SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
DESAIN FASILITAS PELATIHAN SDM PLTN Bambang Suprawoto*, Fatmuanis Basuki** *Pusat Pengembangan Energi Nuklir - Batan **Pusat Pendidikan dan Pelatihan - Batan
Abstrak DESAIN FASILITAS PELATIHAN SDM PLTN. Telah dilakukan penyiapan 19 infrastruktur dasar untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN merupakan faktor yang sangat penting, diantara 19 infrastruktur dasar tersebut salah satunya adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM) termasuk faslitas pelatihannya. Hal ini sesuai dengan pedoman yang telah dibuat oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), dalam dokumen IAEA-TECDOC – 1513 Tahun 2006. Penyiapan sumber daya manusia dalam pembangunan dan pengoperasian PLTN seharusnya sudah dimulai sejak tahap persiapan proyeknya yang sudah dimulai beberapa tahun yang lalu. Hal ini selaras dengan “code of conduct” dan keandalan (realibility) PLTN yang mensyaratkan bahwa semua personil yang terlibat di dalam setiap kegiatan baik pada tahap persiapan pembangunan, maupun pengoperasian PLTN harus memenuhi kualifikasi tertentu, baik dari aspek pengetahuan, ketrampilan teknis, manajerial dan soft skill, serta pengalaman kerja. Tujuan kegiatan ini adalah menyusun konsep dokumen fasilitas pelatihan PLTN yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk membangun fasiltas pelatihan PLTN baik dari aspek organisasi, SDM pendukung, program pelatihan, serta sarana dan prasarananya. Kata kunci : SDM PLTN, Fasiltas Pelatihan
Abstract HUMAN RESOURCES TRAINING FACILITY DESIGN NPP. Nineteen preparation has been done basic infrastructure for development and operation of nuclear plants is a very important factor, among the 19 basic infrastructure is one of them is the readiness of human resources (HR) including training facilities dominated. This is in accordance with the guidelines that have been made by the International Atomic Energy Agency (IAEA), IAEA-TECDOC document - 1513 of 2006. Preparation of human resources in building and operating nuclear power plants should have been commenced in the preparation phase of the project, which begun several years ago. This is in accordance with the "code of conduct" and reliability (realibility) NPP which requires that all personnel involved in each activity either in the preparation phase of construction, and operation of nuclear power plants must meet certain qualifications, both from the aspect of knowledge, technical skills, managerial and soft skills and work experience. The purpose of this activity is preparing the draft document NPP training facility that will be used as a basis to build a nuclear power plant training facilities both from the aspects of the organization, HR support, training programs, as well as facilities and infrastructure.
Kata kunci : NPP Human resources, Training Facility
PENDAHULUAN Permasalahan energi nasional jangka panjang adalah Bambang Suprawoto, dkk.
167
menyangkut hal yang berkait dengan energy security of supply dan keberlanjutan penyediaan energi
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 sehingga dapat mendukung pembangunan dan kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia dalam jangka panjang. Permasalahan energi nasional jangka pendek yang harus segera diselesaikan saat ini adalah menyiapkan sumber daya energi alternatif untuk subtitusi BBM dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri. Peluang PLTN dalam menjawab permasalahan energi nasional adalah dengan adanya pertumbuhan permintaan tenaga listrik yang terus meningkat (prakiraan s.d. tahun 2025 adalah sebesar 7,1% per tahun). Pangsa BBM sebagai sumber energi primer untuk pembangkitan tenaga listrik masih cukup besar. Keterbatasan potensi sumber energi fosil, sementara pemanfaatan sumber energi non- fosil ( Energi Baru & Terbarukan ) belum optimal. Peran dan manfaat PLTN sebagai pendamping energi fosil dan non fosil yang dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan energi. Pemanfaatan energi nuklir lebih bertumpu pada perkembangan teknologinya dibanding terhadap sumber daya energinya, sehingga dapat medukung terwujudkan keamanan pasokan energi ( security of energy supply ) yang stabil dan jangka panjang. Penyediaan bahan bakar nuklir bersifat quasi domestic ( dapat tersedia dalam volume relatif kecil untuk penyediaan energi berskala besar dan jangka waktu relatif panjang ). Konstribusi secara nyata dalam menanggulangi dampak pemanasan global melalui pengurangan emisi gas rumah kaca. Ongkos pembangkitan relatif kompetitif serta tidak rentan terhadap gejolak harga uranium Berdasarkan pada Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025, Indonesia akan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir antara tahun 2015-2019 dengan mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat. Banyak hal yang harus disiapkan guna menyongsong pengoperasian PLTN pertama di Indonesia tersebut, baik dari aspek teknik, ekonomi, sumber daya manusia, dll. Penyiapan 19 infrastruktur dasar untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN merupakan faktor yang sangat penting, diantara 19 infrastruktur dasar tersebut salah satunya adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM).termasuk faslitas pelatihannya. Hal ini sesuai dengan pedoman yang telah dibuat oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), dalam dokumen IAEA-TECDOC – 1513 Tahun 2006. Penyiapan sumber daya manusia dalam pembangunan dan pengoperasian PLTN seharusnya sudah dimulai sejak tahap persiapan proyeknya yang seharusnya sudah dimulai beberpa tahun yang lalu. Hal ini selaras dengan “code of conduct” dan keandalan (realibility) PLTN yang mensyaratkan STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
168
bahwa semua personil yang terlibat di dalam setiap kegiatan baik pada tahap persiapan pembangunan, maupun pengoperasian PLTN harus memenuhi kualifikasi tertentu, baik dari aspek pengetahuan, ketrampilan teknis, manajerial dan soft skill, serta pengalaman kerja. Agar program pengembangan SDM PLTN dapat berjalan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan standar yang berlaku maka dibutuhkan adanya suatu fasilitas pelatihan khusus untuk personil PLTN. Tujuan kagiatan ini adalah menyusun konsep dokumen fasilitas pelatihan PLTN yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam pembangunan fasilitas pelatihan PLTN baik dari aspek organisasi, SDM pendukung, program pelatihan, serta sarana dan prasarananya. ORGANISASI FASILITAS PELATIHAN Tugas Pokok dan Fungsi Unit pelatihan merupakan salah satu infrastruktur yang harus dibangun untuk mendukung pengoperasian PLTN. Berdasarkan Technical Reports Series No 200 dari IAEA (1980) mengenai Manpower Development for Nuclear Power, disebutkan bahwa setiap pegawai PLTN harus mengikuti pelatihan dasar ketenaga nukliran. Jadi perlu dibentuk unit pelatihan yang akan menyiapkan sumber daya manusia pada umumnya dan pegawai PLTN pada khususnya yang akan bekerja mengoperasikan PLTN. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 103 tahun 2001 pasal tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi & Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen pasal 31 memberi kewenangan pada Batan untuk mengembangkan pengetahuan ketenaga nukliran. Tujuan pendirian unit Pelatihan PLTN adalah memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang kompeten, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dipersyaratkan untuk bekerja di bidang kelistrikan, serta memiliki sertifikasi. Maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas, deskripsi tugas pokok unit Pelatihan PLTN adalah: melaksanakan pelatihan spesifik di bidang kelistrikan untuk pegawai PLTN . Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa unit Pelatihan PLTN menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut : 1. Pengembangan program-program pelatihan 2. Penyelenggaraan pelatihan 3. Pemeliharaan & perawatan sarana & laboratorium 4. Pengelolaan urusan umum dan administrasi
Bambang Suprawoto, dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 Struktur Organisasi Pembentukan struktur organisasi unit Pelatihan PLTN disusun berdasarkan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh unit kerja ini. Dengan demikian terdapat kelompok kerja yang menyelenggarakan pelatihan, meningkatkan kualitas pelatihan, pengajar serta kelompok kerja pendukung kelancaran kegiatan unit Pelatihan PLTN. Merujuk pada Keputusan Menpan No. 62/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Kedudukan UPT pada Departemen dan LPND, maka unit Pelatihan PLTN dikategorikan ke dalam Unit Pelaksana Teknis (UPT). Karena unit kerja ini memiliki tugas khusus atau melayani kebutuhan khusus di luar struktur organisasi Batan, yaitu melatih sumber daya manusia yang akan dan telah bekerja di PLTN dalam bidang kelistrikan tenaga nuklir. Dengan demikian nama yang disandang unit kerja ini adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan PLTN. Pada awal pembentukan UPT Pelatihan PLTN ini, tingkat eselonisasi yang diusulkan adalah eselon III dengan dasar pertimbangan sebagai
berikut: 1. jenis kebutuhan pelatihan; jika kebutuhan adalah pelatihan dasar maka sebaiknya tingkat eselonisasi UPT Pelatihan PLTN masih setingkat eselon III. 2. persyaratan sarana & prasarana yang dibutuhkan untuk membentuk eselon III lebih ringan dibandingkan eselon II; misalnya dalam hal ketersediaan gedung, ruang pelatihan atau laboratorium yang dibutuhkan eselon III masih dimungkinkan untuk meminjam 3. penyerapan dana untuk membentuk eselon III lebih kecil dibandingkan serapan dana untuk membentuk eselon II. Namun dalam perkembangan organisasi selanjutnya, peningkatan eselonisasi dimungkinkan, misalnya menjadi setingkat eselon II atau lebih, sepanjang kegiatannya berkembang lebih besar dan kompleks. Maka struktur organisasi UPT Pelatihan PLTN adalah seperti Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Struktur Organisasi UPT
Sumber Daya Manusia Posisi jabatan di UPT Pelatihan PLTN dapat dikategorikan ke dalam 3 jenis kelompok kegiatan, yaitu: a. teknis yaitu petugas yang merencanakan, menyelenggarakan dan mengembangkan pelatihan b. fungsional yaitu instruktur atau widyaiswara yang mengajar dan membuat materi pelatihan c. penunjang yaitu petugas administrasi yang mendukung kegiatan penyelenggaraan pelatihan. Setiap kelompok kegiatan tersebut di atas memiliki kualifikasi atau persyaratan minimal yang harus dimiliki seseorang yang akan memegang Bambang Suprawoto, dkk.
169
jabatan sebagai pelaksana kegiatan. Kualifikasi biasanya ditandai dengan ijazah, sertifikat atau surat/bukti legalitas. Kualifikasi setiap jenis kelompok kegiatan dapat berbeda satu sama lain, tergantung pada sifat kegiatan-kegiatan tersebut. Kualifikasi yang ditetapkan untuk ke 3 jenis kelompok kegiatan tersebut adalah tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja dan atau bidang studi pemegang jabatan.
Kompetensi SDM Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dimiliki dan dikuasai seseorang, agar dapat melaksanakan tugas dan kegiatan secara optimal ketika memegang jabatan STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 tertentu. Dengan demikian untuk mendapat hasil kinerja yang baik dalam rangka mencapai tujuan organisasi, setiap jabatan harus mensyaratkan kompetensi, agar bisa dicapai kinerja optimal. Kompetensi terdiri atas hard-competency dan soft-competency. Hard competency menggambarkan pengetahuan dan keterampilan teknis yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya pada setiap posisi maupun jabatan. Soft-competency berkaitan dengan perilaku dimana deskripsinya mencerminkan sikap, motivasi dan keyakinan termasuk norma pribadi. Setiap kelompok posisi tersebut di atas, membutuhkan kompetensi yang berbeda, meskipun demikian terdapat kompetensi inti yaitu softcompetency yang mencerminkan budaya, strategi dan kegiatan institusi. Kompetensi inti dipersyaratkan bagi semua pegawai UPT Pelatihan PLTN, baik untuk posisi kelompok teknis, fungsional maupun penunjang. Ini menggambarkan perbedaan yang menjadi karakteristik masingmasing organisasi dan merupakan pembeda antara UPT Pelatihan PLTN dengan organisasi Dengan memiliki kompetensi tersebut diatas, semua sumber daya manusia UPT Pelatihan akan lebih mudah diarahkan untuk mendukung keberhasilan kinerja dan pecapaian tujuan organisasi. Kompetensi inti yang dimiliki seluruh pegawai UPT Pelatihan PLTN akan meminimalisir perbedaan cara pandang dalam melaksanakan kegiatan kerja, maupun perbedaan dalam dorongan serta upaya kerja. Perbedaan yang minimal akan memudahkan pengerahan seluruh sumber daya manusia untuk bekerja optimal mencapai tujuan organisasi. Soft-competency inti yang dipersyaratkan untuk setiap jabatan di UPT Pelatihan PLTN adalah Berorientasi pada Kualitas, Berorientasi pada Pelayanan, Komunikasi, Keselamatan dan Kesehatan. Jadi setiap sumber daya manusia yang bekerja di UPT Pelatihan PLTN harus memiliki kompetensi tersebut di atas. pelatihan lainnya. Namun dalam rangka mencapai kinerja organisasi, tidak hanya dibutuhkan kompetensi inti, tetapi perlu dijabarkan hingga ke kompetensi di unit satuan tugas terkecil dan akhirnya ditetapkan kompetensi jabatan. Jadi setiap jabatan membutuhkan kompetensi agar sumber daya manusia yang menduduki jabatan tersebut dapat menghasilkan kinerja optimal. Untuk menyusun soft-competence sebagai persyaratan dari masing-masing jabatan, maka selain struktur organisasi, dibutuhkan deskripsi tugas dan uraian jabatan setiap posisi. Selain itu, studi terhadap pegawai yang berprestasi di jabatannya akan memberikan akurasi yang lebih tepat dalam menentukan soft competence suatu STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
jabatan. Rekrutmen & Seleksi Untuk mendapatkan sumber daya manusia UPT Pelatihan PLTN harus melakukan proses rekruitmen dan seleksi, yang merupakan awal dari proses pembinaan dan pengembangan SDM di UPT Pelatihan PLTN. Sebelum proses tersebut dilaksanakan, perlu diidentifikasikan terlebih dahulu jumlah sumber daya manusia yang akan mengelolan UPT Pelatihan PLTN, serta status pengangkatannya. Jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan, diperkirakan sekitar 26 orang termasuk Kepala UPT Pelatihan PLTN, dengan pertimbangan bahwa di awal pendirian fasilitas setiap pegawai dioptimalkan kemampuannya karena tidak mudah mendapat formasi. Perkiraan rincian jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan pada setiap unit kerja dalam struktur organisasi seperti pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Prakiraan Jumlah SDM
NO.
UNIT KERJA
1.
Kepala UPT Pelatihan PLTN Administrasi & Umum Kelompok Instruktur Pengembangan Pelatihan Penyelenggara Pelatihan Sarana & Laboratorium Jumlah
2. 3. 4. 5 6.
JUMLAH PERSONEL 1 7 6 4 4 4 26
Sumber daya manusia yang bekerja di UPT Pelatihan PLTN terdiri atas mereka yang berstatus pegawai tetap dan tidak tetap. Pegawai yang menempati posisi kelompok teknis dan penunjang diangkat sebagai pegawai tetap. Kelompok teknis adalah mereka yang melaksanakan tugas pokok yaitu pelatihan. Sedangkan kelompok penunjang adalah mereka yang bertugas untuk mendukung kelancaran dalam penyelesaian tugas pokok, yaitu Administrasi & Umum serta Sarana & Laboratorium. Namun khusus untuk pegawai teknis dengan jabatan instruktur, terdapat 3 kategori status dimana setiap status dikaitkan dengan tugas dan wewenangnya yaitu: a. instruktur tetap memiliki kualifikasi/kemampuan melaksanakan pelatihan pada seluruh jenis kondisi pelatihan, baik kondisi kelas, laboratorium maupun simulator
170
Bambang Suprawoto, dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 b.
c.
instruktur paruh waktu biasanya hanya untuk satu jenis kondisi pelatihan, misalnya kelas atau laboratorium saja instruktur kontrak hanya memberikan pelatihan dalam bentuk kegiatan magang (on the job training), dimana instruktur kontrak tersebut adalah pegawai instalasi PLTN yang ditugaskan membimbing peserta pelatihan.
Berdasarkan pertimbangan bahwa proses seleksi membutuhkan waktu,maka jadwal kegiatan pelaksanaan rekrutimen dan seleksi sumber daya manusia, adalah pada saat ditetapkan keputusan pembangunan PLTN. Untuk mendapatkan sumber daya manusia, maka rekruitmen tenaga kerja dapat melalui institusi dimana sumber daya manusianya telah memiliki pengetahuan dan atau keterampilan di bidang pembangkit listrik dan ketenaga nukliran sesuai kualifikasi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, UPT Pelatihan PLTN dapat mencari tenaga kerja dari Batan, Bapeten, ESDM, PLN atau dari perguruan-perguruan tinggi. Dalam hal ini, sumber daya manusia yang direkruit dari institusi tersebut di atas, adalah mereka yang telah memiliki pengalaman kerja. agar masa penyesuaian diri mereka terhadap lingkungan, situasi dan kondisi kerja berlangsung lebih cepat dan lancar sehingga proses kerja tidak terhambat dan kinerja bisa segera dioptimalisasikan. Khusus instruktur, harus merekruit dari PLTN, bila PLTN telah berdiri. Untuk meningkatkan kemampuan, mereka diberi pelatihan khusus agar dapat menjalankan tugas sebagai instruktur. Namun di awal pendirian UPT Pelatihan PLTN, karena belum ada satupun PLTN yang beroperasi, maka kebutuhan sumber daya manusia direkruit dari luar PLTN. Untuk instruktur paruh waktu dan instruktur kontrak diambil dari institusi terkait yang memiliki pengetahuan ketenaga nukliran seperti Batan, Bapeten dan PLTN. Bila diperlukan pengetahuan kelistrikan dapat merekrut dari ESDM atau PLN. Ketika pelatihan selesai, instruktur kembali ke instansi masing-masing. Sebelum melaksanakan seleksi perlu ditetapkan terlebih dahulu tata cara atau ketentuan dalam seleksi, baik menyangkut masalah administrasi maupun menyangkut hal yang lebih substansial, misalnya kriteria nilai IPK/ijazah, usia peserta seleksi dan lainnya yang dianggap penting. Seleksi dilaksanakan melalui proses pengujian secara tertulis, termasuk pengujian bidang studi dan psikotes, praktek maupun wawancara dengan unit kerja pengguna. Mereka yang dinyatakan lulus seleksi adalah yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, kualifikasi jabatan dan kompetensi yang Bambang Suprawoto, dkk.
dipersyaratkan. Pengembangan SDM Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia serta mengoptimalkan keterampilan pegawai di unit PLTN, maka UPT Pelatihan PLTN perlu menerapkan strategi kebijakan yaitu setiap pegawai wajib mengikuti pelatihan sepanjang masa kariernya. Pelatihan yang diikuti pegawai tergantung pada jenis jabatan yang disesuaikan dengan kategori pelatihannya. Pelatihan yang dikaitkan dengan sudut pandang dan upaya pengembangan sumber daya manusia dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Pengenalan: pelatihan yang memiliki tujuan untuk memperkenalkan sseorang dengan situasi dan kondisi lingkungan kerja yang baru ditempatinya, termasuk di dalamnya pengenalan alat, bahan maupun sistem dan cara kerja. Contoh: Pelatihan Dasar Tenaga Nuklir merupakan pelatihan pengenalan yang direncanakan untuk seluruh pegawai UPT Pelatihan PLTN. b. Penyegaran: pelatihan yang memiliki tujuan untuk menyempurnakan keterampilan pada bidang tugasnya, jadi materi sama dengan pekerjaan, dan tambahan diberikan bila ada teknik atau peraturan baru. c. Peningkatan: pelatihan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, baik karena akan menempati tugas baru yang lebih tinggi jenjang kariernya maupun sebagai persyaratan yang harus dimiliki sebagai akibat masa kerja dan senioritas; jadi pelatihan ini sangat terkait dengan jenjang karier yang lebih tinggi. Pada UPT Pelatihan PLTN, pegawai yang memiliki peranan penting dalam mendukung eksistensi organisasi ini adalah instruktur, karena fungsinya adalah memberikan pelatihan. Maka instruktur diberikan perhatian khusus dalam sistem pengembangan sumber daya manusia. Instruktur wajib untuk senantiasa mengembangkan kemampuan dan kompetensinya melalui: a. program pelatihan berkelanjutan sesuai bidang keahliannya b. secara periodik melaksanakan tugas di instalasi c. senantiasa memelihara lisensi/otoritas dari regulator untuk mempertahankan kredibilitasnya.
171
Pengetahuan yang diberikan kepada instruktur dalam pelatihan, bersifat pengetahuan teknis maupun pengetahuan tentang manusia, karena mereka menghadapi berbagai perilaku manusia ketika memberikan pelatihan. Selain itu, instruktur dituntut untuk STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 melaksanakan pelatihan dengan pendekatan SAT, dimana dilakukan oleh mereka proses analisis, disain, pengembangan, implementasi dan evaluasi terhadap pelatihan di fasilitas ini. Jenjang Karier Penyusunan jenjang karier bagi pegawai merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia dalam sistem manajemen sumber daya manusia. Jenjang karier merupakan rangkaian pola jabatan yang membentuk jalur karier pegawai, dimana peningkatan dari satu jabatan ke jabatan lain hakekatnya adalah kemajuan, meskipun dimungkinkan perpindahan jabatan secara horizontal. Dengan mempertimbangkan perbedaan potensi dan kemampuan manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya, maka jenjang karier yang ditawarkan bagi pegawai UPT Pelatihan PLTN adalah 2 pilihan jalur jenjang karier. Pilhan tersebut yaitu jalur struktural atau jalur non struktural . Jalur jenjang karier struktural adalah karier yang laju peningkatan jabatan seseorang berdasarkan pada struktur organisasi dimana sifat pekerjaannya lebih menitik beratkan pada pengelolaan manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Pada umumnya perpindahan jabatan terjadi karena adanya posisi jabatan yang lowong karena pensiun atau berhenti, meskipun tidak tertutup kemungkinan lain. Jalur jenjang karier non struktural adalah karier yang laju peningkatan jabatannya tergantung pada pengalaman atau masa kerja dan prestasi pribadi/individual, jadi lebih menekankan pada kepakaran atau profesionalisme. Kriteria
peningkatan jabatan dapat ditetapkan secara lebih rinci berdasarkan kajian lebih dalam terhadap jabatan-jabatan tersebut. Untuk mendukung karier pegawai UPT Pelatihan PLTN dapat mengembangkan kegiatan konsultasi untuk pengembangan karir. Dalam hal ini pegawai dilibatkan untuk menentukan jalur karier yang akan dipilihnya melalui konsultasi khusus termasuk evaluasi terhadap karier yang dijalaninya saat itu. Perencanaan arah karir tersebut dilakukan dengan bantuan dari atasan langsung dan petugas khusus dari unit kerja yang mengelola sumber daya manusia.
PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI International Atomic Energy Agency (IAEA) melalui beberapa publikasinya antara lain Technical Report Series No. 200, TRS No. 242, TRS No. 306, Technical Document No. 525, merekomendasikan bahwa penyelengaraan pelatihan ketenaganukliran perlu menerapkan metode Sistematical Approach to Training (SAT), yang pada dasarnya adalah pelaksanaan pelatihan berdasarkan analisis kompetensi personil atau sering disebut sebagai pelatihan berbasis kompetensi. Tahapan dalam SAT menggambarkan suatu proses siklus yang terdiri dari lima bagian, dan masing-masing bagian tersebut terdiri dari beberapa sub bagian lagi. Setiap bagian, atau sub bagian, mempunyai input yang berasal dari tahap sebelumnya dan mempunyai output yang diteruskan ke tahap selanjutnya.
Gambar 2: Tahapan SAT
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
172
Bambang Suprawoto, dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
Sebagaimana telah dibahas pada naskah akademik sebelumnya yaitu dokumen “Konsep Pengembangan SDM Bidang Pembangkit Tenaga Listrik – PLTN” bahwa daerah kerja di fasilitas PLTN dapat dibedakan menjadi dua yaitu daerah nuklir (nuclear island) yang mencakup bangunan reaktor nuklir sebagai pembangkit panasnya dan daerah non nuklir (non nuclear island) atau yang sering disebut daerah balance of plant (BOP).
Personil (tenaga teknis) yang bekerja di fasilitas PLTN secara umum juga dibedakan menjadi dua yaitu personil yang bekerja di daerah nuklir dan yang bekerja di daerah non nuklir. Karena fasilitas PLTN merupakan suatu instalasi nuklir maka semua pekerja baik yang bekerja di daerah nuklir maupun non nuklir harus mempunyai kompetensi dasar tentang ketenaganukliran. Bagi tenaga teknis yang bekerja di daerah nuklir selanjutnya dituntut harus memiliki kompetensi khusus ketenaganukliran sedangkan tenaga teknis yang bekerja di daerah non nuklir dituntut harus memiliki kompetensi khusus ketenagalistrikan. Pelatihan dan sertifikasi personil bagi para tenaga teknis di fasilitas PLTN ini mengikuti pola pembagian kompetensi di atas.
Gambar 3. Pembagian daerah nuklir dan non nuklir
Gambar 4. Alur pelatihan dan sertifikasi personil Terlihat pada gambar di atas bahwa semua tenaga teknis harus mengikuti Pelatihan Dasar Tenaga Nuklir agar dapat memenuhi persyaratan kompetensi dasar tentang ketenaganukliran. Selanjutnya mereka harus mengikuti pelatihan dan proses sertifikasi personil sesuai dengan masingmasing daerah kerja dan spesialisasinya. Standar Kompetensi Personil (SKP) Standar Kompetensi Personil (SKP) merupakan suatu dokumen yang berisi daftar kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menduduki suatu jabatan tertentu (syarat jabatan). SKP juga Bambang Suprawoto, dkk.
173
dilengkapi dengan jenis dan kriteria unjuk kerja, persyaratan unjuk kerja dan acuan penilaiannya. Dokumen SKP ini harus digunakan sebagai acuan standar oleh lembaga pelatihan dalam perencanaan (baik analisis, disain, maupun pengembangan), penyelenggaraan, dan evaluasi pelatihannya. Selain itu SKP juga akan digunakan sebagai acuan standar oleh lembaga sertifikasi personil dalam proses penyusunan materi uji, pelaksanaan ujian dan penerbitan sertifikasi atau surat izin bekerja (SIB). SKP bidang PLTN yang akan disusun disini hanya meliputi SKP untuk kelompok kompetensi STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 dasar tenaga nuklir, bagi semua personil yang akan bekerja di PLTN, dan sebagian dari kelompok kompetensi khusus bidang nuklir, bagi personil yang bekerja di daerah nuklir (nuclear island) saja.
juga dibedakan menjadi dua tingkat yaitu teknisi dan supervisor. 4.
SKP Kelompok Kompetensi Dasar Tenaga Nuklir Personil yang akan bekerja di fasilitas nuklir akan dibedakan atas dasar jenjang dan jenis pendidikannya. Berdasarkan jenjang pendidikannya adalah sebagai berikut: 1. jenjang profesional (profesionnal/engineer) yaitu yang mempunyai latar belakang pendidikan sarjana (termasuk D4) dan pascasarjana; 2. jenjang teknisi (technicians) yaitu yang mempunyai latar belakang pendidikan diploma dan SLTA; 3. jenjang tukang (craftmen) yaitu yang mempunyai pendidikan di bawah SMA. Berdasarkan jenis pendidikannya adalah sebagai berikut: 1. eksakta yaitu yang mempunyai latar belakang pendidikan di bidang teknik dan IPA; 2. non eksakta yaitu yang mempunyai latar belakang pendidikan di bidang non teknik, administrasi dan sosial. Oleh karena tugas dan tanggung jawab dari setiap jenjang dan jenis latar belakang pendidikan personil berbeda-beda maka SKP kelompok kompetensi dasar tenaga nuklir ini akan terbagi menjadi 6 kategori. SKP Kelompok Kompetensi Khusus Tenaga Nuklir Sebenarnya kompetensi personil bagi yang bekerja di daerah nuklir sangat banyak tetapi pada dokumen ini hanya akan dibatasi pada kompetensi personil yang dipersyaratkan mempunyai Surat Izin Bekerja (SIB) dari Bapeten yaitu sebagai berikut. 1. Petugas proteksi radiasi yaitu personil yang akan bertanggungjawab atas keselamatan kerja terhadap radiasi baik terhadap para pekerja, fasilitas, maupun lingkungan.
Petugas pembukuan bahan nuklir yaitu personil yang bertanggungjawab atas inventori dan pembukuan bahan nuklir yang digunakan di reaktor. Petugas pembukuan ini juga dibedakan menjadi dua tingkat yaitu pencatat dan pengawas.
Oleh karena tugas dan tanggung jawab dari setiap jabatan di atas dan tingkatnya berbeda-beda maka SKP kelompok kompetensi khusus tenaga nuklir ini akan terbagi menjadi 7 kategori. Standar Kompetensi Personil (SKP) kelompok kompetensi dasar tenaga nuklir (6 kategori) dan kelompok kompetensi khusus tenaga nuklir (7 kategori). Standar Latih Kompetensi (SLK) Setelah standar kompetensi personil (SKP) ditetapkan maka penyelenggara pelatihan harus menyusun standar latih kompetensi (SLK). SLK merupakan pedoman atau panduan penyelenggaraan pelatihan untuk memenuhi tuntutan SKP tertentu. SLK berisi sasaran pembelajaran, kurikulum, silabus, dan skenario pembelajaranya. Beberapa dokumen SLK yang telah diterbitkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan SLK bidang PLTN. Untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pelatihan maka setiap SKP mungkin atau bahkan sebaiknya dipecah menjadi beberapa SLK sehingga dari 5 kategori SKP kelompok dasar tersebut di atas mungkin diperlukan lebih dari 15 SLK. Demikian halnya dengan SKP kelompok khusus. Sebagai contoh SKP kelompok dasar bagi jenjang pranata ahli bidang eksakta sebaiknya terdiri atas beberapa SLK sebagai berikut. 1.
SLK Proteksi Radiasi, yang termasuk di dalamnya antara lain fisika atom dan inti, radiokimia, proteksi radiasi eksterna dan interna, pengukuran radiasi.
2.
Petugas pengoperasi reaktor yaitu personil yang bertanggungjawab atas operasi reaktor dengan andal dan aman. Petugas pengoperasi ini dibedakan menjadi dua tingkat yaitu operator dan supervisor.
2.
SLK Teknologi Reaktor, yang termasuk di dalamnya antara lain fisika reaktor, rekayasa nuklir, instrumentasi dan kendali, termodinamika dan perpindahan panas, instrumentasi kendali.
3.
Petugas perawat reaktor yaitu personil yang bertanggungjawab atas perawatan reaktor dengan andal dan aman. Petugas perawatan ini
3.
SLK Sistem Pembangkit Tenaga Nuklir, yang termasuk di dalamnya antara lain fasilitas PLTN, daerah nuklir dan non nuklir, NSSS,
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
174
Bambang Suprawoto, dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 BOP, keselamatan nuklir dan emergency preparedness. 4.
SLK Bahan Bakar Nuklir dan Pengelolaan Limbah Radioaktif.
5.
SLK Sistem Jaminan dan Kendali Kualitas
SARANA & PRASARANA PENDUKUNG 1. Laboratorium Dalam rangka mendukung proses pelatihan SDM PLTN di NTC Indonesia maka selain materi pelatihan juga diperlukan fasilitas pendukung yang memadai. Berdasarkan pendataan fasilitas pendukung di BATAN, sebagian besar sudah tersedia dan yang lainnya masih perlu dikembangkan. Fasilitas nuklir BATAN Yogyakarta (PTAPB) memiliki beberapa fasilitas laboratorium yang dapat dijadikan sarana pendukung program pembinaan dan pengembangan SDM PLTN. Sarana tersebut terutama Reaktor Kartini dan laboratorium pendukung serta peralatan penelitian dan pengembangan yang saat ini sedang dikembangkan, yaitu dalam bidang : 1.
2.
3.
Pendayagunaan reaktor Kartini dengan pengembangan teknologi aktivasi neutron untuk analisis produk industri, kesehatan dan lingkungan, sistem radiografi neutron dan pengelolaan limbah radioaktif, keselamatan radiasi dan lingkungan. Teknologi proses bahan sumber energi untuk pembuatan bahan bakar reaktor dan bahan pendukungnya, bahan strategis untuk industri dan kesehatan, bahan energi baru dan terbarukan (nuklir, fuel cells dan solar cells), serta pengolahan limbah nuklir dan non-nuklir. Fisika nuklir dan teknologi aplikasi akselerator serta untuk mendukung pengembangan industri, pemecahan masalah lingkungan dengan memanfaatkan MBE untuk pengolahan gas buang, bidang kesehatan melalui penguasaan teknologi ADS, teknik plasma untuk industri dan lingkungan, serta sistem instrumentasi dan kendali yang mendukung pelaksanaan pengembangan teknologi akselerator dan reaktor riset.
2. Fasilitas Pendukung . Untuk membangunan Fasiltas Pelatihan PLTN yang difokuskan pada operasi dan perawatan perlu didukung dengan beberapa fasilitas lainnya, seperti gedung Pusat Pelatihan Nuklir Batan yang Bambang Suprawoto, dkk.
175
rencananya akan dibangun dilingkungan PTAPB Yogyakarta. Gedung yang akan dibangun untuk mendukung pelatihan antara lain gedung pelatihan ,gedung asrama dan sarana sport centre. Denah lokasi seperti terlihat pada Gambar 5 dan 6. Fasilitas yang terdapat pada gedung pelatihan lantai satu terdiri dari ruang kepala diklat , ruang instruktur , ruang operable loop , ruang electric power dan lobi. Untuk lantai dua terdapat ruang kelas , ruang kontrol instrumentasi , ruang field instrumentasi , ruang monitor radiasi dan ruang IC system. Sedangkan pada lantai tiga terdapat ruang simulasi , ruang NDT (Non Destructive Test ) , ruang engineering model , ruang monitor elektrikal dan ruang lower parts ( suku cadang ). Untuk fasilitas asrama terdiri dari gedung tiga lantai yaitu lantai satu terdapat kantin beserta dapur , ruang administrasi dan ruang karaoke. Pada lantai dua terdapat kamar sebanyak 16 buah dengan kamar mandi didalam kapasitas masing2 untuk dua orang , sedangkan lantai tiga terdapat ruang perpustakaan dan sarana ibadah. Sedangkan untuk sarana sport centre dibuat gedung tersendiri yang terdiri atas lapangan futsal indoor dengan tempat fitnessnya. Pusat Pelatihan Nuklir Batan dibangun diatas tanah 7000 M² tepat berada dibelakang gedung 14 ( Radiation Shield 2/ Accelerator ) yang terdiri dari empat kelompok bangunan yaitu : 1. Gedung A ( gedung pelatihan 3 lantai ) 2. Gedung B ( gedung asrama ,kantin ,perpustakaan dan ibadah ) 3. Gedung C ( gedung sarana olah raga ) 4. Sarana / prasarana parkir dan taman .
Gedung Pelatihan Nuklir ( Gedung A ) Gedung pelatihan terdiri dari tiga lantai yaitu pada lantai satu terdapat ruang kepala diklat seluas 35 M² ( 5x7m ) , ruang instruktur seluas 70 M² ( 7x10 m ) ,ruang electrical power 50 M² ( 5x10 m ) dan ruangan operable loop seluas 195 M² (13x15 m ) .Untuk lantai dua terdapat ruang kelas seluas 50 M² ( 5x10m ) cukup untuk maksimal 30 orang masing2 dengan meja komputer dan tempat simulator kontrol untuk instruktur didepan kelas , ruang kontrol instrumentasi dengan luas 90 M² , ruang fields instrumentasi seluas 90 M² , ruang monitor radiasi seluas 35 M² dan ruang simulator seluas 60 M². Sedangkan untuk lantai tiga terdapat ruang kelas termasuk simulator seluas 65 M² ( 13x5 M ) , ruang NDT seluas 25 M² , ruang elektrik monitor seluas 40 M² , ruang suku cadang dan reparasi alat seluas 170 M² serta ruang Engineering Model seluas 50 M² . Masing2 lantai dilengkapi dengan toilet dan tangga darurat , luas STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 gedung pelatihan membutuhkan lahan 600 M².
serta ruang istirahat didepan mushola seluas 225 M² . Untuk lantai satu dan tiga dilengkapi toilet serta ruang air wudhu di lantai tiga.
Gedung Asrama , kantin , perpustakaan dan ibadah ( Gedung B ) Gedung asrama terdiri dari tiga lantai yaitu lantai satu terdapat ruang kantin seluas 200 M² , ruang dapur seluas 60 M² , ruang administrasi seluas 90 M² bersebelahan dengan ruang karaoke seluas 90 M² , gedung kantin terdiri ruang makan dan dapur. Ruang makan dilengkapi dengan meja kursi dan penerangan yang cukup. Pintu masuk dan keluar bagi para karyawan/peserta pelatihan dipisahkan untuk memperlancar lalu lalang para peserta pelatihan. Kapasita ruang makan dapat menampung maksimal 50 orang mengingat peserta pelatihan yang makan siang di kantin maksimal 30 orang ditambah instruktur ..Pada lantai dua terdapat ruang tidur dengan kamar mandi didalam seluas 30 M² masing2 kapasitas untuk dua tempat tidur , dan ruang santai seluas 225 M² untuk terima tamu . Sedangkan pada lantai tiga terdapat ruang perpustakaan dan membaca seluas 75 M² dilengkapi dengan ruang khusus untuk diskusi dan presentasi , ruang ibadah ( mushola ) seluas 225 M²
Gedung Sarana Olah Raga ( Gedung C ). Pada gedung C dibangun sarana olah raga indoor ( tertutup ) yang terdiri atas lapangan futsal seluas 36x 24 M² dan lobi seluas 12 x 24 M² dilengkapi dengan toilet dan kamar mandi , untuk lapangan futsal dapat dimodifikasi untuk lapangan basket maupun bola folley , pada dasarnya didesain untuk lay out lapangan olah raga multi fungsi. Sedangkan di lantai dua terdapat ruang fitness seluas 12 x 24 M² dilengkapi dengan kmar mandi dan toilet. Sarana / Prasarana Parkir dan Taman . Untuk Sarana parkir direncanakan untuk sepeda motor, dan mobil dengan kapasitas 30 sepeda motor dan 30 mobil, tempat parkir dilengkapi dengan atap agar kendaraan terhindar dari hujan dan matahari, taman lingkungan dipertahankan asri dengan lampu taman dan saluran drainase yang sempurna agar tidak banjir bila terjadi hujan.
Gambar 5 Denah lokasi NTC
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
176
Bambang Suprawoto, dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
Alternatif Perencanaan Gedung Diklat. Selain konsep desain membangun secara lengkap gedung Pusat Pelatihan Nuklir disatu lokasi yaitu dibelakang gedung 14 ( Radiation Shield 2/ Accelerator ) , direncanakan juga alternatif memanfaatkan gedung instalasi yang sudah ada di PT APB dan masih berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria yang disyaratkan pada konstruksi bangunan gedung dan laboratorium , yaitu untuk gedung diklat memanfaatkan gedung 16 ( gedung lingkungan ) berlantai dua dengan kemungkinan untuk ditingkatkan menjadi lantai tiga dengan melakukan beberapa modifikasi lay out untuk
memenuhi jumlah ruangan yang dibutuhkan, serta memanfaatkan fasilitas laboratorium nuklir dan reaktor kartini yang sudah ada di PTAPB. Berdasarkan kriteria untuk persyaratan tempat diklat sarana prasarana yang ada sudah cukup memenuhi dan layak untuk dijadikan NTC , disamping penghematan biaya dan dapat segera digunakan dalam waktu dekat. Untuk gedung olah raga dibangun sejajar dengan lapangan tennis yang sudah ada di lokasi , sedangkan untuk mushola dapat menggunakan mesjid yang sudah ada disamping STTN .
Gambar 6 Tampak Depan Gedung Fasilitas Pelatihan
DAFTAR PUSTAKA 1. Batan – ESDM, ”Konsep Pengembangan SDM Bidang Pembangkit Tenaga Listrik – PLTN”, 2008 2. BATAN, “Guidance for the Application and Development of Sustainable Nuclear Energy System”, Chairman Decree (2006). 3. IAEA, “Manpower Development for Nuclear Power, A Guide Book”, Technical Reports Series No. 200, IAEA (1980).
Bambang Suprawoto, dkk.
177
4. IAEA, “Qualification of Nuclear Power Plant Operations Personnel”, Technical Reports Series No. 242, IAEA (1984). 5. IAEA, “Guide Book on the Education and Training of Technicians for Nuclear Power”, Technical Reports Series No. 306, IAEA (1989). 6. IAEA, “Guide Book on Training to Establish and Maintain the Qualification and Competence of Nuclear Power Plant Personnel”, Technical Document No. 525, IAEA (1989). 7. IAEA, “Recruitment, Qualification, and Training of Personnel for Nuclear Power STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 Plant”, Safety Standard Series No. NS-G2.8, IAEA (2002). 8. Indonesia – Korea joint Study on Program Preparation & Planning of the NPP Development in Indonesia (2006).
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
178
Bambang Suprawoto, dkk