Jenny Wailan Kandowangko: Depresi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik terhadap Kadar Interleukin (IL)-6 dan Kualitas Hidup
Depresi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik terhadap Kadar Interleukin (IL)-6 dan Kualitas Hidup Jenny Wailan Kandowangko,1 Susanthy Djajalaksana,1 Harun Al Rasyid 2 *Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi/Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. **Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. Abstrak Latar belakang: Depresi merupakan komorbiditas utama PPOK berkaitan dengan penurunan status kesehatan dan prognosis yang buruk. Ditandai juga aktivasi abnormal sel inflamasi dan peningkatan sitokin IL-6. Metode: Studi observational potonglintang, 36 pasien PPOK stabil di poli paru RS. Saiful Anwar, sejak 1 Desember 2012 sampai 28 Februari 2013. Dikelompokan berdasarkan GOLD 2011, identifikasi depresi dengan kuisioner BDI dan BASDEC, penilaian kualitas hidup dengan SGRQ serta pemeriksaan kadar IL-6 kemudian dianalisis. Hasil: Identifikasi depresi pada keempat populasi PPOK menggunakan BASDEC tidak ditemukan perbedaan bermakna (p=0,798) sedangkan BDI ditemukan perbedaan bermakna (p=0,041). Tidak ditemukan korelasi bermakna skor BASDEC dan BDI dengan kadar IL-6 (p=0,577, p=0,955). Tidak ditemukan perbedaan bermakna skor SGRQ di kelompok tidak depresi dan depresi (p=0,501) menurut BASDEC maupun BDI dikelompok depresi ringan dan depresi sedang (p=0,519). Didapatkan perbedaan bermakna skor SGRQ di empat populasi PPOK (p=0,009). Kesimpulan: Didapatkan perbedaan hasil identifikasi depresi pada populasi PPOK dengan menggunakan BASDEC dan BDI. Tidak didapatkan perbedaan bermakna di empat populasi PPOK terhadap depresi dan kadar IL-6. Tidak terbukti ada hubungan depresi dengan kualitas hidup yang berbeda keempat populasi, namun terdapat peningkatan skor SGRQ seiring derajat keparahannya. (J Respir Indo. 2014; 34: 46-52) Kata kunci : PPOK, depresi, interleukin-6, SGRQ.
Depression in Chronic Obstructive Pulmonary Disease Population and Correlation with Serum Level Interleukin (IL)-6 and Quality of Life Abstract Background:Depression is a main comorbid in COPD and it is related with the decrease in health status and worse prognosis. There is also increase of abnormal inflammatory cells activation and increase of cytokine IL-6 during depression period. Methods: Observational cross sectional study, 36 stable COPD patients in pulmonology outpatients clinic at Saiful Anwar Hospital was grouped according to GOLD 2011, from December 1st 2012 to February 28th 2013 identification of depression with BDI questioner and BASDEC, scoring of quality of life with SGRQ, and also measurement of serum level of IL-6. Result:There is no significant correlation between BASDEC or BDI score and serum level of IL-6 (p=0,5,p=0,955). There is no significant difference in SGRQ score in depression subgroup and non-depression subgroup (p=0,501). Significant difference was found SGRQ score in four COPD population (p=0,009). Conclusion: There is difference of depression in COPD population between using BASDEC and BDI. There is no significant difference between depression and IL-6 level in the four COPD population that we analysed. No relation between depression and quality of life in the four COPD population but SGRQ score increased according to severity of the illness. (J Respir Indo. 2014; 34: 46-52) Key words: COPD, depression, serum interleukin-6, SGRQ.
Korespondensi: Jenny Wailan Kandowangko, dr., Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Jl. Simpang Sulfat Utara X/18 Malang, Jawa Timur, mobile 0813720694845.
46
J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014
Jenny Wailan Kandowangko: Depresi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik terhadap Kadar Interleukin (IL)-6 dan Kualitas Hidup
kuisioner CAT (COPD Assessment Test) dan SGRQ
PENDAHULUAN Pada tahun 2020, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) diperkirakan menjadi beban penyakit urutan kelima serta penyebab utama kematian nomor empat.
(St. George’s Respiratory Questionnaire). Penelitian ini akan membuktikan faktor komorbid depresi yang mempengaruhi kualitas hidup penderita PPOK.
Jika tidak ditatalaksana dengan baik maka diprediksi akan naik menjadi urutan ketiga penyebab kematian di seluruh dunia akibat rokok setelah penyakit kardiovaskuler dan
METODE Penelitian
dilaksanakan
mulai
tanggal
1
kanker. Meski demikian masih banyak kasus PPOK
Desember 2012 sampai dengan 28 Februari 2013.
yang underdiagnose dan under-treatment.1,2
Desain penelitian ini adalah penelitian observasional
Menurut pedoman Global of Obstructive Lung
dengan pendekatan potong lintang. Subjek penelitian
Disease (GOLD) 2011, faktor komorbiditas ber-
adalah penderita PPOK yang memenuhi kriteria GOLD
kontribusi terhadap tingkat keparahan penyakit secara
2011 (populasi A, B, C dan D) yang datang di poliklinik
keseluruhan pada penderita PPOK dengan beberapa
paru Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang
komorbiditas, seperti penyakit kardiovaskuler, osteo-
yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi terdiri
porosis, ansietas dan depresi, kanker paru, infeksi
atas penderita PPOK sesuai kriteria GOLD 2011,
dan sindroma metabolik, dan diabetes. Telah
laki-laki atau perempuan, berumur di atas 40 tahun,
dikemukakan bahwa manifestasi sistemik mungkin
di poliklinik paru RSU dr. Saiful Anwar Malang dan
berhubungan dengan inÀamasi sistemik pada PPOK.3
tetap menggunakan terapi medikamentosa standar
Depresi
pada
dari poliklinik paru, tidak mengalami eksaserbasi
PPOK, terkait dengan kinerja fungsional yang buruk
(eksaserbasi terakhir setidaknya 2 minggu yang
penurunan status kesehatan, dan kematian yang
lalu), bersedia ikut dalam penelitian ini setelah diberi
tinggi.4 Kelelahan adalah salah satu gejala yang paling
penjelasan dan menandatangani informed consent.
menonjol pada PPOK.5 Hal ini sangat terkait dengan
Kriteria eksklusi meliputi pasien dengan gangguan
depresi penurunan aktivitas fungsional sehari-hari dan
pernapasan lain selain PPOK, seperti tuberkulosis
2
merupakan
komorbiditas
utama
4,6
gangguan substansial dalam kualitas hidup.
paru, kanker paru, bronkiektasis dan asma bronkial.
InÀamasi pada saluran napas merupakan pro-
Sebanyak 36 subjek penelitian yang memenuhi
ses patologi utama PPOK, sel inÀamasi terakumulasi
kriteria inklusi dan eksklusi dicatat data dasar
pada jalan napas, termasuk neutro¿l, dan makrofag.
klinisnya, seperti umur, jenis kelamin, berat badan,
Sel-sel tersebut melepaskan mediator inÀamasi
tinggi badan, tingkat pendidikan, pekerjaan, status
yang menyebabkan kerusakan paru. Penyakit paru
pernikahan, status sosial (tempat tinggal, tulang
obstruktif kronik juga ditandai dengan aktivasi ab-
punggung keluarga), riwayat merokok, jumlah eksa-
normal sel inÀamasi dan peningkatan sirkulasi sitokin
serbasi per tahun, komorbid (HF,DM,CVA), terapi
yang abnormal interleukin-6 (IL-6).7
medikamentosa dan non medikamentosa (rehabilitasi
Identi¿kasi depresi dapat dinilai dengan ber-
medik), klasi¿kasi populasi PPOK berdasarkan GOLD
bagai skala, seperti BASDEC (Brief Assessment
2011, tanda vital, pemeriksaan dasar laboratorium
Schedule Depression Cards) dan BDI (Beck Depression
darah, fungsi hati dan ginjal, urinalisis dan foto
Inventory). Penelitian ini ingin membuktikan bahwa
toraks. Subjek penelitian (populasi A, B, C dan D)
identi¿kasi depresi pada populasi PPOK dapat meng-
mengisi kuisioner BASDEC, BDI dan SGRQ, serta
gunakan kuisioner/kartu BASDEC dan BDI. Dampak
pengambilan sampel darah vena untuk pemeriksaan
depresi yang timbul pada PPOK sangat terkait dengan
kadar plasma IL-6 menggunakan teknik ELISA.
penurunan aktivitas fungsional sehari-hari sehingga
Data yang diperoleh dicatat pada lembar pene-
dapat menurunkan status kesehatan maupun kua-
litian untuk kemudian diolah dan dilakukan analisis
litas hidup penderita. Untuk mengetahui hubungan
serta interpretasi. Hubungan antara masing-masing
tersebut dapat diidenti¿kasi dengan menggunakan
populasi PPOK dengan depresi, kadar IL-6 dan
J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014
47
Jenny Wailan Kandowangko: Depresi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik terhadap Kadar Interleukin (IL)-6 dan Kualitas Hidup
SGRQ dengan menggunakan uji korelasi Spearman
Tabel 1. Data karakteristik subjek penelitian.
dengan batas kepercayaan 0,05. Analisis statistik
Karakteristik
Jumlah (%)
dengan menggunakan jalur regresi ANOVA.
Jumlah Usia (tahun) Rata-rata Median Min/Max Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan SD SMP SMA/SGA/SPG Diploma/Sarjana Jenis Pembayaran Askes Jamkesmas Umum Pekerjaan Pensiunan PNS Petani/Buruh Tidak bekerja/IRT Riwayat Merokok Mantan perokok
36
HASIL Karakteristik subjek penelitian berusia antara 52–87 tahun (rerata usia 67 tahun). Sebanyak 25 orang (69,4%) laki-laki dan 11 orang (30,6%) perempuan. Tingkat pendidikan subjek penelitian bervariasi antara SD hingga diploma/sarjana dan yang terbanyak adalah lulusan SMA sederajat sebanyak 11 orang (30,6%). Berdasarkan pekerjaan, yang terbanyak adalah pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) sebesar 25 orang (69,4%) dan yang menggunakan asuransi kesehatan (Askes) sebanyak 33 orang (91,7%). Karakteristik klinis berdasarkan riwayat merokok
67,7 67 52 - 87 25 (69,4%) 11 (30,6%) 8 (22,2%) 8 (22,2%) 11 (30,6%) 9 (25,0%) 33 (91,7%) 2 ( 5,6%) 1 ( 2,8%) 25 (69,4%) 3 ( 8,3%) 8 (22,2%) 22 (61,1%)
terdapat 22 orang (61,1%) mantan perokok dan 14 orang (38,9%) perokok pasif. Separuh dari subjek
menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa
sudah menderita PPOK stadium III/IV dan hampir
tidak ditemukan perbedaan bermakna (p=0,159) kadar
sepertiga (30,6%) mengalami eksaserbasi lebih dari
IL-6 pada kelompok yang mengalami depresi dan
2 kali per tahun. Lebih dari separuh subjek sebanyak
tidak mengalami depresi dengan menggunakan alat
23 orang (63,9%) memiliki komorbid. Berdasarkan
ukur BASDEC. Kadar IL-6 juga tidak berbeda secara
distribusi subjek menurut tingkat depresi dengan
signi¿kan (p=0,161) pada kelompok depresi ringan
menggunakan kategori BASDEC diketahui sebagian
dan depresi sedang yang diukur dengan instrumen
besar subjek tidak mengalami depresi yaitu 32
BDI (Tabel 3).
orang (88,9%) dan didapat hasil yang berbeda
Berdasarkan analisis statistik menggunakan
menggunakan BDI, yaitu semua subjek mengalami
uji korelasi Pearson antara skor BASDEC dan kadar
depresi dan 33 orang (91,7%) mengalami depresi
IL-6 tidak ditemukan nilai yang bermakna (p=0,577),
ringan (Tabel 2). Hasil uji beda skor BASDEC dan skor
begitu juga korelasi antara skor BDI dan kadar
BDI menurut populasi PPOK dengan menggunakan
IL-6 juga tidak bermakna (p= 0,955). Hasil uji beda
uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa dengan
(Independent sample t-test) skor SGRQ berdasarkan
menggunakan alat ukur BASDEC tidak ditemukan
tingkat depresi menggunakan kriteria BASDEC dan
perbedaan yang bermakna (p=0,798) skor BASDEC di
BDI menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan
antara keempat populasi PPOK yang diteliti. Dengan
rerata skor SGRQ pada kelompok yang tidak depresi
menggunakan alat ukur BDI, ditemukan perbedaan
dan kelompok dengan depresi (p=0,501) menurut
yang bermakna (p=0,041) rata-rata skor BDI pada ke-4
BASDEC. Dengan pembagian kelompok menurut
populasi PPOK.
BDI, tidak ditemukan perbedaan bermakna pada nilai
Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji korelasi (Spearman’n rho) tidak tampak korelasi
rerata skor SGRQ antara kelompok dengan depresi ringan dan depresi sedang (p=0,519) (Tabel 2).
antara kadar IL-6 dengan populasi PPOK A,B,C dan
Hasil uji beda skor SGRQ berdasarkan populasi
D. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan tidak terdapat
PPOK dengan menggunakan one-way ANOVA pada
perbedaan yang bermakna kadar IL-6 berdasarkan
skor SGRQ didapatkan bahwa terdapat perbedaan
populasi PPOK A,B,C dan D (p=0,188). Hasil uji
yang bermakna (p=0,009) nilai rata-rata skor SGRQ
beda kadar IL-6 menurut tingkat depresi dengan
pada empat populasi PPOK.
48
J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014
Jenny Wailan Kandowangko: Depresi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik terhadap Kadar Interleukin (IL)-6 dan Kualitas Hidup
Tabel 2. Skor SGRQ berdasarkan tingkat depresi menggunakan kriteria BASDEC dan BDI (Independent Sample t-test). Mean
Skor SGRQ Nilai p SD Tidak Depresi (n=32) 28,2516 10,95132 BASDEC 0,501 Depresi (n=4) 35,7575 19,49083 Depresi ringan (n=33) 28,2455 10,85819 BDI 0,519 Depresi sedang (n=3) 38,3267 22,42296
9,4 per 1.000 orang/tahun pada kelompok tanpa PPOK menghasilkan rasio angka kejadian kasar 1,72 (95% confidence interval, 1,58-1,88).10 Pada penelitian ini digunakan 2 instrumen untuk mengidenti¿kasi depresi dan didapatkan hasil yang sesuai dengan beberapa studi sebelumnya lebih dari separuh subjek (63,9%) memiliki penyakit penyerta.
Tabel 3. Kadar IL-6 menurut tingkat depresi (Uji Mann Whitney). Mean
BASDEC BDI
Tidak Depresi (n=32) Depresi (n=4) Depresi ringan (n=33) Depresi sedang (n=3)
IL-6 Median 2,8192 2,4835 10,5645 3,2190 2,9919 2,4440 3,3180 3,2480
Dengan menggunakan BDI depresi didapatkan pada seluruh subjek penelitian, yaitu didapatkan depresi
nilai p
sedang pada 33 subjek (91,7%) dan depresi ringan 0,159
pada 3 subjek (8,3%). Hasil yang berbeda bila menggunakan skor BASDEC, yaitu bahwa sebagian
0,161
besar subjek tidak mengalami depresi (88,9%). Depresi memperbesar morbiditas dan memperburuk status fungsional dan kesehatan pasien
PEMBAHASAN
dengan PPOK. Gejala depresi sangat umum pada
Berdasarkan pedoman GOLD 2011 maka
pasien usia lanjut dengan PPOK.9,11 Hal ini mungkin
klasi¿kasi PPOK adalah penilaian PPOK kombi-
sebagian disebabkan oleh tidak ada skala penilaian
nasi yang merupakan pemahaman tentang dam-
yang cukup valid pada penelitian lain menggunakan
pak PPOK pada individu yang menggabungkan pe-
alat ukur BDI yang dilakukan Wagena dkk.11 di
nilaian gejala dengan klasi¿kasi spirometri pasien
Netherland, didapatkan hampir 30% (35 dari 118
dan/atau eksaserbasi. Untuk menilai gejala yang
subjek) mengalami depresi sedang–berat, dan
direkomendasikan adalah skala MRC (Medical Re-
hampir 22% (37 dari 174 subjek) pada penelitian yang
search Council) atau CAT (COPD Assessment Test)
dilakukan oleh Pietras dkk. di Polandia. Penelitian
dengan skala mMRC (Modified Bristish Medical Re-
Giardino dkk. menunjukkan bahwa dari 1.828 subjek
search Council) 2 atau skor CAT 10. Dari pe-
didapatkan 41% teridenti¿kasi depresi ringan sampai
nilaian PPOK gabungan atau kombinasi tersebut
sedang dengan skor BDI 10.9,11
disimpulkan ada 4 kelompok pasien, yaitu popu-
Pada penelitian ini digunakan instrumen BAS-
lasi PPOK A (risiko rendah, gejala kurang), popu-
DEC dan BDI untuk mengidenti¿kasi depresi pada
lasi PPOK B (risiko rendah, gejala sering), populasi
pasien PPOK berdasarkan GOLD 2011 yang terdiri
PPOK C (risiko tinggi, gejala kurang) dan populasi
dari populasi A, B, C, dan D. Menggunakan BASDEC,
2
PPOK D (risiko tinggi, gejala sering). Pada pene-
dari 36 subjek didapatkan hanya 4 (11,1%) yang
litian ini dibagi 4 populasi PPOK (A, B, C dan D)
depresi, yaitu 1 subjek didapatkan pada populasi
dengan masing-masing 9 orang pada tiap populasi.
PPOK A, 2 subjek populasi C, dan 1 subjek populasi
Perjalanan PPOK sering diperberat dengan
D. Sementara itu, dengan BDI didapatkan semua
3
pasien mengalami depresi dengan pembagian
Depresi adalah salah satu komorbiditas yang sering
depresi-ringan 33 subjek (91,7%), dan depresi-
beberapa penyakit penyerta sistemik (komorbiditas). 8
tidak terdiagnosis dan terobati. Telah dilaporkan
sedang 3 subjek (8,3%), dalam hal ini pada subjek
bahwa prevalensi depresi pada pasien dengan
depresi sedang didapatkan masing masing 1 subjek
PPOK sekitar 10-42%, proporsi yang jauh lebih tinggi
pada populasi PPOK A, C, D.
9
daripada populasi umum. Tingkat kejadian depresi,
Dengan skor BASDEC, diantara keempat popu-
berdasarkan studi kohort retrospektif yang besar
lasi PPOK yang diteliti tidak ditemukan perbedaan
pada General Practice Research Database adalah
yang bermakna (p=0,798), tetapi dengan skor BDI ditemukan perbedaan yang bermakna (p=0,041)
16,2 per 1.000 orang/tahun pada pasien PPOK dan J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014
49
Jenny Wailan Kandowangko: Depresi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik terhadap Kadar Interleukin (IL)-6 dan Kualitas Hidup
rata-rata skor BDI pada ke-4 populasi PPOK. Popu-
Penelitian kohort yang dilakukan oleh Ferrari dkk.14 di
lasi B memilki nilai rerata skor yang berbeda (lebih
Brazil menunjukkan nilai rerata kadar IL-6 meningkat
kecil) daripada nilai rata-rata skor populasi A, C dan
bermakna pada masing-masing stadium PPOK
D. Penelitian ini belum bisa menunjukkan peluang
setelah 3 tahun dibandingkan dengan pengukuran
yang berbeda untuk terjadinya depresi pada keempat
awal [0,8 (0,5-1,3) vs 2,4 (1,3-4,4) pg/ml, p<0,001].
kelompok PPOK, yaitu populasi A, B, C dan D.
Sebanyak 35 subjek (66%) mengalami peningkatan
Walaupun sudah menggunakan dua alat ukur yang
> 1 pg/ml IL-6 selama tiga tahun.14
berbeda, yaitu BASDEC dan BDI yang ternyata
Pada penelitian ini menggunakan uji korelasi (Spearman’s rho) maupun uji kruskal tidak tampak
memiliki gambaran serupa. Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan
korelasi antara kadar IL-6 dengan populasi PPOK A, B,
yang bermakna pada masing-masing instrumen,
C dan D. Hasil Kruskal-Wallis Test juga menunjukkan
baik BASDEC ataupun BDI, untuk mengidenti¿kasi
tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar
depresi pada masing-masing populasi PPOK, sebaik-
IL-6 berdasarkan populasi PPOK A, B, C dan D
nya instrumen berupa kuisioner BASDEC ini dapat
(p=0,188). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
digunakan di klinik rawat jalan atau di samping tempat
tidak ditemukan perbedaan bermakna (p=0,159)
tidur dan dikelola sendiri karena hanya memakan waktu
kadar IL-6 pada kelompok depresi dan tidak depresi
sekitar 10 menit. Oleh karena itu, tes ini dianjurkan
dengan BASDEC. Begitu juga kadar IL-6 yang tidak
sebagai skrining untuk penggunaan rutin pada
berbeda bermakna (p=0,161) pada kelompok depresi
setiap pasien PPOK. Deteksi dini dan pengobatan
ringan dan depresi sedang yang diukur dengan BDI.
depresi meningkatkan perawatan pasien dan dapat
Secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna,
mengurangi beban ekonomi untuk pasien PPOK.
tetapi terdapat tren peningkatan kadar IL-6 di masing-
Penyakit paru obstruktif kronik dikaitkan dengan akibat partikel dan gas inhalasi, terutama asap rokok.
masing populasi PPOK. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kami, kemungkinan inilah salah satu keterbatasan dari penelitian ini yaitu jumlah subjek
Selain itu, pasien
PPOK mengalami peningkatan
penelitian yang sedikit (36 subjek). Hal ini sesuai
kadar sitokin dan sel-sel inÀamasi. InÀamasi sistemik
dengan penelitian Lesperance dkk.15 di Montereal,
tersebut mempengaruhi perburukan komorbiditas
meskipun tidak berbeda signi¿kan hubungan antara
pada PPOK, seperti depresi.7 C-reactive protein (CRP),
subjek depresi dengan kadar IL-6 (p=0,61), tetapi
¿brinogen, interleukin (1ȕ, 6, 8 & TNFĮ) dan jumlah leukosit adalah biomarker inÀamasi sistemik yang
secara data didapatkan peningkatan kadar IL-6 pada
umum digunakan untuk memantau penyakit pada
pasien PPOK.15
respon inÀamasi yang meningkat terhadap paru
pasien dengan PPOK. Biomarker ini pada sejumlah
subjek depresi dibandingkan tanpa depresi pada Bukti
juga
menunjukkan
bahwa
kondisi
12
penelitian telah dilaporkan meningkat pada PPOK.
komorbid dapat dikaitkan dengan dampak mening-
Dengan demikian, peningkatan kadar salah satu atau
katnya keparahan PPOK. Gangguan fungsi ¿sis, vitalitas, dan kesehatan secara umum tampaknya
semua biomarker tersebut dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko pengembangan penyakit penyerta pada pasien dengan PPOK. Penelitian Broekhuizen
terkait dengan tingkat keparahan PPOK sedangkan kesulitan dalam fungsi sosial dan emosional tam-
di Belanda menunjukkan 26 subjek (25%)
paknya berhubungan dengan kondisi komorbiditas.16
memiliki kadar IL-6 yang lebih tinggi dari 10 mg/l
Pada penelitian ini digunakan uji oneway ANOVA
(21,25 (11,5-75,6) mg/l). Pasien PPOK stadium
pada skor SGRQ didapatkan perbedaan bermakna
III dan IV memiliki peningkatan kadar IL-6 yang
(p=0,009) nilai rerata skor SGRQ pada empat
bermakna dibandingkan dengan PPOK stadium II (II: 1,92 (0,36-16,00) mg/l; III: 4.43 (0,47-75,60) mg/l; IV: 4,90 (0,47-65,70) mg/l; keduanya p <0,03).13
populasi PPOK. Dengan menggunakan uji Turkey
13
dkk.
50
posthoc, ditemukan rerata skor SGRQ pada populasi A berbeda secara bermakna dengan populasi B J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014
Jenny Wailan Kandowangko: Depresi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik terhadap Kadar Interleukin (IL)-6 dan Kualitas Hidup
(p=0,046) dan populasi D (p=0,008), tetapi tidak
statistik tidak ada perbedaan yang bermakna. Tidak
berbeda dengan populasi C (p=0,099). Hal ini dapat
dapat dibuktikan hubungan antara depresi dengan
diartikan bahwa kualitas hidup populasi A yang diukur
kualitas hidup yang diukur dengan SGRQ pada masing-
dengan SGRQ lebih tinggi dibandingkan dengan
masing populasi PPOK, tetapi terdapat peningkatan
kualitas hidup populasi B dan D, tetapi tidak cukup
skor SGRQ pada masing-masing populasi PPOK
berbeda dengan populasi C.
seiring derajat keparahannya.
Sementara itu kualitas hidup populasi B, C, dan D tidak berbeda bermakna (p>0,05). Hasil ini sama
DAFTAR PUSTAKA
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mullerova
1. Gavin CD,Terence ARS, Irem SP, Angshu B. Airway
dkk.17 di London, yakni dari 2028 pasien PPOK yang
and Systemic InÀammation and Decline in Lung
diklasi¿kasikan dalam 4 populasi didapatkan skor
Function in Patients with COPD. Chest. 2005;128;4.
SGRQ populasi A (9%) dan C (4%) lebih rendah dibandingkan dengan B (29%) dan D (59%). Hasil penelitian Jones dkk.18 di Munich menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, pada populasi A dan C berdasarkan GOLD 2011 berada dalam kriteria “low symptom“, faktor ini juga yang memungkinkan hasil skor yang lebih rendah dibandingkan dengan populasi B dan D yang berada dalam kriteria “more symptom“ karena seperti yang diketahui semakin sering gejala timbul akan semakin menurun akti¿tas seseorang, yang akan berpengaruh juga terhadap kualitas hidup seseorang terutama pada penderita PPOK.17,18 Dengan menggunakan uji korelasi Spearman, diketahui bahwa terdapat korelasi bermakna antara populasi PPOK dan skor SGRQ (r=0,482 p=0,003), korelasi bernilai positif, dengan kekuatan korelasi cukup. Semakin tinggi populasi (semakin ke arah populasi D), semakin tinggi pula skor SGRQ-nya, sehingga sesuai dengan hipotesis penelitian ini. Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain, tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat karena hanya menilai pada suatu waktu dan metodologi. Penelitian ini bukan suatu studi kohort, melainkan studi observasional potong lintang sehingga tidak diketahui, apakah depresi yang terjadi pada subjek penelitian ini sudah ada sebelumnya atau timbul seiring dengan bertambah beratnya penyakit PPOK.
2. GOLD. Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease; 2011. p.vii. 3. Fabbri LM, Luppi F, Beghe B, Rabe KF. Complex chronic comorbidities of COPD. Eur Respir J. 2008; 31(1): 204-12. 4. Al-Shair K, Kolsum U, Dockry R, Morris J, Singh D, Vestbo J. Biomarker of systemic inÀammation and depression and fatigue in moderate clinically stable COPD. Respir Res. 2011;12:3. 5. Theander K, Unosson M. Fatigue in Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease. J Adv Nurs. 2004; 45(2):172-7. 6. Breslin E, Van der Schans C, Breukink S, Meek P, Mercer K, Volz W, et al. Perception of Fatigue and Quality of Life in Patients with COPD. Chest.1998;114:958-64. 7. Barnes PJ. Chronic Obstructive Pulmonary Disease: Effects Beyond The Lung. PloS Med. 2010;7(3): e1000220. 8. Maurer J, Rebbapragada V, Borson S, Goldstein R, Kunik ME, Yohannes AM, et al. Anxiety and Depression in COPD: Current Understanding, Unanswered Questions, and Research Needs. Chest. 2008; 134:43S-56S. 9. Kunik ME, Roundy K, Veazey C, Souchek J, Richardson P, Wray NP, et al. Surprisingly High
KESIMPULAN Dengan menggunakan instrumen BASDEC dan BDI didapatkan perbedaan hasil identi¿kasi depresi pada populasi PPOK. Terdapat tren peningkatan kadar IL-6 di masing-masing populasi PPOK, tetapi secara
J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014
Prevalence of Anxiety and Depression in Chronic Breathing Disorders. Chest. 2005;127: 1205-11. 10. Schneider C, Jick SS, Bothner U, Meier CR. COPD and the Risk of Depression. Chest. 2010; 137:341-7.
51
Jenny Wailan Kandowangko: Depresi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik terhadap Kadar Interleukin (IL)-6 dan Kualitas Hidup
11. Wagena EJ, Arrindell WA, Wouters EFM, Van Schayck CP.Are Patients with COPD Psychologically Distressed? Eur Respir J. 2005; 26: 242-8. 12. Gan WQ, Man SF, Senthilselvan A, Sin DD. Association between chronic obstructive pulmonary disease and systemic inÀammation: a systematic review and a metaanalysis. Thorax. 2004; 59:574-80. 13. Broekhuizen R, Wouters EF, Creutzberg EC, Schols AM. Raised CRP levels mark metabolic and functional impairment in advance COPD. Thorax. 2006; 61:17-22. 14. Ferrari R, Tanni SE, McCaram L Renata F, Corina C, Camila RC, et al. Three years follow up of Interleukin 6 and C-reactive Pulmonary Disease. Respir Res, 2013;14:24. 15. Lespérance F, Frasure-Smith N, Théroux P, Irwin M. The association between major depression and
52
level of soluble intracellular adhesion molecule 1, interleukin-6, and c-reactive protein in patients with recent acute coronary syndromes. Am J Psychiatry. 2004; 161: 271-7. 16. Van Manen JG, Bindels PJ, Dekker FW, Bottema BJ, van der Zee JS, Ijzermans CJ, et al. The InÀuence of COPD on health-related quality of life independent of the inÀuence of comorbidity. J Clin Epidemiol. 2003; 56:1177–84. 17. Mullerova H, Locantore N, Jones P. GOLD assessment of copd patients: impact of symptoms assessment choice. Eur Respir J. 2012; 40 (56): 279. 18. Jones P, Adamek L, Nadeau G, Norbert
B.
Comparison of health status scores with MRC grades in COPD: implivations for the GOLD 2011 classi¿cation. Eur Respir J. 2013; 42 (3): 647-54.
J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014