Desain Alas Kaki Casual untuk Anak Perempuan Usia 8-12 Tahun dengan Eksplorasi dan Aplikasi Motif Batik Anak Sakina Mutiara Rahmawati dan Primaditya, S.Sn. M.Ds Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] Abstrak-Di Indonesia, anak perempuan usia 8-12 tahun (tween) cenderung sulit menemukan sepatu yang sesuai dikarenakan ukuran kaki yang masuk ke kategori sepatu dewasa sehingga desainnya pun mengikuti gaya dewasa dan kurangnya unsur anak-anak. Oleh karena itu, dibutuhkan desain alas kaki khusus rentang usia ini dengan mengikuti kebutuhan, tren, dan minat mereka, serta menampilkan karakter nusantara sebagai unsur edukasi dan penanaman rasa bangga terhadap produk Indonesia. Peluang ini juga didukung oleh perkembangan sektor fesyen di Indonesia yang semakin meningkat dan banyaknya pengrajin yang terlatih. Adapun data diperoleh melalui wawancara, kuesioner, studi literatur, dan studi lapangan. Output yang diperoleh berupa prototip serial sepatu dengan desain khusus untuk anak perempuan usia 8-12 tahun dengan eksplorasi dan aplikasi motif batik anak sebagai unsur edukasi dan estetika. Kata kunci: sepatu, anak perempuan, tween, motif batik I. PENDAHULUAN
dipadukan dengan material bermotif seperti batik, sehingga menampilkan warna-warna cerah sesuai dengan karakter anak. Tidak hanya sepatu, motif batik pun perlu dieksplorasi agar sesuai dengan karakter anak dan pola sepatu. Motif batik ini merupakan salah satu wadah untuk pendekatan budaya dan karakter Indonesia bagi anak dan juga dipengaruhi oleh fenomena batik yang semakin meluas. Peluang ini juga didukung oleh sektor fesyen di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan secara terus-menerus dari tahun ke tahun. Dari total ekonomi kreatif, sumbangan fesyen terhadap PDB tercatat mengalami peningkatan sebesar 28.13% pada periode 2010-2012, atau sekitar Rp 128 triliun pada tahun 2010 dan meningkat menjadi Rp 264 triliun di tahun 2012. Indonesia memiliki potensi sebagai salah satu pusat mode dunia karena memiliki sumber daya kreatif dan warisan budaya melimpah. Rancangan perkiraan perluasan sektor fesyen Indonesia ialah sebagai berikut: tahun 2015 menguasai pasar muslim, tahun 2018 menguasai pasar Asia, tahun 2020 menguasai pasar muslim dunia, dan pada tahun 2025 Indonesia menjadi salah satu pusat mode dunia dengan mengoptimalkan kekuatan lokal.
S
ecara alamiah, pada rentang usia 8-12 tahun (tween) anak mengalami kecenderungan berpikir dan bertingkah laku meniru orang dewasa. Perlunya diberi perhatian khusus oleh orang tua agar anak tetap bersikap selayaknya seperti anak-anak. Salah satunya ialah dalam hal berpenampilan, khususnya pemakaian alas kaki. Di Indonesia, ukuran kaki pada rentang usia ini tergolong ukuran dewasa (34-37) sehingga anak terpaksa memakai sepatu dengan model dewasa yang tersedia di pasaran. Hal ini menyebabkan pemakaian alas kaki yang tidak sesuai dan akan berpengaruh pada sisi ergonomis dan psikologis anak. Maka dari itu, dibutuhkan desain alas kaki khusus rentang usia tween dengan mengikuti kebutuhan, tren, dan minat mereka. Penerapan gaya casual didasari oleh analisa aktifitas user, dimana kegiatan utama mereka ialah sekolah dan santai. Karena peraturan di Indonesia mewajibkan anak sekolah memakai sepatu hitam, maka sepatu dengan gaya casual cocok untuk dieksplorasi karena kegiatan santai merupakan kegiatan utama kedua anak setelah sekolah. Selain itu, sepatu casual juga cocok untuk
Grafik 1. Rata-rata kontribusi subsektor kreatif terhadap industri kreatif tahun 2006-2010
Konsep yang ditawarkan ialah desain sepatu yang mengacu karakter, tren, dan ergonomi anak perempuan usia 8-12 tahun dengan teknik aplikasi dan eksplorasi motif batik anak pada sepatu. Batasan masalah pada perancangan ini ialah: 1. Kurangnya pengembangan desain alas kaki yang menitikberatkan karakter dan tren anak perempuan usia 8-12 tahun.
2. Kurang berkembangnya motif batik khusus anak yang sesuai dengan karakteristik mereka. 3. Sepatu batik anak yang sudah ada di pasaran diakui oleh sebagian besar para orang tua dan anak kurang nyaman dan terkesan kuno. 4. Kurangnya pengembangan industri UKM khususnya di bidang desain, sehingga sebagian besar mengambil model sepatu dari luar negri. II. URAIAN PENELITIAN Tabel 1. Psikografi target primer (anak)
Kebutuhan: Desain sepatu yang lebih casual karena aktifitas yang beragam; desain yang mengikuti tren & minat mereka; dan kenyamanan, fleksibel, ringan
Tabel 2. Psikografi target sekunder (orang tua)
Gambar 1. Skema Metodologi Riset dan Desain
A. Tahap Pengambilan Data Adapun metode yang digunakan ialah dengan observasi/survei, wawancara, dan studi pustaka. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner kepada anak dan orang tua, survei lapangan di pusat perbelanjaan, dan wawancara dengan para ahli persepatuan dan batik. Data sekunder diperoleh dari teori yang didapat dari buku acuan terkait dan internet. B. Tahap Studi dan Analisa Tahapan studi dan analisa pada perancangan ini mengacu pada permasalahan dan eksisting produk, yang terdiri dari: 1. Analisa psikografi, mengacu kebutuhan user yang meliputi aktitfitas dan karakteristik user, yaitu anak dan orang tua.
Kebutuhan: Desain yang memenuhi kriteria untuk anak; produk multifungsi; dan harga yang relatif terjangkau. 2. Analisa ergonomi, yang mengacu pada anak dari sisi kenyamanan, keamanan, dan kesehatan. Beberapa aspek ergonomi yang harus dipenuhi ialah: ringan pas di kaki kokoh material tidak melukai permukaan kulit sirkulasi udara lancar stabil 3. Analisa estetika, meliputi analisa tren, bentuk, warna, dan material. Analisa ini mencakup desain sepatu dan motif batik. Untuk analisa tren, mengacu pada tren baju, aksesoris, dan sepatu anak serta warna pada Spring/Summer 2014-2015. Untuk analisa bentuk, terdiri dari bentuk upper, sol, dan ujung sepatu. Masingmasing bagian meliputi perbandingan jenis yang didasari variabel kenyamanan, keamanan, minat anak, minat orang tua,
image casual, dan tren pasar. Hasil analisa menampilkan beberapa alternatif bentuk untuk memperkaya konteks dari pemahaman konsep yang ingin dicapai. Untuk analisa material, terdiri dari bagian upper, sol, dan aksesoris sepatu. Masingmasing bagian meliputi perbandingan jenis yang didasari variabel kemudahan didapat, variasi warna, penyesuaian aplikasi motif, dan image casual.
4. Analisa teknis, meliputi teknik aplikasi motif batik, teknik pembuatan pola, dan teknik printing. Perbedaan utama konsep perancangan ini ialah teknik pengaplikasian motif batik pada sepatu. Umumnya, sepatu batik di pasaran menggunakan kain batik yang sudah tersedia lalu menempelkannya pada pola sepatu. Sehingga, metode ini mempunyai beberapa kekurangan, antara lain: Letak motif pada bagian sepatu tidak sama antara kiri dan kanan. Ukuran motif tidak bisa menyesuaikan dengan ukuran sepatu. Terbatasnya pengambilan motif tertentu sehingga material terbuang percuma. Jenis motif dan warna batik terbatas. Semua kekurangan di atas dapat diatasi dengan metode pembuatan motif batik manual. Maksud dari metode ini ialah mendesain motif batik sendiri dan meletakkan motif tersebut pada pola sepatu dengan bantuan software digital. Metode ini memberikan keleluasaan dalam mendesain motif batik dan aplikasinya pada pola, sehingga menjadi nilai keunikan dan estetika tersendiri. Tahapan proses dari metode ini, yaitu: a. Pembuatan pola sepatu b. Pola sepatu di-scan untuk diambil bentuknya dengan bantuan software. Langkah ini biasa disebut dengan tracing. c. Hasil dari tracing kemudian diberi motif yang diatur sesuai selera dan diberi warna.
Gambar 2. Alur pembuatan motif pada pola sepatu
Dalam teknis printing pada kulit, perlu diperhatikan dua hal penting yaitu peletakan pola dan arah kelenturan kulit. Dalam tahap pembuatan sepatu, proses menempel pola pada material sepatu sebelum digunting harus diatur agar material tersebut tidak terbuang percuma sehingga meminimalisir biaya produksi. Hal ini juga diterapkan pada peletakan pola yang diatur pada file digital.
Gambar 3. Tata cara pengaturan letak pola sebelum dicetak/digunting.
Selain pengaturan letak pola, hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah arah elastisitas material, dalam kasus ini adalah kulit sintesis. Arah kelenturan ini diperlukan ketika tahap pemasangan upper pada shoe last, yaitu menarik material sekuat-kuatnya agar tidak timbul kerutan. Arah kelenturan ini didasarkan pada arah jahitan pada material, yang sebaiknya dengan arah diagonal. 5. Analisa biaya, untuk mengetahui harga jual yang berkompeten dengan produk yang dihasilkan, serta dapat bersaing dengan produk kompetitor. C. Tahap Produksi Skema produksi pada perancangan ini ialah:
Gambar 4. Bagan proses produksi
Proses produksi sepatu melibatkan tiga tempat produksi yang berbeda. Tahap awal produksi dimulai dari pembuatan dasar pola sepatu yang dilakukan oleh pengrajin, yang selanjutnya hasil pola tersebut akan diolah secara individu untuk membuat motif batik sesuai bentuk dasar pola dan kemudian mengatur tata letak pola sebelum dicetak. Kedua proses ini dilakukan menggunakan software digital. Selanjutnya, file tersebut dibawa ke jasa printing untuk mencetak pola batik pada lembaran kulit. Tahap terakhir selanjutnya, lembaran kulit hasil cetak dibawa ke pengrajin sepatu untuk diproses sampai menjadi produk akhir. Tahap pembuatan sepatu meliputi: 1. Pattern Making Pembuatan pola merupakan proses awal yang penting karena menentukan kenyamanan dan keamanan sepatu dengan menggunakan perhitungan/rumus tertentu. 2. Pattern Printing
Mencetak (print) pola sepatu yang sudah diaplikasikan motif batik dan diatur ukuran serta tata letaknya. 3. Sewing Proses penjahitan antar pola sehingga terbentuk upper sepatu yang siap untuk dibentuk. 4. Moulding Proses penggabungan upper pada shoe last agar membentuk bentuk kaki. 5. Assembling Proses pemasangan upper dengan sol dengan cara dilem. III. HASIL PENELITIAN Dari proses studi dan analisa sebelumnya, maka didapatkan beberapa poin untuk konsep perancangan ini, antara lain: 1. Konsep Desain - konsep yang dipilih ialah CasualFun-Educative. Konsep casual berdasarkan acuan kebutuhan user dan orang tua, yang dimana anak lebih membutuhkan varian sepatu casual, dibandingkan dengan sepatu sport, formal, dan pesta. Konsep Fun didasarkan pada desain sepatu yang eye catchy, dapat terlihat dari bentuk dan warna sepatu. Pemilihan konsep Educative didasarkan pada unsur budaya yang menampilkan kekayaan karakter Indonesia melalui motif batik dan dengan pemilihan bentuk dan warna yang cerah sesuai dengan anak. 2. Konsep Bentuk - jenis upper pada sepatu yang akan dikembangkan ialah: ballet flat, oxford, dan sandal. Untuk jenis sol, yang akan diterapkan ialah flat dan wedges. Untuk bentuk ujung sepatu, menerapkan bentuk oval, round, peep-toe, dan open. 3. Konsep Warna - diambil dari tren warna 20142015 dan juga mengambil dari acuan keyword “casual” dan “fun”
Gambar 6. Penyederhanaan motif flora
6. Final Design - Sepatu Wedges
Gambar 7. Final design - Wedges
Sandal
Gambar 8. Final design - Sandal
Oxford
Gambar 5. Konsep warna
4. Material - untuk bagian upper ialah kulit sintesis, dan lining menggunakan kulit suede. Untuk sol, dari bahan PU karena mengutamakan keamanan dengan sifatnya yang anti slip dan ringan. Untuk sol wedges, memakai bahan PVC karena ringan dan kuat dengan lapisan material PU di bagian bawahnya agar tidak licin. 5. Motif Batik - mengambil unsur motif batik dengan pengembangan bentuk motif flora khas Indonesia yang mengalami penyederhanaan bentuk dan penyesuaian warna yang disesuaikan dengan tren serta minat anak. Pada setiap jenis flora, terdapat beberapa macam seri motif batik. Untuk material motif batik menggunakan kulit sintesis putih dan dicetak menggunakan mesin printing.
Gambar 9. Final design - Oxford
Ballet Flat
Gambar 10. Final design - Ballet Flat
Prototype
Sirih
Kenanga
Gambar 14. Motif batik anak - Sirih
Gambar 15. Motif batik anak - Kenanga
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Gambar 11. Prototype Sepatu FLO
7. Final Design - Motif Batik Sedap Malam
Hasil dari perancangan ini berupa desain serial sepatu anak yang terdiri dari wedges, oxford, ballet flat, dan sandal. Motif utama pada batik yang dipilih ialah flora Indonesia. Target konsumen untuk produk ini ialah anak perempuan usia 8-12 tahun dan orang tua. Untuk rencana ke depannya, akan terus dikembangkan beberapa varian desain sepatu beserta motif batiknya dengan mengacu tren yang selalu berubah dari musim ke musim. UCAPAN TERIMA KASIH
Gambar 12. Motif batik anak - Sedap Malam
Rafflesia Arnoldi
Penulis S.M. mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, orang tua penulis yang telah memberikan dukungan penuh baik secara materi maupun non-materi selama menjalani Tugas Akhir, dosen pembimbing dan penguji yang memberi banyak pengarahan dan saran, seluruh staf dan dosen ITS yang banyak membantu, dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberi semangat, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. DAFTAR PUSTAKA
Gambar 13. Motif batik anak - Rafflesia Arnoldi
[1] _____. 2013. Peta Potensi dan Profil IKM Alas Kaki Nasional. Sidoarjo : BPIPI. [2] Kight, Kimberly. 2011. A Field Guide To Fabric Design. California : Stash Books. [3] Palgunadi, Bram. 2008. Disain Produk 2 Analisis dan Konsep. Bandung : Institut Teknologi Bandung.