Dermatitis Kontak Alergi Karena Cat Rambut Sri Yusfinah M.H. Pardede, Kristo A. Nababan, Irma D. Roesyanto Mahadi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan
Abstrak: Latar belakang: Dermatitis kontak alergi karena cat rambut banyak dijumpai pada penata rambut atau pemakainya. Penyebab yang tersering adalah parafenilendiamin (PFD). Tujuan: Menentukan alergen penyebab dermatitis kontak alergi karena cat rambut. Metode: Dari 30 penderita yang datang ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik di Medan dengan sangkaan dermatitis kontak karena cat rambut sejak bulan Januari 2004 sampai Januari 2005, semua dilakukan uji tempel kulit dengan alergen European Standard dari Chemotechnique Diagnostic AB (Swedia), menggunakan unit uji tempel persegi (square chamber) Van Der Bend yang ditempelkan pada daerah punggung. Pembacaan dilakukan pada 48 jam dan 72 jam. Interpretasi hasil uji tempel menurut ICDRG (International Contact Dermatitis Research Group). Hasil, Bahasan: 24 penderita dengan hasil uji tempel positif terhadap PFD, 2 penderita juga positif terhadap paraben dan 1 penderita juga positif terhadap benzokain. Tidak ada satu pun penderita sebagai penata rambut. Dua penderita datang pertama kali setelah pemakaian cat rambut dengan gejala yang berat, 22 penderita datang ke poliklinik setelah berkali-kali mengalami dermatitis kontak karena cat rambut. Kesimpulan: Penyebab dermatitis kontak alergi karena cat rambut terutama PFD, 2 penderita mengalami reaksi silang dengan paraben dan 1 penderita dengan benzokain. Semua penderita adalah pemakai cat rambut, tidak ada yang penata rambut. Kemungkinan prevalensi dermatitis kontak alergi PFD karena cat rambut lebih tinggi dari data yang ada. Kata kunci: dermatitis kontak alergi, cat rambut, PFD, reaksi silang, paraben, benzokain Abstract: Background: Allergic contact dermatitis due to hair dye frequently found in hairdressers or users. The most frequent cause is paraphenylendiamine (PPD). Objective: Our aim was to determine the allergen causing allergic contact dermatitis due to hair dye. Method: All of 30 patients that came to the dermatovenereology clinic H. Adam Malik General Hospital in Medan with suspected to be having contact dermatitis due to hair dye since January 2004 until January 2005, were performed patch test with allergen according to the European Standard by the Chemotechnique Diagnostic AB (Swedia), by using the patch test square chamber unit van der Bend which was applied to the patient’s back. Reactions were read at 48 hours and 72 hours. Patch test interpretation according to ICDRG (International Contact Dermatitis Research Group). Result, Discussion: All of 24 patients with a positive patch test result to PPD. Of these, 2 patients were also positive for paraben and 1 patient was also positive for benzocain. None of the patients were hairdressers. Two patients came for the first time after the usage of hair dye with severe symptoms, 22 patients came after affected numerous contact dermatitis due to usage of hair dye. Conclusion: The main cause of allergic contact dermatitis due to hair dye was PPD, 2 patients had cross reaction with paraben and 1 patient had cross reaction with benzocain. All of patients were users of hair dye, none of them were hairdressers. Prevalence of PPD allergic contact dermatitis was possible higher than available data. Keywords: allergic contact dermatitis, hair dye, PPD, cross reaction, paraben, benzocain
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008
179
Karangan Asli
PENDAHULUAN Dermatitis kontak karena cat rambut banyak dijumpai pada penata rambut atau pemakainya. Penyebab tersering adalah (1,2,3) parafenilendiamin (PFD). Reaksi alergi terhadap cat rambut yang mengandung PFD yang paling lazim terjadi adalah dermatitis (4) Dermatitis kontak alergi kontak alergi. merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (5-7) terhadap alergen. Beberapa laporan menunjukkan kecenderungan meningkatnya frekwensi reaksi alergi terhadap PFD. Penelitian secara epidemiologi terhadap populasi umum menunjukkan sensitisasi terhadap PFD antara 0,1% dan 1%. Di India dilaporkan frekwensi (8) alergi terhadap PFD 11,5%. Frekwensi (9) reaksi alergi terhadap PFD di Itali 24,2% dan (10) di Denmark 29%. Di London, menurut penelitian Patel S.dkk di St.John’s Contact Dermatitis Clinic, frekwensi reaksi alergi terhadap PFD pada tahun 1999-2004 antara (11) 3,8%-7,1%. Angka ini lebih tinggi dari laporan sebelumnya oleh Armstrong D.K.B. dkk yaitu 2,5%-4,2% pada tahun 1992(3) 1998. PFD merupakan salah satu alergen yang paling sering menyebabkan dermatitis kontak alergi pada tahun 1996–1998 di Amerika Serikat dengan reaksi positif (6) terhadap PFD 6%. Di Medan, menurut penelitian Roesyanto-Mahadi I.D di Rumah Sakit Dr Pirngadi pada tahun 1991-1992 PFD merupakan alergen penyebab yang terbanyak
ketiga dari dermatitis kontak dengan reaksi (12) positif terhadap PFD 12,28%. PFD yang disebut juga 1,4diaminobenzen atau 1,4-fenilendiamin adalah suatu amin aromatik yang digunakan dalam (13) hampir setiap cat rambut di pasaran. PFD lazim digunakan dalam cat rambut karena memberikan hasil yang tampak alami, menguatkan warna yang gelap dan warna (14-16) bertahan lama. PFD juga dapat dijumpai pada pewarna pakaian dan bulu, kosmetik, tato temporer, tinta, karet hitam, minyak dan (15,17-19) pelumas. PFD yang terdapat dalam cat (10) rambut biasanya dalam konsentrasi 6%. PFD dikenal sebagai alergen kontak yang (3,10) kuat. PFD merupakan substansi yang tidak berwarna, menjadi berwarna pada saat teroksidasi, dan keadaan teroksidasi sebagian menyebabkan alergi bagi individu yang (15) sensitif. Paparan terhadap PFD selanjutnya, meski dalam konsentrasi rendah dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang bermanifestasi sebagai dermatitis kontak alergi. Ini lazim terjadi pada individu yang mewarnai rambutnya dengan cat rambut yang mengandung PFD atau zat warna para amino lainnya setelah tersensitisasi oleh (18) PFD. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan alergen penyebab dari dermatitis kontak alergi karena cat rambut dengan melakukan uji tempel.
Tabel 1. Data penderita dengan hasil uji tempel positif No. penderita 1 2 3 4. 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Pekerjaan IRT Guru IRT Berdagang PRT Pekerja foto Wiraswasta IRT Peg.Swasta Peg.Swasta Pensiunan Pensiunan Peg.Swasta Wirasawsta Wiraswasta Pensiunan Wiraswasta IRT IRT IRT IRT IRT Peg.Swasta IRT
Keterangan: IRT: Ibu rumah tangga
180
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan
Umur (tahun) 49 63 53 56 50 27 63 46 54 54 64 63 41 49 48 67 40 40 48 63 28 41 36 55
PFD +++ +++ ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ +++ ++ ++ ++ +++ ++ +++ ++ ++ ++ ++
Hasil Uji Tempel Lain-lain Paraben mix:++. Paraben mix:++ Benzokain :++
PRT: Pembantu rumah tangga
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008
Sri Yusfinah M.H. Pardede dkk.
SUBYEK DAN CARA PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan Januari 2004 sampai Januari 2005 dengan rancangan penelitian potong lintang. Subyek penelitian adalah semua penderita yang datang dengan sangkaan dermatitis kontak alergi karena cat rambut dan usia dewasa. Hasil penelitian dianalisa secara deskriptif. Pada setiap subyek penelitian dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan uji tempel yang dilakukan setelah 4 minggu sembuh. Uji tempel dilakukan pada daerah punggung penderita dengan menggunakan alergen Chemotechnique standar Eropa dari Diagnostic AB (Swedia). Uji tempel ini menggunakan unit uji tempel persegi (square chamber) van der Bend. Pembacaan dilakukan pada 48 jam dan 72 jam. Hasil uji tempel dinyatakan positif apabila alergen yang diuji menunjukkan hasil positif dengan interpretasi berdasarkan International Contact Dermatitis Research Group (ICDRG) yaitu: + = positif lemah (eritema, infiltrasi, mungkin papul); ++ = positif kuat (eritema, infiltrasi, papul, vesikel);+++ = positif sangat kuat (eritema dan infiltrasi hebat dan vesikel yang berkoalesen). HASIL PENELITIAN Penderita yang datang ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dengan sangkaan dermatitis kontak karena cat rambut berjumlah 30 orang. Jumlah penderita yang menunjukkan hasil uji tempel positif terhadap PFD adalah 24 orang (80%), terdiri dari 14 perempuan (58%) dan 10 laki-laki (42%) dengan usia termuda 27 tahun dan usia tertua 67 tahun. Semua penderita adalah pemakai cat rambut, tak satupun yang bekerja sebagai penata rambut. Dari 24 penderita yang memiliki hasil uji tempel positif terhadap PFD, 2 penderita (8,3%) juga menunjukkan hasil uji tempel yang positif terhadap alergen paraben dan seorang penderita (4,2%) juga positif terhadap alergen benzokain. Dari seluruh subyek penelitian ini, 22 penderita (73,3%) datang ke poliklinik setelah berkali-kali mengalami dermatitis kontak karena cat rambut, sedangkan 2 penderita (6,7%) datang ke
Dermatitis Kontak Alergi...
poliklinik pertama kali setelah mengalami gejala klinis yang berat akibat pemakaian cat rambut. DISKUSI Pada akhir abad ke-19 telah ditemukan proses oksidatif cat rambut menggunakan PFD yang sekarang banyak digunakan di beberapa (11) PFD adalah substansi kimia yang negara. secara luas digunakan sebagai cat rambut (15) PFD dikenal sebagai sensitiser permanen. kulit yang kuat dan menyebabkan dermatitis (18) Dalam penelitian ini, 24 kontak alergi. penderita (80%) dari 30 penderita dengan sangkaan dermatitis kontak alergi karena cat rambut memiliki hasil uji tempel positif terhadap PFD. Persentase ini hanya menunjukkan bahwa penyebab dermatitis kontak alergi karena cat rambut yang terbanyak adalah PFD. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sosted H. dkk di Denmark terhadap 55 kasus dermatitis kontak alergi, dijumpai 29% reaksi uji tempel positif (10) Penelitian Chan Y.C dkk terhadap PFD. pada National Skin Centre di Singapura mendapatkan uji tempel positif terhadap PFD (20) 8,1% dari 406 pasien, dan North American Contact Dermatitis Group melaporkan angka alergi terhadap PFD 6,4% dari 4055 (11) individu. Proporsi uji tempel terhadap PFD yang tinggi pada penelitian ini terjadi karena dilakukan uji tempel pada penderita dengan sangkaan dermatitis kontak alergi karena cat rambut, bukan penderita dermatitis kontak secara umum, serta makin meningkatnya popularitas cat rambut permanen yang (18) mengandung PFD. Penderita yang memiliki hasil uji tempel positif pada penelitian ini terdiri dari 14 orang perempuan (58%) dan 10 orang laki-laki (42%). Hal ini sesuai dengan laporan sebelumnya oleh Patel S. dkk, yaitu sejak tahun 1999-2004 hasil uji tempel yang positif terhadap PFD pada perempuan selalu lebih (11) Saat ini, tinggi daripada laki-laki. diperkirakan lebih dari 40% perempuan menggunakan cat rambut untuk mewarnai rambut mereka, sehingga sangat memungkinkan untuk terjadi dermatitis kontak karena PFD yang terdapat dalam cat rambut. Lebih jauh lagi, pewarnaan rambut menjadi makin populer pada laki-laki (18) sebagaimana pada perempuan.
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008
181
Karangan Asli
Pada penelitian ini, penderita berusia antara 27–67 tahun. Ini sesuai dengan laporan sebelumnya. Di Singapura, dermatitis kontak karena cat rambut meningkat sesuai bertambahnya usia, karena pemakaian cat (14) rambut pada usia tua. Pada penelitian ini, 2 dari 24 penderita (8,3%) dengan hasil uji tempel positif terhadap PFD, juga memberikan hasil positif terhadap paraben dan 1 penderita (4,2%) juga positif terhadap benzokain. Hal ini terjadi karena pada individu yang alergi terhadap PFD dapat terjadi reaksi silang antara PFD dengan senyawa lain yang juga memiliki suatu gugus amino pada cincin benzennya dalam (16) Bahan-bahan yang dapat posisi para. menyebabkan reaksi silang tersebut antara lain zat warna azo, para aminobenzoic acid, anestesi lokal seperti benzokain dan prokain, (15,16,18,21-24) Reaksi silang dan obat-obat sulfa. sangat erat hubungannya dengan alergenalergen yang diproses di kulit yang struktur kimianya identik atau sangat mirip, sehingga sel-sel T yang tersensitisasi tidak mampu membedakan alergen-alergen tersebut, sehingga bereaksi juga dengan bahan-bahan (23) yang identik tersebut. Sensitisasi terhadap PFD dapat merupakan resiko pekerjaan bagi penata rambut, penata rias, pekerja fotografi, pekerja yang kontak dengan tinta mesin percetakan, (16) pewarna pakaian dan pewarna bulu. Dermatitis kontak akibat pekerjaan karena PFD lazim terjadi pada penata rambut dan (10) yang dilaporkan antara 19%-35%, (25,26) lokalisasinya sering dijumpai pada tangan. Namun pada penelitian ini tak seorang penderita pun sebagai penata rambut, seluruhnya adalah pemakai cat rambut. Hal ini terjadi kemungkinan karena jumlah subyek penelitian yang diteliti sedikit. Pada penelitian ini, 22 penderita (91,7%) datang ke poliklinik setelah berkali-kali mengalami dermatitis kontak karena cat rambut dan mereka mengobati sendiri penyakitnya. Sedangkan 2 orang penderita (8,3%) karena gejala klinisnya berat, langsung datang ke poliklinik untuk mendapat pengobatan. Penderita ini telah berkali-kali memakai cat rambut. Dermatitis kontak alergi karena PFD yang terdapat dalam cat rambut sering terjadi di daerah kulit kepala, dahi, leher, kelopak mata dan wajah. Biasanya 182
bermanifestasi sebagai pruritus, edema, bercak dan plak eritem berskuama, kadang-kadang terjadi lesi vesikuler yang berat dari kulit (15,18) Dalam kasus kepala dengan edema wajah. yang sangat berat, dapat timbul urtikaria dan (4,15,27) Di samping anafilaksis, meskipun jarang. reaksi yang lokalisata, pernah dilaporkan erupsi dermatitis yang diseminata setelah paparan PFD. Reaksi-reaksi kulit lain, seperti hiper atau hipopigmentasi paska inflamasi, (18) dapat juga terjadi. Reaksi alergi karena cat rambut biasanya dapat diketahui sendiri oleh penderita karena relatif berhubungan dengan waktu paparan dan timbulnya reaksi kulit (10) pada daerah yang terpapar cat rambut, sehingga penderita tersebut berusaha mengobati sendiri dan tidak datang ke tempat pelayanan kesehatan sampai reaksi berat terjadi dan tidak mampu menanganinya sendiri. Sebagian masyarakat belum menyadari bahwa reaksi kulit terhadap cat rambut tersebut adalah suatu penyakit. Berdasarkan hal ini kami menduga dermatitis kontak alergi karena cat rambut lebih sering terjadi daripada data yang ada. Dalam penelitian ini, seorang penderita (nomor 6) mengalami dermatitis kontak alergi setelah memakai cat rambut pertama kali. Dermatitis kontak alergi setelah pemakaian cat rambut pertama kali bisa terjadi karena kemungkinan sebelumnya penderita sudah pernah terpapar dengan PFD yang terdapat pada bahan lain seperti pewarna pakaian, pewarna alis dan bulu mata, tato temporer, tinta fotokopi dan percetakan, karet hitam, minyak dan pelumas. Penderita ini adalah pekerja di studio foto yang bekerja mencuci film dengan menggunakan larutan yang mengandung PFD. Kemungkinan penderita ini tersensitisasi pada tempat kerja. Pada penderita tersebut dianjurkan untuk menghindari pewarna rambut apapun yang mengandung PFD dan bekerja di bagian lain yang tidak terpapar dengan bahan yang mengandung PFD. KESIMPULAN Penyebab dermatitis kontak alergi karena cat rambut terutama adalah PFD, 2 penderita mengalami reaksi silang dengan paraben dan seorang penderita mengalami reaksi silang dengan benzokain. Semua penderita adalah pemakai cat rambut dan tak seorang pun
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008
Sri Yusfinah M.H. Pardede dkk.
penata rambut. Kemungkinan prevalensi dermatitis kontak alergi PFD karena cat rambut lebih tinggi dari data yang ada karena sebagian masyarakat belum menyadari bahwa reaksi terhadap cat rambut tersebut adalah suatu penyakit. Namun masih dibutuhkan penelitian selanjutnya dengan jumlah subyek penelitian yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA 1. Fautz R, Fuchs A, Van Der Walle H, Henny V, Smits L. Hair dye-sensitized hair dressers: the cross-reaction pattern with new generation hair dyes. Contact Dermatitis 2002:46:319-24. 2.
Dermatitis Kontak Alergi...
9.
Guerra L,Tosti A, Bardazzi A, Pigatto P,Lisi P, Santucci B et al. Contact dermatitis in hair dressers: the Italian experience. Contact Dermatitis 1992:26:101-7.
10. Sosted H, Agner T, Andersen KE, Menne T. 55 Cases of allergic reaction to hair dye: a descriptive, consumer complaintbased study. Contact Dermatitis 2002:47:299-303. 11. Patel S, Basketter DA, Jefferies D, White IR, Rycroft RJG, McFadden JP et al. Patch test frequency to pphenylenediamine: follow up over the last 6 years. Contact Dermatitis 2007: 56:35-7.
Hansson C, Andersson KT. Allergic contact dermatitis from 2 chloro-pphenylenediamine in a cream dye for eyelash and eyebrows. Contact Dermatitis 2001:45:235-6.
12. Roesyanto-Mahadi ID. Alergen pada dermatitis kontak di RS Dr.Pirngadi Medan pada periode tahun 1991-1992. Komunikasi Penelitian 1992: 4(3):282-6.
3.
Armstrong DKB, Jones AB, Smith HR, Ross JS, White IR, Rycroft RJG et al. Occupational sensitization to pphenylenediamine: a 17-year review. Contact Dermatitis 1999:41:348-9.
13. P-phenylenediamine. Wikipedia, the free encyclopedia 2007 Mei 15.Available from: URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Paraphenyle nediamine.htm.
4.
Sahoo B, Handa S, Penchallaiah K, Kumar B. Contact anaphylaxis due to hair dye. Contact Dermatitis 2000:43:244.
14. Roesyanto-Mahadi ID. Paraphenylenediamine-cat rambut yang kontroversi?. MK Nusantara 2000:33(4):221-3.
5.
Rietschel RL, Fowler JF, editors. Fisher’s th contact dermatitis.4 ed. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins;1995.p.1-8.
6.
Belsito DV. Allergic contact dermatitis. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in th General Medicine. 6 ed. New York: McGraw-Hill; 2003.p.1164-76.
15. Allergy to paraphenylenediamine. New Zealand Dermatological Society Incorporated 2007 February 24. Available from: URL:http://en.wikipedia. org/wiki/P-phenylenediamine.htm.
7.
8.
McFadden J. Immunology of allergic contact dermatitis. In: Leung DYM, Greaves MW, editors. Allergic skin diseases a multidisciplinary approach. New York: Basel; 2000.p.213-21. Sharma VK, Chakrabarti A. Common contact sensitizers in Chandigarh, India. Contact Dermatitis 1998:38:127-31.
16. Jacob SE, Zapolanski T. Allergen Focus: Focus on TRUE test allergen #20: paraphenylenediamine. Skin and Aging 2005 Juni: 13:31-4. 17. Devos SA, Van Der Valk PGM. The risk of active sensitization to PPD. Contact Dermatitis 2001: 44:273-5. 18. Redlick F, Dekaen J. Allergic contact dermatitis to paraphenylenediamine in hair dye after sensitization from black henna tattoos: a report of 6 cases. Canadian Medical Association J 2007:176(4):445-6.
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008
183
Karangan Asli
19. Rietschel RL, Fowler JF, editors. Fischer’s yh Contact Dermatitis. 4 ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 1995.p.964-72.
24. Salim A, Orton D, Shaw S. Allergic contact dermatitis from Basic Red 22 in a hair-colouring mousse. Contact Dermatitis 2001: 45:123.
20. Chan YC, Ng SK, Goh CL. Positive patch test reactions to paraphenylenediamine, their clinical relevance and the concept of clinical tolerance. Contact Dermatitis 2001: 45:217-20.
25. Van der Burg CKH, Bruynzeel DP, Vreeburg JJ, von Blomberg BME, Schefer RJ. Hand eczema in hairdressers and nurses: a prospective study. Contact Dermatitis 1986:14:275-9.
21. Seinedari S, Mantovani L, Manzini BM, Pignatti M. Cross-sensitizations between azo dyes and para-amino compound: a study of 236 azo-dye-sensitive subjects. Contact Dermatitis 1997: 36:91-6. 22. Nixon R, Moyle M. Occupational contact dermatitis. How to Treat 2004 December 3: 27-34. 23. Dupuis G, Benezra C. Allergic contact dermatitis to simple chemicals a molecular approach. Volume 2. New York: Marcel Dekker; 1982.p.87-127.
184
26. Katsarou A, Koufou B, Takou K, Kalogeromitros D, Papanayiotou G, Vareltzidis A. Patch test results in hairdressers with contact dermatitis in Greece (1985-1994). Contact Dermatitis 1995:33:347-61. 27. Engasser PG, Maibach HI. Cosmetics and skin care in dermatologic practice.In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA. Katz SI, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General th Medicine. 6 ed. New York: McGrawHill; 2003.p.2369-78.
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 3 y September 2008