Crossover Music Venue menjadi ruangan yang paling luas dengan tinggi 2 lantai, meliputi festival ground dan tribun memiliki volume paling besar yaitu 11904 m3. Terdapat 8 akses menuju ruangan ini, 4 dari lantai satu dan 4 dari lantai 2, yang masing-masing dibagi rata dari 2 sisi ruangan. Tribun mampu menampung 392 kusi auditorium yang dibagi menurut kelas dan posisi baik horizontal maupun vertikal. 2) Desain Akhir Ruang Untuk menciptakan suasana elegan, pemilihan material untuk ruang auditorium ini, menggunakan material yang mayoritas berwarna gelap. Diimbangi dengan material yang lembut untuk plafon dan lantai. Bentukan dinding pada auditrorium menganalogikan dinamisasi permainan jazz melalui karakter permainan yang polyritmik bentukan dinding melengkung menerus hingga mengelilingi ruangan, material yang dipilih merupakan material penyerap bunyi dengan difinish warna kayu gelap. Lantai menggunakan warna yang lebih lembut
Gambar 8 Perspektif Auditorium – View festival ground stage V. KESIMPULAN/RINGKASAN Crossover music venue merupakan sebuah tempat pertunjukan musik live untuk beragam genre musik kontemporer, dimana didalamnya terdapat fasilitas yang mendukung pertunjukam musik tersebut, yang secara regular diadakan sebagai komoditas utama tempat ini. Desain crossover music venue menghadirkan sebuah tempat yang dapat menjadi wahana baru hiburan musik dan dapat memberikan pandangan baru terhadap pertunjukan musik yang dihadirkan ke dalam fasilitas interior. Secara keseluruhan gubahan interior ditampilkan dalam konsep desain dengan istilah “Musical Dynamics” yang memiliki arti perubahan bentuk pada interior yang dipengaruhi aktivitas bermain musik di dalamnya yang kemudian menampilkan transofrmasi dari elemen elemen musik tersebut ke dalam gubahan interior crossover music venue. Penunjang fasilitas untuk kegiatan pertunjukan musik yang ada pada crossover music venue meliputi area ticketing, entrance, tribun, dan panggung pada
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 area pertunjukan. Khusus pada ruang pertunjukan terdapat fasilitas untuk menciptakan suasana yang dapat menyesuaikan keberagaman jenis musik yang dimainkan disini dengan menggunakan stage lighting system dan stage visual system, yang dapat menciptakan suasana sesuai dengan pertunjukan musik yang sedang berlangsung.
UCAPAN TERIMA KASIH [1]
ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, rizqi dan kekuatan serta segala yang telah dikaruniakan kepada saya dan orang – orang yang saya cintai dan hormati. Ibu saya dan Ayah saya, Erry Andhaniwati dan Hariyono, yang saya kagumi kesabaran dan keteguhan hatinya, yang telah banyak memberikan arti tentang kesabaran dan tanggung jawab sebagai manusia dan yang selalu mendoakan saya, mengingatkan agar selalu berada di jalan yang benar. Yang saya hormati pandangan dan semangatnya, yang mengajarkan saya bertanggung jawab dan mengambil keputusan – keputusan yang saya ambil. Yang selalu dapat melihat setiap kesempatan.
[2]
Anggri Indraprasti, S.Sn, M.Ds selaku dosen wali dan dosen pembimbing sekaligus kordinator Tugas Akhir. Terima kasih banyak atas segala ilmu dan bimbingan yang ibu berikan, semoga selalu bermanfaat. Thomas Ari Kristianto, S.Sn, M.T dosen yang paling banyak meluangkan waktu bersama saya dengan segala urusan dan kesibukannya. Terima kasih atas segala ilmu dan pelajaran yang telah bapak berikan, semoga selalu bermanfaat. Ibu Nanik Rachmaniyah dan Pak Budiono selaku dosen penguji, terima kasih atas masukan, saran dan kritik yang diberikan kepada saya, semoga saya dapat mengambil hikmah dan menjadi lebih baik. Seluruh Dosen Interior, Bu Susy, Pak Pras, Pak Mahendra, Pak Firman, Pak Adi, Bu Anna, Mbak Anggra, Mbak Wenni. Terima kasih banyak.
[3]
Dan untuk semua yang tidak bisa saya sebutkan semuanya dan telah banyak membantu saya menyelesaikan tugas akhir ini, saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusannya, Amin.
DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
[4]
[5]
Baron, Michael. 1993. Auditorium Acoustic and Architectural Design. England : Clays Ltd, St lves plc. Doelle, Leslie L. 1972. Environmental Acoustics. New York : McGraw-Hill Inc. De Chara, Joseph. 1992. Time-Saver Standard for Interior Design and Space Planning. New York : McGraw-Hill Inc. De Chara, Joseph and J. Crosbie, Michael. 2001. TimeSaver Standard For Building Types. NewYork : McGrawHill Inc. D.K. Ching, Francis, 2002, Architectue, Space and Order, New York : Maxmillan Publishing Company.
6 Holmes, Thom, 2006, American Popular Music : Jazz, New York : Facts on File, Inc. [7] Bahamon, Alejandro and Alvarez, Ana Maria, 2010, Light Colour Sound, Singapore : Page One Publishing Pte Ltd. [8] Panero, Julius dan Zelnik Martin, 1979, Dimensi Manusia dan Interior, Indonesia : Penerbit Erlangga. [6]