i
DESAIN CHAIN OF CUSTODY (CoC) LACAK GETAH PINUS DI KPH BANYUWANGI UTARA PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
IMAM FAUZI SYAMSU
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
i
RINGKASAN IMAM FAUZI SYAMSU E24104062. Desain Chain of Custody (CoC) Lacak Getah Pinus di KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Dibimbing Oleh JUANG RATA MATANGARAN KPH Banyuwangi Utara merupakan salah satu KPH Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang sedang dalam proses sertifikasi hutan berdasarkan standar FSC. Dalam rangka melakukan sertifikasi khususnya pada hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa getah pinus, pihak KPH perlu menyusun prosedur pengelolaan yang sesuai dengan prinsip kelestarian manfaat serta monitoring dan evaluasi. Desain CoC lacak getah pinus merupakan salah satu prosedur yang dapat digunakan dalam usaha pelacakan getah untuk kepentingan sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di KPH Banyuwangi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menguji desain CoC lacak getah pinus yang dilakukan dengan memodifikasi Standard Operational Procedure (SOP) mengenai CoC yang disusun oleh KPH Banyuwangi Utara disesuaikan dengan standar FSC yang berlaku. Penelitian ini diawali dengan observasi pergerakan getah pinus dari hutan hingga diterima di Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) sebagai dasar pembuatan desain CoC yang meliputi desain pergerakan fisik getah, pemberian tanda pada wadah getah, dokumentasi pergerakan getah, dan kontrol produksi maksimal. Kontrol produksi maksimal merupakan standar kelestarian pemanenan getah pinus yang dicari dengan memprediksi produksi maksimal setiap tahun selama 5 tahun kedepan berdasarkan produksi nyata di lapangan dan pendugaan produksi maksimal tegakan yang belum berproduksi menurut data sekunder. Hasil dari pembuatan desain kemudian diujicoba untuk membandingkan penerapan SOP CoC yang disusun oleh KPH Banyuwangi Utara dengan desain pada penelitian ini serta mengetahui kendala dan permasalahan yang ada terkait dengan penerapan CoC. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan SOP tentang CoC yang disusun KPH Banyuwangi Utara belum terlaksana secara optimal dan sesuai dengan standar CoC yang ditetapkan oleh FSC. Hal tersebut dapat dilihat dari belum adanya tanda pada wadah yang jelas dan konsisten, dokumentasi getah yang belum lengkap dan belum adanya perhitungan terhadap standar kelestarian penyadapan getah pinus. Atas dasar kekurangan tersebut, maka pembuatan desain CoC dilakukan untuk memodifikasi SOP KPH Banyuwangi Utara agar sesuai dengan standar FSC mengenai CoC. Modifikasi yang dilakukan meliputi pembuatan desain pergerakan fisik getah yang runtut, pemberian tanda wadah yang jelas dan konsisten, memberlakukan penggunaan dokumen angkutan (FA-HHBK) disertai dengan pengisian dokumen agar saling terkoneksi dan melakukan perhitungan produksi maksimal sebagai standar kelestarian penyadapan getah pinus. Dasar perhitungan produksi maksimal berasal dari penggabungan perhitungan produksi maksimal nyata di hutan dan pendugaan produksi getah pinus untuk tegakan yang akan berproduksi berdasarkan data penelitian Wijayanti (2007). Berdasarkan hasil perhitungan didapat prediksi produksi maksimal rata-rata getah pinus untuk KPH Banyuwangi Utara sebesar 1.154.540,5 Kg/th selama 5 tahun ke depan. Nilai tersebut merupakan standar
ii
kelestarian untuk mengevaluasi tingkat pemanenan getah pinus agar tidak melebihi tingkat pemanenan yang dapat dilestarikan secara permanen (FSC 2004). Uji coba lacak getah dilakukan untuk menguji pelaksanaan kegiatan lacak getah pada desain yang telah dibuat dengan SOP milik KPH Banyuwangi Utara mengenai CoC. Hasil uji coba menunjukkan bahwa secara keseluruhan, SOP KPH Banyuwangi Utara mengenai CoC mengalami kegagalan pada pemeriksaan dokumen maupun fisik wadah getah. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada SOP yang telah disusun tidak ditemukan adanya nomor drum yang konsisten dan penggunaan dokumentasi yang belum lengkap. Sedangkan hasil ujicoba desain CoC lacak getah pada penelitian ini menunjukkan keberhasilan sebesar 91% untuk pelacakan dokumen dan 35% untuk pelacakan fisik wadah getah. Kegagalan dalam pelacakan dokumen terjadi karena terdapat 6 drum sisa persediaan yang belum melewati sistem CoC namun tetap diberikan nomor seri drum dan tercatat dalam dokumentasi CoC tanpa diketahui asal petaknya. Rendahnya tingkat keberhasilan pada pelacakan fisik wadah getah terutama disebabkan oleh hilangnya tanda pada wadah sehingga pelacakan untuk tiap drum tidak dapat dilakukan. Kendala yang ditemukan selama proses uji coba terutama berasal dari sumber daya manusia yang masih memiliki pengetahuan yang minim mengenai CoC disamping faktor perbedaan manajemen antara KPH dengan PGT dan faktor teknis seperti pemberian tanda wadah yang mudah hilang dan penggunaan dokumentasi getah yang belum lengkap. Sehingga sangat disarankan, pihak KPH Banyuwangi Utara mampu memberikan penyuluhan lebih mendalam kepada para pekerjanya mengenai CoC serta mencari solusi dari permasalahan teknis yang dapat menghambat pelaksanaan CoC. Kata kunci : FSC, CoC, produksi maksimal, getah pinus, SOP
i
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Chain of Custody (CoC) Lacak Getah Pinus di KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bmbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2009
Imam Fauzi Syamsu NRP E 24104062
i
DESAIN CHAIN OF CUSTODY (CoC) LACAK GETAH PINUS DI KPH BANYUWANGI UTARA PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
IMAM FAUZI SYAMSU
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
i
Judul Skripsi
: Desain Chain of Custody (CoC) Lacak Getah Pinus di KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
Nama
: Imam Fauzi Syamsu
NIM
: E24104062
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Sub Program Studi : Pemanenan Hasil Hutan
Menyetujui : Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS. NIP. 131 760 833
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr. NIP. 131 578 788
Tanggal Lulus :
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Desain Chain of Custody (CoC) Lacak Getah Pinus di KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Hal yang mendasari pembuatan skripsi ini adalah proses sertifikasi hutan yang sedang dijalani oleh KPH Banyuwangi Utara menurut prinsip dan kriteria Forest Stewardship Council (FSC). Dalam rangka mendapatkan sertifikasi tersebut, KPH Banyuwangi telah membuat beberapa prosedur terkait dengan CoC pada hasil hutan sebagai fungsi monitoring dan evaluasi. Salah satu prosedur tersebut diterapkan pada hasil hutan berupa getah pinus untuk mengatur pelaksanaan penyadapan getah pinus agar dapat terlacak dari pabrik hingga ke hutan dalam rangka CoC. Namun pada prosedur tersebut, masih ditemukan beberapa hal yang belum sesuai dengan standar CoC yang telah ditetapkan oleh FSC. Kekurangan tersebut dapat menyebabkan pelaksanaan CoC tidak dapat diterapkan, sehingga berakibat getah pinus tidak dapat terlacak. Skripsi ini disusun untuk masukan penyempurnaan prosedur CoC getah pinus yang telah ada di KPH Banyuwangi Utara sehingga getah dapat dilacak untuk kepentingan sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL). Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar- besarnya kepada : 1. Keluarga penulis atas doa dan dorongan baik secara moril maupun materiil. 2. Bapak Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS. atas bimbingan dan arahannya. 3. Bapak Ir. Edje Djamhuri dan Dr. Ir. Jarwadi B Hernowo, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan nasehat yang berarti bagi penulis. 4. Bapak Ir Srijono selaku Administratur dan Bapak Asep Saepudin, S. Hut selaku Wakil Administratur KPH Banyuwangi Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan pengambilan data di lapangan.
i
5. Kakak senior dan saudara-saudara penulis di RIMPALA Fahutan IPB yang telah memberikan ilmu pengetahuan, semangat, serta dorongan moril. 6. Teman-teman penulis di Departemen Hasil Hutan khususnya di Laboratotrium Analisis dan Keteknikan Pemanenan atas doa dan dorongan morilnya. 7. Teman-teman penulis di Fakultas Kehutanan IPB atas doa dan dorongan morilnya. 8. Pihak-pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu Demikian penulisan skripsi ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kehutanan.
Bogor, Februari 2009
Penulis
i
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 2 November 1985 sebagai putera terakhir dari pasangan Drs. H. Syamsu Hidayat dan Hj. Siti Mabunia Farida. Pada tahun 1992 penulis masuk SDNP IKIP Jakarta. Tahun 1998 penulis menyelesaikan Sekolah Dasar dan melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 109 Jakarta sampai tahun 2001. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMU 71 Jakarta dan menyelesaikan pendidikannya di tahun 2004. Pada tahun tersebut penulis melanjutkan pendidikan Sarjana S1 di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih jurusan Teknologi Hasil Hutan, Departemen Teknologi Hasil hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis pernah aktif di organisasi kemahasiswaan Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) dari tahun 2005-sekarang dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum untuk periode 2005-2006. Selain itu penulis juga aktif di organisasi luar IPB yaitu sebagai anggota Korps Sukarelawan PMI Cabang Kota Bogor dan Volenteer Lembaga Studi Ular ”SIOUX”. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Inventarisasi Hutan pada tahun ajaran 20052006, asisten mata kuliah Operasi Pemanenan Hutan pada tahun ajaran 2008-2009 dan asisten untuk mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah (IUTPW) pada tahun ajaran 2008-2009. Dalam menjalani masa studi di IPB, penulis pernah mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) yang dilaksanakan di beberapa KPH Perum Perhutani yakni KPH Banyumas Timur, KPH Banyumas Barat, dan KPH Ngawi. Pada bulan Maret hingga Mei, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berlokasi di KPH Banyuwangi Utara. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ”Desain Chain of Custody (CoC) Lacak Getah d KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur” yang dibimbing oleh Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS.
i
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... i DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. vii BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Tujuan ..................................................................................... 2 1.3 Manfaat .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3 2.1 Pohon Pinus dan Produktivitasnya ........................................... 3 2.2 Penyadapan Getah Pinus di Perum Perhutani ........................... 7 2.3 Tata Usaha Hasil Hutan (TUHH) Getah Pinus di Perum Perhutani .................................................................................. 8 2.4 Sertifikasi Hutan dan Chain of Custody (CoC).......................... 10 2.5 CoC pada Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ........................... 13 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 15 3.1 Batasan Penelitian .................................................................... 15 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 15 3.3 Alat dan Bahan ......................................................................... 15 3.4 Tahapan Penelitian .................................................................. 15 3.4.1 Observasi Lapang ............................................................... 16 3.4.2 Pembuatan Desain CoC Lacak Getah Pinus ........................ 16 3.4.2.1 Pergerakan Fisik Getah Pinus........................................ 17 3.4.2.2 Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus................... 18 3.4.2.3 Dokumentasi Pergerakan Getah Pinus ........................... 18 3.4.2.4 Produksi Maksimal Getah Pinus.................................... 19 3.4.3 Uji Coba Desain CoC Lacak Getah Pinus............................ 23 3.4.4 Penentuan Keberhasilan Desain CoC Lacak Getah Pinus .... 25
ii
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 27 4.1 Letak dan Luas ........................................................................ 27 4.2 Keadaan Lapangan .................................................................. 28 4.2.1 Topografi dan Kelerengan................................................... 28 4.2.2 Geologi dan Tanah.............................................................. 28 4.3 Iklim dan Curah Hujan ............................................................. 29 4.4 Potensi Sumber Daya Hutan KPH Banyuwangi Utara .............. 29 4.5 Potensi Sumber Daya Hutan di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara........................................... 29 4.6 Kondisi Tegakan Pinus di RPH Gombeng................................. 30 4.6.1 Potensi Tegakan Pinus ........................................................ 30 4.6.2 Produktivitas Getah Pinus ................................................... 31 4.7 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Penyadap ....................... 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 33 5.1 Pelaksanaan Penyadapan Getah Pinus Sebelum Desain CoC Lacak Getah Pinus .................................................................... 33 5.1.1 Pergerakan Fisik Getah Pinus.............................................. 33 5.1.1.1 Kegiatan Penyadapan Getah Pinus di Hutan .................. 33 5.1.1.2 Kegiatan Penerimaan Getah Pinus di TPG..................... 35 5.1.1.3 Kegiatan Penerimaan Getah Pinus di PGT..................... 37 5.1.2 Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus ........................ 38 5.1.3 Dokumentasi Pergerakan Getah Pinus................................. 39 5.1.4 Permasalahan Pergerakan Getah Dalam Rangka Pembuatan Desain CoC Lacak Getah Pinus........................................... 40 5.2 Pembuatan Desain CoC Lacak Getah Pinus .............................. 42 5.2.1 Pergerakan Fisik Getah Pinus.............................................. 42 5.2.2 Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus ........................ 45 5.2.3 Dokumentasi Pergerakan Getah Pinus................................. 47 5.3 Produksi Maksimal Getah Pinus ............................................... 49 5.3.1 Penentuan Alternatif Perhitungan Produksi Nyata Getah Pinus .................................................................................. 51 5.3.2 Produksi Maksimal Nyata Getah Pinus ............................... 52
iii
5.3.3 Pendugaan Produksi Maksimal Getah Pinus Untuk Tegakan yang Akan Berproduksi ..................................................... 53 5.3.4 Prediksi Produksi Maksimal Getah Pinus di KPH Banyuwangi Utara .............................................................. 55 5.4 Uji Coba Pelaksanaan Lacak Getah Pinus ................................. 57 5.4.1 Layout TPG Ujicoba Desain CoC Lacak Getah Pinus ......... 58 5.4.2 Uji
Coba
Pengendalian
Lacak
Getah
Pinus
Berdasarkan
SOP
Pergerakan/Aliran Getah Pinus Dalam
Rangka CoC KPH Banyuwangi Utara ................................. 60 5.4.3 Uji Coba Lacak Getah Pinus Berdasarkan Desain CoC Lacak Getah Pinus .............................................................. 61 5.5 Identifikasi Kendala yang Ditemukan Pada Penerapan Desain CoC Lacak Getah Pinus ............................................................ 62 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 66 6.1 Kesimpulan .............................................................................. 66 6.2 Saran ........................................................................................ 67 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 68 LAMPIRAN ................................................................................................ 71
iv
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Produksi Getah Tiap Tahun pada Beberapa Jenis Pinus ........................... 4 2. Hubungan Antara Produksi Getah dengan Umur Tegakan Pinus.............. 5 3. Dokumen tata usaha hasil hutan bukan kayu berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan dan SOP Pengendalian Pergerakan/Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC........................................................................ 19 4. Kondisi petak penelitian berikut pohon contoh yang diambil................... 20 5. Kondisi petak penelitian KPH Kediri berikut pohon contoh yang diambil 22 6. Informasi yang diperiksa pada dokumen tata usaha hasil hutan bukan kayu dalam rangka CoC lacak getah pinus............................................... 24 7. Kelas Hutan RPH Gombeng.................................................................... 29 8. Potensi Tegakan Pinus di RPH Gombeng................................................ 30 9. Rencana Sadapan Pinus KPH Banyuwangi Utara .................................... 31 10. Produktivitas penyadapan getah pinus di KPH Banyuwangi Utara Tahun 2005-2007............................................................................................... 31 11. Kondisi LMDH bidang sadapan getah pinus yang terdapat di RPH Gombeng ................................................................................................ 32 12. Hasil pengamatan penyadapan getah pinus di hutan ................................ 34 13. Hasil pengamatan penerimaan getah pinus di TPG .................................. 35 14. Hasil pengamatan penerimaan getah pinus di PGT Garahan-Jember........ 37 15. Dokumen tata usaha penyadapan getah pinus berikut informasi yang terdapat didalamnya berdasarkan hasil pengamatan di lapangan .............. 39 16. Desain dokumentasi tata usaha penyadapan getah pinus berikut informasi yang harus terdapat didalamnya dalam rangka CoC lacak getah pinus.............................................................................................. 47 17. Perkembangan produksi getah pinus KPH Banyuwangi Utara tahun 2003-2007............................................................................................... 50 18. Perbandingan produksi nyata getah pinus di hutan, TPG, dan data sekunder KPH Banyuwangi Utara ........................................................... 51
v
19. Produksi maksimal getah pinus untuk KU VI dan KU VII berdasarkan perhitungan produksi nyata ..................................................................... 52 20. Kesesuaian kondisi lapangan KPH Kediri dengan KPH Banyuwangi Utara ....................................................................................................... 53 21. Pendugaan produksi maksimal getah pinus untuk KU III, KU IV, dan KU V ...................................................................................................... 54 22. Prediksi produksi maksimal KPH Banyuwangi Utara 5 tahun ke depan... 56 23. Kondisi TPG untuk pelaksanaan uji coba CoC lacak getah pinus............. 57 24. Persentase keberhasilan lacak getah berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan/Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC KPH Banyuwangi Utara tahun 2008..................................................................................... 60 25. Persentase keberhasilan lacak getah berdasarkan desain CoC lacak getah pinus ....................................................................................................... 61
vi
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Skema desain CoC lacak getah pinus....................................................... 17 2. Mekanisme pemberian tanda pada wadah getah pinus ............................. 18 3. Bagan penelusuran dokumen dan wadah getah dalam rangka implementasi CoC lacak getah pinus ....................................................... 26 4. Pemberian tanda fisik wadah getah berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan/Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC KPH Banyuwangi Utara 2008 .............................................................................................. 39 5. Desain pergerakan fisik getah dalam rangka CoC lacak getah pinus ........ 43 6. Desain pemberian tanda fisik wadah getah dalam rangka CoC lacak getah pinus.............................................................................................. 45 7. Sketsa layout TPG II (Sumberdilem) ....................................................... 58 8. Sketsa layout TPG III (Matamin) ............................................................ 59
vii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Bagan Alur Fisik Getah Berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan/ Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC ................................................. 72 2. Informasi pada Label dan Tata Usaha Getah Pinus Berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan/ Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC ........ 73 3. Kegiatan Penyadapan Getah Sebelum Desain CoC Lacak Getah Pinus.... 74 4. Pengangkutan dan Penerimaan Getah Pinus di PGT ................................ 75 5. Desain Pergerakan Getah di TPG Dalam Rangka CoC Lacak Getah Pinus....................................................................................................... 76 6. Desain Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus ................................. 77 7. Teknis Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus ................................. 78 8. Desain Dokumentasi Pergerakan Getah Pinus ......................................... 79 9. Kondisi Tegakan Pinus di KPH Banyuwangi Utara Berdasarkan Pembagian Kelas Umur (KU).................................................................. 80 10. Kondisi Fisik Pinus KU VI...................................................................... 82 11. Kondisi Fisik Pinus KU VII .................................................................... 83 12. Pengolahan Data Hasil Penimbangan Getah di Hutan.............................. 84 13. Pengolahan Data Hasil Pengamatan Penimbangan Getah di TPG ............ 87 14. Pengolahan Data Berat Getah Pinus di KPH (Data Sekunder).................. 89 15. Hasil Perhitungan Produksi Nyata dan Pendugaan Getah Pinus untuk Tegakan yang Belum Berproduksi........................................................... 90 16. Prediksi Produksi Maksimal Jangka 5 Tahun ke Depan........................... 92 17. Hasil Pengamatan Ujicoba SOP Pengendalian Pergerakan / Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC KPH Banyuwangi Utara ................................ 93 18. Hasil Pengamatan Ujicoba Desain CoC Lacak Getah Pinus..................... 96
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perhatian dunia terhadap masalah perusakan hutan dan menurunnya kualitas
hutan telah menimbulkan kepedulian dan inisiatif pada tingkat internasional maupun nasional. Kepedulian terhadap pengelolaan hutan lestari memunculkan suatu gagasan agar dibentuk suatu sistem pemantauan dan pelaporan mengenai perubahan kualitas lahan dan tegakan hutan karena adanya kegiatan pengelolaan hutan. Dipasar dunia terutama Eropa dan Amerika telah muncul tekanan dan desakan atas pentingnya identifikasi hasil hutan berasal dari hutan dengan pengelolaan lestari. Untuk merealisasikan tersebut, maka sistem sertifikasi dipandang sebagai satu alat yang dapat digunakan untuk memantau dan melaporkan kejelasan asal usul hasil hutan (Anwar 2000). Perhutani sebagai lembaga milik negara yang bertugas mengelola kawasan hutan di Pulau Jawa telah menunjukkan kepedulian atas pengelolaan hutan lestari dengan melakukan sertifikasi terhadap keseluruhan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang terdapat didalamnya. Kegiatan sertifikasi yang dilakukan oleh pihak ketiga yang independen dilakukan agar produk hasil hutan perhutani mampu mendapat jaminan bahwa produk tersebut berasal dari hutan yang dikelola secara lestari. KPH Banyuwangi Utara merupakan salah satu KPH di wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang sedang menjalani proses sertifikasi dengan mengacu pada prinsip dan kriteria Forest Stewardship Council (FSC). Beberapa usaha telah dilakukan dalam usaha pencapaian sertifikasi yang salah satunya adalah pembuatan sistem yang mengatur pelaksanaan pengelolaan hutan agar berjalan secara lestari. Namun dalam usahanya, KPH Banyuwangi Utara belum menyiapkan sistem mengenai pengelolaan pergerakan getah pinus yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh FSC. Menurut FSC (1996) pada prinsip ke-5 tentang kelestarian manfaat dari hutan, getah pinus yang termasuk hasil hutan bukan kayu (HHBK) tersebut perlu dikelola secara lestari agar pemanenan yang dilakukan tidak melebihi tingkat yang dapat dilestarikan secara permanen. Melihat pentingnya hal tersebut dan perlunya mekanisme pelaporan dan
2
pemantauan hasil hutan sesuai dengan prinsip ke-8 FSC (1996), maka perlu dibuat suatu sistem pengelolaan HHBK getah pinus yang mampu memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan berasal dari hutan dengan pengelolaan lestari. Desain Chain of Custody (CoC) lacak getah pinus merupakan salah satu usaha yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi asal usul getah pinus sesuai dengan prinsip dan kriteria FSC. Dengan adanya pembuatan desain tersebut maka getah pinus mampu mendapat jaminan telah berasal dari hutan yang dikelola secara lestari dan KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur mampu mendapatkan sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) atas pengelolaan hutan pinus yang terdapat di dalam wilayahnya. 1.2
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah :
1. Membuat desain CoC lacak getah pinus 2. Menguji desain CoC lacak getah pinus 3. Mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi pada pelaksanaan CoC lacak getah pinus 1.3
Manfaat Pembuatan desain CoC lacak getah dapat digunakan dalam kegiatan
pelacakan getah untuk kepentingan sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di KPH Banyuwangi Utara.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pohon Pinus dan Produktivitasnya Tusam termasuk kayu daun jarum (konifer) dengan nama famili pinaceae.
Ciri-ciri tusam dapat ditemukan pada daunnya yang berbentuk jarum dan terdapat dalam berkas yang terdiri dari 2 sampai 3 helai, pangkal tiap berkas daun diliputi oleh beberapa sisik tipis bangun tubuh (Darmawan et al. 2000). Hampir keseluruhan dari bagian pohon tusam (pinus) dapat dimanfaatkan baik kayu, daun, maupun getahnya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa pinus memiliki pertumbuhan optimum pada ketinggian 400-1500 mdpl. Perakaran pinus sangat dalam, terdiri dari akar tunggang dan banyak akar-akar lateral yang membantu distribusi air tanah secara kontinyu. Jenis ini dapat bertahan terhadap kekurangan zat asam selama 40-50 hari. Batang pohon pinus memiliki kulit yang tebal dan relatif tahan terhadap kebakaran hutan (Darsidi 1983). Salah satu jenis tanaman tusam yang memiliki penyebaran terluas di Indonesia setelah jati adalah tusam jenis Pinus merkusii. Pinus merkusii pertama kali ditemukan dengan nama tusam di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seorang botanis jerman bernama Dr. F. R. Junghuhn pada 1841 (Purwadi dan Rusli 1994). Pohon pinus yang terdapat di KPH Banyuwangi Utara termasuk jenis Pinus merkusii yang menurut Darsidi (1983), pertumbuhannya dapat mencapai tinggi maksimum 70 meter tetapi umumnya mencapai tinggi 35 meter. Pinus jenis ini tumbuh pada tanah yang kurang subur dan pada tipe iklim tipe A dan B menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson dengan curah hujan minimal 1500 mm/tahun. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya berkisar antara 170C dan 270C, dimana juga cahaya sangat berpengaruh bagi pertumbuhan pinus. Pinus merupakan pohon yang berpotensi menghasilkan getah. Getah yang dihasilkan dari pohon pinus adalah hasil dari sebagian proses fisiologi pohon. Getah dapat diambil dari pohon pinus yang telah masak sadap melalui penyadapan. Pohon pinus dianggap sudah masak sadap bila telah mencapai umur 11 tahun atau bila diameter pohonnya telah mencapai 18 cm. Potensi getah setiap
4
hektarnya bervariasi tergantung pada cara dan kondisi penanaman yang dilakukan disamping keadaan pohon pinus itu sendiri sangat ditentukan oleh faktor-faktor setempat (Ditjen Kehutanan 1973). Produksi getah pinus dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Jenis Pohon Sugiyono (2001) mengatakan bahwa produksi getah pada setiap jenis Pinus berbeda-beda. Pinus yang umum berada di wilayah pulau Jawa adalah Pinus merkusii dengan produksi getah tertinggi kedua setelah Pinus kasya (Tabel 1). Tabel 1 Produksi Getah Tiap Tahun pada Beberapa Jenis Pinus Jenis Pinus kasya Pinus merkusii Pinus palustris Pinus maritima Pinus longifolia Pinus austriaco Pinus exelsa Sumber : Sugiyono, 2001
Produksi getah (Kg/phn/thn) 7.0 6.0 4.2 3.2 2.5 2.1 1.2
2. Diameter, Tajuk, dan Tinggi Pohon Panshin et al. (1950) menyebutkan bahwa naval store yang baik yaitu pohon dengan hasil getah yang banyak, dicirikan dengan lingkaran tahun yang lebar, tajuk rata atau penuh dan berbentuk kerucut, dan memiliki tinggi tajuk yang berukuran setengah dari tinggi pohonnya. Namun keadaan diameter tersebut sangat dipengaruhi oleh umur pohon, dimana pohon yang masih muda dengan diameter sama dengan pohon yang lebih tua cenderung menghasilkan getah yang lebih banyak. 3. Umur Tegakan Menurut Sofyan (1999), produksi getah pinus selain dipengaruhi oleh ketinggian tempat juga dipengaruhi umur pohon. Semakin tua suatu pohon pinus maka semakin tinggi produksi getah yang dihasilkan. Tegakan Pinus merkusii yang berumur muda cenderung menghasilkan getah yang lebih banyak daripada yang berumur tua. Berpengaruhnya kelas umur terhadap produksi getah juga dikatakan oleh Poedjoraharjo dan Kamarudin (1933) yang telah melakukan penelitian di Jawa Timur pada bulan November 1990. Dari
5
hasil yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara pertambahan umur pohon dengan produksi getah yang dihasilkan. Tabel 2 Hubungan Antara Produksi Getah dengan Umur Tegakan Pinus Umur daur Rata-rata diameter (th) (cm) 15 28 20 34 25 38 30 41 35 43 40 45 45 46 50 48 55 49 60 49 Sumber : Poedjorahardjo dan Kamarudin, 1993
Produksi getah (g/ph/hr) 6 7 7 8 8 9 10 10 11 12
4. Kerapatan Jumlah Pohon per Hektar Menurut Harfeni (1998), produksi getah tiap hektar tegakan pinus merupakan seluruh hasil yang disadap yang terdapat di dalam kawasan tersebut. Sehingga apabila kerapatan tegakan adalan N pohon per hektar dan produksi rata-rata tiap pohon adalah P gam, maka hasil getah dalam satu hektar kawasan yang bersangkutan adalah N x P gam. Dengan diadakannya penjarangan (bila tegakan masih terlalu rapat) maka produksi getah per pohon dapat naik, sebaliknya jumlah pohon pohon per hektar berkurang. 5. Ketinggian Tempat Hermawan (1992) yang melakukan penelitian di KPH Kediri dan KPH Lawu DS, mengemukakan bahwa tegakan pinus yang tumbuh pada elevasi rendah (sampai dengan 500 mdpl) memiliki produksi yang tinggi apabila dibandingkan dengan tegakan pinus dengan elevasi yang sedang (500-1000 mdpl) dan tinggi (diatas 1000 mdpl). Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi elevasi maka suhu udara semakin dingin sehingga menyebabkan getah cepat membeku dan menutup saluran getah. 6. Metode Penyadapan dan Arah Penyadapan Soetomo (1968) mengemukakan potensi getah yang dapat dipungut setiap tahun dengan cara Quare adalah 0,5 ton per hektar tiap tahunnya. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Kasmudjo (1992) menunjukkan bahwa pemberian bahan stimulansia (campuran asam sulfat dan nitrat) memberikan produksi getah pinus sebesar 18%-34% atau rata-rata 22% untuk konsentrasi
6
7,5% dan yang terbaik pada tegakan berumur 18 tahun dengan konsentrasi 15% memberi kenaikan 36%-76% atau rata-rata 33%. Menurut Rochiyat dan Sukawi (1978), penyadapan getah pinus dengan metode Quare dengan arah sadap menghadap Timur akan lebih cepat mendapatkan penyinaran matahari, sehingga saluran akan terbuka lebih lama dan menjadikan getah tidak cepat menggumpal karena suhu yang relatif tinggi. 7. Kekerasan dan Intensitas Penjarangan Menurut Panshin et al. (1950) jumlah pohon yang baik untuk kelas perusahaan pinus adalah 200-400 batang setiap hektar untuk pohon-pohon yang masak sadap (umur 10 tahun ke atas). Pengaturan tingkat kerapatan tegakan sesuai ketentuan tersebut dengan cara penjarangan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi getah hingga diperoleh jumlah N x P gram yang optimum (Harfeni 1998). Riyanto (1980) menjelaskan, kesinambungan keluarnya getah pada sadapan antara lain ditentukan oleh aktifitas penyadap dalam pembaharuan luka tiga hari sekali setiap koakan. Jumlah pohon yang dikerjakan oleh penyadap dalam siklus tiga hari adalah 800-1000 pohon dengan satu koakan tiap pohon. 8. Tenaga Penyadap Potensi keluarnya getah secara kualitatif pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor aktif dan faktor pasif. Salah satu dari faktor aktif tersebut menyangkut kualitas dan kuantitas tenaga sadap. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap tingkat produksi getah pinus yang dihasilkan (Riyanto 1980). Menurut Mahar (1990), tegakan Pinus merkusii yang produktif untuk disadap di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah adalah KU III sampai KU VI atau berumur 11 tahun hingga 30 tahun. Produksi yang dapat dicapai Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah rata-rata sebesar 50 kg/ha/tahun dengan hasil rata-rata sebesar 2,5 kg per hari atau 75 kg per bulan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan antara bulan Oktober 1990 sampai Maret 1991 pada lahan berbonita IV, KU IV dan KU V memberikan hasil sadapan rata-rata per Ha per hari sebagai berikut :
7
1. Tegakan dilokasi dengan elevasi < 500 mdpl mempunyai produksi per Ha terendah adalah 2,660 g dan tertinggi 7,895 g dengan rata-rata 5,846 g 2. Tegakan dilokasi dengan elevasi 500-1000 mdpl mempunyai produksi per Ha terendah adalah 3,421 g dan tertinggi 5,829 g dengan rata-rata 4,096 g 3. Tegakan dilokasi dengan elevasi > 1000 mdpl mempunyai produksi per Ha terendah adalah 2,224 g dan tertinggi 3,889 g dengan rata-rata 3,090 g. 2.2
Penyadapan Getah Pinus di Perum Perhutani Menurut Idris dan Soenarno (1983), penyadapan getah pinus merupakan
kegiatan di bidang kehutanan yang tidak asing lagi dalam pemungutan hasil dari tegakan pinus. Cara-cara penyadapan getah tersebut selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kehutanan dan pengalamanpengalaman di lapangan. Umumnya pelaksanaan penyadapan getah pinus yang dilakukan di Perum Perhutani menggunakan sistem quare. Cara penyadapan getah pinus sesuai Petunjuk Penyadapan Getah Pinus (Perum Perhutani 2006) dengan sistem quare adalah : 1. Kegiatan Prasadap Pada tahap prasadap kegiatan yang dilakukan meliputi sensus dan pemberian nomor pohon, pembagian blok sadap, pembersihan lapangan sadapan pembersihan kulit pohon, pembuatan rencana quare, serta penyediaan alat-alat dan perlengkapan sadap. Pelaksanaan kegiatan prasadap ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi tenaga penyadap maupun mandor sadap dalam melakukan 2. Pelaksanaan Sadap Buka Pelaksanaan sadap buka dilakukan setelah tahapan prasadap. Pada tahap ini penyadap melakukan pembuatan quare permulaan setinggi 20 cm dari permukaan tanah dengan ukuran lebar maksimal 6 cm, tinggi 10 cm dari permukaan tanah dengan kedalaman tidak lebih dari 1,5 cm. Sadap buka dilakukan pada tegakan pinus yang telah mencapai umur 11 tahun atau telah mencapai keliling sebesar 63 cm.
8
Pada bagian bawah quare dipasang talang yang kemudian dibawah talang tersebut diletakkan tempurung kelapa untuk menampung getah yang telah keluar. Talang dan tempurung harus dinaikkan setiap quare bertambah 30 cm. 3. Pelaksanaan Sadap Lanjut Sadap lanjut merupakan cara dalam melakukan pembaharuan luka dari quare yang telah ada. Jumlah quare pada satu pohon dalam pelaksanaan pembaharuan luka harus memperhatikan kriteria sebagai berikut : a. Keliling 65-124 sebanyak 1 quare hidup b. Keliling 125-175 sebanyak 2 quare hidup c. Keliling 176-Up sebanyak 4 quare hidup Setelah dilakukan pembuatan quare awal dan pembaharuan luka, maka kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah pemungutan getah. Pemungutan getah umumnya dilakukan setiap 9-10 hari dengan menggunakan alat keruk yang kemudian langsung dibawa ke tempat pengumpulan getah (TPG). Untuk pohon pinus yang bocor getah, pemungutan getah dilakukan setiap 7 hari sekali Getah yang diterima di TPG ditimbang beratnya, ditentukan mutunya, dan dibuang kandungan air serta kotorannya hingga didapat kadar yang diperbolehkan yaitu sebesar 5%. Setalah diperiksa, getah tersebut kemudian didiamkan beberapa waktu hingga siap diangkut ke pabrik gondorukem dan terpentin (PGT) dengan jangka waktu tidak boleh lebih dari 7 hari. 2.3
Tata Usaha Hasil Hutan (TUHH) Getah Pinus di Perum Perhutani Menurut buku Buku Petunjuk Penyadapan Getah Pinus (2006), dalam
rangka tertib fisik maupun administrasi dan kepentingan pengawasan serta pengendalian, diperlukan dukungan pelaksanaan administrasi yang memadai, meliputi : 1. Penerimaan Penerimaan getah di TPG, mandor penerimaan wajib menggunakan blangko DK.PHT.02c. pembayaran.
dan
gabungannya
DK.PHT.305/2,
dilampiri
kuitansi
9
2. Pengangkutan a. Pengangkutan getah dari TPG ke PGT dalam wilayah KPH, wajib menggunakan blangko DK.PHT.21/3 dan gabungannya DK305a/2 dilampiri kuitansi pembayaran. b. Pengangkutan getah dari TPG ke PGT KPH lain,wajib menggunakan SKSHH dilampiri DK.PHT.09 serta dilengkapi Perni 51. c. Apabila pengangkutan getah diperlukan angkutan antara,maka wajib menggunakan blangko DK.PHT.21a/3 dan gabungannya menggunakan blangko DK 305 b/2. 3. Pembetulan Apabila terdapat perubahan volume atau mutu akibat penerimaan di PGT, maka Mandor Penerimaan wajib membuat daftar pembetulan dengan menggunakan blangko DK 306 sebagai dasar penyesuaian persediaan. 4. Sisa Persediaan a. Setiap hari Mandor Penerimaan wajib membuat Pertelaan Persediaan Getah di TPG menggunakan blangko DK 307. b. Setiap akhir periode pembayaran Mandor Penerimaan wajib membuat laporan : 1) Sisa persediaan getah di TPG menggunakan blangko DK 328 b. 2) Laporan Perubahan Hasil Hutan atas dasar bukti-bukti penambahan, pengurangan, dan pembetulan menggunakan blangko 311 b. c. Setiap bulan Mandor Penerimaan wajib membuat Laporan Mutasi Getah di TPG menggunakan blangko DK.PHT12. 5. Pelaporan a. Asper/KBKPH mengirimkan Laporan Kemajuan Produksi Getah secara harian ke KPH meliputi : Produksi, angkutan, sisa persediaan. b. KPH wajib mengirimkan Laporan Kemajuan Produksi Getah ke Unit setiap periode, meliputi : Produksi, angkutan, sisa persediaan. c. Unit wajib mengirimkan Laporan Kemajuan Produksi Getah ke Direksi setiap periode/2 (dua) minggu sekali, meliputi : Produksi, angkutan, sisa persediaan.
10
2.4
Sertifikasi Hutan dan Chain of Custody (CoC) Pengelolaan hutan tanaman lestari didefinisikan sebagai suatu bentuk
pengelolaan hutan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi hasil hutan kayu, dan memberikan manfaat yang besar bagi rakyat baik dalam bentuk hasil hutan maupun jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian ekosistem dalam rentang waktu yang panjang. Berdasarkan tekanan dan desakan atas identifikasi hasil hutan harus berasal dari hutan dengan pengelolaan lestari maka sistem sertifikasi dipandang sebagai salah satu alat yang dapat digunakan untuk memantau dan melaporkan asal usul bahan kayu. Sertifikasi adalah suatu nilai dalam bentuk pernyataan tertulis mengenai asal bahan baku kayu dan status atau kualifikasinya yang diperiksa oleh badan ke tiga yang independen (Anwar 2000). Badan sertifikasi hutan FSC menurut Anwar (2000), menekankan bahwa pengelolaan hutan lestari harus didasarkan pada : 1. Kelayakan lingkungan (environmental appropriate) yaitu pemanenan hasil hutan kayu dan non kayu harus memperhatikan keanekaragaman dan produktivitas hutan serta proses ekologinya. 2. Manfaat sosial (social beneficial) yaitu masyarakat local mendapatkan manfaat dari kegiatan pemanenan hutan dalam kurun waktu yang panjang. 3. Kelayakan ekonomi (economically viable) yaitu hasil hutan memiliki nilai ekonomi yang wajar dan hal ini tercermin dari perbandingan harga produksi hasil hutan dengan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan dapat dijadikan modal kembali didalam memelihara keberadaan sumber daya hutan. CoC merupakan salah satu bagian dalam usaha penilaian sertifikasi hutan lestari oleh pihak ke tiga yang independen. CoC adalah suatu rangkaian proses pelacakan produk hasil hutan dari kegiatan di dalam hutan, transportasi menuju industri, keseluruhan fase produksi dalam industri hingga produk tersebut dapat dijual kepada konsumen dengan tujuan memisahkan produk yang telah tersertifikasi dengan produk yang tidak tersertifikasi (Gomes et al. 2002). Standard FSC mengenai CoC seperti yang telah dikutip oleh Gomes et al. (2002), memiliki 6 prinsip yaitu :
11
1. Sistem pengendalian dokumen, dimana suatu perusahaan perlu melakukan suatu sistem pengendalian dokumen mengenai produk hasil hutan sesuai dengan prinsip CoC yang telah ditetapkan secara spesifik. 2. Konfirmasi dari input, yaitu suatu sistem yang menjamin bahwa input yang ada merupakan input yang tersertifikasi 3. Separasi dan/atau penandaan hasil hutan yang tersertifikasi dengan hasil hutan yang belum tersertifikasi, yaitu suatu sistem yang menjamin suatu input telah diterima dan secara jelas telah diberi tanda (label) sebagai input yang tersertifikasi untuk diidentifikasi lebih lanjut dan dipisahkan dengan input yang tidak tersertifikasi. 4. Label pengamanan produk, yaitu suatu sistem pengamanan yang dioperasikan oleh perusahaan terhadap pemberian label sertifikasi dari suatu badan sertifikat yang sah secara hukum. 5. Identifikasi dari output yang tersertifikasi, yaitu suatu produk (output) yang telah tersertifikasi harus memiliki label sertifikat dan memiliki identitas yang tertera dengan jelas. Indentitas yang harus dimiliki oputput tersebut adalah deskripsi produk, catatan mengenai volume dan kuantitas, serta kode registrasi dan tanggal kadaluwarsa. 6. Penyimpanan catatan (dokumen), yaitu suatu perusahaan harus memiliki catatan mengenai input, proses, dan output yang sesuai dengan kondisi nyata. Catatan tersebut harus memuat data minimal 5 (lima) tahun terakhir. Pada pelaksanaan CoC terdapat beberapa kata kunci yang perlu diperhatikan dalam penelusuran hasil hutan agar dapat berjalan secara sistematis dan praktis antara lain (Gomes et al. 2002) : 1. Identifikasi secara visual dari material yang telah tersertifikasi (penandaan pada fisik material). 2. Pemisahan secara fisik antara produk yang tersertifikasi dengan produk yang tidak tersertifikasi. 3. Sistem pengawasan terhadap dokumen-dokumen mengenai produk. 4. Jaminan keaslian produk dalam setiap fase kegiatan produksi. 5. Catatan mengenai kegiatan proses dan penyimpanan catatan 6. Identifikasi dan pemberian karakteristik pada produk yang telah tersertifikasi.
12
7. Progam pelatihan pada pekerja 8. Bekerjasama dengan FSC dan/atau lembaga sertifikasi lainnya. Menurut FSC (2004), standar sistem manajemen sertifikasi dalam melakukan CoC memiliki beberapa elemen dasar yang harus diperhatikan yakni: a. Kualitas Manajemen b. Ruang Lingkup Material c. Asal Usul Material d. Penerimaan dan Penyimpanan Material e. Kontrol Produksi f. Penjualan dan Pengiriman g. Pemberian Label Struktur pengawasan (kontrol) yang diterapkan pada sertifikasi CoC meliputi kegiatan sebagai berikut (Gomes et al. 2002) : 1.
Pemasukan produk (inputs)
2.
Proses (processing)
3.
Inventaris, penjualan, dan pengapalan (inventory, sales, and shipping)
4.
Penggunaan logo (logo use) Pada setiap kegiatan tersebut diatas selalu terdapat kegiatan identifikasi,
separasi, dan pengawasan. Hal ini diharuskan ada agar CoC yang dilaksanakan dapat berjalan secara sistematis dan terukur. Dalam setiap kegiatan sertifikasi harus melaksanakan minimal 1 (satu) monitoring CoC secara terprogam dalam 1 (satu) tahun yang dilaksanakan mendekati waktu pemberian sertifikasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengawasi jalannya CoC, apakah sudah berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan atau tidak (Gomes et al. 2002). Keuntungan yang akan didapat dari sertifikasi CoC apabila telah terlaksana adalah (Gomes et al. 2002) : 1. Mendeteksi kelemahan dalam proses produksi. 2. Akses ke dalam pasar dunia yang saat ini memusatkan perhatiannya pada produk yang berasal dari hutan yang telah tersertifikasi. 3. Meningkatkan harga jual. 4. Meningkatkan kesediaan untuk mencoba jenis dan produk baru.
13
5. Identitas umum (FSC). 6. Kemungkinan melakukan bisnis yang menjanjikan dalam waktu yang panjang dan menghindari campur tangan middlemen. Hasil dari CoC merupakan produk yang telah tersertifikasi dan diketahui asal usulnya. CoC hanya memberikan jaminan
terhadap bahan baku yang
digunakan berasal dari hutan yang telah mendapatkan sertifikat. CoC tidak memberikan jaminan terhadap kualitas produk, kualitas pelayanan yang ditawarkan, dan penetapan harga produk karena jaminan tersebut hanya didapat dari proses produksi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan (Gomes et al. 2002) 2.5
CoC pada Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Hasil hutan bukan kayu (HHBK) menurut FSC adalah keseluruhan sumber
daya atau produk biologis selain kayu yang berasal dari hutan untuk diperjual belikan dan/atau dimanfaatkan oleh mayarakat sekitar hutan atau masyarakat lokal (Gomes et al. 2002) Menurut Gomes et al. (2002), CoC yang dilakukan pada HHBK memiliki standard FSC yang sama seperti pada produk hasil hutan berupa kayu. Akan tetapi CoC pada HHBK memiliki tingkat kesulitan yang tinggi serta kompleks karena keadaan fisik HHBK yang tidak tetap. Penanganan dan inventarisasi produk HHBK selama perjalanan (transportasi) dari hutan hingga keluar adalah hal yang krusial dalam sertifikasi HHBK. Kegiatan penyadapan getah yang merupakan salah satu kegiatan pemanenan produk HHBK, perlu menerapkan kegiatan CoC sebagai usaha mendapatkan produk yang tersertifikasi. Pelaksanaan penyadapan getah tersebut termasuk ke dalam kegiatan dalam hutan yang memiliki tujuan untuk penyediaan bahan baku atau input ke industri untuk diproses lebih lanjut. Penyadapan getah dalam rangka penyadiaan input perlu memperhatikan beberapa kegiatan yang termasuk dalam rangkaian proses CoC yaitu (Gomes et al. 2002) : 1. Identifikasi (identification) Kegiatan identifikasi yang dilakukan dalam hal ini adalah pemberian tanda pada fisik material HHBK.
14
2. Pengumpulan (storage) Kegiatan ini dilakukan agar hasil bahan baku yang telah diambil, dikumpulkan pada suatu tempat guna memudahkan dalam melakukan transportasi lebih lanjut. Pengumpulan juga dimaksudkan untuk memisahkan bahan baku yang tersertifikasi dengan bahan baku yang tidak tersertifikasi. 3. Sistem pengawasan yang terdokumentasi (documented control system) Pengawasan terhadap dokumen merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan CoC dengan harapan catatan dokumen mengenai bahan baku sesuai dengan keadaan fisik bahan baku. Mengingat penerapan CoC pada hasil hutan bukan kayu belum ada, maka pelaksanaannya dilakukan dengan menerapkan sistem pada hasil hutan kayu dengan beberapa penyesuaian pada proses pergerakan hasil hutan untuk kemudahan pelacakan. Menurut Matangaran (2006), sistem pergerakan hasil hutan berupa kayu adalah konfigurasi hasil hutan, pelaksanaan mutasi bentuk dan jumlah hasil hutan, perangkat pengenal, pencatat, dokumen yang menyertai pergerakan hasil hutan. Untuk memudahkan proses sertifikasi maka sistem yang dibuat sebaiknya mengikuti proses untuk sertifikasi, mulai dari pembuatan Standard Operation Procedure (SOP), mempersiapkan dokumen tata usaha, sampai dengan penandaan/penomoran pada fisik hasil hutan. Sistem yang dimaksud dapat berupa: 1. Pembuatan proses yang runtut 2. Setiap tahapan proses yang terjadi dan dijadikan simpul 3. Seluruh proses dilengkapi dengan administrasi perjalanan 4. Penandaan fisik yang jelas dan konsisten 5. Sistem tata usaha yang terkoneksi Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap HHBK, perhatian terhadap kelestarian pemanenan tetap perlu dilakukan. Menurut FSC (1996), pada prinsip ke-5 dan kriteria ke-6 telah diatur bahwa tingkat pemanenan hasil hutan tidak boleh melebihi tingkat yang tidak dapat dilestarikan secara permanen. Berdasarkan hal tersebut, maka pemanenan HHBK harus dapat dievaluasi sebagai pemanenan dengan intensitas yang lebih rendah dari tingkat pemanenan yang lestari
yang
telah
ditetapkan
oleh
perusahaan
pengusaha
HHBK.
15
BAB III METODOLOGI 3.1
Batasan Penelitian Penelitian Chain of Custody (CoC) lacak getah pinus hanya membatasi
kegiatan pada proses pergerakan getah pinus yang dimulai dari penyadapan getah di hutan, penerimaan getah di Tempat Pengumpulan Getah (TPG), transportasi, hingga penerimaan getah di Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT). 3.2
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama selama 2 bulan yakni dari bulan Mei hingga
Juli 2008, pada tegakan pinus yang terdapat di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Untuk ujicoba desain CoC lacak getah pinus dilakukan pada 2 (dua) TPG yaitu TPG II (Sumberdilem) dan TPG III (Matamin) serta PGT Garahan, Jember. 3.3
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, label plastik,
kompas, altimeter, kamera digital (untuk keperluan dokumentasi di lapangan), tally sheet, peta kerja, alat tulis, kalkulator, timbangan (untuk menentukan berat getah), dan komputer untuk pengolahan data. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan pinus (Pinus merkusii) yang telah dikelompokkan berdasarkan kelas umurnya, getah pinus, wadah getah (ember pikul dan drum fiber) dan dokumen tata usaha penyadapan getah pinus. 3.4 Tahapan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yakni : 1. Observasi lapangan mengenai pelaksanaan penyadapan getah pinus di KPH Banyuwangi Utara sebagai dasar pembuatan desain CoC lacak getah pinus 2. Pembuatan desain CoC lacak getah pinus 3. Ujicoba desain CoC lacak getah pinus serta mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang ditemukan selama pelaksanaan ujicoba
16
Beberapa dasar acuan yang digunakan dalam pembuatan desain Chain of Custody (CoC) lacak getah pinus antara lain : 1. FSC-STD-01-001 (FSC Principle and Criteria for Forest Stewardship) 2. FSC-STD-01-003 (FSC SLIMF Eligibility Criteria) 3. FSC-STD-40-004 (FSC Standard for CoC) 4. Pedoman LEI Seri 88 5. SOP Penyadapan Getah Pinus KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Tahun 2007 6. SOP Pengandalian Pegerakan Aliran Getah Pinus dalam Rangka COC KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Tahun 2008 7. Petunjuk Penyadapan Getah Pinus Tahun 2006. Biro Bin Prod SDH, Surabaya 8. Permenhut
No.P55/Menhut/2006
Tanggal
29
Agustus 2006
tentang
Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal Dari Hutan Negara 3.4.1
Observasi Lapang Observasi lapangan dilakukan dengan mengamati seluruh kegiatan
penyadapan pinus yakni dari kegiatan penyadapan di hutan, proses penerimaan di TPG, pengangkutan, dan proses penerimaan getah pinus di PGT serta proses pengisian dokumen yang menyertai pergerakan getah pinus. Pengamatan dilakukan untuk membandingkan proses penyadapan getah pinus di lapangan dengan prosedur penyadapan getah pinus yang telah disusun oleh pihak KPH Banyuwangi Utara. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian disesuaikan dengan standar CoC menurut FSC (2004) sebagai dasar pembuatan desain CoC lacak getah pinus. 3.4.2
Pembuatan Desain CoC Lacak Getah Pinus Pembuatan desain CoC lacak getah pinus dilakukan dengan memodifikasi
SOP yang telah dibuat oleh KPH Banyuwangi Utara dengan mengacu pada standar FSC-STD-40-004 mengenai pelaksanaan sistem CoC dan FSC-STD-01003 mengenai standar pemanenan yang berdampak rendah. Desain CoC lacak getah pinus merupakan suatu proses pergerakan getah yang jelas dan runtut mengenai pergerakan fisik getah, pemberian tanda pada wadah getah, maupun dokumen yang menyertai pergerakan getah. Pada desain tersebut terdapat penentuan kontrol produksi maksimal yang digunakan untuk mengevaluasi
17
produksi getah pinus agar tidak melebihi standar kelestarian hutan yang tidak dapat dilestarikan secara permanen. (Gambar 1). FISIK GETAH
DOKUMEN
WADAH Ember Pikul (Asal, no, berat)
Hutan
Penyadapan
TPG
Penerimaan getah
Dok. Penerimaan (Asal, no, berat, tgl)
Angkutan
Pengangkutan
Dok. Angkutan (Asal, no, berat, tgl)
PGT
Penerimaan getah
Dok. Penerimaan (Asal, no, berat, tgl)
Drum Fiber (Asal, no, berat, tgl)
PRODUKSI MAKSIMAL Ket :
TPG : Tempat Pengumpulan Getah PGT : Pabrik Gondorukem dan Terpentin : Pergerakan Fisik Getah : Evaluasi produksi getah dengan kontrol produksi maksimal
Gambar 1 Skema desain CoC lacak getah pinus 3.4.2.1
Pergerakan Fisik Getah Pinus
Desain pergerakan fisik getah pinus dilakukan dengan memodifikasi SOP Sadapan Getah Pinus dan SOP Pengendalian Pergerakan/Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC dengan standar FSC-STD-40-004 tentang pelaksanaan CoC. Menurut Matangaran (2006), sistem CoC pada kayu harus meliputi pembuatan proses yang spesifik, jelas, dan runtut, sehingga pembuatan desain pergerakan fisik getah dalam rangka CoC juga harus dilakukan dengan memperhatikan hal tersebut dengan beberapa penyesuaian mengingat bentuk getah pinus yang tidak tetap. Proses pembuatan desain pergerakan fisik getah pinus dalam rangka CoC lacak getah meliputi beberapa hal sebagai berikut : 1. Penyadapan getah pinus yang dilakukan didalam hutan oleh para penyadap. 2. Penerimaan getah di TPG yang meliputi penimbangan dan separasi serta pengangkutan getah.
18
3. Penerimaan getah di PGT untuk mengoreksi kesesuaian isi dokumen dengan kondisi fisik getah yang diterima. Proses pergerakan getah pinus tersebut harus selalu disertai dengan dokumen. 3.4.2.2
Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus
Sistematika pelaksanaan Chain of Custody (CoC) pada getah pinus memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan sangat kompleks pada pemberian tanda fisik, untuk itu penandaan fisik dilakukan pada wadah penampung getah. Untuk kepentingan CoC maka wadah getah perlu diberi identitas yang meliputi : asal getah, bobot getah, nomor (dokumen atau wadah getah), mutu, serta identitas lain yang dapat dijadikan mata rantai. Penandaan tersebut harus dilakukan secara jelas dan konsisten agar proses pelacakan balik dapat dilakukan (Matangaran 2006). Mekanisme pemberian tanda wadah getah dapar dilihat pada Gambar 2. Hutan Lestari
TPG
Transportasi
Industri
Identitas wadah
Identitas wadah
Identitas wadah
Identitas wadah
- BKPH - Petak - Volume
- BKPH - Petak - Volume
- BKPH - Petak - Volume
- BKPH - Petak - Volume
Ember penyadap
Drum fiber
Gambar 2 Mekanisme pemberian tanda pada wadah getah pinus 3.4.2.3
Dokumentasi Pergerakan Getah Pinus
Dokumentasi pergerakan getah pinus dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan No : P.55/Menhut-II/2006 Tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara. Di KPH Banyuwangi Utara, pelaksanaan tata usaha untuk getah pinus telah diatur dalam SOP Pengendalian Pergerakan/Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC Tahun 2008. Penggunaan dokumen dalam rangka tata usaha getah pinus dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk kepentingan CoC selain penggunaan dokumen, mekanisme pengisian dokumen juga perlu diperhatikan agar getah dapat terlacak. Identitas yang terdapat dalam dokumen harus dapat dijadikan mata rantai serta memiliki kesesuaian
19
dengan identitas yang tercantum dalam wadah getah yang meliputi : asal getah, berat getah, mutu, nomor (dokumen atau wadah getah), serta informasi lain. Tabel 3 Dokumen tata usaha hasil hutan bukan kayu berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan dan SOP Pengendalian Pergerakan/Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC Permenhut
Perhutani
Keterangan
LP-HHBK
DK 302 a
Dokumen penerimaan getah di tempat pengumpulan
DHHBK
DK PHT21/3
FA-HHBK
FA-HHBK
LMHHBK
Perni 51
Keterangan : LP-HHBK DHHBK FA-HHBK LMHHBK
3.4.2.4
Daftar hasil hutan bukan kayu Faktur angkutan Dokumen mutasi hasil hutan bukan kayu
= Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu = Daftar Hasil Hutan Bukan Kayu = Faktur Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu = Laporan Mutasi Hasil Hutan Bukan Kayu
Produksi Maksimal Getah Pinus
Menurut standar FSC-STD-01-001, pengambilan manfaat dari hutan harus dilakukan dengan memperhatikan tingkat pemanenan yang tidak melebihi tingkat yang dapat dilestarikan secara permanen. Berdasarkan standar tersebut maka perlu dibuat suatu nilai kontrol yang mampu mengevaluasi tingkat pemanenan yang dilakukan agar kelestarian hutan dapat terjaga. Kontrol produksi maksimal merupakan suatu pendekatan dalam melakukan evaluasi untuk menjamin bahwa getah pinus yang dipanen berasal dari hutan yang lestari. Kontrol produksi maksimal pada lacak getah pinus ditentukan dengan melakukan pengukuran produksi nyata di lapangan dan penelusuran data sekunder dari penelitian yang telah ada untuk menduga produksi getah pada tegakan pinus yang belum diketahui produksinya. Hasil dari pengukuran tersebut kemudian digabungkan untuk memprediksi produksi getah pinus setiap tahunnya selama jangka waktu 5 tahun ke depan. Hal tersebut dilakukan karena setiap pengelola hutan yang sedang dalam proses sertifikasi harus memiliki catatan yang memuat data mengenai input, proses, dan output sesuai dengan kondisi nyata minimal 5 tahun terakhir (Gomes et al. 2002). 1. Pengukuran Produksi Nyata Pengukuran produksi nyata dilakukan dalam 3 cara yakni penimbangan getah di hutan untuk mengetahui produksi getah tiap pohon, pengamatan penimbangan getah di TPG, dan perhitungan produksi getah berdasarkan data
20
berat getah di KPH (data sekunder). Hasil dari perhitungan ke tiga cara ini kemudian dibandingkan untuk mengetahui alternatif terbaik sebagai dasar penentuan produksi maksimal nyata getah pinus. a. Cara I Penimbangan getah di hutan 1) Mengelompokkan tegakan pinus menjadi beberapa kelas umur (KU) berdasarkan tahun tanamnya dengan selang umur setiap 5 tahun. 2) Pengambilan sampel petak dengan ketentuan jumlah sampel tiap KU sebanyak 1 petak. Dari petak tersebut diambil sebanyak 30 pohon untuk ditimbang produksi getahnya. Kelas umur yang disadap di KPH Banyuwangi Utara adalah KU VI dan KU VII (tabel 4). 3) Pohon yang terpilih diberikan nomor dan diidentifikasi kondisi fisiknya dengan mengambil data berupa diameter, warna kayu, bentuk tajuk, kedalaman alur kulit, ketinggian tempat tumbuh, arah sadap, tinggi pohon, cuaca saat penyadapan, dan jumlah koakan yang ada. 4) Pengukuran berat bersih getah tiap pohon dilakukan dengan cara melakukan penimbangan pada saat pemungutan getah, yaitu setiap 7 hari sekali selama 2 bulan (1 bulan hujan dan 1 bulan kering). Berat bersih getah didapat dengan cara perhitungan sebagai berikut : W Netto = (W Netto + Wadah) – Wadah Ket : W Netto Wadah
: Berat bersih getah (g) : Berat wadah penampung getah/tempurung (g)
Tabel 4 Kondisi petak penelitian berikut pohon contoh yang diambil Luas
Total Phn
Prod Getah
Jumlah
Pohon
(Ha)
(Ph)
(Kg/Ph/Th)
Pohon/Ha
contoh
73c / VI
2,9
743
6,43*
221
30
75e / VII
65
8324
6,75*
171
30
No
Petak/KU
1 2 Ket
: *) Produksi getah didapat dari hasil pengolahan Laporan Kemajuan Sadapan Pinus dalam 3 tahun terakhir
5) Menentukan produksi getah rata-rata per panen dengan rumus sebagai berikut:
21
n
yp =
xi n
i =1
Ket : yp xi n i
: : : :
Berat getah rata-rata (g/pohon/panen) Berat getah pada pohon ke = i setiap waktu panen (g) Jumlah pohon contoh (pohon) Pohon contoh ke = i
6) Menentukan berat getah per pohon dengan rumus sebagai berikut : y =
yp 7 x 1000
Ket : y : Berat getah rata-rata per pohon (Kg/pohon/hari) yp : Berat getah rata-rata (g/pohon/panen) 7 : Waktu panen (setiap 7 hari)
7) Menentukan produksi rata-rata getah per tahun untuk setiap anak petak dengan rumus : Y = y x N x 365 Ket: Y : Produksi getah (Kg/tahun/petak) y : Berat getah rata-rata (Kg/pohon/hari) N : Total Pohon dalam satu petak (petak)
b. Cara II Pengamatan penimbangan berat getah di TPG : 1) Menentukan tenaga penyadap yang ada di TPG secara acak dengan ketentuan 10% dari keseluruhan penyadap yang mewakili setiap KU. 2) Melakukan pengamatan penimbangan getah yang dilakukan di TPG untuk memperoleh data berat bersih getah dengan alokasi waktu yang disesuaikan dengan waktu pemungutan getah (setiap 7 hari sekali). 3) Menentukan produksi getah rata-rata per panen untuk tiap penyadap dengan rumus sebagai berikut n
ypn =
xi np
i =1
Ket: ypn : Berat getah rata-rata tiap penyadap (Kg/penyadap/panen) xi : Berat getah pada penyadap ke = i (Kg) np : Jumlah penyadap (penyadap) i : Pohon contoh ke = i
22
4) Menentukan produksi getah rata-rata per pohon dari semua pohon yang termasuk dalam blok sadapan milik penyadap yang bersangkutan dengan rumus sebagai berikut y =
ypn 7 x jml phn
Ket : y : Berat getah rata-rata per pohon (Kg/pohon/hari) ypn : Berat getah rata-rata tiap penyadap (Kg/penyadap/panen) 7 : Waktu panen (setiap 7 hari) Jml phn : Jumlah pohon dalam satu blok sadap (pohon/penyadap)
5) Menentukan produksi rata-rata getah per tahun untuk setiap anak petak dengan rumus yang sama seperti pada cara I. c. Cara III Perhitungan data berat getah yang terdapat di KPH (data sekunder) : 1) Mengumpulkan data sekunder di KPH mengenai berat getah dalam 5 tahun terakhir. 2) Mengelompokkan petak-petak yang ada menjadi beberapa KU sesuai dengan tahun tanamnya. 3) Menentukan produksi getah rata-rata pertahun untuk setiap anak petak dengan rumus yang sama seperti pada cara sebelumnya. 2. Pendugaan Produksi Getah Pinus Pendugaan getah pinus dilakukan karena di KPH Banyuwangi Utara hanya terdapat tegakan pinus KU I dan KU II yang belum disadap. Untuk mengetahui produksi getah pada KU tersebut ketika disadap yaitu pada saat mencapai KU III, KU IV atau KU V, maka dilakukan penelusuran data sekunder pada penelitian Wijayanti (2007). Data produksi getah pinus pada penelitian yang dilakukan di KPH Kediri Perum Perhutani Unit II Jawa Timur tersebut diambil karena memiliki kondisi lapangan yang relatif sama dengan kondisi tegakan pinus di KPH Banyuwangi Utara dari segi ketinggian tempat, iklim, curah hujan, kondisi tanah, dan topogafi (Tabel 5). Tabel 5 Kondisi petak penelitian KPH Kediri berikut pohon contoh yang diambil Petak/KU 85F / KU III 85E / KU IV 68B / KU VI Sumber : Wijayanti (2007)
Luas (Ha) 12,4 13,1 10,6
Bonita 3 2 3
Tahun Tanam 1994 1990 1982
Umur (th) 12 16 22
Pohon Contoh 5 5 5
23
Data produksi getah pinus dari hasil penelusuran tersebut kemudian disesuaikan dengan kondisi anak petak yang termasuk KU I dan KU II untuk mengetahui produksi rata-rata getah pinus per tahunnya ketika tegakan tersebut telah memasuki KU III, KU IV, dan KU V yang siap untuk disadap. Perhitungan kisaran produksi untuk menentukan nilai kontrol maksimal dari hasil perhitungan produksi nyata dan pendugaan produksi getah pinus dicari dengan menggunakan metode pendugaan nilai tengah parameter. Rumus yang digunakan dalam metode tersebut adalah sebagai berikut
P (−
t
α /2
〈T 〈t α / 2 ) = 1 − α
s 〈µ 〈x + P x − tα /2 n
t
α /2
s = 1−α n
Dengan derajat kebebasan v = n-1 dan selang kepercayaan 95% Kontrol produksi maksimal getah pinus diambil dari nilai maksimal yang terdapat pada kisaran tersebut. Nilai produksi maksimal getah pinus yang telah diketahui, digunakan sebagai standar maksimal untuk memprediksi produksi getah pinus yang harus dipenuhi setiap tahunnya. Prediksi tersebut dilakukan terhadap keseluruhan tegakan pinus yang terdapat di KPH Banyuwangi Utara, baik yang saat ini berproduksi maupun yang akan berproduksi dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. Implementasi
kontrol
produksi
maksimal
getah
dilakukan
untuk
mengevaluasi produksi getah pinus yang dihasilkan oleh KPH Banyuwangi Utara per tahunnya untuk setiap petak yang disadap pada tahun tersebut. Selama produksi getah masih berada di bawah nilai kontrol produksi maksimal maka dapat dikatakan getah tersebut berasal dari hutan yang telah dikelola secara lestari. 3.4.3 Uji Coba Desain CoC Lacak Getah Pinus Pelaksanaan uji coba desain dilakukan untuk membandingkan antara SOP lacak getah yang disusun oleh KPH Banyuwangi Utara dengan desain CoC lacak getah pinus yang disusun dalam penelitian ini. Ujicoba dilaksanakan pada TPG II Sumber Dilem dan TPG III Matamin selama 2 kali periode pengamatan. Tahapan kerja dalam ujicoba desain CoC lacak getah adalah :
24
1. Menggambar layout 2. Mengambil keseluruhan drum yang terdapat dalam dokumen penerimaan di PGT yang berasal dari TPG II dan TPG III untuk dijadikan bahan ujicoba desain. 3. Memeriksa informasi yang terdapat di dokumen penerimaan di PGT terhadap informasi yang dapat dijadikan mata rantai pelacakan. Apabila terjadi kegagalan maka dicari penyebabnya, namun jika berhasil pelacakan dilanjutkan untuk dokumen angkutan. 4. Jika pemeriksaan pada dokumen angkutan berhasil maka dilanjutkan dengan memeriksa dokumen penerimaan di TPG. Apabila pemeriksaan dokumen pengangkutan mengalami kegagalan maka di cari penyebabnya. 5. Setelah berhasil menelusuri dokumen penerimaan getah di TPG maka penelusuran dilanjutkan untuk mengetahui kebenaran isi dokumen dengan informasi yang tertera pada fisik drum getah. Apabila pemeriksaan tersebut mengalami kegagalan maka dicari penyebabnya. 6. Pemeriksaan kesesuaian antara dokumen dengan fisik wadah getah dilakukan dengan memeriksa penulisan yang terdapat pada drum yang meliputi asal getah, nomor permanen drum, dan berat drum. Apabila terdapat kesesuaian antara informasi pada drum dengan dokumen, maka getah telah berhasil terlacak Tabel 6. Informasi yang diperiksa pada dokumen tata usaha hasil hutan bukan kayu dalam rangka CoC lacak getah pinus No.
Informasi yang diperiksa pada dokumen*) Dokumen
1
Perni 51 (Koreksi)
2.
FA-HHBK/ DHHBK
3.
DK 302a
4
Drum Getah
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3.
Informasi Asal getah Tanggal No drum (konsisten) Mutu Berat/Volume Asal getah Tanggal No drum (konsisten) Mutu Berat/Volume Asal getah Tanggal No drum (konsisten) Mutu Berat/Volume Asal getah No drum (konsisten) Berat/Volume
Lokasi Pemeriksaan
PGT/ TPG
TPG
TPG
TPG
Ket : *Dokumen dan informasi secara detil didapat dari hasil pembuatan desain CoC lacak getah
25
3.4.4 Penentuan Keberhasilan Desain CoC Lacak Getah Pinus Dari hasil pengamatan, akan terlihat sejumlah contoh drum getah yang berhasil dan gagal terlacak dalam uji coba lacak getah baik desain lacak getah yang disusun oleh pihak KPH Banyuwangi Utara maupun desain CoC lacak getah pinus pada penelitian ini. Jumlah contoh tersebut kemudian dikonversikan dalam bentuk persentase keterlacakan dari keseluruhan drum yang terdapat pada masing masing TPG dengan menggunakan rumus : Y= X
x 100% N
Keterangan : Y = Persentase keberhasilan drum yang terlacak (%) X = Jumlah drum yang berhasil terlacak pada satu TPG (drum) N = Jumlah total drum pada satu TPG (drum)
Analisis deskriptif dilakukan untuk membandingkan pelaksanaan CoC lacak getah pinus pada penelitian ini dengan pelaksanaan lacak getah yang dibuat oleh pihak KPH Banyuwangi Utara serta penyebab kegagalan yang terjadi dan kendala yang ditemui selama uji coba pelaksanaan lacak getah.
26
Dok Penerimaan di PGT
PERNI 51
Sistem CoC
Gagal
Sebab?
Gagal
Sebab?
Gagal
Sebab?
Gagal
Sebab?
Berhasil
Dok Pengangkutan Getah
FA-HHBK&DHHBK
Sistem CoC
Berhasil
Dok Penerimaan di TPG
DK 302a
Sistem CoC
Berhasil
Tanda Pada Wadah Getah (Drum)
Tanda Fisik Wadah
Sistem CoC
Berhasil Ket : Sistem CoC adalah pemeriksaan informasi pada dokumen dan wadah
Gambar 3 Bagan penelusuran dokumen dan wadah getah dalam rangka implementasi CoC lacak getah pinus
27
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1
Letak dan Luas Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Utara merupakan salah
satu KPH di wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Secara administratif wilayahnya terletak di 2 (dua) kabupaten yakni Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. KPH Banyuwangi Utara memiliki wilayah yang mencakup 3 kecamatan, dengan 13 Desa Pangkuan. Secara geogafis wilayah KPH Banyuwangi Utara terletak diantara 1105” sampai dengan 114038” Bujur Timur dan 7043” sampai dengan 8 046” Lintang Selatan. Adapun batas-batas geogafis wilayahnya sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Situbondo
Sebelah Timur
: Selat Bali
Sebelah Barat
: KPH Bondowoso, Kabupaten Situbondo
Sebelah Selatan
: KPH Banyuwangi Barat, KPH Banyuwangi Selatan
KPH Banyuwangi Utara memliki luas kawasan sebesar 54.199,96 ha yang terdiri dari 3 bagian hutan (BH) yaitu Bagian Hutan Alas Buluh-Gombeng dengan luas 28.134,3 ha, Bagian Hutan Bitakol dengan luas 5.612,3 ha dan Bagian Hutan Kendeng Timur Laut seluas 20.453 ha. Luas kawasan hutan berdasarkan administrasi pemerintahan terbagi dalam : 1. Dati II Banyuwangi a) Hutan Produksi (HP)
: 28.134,26 ha
b) Hutan Lindung (HL)
: 26.348,68 ha
c) Tak Baik Untuk Kelas Perusahaan (TBP)
:
1.435,80 ha
2. Dati II Situbondo a) Hutan Produksi (HP)
: 26.065,70 ha
b) Hutan Lindung (HL)
:
5.265,21 ha
c) Tak Baik Untuk Kelas Perusahaan (TBP)
:
242,70 ha
d) Belum ditata
:
104,39 ha
Luas wilayah kerja KPH Banyuwangi Utara berdasarkan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) dan Resor Pemangkuan Hutan (RPH) sebagai berikut
28
1. BKPH Ketapang a. RPH Selogiri
: 3.861,04 ha
b. RPH Gombeng
: 1.863,13 ha
2. BKPH Bajulmati
10.992,66 ha.
a. RPH Bajulmati
: 2.025,40 ha
b. RPH Gunungwaru
: 6.122,87 ha
c. RPH Wonorejo
: 2.844,39 ha
3. BKPH Watudodol
14.260,82 ha.
a. Alas Buluh
: 2.925,25 ha
b. Bangsring
: 11.336,58 ha
4. BKPH Asembagus
4.2
5.724,17 ha
23.221,31 ha
a. Asembagus
: 8.000,00 ha
b. Sumberejo
: 12.453,40 ha
c. Sumberwaru
: 2.767,91 ha
Keadaan Lapangan Berdasarkan buku RPKH jangka 2003-2012, keadaan lapangan KPH
Banyuwangi Utara yang meliputi topografi, geologi, dan tanah memiliki kondisi yang cukup bervariasi untuk setiap bagian hutan (BH) yang ada. 4.2.1 Topogafi dan Kelerengan Pada umumnya topogafi yang ada di wilayah kerja KPH Banyuwangi Utara adalah bergelombang, datar, dan landai, hingga agak curam. 4.2.2
Geologi dan Tanah Jenis tanah dalam kawasan hutan KPH Banyuwangi Utara pada umumnya
terdiri dari jenis tanah Gumusol, Andosol, Gumusol hitam, yaitu diseluruh kawasan BH Bitakol. Asosiasi Latosol Cokelat dan Regosol Cokelat,yaitu di BH Alasbuluh-Gombeng bagian tengah membujur dari Utara ke Selatan. Andosol Cokelat kekuningan, yaitu di lereng atas sebelah Barat BH Alasbuluh-Gombeng. Asosiasi Andosol cokelat dan Regosol cokelat, yaitu di lereng atas sebelah Utara BH Alasbuluh-Gombeng dan lereng BH Kendeng Timur laut.
29
4.3
Iklim dan Curah Hujan Berdasarkan buku RPKH jangka 2003-2012, secara umum kawasan hutan
KPH Banyuwangi Utara termasuk dalam tipe iklim C (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan diperkirakan sebesar 1700 mm/tahun. Khusus untuk RPH Gombeng yang merupakan lokasi penelitian, memiliki tipe iklim D (agak kering) dengan nilai Q = 83,33%. Berdasarkan hasil rekapitulasi data curah hujan KPH Banyuwangi Utara selama 10 tahun (1995-2005) pada stasiun pengamatan selogiri didapat bahwa rata-rata curah hujan di wilayah RPH Gombeng sebesar 150,3 mm dengan jumlah hari hujan sekitar 8 hari setiap bulannya. Pada umumnya curah hujan relatif rendah pada bulan Juni hingga Oktober. 4.4
Potensi Sumber Daya Hutan KPH Banyuwangi Utara Berdasarkan buku RPKH jangka 2003-2012, untuk BH Alasbuluh-
Gombeng diketahui etat luas sebesar 150,45 ha/tahun dan etat masa sebesar 27.000 m3/tahun, sedangkan untuk BH Bitakol diketahui etat luas sebesar 50,69 ha/tahun dan etat massa sebesar 7.154 m3/tahun. Potensi sebaran hutan di wilayah KPH Banyuwangi Utara cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan sebaran luas KU II, III, IV, dan V yang relatif seragam di kedua BH tersebut. 4.5 Potensi Sumber Daya Hutan di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara KPH Banyuwangi Utara termasuk kedalam kelas perusahaan jati sehingga hutan tanaman lain seperti mahoni, akasia, dan pinus termasuk dalam kelas Tanaman Kayu Lain (TKL). Pembagian kelas hutan pada RPH Gombeng yang merupakan lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kelas Hutan RPH Gombeng No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kelas Hutan Luas (Ha) KU I 79,8 KU II 242,4 KU III 285,7 KU V 23,7 MT 13 TKL 626,2 TBPTH 511 LTJL 20 TBP 2 TK 29,2 HL 22,1 JUMLAH 1855 Sumber : RPKH KPH Banyuwangi Utara Jangka 2003-2012
Persentase (%) 4,3 13,2 15 1,3 0,7 33,9 27,5 1,1 0,1 1,7 1,2 100
30
4.6 4.6.1
Kondisi Tegakan Pinus di RPH Gombeng Potensi Tegakan Pinus Menurut Buku RPKH KPH Banyuwangi Utara jangka 2003-2013,
pemungutan hasil hutan non kayu di Bagian Hutan Alasbuluh-Gombeng berupa sadapan pinus yang dilakukan di wilayah RPH Gombeng, BKPH Ketapang. Tegakan pinus yang terdapat di wilayah ini memiliki luas 556 ha dan secara keseluruhan termasuk kedalam penggolongan kelas hutan tanaman kayu lain (TKL) (Tabel 8). Tegakan pinus yang berada di wilayah ini termasuk ke dalam tegakan tua karena sebagian besar memiliki umur tanam berkisar 30 tahun. Hanya beberapa anak petak saja yang berumur muda dan belum siap untuk di sadap getahnya yaitu anak petak 68E, 68F, 68H, 73A, 74A, 74E, 76A, dan 77A. Tabel 8 Potensi Tegakan Pinus di RPH Gombeng Anak Luas Tahun Umur N / ha Desa Petak baku (ha) Tanam / KU 68E 20,00 2006 2/I Kalipuro 68F 15,20 2005 3/I 400 Ketapang 68H 12,30 2007 2/I 428 Ketapang 68O 27,90 1978 30/VI 260 Kalipuro 68P 29,50 1974 34/VII 250 Kalipuro 69B 12,70 1974 34/VII 220 Kalipuro 70A 61,50 1974 34/VII 200 Kalipuro 71A 63,30 1977 31/VII 360 Kalipuro 71B 38,70 1974 34/VII 307 Kalipuro 72G 11,00 1978 30/VI 300 Kalipuro 72H 2,80 1973 35/VII 275 Kalipuro 72L 1,80 1977 31/VII 360 Kalipuro 73A 28,50 1999 9/II 800 Kalipuro 73C 2,90 1978 30/VI 350 Kalipuro 73D 34,10 1974 34/VII 280 Kalipuro 74A 7,30 1999 9/II 1300 Kalipuro 74B 55,40 1974 34/VII 250 Kalipuro 74D 4,40 1978 29/VI 190 Kalipuro 74E 4,80 2005 2/I 374,4 Kalipuro 74E 4,40 2004 3/I 561,6 Kalipuro 75E 65,00 1973 35/VII 210 Gbg.sari 76A 24,20 1974 34/VII 103 Gbg.sari 76A 2,00 2004 4/I 400 Gbg.sari 77A 22,30 1974 34/VII 90 Gbg.sari 77A 4,00 2005 3/I 1650 Gbg.sari Sumber : Data Rencana Petak KPS tahun 2008 (diolah)
Jenis Tanaman Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus
Bon
KBD
DKN
5,0 4,0 4,0 3,0 3,0 3,0 2,0 2,0 2,0 3,0 3,0 3,0 2,0 2,0 3,0 3,0 3,0 4,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
0,60 0,60 0,62 0,90 0,80 0,70 1,10 1,10 0,80 0,85 1,10 0,60 1,20 1,10 0,60 0,80 0,60 0,60 0,70 0,38 0,60 0,31 0,60
0,40 1,00 0,97 1,10 0,90 0,70 1,20 1,10 1,10 0,80 1,20 1,00 1,10 1,20 0,80 1,10 0,80 0,80 0,90 0,46 0,80 0,40 0,80
31
4.6.2 Produktivitas Getah Pinus Berdasarkan buku RPKH jangka 2003-2012 mengenai penyadapan pinus terdapat beberapa petak yang akan dimulai sadap buka, melanjutkan sadap lanjut, dan ada beberapa yang akan di sadap mati (Tabel 9). Namun pada pelaksanaannya sadap mati tidak dilakukan, karena tegakan pinus yang sudah siap untuk di tebang masih tetap berpotensi memproduksi getah dalam jumlah yang banyak. Tabel 9 Rencana Sadapan Pinus KPH Banyuwangi Utara Sadap Buka Sadap Lanjut Sadap Mati Luas Prod Luas Prod Luas Prod 2003 469,7 493,23 2004 432,2 465,36 37,5 39,57 2005 307,9 335,83 124,3 183,88 2006 221,6 245,70 105,0 162,90 2007 170,2 194,01 51,4 73,38 2008 140,2 161,83 30,0 45,68 2009 35,8 82,99 86,0 104,81 54,2 80,95 2010 13,0 44,43 85,6 187,55 36,2 79,19 2011 48,8 212,69 49,8 69,6 2012 48,8 212,7 Jumlah 48,8 127,42 2.011,0 2.613,73 488,4 735,14 Sumber : Buku RPKH KPH Banyuwangi Utara jangka 2003-2013 Tahun
Jumlah Luas Prod 469,7 493,23 469,7 503,93 432,2 519,71 326,6 408,60 221,6 267,39 170,2 207,51 176,0 268,75 134,8 311,17 98,6 282,29 48,8 212,70 2548,2 3.476,29
Getah pinus di KPH Banyuwangi Utara merupakan produk hasil hutan bukan kayu yang menjanjikan setelah jati. Hal tersebut terlihat dari produksi getah yang dihasilkan selalu memiliki kuantitas dan kualitas terbaik. Tabel 10 Produktivitas penyadapan getah pinus di KPH Banyuwangi Utara Tahun 2005-2007 Produktivitas Getah Rata-Rata Tahun Luas Jumlah Jumlah Mutu Tanam (Ha) Pohon Penyadap (Kg/th) (Kg/ph/th) (G/ph/hr) 68o 1978 A 27,9 8.248 20 44.391 5,4 14,79452 68p 1974 A 29,5 5.721 16 30.892,1 5,4 14,79452 69b 1974 A 12,7 1.940 6 11.806,6 6,1 16,71233 70a 1974 A 61,5 9.866 30 60.491,6 6,1 16,71233 71a 1977 A 63,3 13.714 32 84.017,6 6,1 16,71233 71b 1974 A 38,7 5.615 16 34.360,6 6,1 16,71233 72g 1978 A 12,4 3.453 10 21.018,3 6,1 16,71233 72h 1973 A 2,8 197 1 1.227 6,2 16,9863 72l 1977 A 1,8 215 1 1.360,6 6,3 17,26027 73c 1978 A 2,9 743 2 4.782 6,4 17,53425 73d 1974 A 34,1 7.310 20 44.326 6,1 16,71233 74b 1974 A 61,4 11.094 35 71.522 6,4 17,53425 74d 1978 A 4,4 802 3 5.130,3 6,4 17,53425 75e 1973 A 65,0 8.324 18 56.213,6 6,7 18,35616 76a 1974 A 24,2 4.183 9 26.309,6 6,3 17,26027 77a 1979 A 22,3 2.193 15 13.856,3 6,3 17,26027 JUMLAH 464,9 83.618 234 511.706,3 98,4 269,589 RATAAN 31.981,58 6,15 16,84932 Sumber : Laporan Kemajuan Sadapan Getah Pinus tahun 2005-2007 (diolah) Petak
32
4.7
Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Penyadap Keadaan masyarakat disekitar hutan pinus RPH Gombeng pada umumnya
memiliki pekerjaan utama sebagai penyadap disamping melakukan pekerjaan lain seperti menanam
pisang, beternak dan sebagainya.
Dalam
melakukan
pekerjaannya, para penyadap tersebut dikoordinir oleh suatu Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Di wilayah tersebut terdapat 2 LMDH yang bergerak dalam bidang sadapan yaitu LMDH Rukun Makmur dan LMDH Kemuning Asri. Jumlah penyadap yang terdata dan masuk sebagai anggota LMDH dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Kondisi LMDH bidang sadapan getah pinus yang terdapat di RPH Gombeng No
LMDH
1
Kemuning Asri
Luas (Ha) 116
Cakupan Petak
Jumlah Pohon 11.479
76a, 75e, 77a 68o, 68p, 69b, 70a, 71a, 71b, 72g, 2 Rukun Makmur 353,4 68.914 72h, 72l, 73c, 73d, 74b, 74d, Sumber : Data Rekap Petak Getah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Tahun 2007(diolah)
Jumlah Penyadap 42 192
Pemberdayaan masyarakat penyadap melalui LMDH telah mampu meningkatkan kemakmuran masyarakat sekitar hutan. Hal tersebut terbukti dengan adanya sharing terhadap hasil getah yang didapat apabila telah mencapai target yang ditetapkan oleh Perum Perhutani. Pemberian sharing/ reward dalam bentuk uang secara langsung memacu para penyadap untuk bekerja lebih maksimal dalam usaha pencapaian produktivitas getah agar sesuai target yang telah ditetapkan.
33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Pelaksanaan Penyadapan Getah Pinus Sebelum Desain CoC Lacak Getah Pinus Pelaksanaan penyadapan getah pinus sebelum desain CoC lacak getah
diketahui berdasarkan hasil pengamatan terhadap penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sadapan Getah Pinus Tahun 2007 KPH Banyuwangi Utara dan SOP Pengendalian Pergerakan / Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC Tahun 2008 KPH Banyuwangi Utara di lapangan. Hasil pengamatan tersebut kemudian disesuaikan dengan standar FSC mengenai CoC agar diketahui permasalahan yang timbul dan digunakan sebagai dasar dalam pembuatan desain. 5.1.1 Pergerakan Fisik Getah Pinus Pengamatan terhadap pergerakan fisik getah pinus dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap penyadapan getah di hutan, penerimaan getah di TPG, pengangkutan, dan penerimaan getah di PGT. 5.1.1.1 Kegiatan Penyadapan Getah Pinus di Hutan Tabel 12 Hasil pengamatan penyadapan getah pinus di hutan No 1.
Kegiatan Prasadap
Uraian Kegiatan Berdasarkan SOP Sadapan Getah Pinus Tahun 2007 Pembuatan batas petak sadapan, pembagian blok, sensus pohon, pembersihan/pembabatan lapangan sadapan, dan pembuatan TP Getah. Pembuatan quare awal Pengadaan peralatan dan perlengkapan Pembaharuan luka Pemberian CAS (Socepas 235 AS)
Hasil Pengamatan di Lapangan Yang dilakukan hanya pembuatan TPG dan pembersihan lapangan. Sensus pohon tidak dilakukan. Pelaksanaan pembuatan blok sadapan tidak di lakukan dilapangan
Dilakukan sesuai ketentuan Dilakukan sesuai ketentuan namun masih terdapat kekurangan (*) 2. Sadap Lanjut Dilakukan setiap 3 hari Dilakukan dengan komposisi 3 CAS : 2 Air tergantung musim dengan frekuensi pemberian setoap 3 hari Pemungutan Getah Dilakukan tiap 7 hari sekali (1 minggu) Pengangkutan ke TPG Dilakukan tiap selesai pungutan dengan cara dipikul atau menggunakan sepeda motor Penggunaan alat APD Dilakukan, namun masih ada beberapa penyadap yang tidak menggunakan Ket : * Untuk keperluan CoC wadah getah perlu diberikan nomor yang permanen
34
Penyadapan getah pinus diawali dengan melakukan kegiatan prasadap yang meliputi pembuatan batas petak sadapan, pembagian blok, pembersihan/ pembabatan lapangan sadapan, dan pembuatan TPG. Berdasarkan hasil pengamatan, didapat bahwa pelaksanaan sensus pohon, pembuatan batas petak, dan blok sadapan tidak dilakukan di lapangan. Hal tersebut menyebabkan usaha pengawasan terhadap perkembangan tegakan tidak dapat terpantau secara jelas karena tidak ada data jumlah pohon secara akurat yang dapat berakibat produksi getah pinus menjadi tidak sesuai target yang telah ditetapkan Berdasarkan pengamatan di lapangan mengenai pembuatan quare awal, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut telah dilakukan secara optimal dengan mempertimbangkan besar keliling pohon berikut kedalaman quare yang diperbolehkan. Pembuatan quare yang telah mempertimbangkan prinsip kelestarian tersebut dapat dilakukan karena KPH Banyuwangi Utara telah memberikan penyuluhan kepada para penyadap mengenai cara penyadapan yang benar sehingga dapat mengurangi tingkat kerusakan pada pohon. Kesesuaian antara prosedur yang dibuat dengan penerapannya di lapangan, juga ditemukan pada pengadaan alat sadap. Namun, pada beberapa alat sadap terutama wadah penampung getah (ember dan drum fiber) tidak disertai dengan pemberian nomor yang jelas dan konsisten untuk keperluan CoC. Menurut Matangaran (2006), kejelasan dan konsistensi penandaan pada fisik merupakan salah satu sistem dalam CoC yang digunakan untuk memudahkan proses sertifikasi, namun karena pemberian tanda pada fisik getah sulit dilakukan maka sebagai gantinya pemberian tanda sebaiknya dilakukan pada wadah penampung getah. Tidak adanya tanda fisik pada wadah penampung getah dapat mengakibatkan kegagalan proses pelacakan getah karena tidak adanya tanda secara visual yang konsisten. Melihat pentingnya pemberian tanda tersebut dalam usaha lacak getah, maka pengadaan alat sadap terutama wadah penampung getah perlu disertai dengan pemberian tanda yang jelas dan konsisten. Kegiatan sadap lanjut merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan prasadap. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh bahwa secara keseluruhan kegiatan sadap lanjut telah dilakukan sesuai dengan SOP Sadapan Getah Pinus (2007). Akan tetapi dalam hal penggunaan alat pelindung diri (APD) tidak dapat
35
dilakukan secara optimal karena masih ditemukan beberapa penyadap yang belum menggunakan APD dengan alasan ketidaknyamanan. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka perlu dilakukan sosialisasi lebih mendalam kepada para penyadap mengenai arti penting penggunaan APD dalam melakukan pekerjaan dihutan. 5.1.1.2
Kegiatan Penerimaan Getah Pinus di TPG
Tabel 13 Hasil Pengamatan Penerimaan Getah Pinus di TPG No
Kegiatan
1.
Penerimaan getah pinus di TPG
Uraian Kegiatan Berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan / Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC Tahun 2008 Penimbangan getah dari masing-masing penyadap
Penentuan mutu getah Pengelompokkan getah sesuai mutu Pengelompokkan wadah getah sesuai asal petak dalam rangka CoC (Separasi) Penuangan dan pembersihan getah dari kotoran dan air Pengisian DK 302a (Dokumen untuk penerimaan HHBK)
2.
Pengangkutan getah ke PGT
Pembayaran tenaga penyadap Pemberian label drum (KPH, BKPH, TPG, asal petak, berat, nama mandor, mutu, no.drum) Pengisian FA-HHBK Pengisian Perni 51 (diperlukan karena pengangkutan getah dilakukan ke PGT diluar kawasan KPH Banyuwangi Utara) Pemberian tutup untuk keseluruhan drum
Hasil Pengamatan di Lapangan Tidak dilakukan kepada seluruh penyadap melainkan hanya pada satu penyadap untuk dijadikan acuan berat getah yang lain Dilakukan menurut SNI-01-5009.42001 Getah Tusam Dilakukan, namun tidak ditemukan getah dengan mutu selain mutu A Dilakukan
Dilakukan Dilakukan dengan buku bantu sementara dan DK 302 untuk penerimaan kayu (tidak menggunakan DK 302 a). Pembuatan dilakukan menjelang tutup buku (setiap akhir periode yaitu pada pertengahan bulan dan akhir bulan) Dilakukan tepat waktu Dilakukan namun masih terdapat kekurangan*). Tidak dilakukan karena Form FAHHBK belum ada**) Dilakukan namun masih terdapat kekurangan***)
Tidak dilakukan untuk keseluruhan drum melainkan hanya pada drum yang ditumpuk pada bagian atas dikarenakan jumlah tutup drum yang kurang Ket : * Diperlukan pemberian nomor seri drum yang konsisten untuk kepentingan CoC lacak getah ** Perlu dilakukan agar dokumen yang ada dapat saling terkoneksi untuk kepentingan CoC lacak getah *** Untuk kepentingan CoC perlu di cantumkan nomor seri drum pada dalam dokumen
36
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan penerimaan getah di TPG (Tabel 13), hanya kegiatan penimbangan getah dari masing-masing penyadap saja yang tidak dilakukan secara optimal. Penimbangan hanya dilakukan terhadap satu penyadap saja untuk menduga berat getah milik penyadap lain. Penimbangan dengan cara seperti itu dapat mengurangi berat getah secara keseluruhan pada saat penerimaan, karena memungkinkan terdapat berat getah yang tidak terhitung pada saat penimbangan. Alasan dilakukan hal tersebut dikarenakan penimbangan untuk setiap penyadap memakan waktu yang lama sehingga menghambat pekerjaan menyadap. Untuk kepentingan identifikasi dalam rangka CoC hal tersebut perlu dihindari, karena identifikasi dan pemberian karakteristik produk hasil hutan yang memberikan jaminan keaslian pada setiap fase kegiatan produksi merupakan kata kunci agar pelaksanaan CoC dapat berjalan secara sistematis dan praktis (Gomes et al. 2002). Pelaksanaan separasi sesuai petak pada penerimaan getah di TPG menurut SOP Pengendalian Pergerakan / Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC (2008) telah dilakukan dengan baik. Separasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses CoC karena kemurnian hasil hutan merupakan indikator kehandalan pelaksanaan sistem pergerakan hasil hutan (Matangaran, 2006). Pelaksanaan tata usaha getah pinus berdasarkan hasil pengamatan telah dilakukan sesuai prosedur, dimana setiap penerimaan yang dilakukan selalu disertai dengan dokumen. Namun dokumen yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasinya, yaitu harus menggunakan dokumen DK 302a yang merupakan dokumen penerimaan hasil hutan bukan kayu. Pada penerapannya dilapangan, mandor penerimaan menggunakan DK 302 (DK penerimaan kayu tidak bernomor) sebagai dokumen penerimaan getah, dengan cara pengisian dokumen yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga menyerupai isi dokumen yang terdapat dalam DK 302a. Dalam rangka tertib prosedur, hal tersebut perlu dihindari dengan mengganti penggunaan DK 302 menjadi DK 302a agar terdapat spesifikasi dokumen sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pada pengamatan terhadap pelaksanaan pengangkutan getah, pengisian dokumen angkutan (FA-HHBK) dan penggunaan tutup drum pada saat pengangkutan belum dilakukan sesuai dengan SOP yang telah disusun. Pengisian
37
dokumen FA-HHBK belum dilaksanakan, karena dokumen tersebut masih belum di terbitkan. Menurut Gomes et al. (2002), penanganan getah selama transportasi menuju simpul akhir merupakan hal yang sangat krusial dalam pelaksanaan CoC HHBK, sehingga penggunaan dokumen angkutan (FA-HHBK) memegang peranan penting dalam rangka CoC agar pergerakan getah dapat terpantau secara jelas. Penggunaan tutup drum juga perlu dilakukan untuk menghindari getah pinus dalam drum tumpah atau terkena air hujan sehingga mampu mempengaruhi kuantitas getah pada saat di terima di PGT. Untuk keperluan CoC berdasarkan standar FSC, masih ditemukan beberapa kekurangan, yakni tidak dicantumkannya nomor seri drum pada label dan dokumen tata usaha getah. Pencantuman nomor seri drum pada label dan dokumen merupakan suatu cara untuk menjaga konsistensi penomoran drum penampung getah. Mengingat penerimaan getah selalu terjadi secara kontinyu, maka terdapat kemungkinan terjadinya dualisme penomoran drum pada drum yang akan diangkut maupun yang menjadi sisa persediaan di TPG. Kesesuaian penomoran yang konsisten antara label dengan dokumen juga memegang peranan penting dalam CoC, apabila tidak ditemukan kesesuaian nomor drum antara dokumen dengan fisik drum, maka proses lacak getah dalam rangka CoC akan mengalami kegagalan yang menyebabkan getah pinus tidak dapat tersertifikasi. 5.1.1.3
Kegiatan Penerimaan Getah Pinus di PGT
Tabel 14 Hasil pengamatan penerimaan getah pinus di PGT Garahan-Jember No
Kegiatan
1.
Penerimaan getah pinus di PGT*)
Uraian Kegiatan Berdasarkan Kondisi di Lapangan Koreksi mutu getah
Koreksi berat getah dengan melakukan penimbangan ulang
Pengelompokkan getah sesuai asalnya (sesuai asal KPH)**)
2.
Pengangkutan kembali ke KPH
Ket : *
Koreksi Perni 51 Pembersihan drum pengangkutan kembali
dan
Hasil Pengamatan Dilakukan, namun sudah dipastikan getah yang berasal dari KPH Banyuwangi Utara memiliki mutu A Dilakukan dengan bantuan buku bantu namun tidak sesuai dengan nomor yang tertera pada drum melainkan secara acak (yang pertama ditimbang adalah nomor urutan satu) Tidak dilakukan karena PGT memiliki manajemen tersendiri dalam mengurus penerimaan getah Dilakukan Dilakukan
Manajemen PGT belum mengatur dokumentasi CoC dalam rangka separasi sumber getah yang berasal dari KPH Banyuwangi Utara yang akan di sertifikasi ** Untuk kepentingan CoC di PGT perlu ada separasi getah yang berasal dari KPH Banyuwangi Utara yang akan disertifikasi
38
Pelaksanaan penerimaan getah di PGT tidak diatur dalam Petunjuk Penyadapan Getah Pinus maupun di beberapa SOP yang telah dibuat oleh KPH Banyuwangi Utara, sehingga pengamatan dilakukan berdasarkan kondisi nyata di lapangan. Pada tahap tersebut, getah yang diterima di PGT merupakan gabungan dari beberapa KPH penghasil getah pinus, baik dari KPH yang memiliki lokasi sama dengan PGT tersebut maupun dari KPH luar. Getah pinus yang berasal dari KPH Banyuwangi Utara termasuk dalam getah pinus yang berasal dari KPH luar. Pada proses penerimaan getah di PGT, getah yang diterima dikoreksi beratnya dan dituangkan ke dalam bak penampung menurut mutunya. Dalam proses ini, separasi untuk getah yang berasal dari KPH Banyuwangi Utara yang akan disertifikasi tidak dilakukan, karena manajemen PGT belum mengatur dokumentasi CoC yang sedang dijalankan oleh KPH Banyuwangi Utara. Menurut Gomes et al. (2002), untuk kepentingan CoC diperlukan adanya separasi input yang tersertifikasi dengan input yang tidak tersertifikasi pada setiap simpul. Sehingga pada setiap fase pergerakan getah pinus baik pada simpul TPG maupun PGT perlu dilakukan separasi menurut asal getahnya. Dalam rangka tertib tata usaha getah, hasil pengkoreksian mutu dan berat yang tercantum dalam dokumen Perni 51 dijadikan sebagai dokumen penerimaan oleh pihak PGT. Dokumen Perni 51 yang telah terkoreksi kemudian di perbanyak hingga 4 eksemplar, dimana eksemplar tersebut di jadikan arsip oleh pihak PGT sebanyak 1 buah sebagai dokumen penerimaan dan sisanya untuk pihak KPH pemilik getah (Arsip KPH, BKPH, dan RPH). 5.1.2 Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus Pemberian tanda wadah pada proses pergerakan getah pinus hanya dilakukan pada drum yang berbentuk label kertas dengan informasi seperti pada Gambar 4. Label pada drum merupakan tanda fisik yang diberikan pada saat drum akan diangkut ke PGT. Label yang hanya berupa kertas tersebut tidak memuat informasi mengenai nomor seri drum yang permanen, tanggal, dan nomor dokumen yang menyertainya. Menurut Gomes et al. (2002), identitas secara visual maupun material yang konsisten dan jelas merupakan kata kunci dalam melakukan penelusuran hasil hutan, apabila hal tersebut tidak dilakukan maka pelacakan getah tidak dapat berjalan secara sistematis dan praktis. Informasi
39
terpenting pada wadah dalam proses CoC agar getah dapat terlacak adalah nomor seri drum, namun hal tersebut tidak dilakukan di lapangan. Pemberian informasi nomor drum hanya dilakukan berdasarkan nomor urut angkut yang dapat berubah sewaktu-waktu ketika kegiatan pengangkutan akan dilakukan. TPG
Hutan
PGT
Drum Fiber Asal getah (petak), mutu & berat , mandor, no. drum
Ember pikul Tidak ada tanda
Ket :
Transportasi
Pergerakan fisik getah pinus Pergerakan wadah getah pinus
Gambar 4 Pemberian tanda fisik wadah getah berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan/Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC KPH Banyuwangi Utara 2008 5.1.3 Dokumentasi Pergerakan Getah Pinus Dokumen yang digunakan berikut informasi yang diisikan didalamnya berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15 Dokumen tata usaha penyadapan getah pinus berikut informasi yang terdapat didalamnya berdasarkan hasil pengamatan di lapangan No.
Dokumen
1
DK 302 (Daftar penerimaan kayu tidak bernomor)
2
Perni 51 & Koreksinya (Dokumen pelengkap untuk pengangkutan ke luar wilayah KPH & dokumen penerimaan di PGT)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Informasi No dokumen Tanggal Petak/TPG KPH/BKPH Mutu Berat/Volume Mandor Penyadap No dokumen Tanggal No drum Petak/TPG KPH/BKPH Mutu Berat/Volume Mandor Koreksi/Keterangan Tambahan
Lokasi Pengisian
Mata Rantai Pelacakan
TPG
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
No dokumen Tanggal Petak/TPG KPH/BKPH Mutu Berat/Volume Mandor
TPG & PGT (Pembuatan koreksi Perni 51)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
No dokumen Tanggal Petak/TPG KPH/BKPH Mutu Berat/Volume Mandor
40
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa pelaksanaan penerapan SOP mengenai penggunaan dokumen dalam rangka CoC tidak dapat terlaksana sepenuhnya. Hal tersebut dapat dilihat dari pengisian dokumen angkutan (FAHHBK) yang belum dilakukan dan kegiatan penerimaan getah di TPG yang belum menggunakan dokumen DK 302a melainkan menggunakan DK 302 (DK penerimaan kayu tidak bernomor) sebagai dokumen penerimaan. Belum digunakannya FA-HHBK dan DK 302a dalam dokumentasi pergerakan getah pinus disebabkan karena dokumen tersebut masih belum disiapkan oleh pihak KPH Banyuwangi Utara. Agar proses pergerakan getah pinus dapat berjalan secara runtut untuk kepentingan CoC maka penggunaan dokumen angkutan perlu secepatnya diadakan karena berfungsi sebagai penghubung antara dokumen penerimaan di TPG dengan dokumen penerimaan di PGT. Pengisian dokumen yang tidak menyertakan nomor seri drum, dapat menyebabkan proses pelacakan getah mengalami kegagalan baik secara dokumen maupun secara fisik karena tidak ditemukan adanya identitas drum yang konsisten dalam dokumen maupun fisik drum itu sendiri. Hal serupa juga dikatakan oleh Gomes et al. (2002), bahwa identitas pada fisik yang konsisten harus dapat teridentifikasi secara visual maupun dokumen untuk kepentingan CoC. 5.1.4
Permasalahan Pergerakan Getah Dalam Rangka Pembuatan Desain CoC Lacak Getah Pinus
Berdasarkan hasil observasi lapangan mengenai pelaksanaan penyadapan getah pinus, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang ditemukan terkait dengan penerapan desain CoC lacak getah pinus yaitu : a. Pengelolaan tegakan pinus belum yang belum dilakukan secara baik Tegakan pinus yang terdapat di KPH Banyuwangi Utara masih belum dikelola dengan baik karena belum dilaksanakan sensus pohon dan blok sadap di lapangan. Keadaan tersebut dapat menyebabkan pemantauan produksi getah pinus tiap petak menjadi tidak akurat. Beberapa kesulitan yang terjadi karena tidak adanya sensus pohon antara lain : 1) Pengurangan jumlah pohon akibat pohon mati atau roboh karena bencana tidak dapat teridentifikasi. 2) Batasan blok sadap tidak diketahui secara jelas di lapangan
41
b. Penimbangan getah tidak dilakukan untuk masing-masing penyadap Tidak dilakukannya penimbangan getah terhadap seluruh penyadap di TPG dapat menyebabkan adanya ketidaksesuaian antara hasil pungutan yang diterima dengan hasil penimbangan yang tercatat. Selain itu, hal tersebut juga dapat menyebabkan penyusutan berat getah secara keseluruhan saat diterima di PGT karena getah pinus yang diterima tidak dapat diidentifikasi keaslian karakteristiknya secara nyata. c. Tidak ada konsistensi pemberian nomor pada drum getah Pentingnya pemberian nomor yang konsisten diperlukan agar penelusuran kembali getah hingga ke fisik wadah dalam rangka CoC dapat dilakukan. Konsistensi nomor tersebut sangat memberi pengaruh besar pada kegiatan penelusuran hasil hutan karena penandaan fisik yang jelas dan konsisten merupakan sistem untuk memudahkan proses sertifikasi (Matangaran 2006). d. Dokumentasi alur getah tidak lengkap dan tidak saling terkoneksi Pemberlakuan dokumen dalam rangka CoC belum dilakukan sepenuhnya. Hal tersebut dapat dilihat dari belum adanya dokumen penerimaan (DK 302a) dan angkutan (FA-HHBK). Dokumen pengangkutan dinilai penting untuk diberlakukan karena penanganan dan inventarisasi produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) selama perjalanan (transportasi) dari hutan hingga keluar adalah hal yang krusial dalam sertifikasi HHBK sehingga pengadaan dokumen angkutan disinyalir perlu untuk diadakan. Dalam hal pengisian, dokumendokumen yang ada masih belum mencantumkan identitas yang konsisten dan saling terkoneksi baik antar dokumen maupun dengan fisik wadah. e. Produksi maksimal getah pinus Hal penting dalam sertifikasi HHBK yang tidak ditemukan dalam SOP milik KPH Banyuwangi Utara adalah perhitungan terhadap produksi maksimal getah pinus. Produksi maksimal getah pinus merupakan suatu upaya untuk memberikan jaminan bahwa getah yang dihasilkan berasal dari tegakan pinus yang telah di kelola secara lestari disamping berfungsi sebagai kontrol pasokan materi getah pinus di PGT yang berasal dari KPH tersertifikasi. Hal tersebut telah diatur dalam prinsip ke-5 dan kriteria ke-6 FSC (1996), bahwa
42
tingkat pemanenan hasil hutan tidak boleh melebihi tingkat yang tidak dapat dilestarikan secara permanen. 5.2
Pembuatan Desain CoC Lacak Getah Pinus Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang telah disesuaikan dengan
standar FSC mengenai CoC, maka desain CoC lacak getah pinus dapat dibuat dengan mengkombinasikan kedua hal tersebut. Desain yang dibuat meliputi desain pergerakan fisik getah, pemberian tanda pada wadah getah, dan dokumentasi pergerakan getah yang runtut serta saling terkoneksi. 5.2.1 Pergerakan Fisik Getah Pinus Desain pergerakan getah merupakan suatu proses yang sistematis dan berjalan secara runtut serta saling terkait antara elemen-elemen pergerakan yang ada. Skema desain pergerakan getah pinus dapat dilihat pada Gambar 5. Desain tersebut merupakan modifikasi dari SOP Pengendalian Pergerakan Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC yang disusun oleh KPH Banyuwangi Utara. Beberapa penambahan dalam alur pergerakan dilakukan agar pola pergerakan dapat berjalan lebih spesifik untuk keperluan CoC. Desain pergerakan getah pinus terdiri dari beberapa tahap. Tahap ke-I merupakan tahap awal dari pergerakan getah. Pada tahap tersebut dilakukan penambahan alur proses seperti pemungutan getah di hutan; penerimaan getah dari penyadap; sortasi mutu, volume dan penimbangan berat getah; separasi menurut mutu dan asal petak; dan pembuatan dokumen DK 302a yang sebelumnya tidak diatur dalam SOP. Adapun penambahan alur proses dilakukan agar pergerakan getah dapat berjalan secara jelas dan runtut. Pelaksanaan keseluruhan alur proses pada tahap ini merupakan hal yang paling krusial dalam penerapan CoC, karena pada tahap tersebut getah harus dapat teridentifikasi dan terseparasi dengan baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh FSC mengenai CoC (Gomes et al. 2002). Tahap ke-II merupakan tahap pengendapan getah, agar getah terpisah dari kotoran dan air. Pada tahap ini tidak ada perubahan dari SOP yang telah disusun, karena pada tahap ini proses yang terjadi tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan getah pinus.
43
1. Tahap I ( Penerimaan Getah di TPG) Pemungutan getah di hutan
Penerimaan getah dari penyadap
Getah diendapkan selama 24 jam
Periksa kandungan air dan kotoran
Pembuatan dokumen DK302a
Sortasi mutu, volume, dan penimbangan berat getah
Separasi menurut mutu dan asal petak
Getah di tuang dalam drum fiber
2. Tahap II ( Setelah Getah Mengendap Selama 24 Jam ) Kotoran dan Air akan naik ke permukaan drum
3. Tahap
Air dan kotoran segera dibuang setelah disaring
III (Setelah Getah Mengendap Selama 2x24
Jam dan
Pengangkutan) Kotoran dan air yang masih tersisa akan naik ke permukaan
Air dan kotoran dibuang dari drum dan getah ditampung dalam wadah
Pengangkutan ke PGT
Pelabelan
Berat bersih sesuai hasil ditimbang
Pembuatan FA-HHBK & Perni 51
Dilakukan pengujian mutu
4. Tahap IV ( Penerimaan Getah di PGT) Penerimaan getah di PGT
Sortasi mutu dan penimbangan berat getah ulang sesuai nomor urut
Pengangkutan kembali drum ke KPH asal
Separasi getah sesuai asal KPH
Pembersihan drum getah
Penuangan getah ke dalam bak penampung
Koreksi Perni 51
Ket : Kotak yang di cetak tebal merupakan modifikasi dari SOP lacak getah KPH Banyuwangi Utara agar pergerakan getah diketahui secara jelas dalam rangka CoC lacak getah
Gambar 5 Desain pergerakan fisik getah dalam rangka CoC lacak getah pinus Tahap
selanjutnya
adalah tahap
ke-III
yang merupakan kegiatan
pengendapan lanjutan dan pengangkutan. Penambahan pada tahap ini hanya
44
dilakukan pada proses pembuatan FA-HHBK dan Perni 51. Adapun penambahan pada tahap ini dilakukan dalam rangka pengadaan dokumen yang belum ada yaitu dokumen angkutan (FA-HHBK dan DHHBK). Pengadaan dokumen FA-HHBK merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena dokumen tersebut merupakan penghubung antara dokumen penerimaan sehingga dokumen-dokumen tersebut dapat saling terkoneksi satu sama lain. Hal serupa untuk hasil hutan berupa kayu juga diutarakan oleh Matangaran (2006), yang mengatakan bahwa suatu kinerja alur proses, didalamnya perlu terdapat indikator bahwa suatu dokumen harus memiliki kejelasan alur dan berjalan secara runtut (cohort), karena hal tersebut merupakan salah satu kriteria dalam lacak balak. Selain dokumen, pada tahap pengangkutan dilakukan pemberian label guna menginformasikan karakterisrik getah hasil hutan yang akan diangkut secara jelas. Untuk kepentingan lacak getah didalam label tersebut perlu dicantumkan nomor permanen drum (nomor seri drum) selain tanda permanen yang terdapat pada drum. Hal tersebut dilakukan agar drum getah tersebut dapat diidentifikasi secara visual dan memiliki kesesuaian dengan informasi yang terdapat pada dokumen. Tahap akhir dari pergerakan getah pinus adalah tahap ke-IV yang merupakan tahap penerimaan getah di PGT. Pada tahap ini, pembuatan prosedur dilakukan mengacu pada pengamatan langsung dilapangan, karena SOP yang telah disusun belum mengatur mengenai pembuatan prosedur tersebut. Prosedur penerimaan pada tahap ini memiliki kesamaan dengan prosedur pada tahap penerimaan di TPG, dimana kegiatan yang harus dilakukan pada saat penerimaan adalah identifikasi dan separasi input (FSC 2004). Namun pada pelaksanaannya, separasi input di PGT masih belum dapat dilaksanakan sepenuhnya karena getah dari KPH Banyuwangi Utara yang telah diseparasi tetap tercampur dengan getah pinus yang berasal dari KPH lain. Hal tersebut terjadi dikarenakan pihak PGT tetap berpegang pada manajemen yang telah berlaku di PGT. Agar pelaksanaan CoC dapat berjalan sesuai dengan standar yang dikeluarkan FSC, maka perbedaan manajemen seperti ini perlu dihindari, karena hal tersebut dapat menyebabkan getah pinus dari KPH Banyuwangi Utara tidak dapat tersertifikasi dan tidak dapat dijual ke pasar dunia dengan harga yang tinggi (Premium Price).
45
5.2.2 Pemberian Tanda Pada Wadah Getah TPG
Hutan
Ember pikul Asal getah (petak), penyadap, no seri ember, berat ember
Ket :
Transportasi
PGT
Drum Fiber Tanda Permanen Asal getah, no. seri drum, berat drum
Label Sementara No dok, asal getah (petak), mutu & berat, mandor, no. drum, no. seri drum, tanggal
Pergerakan fisik getah pinus Pergerakan wadah getah pinus
Gambar 6 Desain pemberian tanda fisik wadah getah dalam rangka CoC lacak getah pinus Desain pemberian tanda pada wadah getah dilakukan dalam dua cara yaitu secara permanen dan sementara. Pemberian tanda tersebut dilakukan sesuai dengan tahapan dalam pergerakan getah yang telah ada sebelumnya yaitu pada tahap penyadapan getah di hutan, penerimaan di TPG, pengangkutan, dan penerimaan getah di PGT (Gambar 6). Pemberian tanda wadah pada saat penyadapan di hutan dilakukan terhadap wadah berupa ember yang digunakan oleh penyadap untuk mengumpulkan getah pinus dari setiap pohon yang terdapat dalam blok sadapannya. Tanda tersebut diberikan secara permanen dengan mencantumkan informasi yang jelas mengenai BKPH/RPH, TPG, asal petak, nama penyadap, nomor wadah, serta berat kosong wadah. Pemberian tanda permanen pada ember, dimaksudkan agar mandor penerimaan dapat mengawasi proses penuangan getah pinus ke dalam drum sesuai dengan asal petaknya ketika proses penerimaan getah di TPG berlangsung. Pengawasan tersebut perlu dilakukan terkait dengan fungsi separasi yang harus ada pada setiap kegiatan penerimaan agar jaminan keaslian getah menurut asalnya dapat dipertahankan selama proses pergerakan getah berlangsung.
46
Pemberian tanda wadah selanjutnya dilakukan pada drum penampung getah. Pada drum pemberian tanda dilakukan dalam dua cara yaitu secara permanen dan sementara dalam bentuk label. Tanda permanen diberikan pada drum dengan mencantumkan informasi berupa kode KPH/BKPH, nomor seri drum, serta berat kosong wadah. Pemberian tanda permanen harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mudah hilang selama proses pergerakan getah, karena tanda tersebut berfungsi untuk menjaga konsistensi penomoran drum sehingga getah dapat terlacak dalam rangka CoC. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pernyataan Gomes et al. (2002), yang menyatakan bahwa wadah harus dapat diidentifikasi secara visual dan material agar penelusuran hasil hutan (CoC) dapat berjalan secara sistematis dan praktis. Untuk kepentingan separasi menurut asal getah, drum yang tersedia di TPG diletakkan berkelompok berdasarkan mutu dan petak serta diberi pembatas atau tanda yang jelas untuk membedakannya. Pemberian tanda terakhir dilakukan pada saat drum yang tersusun berdasarkan asal petaknya, telah terisi oleh getah pinus atau pada saat proses penerimaan di TPG berakhir. Pemberian tanda tersebut dilakukan dalam bentuk label sementara yang berfungsi agar karakteristik getah dalam drum dapat teridentifikasi secara jelas dan memiliki kesesuaian dengan dokumen yang menyertainya. Informasi yang harus tertera dalam label tersebut meliputi informasi mengenai no. Perni 51, no. FA-HHBK, no. angkut drum, no. seri drum, berat getah, mutu getah, tanggal penerimaan, tanggal pengiriman, dan nama mandor. Pengisian informasi pada label dilakukan terhadap keseluruhan drum yang telah terisi getah, baik untuk drum yang akan diangkut maupun yang akan menjadi sisa persediaan. Untuk pengisian informasi label pada drum yang menjadi sisa persediaan, dilakukan dengan mengisi keseluruhan informasi yang terkait dengan karakteristik getah pinus dalam drum dan mengosongkan informasi yang belum ada, seperti informasi no. Perni 51, no. FA-HHBK, no. angkut drum, dan tanggal pengiriman. Informasi yang kosong tersebut dapat diisikan apabila drum yang merupakan sisa persediaan telah siap diangkut. Menurut Matangaran (2006), pemberian tanda atau label merupakan hal yang penting untuk memudahkan proses sertifikasi dimana sistem yang dibuat sebaiknya mengikuti proses untuk sertifikasi yang salah satunya dapat berupa penandaan fisik kayu
47
yang jelas dan konsisten. Mengingat fisik getah yang berubah-ubah maka pemberian tanda dilakukan pada wadah penampungnya. 5.2.3 Dokumentasi Pergerakan Getah Pinus Pembuatan desain yang mengatur dokumentasi pergerakan getah pinus dilakukan dengan memodifikasi SOP Pengendalian Pergerakan / Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC. Modifikasi dilakukan terhadap mekanisme pengisian dokumen yang menyertakan beberapa informasi agar sistem tata usaha getah dapat saling terkoneksi sehingga memudahkan proses pelacakan getah. Tabel 16 Desain dokumentasi tata usaha penyadapan getah pinus berikut informasi yang harus terdapat didalamnya dalam rangka CoC lacak getah pinus No.
Dokumen
1
DK 302a (Daftar penerimaan hasil hutan bukan kayu)
2.
FA-HHBK/ DHHBK (Dokumen angkutan dengan DHHBK sebagai lampiran)
3.
Perni 51 & Koreksi (Dokumen pelengkap untuk pengangkutan ke luar wilayah KPH & dokumen penerimaan di PGT)
Informasi 1. No dokumen 2. Tanggal 3. No seri drum 4. Petak/TPG 5. KPH/BKPH 6. Mutu 7. Berat/Volume 8. Mandor 9. Penyadap 1. No dokumen 2. Tanggal 3. No seri drum 4. No drum 5. Petak/TPG 6. KPH/BKPH 7. Mutu 8. Berat/Volume 9. Mandor 10. Keterangan Tambahan 1. No dokumen 2. Tanggal 3. No seri drum 4. No drum 5. Petak/TPG 6. KPH/BKPH 7. Mutu 8. Berat/Volume 9. Mandor 10. *Koreksi/Keterangan Tambahan
Lokasi Pengisian
TPG
TPG
TPG *Pembuatan koreksi Perni 51 dilakukan di PGT
Mata Rantai Pelacakan 1. No dokumen 2. Tanggal 3. No seri drum 4. Petak/TPG 5. KPH/BKPH 6. Mutu 7. Berat/Volume 8. Mandor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
No dokumen Tanggal No seri drum Petak/TPG KPH/BKPH Mutu Berat/Volume Mandor
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
No dokumen Tanggal No seri drum Petak/TPG KPH/BKPH Mutu Berat/Volume Mandor
Pengisian dokumentasi pergerakan getah berdasarkan Tabel 16, dilakukan pada simpul TPG dan PGT. Simpul TPG merupakan simpul awal tempat terjadinya proses penerimaan getah dari hutan. Dokumentasi getah yang dilakukan pada simpul ini menggunakan dokumen DK 302a untuk menggantikan DK 302 yang selama ini digunakan oleh mandor penerimaan pada saat penerimaan getah di TPG. Pengisian dokumen penerimaan dilakukan atas dasar penerimaan setiap
48
drum dengan memperhatikan separasi menurut mutu dan asal petak. Pada dokumen tersebut juga dituliskan identitas yang terdapat dalam tanda permanen drum seperti no. seri drum untuk menjaga konsistensi penomoran drum. Pengisian dokumen angkutan (FA-HHBK) di TPG, dilakukan apabila drum yang terisi getah telah mencapai kuota untuk dilakukan pengangkutan ke PGT. FA-HHBK dibuat dengan menggunakan lampiran berupa Daftar Hasil Hutan Bukan Kayu (DHHBK) yang menerangkan secara jelas mengenai isi drum yang akan diangkut. Pengisian dokumen angkutan diawali dengan mengisi dokumen DHHBK yang memisahkan antara drum yang akan diangkut dengan drum yang menjadi sisa persediaan. Informasi yang diisikan dalam dokumen DHHBK harus memiliki kesesuaian dengan informasi yang terdapat dalam DK 302a (Tabel 16). Apabila informasi yang tertulis tidak sesuai, maka proses lacak getah dapat mengalami kegagalan, karena tidak ditemukan adanya konektivitas antar kedua dokumen tersebut. Dokumen DHHBK yang telah selesai diisi kemudian dijadikan acuan untuk membuat FA-HHBK. Informasi yang terdapat dalam FA-HHBK merupakan informasi secara umum, singkat dan mampu mewakili isi dari DHHBK mengenai karakteristik getah pinus dalam drum yang akan diangkut. Dokumen terakhir yang digunakan dalam proses pergerakan getah adalah adalah dokumen Perni 51. Menurut SOP yang telah disusun, pengangkutan yang dilaksanakan oleh KPH Banyuwangi Utara merupakan pengangkutan keluar areal KPH yang memerlukan dokumen pelengkap dalam bentuk Perni 51. Isi dari dokumen Perni 51 memiliki kemiripan dengan informasi yang terdapat dalam DHHBK namun dokumen Perni 51 hanya menginformasikan drum getah yang diangkut tanpa memberikan informasi tentang drum getah yang menjadi sisa persediaan di TPG. Informasi yang terdapat dalam Perni 51 akan dikoreksi pada saat getah diterima di PGT. Koreksi berat dilakukan terhadap setiap drum sesuai dengan nomor urut angkut yang terdapat dalam Perni 51. Apabila Perni 51 tersebut telah selesai dikoreksi, maka pihak PGT akan menggunakan dokumen tersebut sebagai dokumen penerimaan dan akan direkapitulasi secara keseluruhan untuk mengetahui total penerimaan getah pinus dari KPH Banyuwangi Utara. Menurut Matangaran (2006), peranan dokumen dalam sistem lacak balak adalah menyertai perjalanan / mutasi kayu dan harus saling terkoneksi. Oleh
49
karena itu setiap dokumen yang menyertai pergerakan getah juga harus memiliki informasi yang saling terkoneksi seperti nomor dokumen dan tanggal, disamping informasi lain seperti nomor seri drum yang konsisten. Sehingga dengan diketahuinya informasi tersebut, maka kelemahan dalam proses produksi dapat terdeteksi. Hal tersebut menurut Gomes et al. (2002) adalah keuntungan yang akan didapat dari sertifikasi CoC. Melihat bentuk fisik getah pinus yang tidak tetap, maka hal yang harus di pertahankan adalah dokumen yang menyertai pergerakan getah pinus. Menurut Matangaran (2006) untuk memudahkan pelacakan dokumen pada kegiatan lacak balak, perhatian sebaiknya tertuju pada kode BKPH, kode petak, dan nomor pohon. Namun dalam pelaksanaan lacak getah pinus, pelacakan terhadap nomor pohon tidak dapat dilakukan karena penanganan getah pinus dilakukan dengan cara mencampurkan hasil getah yang dipungut dari setiap pohon penghasilnya. Hal tersebut membuat getah pinus yang memiliki bentuk tidak tetap (berbentuk cair) tidak dapat terlacak hingga ke nomor pohonnya. Melihat kondisi tersebut, maka pemberian nomor dilakukan dengan cara lain yaitu dengan memberikan tanda pada wadah penampung getah dalam bentuk nomor seri drum yang harus terdapat dalam setiap dokumen agar konsistensi penomoran drum dan keterkoneksian antar dokumen dapat tetap terjaga untuk keperluan lacak getah. 5.3
Produksi Maksimal Getah Pinus Menurut prinsip ke 5 FSC (FSC 1996) pengelolaan hutan harus
menghindarkan ketergantungan pada satu produk hutan. Pemanfaatan hasil hutan yang beragam merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keragaman ekonomi lokal, namun pemanfaatan yang dilakukan harus tetap memperhatikan tingkat kelestarian hutan. Berdasarkan hal tersebut maka pembuatan desain CoC lacak getah perlu memperhatikan standar kelestarian hutan. Standar kelestarian tersebut didekati dengan pembuatan kontrol produksi maksimal yang bertujuan agar tingkat pemanenan getah pinus tidak melebihi tingkat yang tidak dapat dilestarikan secara permanen. Pentingnya pembuatan hal tersebut juga dijelaskan dalam standar FSC-STD-01-003 (2004) yang mengatur tentang standar minimal intensitas pengelolaan hutan agar kelestarian hutan tetap terjaga.
50
Berdasarkan data mengenai perkembangan tegakan pinus di KPH Banyuwaangi Utara, dapat diketahui bahwa produksi getah pinus selalu mengalami peningkatan dari tahun 2004 hingga tahun 2007 seperti pada Tabel 17. Tabel 17 Perkembangan produksi getah pinus KPH Banyuwangi Utara tahun 2003-2007 No.
Keterangan
Tahun 2005 464,9 0,00 83.618 -4,69 16 0,00 244 0,83 504.737 5,41
2003 2004 2006 2007 Luas (Ha) 472,8 464,9 464,9 464,9 1 Perubahan (%) -1.67 0,00 0,00 Jumlah Pohon (Phn) 87.736 87.736 83.618 83.618 2 Perubahan (%) 0,00 0,00 0,00 Jumlah Petak (Ptk) 16 16 16 16 3 Perubahan (%) 0,00 0,00 0,00 Jumlah Penyadap (Org) 242 242 244 244 4 Perubahan (%) 0,00 0,00 0,00 Produksi (Kg/thn) 480.732 478.820 514.670 515.712 5 Perubahan (%) -0,40 1,97 0,20 Ket : tanda minus (-) menunjukkan adanya penurunan Sumber : Laporan Kemajuan Sadapan Getah Pinus KPH Banyuwangi Utara tahun 2003-2007 (diolah)
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan getah pinus dari tahun 2004-2007 dengan peningkatan terbesar ditemukan pada tahun 2005 yaitu sebesar 5,41%. Tingginya produksi getah pada tahun tersebut karena meningkatnya tenaga penyadap dari 242 orang menjadi 244 orang. Peningkatan tenaga penyadap tersebut dikarenakan pekerjaan menyadap merupakan pekerjaan yang sangat menjanjikan karena getah yang di produksi KPH Banyuwangi Utara selalu memiliki kuantitas dan kualitas terbaik. Namun pada tahun 2004 terjadi pengurangan produksi getah pinus sebesar -0,40% karena terdapat pengurangan luas areal yang disadap sebesar -1,67%. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Harfeni (1998), yang menyatakan bahwa pengurangan luas areal sadapan dapat menyebabkan pengurangan jumlah pohon yang berakibat pengurangan produksi getah terkait dengan jumlah N/Ha dalam suatu areal sadapan. Secara keseluruhan menurut buku RPKH KPH Banyuwangi Utara, tegakan pinus yang saat ini disadap memiliki luas sebesar 464,9 Ha sedangkan tegakan yang belum disadap memiliki luas sebesar 71,1 Ha. Untuk mempermudah mengetahui produktivitas getah pinus dalam rangka penentuan produksi maksimal, maka pada penelitian ini tegakan pinus tersebut dikelompokkan menjadi beberapa Kelas Umur (KU) berdasarkan umur tanamnya dengan selang 5
51
tahun untuk setiap kelas umur. Dari hasil pengelompokkan tersebut, didapat bahwa KU yang saat ini dimanfaatkan untuk kegiatan penyadapan getah terbagi menjadi 2, yakni KU VI sebanyak 4 anak petak dengan luasan 46,20 Ha dan KU VII sebanyak 12 anak petak dengan luasan 417,30 Ha. Selain itu terdapat 2 kelas umur lain yang tegakan pinusnya belum disadap yaitu KU I sebanyak 5 petak dengan luasan 42,70 Ha dan KU II sebanyak 2 petak dengan luasan 35,80 Ha. 5.3.1 Penentuan Alternatif Perhitungan Produksi Nyata Getah Pinus Penentuan
produksi maksimal berdasarkan produksi nyata dilakukan
dengan membandingkan antara penimbangan getah di hutan, TPG, dengan data sekunder yang didapat dari data berat getah pinus seri 5 tahun terakhir. Keseluruhan hasil penimbangan tersebut kemudian dikonversi menjadi satuan Kg/ ph/th. Hasil dari tiga cara pengukuran tersebut dapat dilihat dalam Tabel 18. Tabel 18 Perbandingan produksi nyata getah pinus di hutan, TPG, dan data sekunder KPH Banyuwangi Utara Produksi Rata-Rata Hutan TPG Data Sekunder*) (Kg/phn/th) 8,03 6,99 6,07 VI 47,6 275 (Kg/th/ha) 2.209,48 1.922,09 1.668,56 (Kg/phn/th) 9,37 7,53 6,18 VII 417,3 242 (Kg/th/ha) 2.259,97 1.823,16 1.496,05 Ket : * Data sekunder didapat dari hasil pengolahan data Laporan Kemajuan Sadapan Getah Pinus KPH Banyuwangi Utara Tahun 2003-2007 KU
Luas (Ha)
N/HA (Phn/Ha)
Keterangan
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa berdasarkan ketiga pengukuran yang dilakukan, secara keseluruhan produksi getah pinus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan umur tegakan dengan nilai produksi yang berada diatas standar produksi getah Pinus merkusii sebesar 6,0 Kg/ph/th (Sugiyono et al. 2001). Tingginya nilai produksi tersebut karena penyadapan getah pinus yang dilakukan di KPH Banyuwangi Utara menggunakan Cairan Asam Stimulansia (CAS). CAS tersebut digunakan untuk merangsang pohon agar mengeluarkan getah lebih banyak. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa hasil pengukuran produksi getah yang dilakukan di hutan memiliki kecenderungan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pengukuran di TPG ataupun berdasarkan pengolahan data sekunder di KPH. Produksi rata-rata hasil pengukuran getah dihutan sebesar 8,03 Kg/ph/th untuk KU VI dan sebesar 9,37 Kg/ph/th untuk KU VII. Perbedaan nilai produksi antara pengukuran di hutan dengan TPG disebabkan
52
karena penimbangan getah di TPG tidak dilakukan untuk keseluruhan penyadap melainkan dengan asumsi bahwa penimbangan satu ember mampu mewakili keseluruhan berat ember yang lain. Hal ini mengakibatkan banyak berat getah pinus yang tidak terukur secara nyata dilapangan pada saat penimbangan di TPG Melihat perbedaan tersebut, maka alternatif yang sesuai untuk dijadikan dasar penentuan nilai produksi maksimal nyata getah pinus adalah nilai yang didapat dari hasil pengukuran di hutan. Karena nilai yang diperoleh berdasarkan hasil penimbangan getah dari pohon secara langsung. 5.3.2 Produksi Maksimal Nyata Getah Pinus Produksi maksimal nyata getah pinus dilakukan berdasarkan hasil perhitungan produksi nyata di hutan. Penentuan nilai maksimal dilakukan dengan mengambil batas atas dari kisaran produksi yang didapat dari hasil pengukuran pendugaan nilai tengah. Hasil perhitungan produksi maksimal nyata getah pinus dapat dilihat dalam Tabel 19 Tabel 19 Produksi maksimal getah pinus untuk KU VI dan KU VII berdasarkan perhitungan produksi nyata No
KU
Jml Pohon
Prod Rata-Rata (Kg/phn/th)
Ragam
Kisaran Produksi (Kg/phn/th)
1 2
VI VII
13.248 70.372
8,03 9,37
9,939 12,618
4,312 < x < 11,757*) 5,177 < x < 13,565**)
Produksi Maksimal/KU (Kg/KU/th) 155.733,2 954.596,2
Ket : * Kontrol produksi maksimal KU VI ** Kontrol produksi maksimal KU VII
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai produksi maksimal nyata untuk KU VI sebesar 11,757 Kg/phn/th sedangkan untuk KU VII sebesar 13,565 Kg/phn/th. Keadaan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Poedjorahardjo dan Kamarudin (1933) yang melakukan penelitian di Jawa Timur, bahwa peningkatan produksi getah pinus memiliki korelasi yang positif seiring dengan pertambahan umur tegakan. Penentuan kontrol produksi maksimal nyata getah pinus untuk setiap KU dilakukan dengan mengkonversi nilai maksimalnya menjadi produksi maksimal tiap KU berdasarkan jumlah pohonnya. Dari hasil konversi tersebut didapat hasil bahwa KU VI memiliki produksi sebesar 155.733,2 Kg/KU/th sedangkan KU VII memiliki produksi sebesar 954.596,2 Kg/KU/th. Untuk KU VII produksi maksimalnya akan selalu tetap karena menurut Iriyanto (2007), KU yang potensial
53
untuk disadap adalah KU III–KU VI sedangkan untuk KU VII tegakan pinus tersebut sudah masuk dalam waktu sadap mati sebelum dilakukan penebangan. Berdasarkan ketentuan tersebut maka untuk petak-petak yang termasuk dalam KU VI berpeluang mengalami peningkatan produksi getah pinus karena pada tahun yang akan datang petak-petak tersebut akan masuk ke dalam KU VII. Petak-petak yang termasuk dalam KU VI adalah petak 68O, 72G, 73C, dan 74D 5.3.3 Pendugaan Produksi Berproduksi
Maksimal
Untuk
Tegakan
yang
Akan
Tegakan pinus yang berada di KPH Banyuwangi Utara belum sepenuhnya dapat diketahui produksi getahnya secara nyata di lapangan, karena masih terdapat beberapa anak petak yang masih termasuk ke dalam KU I dan KU II, dimana tegakan tersebut masih belum siap untuk disadap. Menurut Petunjuk Penyadapan Getah Pinus (2006) kegiatan sadap buka hanya dapat dilakukan pada tegakan pinus yang telah mencapai umur 11 tahun (KU III) atau kelilingnya telah mencapai 63 cm. Sedangkan tegakan KU III hingga KU V pada kenyataannya tidak ditemukan di lapangan sehingga menyebabkan produksi getah pinus pada KU tersebut tidak dapat diketahui secara nyata. Melihat keadaan tersebut maka penentuan produksi maksimal dilakukan dengan menduga produksi getah pada KU III, KU IV, dan KU V berdasarkan data pada penelitian Wijayanti (2008) yang melakukan penelitian di KPH Kediri. Pengambilan data pada penelitian tersebut dikarenakan lokasi penelitiannya yang terdapat di KPH kediri memiliki kondisi lapangan yang relatif sama dengan KPH Banyuwangi Utara dalam hal ketinggian tempat, kondisi tanah, iklim, dan curah hujan (Tabel 20). Tabel 20. Kesesuaian kondisi lapangan KPH Kediri dengan KPH Banyuwangi Utara No. 1 2 3 4
Kondisi Lapangan Ketinggian tempat Tipe iklim Curah Hujan Jenis tanah
KPH Kediri 0-500 mdpl Tipe D 107 mm/bln Latosol, cokelat merah
KPH Banyuwangi Utara 0-600 mdpl TipeD 150,33 mm/bln Asosiasi latosol - regosol, cokelat kemerahan 5 Bentuk lapangan Landai sampai curam Landai sampai curam Ket : Data KPH Kediri (Wijayanti 2007) dan Buku RPKH KPH Banyuwangi Utara Jangka 2003-2012
Menurut Rianto (1980), keluarnya getah pinus pada dasarnya dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor aktif dan faktor pasif yang meliputi kualita
54
tempat tumbuh, umur, dan ketinggian tempat. Hal tersebutlah yang dijadikan dasar dalam pengambilan data untuk menduga produksi getah pinus pada tegakan KU III hingga KU V. Namun berdasarkan Tabel 20, ditemui ketidaksesuaian tempat tumbuh bagi pinus di KPH Kediri dan KPH Banyuwangi Utara, yaitu memiliki tipe iklim D dengan curah hujan berturut-turut sebesar 107 mm/bln dan 150,33 mm/bln. Sedangkan menurut Darsidi (1983), jenis Pinus merkusii seharusnya tumbuh pada tipe iklim A dan B menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson dengan curah hujan minimal 1500 mm/th. Perbedaan tersebut cukup mempengaruhi produksi getah yang dihasilkan pada 2 lokasi penelitian menjadi lebih sedikit dari produksi pinus pada umumnya. Namun masih terdapat faktor lain yang cukup mempengaruhi banyaknya produksi getah yang dihasilkan yaitu faktor ketinggian tempat. Ketinggian tempat yang dimiliki dua lokasi tersebut masih termasuk ke dalam elevasi rendah sehingga masih mampu menghasilkan produksi yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan tegakan pinus yang terdapat dalam elevasi yang tinggi karena dipengaruhi faktor suhu udara yang mampu menghambat keluarnya getah (Hermawan 1992). Selain faktor pasif, keluarnya getah pinus dipengaruhi oleh faktor aktif yang salah satunya adalah penggunaan CAS untuk merangsang keluarnya getah. Pada penelitian Wijayanti (2007), tegakan pinus yang disadap, diuji dengan menggunakan CAS yang memiliki konsentrasi berbeda. Hal tersebut tidak sesuai dengan perlakuan yang diberikan pada tegakan pinus di KPH Banyuwangi Utara, karena pada tegakan pinus di lokasi tersebut CAS yang diberikan hanya menggunakan 1 konsentrasi saja. Untuk menghindari perbedaan tersebut maka pengambilan data produksi getah pinus dilakukan terhadap 5 pohon kontrol yang tidak diberikan perlakuan CAS dari masing-masing KU yang ada. Tabel 21 Pendugaan produksi maksimal getah pinus untuk KU III, KU IV, dan KU V No
KU
1 2 3
III IV V
Prod Rata-Rata (Kg/ph/th) 0,938 1,309 2,146
Ragam 0,089 0,230 0,720
Keterangan : * Prediksi kontrol produksi maksimal untuk KU III ** Prediksi kontrol produksi maksimal untuk KU IV *** Prediksi kontrol produksi maksimal untuk KU V Sumber : Wijayanti (2007)
Kisaran Prod. (Kg/ph/th) 0,569 < x < 1,308*) 0,713 < x < 1,904**) 1,092 < x < 3,199***)
55
Berdasarkan perhitungan data produksi getah pinus Wijayanti (2007), didapat hasil produksi rata-rata getah pinus pada KU III, KU IV, dan KU V berturut-turut sebesar 0,938 Kg/ph/th, 1,309 Kg/ph/th, dan 2,146 Kg/ph/th (Tabel 21). Dari hasil tersebut, penentuan kisaran produksi untuk mencari nilai kontrol produksi maksimal, dilakukan dengan metode pendugaan nilai tengah yang berada pada selang kepercayaan 95%. Menurut Prihanto B dan Muhdin (2006) apabila contoh yang diambil kurang dari 30 individu, maka pendugaan nilai tengah dilakukan menggunakan sebaran T-student. Dari hasil perhitungan kisaran produksi dengan metode tersebut, didapat nilai produksi maksimal untuk KU III sebesar 1,308 Kg/phn/th; KU IV sebesar 1,904 Kg/phn/th; dan KU V sebesar 3,199 Kg/phn/th. Nilai dari produksi maksimal yang didapat, merupakan nilai tertinggi dari kisaran produksi yang telah diketahui. Korelasi yang positif ditemukan pada peningkatan produksi getah pinus seiring dengan bertambahnya umur tegakan, dimana produksi terbesar ditemukan pada KU V. Hasil tersebut berbeda dengan hasil perhitungan Wijayanti (2007) dimana pada penelitiannya, nilai tertinggi ditemukan pada KU III. Perbedaan tersebut dikarenakan perhitungan pada penelitian Wijayanti (2007) dilakukan dengan mengikutsertakan pohon yang diberi perlakuan CAS, sedangkan pada penelitian ini hanya mengambil pohon contoh kontrol yang tidak diberi perlakuan stimulansia. 5.3.4 Prediksi Produksi Maksimal Getah Pinus di KPH Banyuwangi Utara Penentuan produksi maksimal untuk KPH Banyuwangi Utara dilakukan dengan membuat prediksi dari produksi maksimal setiap tahun untuk 5 tahun ke depan. Hal tersebut dilakukan karena suatu perusahaan yang melaksanakan CoC perlu memiliki catatan mengenai input, proses, dan output sesuai kondisi nyata yang memuat data minimal 5 (lima) tahun terakhir (Gomes et al. 2002). Dengan menggabungkan hasil dari produksi maksimal nyata dan pendugaan produksi maksimal untuk KU yang akan disadap buka maka perhitungan prediksi produksi maksimal KPH Banyuwangi Utara dapat dilakukan. Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat bahwa keseluruhan petak pada KU II baru bisa disadap pada tahun 2010, karena pada tahun tersebut petak yang termasuk dalam KU II telah menjadi KU III yang siap untuk di sadap buka. Hal serupa juga ditemukan pada KU VI khususnya pada petak 68O, 72G, dan 73C
56
yang mengalami peningkatan produksi getah karena telah memasuki KU VII dengan produksi getah berturut-turut sebesar 111.884,1 Kg/th, 46.839,9 Kg/th, dan 10.078,8 Kg/th. Berbeda dengan petak 74D, petak yang termasuk dalam KU VI tersebut baru mengalami peningkatan produksi pada tahun 2010 dengan produksi pada tahun tersebut sebesar 10.879,1 Kg/th. Secara keseluruhan total produksi maksimal terbesar yaitu sebesar 1.176.513,4 Kg/th ditemukan pada tahun 2010 hingga 2012, karena pada tahun-tahun tersebut tegakan pinus yang saat ini belum disadap sudah bisa disadap dan tegakan pinus yang saat ini masih berada pada KU VI telah memasuki KU VII sehingga mampu memproduksi getah lebih banyak. Tabel 22. Prediksi produksi maksimal KPH Banyuwangi Utara 5 tahun ke depan Luas (Ha) II 73A 9 28,5 II 74A 9 7,3 VI 68O 30 27,9 VI 72G 30 11 VI 73C 30 2,9 VI 74D 29 4,4 VII Total KU VII 417,3 Total Prediksi Prod Maks 499,3 Prediksi Prod Maks Setiap Tahun KU
Petak
Umur
2008 96.971,7 40.596,9 8.735,4 9.429,1 954.596,2 1.110.329,3
Produksi Maksimal (Kg/th) 2009 2010 2011 29.822,4 29.822,4 12.412,9 12.412,9 111.884,1 111.884,1 111.884,1 46.839,9 46.839,9 46.839,9 10.078,8 10.078,8 10.078,8 9.429,1 10.879,1 10.879,1 954.596,2 954.596,2 954.596,2 1.132.828,1 1.176.513,4 1.176.513,4 1.154.540,5
2012 29.822,4 12.412,9 111.884,1 46.839,9 10.078,8 10.879,1 954.596,2 1.176.513,4
Berdasarkan Tabel 22 juga dapat diprediksi bahwa secara keseluruhan tegakan pinus yang disadap di KPH Banyuwangi Utara dengan luas 499,3 Ha, memiliki produksi maksimal rata-rata sebesar 1.154.540,5 Kg/th dalam jangka 5 tahun ke depan. Nilai tersebut merupakan nilai kontrol yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pemanenan getah pinus agar berjalan secara lestari sesuai dengan standar FSC (2004) mengenai SLIMF (Small and Low Intensity Managed Forest) pada HHBK. Dengan adanya kontrol produksi maksimal tersebut maka pemanenan getah pinus dapat dievaluasi sebagai standar pemanenan yang masih memiliki intensitas lebih rendah dari standar pemanenan yang tidak bisa dilestarikan secara permanen (FSC 2004). Berdasarkan ketentuan tersebut, apabila ditemukan produksi nyata getah pinus pada tahun berjalan melebihi prediksi produksi maksimal yang telah diketahui, maka dapat dikatakan bahwa getah pinus bukan berasal dari hutan dengan pengelolaan yang lestari dan sertifikat FSC terhadap getah pinus yang telah diberikan dapat dicabut.
57
5.4
Uji Coba Pelaksanaan Lacak Getah Pinus Uji coba pelaksanaan lacak getah dilakukan untuk membandingkan desain
CoC lacak getah pinus dalam penelitian ini dengan SOP Pengendalian Pergerakan/Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC milik KPH Banyuwangi Utara. Pelaksanaan uji coba lacak getah dilakukan pada dua lokasi TPG yang kondisinya dapat mewakili seluruh TPG yang ada di KPH Banyuwangi Utara yaitu TPG II dan TPG III. Tabel 23 Kondisi TPG untuk pelaksanaan uji coba CoC lacak getah pinus No 1
Uraian Lokasi
2
Fungsi lain TPG
3
Sistem pengangkutan getah Tingkat Keamanan
4
5
Kesamaan dengan TPG lain
TPG II (Sumberdilem) Di wilayah pemukiman warga (magersaren) Penyimpan drum kosong, penyimpan cairan CAS Tidak 1 (satu) kali angkut (memungkinkan ada sisa persediaan getah di TPG) Aman, karena posisinya yang berada di dalam pemukiman warga TPG I (Sumbernanas)
TPG III (Matamin) Dalam hutan TPG Bantu untuk petak-petak yang sulit 1 (satu) kali angkut (tidak ada sisa persediaan getah di TPG) Kurang aman, karena posisinya yang didalam hutan sehingga jauh dari pengawasan TPG IV (Curah Kopi) dan TPG V (Junari)
Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat bahwa TPG yang digunakan untuk pelaksanaan uji coba lacak getah memiliki kondisi yang berbeda. TPG II Sumber dilem cenderung memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan TPG III Matamin, karena lokasinya yang berada di pemukiman warga sehingga mudah untuk diawasi. Berbeda dengan TPG III Matamin, lokasinya berada di dalam hutan menyebabkan kondisinya tidak aman karena jauh dari pengawasan warga. Melihat kondisinya yang cukup aman, maka TPG II memiliki fungsi lain disamping sebagai tempat pengumpulan getah yaitu sebagai tempat penyimpanan drum kosong dan tempat penyimpanan CAS. Berbeda dengan TPG III yang hanya berfungsi sebagai TPG bantu untuk petak - petak yang luas karena mempertimbangkan faktor keamanan dan aksesibilitas yang sulit untuk dijangkau. Berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan penerimaan getah pinus di dua TPG tersebut, ternyata TPG II memiliki tingkat kesulitan yang lebih besar apabila akan dilakukan ujicoba lacak getah, karena di TPG tersebut selalu terdapat drum yang menjadi sisa persediaan. Berbeda dengan kondisi TPG III yang tidak ditemukan adanya sisa persediaan karena mempertimbangkan faktor keamanan, sehingga pengangkutan getah dilakukan secara langsung tanpa menyisakan drum
58
sisa untuk menghindari terjadinya pencurian getah pinus. Beberapa kekurangan yang lain ditemukan di TPG III karena dianggap sebagai usaha untuk menghindari tindak pencurian, yaitu seperti tidak ditemukannya timbangan getah, persediaan drum kosong atau peralatan lain yang digunakan pada saat penerimaan getah. Mengingat
pentingnya
keberadaan
alat-alat
tersebut dalam pelaksanaan
penerimaan getah di TPG maka pembuatan TPG harus dilakukan dengan baik dan memperhatikan tingkat keamanan agar tindakan pencurian dapat dihindari. 5.4.1
Layout TPG Ujicoba Desain CoC Lacak Getah Pinus Untuk kemudahan pelaksanaan pergerakan hasil hutan dalam rangka uji
coba lacak getah, maka setiap TPG percontohan dibuatkan layoutnya agar pelaksanaan separasi getah menurut mutu dan asal petaknya dapat berjalan dengan baik. Pembuatan layout TPG didasarkan atas konsep yang diterapkan di TPK, yaitu membagi areal menjadi beberapa kapling dan blok seperti ditunjukkan dalam Gambar 7 dan Gambar 8. PENYIMPANAN CAS PENYIMPANAN CAS 72 G
U
73D
a 72H 72L
Arah keluar drum
73C
d
b
Ket : (a) Tutup drum
74B c
74D
SISA PERSEDIAAN
(b) Timbangan duduk (c) Sampel mutu getah (d) Jalan angkutan getah
Gambar 7 Sketsa layout TPG II (Sumberdilem) Gambar 7 merupakan sketsa layout TPG II yang berlokasi di kawasan magersaren Sumber Dilem. TPG II menerima getah dari petak 72G 73D, 72H, 72L, 73C, 74D, dan 74B. Khusus untuk petak 74B penerimaan yang dilakukan hanya sebagian saja karena sisanya diterima oleh TPG III yang berfungsi sebagai TPG bantu mengingat kondisi petak 74B yang sangat luas. Pada petak yang
59
memiliki luasan kecil, hasil penerimaannya digabung menjadi satu karena petak yang memiliki luasan kecil cenderung memiliki produksi yang kecil pula. TPG II memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat penyimpanan CAS dan tempat penyimpanan drum kosong disamping fungsi utamanya sebagai tempat pengumpulan getah. Kondisi berbeda ditemukan pada TPG III yang berlokasi di dalam hutan. Penempatan TPG yang dilakukan didalam hutan cenderung memberikan tingkat keamanan yang kurang karena jauh dari pengawasan warga. Penggambaran layout TPG III dapat dilihat pada Gambar 8. 75 E
74 B U Arah keluar drum
c b
a Ket : (a) Sampel mutu getah (b) Timbangan gantung (c) Jalan angkutan getah
Gambar 8 Sketsa layout TPG III (Matamin) Berdasarkan layout tersebut, TPG III memiliki kondisi cukup berbeda dengan kondisi yang terdapat di TPG II. Beberapa perbedaan yang ditemukan antara lain, tidak ditemukannya penyimpanan CAS dan sisa persediaan. Perbedaan tersebut terjadi karena mempertimbangkan tingkat keamanan di TPG III yang dinilai kurang, sehingga penyimpanan sisa persediaan getah, peralatan atau perlengkapan di TPG tidak dilakukan. Tindakan lain yang dilakukan untuk mengantisipasi tindak pencurian yang merupakan permasalahan utama keamanan di TPG tersebut adalah dengan mengutamakan pengangkutan drum getah. Kondisi serupa dilakukan untuk TPG lain yang berlokasi didalam hutan agar tidak terdapat sisa persediaan drum yang dapat menjadi sasaran tindak pencurian getah.
60
Dalam hal penerimaan getah, TPG III berfungsi sebagai TPG bantu untuk petak 74B yang memiliki areal yang sangat luas disamping petak 75E yang merupakan petak cakupan TPG III itu sendiri. Pelaksanaan administrasi untuk petak tersebut tetap dilakukan di TPG III walaupun sebenarnya petak 74B termasuk dalam cakupan TPG II. Hal ini dilakukan untuk kemudahan penerimaan getah di lapangan, namun pada akhirnya laporan yang terdapat dalam TPG III mengenai petak 74B tetap digabungkan dengan laporan pada TPG II. 5.4.2
Uji Coba Lacak Getah Berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC KPH Banyuwangi Utara Pelaksanaan uji coba lacak getah berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan
Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC (2008) dilakukan pada TPG II Sumber Dilem dan TPG III Matamin dengan 2 kali pengamatan di lapangan. Dari hasil pengujian di lapangan didapat hasil seperti pada Tabel 24. Tabel 24 Persentase keberhasilan lacak getah berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan/Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC KPH Banyuwangi Utara Urut Dokumen/Fisik Pemeriksaan Tanggal Pengamatan : 10/7/2008 1 Perni 51 2 FAHHBK/DHHBK 3 DK 302 a 4 Drum (Fisik) Tanggal Pengamatan : 14/7/2008 1 Perni 51 2 FAHHBK/DHHBK 3 DK 302 a 4 Drum (Fisik) Rata-Rata Keberhasilan Pelacakan Dokumen Rata-Rata Keberhasilan Pelacakan Fisik
Jumlah drum
Kegagalan (drum)
Berhasil (drum)
Persentase (%)
36 0 0 0
36 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
35 0 0 0
35 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
Berdasarkan hasil uji coba lacak getah di lapangan, untuk pengujian SOP Pengendalian Pergerakan Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC tidak ditemukan adanya keberhasilan pelacakan baik dokumen maupun fisik. Secara keseluruhan kegagalan dalam hal pelacakan ditemukan pada pemeriksaan dokumen awal yaitu pada pemeriksaan Perni 51 berikut koreksinya. Tidak berhasilnya pelacakan dokumen disebabkan karena tidak ditemukannya adanya nomor seri drum yang bersifat konsisten pada setiap dokumen yang digunakan. Pengisian nomor seri drum pada dokumen perlu dilakukan agar terdapat konsistensi penomoran drum
61
yang digunakan untuk kemudahan pelacakan dokumen. Penomoran drum yang terdapat pada setiap dokumen hanya menitik beratkan pada nomor angkut, sehingga tidak konsisten karena dapat berubah sewaktu-waktu mengikuti kegiatan pengangkutan
yang
dilakukan.
Kelemahan
penomoran
ini
juga
dapat
menyebabkan adanya pengulangan nomor drum sehingga proses pelacakan untuk fisik wadah getah tidak dapat dilakukan. Faktor lain yang menyebabkan kegagalan proses pelacakan dokumen dan fisik adalah tidak diberlakukannya dokumen pengangkutan berupa FA-HHBK dan DHHBK. Pemberlakuan dokumen angkutan tersebut dinilai penting karena disamping sebagai aturan baku yang telah dikeluarkan Perum Perhutani (2006) dalam Petunjuk Penyadapan Getah Pinus, penggunaan dokumen tersebut juga berfungsi sebagai penghubung antara dokumen penerimaan di TPG dengan dokumen penerimaan di PGT. Mengingat kondisi fisik getah pinus yang tidak tetap sehingga tidak dapat ditelusuri secara fisik dan tahapan transportasi merupakan hal yang krusial dalam CoC HHBK menurut Gomes et al. (2002), maka kelengkapan dan keterkoneksian dokumen menjadi sangat penting untuk dipertahankan selama proses pergerakan getah pinus. 5.4.3
Uji Coba Lacak Getah Berdasarkan Desain CoC Lacak Getah Pinus Pelaksanaan uji coba desain CoC lacak getah pada penelitian ini dilakukan
bersamaan dengan uji coba desain SOP Pengendalian Pergerakan Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC di TPG II Sumber Dilem dan TPG III Matamin. Tabel 25 Persentase keberhasilan lacak getah berdasarkan desain CoC lacak getah pinus Urut Dokumen/Fisik Pemeriksaan Tanggal Pengamatan : 10/7/2008 1 Perni 51 2 FAHHBK/DHHBK 3 DK 302 a 4 Drum (Fisik) Tanggal Pengamatan : 14/7/2008 1 Perni 51 2 FAHHBK/DHHBK 3 DK 302 a 4 Drum (Fisik) Rata-Rata Keberhasilan Pelacakan Dokumen Rata-Rata Keberhasilan Pelacakan Fisik
Jumlah drum
Kegagalan (drum)
Berhasil (drum)
Persentase (%)
36 30 30 30
6 0 0 20
30 30 30 10
83 83 83 33
35 35 35 35
0 0 0 22
35 35 35 13
100 100 100 37 91 35
62
Berdasarkan Tabel 25, dapat diketahui bahwa penerapan desain CoC lacak getah dalam penelitian ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk pelacakan dokumen yaitu sebesar 91%. Kegagalan pelacakan getah pada tahap dokumen terjadi pada pengamatan pertama, karena saat pengamatan tersebut ditemukan 6 drum sisa persediaan di TPG yang belum melalui prosedur lacak getah namun diberikan nomor seri drum secara permanen. Hal tersebut menyebabkan proses pembuatan dokumen Perni 51 dilakukan dengan tetap mencantumkan drum yang telah diberikan nomor seri drum tanpa diketahui asal petaknya. Pencantuman drum yang belum melalui prosedur lacak getah dalam d0okumen Perni 51 mengakibatkan pemeriksaan pada pengamatan pertama tidak berhasil sepenuhnya melainkan hanya berhasil dengan persentase sebesar 83%. Pada ujicoba pelacakan untuk fisik drum, persentase keberhasilan pelacakan hanya memiliki rata-rata sebesar 35%. Kegagalan pemeriksaan pada fisik drum disebabkan karena hilangnya tanda permanen yang berisikan nomor seri drum. Nomor seri drum yang terdapat dalam tanda permanen merupakan suatu sistem penomoran yang konsisten guna memudahkan proses penelusuran dalam rangka mengetahui kejelasan alur proses mutasi getah pinus (Matangaran 2006). Hilangnya nomor seri drum tersebut menyebabkan tidak ditemukannya kesesuaian informasi antara dokumen penerimaan getah di TPG (DK 302a) dengan fisik drum pada saat pelacakan fisik. Tanda permanen yang hanya terbuat dari bahan kertas dan ditempelkan dengan menggunakan getah sebagai perekat sangat mudah hilang selama proses pergerakan getah. Mengingat pentingnya tanda permanen untuk dipertahankan keberadaannya dalam rangka lacak getah maka tanda tersebut harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mudah hilang ataupun tertutup getah yang telah kering. Karena selama tanda tersebut tidak ada, maka pelacakan getah hingga ke fisik wadah penampungnya tidak dapat dilakukan. 5.5
Identifikasi Kendala yang Ditemukan Pada Penerapan Desain CoC Lacak Getah Pinus Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dalam rangka ujicoba desain
CoC lacak getah pinus, ditemui beberapa kendala mendasar yang dapat menghambat proses pelacakan getah antara lain :
63
1. Pengetahuan para pekerja yang masih minim mengenai CoC lacak getah pinus Minimnya pengetahuan pekerja mengenai CoC lacak getah terlihat pada saat pelaksanaan uji coba yang tidak dilakukan secara optimal. Pada pelaksanaan uji coba tersebut masih ditemui beberapa kesalahan seperti ditemukannya beberapa penyadap yang tidak menuangkan getah ke dalam drum sesuai dengan asal petaknya. Hal tersebut dapat menyebabkan proses separasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya sehingga berakibat getah pinus yang diterima di PGT di ragukan keaslian asal usulnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka mandor penerimaan harus bersikap tegas dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya pergerakan getah. Selain itu perlu diadakan sosialisasi lebih mendalam mengenai pengertian dan mekanisme pelaksanaan CoC lacak getah pinus. 2. Belum terbiasanya para pekerja dengan sistem CoC lacak getah pinus Para pekerja masih belum terbiasa dengan sistem CoC yang masih dalam taraf ujicoba. Para pekerja tersebut masih terbiasa dengan keadaan yang dulu yaitu sebelum adanya sistem CoC karena pada keadaan tersebut tidak terlalu banyak peraturan yang harus dipatuhi seperti sistem CoC yang sedang diujicobakan. Sebagai contoh, mereka masih belum terbiasa dengan hal separasi getah, pemberian tanda permanen pada wadah penampung getah, ataupun penimbangan yang dilakukan terhadap seluruh getah yang di pungut oleh setiap penyadap. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pihak KPH Banyuwangi Utara perlu memberikan wawasan terhadap para penyadap mengenai manfaat yang akan didapat apabila getah pinus yang mereka sadap mendapatkan sertifikat, dengan harapan mereka akan termotivasi untuk mau melaksanakan sistem CoC yang telah disusun lebih baik lagi. 3. Kurangnya sumber daya manusia dalam melaksanakan desain CoC. Kurangnya sumber daya manusia dalam penerapan desain CoC dapat dilihat dari kemampuan satu mandor yang harus menangani wilayah sadapan yang luas disamping merangkap menjadi mandor penerimaan getah di TPG. Akibat yang ditimbulkan dari hal tersebut adalah pelaksanaan CoC menjadi tidak optimal karena mandor yang ada sudah terlalu sibuk menangani proses penyadapan getah di hutan dan penerimaan getah di TPG. Oleh karena itu,
64
maka diharapkan pihak KPH Banyuwangi Utara melakukan penambahan pekerja dibidang sadapan getah pinus yang difokuskan untuk mengawasi jalannya kegiatan CoC lacak getah pinus. 4. Pemberian tanda pada wadah getah yang mudah hilang Pemberian tanda pada wadah getah baik secara permanen maupun sementara hanya dilakukan menggunakan kertas, sehingga pada saat pengangkutan atau pada saat penerimaan di PGT tanda tersebut mudah hilang. Diharapkan pemberian tanda dilakukan sedemikian rupa hingga agar tidak mudah hilang selama proses pergerakan getah pinus berlangsung. 5. Belum disiapkannya dokumen DK 302a dan dokumen angkutan (FA-HHBK dan DHHBK) Belum adanya dokumen DK 302a dan dokumen angkutan yang sah untuk digunakan di KPH Banyuwangi Utara dapat menyebabkan spesifikasi dokumen menurut tujuan penggunaannya tidak dapat dilakukan. Penggunaan dokumen-dokumen tersebut perlu diadakan agar tata usaha getah dapat berjalan secara tertib sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh Perhutani (2006) dalam Petunjuk Penyadapan Getah Pinus. Pemberlakuan dokumen angkutan memegang peranan penting dalam proses pergerakan getah, karena berfungsi sebagai penghubung antara dokumen penerimaan di TPG dengan dokumen penerimaan di PGT. Mengingat transportasi merupakan tahap yang krusial dalam proses sertifikasi HHBK menurut Gomes et al. (2002), maka KPH Banyuwangi Utara perlu secepatnya menyiapkan dokumen angkutan yang sah agar proses CoC dapat berjalan sesuai standar FSC 6. Perbedaan manajemen antara KPH penghasil getah pinus dengan PGT dalam hal prosedur penerimaan dalam rangka CoC. Adanya perbedaan manajemen antara KPH dengan PGT menyebabkan getah yang berasal dari KPH Banyuwangi Utara yang akan disertifikasi tercampur dengan getah yang berasal dari KPH lain, sehingga kemurnian getah berdasarkan asalnya tidak dapat dipertahankan. Hal tersebut terjadi dikarenakan pihak PGT belum mengatur tentang dokumentasi CoC pada getah pinus yang akan tersertifikasi dan cukup bertentangan dengan prinsip FSC yang mengharuskan adanya segregasi atau separasi pada saat penerimaan hasil
65
hutan (FSC 2004). Untuk kepentingan sertifikasi getah pinus maka perlu diadakan kerjasama antara ke dua belah pihak agar getah pinus yang berasal dari KPH Banyuwangi Utara dapat diolah tersendiri untuk menjaga kemurniannya. Karena apabila getah pinus tersebut telah mendapatkan sertifikat maka getah dapat dijual ke pasar dunia dengan harga yang tinggi (Premium price).
66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan 1. Penyadapan getah pinus berdasarkan SOP yang disusun oleh KPH Banyuwangi Utara sebelum desain CoC lacak getah, masih belum terlaksana secara optimal dan sesuai dengan standar FSC. 2. Pembuatan desain CoC lacak getah pinus merupakan modifikasi dari SOP mengenai CoC yang telah disusun oleh KPH Banyuwangi Utara. Modifikasi yang dilakukan meliputi pembuatan desain pergerakan fisik getah yang runtut, pemberian tanda pada wadah getah yang jelas dan konsisten, dokumentasi pergerakan getah terutama dalam pengadaan dokumen angkutan yang disertai cara pengisian informasi agar saling terkoneksi, serta perhitungan produksi maksimal sebagai standar kelestarian penyadapan getah pinus. 3. Produksi maksimal rata-rata KPH Banyuwangi Utara setiap tahun berdasarkan hasil prediksi sebesar 1.154.540,5 Kg/th untuk 5 tahun ke depan. 4. Hasil ujicoba SOP Pengendalian Pergerakan Aliran Getah Pinus KPH Banyuwangi Utara secara keseluruhan mengalami kegagalan baik dokumen maupun fisik, sedangkan ujicoba desain CoC lacak getah pinus pada penelitian ini mengalami keberhasilan pelacakan dokumen sebesar 91% dan pelacakan fisik sebesar 35%. 5. Kendala utama yang dihadapi dalam ujicoba pelaksanaan desain CoC lacak getah berasal dari faktor sumber daya manusia yang masih memiliki pengetahuan yang minim tentang CoC lacak getah, disamping perbedaan manajemen antara KPH Banyuwangi Utara dengan PGT dan faktor teknis yang ditemukan di lapangan.
67
6.2 Saran 1. Perlu adanya sosialisasi mendalam bagi para pekerja mengenai pelaksanaan CoC lacak getah pinus agar getah dapat terlacak untuk kepentingan sertifikasi PHL di KPH Banyuwangi Utara. 2. Penambahan personel yang khusus menangani CoC di bidang sadapan getah pinus merupakan cara yang efektif agar sistem CoC dapat berjalan sesuai dengan prosedur 3. KPH Banyuwangi Utara perlu menentukan cara yang sesuai dalam pemberian tanda pada wadah getah agar tidak mudah hilang atau tertutup oleh getah yang mengering. 4. KPH Banyuwangi Utara perlu menyiapkan dokumen angkutan (FAHHBK dan DHHBK) agar dokumentasi pergerakan getah dapat berjalan secara runut, saling terkoneksi antar satu dokumen dengan dokumen yang lainnya. 5. KPH Banyuwangi Utara perlu melakukan manajemen ulang mengenai tegakan pinus di lapangan agar perkembangan tegakan dapat dipantau secara jelas dan akurat untuk kepentingan penentuan kontrol produksi maksimal nyata tegakan pinus yang akan berproduksi.
68
DAFTAR PUSTAKA Anwar CS. 2000. Penerapan Kriteria dan Indikator Untuk Pengelolaan Hutan Tanaman Industri Lestari. Buletin Kehutanan dan Perkebunan No. 1/I/2000 Hal 51-64 Darmawan S, Era Y dan Nurwati H. 2000. Himpunan Sari Hasil Penelitian Mangium danTusam. Pusat Penelitian Hasil hutan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Bogor Darsidi A. 1983. Penyebaran dan Potensi Kayu Pinus di Luar Jawa. Proceeding Simpo Pinus 83. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Perum Perhutani. Jakarta 165-166 Direktorat Jenderal Kehutanan. 1973. Beberapa catatan tentang Gondorukem di Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta [Dephut] Departemen Kehutanan. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 Tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara http://www.aphi-net.com [10 Oktober 2007] [FSC] Forest Stewardship Council. 1996. FSC Principles and Criteria for Forest Stewardship FSC-STD-01-001. FSC International Standard. FSC http://www.fsc.org [17 Jan 2009] [FSC] Forest Stewardship Council. 2004. SLIMF Eligibility Criteria FSC-STD01-003. FSC International Standard. FSC http://www.fsc.org [17 Jan 2009] [FSC] Forest Stewardship Council. 2004. FSC Standard For Chain of Custody Certification FSC-STD-40-004. FSC International Standard. FSC http://www.fsc.org [28 Feb 2008] Gomes APC, Estevao PB do, Tasso RA de. 2002. Chain of Custody Certification Manual According to The Forest Stewadrship Council - Scheme. http://tradestandards.org [28 Feb 2008] Harfeni R. 1998. Kemungkinan Diskriminasi Upah Sadap dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Getah dan Pendapatan Total Perum Perhutani KPH Kuningan Unit III Jawa Barat [skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Hermawan D. 1992. Pengaruh Elevasi Terhadap Produksi Getah Pinus merkusii dan Prestasi Kerja Penyadap di KPH Kediri dan Lawu DS Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Idris MM, Soenarno. 1983. Aspek Teknis Eksploitasi Hutan Pinus di Pulau Jawa Proceeding Simpo Pinus 83. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Perum Perhutani. Jakarta Iriyanto D. 2007. Analisis Produktivitas dan Pendapatan Penyadap Getah Pinus merkusii Jungh et de vriese di BKPH Bandar KPH Pekalongan Timur Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
69
Kasmudjo. 1992. Usaha Stimulasi pada Penyadapan Getah Pinus. Duta Rimba. No 149-150/XVII Hal 15-20 Mahar CM. 1995. Analisis Produksi dan Harga Pokok Produk Gondorukem dan Terpentin Studi Kasus di PGT Winduaji KPH Pekalongan Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Matangaran, JR 2006. Modul Pelatihan Lacak Balak (Chain of Custody) di Hutan Jati Perhutani. Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan WWF Indonesia Panshin AJ, Harrar ES, Baker WJ, Proctor PB. 1950. Forest Product. Mc GawHill Book Company. New York. Toronto. London. Hal 417-444 Perum Perhutani. 1996. Himpunan Pedoman Kerja Bidang Produksi Hutan. Perum Perhutani Jakarta Perum Perhutani Biro Perencanaan dan Pengembangan Perusahaan Unit II Jawa Timur. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Jati Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyuwangi Utara, Jangka Perusahaan 1 Januari 2003 -31 Desember 2012. Seksi Perencanaan Hutan V Jember Perum Perhutani. 2006. Petunjuk Penyadapan Getah Pinus. Biro Pembinaan Produksi Sumber Daya Hutan. Surabaya Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyuwangi Utara. 2007. Standar Operasional Prosedur Sadapan Getah Pinus. KPH Banyuwangi Utara. Banyuwangi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyuwangi Utara. 2008. Standar Operasional Prosedur Pengendalian Pergerakan / Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC. KPH Banyuwangi Utara. Banyuwangi Poedjorahardjo dan Kamarudin. 1993. Optimalisasi Hasil Kayu dan Getah Pinus di dalam Pengusahaan Hutan Pinus. Duta Rimba No. 153-154/XIX/1993. Hal 2-6 Prihanto B dan Muhdin. 2006. Metode Statistika Bagian II : Bahan UAS Diktat Kuliah Untuk Progam Strata I Fakultas Kehutanan IPB Edisi Revisi 3. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Purwanto dan Rusli MSH. 1994. Studi Tentang Ekologi Pinus merkusii di Gegarang Aceh Tengah. Buletin Penelitian Kehutanan No. 10/III/1994 Hal 197-210 Rochidayat dan Sukawi. 1979. Pengaruh Tinggi Tempat Tumbuh pada Produksi Getah Pinus merkusii pada Petak-Petak Coba di Kalibakung. KPH Pekalongan. Laporan No.321 Lembaga Penelitian Hutan. Bogor Riyanto TW. 1980. Sedikit Tentang Penaksiran Hasil Getah Pinus merkusii Jungh et de Vriese. Duta Rimba No. 37/VI Hal 12-17 Setyarso A, Prayitno TA, Marsoum N, Warsito S. 2004. Sistem Sertifikasi Lacak Balak. Lembaga Ekolabel Indonesia. Bogor
70
Sofyan K. 1999. Pembuatan Tabel Produksi Getah Pinus Berdasarkan Ketinggian Tempat dan Umur. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor No. 1/XII/1999 Hal 21-25 Soetomo. 1968. Penyadapan Pinus dengan Sistem Bor. Workshop Pengembangan Hutan Pinus. Perum Perhutani. Jakarta Sugiyono Y, Sujipto, Nyuwito. 2001. Peningkatan Produksi Getah Pinus. Duta Rimba No.247/XXV/2001 Hal 23-28 Suhendang E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor : Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan (YPFK) Institut Pertanian Bogor Wijayanti H. 2007. Pengaruh Kelas Umur dan Jenis Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Studi Kasus di RPH Trenggalek, BKPH Trenggalek, KPH Kediri, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
71
LAMPIRAN
72
Lampiran 1 Bagan Alur Fisik Getah Berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan / Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC 5. Tahap I ( Penerimaan Getah ) Getah Dari Penyadap
Periksa Kandungan Kotoran dan Air
Kotoran dan Air segera dibuang
Getah dituang dlm drum fiber untuk diendapkan selama 24 jam
6. Tahap II ( Setelah Getah Mengendap Selama 24 Jam ) Kotoran dan Air akan naik ke permukaan drum
Air dan kotoran segera dibuang setelah disaring
7. Tahap III ( Setelah Getah Mengendap selama 2 X 24 Jam ) Kotoran dan air yang masih tersisa akan naik ke permukaan
Pengangkutan
Air dan kotoran dibuang dari drum dan getah ditampung dalam wadah
Pelabelan
Berat bersih sesuai hasil ditimbang
Dilakukan pengujian
73
Lampiran 2 Informasi pada Label dan Tata Usaha Getah Pinus Berdasarkan SOP Pengendalian Pergerakan / Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC No. Perni 51 FA-HHBK KPH BKPH RPH TPG Petak
: : : : : : :
Mutu Getah : Berat Getah (Kg) : Mandor TPG : No. Drum : Berat Drum Kosong (Kg) : Berat Drum Isi (Kg) : Gambar 1 Label yang digunakan sebagai tanda pada wadah getah berupa drum TPG DK 302a
ANGKUTAN FA-HHBK
PENERIMAAN PGT Koreksi Perni 51 Gambar 2 Skema tata usaha getah pinus
Perni 51
74
Lampiran 3 Kegiatan Penyadapan Getah Sebelum Desain CoC Lacak Getah Pinus
a) Pembaruan koakan
b) Pengangkutan getah ke TPG
c) Penerimaan getah di TPG
d) Ember pikul
e) Drum penampung getah
f) Penuangan getah ke drum
g) Rekapitulasi hasil penerimaan
75
Lampiran 4 Pengangkutan dan Penerimaan Getah Pinus di PGT
(a) Pengangkutan getah ke truk
(c) Penimbangan getah untuk koreksi
(b) Penerimaan getah di PGT
d) Penuangan getah ke bak penampungan
(e) Penumpukkan drum getah kosong
76
Lampiran 5 Desain Pergerakan Getah di TPG Dalam Rangka CoC Lacak Getah Pinus
(a) Pengangkutan getah ke TPG
(b) Penimbangan getah
(c) Segregasi
(d) Penuangan getah ke dalam drum
(e) Pencatatan sementara hasil penimbangan
(f) Penyaringan getah dari kotoran
(g) Pembuatan DK 302 a
77
Lampiran 6 Desain Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus
KTP/GMBG TPG II
73c HAMAWI No. Wadah : 1 Berat Kosong (Kg) : 2 (a)
BWU/KTP II-11 Berat Kosong (Kg): 8 (b)
(a)
(b)
Gambar 3 Contoh pemberian tanda permanen pada fisik wadah penampung getah (a) Penandaan fisik secara permanen pada wadah berupa ember pikul (b) Penandaan fisik secara permanen pada wadah berupa drum fiber Informasi Gambar (a) KTP/GMBG TPG II 73c Hamawi No. Wadah Berat Kosong (Kg) (b) BWU/KTP II-1 Berat Kosong (Kg)
: BKPH dan RPH asal getah (Ketapang/Gombeng) : Tempat pengumpulan getah dari hutan (TPG II) : Petak asal getah (73c) : Nama penyadap (Hamawi) : Nomor inventarisasi ember yang dimiliki penyadap (1) : Berat kosong ember dalam Kg (2) : KPH dan BKPH asal getah (Banyuwangi Utara / Ketapang) : Nomor seri drum (II-1) : Berat kosong drum fiber dalam Kg (8)
No. Perni No. FA-HHBK
: 41/KTP :
KPH BKPH RPH TPG
: BANYUWANGI UTARA : KETAPANG : GOMBENG : II
Petak / Berat (Kg)
: 72h/20; 72l/20; 73c/80
Berat Total (Kg) Mutu Mandor TPG No. Angkut/No. Seri Drum Berat Drum Kosong (Kg) Berat Drum Isi (Kg)
: 120 :A : Sariono : 10/II-11 :8 : 128
Tgl Penerimaan Tgl Pengiriman
: 3-7-2008 : 7-7-2008
Gambar 4 Contoh pemberian label pada drum penampung getah pinus
78
Lampiran 7 Teknis Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus
(a) Penandaan pada ember pikul
(b) Segregasi mutu dan petak
(d) Label pada ember pikul
(e) Tanda permanen drum
(c) Penandaan drum
(f) Label sementara drum
79
Lampiran 8 Desain Dokumentasi Pergerakan Getah Pinus
DK 302 a
-
No dokumen Tanggal No seri drum Petak/TPG KPH/BKPH erat/Volume Mandor Penyadap
FA-HHBK
-
Perni 51
DHHBK
No dokumen Tanggal No seri drum No drum Petak/TPG KPH/BKPH Berat/Volume Mandor Ket +
-
No dokumen Tanggal No seri drum No. drum PetakTPG KPH/BKPH Berat/Volume Mandor Koreksi/ket +
80
Lampiran 9 Kondisi tegakan pinus di KPH Banyuwangi Utara berdasarkan pembagian Kelas Umur (KU) a. Tegakan Pinus KU I (Belum sadap) No
Anak Petak
Luasbaku
N / ha
Tahun Tanam
Umur
KU
Kelas Hutan
1 2 3 4 5 6
68F 68H 74E 74E 76A 77A
15,20 12,30 4,80 4,40 2,00 4,00
400 428 374,4 561,6 400 1650
2005 2007 2005 2004 2004 2005
3 2 3 4 4 3
I I I I I I
TKL TKL TKL TKL TKL TKL
TOTAL
42,70
635,67
b. Tegakan Pinus KU II (Belum sadap) No
Anak Petak
Luasbaku
N / ha
Tahun Tanam
Umur
KU
Kelas Hutan
1 2
73A 74A
28,50 7,30
800 1300
1999 1999
9 9
II II
TKL TKL
TOTAL
35,80
1050
c. Tegakan Pinus KU VI (Sadap lanjut) No
Anak Petak
Luasbaku
N / ha
Tahun Tanam
Umur
KU
Klas Hutan
1 2 3 4
68O 72G 73C 74D
27,90 11,00 2,90 4,40
260 300 350 190
1978 1978 1978 1978
30 30 30 29
VI VI VI VI
TKL TKL TKL TKL
TOTAL
46,20
275
Produksi Getah Tiap Tahun (Kg/phn) 2003 5,08 6,7 8,36 3,2
2004 4,74 6,84 8,4 1,7
2005 5,4 5,82 6,23 6,15
2006 5,21 6,12 6,54 6,57
2007 5,51 6,26 6,53 6,47
Rataan
Getah/phn/hr
5,188 6,348 7,212 4,818
14,213699 17,391781 19,758904 13,2
5,8915
16,141096
81
Lampiran 9 lanjutan d. Tegakan Pinus KU VII (Sadap lanjut) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Anak Petak 68P 69B 70A 71A 71B 72H 72L 73D 74B 75E 76A 77A TOTAL
Luasbaku
N / ha
Tahun Tanam
Umur
KU
Klas Hutan
29,50 12,70 61,50 63,30 38,70 2,80 1,80 34,10 61,40 65,00 24,20 22,30
250 220 200 360 307 275 360 280 250 210 103 90
1974 1974 1974 1977 1974 1973 1977 1974 1974 1973 1974 1974
34 34 34 31 34 35 31 34 34 35 34 34
VII VII VII VII VII VII VI VII VII VII VII VII
TKL TKL TKL TKL TKL TKL TKL TKL TKL TKL TKL TKL
417,30
242,08
2003 5,39 5,43 5,35 5,8 5,8 6,63 7,88 2,9 6,29 6,39 5,54 3,72
Produksi Getah Tiap Tahun (Kg/phn) 2004 2005 2006 4,85 5,42 5,22 5,62 5,73 6,32 5,33 5,93 6,27 5,38 6,08 6,19 5,33 6,06 6,2 6,12 6,02 6,48 5,04 6,14 6,53 3,05 5,58 6,27 6,6 6,3 6,54 6,89 7,12 6,63 5,69 6,2 6,34 5,37 6,29 6,38
2007 5,56 6,2 6,2 6,11 6,09 6,19 6,31 6,36 6,5 6,51 6,34 6,28
Rataan (Kg/phn/th)
Gram/phn/hr
5,288 5,86 5,816 5,912 5,896 6,288 6,38 4,832 6,446 6,708 6,022 5,608
14,487671 16,054795 15,934247 16,19726 16,153425 17,227397 17,479452 13,238356 17,660274 18,378082 16,49863 15,364384
5,9213333
16,222831
82
Lampiran 10 Kondisi fisik pohon pinus KU VI No Phn 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Keliling (cm) 109 90 121 99 98 116 92 149 107 113 106 118 113 144 131 99 117 136 119 103 167 120 137 154 109 158 133 166 146 137
Diameter (m) 0,347133758 0,286624204 0,385350318 0,315286624 0,312101911 0,369426752 0,292993631 0,474522293 0,340764331 0,359872611 0,337579618 0,375796178 0,359872611 0,458598726 0,417197452 0,315286624 0,372611465 0,433121019 0,378980892 0,328025478 0,531847134 0,382165605 0,436305732 0,49044586 0,347133758 0,503184713 0,423566879 0,52866242 0,464968153 0,436305732
Warna Kayu Merah Merah Tua Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Tua Merah Merah Tua Merah Merah Merah Merah Merah Tua Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
Bentuk Tajuk Jarang, Kecil Jarang, Kecil Jarang, Besar Jarang, Kecil Jarang, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Kecil Jarang, Besar Rapat, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Besar Rapat, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Kecil Jarang, Kecil Jarang, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Besar Jarang, Kecil Rapat, Besar Rapat, Besar Rapat, Kecil Jarang, Kecil Jarang, Kecil Rapat, Besar Jarang, Besar Jarang, Besar
Kdlmn Alur (cm) 1,2 0,5 1,5 1,5 1,6 1,6 1,5 2 2 1,5 1,4 1,7 1,2 2,5 2,2 1,1 1,1 1,4 1 1 3 1,3 2,5 1,9 1,4 2 1,5 2,2 2 2,9
Ketinggian (mdpl) 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415 415
T Pohon (m) 30 30 31 29 31 29 31 32 31 30 31 32 32 33 31 30 30,5 32 30 31 33 31 33 32 30 31,5 31 32,5 32 31
Arah Sadap Barat Daya Barat Daya Barat Laut Selatan Selatan Timur Laut Utara Barat Daya Barat Daya Barat Laut Selatan Tenggara Timur Laut Barat Laut Selatan Timur Barat Utara Barat Timur Selatan Utara Barat Selatan Timur Timur Utara Timur Utara Utara
Produksi/panen (gr) 179,5714 106,7143 112,4286 97,57143 125,4286 178,2857 138 256,8571 73,85714 218,5714 116,2857 121,4286 145,8571 163,1429 82,57143 95,85714 98,85714 244,1429 161,4286 235,1429 237,1429 111 151,7143 181,8571 98,28571 155 160,1429 135,5714 331,1429 108,7143
Produksi/hari (gr) 25,65306 15,2449 16,06122 13,93878 17,91837 25,46939 19,71429 36,69388 10,55102 31,22449 16,61224 17,34694 20,83673 23,30612 11,79592 13,69388 14,12245 34,87755 23,06122 33,59184 33,87755 15,85714 21,67347 25,97959 14,04082 22,14286 22,87755 19,36735 47,30612 15,53061
83
Lampiran 11 Kondisi fisik pinus KU VII No Phn 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Keliling (cm) 194 138,5 154 156 155 136 103 123 118 126,5 129 102,5 140 114 98,5 142 97 121,5 151 138 112 170 157 115 108 115 145 131 131 147
Diameter (m) 0,617834395 0,441082803 0,49044586 0,496815287 0,493630573 0,433121019 0,328025478 0,391719745 0,375796178 0,402866242 0,410828025 0,326433121 0,445859873 0,363057325 0,313694268 0,452229299 0,308917197 0,386942675 0,48089172 0,439490446 0,356687898 0,541401274 0,5 0,366242038 0,343949045 0,366242038 0,461783439 0,417197452 0,417197452 0,468152866
Warna Kayu Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
Bentuk Tajuk Rapat, Besar Jarang, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Besar Rapat, Besar Jarang, Besar Jarang, Kecil Jarang, Kecil Rapat, Kecil Jarang, Besar Jarang, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Besar Rapat, Kecil Jarang, Kecil Jarang, Besar Jarang, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Besar Rapat, Kecil Rapat, Kecil Jarang, Besar Rapat, Besar Jarang, Besar Jarang, Kecil Rapat, Kecil Rapat, Besar Rapat, Besar Rapat, Kecil Rapat, Besar
Kdlmn Alur (cm) 3 2,1 2,8 3 2,8 2,6 1,5 3,4 2,2 2,5 2,2 2,6 3 2,1 1,8 3,1 2,8 2,5 3,1 2,5 2,7 2,9 3,4 2,4 2,6 2 2,9 3,2 2,5 2,9
Ketinggian (mdpl) 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350
T Pohon (m) 34 31 32 32 30 31 30 33 32 32 31 30 31 30 30 33 29 33 31 30 32,5 32 31 30 30 30 31 30 30 31
Arah Sadap Utara/Selatan Timur Tenggara Utara Utara Barat Selatan Barat Daya Barat Daya Barat Laut Barat Laut Selatan Selatan Barat Daya Barat Daya Timur Selatan Barat Daya Barat Laut Barat Barat Daya Selatan/Barat Laut Timur Laut Tenggara Selatan Timur Laut Timur Laut Utara Barat Barat Laut
Produksi/panen (gr) 190,3571 144,7143 186,4286 71,28571 256,2857 226,7143 126,8571 129,5714 181,2857 111,8571 225,8571 93,57143 267,2857 144,5714 133,7143 152,5714 92 106,4286 146,8571 371,4286 174 263,9286 186,8571 156,5714 193,1429 116,4286 236,5714 297,1429 179 228
Produksi/hari (gr) 27,19388 20,67347 26,63265 10,18367 36,61224 32,38776 18,12245 18,5102 25,89796 15,97959 32,26531 13,36735 38,18367 20,65306 19,10204 21,79592 13,14286 15,20408 20,97959 53,06122 24,85714 37,70408 26,69388 22,36735 27,59184 16,63265 33,79592 42,44898 25,57143 32,57143
84
Lampiran 12 Pengolahan Data Hasil Penimbangan Getah di Hutan a. Tegakan Pinus KU VI No. Phn 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
I 14/5/2008 109 106 60 70 83 107 160 175 63 177 87 79 107 106 63 79 95 188 79 61 123 106 93 187 70 104 116 144 179
II 21/5/2008 110 86 63 88 125 118 143 246 37 165 61 110 137 151 62 81 68 213 230 112 185 110 131 171 122 152 112 110 275
III 29/5/2008 189 99 153 110 131 177 154 188 75 237 137 123 128 143 93 98 75 217 156 277 225 132 143 203 97 200 187 145 375
IV 5/6/2008 218 121 177 85 94 161 113 286 115 393 220 114 143 181 62 131 162 227 127 155 315 101 157 145 82 119 203 137 369
V 12/6/2008 186 97 100 143 161 248 119 277 46 175 124 126 134 187 78 70 60 305 143 498 207 125 207 190 105 91 170 143 333
VI 19/6/2008 229 140 112 74 119 224 144 299 106 216 88 161 157 198 109 94 79 280 201 209 301 80 155 178 94 204 147 115 461
VII 26/6/2008 216 98 122 113 165 213 133 327 75 167 97 137 215 176 111 118 153 279 194 334 304 123 176 199 118 215 186 155 326
RATA-RATA gr/ph/hr gr/ph/panen 179,5714286 25,65306122 106,7142857 15,24489796 112,4285714 16,06122449 97,57142857 13,93877551 125,4285714 17,91836735 178,2857143 25,46938776 138 19,71428571 256,8571429 36,69387755 73,85714286 10,55102041 218,5714286 31,2244898 116,2857143 16,6122449 121,4285714 17,34693878 145,8571429 20,83673469 163,1428571 23,30612245 82,57142857 11,79591837 95,85714286 13,69387755 98,85714286 14,12244898 244,1428571 34,87755102 161,4285714 23,06122449 235,1428571 33,59183673 237,1428571 33,87755102 111 15,85714286 151,7142857 21,67346939 181,8571429 25,97959184 98,28571429 14,04081633 155 22,14285714 160,1428571 22,87755102 135,5714286 19,36734694 331,1428571 47,30612245
Kg/ph/th
Ket
9,3633673 5,5643878 5,8623469 5,0876531 6,5402041 9,2963265 7,1957143 13,393265 3,8511224 11,396939 6,0634694 6,3316327 7,6054082 8,5067347 4,3055102 4,9982653 5,1546939 12,730306 8,4173469 12,26102 12,365306 5,7878571 7,9108163 9,482551 5,124898 8,0821429 8,3503061 7,0690816 17,266735
-
85
30 TOTAL RATAAN GR/PHN/HR KG/PHN/TH KG/TH/HA
67 3243 108,1 15,442857 5,6366429 1550,0768
130 3904 130,13333 18,590476 6,7855238 1866,019
98 4765 158,83333 22,690476 8,2820238 2277,5565
121 5034 167,8 23,971429 8,7495714 2406,1321
II 25/5/2008 195,5 188 158 86 231 260 118 129 159 131 247 77 309 128 149 124 91 121 125 348 172 268 182 161 169 96
III 31/5/2008 177,5 121 133 61 173 182 92 113 132 103 199 62 145 128 101 107 86 94 88 303 120 294 125 101 197 67
IV 7/6/2008 225 217 250 58 300 225 146 175 216 100 244 91 262 102 162 135 93 106 127 395 177 265 221 144 251 178
120 4968 165,6 23,657143 8,6348571 2374,5857
126 5100 170 24,285714 8,8642857 2437,6786
99 5344 178,13333 25,447619 9,288381 2554,3048
108,7142857 4622,571429 154,0857143 22,0122449 8,034469388 2209,479082
15,53061224 660,3673469 22,0122449
5,6686735 241,03408 8,0344694
-
b. Tegakan Pinus KU VII No. Phn 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
I 18/5/2008 158,5 83 125 87 155 130 120 96 115 67 159 100 194 128 135 197 80 75 120 277 112 194,5 190 106 150 70
V 13/6/2008 166,5 132 197 74 277 208 98 113 178 97 235 97 312 137 145 153 93 73 143 377 188 261,5 176 225 177 123
VI 21/6/2008 234,5 174 222 68 382 269 191 126 246 178 282 111 351 254 108 224 113 163 271 445 254 289,5 214 234 223 176
VII 28/6/2008 175 98 220 65 276 313 123 155 223 107 215 117 298 135 136 128 88 113 154 455 195 275 200 125 185 105
RATA-RATA gr/ph/panen gr/ph/hr 190,357143 27,1938776 144,714286 20,6734694 186,428571 26,6326531 71,2857143 10,1836735 256,285714 36,6122449 226,714286 32,3877551 126,857143 18,122449 129,571429 18,5102041 181,285714 25,8979592 111,857143 15,9795918 225,857143 32,2653061 93,5714286 13,3673469 267,285714 38,1836735 144,571429 20,6530612 133,714286 19,1020408 152,571429 21,7959184 92 13,1428571 106,428571 15,2040816 146,857143 20,9795918 371,428571 53,0612245 174 24,8571429 263,928571 37,7040816 186,857143 26,6938776 156,571429 22,3673469 193,142857 27,5918367 116,428571 16,6326531
Kg/ph/th 9,92576531 7,54581633 9,72091837 3,71704082 13,3634694 11,8215306 6,61469388 6,75622449 9,4527551 5,83255102 11,7768367 4,87908163 13,9370408 7,53836735 6,9722449 7,9555102 4,79714286 5,5494898 7,65755102 19,3673469 9,07285714 13,7619898 9,74326531 8,16408163 10,0710204 6,07091837
Ket 2 Quare 2 Quare -
86
27 28 29 30 TOTAL RATAAN GR/PHN/HR KG/PHN/TH KG/TH/HA
150 200 196 230 4200 140 20 7,3 1767,18
249 432 185 224 5512,5 183,75 26,25 9,58125 2319,43
225 200 152 256 4337,5 144,583 24,0972 8,79549 2129,21
281 287 210 238 5881 196,033 28,0048 10,2217 2474,48
213 337 178 231 5415 180,5 25,7857 9,41179 2278,41
273 397 211 225 6909 230,3 28,7875 10,5074 2543,64
265 227 121 192 5484 182,8 26,1143 9,53171 2307,44
236,571429 297,142857 179 228 5391,28571 179,709524 25,6727891 9,33563024 2259,96937
33,7959184 42,4489796 25,5714286 32,5714286 770,183673 25,6727891
12,3355102 15,4938776 9,33357143 11,8885714 281,117041 9,37056803
-
87
Lampiran 13 Pengolahan Data Hasil Pengamatan Penimbangan Getah di TPG a. Tegakan Pinus KU VI No
Penyadap
Petak
Luas Pangkuan
Jumlah Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 RATAAN
Gkma Buhari Safroyan Sutanjak Hamawi Muhlasin Muhammad Subahra Muhlas
72g 72g 72g 72g 73c 73c 74d 74d 74d
1,5 1,4 1,5 1 1,7 1,2 2 1,4 1
345 379 412 288 438 305 412 201 189
Luas Pangkuan 2 3 2,5 3 2,5 3 2,5 3 2 3 2,5 2 2,5
Jumlah Pohon 360 565 329 444 461 527 280 450 202 497 282 263 303
I
II
III
IV
V
VI
VII
RATA
44 49 33 44 44 22 44 22 22 36
44 55 44 33 77 22 84 29 20 45
55 66 44 44 88 22 66 44 22 50
66 60 71 30 80 52 72 31 21 53
21 63 65 22 77 42 56 20 20 42
41 36 42 43 66 44 84 32 48
32 46 33 26 66 33 30 38
43,28 53,57 47,42 34,57 71,14 33,85 67,66 29,33 22,83 44
I
II
III
IV
V
VI
VII
RATA
44 66 46 47 66 76 46 67 66 67 47 44 44
44 67 40 44 57 66 42 66 47 44 47 37 37
22 44 44 66 66 50 66 44 66 44 40 41
66 77 70 66 66 80 77 77 66 77 66 66 46
22 66 41 44 66 37 44 44 39 24 -
77 96 66 66 66 90 92 88 44 100 44 66 66
44 60 42 44 99 66 41 66 88 60 36 37 36
45,57 68 52,8 50,28 66,28 72,85 55 67,71 57 64,71 44 48,33 45
gr/phn/hr 17,923691 20,192774 16,445413 17,148526 23,203802 15,858147 23,462783 20,84814 17,258755 19,149115
PRODUKSI GETAH Kg/phn/hr Kg/phn/th 0,0179237 6,5421473 0,0201928 7,3703624 0,0164454 6,0025758 0,0171485 6,259212 0,0232038 8,4693878 0,0158581 5,7882235 0,0234628 8,5639159 0,0208481 7,6095712 0,0172588 6,2994457 0,0191491 6,989427
Kg/thn/ha 1799,0905 2026,8497 1650,7083 1721,2833 2329,0816 1591,7615 2355,0769 2092,6321 1732,3476 1922,092
PRODUKSI GETAH Kg/phn/hr Kg/phn/th 0,0180839 6,6006236 0,0171934 6,2756005 0,0229266 8,3682154 0,0161794 5,9054973 0,020541 7,4974545 0,0197498 7,2086899 0,0280612 10,242347 0,0214966 7,8462585 0,0403112 14,713579 0,0186014 6,7895126 0,0222898 8,1357649 0,0262538 9,5826544 0,0212164 7,7439887
Kg/thn/ha 1597,879 1519,1974 2025,7776 1429,6028 1814,9838 1745,0797 2479,4673 1899,4223 3561,8631 1643,6052 1969,506 2319,769 1874,6648
b. Tegakan Pinus KU VII No
Penyadap
Petak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sahi Zainuddin Kariono Basuki Samsul Jumahari Madin Juhari Sapii Muhaye Sunamo Maryadi Sutoyo
75e 75e 75e 75e 75e 75e 75e 75e 75e 75e 75e 75e 75e
gr/phn/hr 18,0839 17,193426 22,926617 16,179445 20,540971 19,749835 28,061224 21,496599 40,311174 18,601404 22,289767 26,253848 21,216407
88
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 RATAAN
Suryadi Sugiono Mulyadi Rahman Mohawi Asip M, Toyib Agus E Hamse Sanusi Sumarto Sahari Kartono Sanusi Masyhuri Aidik Saepullah Sugito
75e 75e 74b 74b 74b 74b 74b 72h 72l 73d 73d 73d 73d 74b 74b 74b 74b 74b
2 2,5 2 2 1,5 2 2 2,8 1,8 1,6 2 2 1,5 1 2 2 2 2
243 201 455 321 267 394 292 197 215 316 421 433 342 200 411 400 233 451
46 41 45 26 41 37 38 20 20 44 44 44 44 44 44 44 40 44
36 54 54 37 19 41 30 30 44 33 30 44 30 66 40 40 44
50 66 53 50 41 20 20 44 44 66 44 33 66 40 33 44
42 44 66 44 35 66 39 33 30 51 71 86 53 28 88 86 40 44
39 31 33 37 40 10 20 23 25 61 42 33 26 55 52 30 42
44 44 82 81 66 29 40 30 33 42 32 30 44 20 44 45 21 64
Keterangan: Waktu pengamatan dilakukan bersamaan dengan perhitungan getah di hutan
40 37 66 37 20 40 21 20 44 66 31 44 26 66 55 24 57
42,42 41,83 58,85 45 38,71 43,28 33,6 24,85 25,14 42 50,14 47 43,71 29,57 61,28 51,71 32,57 48,42 48,31
24,943311 29,732291 18,47948 20,026702 20,713904 15,694603 16,438356 18,025484 16,706217 18,987342 17,014882 15,506434 18,259936 21,122449 21,301951 18,469388 19,97022 15,340061 20,633472
0,0249433 0,0297323 0,0184795 0,0200267 0,0207139 0,0156946 0,0164384 0,0180255 0,0167062 0,0189873 0,0170149 0,0155064 0,0182599 0,0211224 0,021302 0,0184694 0,0199702 0,0153401 0,0206335
9,1043084 10,852286 6,7450101 7,3097463 7,5605748 5,72853 6 6,5793018 6,0977693 6,9303797 6,2104319 5,6598482 6,6648765 7,7096939 7,7752123 6,7413265 7,2891302 5,5991221 7,531217
2203,971 2627,1214 1632,832 1769,5434 1830,2639 1386,7625 1452,48 1592,7174 1476,148 1677,7063 1503,4214 1370,1361 1613,4333 1866,3627 1882,2234 1631,9403 1764,5526 1355,4355 1823,157
89
Lampiran 14 Pengolahan Data Berat Getah Pinus di KPH (Data Sekunder) a. Tegakan Pinus KU VI PRODUKSI GETAH PINUS SERI 5 TAHUN NO
PETAK
TAHUN
KU
JML PHN
LUAS 2003
2004
2005
2006
2007
RATA
1
68o
1978
VI
8248
27,90
42079
39274
44818
42967
45388
2
72g
1978
VI
3453
12,40
23228
23683
20094
21148
3
73c
1978
VI
743
2,90
21481
6243
4632
4862
4
74d
1978
VI
802
4,40
2815
1506
4933
TOTAL
4
13246
47,6
47,6
91606
72710
22400,75
17676,5
18619,25
18561,25
RATAAN
PROD (gr/phn/hr)
PROD (Kg/th/ha)
42905,2
14,721461
1477,6667
21813
21993,2
16,621005
1668,3333
4852
8414
17,625571
1769,1667
5268
5190
3942,4
17,525114
1759,0833
76482
76251
79250
24,27
66,493151
19310,75
19313,7
16,623288
1668,5625
PROD (gr/phn/hr)
PROD (Kg/th/ha)
PRODUKSI GETAH TIAP PETAK (KG)
b. Tegakan Pinus KU VII PRODUKSI GETAH PINUS SERI 5 TAHUN NO
PETAK
TAHUN
KU
JML PHN
LUAS
PRODUKSI GETAH TIAP PETAK (KG) 2003
2004
2005
2006
2007
RATA
1
68p
1974
VII
5721
29,50
32006
28772
31031
29854
31793
30691,2
14,794521
1307,232
2
69b
1974
VII
1940
12,70
9285
9606
11118
12269
12033
10862,2
16,666667
1472,6533
3
70a
1974
VII
9866
61,50
55326
55070
58538
61858
61079
58374,2
16,803653
1484,7573
79814
74101
83389
84837
83827
81193,6
16,785388
1483,1435
4
71a
1977
VII
13714
63,30
5
71b
1974
VII
5615
38,70
34351
31485
34040
34826
34216
33783,6
16,757991
1480,7227
6
72h
1973
VII
197
2,80
1405
1298
1186
1276
1219
1276,8
17,068493
1508,1584
7
72l
1977
VII
215
1,80
1695
1589
1321
1405
1356
1473,2
17,333333
1531,5595
34,10
6212
22366
40610
45859
46509
32311,2
16,630137
1469,4256
8
73d
1974
VII
7310
9
74b
1974
VII
11094
61,40
70837
74401
69892
72530
72144
71960,8
17,6621
1560,6091
65,00
53321
57466
59237
55206
54198
55885,6
18,502283
1634,8469
10
75e
1973
VII
8324
11
76a
1974
VII
4183
24,20
27300
28037
25895
26522
26512
26853,2
17,242009
1523,4901
2193
22,30
16577
23923
13803
13983
13783
16413,8
17,305936
1529,1387
70372
417,3
12
77a
TOTAL
12
RATAAN
1979
VI
371552
384191
416257
426442
424886
404665,6
186,24658
16456,598
33777,455
34926,455
37841,54545
38767,45455
38626
36787,782
16,931507
1496,0544
Keterangan : Data sekunder diambil dari data kemajuan sadapan getah pinus KPH Banyuwangi Utara tahun 2003-2007
90
Lampiran 15 Hasil Perhitungan Produksi Nyata dan Pendugaan Produksi Getah Pinus Untuk Tegakan yang Belum Berproduksi a. Penentuan kisaran produksi nyata getah pinus Kisaran Produksi
No
KU
Keterangan
Produksi Rata-Rata
Ragam
Simpangan Baku
1
VI
Prod Per Pohon (Kg/phn/th)
8.03
9.939
3.153
4.312
11.757
2
VII
Prod Per Pohon (Kg/phn/th)
9.37
12.618
3.552
5.177
13.565
Minimal
Maksimal
Keterangan : Nilai kisaran maksimal merupakan standar penentuan kontrol produksi maksimal getah pinus b. Pengolahan data sekunder KU III, KU IV, dan KU V KU
Phn
III
1
IV
V
Pemungutan ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
4.2
7.49
16.07
15.05
12.21
8.7
13.03
3.52
5.59
6.2
6.31
7.13
7.71
8.99
8.68
9.13
12.81
11.8
12.91
13.09 14.31
2
4.5
12.55
15.32
13.5
11.19
8.62
9.3
10.71
11.07
4.22
8.1
8.65
3.51
10.34
4.52
5.2
9.82
7.81
15.23
3
6.9
4.29
6.6
5.91
7.3
8.19
8.52
4.54
4.81
8.1
5.5
4.36
6.6
7.2
7
7.3
7.31
8.9
12.89
5.3
4
1.2
4.85
5.6
2.32
3.72
4.62
3.21
5.82
9.5
11.3
1.99
11.31
1.6
1.27
0.22
1.03
0.92
1.02
2.61
1.4
5
11.4
14.88
15.09
8.8
9.12
19.61
8.88
7.8
3.51
3.15
4.28
4.2
4.7
10.79
5.01
9.41
9.81
9.06
10.24
9.41
Rata2
5.64
8.812
11.736
9.116
8.708
9.948
8.588
6.478
6.896
6.594
5.236
7.13
4.824
7.718
5.086
6.414
8.134
7.718
10.776
8.702
1
2.12
5.59
11.1
6.53
12.48
11.28
15.5
8.35
6.18
4.5
6.62
4.26
8.73
8.99
3.02
4
12.8
16.13
15.7
9.1
2
3.66
18.6
7.95
5.2
11.95
7.15
17.44
10.5
10.9
15.58
13.82
12.41
21.48
14.49
13.05
13.4
16.95
19.81
17.5
8.22 8.39
3
2.14
7.32
10.3
6.32
7.85
6.39
4.98
3.9
10.01
23.42
10.4
10.4
2.16
3.73
4.04
2.98
8.31
8.14
6.1
4
6.35
12.3
8.55
8.5
7
4.4
5.19
9.39
18.31
14.14
6.21
8.31
9.55
3.4
2.2
4.22
12
13.2
5.5
4.2
5
7.24
15.33
50.28
66
10.9
2.53
19.16
9.51
9.91
11.9
11.2
12.57
11.82
17.9
9.43
10.8
13.42
13.32
18.01
11.2
Rata2
4.302
11.828
17.636
18.51
10.036
6.35
12.454
8.33
11.062
13.908
9.65
9.59
10.748
9.702
6.348
7.08
12.696
14.12
12.562
8.222
1
46.36
8.4
21.21
20.97
41.5
16.18
23.82
27.19
6.22
33.74
49.82
3.8
4.7
16.21
14.7
17.19
32.11
44.61
47.63
41.91
2
13.4
5.66
5.57
4.52
2.28
10.65
15.21
8.25
10.68
17.7
19.81
19.18
20.81
20.29
19.31
34.11
36.61
33.62
33.63
23.5
3
28.41
3.24
4.57
7.15
9.02
1.23
6.21
5.45
9.81
16.48
20.7
10.5
10.56
9
11.01
9.9
21.47
20.81
24.71
26.25 19.85
4
6.2
3.7
2.59
4.01
4.16
4.32
9.65
3.9
18.71
12.4
15.6
9.31
8.49
3.02
9.21
5.39
9.08
12.65
15.75
5
43.61
15.32
5.08
8.1
16.41
4.74
3.39
2.04
9.8
37.79
49.8
17.46
16.9
23.09
11.59
16.21
42.1
53.35
46.73
32.4
Rata2
27.596
7.264
7.804
8.95
14.674
7.424
11.656
9.366
11.044
23.622
31.146
12.05
12.292
14.322
13.164
16.56
28.274
33.008
33.69
28.782
Sumber : Data KPH Kediri (Wijayanti 2007)
91
Lampiran 15 lanjutan c. Pendugaan kisaran produksi getah pinus No
KU
Prod Rata-Rata Kg/ph/th
Ragam
1
III
0.938
0.089
0.569
1.308
2
IV
1.309
0.230
0.713
1.904
3
V
2.146
0.720
1.092
3.199
Kisaran Produksi (Kg/phn/th) Minimal
Keterangan : Nilai kisaran maksimal merupakan standar nilai kontrol produksi maksimal getah pinus
Maksimal*
92
Lampiran 16 Prediksi Produksi Maksimal Jangka 5 Tahun ke Depan KU
Petak
Umur
Luas (Ha)
Produksi Maksimal (Kg/th)
N/Ha 2008
2009
2010
2011
2012
Total
I
68F
3
15,20
400
-
-
-
-
-
-
I
68H
2
12,30
428
-
-
-
-
-
-
I
74E
3
4,80
374,4
-
-
-
-
-
-
I
74E
4
4,40
561,6
-
-
-
-
-
-
I
76A
4
2,00
400
-
-
-
-
-
-
I
77A
3
4,00
1650
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
TOTAL
42,70
II
73A
9
28,50
800
-
-
29822.4
29822.4
29822.4
89467.2
II
74A
9
7,30
1300
-
-
12412.9
12412.9
12412.9
37238.7
-
-
42235.3
42235.3
42235.3
126705.9
TOTAL
35,80
VI
68O
30
27,90
260
96971.7
111884.1
111884.1
111884.1
111884.1
544508.1
VI
72G
30
11,00
300
40596.9
46839.9
46839.9
46839.9
46839.9
227956.5
VI
73C
30
2,90
350
8735.4
10078.8
10078.8
10078.8
10078.8
49050.6
VI
74D
31
4,40
190
9429.1
9429.1
10879.1
10879.1
10879.1
51495.5
155733.1
178231.9
179681.9
179681.9
179681.9
873010.7
TOTAL
46,20
VII
68P
34
29,50
250
77605.4
77605.4
77605.4
77605.4
77605.4
388026.8
VII
69B
34
12,70
220
26316.1
26316.1
26316.1
26316.1
26316.1
131580.5
VII
70A
34
61,50
200
133832.3
133832.3
133832.3
133832.3
133832.3
669161.5
VII
71A
31
63,30
360
186030.4
186030.4
186030.4
186030.4
186030.4
930152.1
VII
71B
34
38,70
307
76167.5
76167.5
76167.5
76167.5
76167.5
380837.4
VII
72H
35
2,80
275
2672.3
2672.3
2672.3
2672.3
2672.3
13361.5
VII
72L
31
1,80
360
2916.5
2916.5
2916.5
2916.5
2916.5
14582.4
VII
73D
34
34,10
280
99160.2
99160.2
99160.2
99160.2
99160.2
495800.8
VII
74B
34
61,40
250
150490.1
150490.1
150490.1
150490.1
150490.1
752450.6
VII
75E
35
65,00
210
112915.1
112915.1
112915.1
112915.1
112915.1
564575.3
VII
76A
34
24,20
103
56742.4
56742.4
56742.4
56742.4
56742.4
283712.0
VII
77A
34
22,30
90
29748.0
29748.0
29748.0
29748.0
29748.0
148740.2
954596.2
954596.2
954596.2
954596.2
954596.2
4772980.9
1110329.3
1132828.1
1176513.4
1176513.4
1176513.4
5772697.5
TOTAL
417,30
TOTAL PREDIKSI PROD MAKS
93
Lampiran 17 Hasil Pengamatan Ujicoba SOP Pengendalian Pergerakan / Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC KPH Banyuwangi Utara a. Pengamatan ke-I (10/7/2008) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
No Drum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Perni 51(I) Berat 120 120
120 120 120 120 120 120 120 121 122
120 118 118 121 117 120 123 122 123 124 126 124 123 123 124
Mutu A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
TPG II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II III III III III III III III III III
Petak v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
BKPH v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Tgl v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Dok v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Nomor Angk v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
FA-HHBK/DHHBK (II) Seri
Koreksi v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Petak
BKPH
Tgl
Dok
Nomor Angk
DK 302a (III) Seri
Petak v v
BKPH v v
Tgl v v
Nomor Dok Seri v v
Drum (IV) v
v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v
v
v v
v v v
v
Keterangan Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I)
94
33 34 35 36
40 41 42 43
125 124 123 124
A A A A
III III III III
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
Gagal Gagal Gagal Gagal
(I) (I) (I) (I)
b. Pengamatan ke-II (14/7/2008) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
No Drum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 31 32 33 34 35 36 37
Berat / Mutu
Mutu
122 120 122 120 121 120 120 124 121 120 117 121 121 120 123 122 126 128 122 124 122 120 125 124 126 125 126 124 124
A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
Perni 51(I) Nomor
TPG II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II III III III III III III III
Petak v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
BKPH v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Tgl v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Dok v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Angk v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
FA-HHBK/DHHBK (II) Nomor Seri
Koreksi v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Petak
BKPH
Tgl
Dok
Angk
DK 302a (III) Nomor Seri
Petak v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
BKPH v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Tgl v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Dok v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Drum (IV)
Keterangan
Seri v v
v v v
v
v
v
v v
v
Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal
(I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I) (I)
95
30 31 32 33 34 35
38 39 40 41 42 43
125 125 129 128 128 128
A A A A A A
III III III III III III
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v
Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal
(I) (I) (I) (I) (I) (I)
96
Lampiran 18 Hasil Pengamatan Uji Coba Desain CoC Lacak Getah a. Pengamatan ke-I (10/7/2008) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
No Drum/ No. Seri 1-II-18 2-II-16 3-II-23 4-II-24 5-II-25 6-II-26 7-II-5 8-II-4 9-II-15 10-II-11 11-II-3 12-II-13 13-II-7 14-II-9 15-II-16 1-II-27 2-II-22 3-II-20 4-II-14 5-II-12 6-II-7 7-II-2 8-II-6 31-III-1 32-III-2 33-III-10 34-III-3 35-III-9 36-III-7 37-III-4 38-III-5 39-III-6
Perni 51(I) Berat 120 120
120 120 120 120 120 120 120 121 122
120 118 118 121 117 120 123 122 123 124 126 124 123 123 124
Mutu A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
TPG II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II III III III III III III III III III
Petak v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
BKPH v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Tgl v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Dok v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Nomor Angk v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
FA-HHBK/DHHBK (II) Seri v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Koreksi v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Petak v v
BKPH V V
Tgl v v
Dok v v
DK 302a (III)
Nomor Angk v v
Seri v v
Petak v v
BKPH v v
Tgl v v
Nomor Dok Seri v v v v
Drum (IV) v
v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v
v
v v
v v v
v
Keterangan Berhasil Gagal (IV) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (I) Gagal (IV) Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil Gagal (IV) Gagal (IV) Gagal (I) Gagal (I) Berhasil Gagal (IV) Berhasil Gagal (IV) Gagal (IV) Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil Berhasil Gagal (IV) Berhasil Gagal (IV) Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil
97
33 34 35 36
40-III-8 41-III-11 42-III-12 43-III-13
125 124 123 124
A A A A
III III III III
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v v v
Gagal Gagal Gagal Gagal
(IV) (IV) (IV) (IV)
b. Pengamatan ke-II (14/7/2008) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
No Drum/ No.Seri 1-II-4 2-II-5 3-II-15 4-II-11 5-II-3 6-II-9 7-II-16 8-II-10 9-II-13 10-II-7 11-II-27 12-II-18 13-II-8 14-II-17 15-II-20 16-II-19 17-II-1 18-II-2 19-II-6 20-II-24 21-II-12 22-II-14 31-III-2 32-III-10 33-III-1 34-III-3 35-III-4 36-III-5 37-III-7
Berat 122 120 122 120 121 120 120 124 121 120 117 121 121 120 123 122 126 128 122 124 122 120 125 124 126 125 126 124 124
Mutu A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
Perni 51(I) Nomor
TPG II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II III III III III III III III
Petak v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
BKPH v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Tgl v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Dok v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Angk v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
FA-HHBK/DHHBK (II) Nomor Seri v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Koreksi v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Petak v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
BKPH v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Tgl v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Dok v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Angk v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
DK 302a (III) Nomor Seri v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Petak v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
BKPH v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Tgl v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Dok v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Seri v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Drum (IV) v v
v v v
v
v
v
v v
v
Keterangan Berhasil Gagal (IV) Berhasil Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil Berhasil Berhasil Gagal (IV) Gagal (IV) Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil Gagal (IV) Gagal (IV) Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil Gagal (IV) Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil Berhasil Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil
98
30 31 32 33 34 35
38-III-8 39-III-6 40-III-11 41-III-12 42-III-9 43-III-13
125 125 129 128 128 128
A A A A A A
III III III III III III
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v
Gagal (IV) Gagal (IV) Berhasil Gagal (IV) Berhasil Gagal (IV)