Desain dan Pola Pengelolaan Sistem Pertanian Bio-Siklus Dalam Mendukung Kemandirian Pangan dan Energi Cahyono Agus
21
DESAIN DAN POLA PENGELOLAAN SISTEM PERTANIAN BIO-SIKLUS DALAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI Design and Pattern of Bio-Cycles Farming System Management in Supporting Food and Energy Security Cahyono Agus KP4 UGM, Jl. Tanjungtirto, Yogyakarta 55571 Fakultas Kehutanan UGM, Bulaksumur, Yogyakarta 55161 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Indonesia has a considerably highest biomass productivity in the world (750 g C/ha/th) due to the high amount and distribution of rainfall, air temperature, soil temperature, air humidity, and soil moisture regime. Although tropical soil is old and nutrient-poor, support from the high activity of microorganisms and the fast closing cycle has made the growth of vegetation on it fast, about 10 times faster than that in temperate areas. Nevertheless, economic productivity in tropical areas is much lower than in temperate areas because of inefficient and ineffective management of biology. Gadjah Mada University (UGM), especially KP4 institution, is empowered as an institution for transfering knowledge, skills, and noble values in the field of integrated farming with direct practice in the field. Applicative-collaborative, innovative-inventive, as well as multi-dissemination, inter-disciplinary, and intra-disciplinary researches have been developed by researchers from a variety of faculties in UGM as a cornerstone of research-based learning and devotion implementation. Agro-forestry model through integrated bio-cycles farming systems is developed with a few more in-depth studies through integrated crop management, integrated nutrient management, integrated pest management, and integrated water management. Energy cycle, organic matter and carbon cycles, water cycle, nutrient cycles, production cycles, crop cycles, material cycles, and money cycle need to be managed in an integrated and sustainable way following 7R pattern (reuse, reduce, recycle, refill, replace, repair, replant) by considering economic, environmental, socio-cultural, and health aspects to gain optimal benefits for farmers, agricultural communities, and global environment. Food sovereignty and renewable and sustainable organic material-based energy programs need to be implemented immediately to maintain and create dignified and sustainable environment and life. Keywords: biomass, agro-forestry, integrated bio-agriculture, energy cycle
ABSTRAK Indonesia yang merupakan wilayah tropika memiliki produktivitas biomassa tergolong tertinggi di dunia / (750 g C/ha th) karena tingginya jumlah dan distribusi curah hujan, temperatur udara, temperatur tanah, kelembaban udara, dan resim lengas tanah. Meskipun tanah tropika tergolong tua dan miskin hara, karena didukung oleh tingginya aktivitas mikroorganisme dan cepatnya siklus tertutup, pertumbuhan vegetasi di atasnya tergolong cepat, yakni sepuluh kali lipat dibanding wilayah temperate. Namun, produktivitas ekonomi di wilayah tropika jauh lebih rendah dibanding wilayah temperate karena pengelolaan biologi yang belum efisien dan efektif. Universitas Gadjah Mada (UGM), khususnya lembaga KP4, diberdayakan sebagai wahana untuk transfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai luhur di bidang pertanian terpadu dengan praktek langsung di lapangan. Riset-riset applicative-collaborative, innovative-inventive, serta multidiseminasi, interdisipliner, dan intradisipliner telah dikembangkan oleh para peneliti dari berbagai fakultas di UGM sebagai landasan penerapan pembelajaran dan pengabdian berbasis penelitian. Model agroforestri melalui sistem pertanian siklus-bio terpadu yang dikembangkan dilakukan dengan beberapa kajian lebih mendalam melalui pengelolaan tanaman terpadu, pengelolaan hara terpadu, pengelolaan hama terpadu, dan pengelolaan air terpadu. Siklus energi, siklus bahan organik dan karbon, siklus air, siklus hara, siklus produksi, siklus tanaman, siklus material dan siklus uang perlu dikelola secara terpadu dan berkelanjutan dengan pola 7R (reuse, reduce, recycle, refill, replace, repair, replant) dengan mempertimbangkan gatra ekonomi, lingkungan, sosial budaya, dan kesehatan untuk mendapatkan manfaat optimal bagi petani, masyarakat di bidang pertanian dan lingkungan global. Program kedaulatan
22
Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial
pangan dan energi bahan organik terbarukan dan berkelanjutan sangat penting untuk segera diimplementasikan, untuk menjaga dan menciptakan lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan. Kata kunci: biomassa, agroforestri, pertanian bioterpadu, siklus energi
KEDAULATAN PANGAN DAN ENERGI NASIONAL Produktivitas biomassa di Indonesia yang merupakan wilayah tropika tergolong tertinggi di / dunia (750 g C/ha th) karena tingginya jumlah dan distribusi curah hujan, temperatur udara, temperatur tanah, kelembaban udara, dan resim lengas tanah (Agus, 2012). Meskipun tanah tropika tergolong tua dan miskin hara, tetapi karena didukung oleh tingginya aktivitas mikroorganisme dan cepatnya siklus tertutup, maka pertumbuhan vegetasi di atasnya tergolong cepat, yakni 10 kali lipat dibanding wilayah temperate. Namun, produktivitas ekonomi di wilayah tropika jauh lebih rendah dibanding wilayah temperate karena pengelolaan biologi yang belum efisien dan efektif. Meskipun Presiden SBY telah mencanangkan surplus pangan tahun 2014, nilai impor nonmigas pada periode Januari–Agustus 2014 berupa makanan industri sebesar US$ 2,2 miliar; serealia sebesar US$ 2,2 miliar dan kapas sebesar US$ 1,6 miliar (BPS, 2014). Secara kumulatif nilai impor migas pada periode yang sama mencapai US$ 29,37 miliar. Saat ini sekitar 60% kemiskinan di Indonesia berada di perdesaan, dan lebih dari 70% kemiskinan perdesaan tersebut terkait dengan pertanian. Perbaikan kondisi pertanian berupa strategi, regulasi, implementasi, teknologi, manajemen, kelembagaan, dan sebagainya, akan memperbaiki seluruh aspek dan sendi kehidupan yang terlibat. Program kemandirian pangan dan energi terkesan mandul diimplementasikan karena kesalahan pengelolaan 6M (man, money, material, machine, method, management), yang membajak secara tersistem, terstruktur, dan masif, berupa ketidakjelasan program, mafia proyek, pemburu rente ekonomi, kelembagaan yang lemah, mendahulukan keuntungan pribadi dan kepentingan golongan, pengabaian tugas, orientasi proyek semata, kendala administrasi, kelemahan monitoring evaluasi, dan perubahan iklim. Eksplotasi sumber daya alam yang berlebihan telah mengakibatkan tragedi menyedihkan berupa bencana lingkungan dan kemanusiaan. Ini telah menjadi kenyataan menyakitkan yang sulit dibantah dan ternyata tetap selalu berulang. Sumber daya alam masih dikelola sebagai warisan nenek moyang dalam pembangunan nasional dengan konsep resource-based development, sehingga harus dimulai dengan paradigma baru pengelolaan sumber daya alam yang berbasis knowledge-based development, melalui produksi iptek, alumni dan invensi, konsep pembangunan berkelanjutan yang cerdas, inovatif, luas, mendalam, dan futuristik (Agus, 2012). Untuk itu, diperlukan paradigma baru guna menciptakan pengelolaan sumber daya alam dan manusia yang mampu mendukung lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan.
PENGALAMAN PENERAPAN TEKNOLOGI SIAP GUNA SISTEM PERTANIANBIOENERGI/BIOREFINERY Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai perguruan tinggi terbesar di Indonesia harus menempatkan diri pada posisi terkemuka dan menjadi trendsetter pendidikan tinggi. Tuntutan dan harapan masyarakat mendorong UGM untuk berusaha menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat dan menaikkan daya saing bangsa. KP4 sebagai university farm UGM diberdayakan sepenuhnya sebagai wahana untuk transfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai luhur di bidang pertanian terpadu dengan praktek langsung di lapangan. KP4 telah berkembang menjadi Field Campus for Life and Environmental Sciences yang berkelas internasional dengan cara mengaktualisasi diri dalam bidang agrokompleks dan berbagai bidang ilmu terkait serta dengan mengembangkan jaringan Academic Bussines Community & Government (ABCG) yang lebih intensif.
Desain dan Pola Pengelolaan Sistem Pertanian Bio-Siklus Dalam Mendukung Kemandirian Pangan dan Energi Cahyono Agus
23
Riset-riset applicative-collaborative, innovative-inventive, serta multidiseminasi, interdisipliner, dan intradisipliner telah dikembangkan oleh para peneliti dari berbagai fakultas di UGM dengan berbagai skema pendanaan penelitian, baik luar maupun dalam negeri, untuk dijadikan landasan penerapan research based learning and services (pembelajaran dan pengabdian berbasis penelitian). Program IM_HERE (Indonesia Managing_Higher Education for Relevancy and Efficiency) dijalankan dengan sumber dana World Bank melalui Ditjen Dikti Kemendikbud, untuk mengembangkan EfSD pada beberapa pusat unggulan terpilih, terutama biodiversitas anggrek, herbal medicine dan REDD. Model agroforestry melalui Integrated Bio-cycle Farming System (IBFS/ sistem pertanian siklusbio terpadu) yang dikembangkan oleh KP4 UGM dilakukan dengan beberapa kajian lebih mendalam melalui ICM (Integrated Crop Management atau pengelolaan tanaman terpadu), INM (Integrated Nutrient Management atau pengelolaan hara terpadu), IPM (Integrated Pest Management atau pengelolaan hama terpadu) dan IMM (Integrated Moisture Management atau pengelolaan air terpadu). Siklus energi, siklus bahan organik dan karbon, siklus air, siklus hara, siklus produksi, siklus tanaman, siklus material dan siklus uang perlu dikelola secara terpadu dan berkelanjutan dengan pola 7R (reuse, reduce, recycle, refill, replace, repair, replant) dengan mempetimbangkan gatra ekonomi, lingkungan, sosial budaya, dan kesehatan untuk mendapatkan manfaat optimal bagi petani, masyarakat di bidang pertanian dan lingkungan global (Agus, 2012).
GAMA PERTANIAN TERPADU Perubahan paradigma baru dari Tri Darma PT yang tadinya meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang berdiri sendiri-sendiri akan disinergiskan menjadi Research and Services-based Learning. Kurikulum berbasis kompetensi yang dikembangkan UGM mengharuskan pembelajaran menekankan pada mahasiswa agar dapat mengerti (learn to know), mengerjakan sendiri (learn to do), menjadi aktor (learn to be), dan bekerja bersama (learn to work together), sehingga lulusannya mempunyai kompetensi, komitmen, keberpihakan, dan nurani terhadap masyarakat awam. KP4 sebagai kampus lapangan UGM perlu diberdayakan sepenuhnya sebagai wahana untuk transfer pengetahuan (transfer of knowledge), keterampilan (transfer of skills) dan nilainilai luhur (transfer of values) melalui pembelajaran langsung di bidang pertanian dan lingkungan tropika. Pendidikan (formal, nonformal, dan informal) yang bercirikan Education for Sustainable Development (EfSD) merupakan instrumen kuat yang efektif untuk melakukan komunikasi, memberikan informasi, penyadaran, pembelajaran dan dapat memobilisasi massa/komunitas, serta menggerakkan bangsa ke arah kehidupan masa depan yang berkembang secara lebih berkelanjutan. EfSD menyisipkan wawasan dan konsep secara luas, mendalam, dan futuristik tentang lingkungan global dengan memberi kesadaran dan kemampuan kepada semua orang (utamanya generasi mendatang) untuk berkontribusi lebih baik bagi pengembangan berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang. Paradigma baru pertanian harus memberdayakan segenap multifungsi pertanian sebagai pemasok utama sandang, pangan, dan papan bagi kehidupan seluruh makluk hidup; juga sebagai gatra lingkungan hidup yang berkelanjutan, penyedia keindahan lingkungan (agrowisata), penghasil biofarmaka dan penghasil bioenergi. Untuk itu, pertanian harus dibangun dengan menghilangkan ego sektoral, sehingga harus dikembangkan secara harmonis dengan penggunaan lahan lain untuk kehutanan, perkebunan, hortikultura, pemukiman, lingkungan hidup, pertambangan, infrastruktur, industri, pariwisata maupun sektor lain dalam satu kesatuan landscape ecological management, secara horizontal maupun vertikal. KP4 UGM Yogyakarta mengembangkan Pusat Unggulan (Center of Excellence) berupa Integrated Bio-cycle Farming System (IBFS/sistem pertanian siklus-bio terpadu), yang mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development), dengan mengelola sumber daya lahan (tanah, air, udara, temperatur, dsb.), sumber daya hayati (binatang, tumbuhan, manusia, dan makluk hidup lain), dan sumber daya lingkungan (hubungan antarmakhluk, dsb.) secara optimal. Program ini mempunyai ciri pokok dan merupakan pengejawantahan program Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development) yang harus memperhatikan gatra peningkatan nilai ekonomi, kelestarian lingkungan, keadilan sosial dan budaya secara sinergis
24
Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial
dan optimal. Keseimbangan produksi dan konsumsi merupakan salah satu point yang harus dikembangkan, sehingga dalam satu kesatuan lahan tersebut mampu memproduksi pangan, pakan, papan, pupuk, air, oksigen, obat herbal, wisata, dan lainnya (Agus, 2012).
Sumber: Agus (2012)
Gambar 1.
Pengembangan Pusat Unggulan GAMA PERTANIAN TERPADU (Agus, 2012)
Pemanfaatan lahan secara harmonis, menyeluruh dan terpadu serta berkelanjutan untuk berbagai peruntukan, yaitu produksi biomassa (sektor pertanian), lingkungan hidup, habitat biologi dan konservasi gen, ruang infra-stuktur, sumber daya alam, dan estetika dan budaya, merupakan ciri utama dalam sistem IBFS. Masing-masing anasir bentang lahan tidak boleh saling menonjolkan kepentingan sektoral sendiri saja, namun harus saling berkaitan dan mendukung secara harmonis. Output dan outcomes sistem lebih diutamakan dibandingkan keluaran masing-masing anasir pembentuknya. Karakteristik kunci dari IBFS yang dikembangkan di KP4 UGM meliputi 9 anasir utama sebagaimana yang tertera dalam Tabel 1. IBFS merupakan integrasi dari sektor pertanian dan nonpertanian, melalui pendaurulangan bahan organik yang berasal dari sektor pertanian maupun nonpertanian secara terpadu. Suplai makanan yang diproduksi dari desa untuk dikirim ke kota telah mengakibatkan defisit bahan organik di desa, sehingga tumpukan bahan organik di kota perlu didaurulangkan ke sistem pertanian yang banyak terdapat di desa (Agus, 2012). IBFS mengedepankan nilai lingkungan, nilai estetika, nilai sosial, nilai budaya dan nilai ekonomi secara harmonis dan seimbang, tanpa ada yang mendominasi. Dengan demikian, bukan melulu mementingkan nilai ekonomi semata sehingga terpaksa menghilangkan faktor lainnya, seperti yang dilakukan oleh praktis bisnis pertanian yang dilakukan oleh pengusaha besar, namun harus mampu mengharmoniskan seluruh aspek yang muncul. IBFS juga dilakukan dengan sistem rotasi dan keanekaragaman tanaman, sehingga biodiversitas dan siklus tanaman tetap terjaga dan terpelihara untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagi kehidupan dan lingkungan. Inovasi besar di bidang bioteknologi buatan dan fungsional, nanoteknologi, dan probiotik merupakan terobosan besar yang harus dilakukan agar terjadi revolusi kehidupan dan lingkungan bermartabat yang makin berkualitas dan berkelanjutan. Loncatan kualitas kehidupan dan lingkungan pada level yang lebih tinggi dan baik dapat dicapai dengan pemberdayaan bionanoteknologi probiotik yang fungsional, agar siklus dan kualitas kehidupan makin meningkat (Agus, 2012).
Desain dan Pola Pengelolaan Sistem Pertanian Bio-Siklus Dalam Mendukung Kemandirian Pangan dan Energi Cahyono Agus
25
Tabel 1. Karakteristik kunci sistem pertanian terpadu IBFS yang dikembangkan di KP4 UGM dibandingkan dengan berbagai tipe sistem pertanian berkelanjutan LOW INPUT /INTEGRATED (pertanian input rendah/ terpadu)
ORGANIC FARMING (pertanian organik)
BIO-DYNAMIC (pertanian biodinamik)
AGROFORESTRY (agroforestri)
INTEGRATED BIOCYCLE (Pertanian siklus-bio terpadu)
Integrasi proses alami yang menguntungkan
Integrasi tanah, lingkungan, dan kesehatan manusia
Pengelolaan organisme yang optimumkan kualitas tanah & tanaman, hewan, dan kesehatan manusia
Integrasi tanaman kayu dan herbal
Integrasi pertanian & nonpertanian
Menambah nilai lingkungan
Pupuk alami.
Nilai ekonomi
Nilai lingkungan
Nilai lingkungan, estetika, ekonomi
Rotasi tanaman
Rotasi tanaman, diversifikasi spatial ideal
Rotasi tanaman, diversifikasi spatial ideal
Spatial diversitas tipe crop
Rotasi dan diversitas tanaman
Dampak pengolahan tanah minimum
Kecukupan N melalui fiksasi-N
Kecukupan N melalui fiksasiN,
Variasi tanaman dan sistem pastoral
Bioteknologi, nanoteknologi, probiotik
Pemupukan pada tanaman pertanian, pemanfaatan siklus pada tanaman kehutanan
Pengelolaan siklus organik scr tertutup & terpadu dlm satu wil terpadu, berupa tanaman (ICM), hama (IPM), lengas (IMM), hara (INM), ternak (IVM) terpadu
Nilai lingkungan
Persiapan khusus utk peningkatan kualitas tanah dan kehidupan tanaman Penggunaan pupuk kimia
Larangan perlakuan tanaman dan pupuk
Larangan perlakuan tanaman dan pupuk
Penggunaan pestisida
Pengelolaan hewan traditional
Pengelolaan hewan tradisional
Prinsip umum
Prinsip unit pengelompokan
Prinsip unit pengelompokan
Prinsip umum
Lanscape ecological management, konsep agropolitan
Pengelolaan tapaktanaman secara spesifik
Pengelolaan tapaktanaman secara spesifik
Pengelolaan tapak-tanaman secara spesifik
Pengelolaan tapaktanaman secara spesifik
Pengelolaan tapaktanaman secara spesifik
Semitradisional
Alami
terpadu
Tradisional
Menyeluruh & terpadu
Stockdale & Cookson (2003), Chan (2006)
IFOAM (1998),
Koept et al. (1976),
Stockdale & Cookson (2003)
Agus ( 2012)
Pengelolaan bioalam terpadu
Pengelolaan siklus tertutup organik dan integrasi dalam suatu kawasan terpadu antara ICM, IFM, IPM, IMM, INM merupakan ciri utama dalam IBFS agar terjadi sistem daur tertutup yang mandiri dan berkualitas. Pengelolaan perlindungan bioterpadu dan pengelolaan ekosistem kesehatan, merupakan syarat mutlak agar konsep kembali alam dengan produktivitas serta kualitas hidup dan lingkungan yang lebih baik bisa terjamin dan berkelanjutan. Manajemen ekologi lanskap terpadu dan konsep agropolitan merupakan salah satu strategi penghilangan kotak-kotak egosentris dalam IBFS, sehingga tidak lagi mementingkan ego sektor sendiri-sendiri, namun justru harus bersinergis. Dengan demikian, pengelelolaan bahan organik harus dikelola dalam satu kesatuan lahan yang terpadu. Pengelolaan khusus tanaman perlu juga dilakukan karena masing-masing spesies tanaman mempunyai karakter hidup dan produktivitas sendiri-sendiri. Selanjutnya, IBFS harus dikelola dalam suatu sistem holistik dan terintegrasi (Agus, 2012).
GAMA PANGAN Pengembangan GAMA PANGAN di KP4 UGM Yogyakarta dilaksanakan melalui program 5A, yang terdiri atas: agroproduksi, agrobisnis, agroteknologi, agroindustri, agrowisata untuk komoditas unggulan dari hulu dan hilir dalam satu kesatuan wilayah, waktu dan sistem pengelolaan secara terpadu. Inovasi di bidang Agroproduksi harus mampu menghasilkan produk dengan 3K (kuantitas,
26
Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial
kualitas dan kontinyuitas) yang memadai sehingga menjadikan komoditas pertanian sebagai sumber kehidupan dan lingkungan yang memadai. Dengan demikian diharapkan akan tercapai 7W (wareg, waras, wasis, waskito, wismo, wusono, lan wibowo). Pengembangan agrobisnis menjadi sangat penting agar komoditas pertanian akan dapat berperan secara modern, tidak terjebak dalam sistem tradisional yang bersifat subsistem dan menjadikan pelakunya lebih sejahtera, bukan sebagai perahan sektor ekonomi lain. Inovasi agroteknologi merupakan syarat mutlak agar dengan teknologi tepat guna dan bioteknologi yang sesuai, akan tercapai revolusi baru dalam pemenuhan kebutuhan hajat hidup orang banyak. Agroindustri merupakan penghiliran produk pertanian agar fluktuasi musim panen pertanian yang sangat merugikan masyarakat pertanian dapat ditingkatkan menjadi komoditas prioritas, karena merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh seluruh makluk hidup di bumi ini. Agrowisata merupakan pemberdayaan lahan untuk pendidikan agar setiap makluk hidup mampu menikmati dan berkontribusi nyata dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan perbaikan lingkungan hidup. Keberhasilan program juga harus didukung oleh semua pihak sehingga tidak bisa dibebankan kepada petani semata. Harus terjalin kerja sama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan, melalui jaringan ABCG (Academic atau Akademisi dan Peneliti, Business atau swasta, Community atau masyarakat, Government atau pemerintah), dengan masing-masing pihak harus berkontribusi nyata sesuai dengan peran nyata (Agus, 2012). Program percepatan pertumbuhan optimal (Accelerated Optimal Growth) didukung melalui peningkatan genetik dan perbaikan lingkungan tempat tumbuh (Agus, 2012). KP4 UGM mengaplikasikan percepatan pertumbuhan optimal secara sinergis melalui peningkatan sifat genetik (GAMA MELON, GAMA ANGGREK, GAMA PADI, GAMA SAPI BALI, GAMA JAGUNG, GAMA AYAM, dan sebagainya) dan rekayasa lingkungan pertumbuhan tanaman (GAMA POT ORGANIK, GAMA BIOGAS, GAMA PERTANIAN TERPADU, GAMA LIMBAH ORGANIK, GAMA-DEC, dan sebagainya).
GAMA BIOENERGI Sumber energi murah sangat penting sebagai bagian yang terintegrasi dari siklus bio, unit produksi biogas untuk mengubah limbah pertanian (terutama limbah ternak berupa pupuk kandang) menjadi bentuk yang berguna sebagai bahan bakar berkelanjutan. Bahan organik dapat diolah melalui siklus dengan baik dan dioptimalkan melalui GAMA Digester, GAMA Pemurnian, dan GAMA Kompresi dalam IBFS untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dengan nilai tambah lingkungan, ekonomi dan sosiobudaya (Agus et al., 2011). KP4 UGM melakukan studi energi biohidrogen menggunakan bakteri E. aerogene. Penggunaan bahan substrat sampah organik bisa lebih efektif dan memiliki dampak yang lebih menguntungkan lingkungan daripada monosakarida murni. Produksi biohidrogen melalui proses biologis dapat dilakukan dengan biophotolysis, fermentasi gelap, dan fermentasi foto. Penelitian Agus et al. (2014) menyimpulkan bahwa fermentasi dan produksi biohidrogen dioptimalkan setelah 24 jam, dengan hasil tertinggi pada konsentrasi substrat 20%.
PENGALAMAN PENGEMBANGAN MELIBATKAN PETANI KECIL Program KKN PPM UGM Paradigma Tridharma di UGM telah bergeser dari semula: Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat secara sendiri-sendiri, menjadi lebih terintegrasi menjadi Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat berbasis Riset. Dengan demikian, UGM mempunyai Program KKN dengan paradigma pemberdayaan berupa Program KKN-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (Program KKN-PPM) yang berbasis Riset melalui pendekatan multidisipliner. Kegiatan ini bersifat wajib (3 SKS) bagi mahasiswa S1, sehingga setiap tahun terdapat sekitar 7.000 mahasiswa diterjunkan ke masyarakat selama 2 bulan. Dengan paradigma pemberdayaan ini, maka harus
Desain dan Pola Pengelolaan Sistem Pertanian Bio-Siklus Dalam Mendukung Kemandirian Pangan dan Energi Cahyono Agus
27
mengikuti prinsip-prinsip: win-win solution, co-creation, co-fiancing, flexibility, dan sustainability. Hasil dan dampak dari tema program harus terukur untuk menjamin terjadinya sustainable improvement dari tema. Program harus dilaksanakan melalui kolaborasi/kerjasama antara UGM dan Pemda, industri, asosiasi profesi, dan lain-lain. Pergeseran paradigma program KKN bertujuan: (a) meningkatkan empati dan kepedulian mahasiswa dan (b) menjamin keberlangsungan tema program, baik dilaksanakan oleh komunitas maupun oleh mahasiswa/lulusan di masa mendatang. Perubahan menyolok dari Program KKN menjadi KKN-PPM adalah dari top down menjadi bottom up, dari work for community menjadi work with community, dari no theme menjadi based on theme or research, dari development paradigm menjadi empowerment paradigm. Program RCE UGM dan DIY merupakan pendukung utama aktivitas Yogyakarta Regional Center for Expertise (RCE-Yogyakarta). Pencanangan dari UNU diberikan ke UGM per tanggal 31 August 2007 dengan Pembentukan Community Empowerment Center (CEC) di setiap kabupaten/kota di DIY. Tujuan dari RCE-Yogyakarta adalah penurunan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat dengan konsep EfSD. Pelaksanaan melalui Program KKN-PPM dengan fokus tema, berupa: (a) pendidikan dasar dan pelatihan: PBA (menggunakan bahasa ibu), pendidikan life-skills, pelatihan guru, dan lain-lain; (b) pelatihan manajemen dan penguatan teknologi dari UKM; (c) eksplorasi, eksploitasi, dan manajemen penyediaan air bersih; (d) manajemen dan pengembangan energi (mikro-hidro, biogas, briket, dan lain-lain); (e) pengembangan Desa Agro-forestry; (f) integrated farming, (g) pencegahan dan deteksi dini bencana, dan lain-lain. Program Early Recovery Assistance (ERA) Korban Gempa Jogja dari UNDP Pedukuhan Puton, Trimulyo, dan Jetis, Kabupaten Bantul merupakan korban utama jalur utama Gempa Jogja 27 Mei 2006, sehingga mengalami kerusakan sangat parah. Hampir seluruh rumah roboh dan rusak berat sebanyak 308 (90%), rumah rusak sedang 27 (8%), rumah rusak ringan 7 rumah (2%). Belum semua KK mendapat penanganan serta memperoleh bantuan memadai untuk rumah sementara, sedangkan sumber penghidupan masyarakat telah hilang. Namun, masyarakat masih mempunyai harapan dan komitmen untuk segera bangkit membangun sendi-sendi kehidupan. KP4 UGM mendapat hibah kompetitf dari United National Development Program (UNDP) untuk melakukan Early Recovery Assistance dengan membangun 125 hunian sementara para korban gempa, dengan mekanisme sebagai berikut: (a) fasilitasi dan penyediaan material untuk 125 rumah tinggal sementara sebelum rumah permanen selesai dibangun, (b) pengontrolan kualitas rumah layak huni sebagai tempat berlindung dari cuaca (hujan, angin, dan panas) yang tidak baik, (c) pemanfaatan kembali material bangunan tempat tinggal sementara sebagai material yang sekaligus dapat dipergunakan untuk pembangunan jangka panjang yang dilakukan secara bertahap, (d) pemberdayaan sikap gotong royong warga untuk membangun rumah sementara dengan gerakan “bangun griyo kulo” secara bersama, serta (e) pendampingan dan monitoring-evaluasi pelaksanaan melalui KKN PPM UGM. Program Livelihood Korban Gempa Jogja dari AIP Hibah mini untuk pemulihan sumber penghidupan masyarakat korban gempa bumi Jateng DIY dari Australian Indonesia Partnership (AIP) mendasarkan pada tiga pilar utama yaitu pemberdayaan kepribadian (personality empowerment), pemberdayaan institusi (institutional empowerment), dan pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Program pemulihan sumber kehidupan direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis melalui proses pembelajaran dan pemberdayaan yang berkelanjutan berdasarkan prioritas potensi yang ada dalam masyarakat dan mitra kerja yang berbasis wilayah maupun kompetensi. Program ini memberikan keleluasaan bagi kemungkinan pengembangan kerja sama dengan institusi baik pemerintah maupun swasta, masyarakat dan mitra kerja lain secara terencana dan berkesinambungan.
28
Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial
Prioritas pemulihan sumber kehidupan keluarga berupa industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang telah digeluti sebelum gempa dan menjadi penopang kehidupan seluruh anggota keluarga tetapi terpaksa terputus karena sarana produksi hancur, diharapkan mampu mempercepat proses pemulihan perekonomian keluarga dan masyarakat. Program pemulihan sumber kehidupan pascagempa akan meningkatkan empati, kepedulian, kerja sama secara multidisipliner, kepribadian, kontribusi daya saing daerah dan mendorong learning community. Program ini ini juga dilaksanakan secara co-creation, co-finance, sustainable, dan flexible. Program yang dilaksanakan terdiri atas: (a) mapping sarana produksi industri kecil rumah tangga secara terpadu; (b) penguatan kelembagaan; (c) perbaikan sarana prasarana produksi yang terpadu dan berkelanjutan; (e) pendampingan KKN PPM intensif, terpadu, dan berkelanjutan dalam pemulihan sumber kehidupan masyarakat; (f) promosi, perbaikan kemasan produk dan perluasan pemasaran; (g) sumber pembiayaan modal usaha mikro untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan; dan (h) rehabilitasi tempat usaha. Program IPTEK bagi Masyarakat (IbM) Ditjen Dikti Kemendikbud Melalui kompetisi hibah IPTEK bagi Masyarakat Ditjen Dikti Kemendikbud, KP4 UGM menjalankan beberapa program IbM melalui transfer teknologi Sistem Pertanian Siklus-Bio Terpadu pada wilayah binaan. Program pengabdian masyarakat melalui transfer dan pendampingan teknologi tepat guna berupa teknologi burger pakan sapi, pembuatan pupuk padat, pembuatan pupuk cair, dan teknologi pengolahan limbah biogas telah dilaksanakan di kelompok ternak Rukun Desa Margoagung, Seyegan, Sleman, melibatkan mahasiswa KKN PPM UGM. IbM juga dilakukan untuk peningkatan produksi susu di koperasi susu Sumber Rejeki di Pudak Wetan, Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur, melalui (a) pemberian suplementasi pakan HQFS, yang merupakan pakan yang kaya kandungan energi, protein dan mineral; (b) pemanfaatan suplementasi HQFS pada sapi perah laktasi umur 1-4 bulan awal laktasi; dan (c) pengenalan teknologi pupuk cair, kompos, dan teknologi biogas. Penerapan Teknologi Tepat Guna Pertanian Terpadu melalui Dana DIPA Melalui dana BOPTN UGM, KP4 UGM telah mengadakan hibah penelitian dan pengabdian masyarakat bagi seluruh peneliti di lingkungan UGM untuk diterapkan langsung kepada masyarakat di wilayah binaan utama sekitar kampus lapangan. Pengembangan Jaringan ABCG untuk pemanfaatan hasil penelitian teknologi tepat guna Gama Pertanian Tropika Terpadu (Agroproduksi dan lingkungan, Agrobisnis, Agroteknologi, Agroindustri, Agrowisata) di Laboratorium Lapangan KP4 UGM dan Mangunan. Program IBUC dan Minopolitan pada Wilayah Sekitar Kampus Program Inspiring Bulaksumur Urban Community (IBUC) dilakukan dengan mengembangkan sabuk hijau pada Kampus Biru UGM melalui pengembangan Kampung Hijau Kreatif Inovatif (KHKI) melibatkan program KKN PPM secara berkelanjutan dengan mitra ABCG. Program pembinaan pendampingan Percontohan Kawasan Minapolitan Nasional dengan program NAWA KRIDA MINA DAYA, juga dilaksanakan bersama mitra ABCG.
PEMBELAJARAN KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN DALAM SCALING UP DAN SARAN UNTUK SCALING UP Faktor pendukung keberhasilan program jelas membutuhkan kontribusi aktif dan nyata dari seluruh stake holder. Untuk itu diperlukan keunggulan pelaksana, program, pengelolaan, keuangan dan, indikator kinerja. Dengan demikian, perlu didorong agar seluruh stake holder mempunyai pengalaman, kemampuan, kemauan, kesempatan, kewenangan, kredibiltas, kepercayaan untuk mendukung keberhasilan, dan kesejahteraan bersama. Pemberdayaan 6M (man, money, material, method, machine, management), yang SERBA TEPAT (tepat orang, tepat waktu, tepat cara, tepat tempat, tepat sasaran, tepat bentuk), melalui kerja
Desain dan Pola Pengelolaan Sistem Pertanian Bio-Siklus Dalam Mendukung Kemandirian Pangan dan Energi Cahyono Agus
29
optimal (kerja keras, kerja cerdas, kerja sama, kerja iklas, kerja tuntas) dengan cara 4K (komunikatif, koordinatif, konsolidatif dan konstruktif) yang KNPI (kreatif, normatif, produktif dan inovatif) perlu terus diupayakan. Prinsip MULAI MO-LIMO (mulai dari sekarang, mulai diri sendiri, mulai dari yang sederhana, mulai dari tempat kita dan mulai dengan yang ada) juga diperlukan agar revitalisasi pertanian benar-benar mempunyai kenyamanan hidup yang berkelanjutan bagi lingkungan dan seluruh kehidupan di bumi ini. Keberhasilan demplot skala kecil agar mampu diperluas dalam program nasional yang lebih luas, memerlukan kesiapan dan penyempurnaan berjenjang secara vertikal dan horizontal, dengan mempertimbangkan local wisdom. Perlu kesiapan konsep besar, perbaikan mind set dan orientasi program, bukan berorientasi proyek, penyamaan persepsi, pemberdayaan seluruh stake holder, sesuai kebutuhan, asas bermanfaat, dari hulu hingga hilir, dengan indikator kinerja, monev internal dan eksternal, tindak lanjut, dan keberlanjutan program. Indikator kunci utama keberhasilan bukanlah penyelesaian pertanggungjawaban administrasi keuangan, SPJ dan kesesuaian pelaksanaan dengan SOP belaka. Faktor penyebab kegagalan program dan scaling up utama adalah adanya kerangka pikir dan pola kerja yang kurang mendukung program berbasis kinerja, sehingga harus segera direvolusi total. Beberapa fator utama adalah karena berorientasi proyek, mementingkan kepentingan dan keuntungan sesaat, individu, kelompok, serta kurangnya pengawasan dan indikator kinerja.
KESIMPULAN Perlu revolusi total untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan energi yang bermartabat dan berkelanjutan, dengan program berbasis kinerja, dengan indikator perbaikan input, proses, output, dan outcomes, yang terpadu, menyeluruh, tidak egosentris, dapat dirasakan secara nyata berupa kesejahteraan bersama, bermartabat, dan berkelanjutan pada aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya. Diperlukan strong strategic, strong leadership, strong regulation, strong implementation, strong commitment, strong participation untuk menciptakan pengelolaan sumber daya alam dan manusia yang mampu mendukung lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan. Pemberdayaan sumber daya lahan (tanah, air, mineral, dan udara), sumber daya hayati (binatang, tumbuhan, manusia, dan makluk hidup lain), serta sumber daya lingkungan (interaksi antar makluk), maupun 6M (man, money, material, machine, method, management) perlu dilakukan secara sinergis dan optimal agar seluruh stake holder mempunyai kemampuan, kemauan, kesempatan dan kewenangan untuk berkontribusi nyata dan mendapatkan manfaat optimal. Peluang kedaulatan pangan sangat potensial untuk dicapai melalui program terpadu dan menyeluruh dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian, diversifikasi pangan, revitalisasi industri pascapanen dan pengolahan pangan, revitalisasi dan restrukturisasi kelembagaan pangan, dan kebijakan makro. Lingkup keamanan pangan terdiri atas infrastruktur, kelembagaan, sistem pengawasan, sistem manajemen, data dan indikator keberhasilan program keamanan pangan. Adanya impor pangan harus mampu menjadi trigger pasar yang telah terbentuk di negeri sendiri untuk diproduksi sendiri, sehingga tidak tergantung lagi kepada dunia luar yang sebenarnya mempunyai sumber daya alam yang lebih rendah. Perlu kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja sama, membangun dalam jaringan ABCG yang harmonis dan sinergis, dengan kekuatan, kecepatan, dan komitmen penuh untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama. Program kedaulatan pangan dan energi bahan organik terbarukan dan berkelanjutan sangat penting untuk segera diimplementasikan, untuk menjaga dan menciptakan lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan. Namun, ini membutuhkan penyempurnaan radikal sehingga formulasinya harus lebih cerdas, luas, mendalam, futuristik, mempunyai roh EfSD, terstruktur, konsisten, kompak, menyeluruh, harmonis, utuh, dan bercirikan outcomes-based program.
30
Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial
DAFTAR PUSTAKA Agus, C., B.H. Sunarminto, B. Suhartanto, A. Pertiwiningrum, I. Setiawan, Wiratni, and D. Pudjowadi. 2011. Integrated bio-cycles farming system for production of bio-gas through GAMA digester, GAMA purification and GAMA compressing. Journal of Japan Institute of Energy 90(11): 1086-1090. Agus, C., E. Sari, N.A. Wibowo, A.B. Sasongko, D. Wulandari, and H.H. Nurjanto. 2014. Organic waste in integrated farming as a source of renewable energy of GAMA bio-hydrogen by bacteria of Enterobacter aerogenes. Presenting paper at the Grand Renewable Energy 2014 (GRE2014) International Conference, 27 July–1 August, 2014 at Tokyo Big Sight, Tokyo, Japan. Agus, C. 2012. Pengelolaan Bahan Organik: Peran dalam Kehidupan dan Lingkungan. KP4 dan BPFE UGM Press. Yogyakarta. 230 hlm. BPS. 2014. Berita Resmi Statistik No. 71/10/Th. XVII, 1 Oktober 2014. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Chan, G.L. 2006. Integrated Farming System. http://www.scizerinm.org/ chanarticle.html (5 September 2014). International Federation of Organic Agriculture Movements, IFOAM. 1998. Basic Standards for Organic Production and Processing. IFOAM. Tholey-Theley. Germany. Koepf, H.H., B.D. Pettersson, and W. Schaumann, 1976. Biodynamic Agriculture. Anthroposophic Press. Spring Valley, New York. Stockdale, E.A. and W.R. Cookson. 2003. Sustainable farming systems and their impact on soil biological fertilitysome case studies. pp. 225-239. In L.K. Abbott and D.V. Murphy (eds). 2003. Soil Biological Fertility. A Key to Sustainable Land Use in Agriculture. Kluwer Ac. Pub. Dordrecht.