Laporan Kasus
DERMATITIS KONTAK OKUPASIONAL PADA PENATA RAMBUT: 3 KASUS SERI Cindy Cekti, Fitriana Yusiyanti Dewi, Niken Trisnowati, Niken Indrastuti SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
ABSTRAK Dermatitis kontak okupasional (DKO) merupakan penyakit kulit yang disebabkan kontak dengan bahan tertentu di tempat kerja. Dermatitis kontak iritan dan alergik dikenal sebagai penyakit karena pekerjaan yang sering terjadi pada penata rambut. Kasus seri ini melaporkan 3 kasus DKO pada penata rambut berdasarkan uji tempel. Tiga penata rambut yang mengalami keluhan gatal dan kering pada kedua punggung tangan kemungkinan disebabkan oleh bahan dari salon. Manifestasi kulit ketiga kasus berupa papul, plak, dengan fisura, ekskoriasi, skuama dan kulit kering merupakan tanda dan gejala spesifik DKO. Pada fase akut DKO tampak sebagai eritema, pruritus, vesikel, papul, rasa terbakar, dan edema. Pada bentuk yang lebih kronis tampak sebagai likenifikasi dengan fisura, ekskoriasi, dan skuama. Hasil uji tempel menunjukkan 2 alergen yang dominan yaitu pengawet (paraben mix dan quaternium 15%) serta fragrance mix. Alergen yang paling penting pada dermatitis kontak alergi pada penata rambut adalah kandungan cat rambut (p-phenylenediamine), fragrance mix, dan nikel. Akhir-akhir ini pengawet dikenal sebagai alergen kontak kosmetik yang paling sering.(MDVI 2014; 41/3:108 - 113) Kata kunci : Dermatitis kontak okupasional, penata rambut, uji tempel
ABSTRACT Occupational contact dermatitis (OCD) is a skin disorder caused by contact with certain materials at the workplace. Irritant and allergic contact dermatitis have been recognized as occupational diseases that often happen to hairdressers. This case series report 3 OCD cases in hairdressers in which patch test confirmed the diagnosis.They experienced itch and dryness on skin of the back of their hands, presumed as the result of salon products. Skin manifestations consisted of papules, plaques with fissures, exchoriations, scaling and xerotic skin which were characteristic for OCD. In acute phase of OCD, appears as erythema, pruritus, vesicles, papules, burning and swelling. In more chronic form, appears lichenification with fissuring, excoriations and scaling. Results of patch test showed two dominant allergens: preservatives (paraben mix and quaternium 15%) and fragrance mix. The most important allergens in hairdressers with allergic contact dermatitis were the ingredients of hair dye (p-phenylenediamine), fragrance mix, and nickel. Preservatives were identified as the most common cosmetic contact allergens in recent studies.(MDVI 2014; 41/3:108 - 113) Keywords:Occupational contact dermatitis, hairdresser, patch test Korespondensi : Gedung Radioputro Lantai 3, Jl. Farmako 1, Sekip, Sleman, Yogyakarta Telpon/Fax 0274-560700 Email:
[email protected]
108
C Cekti, dkk
Dermatitis kontak okupasional pada penata rambut
PENDAHULUAN
KASUS I
Dermatitis okupasional adalah dermatitis yang disebabkan oleh kontak dengan bahan tertentu di tempat kerja. Dermatitis kontak, merupakan reaksi eksematosa inflamatorik pada kulit yang disebabkan oleh kontak langsung terhadap bahan tertentu, dapat berupa senyawa dengan berat molekul rendah atau protein.1 Dermatitis kontak awalnya didahului rasa gatal, diikuti lesi eritematosa, vesikel, eksudasi, akibat garukan krusta, dan bila berlangsung kronis akan timbul likenifikasi.2-4 Kondisi ini diklasifikasikan sebagai akut atau kronis bergantung pada jenis lesi yang dominan. Terdapat dua jenis dermatitis kontak yaitu iritan dan alergik.5,6 Berdasarkan data yang dipublikasikan pada tahun 2004, kelainan pada kulit mencapai 30% dari seluruh penyakit okupasional di negara-negara industri, dan dermatitis kontak mencapai 90% dari kelainan kulit tersebut.7,8 Pada studi epidemiologis insidens dermatitis kontak okupasional (DKO) sebesar 0,5 hingga 1,9 kasus per 1000 pekerja per tahun dengan perkiraan prevalensi 1 tahun sebesar 10% dan prevalensi mengalami penyakit tersebut seumur hidup sekitar 20 %.9,10 Dermatitis kontak yang disebabkan iritasi atau alergi pada penata rambut merupakan penyakit okupasional yang banyak terjadi.11 Di Taiwan, pekerjaan sebagai penata rambut merupakan penyebab utama DKO pada wanita.12 Kontak terus-menerus dengan air, sampo, dan bahan kimiawi lainnya kemungkinan merupakan penyebab utama dermatitis kontak iritan pada penata rambut. Dermatitis kontak alergik paling sering disebabkan oleh nikel, formaldehyde, pewangi, phenylenediamine, dan bahan-bahan yang berkaitan dengan substansi-substansi tersebut.13 Dilaporkan tiga kasus dermatitis kontak okupasional yang terjadi pada tiga penata rambut, dengan dermatitis kontak alergik terhadap produk-produk salon kecantikan tertentu. Diskusi ini akan difokuskan pada identifikasi dua alergen yang dominan yaitu pengawet (paraben mix dan quaternium 15%) dan fragrance mix berdasarkan hasil uji tempel.
Seorang wanita inisial nama SS berusia 33 tahun, bekerja di salon kecantikan sebagai penata rambut yang beralamat di Sleman Yogyakarta dengan nomor rekam medik 01.62.66.25, datang ke Poliklinik Kulit & Kelamin RSUP Dr. Sardjito pada tanggal 7 Maret 2013 dengan keluhan utama bercak putih yang gatal dan kasar di kedua punggung tangan. Pasien mulai mengeluh pada awalnya muncul lentinglenting berair dan kulit merah sejak 10 tahun sebelum periksa ke RSUP Dr. Sardjito, kemudian oleh pasien digaruk sehingga keluar air, dan terasa gatal. Pasien mengobati dengan baby oil dan minyak zaitun tetapi masih tetap terasa gatal, kering, dan kaku. Gatal lebih terasa pada malam hari. Sembilan tahun sebelum periksa ke RSUP Dr. Sardjito pasien mengeluhkan terasa gatal, merah, dan kasar di kedua punggung tangan terutama setelah terpajan cat rambut dan bahan-bahan yang ada di lingkungan salon, kemudian pasien berobat ke dokter umum dan didiagnosis sebagai alergi dan diterapi dengan Aleron® 3x1, Molacort® 3x1 dan Kalk® 3x1 selama 1 bulan. Gatal dirasakan berkurang akan tetapi bintil-bintil merah masih ada. Keluhan kambuh kembali jika bekerja dengan bahanbahan yang ada di lingkungan kerjanya. Pasien mengatakan bahwa saat cuti melahirkan selama 3 bulan, pasien sama sekali bebas keluhan, namun keluhan muncul lagi setelah pasien bekerja kembali di salon. Jika keluhannya kambuh, pasien selalu kontrol ke dokter umum yang sama dan mendapat obat yang sama, begitu seterusnya hingga saat ini. Dua tahun sebelum periksa ke RSUP Dr. Sardjito pasien mengeluhkan muncul bercak-bercak putih yang kasar di punggung dan jari-jari kedua tangan yang semakin bertambah banyak, pasien hanya meminum obat dari dokter umum seperti biasanya. Pada riwayat penyakit dahulu, tidak didapatkan riwayat penyakit kulit sebelumnya maupun atopi pada pasien. Pada riwayat penyakit keluarga juga tidak didapatkan riwayat keluhan kulit yang serupa maupun atopi. Keadaan umum pasien baik, compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Pada status dermatologis tampak kedua
Gambar 1. Pada kedua punggung tangan tampak xerotik dan pada jari-jari tangan tampak plak hipopigmentasi, tidak berbatas tegas, multipel, tersebar
109
MDVI
tangan serotik, kedua punggung tangan dan jari-jari tangan tampak plak hipopigmentasi dengan batas tidak tegas, multipel, diskret. Pasien diedukasi untuk menghentikan semua terapi sebelumnya dan diberikan terapi sementara sebelum uji tempel berupa salep desoximetasone dioleskan sekali pagi hari dan sekali pada malam selama 2 minggu. Setelah 2 minggu, salep desoximetasone dihentikan dan diganti dengan krim asam kojic sekali pada pagi hari untuk lesi hiperpigmentasi. Pasien selanjutnya dievaluasi perkembangan klinis kulitnya setiap 2 minggu sekali dan dilakukan uji tempel untuk menentukan penyebab. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang uji tempel, maka diagnosis akhir kasus ini adalah dermatitis kontak alergi (DKA) oleh cat rambut Loreal®, Wella®, Garnier®, Noni®, Henna®, obat rebonding Makarizo®, lulur Dewi bulan®, fragrance mix, fragrance mix II, paraben mix 16%, neomycin sulphate 20%, dan hydroxymethylpenthylcyclohexecarboxaldehyde 5% dan krim siang. Terapi yang diberikan setelah uji tempel selesai berupa metilprednisolon 2 x 8 mg selama 5 hari dan krim mometasone furoate selama 2 minggu.
KASUS 2 Seorang wanita inisial nama TU berusia 19 tahun, bekerja di salon kecantikan sebagai penata rambut yang beralamat di Secang Magelang, dengan nomor rekam medik 01.63.59.17, datang ke Poliklinik Kulit & Kelamin RSUP Dr. Sardjito pada tanggal 19 Mei 2013 dengan keluhan utama gatal dan kering di jari-jari dan kedua punggung tangan. Pasien mulai mengeluh awalnya gatal-gatal dan kering pada jari-jari dan kedua punggung tangan sejak 3,5 tahun sebelum periksa ke RSUP Dr. Sardjito. Pasien belum memeriksakan diri ke dokter, hanya dibiarkan saja. Pasien juga mengeluhkan bintil-bintil berair yang muncul dan mudah pecah serta terasa gatal di sela-sela jari tangan kiri,
Vol. 41 No. 3 Tahun 2014; 108 - 113
kemudian muncul juga di jari-jari tangan kanannya terutama setelah terpajan cat rambut, bahan rebonding dan keriting. Pasien merasa kondisi tangannya semakin lama semakin parah, semakin gatal dan tangan menjadi kasar. Pasien adalah seorang pekerja penata rambut di salon selama 4 tahun ini. Keluhan gatal-gatal seperti ini baru dirasakan setelah bekerja sekitar 5 bulan di salon tersebut. Menurut pasien, sejak awal tidak pernah menggunakan sarung tangan saat bekerja di salon tersebut, baru sejak muncul keluhan gatal dan kering tersebut pasien akhirnya menggunakan sarung tangan saat bekerja. Pada riwayat penyakit dahulu, tidak didapatkan riwayat penyakit kulit sebelumnya maupun atopi pada pasien. Pada riwayat penyakit keluarga juga tidak didapatkan riwayat keluhan kulit yang serupa maupun atopi. Keadaan umum pasien baik, compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Status dermatologis menunjukkan pada kedua punggung tangan dan jari-jari tangan tampak papul dan plak eritematosa, multipel, diskret, dengan kesan serotik di atasnya. Diagnosis kerja adalah DKA kemungkinan akibat cat rambut, bahan rebonding dan keriting rambut. Pasien selanjutnya akan dilakukan uji tempel untuk menentukan penyebabnya. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang uji tempel, maka diagnosis akhir kasus ini adalah DKA terhadap Quarternium 15%, Matrix® bleaching, Matrix® Rebounding Resistant, Matrix® Rebounding normal, Matrix® keriting netral. Terapi yang diberikan setelah uji tempel selesai adalah metilprednisolon 2 x 8 mg selama 5 hari dan krim mometasone furoate yang dioleskan 2 x perhari untuk lesi di punggung. Pasien kemudian diedukasi untuk menghindari produk-produk salon yang dicurigai berdasarkan hasil uji tempel tersebut dan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan selama bekerja serta kontrol 2 minggu kemudian. Pada saat kontrol didapatkan perbaikan, hanya pada punggung tampak lesi hipopigmentasi.
Gambar 2. Pada kedua punggung tangan tampak plak eritematosa, multipel, tersebar, dengan kulit xerotik dan pada kedua telapak tangan dan jari-jari tangan tampak plak eritematosa, multipel, tersebar, dengan kulit xerotik dan pada beberapa tempat tampak fisura dan skuama
110
C Cekti, dkk
Dermatitis kontak okupasional pada penata rambut
KASUS 3
sulphate 5%, Makarizo® cream creambath, Makarizo® cream creambath pro dan Makarizo® cream creambath coklat. Terapi yang diberikan setelah uji tempel selesai adalah metilprednisolone 2 x 8 mg selama 5 hari dan krim mometasone furoate yang dioleskan 2 kali perhari untuk lesi di punggung selama 2 minggu. Pasien kemudian diedukasi untuk menghindari produk-produk salon yang dicurigai berdasarkan hasil uji tempel tersebut dan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan selama bekerja serta kontrol 2 minggu kemudian. Pada saat kontrol didapatkan perbaikan, hanya pada punggung tampak lesi hipopigmentasi.
Seorang wanita inisial nama DR berusia 19 tahun, bekerja di salon kecantikan sebagai penata rambut yang beralamat di Pringgodani Sleman, dengan nomor rekam medik 01.63.59.17 datang ke Poliklinik Kulit & Kelamin RSUP Dr. Sardjito pada tanggal 19 Mei 2013 dengan keluhan utama bintil-bintil merah gatal di kedua punggung tangan. Dari riwayat penyakit sekarang diketahui pasien mulai mengeluh awalnya terasa gatal pada kedua punggung tangan sejak 3 minggu sebelum periksa ke RSUP Dr. Sardjito. Pasien juga mengeluhkan tentang bintil-bintil merah yang gatal di kedua punggung tangan sejak 1 minggu sebelum periksa ke RSUP Dr. Sardjito terutama setelah terpajan cat rambut dan bahan creambath. Pasien belum memeriksakan diri ke dokter. Pasien adalah seorang pekerja penata rambut pada salon selama 1 bulan ini. Keluhan gatal-gatal seperti ini baru dirasakan setelah bekerja sekitar 1 minggu di salon tersebut. Menurut pasien, sejak awal tidak pernah menggunakan sarung tangan saat bekerja di salon tersebut baru sejak muncul keluhan bintil-bintil merah gatal tersebut akhirnya pasien memakai sarung tangan saat bekerja. Pada riwayat penyakit dahulu, didapatkan riwayat atopi (rhinitis alergi) tetapi tidak didapatkan riwayat penyakit kulit yang serupa sebelumnya. Pada riwayat penyakit keluarga juga tidak didapatkan riwayat keluhan kulit yang serupa maupun atopi. Keadaan umum pasien baik, compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Pada status dermatologis di kedua punggung tangan tampak papul dan plak eritematosa, multipel, diskret, serta fisura. Diagnosis kerja ditegakkan sebagai DKA dengan kemungkinan penyebab cat rambut dan bahan creambath. Pasien selanjutnya akan dilakukan uji tempel untuk menentukan penyebabnya. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang uji tempel, maka diagnosis akhir kasus ini adalah DKA Makarizo® cat rambut, dengan hasil sensitizer meragukan terhadap paraben mix 16%, nickel
DISKUSI Aktivitas sehari-hari penata rambut yang berpotensi membahayakan kesehatan yang meliputi menggunting, mencuci, meluruskan, mewarnai, dan mengeriting rambut. Pajanan terhadap bahan kimiawi sangat kompleks, karena penata rambut terpajan berbagai bahan kimiawi, termasuk zat pewarna rambut, sampo, conditioner, hair relaxer, cairan pengeriting permanen, deterjen, spray rambut, dan pewangi.14 Penata rambut yang bekerja di bagian basah atau bagian pencucian rambut lebih sering mengalami masalah dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak alergi terutama disebabkan oleh nikel, formaldehyde, pewangi, dan phenylenediamine, serta bahan-bahan yang berkaitan. Pada ketiga penata rambut ini mengalami kontak langsung dengan produk-produk salon kecantikan sehingga mudah terjadi dematitis kontak. Reaksi kulit yang berhubungan dengan pekerjaan yang paling sering terjadi adalah dermatitis, dan lebih dari 90% kasus tersebut melibatkan tangan dan lengan bawah. Reaksi tersebut pada dasarnya merupakan reaksi alergi atau iritasi. Fase akut dermatitis, tampak sebagai eritema, edema, dan vesikulasi dan diikuti oleh eksudasi, munculnya krusta, dan skuama yang bertambah. Lesi tersebut terasa sangat gatal.
Gambar 3. Pada kedua punggung tangan tampak papul dan plak eritematosa, multipel, tersebar dan pada kedua telapak tangan tampak xerotik
111
MDVI
Vol. 41 No. 3 Tahun 2014; 108 - 113
Pada bentuk yang lebih kronis, tampak eritema, namun skuama dan fisura lebih menonjol, dan biasanya terdapat likenifikasi.15 Pada kasus-kasus ini juga ditemukan papul, plak, dengan fisura, skuama, dan kulit yang serotik pada kedua punggung tangan yang khas untuk DKO. Diagnosis DKO ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.16 Kriteria Mathias digunakan untuk menegakkan diagnosis DKO, yaitu dengan terdapat minimal 4 jawaban 'ya' dari 7 pertanyaan.17 Dasar diagnosis pada kasus-kasus ini adalah riwayat rasa gatal dan bintil-bintil berair setelah kontak dengan produk-produk yang digunakan di salon kecantikan. Pada pemeriksaan fisis terdapat papul, plak, dengan fisura, skuama, dan kulit yang serotik pada kedua punggung tangan, multipel, diskret. Pada uji tempel, diperoleh hasil positif terhadap produk-produk yang digunakan di salon. Penelitian dermatitis okupasional terhadap orang Taiwan di kota Taipei, mendapatkan alergen utama pada penata rambut dengan dermatitis kontak alergik adalah bahan kandungan pewarna rambut (p-phenylenediamine), fragrance mix, dan nikel.18 Pada penelitian lain, alergen utama berupa nikel (16,8%), kobalt (16,8%), thimerosal (9,3%), captan (8,4%), para-aminobenzoic acid (5,6%), fragrance mix (4,7%), 4-phenylenediamine (2,8%), dan formaldehyde (2,8%).19 Hasil uji tempel pada 3 kasus ini menunjukkan dua alergen dominan, yaitu bahan pengawet (paraben mix dan quaternium 15%) dan fragrance mix. Terdapat banyak komponen pewarna rambut, salah satu yang sering dilaporkan berhubungan dengan DKO pada penata rambut adalah paraphenyldiamine,20 namun pada kasus-kasus ini kami tidak menemukan hasil uji tempel yang positif terhadap paraphenyldiamine. Kami menduga bahwa hasil uji tempel positif pada produk salon kemungkinan disebabkan oleh kandungan pewangi dan zat pengawet
(paraben mix 16% dan quaternium 15%) yang ditemukan pada setiap produk. Ketiga penata rambut ini selalu mengenakan sarung tangan sebelum, selama, dan sesudah mewarnai rambut. Selain mewarnai rambut mereka hanya mengenakan sarung tangan selama aktivitas, tidak sebelum atau sesudah aktivitas. Kami menduga hal tersebut mencegah kontak langsung terhadap kandungan pewarna rambut (paraphenyldiamine) sehingga uji tempel terhadap paraphenyldiamine menunjukkan hasil negatif. Bahan pengawet diketahui sebagai kandungan kosmetik yang paling sering bersifat alergen kontak pada beberapa penelitian terbaru. 21 Paraben mix digunakan scecara luas sebagai bahan pengawet pada kosmetik, farmasi, dan juga pada makanan. Paraben mix dapat ditemukan pada krim antibiotik, tetes mata dan telinga, krim vagina, sediaan antihemoroid, produk krim rambut, pewarna rambut, krim perawatan kulit, kosmetik, pasta gigi, sabun, dan makanan. Sebagian besar laporan mengenai dermatitis kontak alergi akibat paraben menyatakan reaksi alergi muncul pada kulit yang rusak setelah aplikasi berulang bahan terapeutik yang mengandung paraben. Kemungkinan aplikasi berulang mengakibatkan dan memungkinkan perkembangan mikroba yang resisten terhadap paraben di kulit.22 Quaternium-15 adalah salah satu bahan pengawet yang paling banyak digunakan. Quaternium-15 merupakan formaldehyde-releasing preservative. Bahan tersebut digunakan pada berbagai sediaan kosmetik, industry, dan farmasi. Bahan ini merupakan alergen pada 10.3% pasien yang menjalani uji tempel pada tahun 2005-2006. Quarternium-15 adalah alergen utama yang menyebabkan DKA pada tangan.23 Pekerjaan-pekerjaan tertentu rawan terhadap DKA yang disebabkan oleh quarternium-15 dibandingkan pekerjaan lainnya. Penata rambut, pekerja mesin, penyaji makanan, perawat kesehatan, perawat rumah
Tabel 1. Kriteria Mathias untuk penegakan diagnosis dermatitis kontak okupasional.17 No.
Kriteria Mathias
Ya/ Tidak
1.
Apakah penampakan klinis sesuai untuk dermatitis kontak?
Ya
2.
Apakah di tempat kerja terjadi pajanan terhadap alergen atau iritan kulit yang potensial? Apakah distribusi anatomis dari dermatitis sesuai dengan pajanan kulit yang berhubungan dengan pekerjaan? Apakah hubungan temporal antara pajanan dengan awitan yang sesuai untuk dermatitis kontak? Apakah pajanan di luar pekerjaan dapat disingkirkan sebagai kemungkinan penyebabnya? Apakah dermatitis membaik dengan hilangnya pajanan terhadap iritan atau alergen di tempat kerja yang dicurigai? Apakah uji tempel atau uji tusuk melibatkan pajanan spesifik di tempat kerja?
Ya
3. 4. 5. 6. 7.
112
Ya Ya Ya Ya Ya
Keterangan Teridentifikasi adanya gambaran klinis dari eksema (pruri tus, eritema, eksudasi, dan likenifikasi) Di salon terdapat banyak produk-produk yang dapat menyebabkan alergi atau iritasi. Dermatitis kontak biasanya lebih parah pada permukaan yang terpajan pada saat bekerja. Terjadi pajanan yang mendahului onset munculnya gejala Iritan-iritan lain di rumah harus disingkirkan melalui riwayat yang menyeluruh di luar pekerjaan dan uji tempel, namun pajanan di luar pekerjaan dapat memperparah gejala. Terjadi perbaikan saat tidak bekerja. Uji tempel positif mendukung hubungan kausal hanya jika pajanan terjadi di tempat kerja.
C Cekti, dkk
Dermatitis kontak okupasional pada penata rambut
tangga, dan pembersih kantor adalah kelompok-kelompok yang berisiko tinggi.23,24 Terdapat lebih dari 3000 jenis fragrance yang digunakan dalam kosmetik pada saat ini. Alergi terhadap fragrance merupakan penyebab dermatitis kontak alergik yang sangat penting. Komponen fragrance tunggal atau campurannya sering menyebabkan reaksi kulit. Produk perawatan kulit (wajah, tangan, badan) paling sering menyebabkan reaksi kulit (26%), diikuti oleh produk perawatan rambut selain pewarna (10%) dan produk make up wajah (12%).25 Komposisi fragrance yang paling sering berperan pada reaksi kulit yaitu kosmetik (26%), diikuti oleh bahan pengawet (24%), dan pewarna rambut (7%). Pada sebagian besar kasus, kandungan fragrance tidak dapat ditentukan, namun jika dapat, penyebab utamanya adalah cinnamic alcohol, hydroxycitronellal, musk ambrette, isoeugenol, dan geraniol. Sensitivitas terhadap fragrance seringkali tidak dapat diduga. Fragrance mix dapat menimbulkan reaksi positif palsu maupun negatif palsu sehingga perlu dipertimbangkan untuk melakukan skrining secara rutin.26
4. Mathias CG. Occupational dermatoses. J Am Acad Dermatol. 1988; 19(6): 1107-14. 5. Goh CL. An epidemiological comparison between occupational and non-occupational hand eczema. Br J Dermatol. 1989; 120(1): 77-82. 6. Marks JG, Elsner P, DeLeo VA. Contact & occupational dermatology. Edisi ke-3. St. Louis: Mosby; 2002.h. 431. 7. Meding B, Swanbeck G. Prevalence of hand eczema in an industrial city. Br J Dermatol. 1987; 116(5): 627-34. 8. Bryld LE, Agner T, Kyvik KO. Hand eczema in twins: a questionnaire investigation. Br J Dermatol. 2000; 142: 298-305. 9. Koch P. Occupational contact dermatitis. Recognition and management. Am J Clin Dermatol. 2001; 2(6): 353-65. 10. Sun CC, Guo YL, Lin RS. Occupational hand dermatitis in a tertiary referral dermatology clinic in Taipe. Contact Dermatitis. 1995; 33: 414-8. 11. Frosch PJ, Camarasa JG, Dooms-Goossens A. Allergic reactions to hairdressers series: result from 9 Europen centres. Contact Dermatitis. 1993; 1: 180-3. 12. Sun, CC, Cheng CS. Frequency and determinants of occupational contact dermatitis in 2793 consecutivelyinvestigated patients. Contact Dermatitis. 1998; 38: 230-1. 13. Guerra L, Tosti A, Bardazzi F. Contact dermatitis in hairdresser: the Italian experience. Contact Dermatitis. 1992; 101-7. 14. Winder C. Chemical hazards and health effects of hairdressing. J Occup Health Safety-Aust NZ. 1993; 35: 371-9. 15. Judith SS. Occupational skin disorders and scissors-induced injury in hairdressers. Safety Science. 1997; 27: 137-42. 16. Black MM, Russell BF. Shampoo dermatitis in apprentice hairdressers. J Soc Med. 1973; 23: 120-4. 17. Mathias CG, Morrison JH. Occupational skin diseases, United States. Results from the Bureau of Labor Statistics Annual Survey of Occupational Injuries and Illnesses, 1973 through 1984. Arch Dermatol. 1988; 124(10): 1519-24. 18. Le Coz CJ, Schneider GA. Contact dermatitis from tertiarybutylhydroquinone in a hair dye, with cross-sensitivity to BHA and BHT. Contact Dermatitis. 1998; 39: 39-40. 19. Bowling J.C, Scarisbrick J, Warin AP, Down AM. Allergic contact dermatitis from trideceth-2-carboxamide monoethanolamine (MEA) in a hair dye. Contact Dermatitis 2002;47:116-7. 20. Eiermann HJ, Larsen WG, Maibach H. Prospective study of cosmetic reactions: 1977-1980. J Am Acad Dermatol. 1982; 6: 909-17. 21. Verhaeghe I, Dooms-Goossens A. Multiple sources of allergic contact dermatitis from parabens. Contact Dermatitis. I997;36:269-73. 22. Fisher AA. Paraben dermatitis caused by a new medicated bandage: the "paraben paradox." Contact Dermatitis. 1979; 2: 273-4. 23. Rietschel RL, Fowler JF. Dermatitis to preservatives and other additives in cosmetics and medications. Fisher's Contact Dermatitis. 1995; 257-329. 24. Fisher AA. The parabens: paradoxical preservatives. Cutis. 1993; 51: 405-6. 25. Adams RM, Maibach HI. A live-year study of cosmetic reactions. J Am Acad Dermatol. 1985; 7: 1062-9. 26. Johansen JD, Menne T. The fragrance mix and its constituents: a 14 year material. Contact Dermatitis. 1993; 32: 18-23.
KESIMPULAN Telah dilaporkan kasus DKO pada tiga wanita penata rambut di salon. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang berupa uji tempel. Pada kasus pertama didapatkan hasil DKA cat rambut Loreal®, Wella®, Garnier®, Noni®, Henna®, obat rebonding Makarizo®, lulur Dewi Bulan®, fragrance mix, fragrance mix II, paraben mix 16%, neomycin sulphate 20%, dan hydroxymethylpenthylcyclohexecarboxaldehyde 5% dan krim siang. Pada kasus kedua didapatkan DKA Quarternium 15%, Matrix® bleaching, Matrix® Rebounding Resistant, Matrix® Rebounding normal, Matrix® keriting netral. Pada kasus ketiga didapatkan DKA cat rambut Makarizo®, dengan hasil sensitizer meragukan terhadap paraben mix 16%, nickel sulphate 5%, Makarizo® cream creambath, Makarizo® cream creambath pro dan Makarizo® cream creambath coklat. Kemungkinan alergen yang dominan pada ketiga kasus ini adalah pengawet (paraben mix dan quaternium 15%) serta fragrance mix.
DAFTAR PUSTAKA 1. Diepgen TL, Coenraads PJ. The epidemiology of occupational contact dermatitis. Int Arch Occup Environ Health. 1999; 72: 496-506. 2. Fregert S. Occupational dermatitis in a 10 years material. Contact Dermatitis. 1975; 1: 96-107. 3. Keil JE, Shmunes E. The epidemiology of work related skin disease in South Carolina. Arch Dermatol. 1983; 119(8): 650-4.
113