Perancangan Standar Ukuran Pakaian Anak Laki-Laki Indonesia berdasarkan Data Antropometri sebagai Acuan dalam Perumusan RSNI 0555:2013 Nauli Dwi Fileinti1, Boy Nurtjahyo2
Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik - Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021) 78888805. Fax: (021) 78885656 Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak Untuk meningkatkan pangsa pasar produk garmen di pasar lokal yang masih sangat rendah, Kementerian Perindustrian menilai perlunya usaha untuk meningkatkan nilai tambah pada produk garmen tersebut. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem standardisasi ukuran pakaian. Standar ukuran pakaian terutama diperlukan untuk kelompok umur anakanak karena adanya perbedaan antropometri yang unik antar tiap anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan rancangan standar ukuran pakaian anak-anak berdasarkan data antropometri yang diharapkan dapat menjadi standar pakaian secara nasional dan menjadi masukan dalam perumusan SNI (Standar Nasional Indonesia). Pengambilan data dilakukan terhadap 155 anak laki-laki berusia 7-12 tahun menggunakan 3D Body Scanner. Pengolahan data yang dilakukan dengan factor analysis dan two-stage cluster analysis menghasilkan 8 kelompok ukuran untuk kemeja anak laki-laki yang dapat mengakomodasi 95,48% populasi. Kata Kunci: anak-anak Indonesia; antropometri; factor analysis; industri garmen; standar ukuran pakaian; two-stage cluster analysis. Abstract In order to increase the market share of garment products in local market, the Ministry of Industry pointed out the need to provide added value to the garment products.One of the options is to implement standard sizing system for clothes.Standard sizing system is substantial especially for children, since there seem to be a unique anthropometric differences among each child. This study aims to develop a standard size of clothes for Indonesian boys based on anthopometic data, which is expected to be a national standard and a recommendation for the design of SNI. The anthropometric data is gathered from 155 boys aged 7-12 years old using 3D Body Scanner. Factor analysis and two stage cluster analysis were performed in this study and 8 groups of size for boys’ clothes were established with a coverage rate of 95,48%. Keywords: anthropometry; factor analysis; garment industry; Indonesian children; standard size for clothes; two stage cluster analysis.
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
1.
Latar Belakang Industri garmen merupakan salah satu industri yang penting di Indonesia. Saat ini,
industri garmen sedang berkembang pesat, dan bersama dengan industri tekstil dan produk tekstil lainnya (TPT), Kementerian Perindustrian menyebut industri tersebut sebagai penyumbang devisa terbesar bagi negara setelah minyak dan gas bumi (Migas). Menurut data yang diperoleh dari situs Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, nilai ekspor produk tekstil mengalami kenaikan yang cukup signifikan setiap tahunnya hingga mencapai US$ 13,2 Milyar pada tahun 2011. Berbeda dengan nilai ekspor industri garmen yang semakin meningkat di tiap tahunnya, tingkat penjualan produk garmen di pasar lokal masih cukup rendah. Menurut Asep Setiaharja, selaku staf Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), pada tahun 2013 pangsa pasar produk tekstil lokal di pasar domestik hanya sekitar 50%. Melihat keadaan tersebut, Kementerian Perindustrian menilai perlunya usaha untuk meningkatkan nilai tambah pada produk garmen lokal guna membendung banyaknya produk impor. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah terhadap produk lokal adalah dengan menggunakan standar ukuran pakaian yang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran tubuh konsumennya. Hal yang harus diperhatikan dalam perancangan standar ukuran pakaian adalah terdapatnya perbedaan antropometri manusia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti suku/ras, usia, jenis kelamin, dan juga dimensi waktu. Perbedaan antropometri antar suku dan ras telah dibuktikan melalui berbagai penelitian, salah satunya dilakukan oleh T.K Chuan et al pada tahun 2010 yang menunjukkan terdapatnya perbedaan antropometri antara penduduk Singapura dengan penduduk Indonesia pada beberapa dimensi tubuh. Sedangkan perbedaan antropometri yang dipengaruhi oleh usia terlihat jelas apabila kita bandingkan antropometri orang dewasa dengan anak-anak. Kelompok usia anak-anak merupakan kelompok usia yang menarik, dimana masih terdapat pertumbuhan yang pesat dan acak sehingga menyebabkan terdapatnya perbedaan antropometri anak antar kelompok umur yang berbeda maupun dalam kelompok umur yang sama. Keadaan tersebut menyebabkan 50% anak-anak tidak dapat menggunakan ukuran pakaian yang diklasifikasikan berdasarkan umur (Otieno, 2008 ). Jenis kelamin dan dimensi waktu pun mempengaruhi perbedaan antropometri manusia, termasuk anak-anak. Menurut Smith & Norris (2004), ukuran tubuh anak-anak Inggris dan Amerika telah mengalami perubahan dalam tiga dekade ini. Perubahan ini memperlihatkan bahwa
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
ukuran dan bentuk tubuh anak-anak semakin besar dari waktu ke waktu. Hal tersebut menunjukkan bahwa database antropometri haruslah selalu diperbarui dari waktu ke waktu. Untuk memulai penelitian ini, peneliti telah melakukan observasi lapangan serta wawancara terhadap beberapa produsen garmen. Dari hasil observasi lapangan tersebut, didapatkan hasil bahwa standar ukuran yang tersedia di tiap toko cukup berbeda. Selain itu, size interval yang digunakan pada tiap toko juga berbeda-beda. Size interval yang digunakan dalam pembuatan pakaian tersebut belum disesuaikan dengan keadaan antropometri anak terkini, sehingga terdapat beberapa ukuran yang terlalu kecil atau terlalu besar dan pada akhirnya tidak dapat digunakan oleh konsumen sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan barang dan kerugian pada produsen ataupun penjual. Di Indonesia, beberapa SNI telah dirumuskan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk mengatur masalah standar ukuran pakaian, seperti SNI 08-4985-1999 mengenai Karakteristik tubuh manusia (antropometri) untuk pembuatan pakaian jadi, serta berbagai SNI lainnya yang secara spesifik memuat standar ukuran untuk berbagai jenis pakaian, seperti SNI 08-0555-1995 mengenai ukuran kemeja pria anak. Akan tetapi, SNI mengenai standar ukuran pakaian anak tersebut telah diabolisi oleh BSN karena SNI tersebut dianggap sudah tidak layak dan tidak sesuai dengan keadaan masyarakat sekarang. Suatu SNI akan diabolisi apabila terdapat pedoman standardisasi yang isinya sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman, adanya perubahan alat ukur, atau tidak terdapatnya pedoman untuk perumusan isi standar tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, didapatkanlah suatu rumusan masalah yaitu perlunya rancangan standar ukuran pakaian anak-anak Indonesia berdasarkan data antropometri terkini. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan rancangan standar ukuran pakaian yang dapat menjadi acuan terkini untuk perumusan standar ukuran pakaian anak-anak yang berlaku secara nasional pada industri garmen di Indonesia, yang secara khusus diharapkan dapat menjadi acuan dan masukan bagi BSN dalam merevisi SNI 08-0555-1995, serta menambah warna pada bidang ilmu antropometri anak mengingat penelitian antropometri di Indonesia maupun di dunia masih terlalu fokus pada antropometri orang dewasa.
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
2.
Tinjauan Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai teori yang digunakan sebagai dasar
penelitian. Adapun teori yang digunakan adalah mengenai ergonomi, antropometri, sistem standardisasi ukuran pakaian, serta metode analisis multivariat seperti factor analysis dan cluster analysis. 2.1
Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos
yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi dapat diartikan sebagai suatu cabang ilmu yang digunakan untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, serta keterbatasan dari manusia untuk dapat merancang suatu sistem kerja agar setiap manusia dapat hidup dan bekerja dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Inti dari ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari aspek-aspek kehidupan manusia dalam suatu lingkungan kerja. Tujuan utama dari ilmu ergonomi adalah memperbaiki performa kerja manusia dan memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalisir kesalahan yang disebabkan oleh manusia. Secara singkat ergonomi bertujuan untuk merancang berbagai peralatan, sistem teknis, dan pekerjaan untuk meningkatkan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan performa manusia. 2.2
Antropometri Antropometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata anthropos yang berarti man
(manusia) dan metron yang berarti ukuran, sehingga secara etimologi antropometri dapat didefinisikan sebagai “measurement of man” atau pengukuran manusia. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Pengukuran ini bertujuan agar tempat kerja dapat menyesuaikan dengan manusia, tidak sebaliknya. Berdasarkan
hal
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut (Nurmianto,2003). Dimensi tubuh manusia sangatlah berbeda satu sama lain karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
suku dan ras, usia, serta jenis kelamin. Selain faktor-faktor tersebut, ada beberapa faktor lain yang kerap membuat adanya perbedaan antropometri, seperti dimensi waktu, jenis pekerjaan, faktor kehamilan pada wanita, cacat tubuh secara fisik, dan juga perbedaan generasi. Seluruh faktor yang disebutkan di atas dapat menjadi pertimbangan dalam analisis perancangan produk (APP) serta analisis perancangan kerja (APK). Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu metode konvensional dan otomatis. Metode pengukuran otomatis menggunakan alat yang dinamakan Anthroscan atau 3D Body Scanner. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Metode konvensional lebih cocok digunakan untuk penelitian lapangan karena peralatan yang digunakan mudah dibawa. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran sangatlah lama terutama untuk penelitian dengan jumlah responden yang banyak. Sedangkan metode pengukuran otomatis dapat mengukur dimensi tubuh dengan lebih akurat dan sangat cepat, namun tidak dapat dilakukan untuk penelitian lapangan dan harga alatnya sangat mahal. 2.3
Sistem Standardisasi Ukuran Pakaian Sebuah sistem ukuran digunakan untuk mengumpulkan populasi ke dalam kelompok-
kelompok yang sama berdasarkan beberapa dimensi tubuh yang dijadikan acuan. Anggota dalam kelompok ukuran yang sama memiliki bentuk dan karakteristik yang sama dalam hal penggunaan pakaian. Sistem standardisasi ukuran juga dapat membantu produsen dalam memprediksi kuantitas dan proporsi dari produksi, sehingga membantu PPIC sebuah perusahaan untuk menghasilkan perencanaan yang lebih akurat, baik dari segi produksi maupun penggunaan material. Sistem tersebut juga dapat membekali produsen dengan spesifikasi ukuran, membantu pengembangan desain, pattern grading, dan juga analisis pasar. Oleh karena itu, penentuan standar ukuran pakaian menjadi hal yang sangat diperlukan oleh industri garmen. Pada awalnya, klasifikasi ukuran dan bentuk tubuh yang dijadikan acuan dalam pembuatan standar ukuran hanyalah tinggi dan berat badan. Selanjutnya beberapa dimensi antropometri mulai dijadikan pertimbangan dalam penelitian. Berdasarkan dimensi antropometri tersebut, beberapa industri garmen menggunakan sistem struktur linear untuk menentukan ukuran pakaian, namun penggunaan sistem ini dinilai tidak sesuai. Setelah itu, banyak metode optimisasi yang mulai digunakan untuk penentuan standar ukuran, seperti integer programming dan pendekatan nonlinear. Penggunaan metode optimisasi tersebut
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
memberikan hasil ukuran pakaian yang tepat dan sesuai dengan ukuran manusia yang sebenarnya, namun mengakibatkan adanya kompleksitas dalam penentuan tingkat ukuran sehingga berakibat pada naiknya biaya produksi. Pada tahun-tahun berikutnya, data mining telah banyak digunakan dalam penelitian science dan engineering. Teknik data mining yang digunakan untuk penelitian standar ukuran pakaian adalah neural network, cluster analysis, decision tree approach, dan two stage cluster analysis. Hingga saat ini, two stage cluster analysis masih menjadi metode yang paling sering digunakan untuk penelitian penentuan standar ukuran pakaian, dan dapat digabungkan dengan beberapa metode lain seperti factor analysis dan decision tree approach. 2.4
Analisis Multivariat Analisis multivariat merupakan metode yang digunakan untuk melakukan penelitian
terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan. Dengan menggunakan teknik analisis ini maka kita dapat menganalisis pengaruh beberapa variabel terhadap variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini, digunakan dua metode analisis multivariat yaitu factor analysis dan two-stage cluster analysis. 2.4.1 Factor analysis Factor analysis merupakan salah satu teknik statistik multivariat yang digunakan untuk meringkas dan mereduksi data sejumlah besar variabel ke dalam jumlah yang lebih kecil atau disebut sebagai faktor. Tujuan umum dari penggunaan factor analysis adalah untuk menemukan cara meringkas informasi yang terkandung dalam variabel-variabel ke dalam suatu kelompok baru yang lebih simpel tanpa kehilangan suatu informasi yang berarti. Secara garis besar, langkah penggunaan factor analysis pada penelitian ini terdiri dari lima tahap, yaitu sebagai berikut : 1.
Definisi Masalah Pada tahap ini peneliti akan menentukan apakah jenis analisis yang dibutuhkan merupakan exploratory atau confirmatory. Selain itu, peneliti juga akan menentukan tujuan penggunaan factor analysis, yaitu data summarization atau data reduction.
2.
Memilih Tipe Factor analysis dan Desain Penelitian Penggunaan
factor
analysis
terbagi
dua
berdasarkan
jenis
pengelompokkannya, yaitu R Factor analysis dan Q Factor analysis. Jika tujuan dari penelitian adalah untuk meringkas karakterisktik dari variabel, maka akan digunakan
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
R Factor analysis. Sedangkan Q Factor analysis digunakan untuk mengumpulkan responden atau kasus ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda. 3.
Asumsi dalam Factor Analysis Pada tahap ini akan dilakukan analisis statistik yang dapat menentukan apakah penggunaan factor analysis dapat dilanjutkan atau tidak. Analisis dilakukan dengan Bartlett Test of Sphericity dan Keiser-Meyers-Okliti (KMO) Measure of Sampling Adequacy.
4.
Memilih Metode Ekstraksi Faktor Berdasarkan jenis varians yang disertakan dalam analisis, terdapat dua metode dalam factor analysis yaitu common factor analysis dan component factor analysis atau yang biasa dikenal dengan principle component analysis. Pemilihan metode tersebut berdasarkan dua hal, yaitu 1) tujuan penggunaan factor analysis, dan 2) jenis varians yang terdapat dalam variabel..
5.
Memilih Metode Rotasi Rotasi faktor bertujuan untuk mempermudah interpretasi faktor. Ketentuan rotasi faktor adalah tidak mengubah communalities, jumlah rata variabel setiap faktor dan jumlah hasil kali muatan-muatan faktor dari setiap pasang variabel atau korelasinya. Metode rotasi yang dapat digunakan ada dua, yaitu orthogonal dan oblique.
Berdasarkan tujuan penelitian, akan digunakan principle component analysis dengan metode rotasi orthogonal jenis varimax. 2.4.2 Cluster analysis Cluster analysis merupakan suatu teknik multivariat yang bertujuan untuk menggabungkan objek-objek yang memiliki kemiripan ke dalam suatu kelompok yang sama. Penggunaan cluster analysis diharapkan dapat meningkatkan homogenitas dalam suatu kelompok dan di sisi lain memaksimalkan heterogenitas antar kelompok. Ada tiga jenis metode pada cluster analysis, yaitu hierarchical cluster analysis, non-hierarchical cluster analysis, dan kombinasi dari keduanya yang biasa disebut sebagai two-stage cluster analysis. Perbedaan mendasar antara hierarchical dengan non-hierarchical cluster analysis terletak pada asumsi mengenai jumlah cluster yang akan terbentuk. Hierarchical cluster analysis digunakan apabila peneliti belum memiliki asumsi dan pengetahuan mengenai jumlah cluster yang akan terbentuk, sedangkan non-hierarchical cluster analysis digunakan apabila peneliti
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
telah menetapkan jumlah cluster yang akan terbentuk. Oleh karena itu, metode nonhierarchical cluster analysis dinilai cukup subjektif. Untuk menggabungkan keuntungan penggunaan hierarchical dengan non-hierarchical cluster analysis dapat digunakan two-stage cluster analysis. melalui dua tahap, yaitu : 1.
Penggunaan hierarchical cluster analysis untuk menentukan jumlah cluster yang optimum, memberi label karakteristik pada tiap cluster center yang nantinya akan digunakan sebagai cluster seed point, serta mengidentifikasi adanya outlier pada data.
2.
Setelah outlier dieliminasi, data observasi yang tersisa dapat dikelompokkan dengan menggunakan metode non-hierarchical. Cluster center yang didapatkan dari langkah sebelumnya dijadikan sebagai seed point pada langkah ini.
3.
Metode Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai materi dan metode yang digunakan dalam
penelitian, meliputi karakteristik subjek penelitian, peralatan yang digunakan, aturan dasar dalam pengambilan data antropometri, teknik pengumpulan data antropometri, serta variabel dalam penelitian. 3.1
Karakteristik Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah anak laki-laki berusia 7-12 tahun, sebab penelitian ini
bertujuan untuk merancang standardisasi ukuran pakaian berdasarkan data antropometri anak Indonesia, khususnya kemeja anak laki-laki. Penentuan usia responden didasarkan atas adanya perbedaan tipe pertumbuhan antara anak-anak yang berusia di bawah 13 tahun dengan anak-anak yang berusia di atas 13 tahun. Anak-anak yang berusia di bawah 13 tahun mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan acak, baik secara vertikal maupun horizontal. Jumlah subjek dalam penelitian adalah sebanyak 155 anak, dengan karakteristik berikut: Tabel 3.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik Jenis kelamin Usia Ras Postur Lokasi
Keterangan Laki-laki 7-12 tahun South East Asiatic Postur Berdiri Standar Jawa
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
3.2
Peralatan yang Digunakan Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3D Body Scanner atau
Anthroscan. Pengukuran dengan alat ini akan menghasilkan 151 variabel dimensi tubuh manusia dalam waktu yang sangat singkat, yaitu sekitar 10-15 detik. Hasil pengukuran akan terlihat secara otomatis pada komputer yang terhubung dengan Anthroscan. 3.3
Aturan Dasar dalam Pengambilan Data Antropometri Salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengambilan data
menggunakan Anthroscan adalah jenis pakaian yang digunakan oleh subjek penelitian. Pakaian yang digunakan sebaiknya seminim mungkin atau tetap membentuk tubuh sesungguhnya dari responden. Selain itu, warna pakaian yang digunakan sebaiknya warna terang, sebab laser Anthroscan tidak mampu mengidentifikasi warna-warna gelap. Faktor penting lainnya yang mempengaruhi keberhasilan pengambilan data adalah postur berdiri responden. Responden haruslah berdiri tegak dengan pandangan lurus ke dalam dan tetap diam selama proses pemindaian berlangsung. Berikut merupakan ketentuan lengkap dalam pengambilan data menggunakan Anthroscan: a)
Menggunakan pakaian dalam untuk wanita dan celana dalam untuk pria. Pakaian dalam yang dimaksud adalah pakaian ketat yang tidak mengubah bentuk dasar dari tubuh.
b)
Menggunakan pakaian dalam berwarna terang seperti putih, kuning, dan sebagainya.
c)
Responden harus melepaskan seluruh atribut atau perhiasan yang dikenakan seperti jam tangan, gelang, cincin, anting, dan kalung.
d)
Mengenakan
penutup kepala yang menutup rambut secara keseluruhan agar
pemindaian pada bagian kepala dapat berjalan dengan baik. e)
Responden harus berdiri dengan posisi sesuai standar yang telah ditentukan dan dilarang bergerak selama proses pemindaian berlangsung.
3.4
Teknik Pengumpulan Data Antropometri Pengambilan data antropometri dengan menggunakan 3D Body Scanner atau
Anthroscan dilakukan dalam beberapa langkah yang cukup mudah. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan dengan terstruktur untuk mendapatkan hasil yang paling akurat. Adapun langkah-langkah tersebut adalah :
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
a)
Melakukan kalibrasi Anthroscan
b)
Pengaturan sensor laser
c)
Persiapan subjek penelitian
d)
Pemindaian subjek menggunakan Anthroscan
3.5
Variabel dalam Penelitian Pemindaian dengan Anthroscan akan menghasilkan 151 ukuran dimensi tubuh yang
sangat detail dari kepala hingga kaki. Namun, sesuai dengan tujuan penelitian yang akan merancang standar ukuran pakaian untuk kemeja anak laki-laki, maka hanya 28 variabel dimensi tubuh bagian atas saja yang akan digunakan dalam penelitian. Pemilihan variabel telah dilakukan berdasarkan literatur. Adapun berikut merupakan 28 variabel yang selanjutnya akan digunakan dalam penelitian: Tabel 3.2 Variabel dalam Penelitian No Variabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
4.
Nama Variabel Body height Mid neck girth Neck at base girth Cross shoulder Shoulder width left Shoulder width right Across front width Bust/Chest Girth (Horizontal) Across Back Width Waist girth Buttock girth Hip girth Maximum belly circumference Arm length left
No Variabel 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Variabel Arm length right Upper arm length left Upper arm length right Forearm length left Forearm length right Upper arm girth left Upper arm girth right Elbow girth left Elbow girth right Forearm girth left Forearm girth right Wrist girth left Wrist Girth Right Weight
Hasil dan Pembahasan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengolahan data yang dilakukan dan analisis
dari hasil pengolahan data yang didapatkan. Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu dengan metode factor analysis dan kemudian dilanjutkan dengan two-stage cluster analysis untuk menghasilkan rumusan standar ukuran pakaian untuk kemeja anak laki-laki.
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
4.1
Pengolahan Data dengan Factor analysis Untuk melakukan pengolahan data dengan factor analysis, maka tiap variabel haruslah
memiliki korelasi. Tingkat korelasi antar variabel dapat diuji dengan Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy serta Bartlett’s test of sphericity. Nilai KMO yang semakin tinggi memperlihatkan bahwa korelasi antara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lain sehingga factor analysis bisa digunakan. Sedangkan, Bartlett’s test of sphericity digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa variabel-variabel yang digunakan tidak berkorelasi dalam populasi. Berikut merupakan nilai KMO dan uji Bartlett yang didapatkan dalam penelitian: Tabel 4.1 Nilai KMO dan Uji Bartlett Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
.887
Approx. Chi-Square
6737.217
Df
378
Sig.
.000
Berdasarkan nilai KMO dan uji Bartlett yang didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel berkorelasi dengan kuat dan dapat selanjutnya diolah menggunakan factor analysis. Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah faktor yang terekstraksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat eigenvalue dari tiap faktor yang bernilai di atas 1. Pada penelitian ini, didapatkan 6 faktor yang terekstraksi. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik scee plot berikut:
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
Gambar 4.1 Grafik Scree Plot Keenam faktor yang terekstraksi memiliki anggota masing-masing sesuai dengan tingkat korelasi yang dimiliki oleh tiap variabel terhadap faktor yang terbentuk. Anggota dari tiap faktor dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Rotated Component Matrix
Forearm Girth Right Forearm Girth Left Elbow Girth Left Elbow Girth Right Upper Arm Girth Right Upper Arm Girth Left Across Back Width Max Belly Circumference Across Front Width Waist Girth Hip Girth Buttock Girth Cross Shoulder Bust/Chest Girth (Horizontal) Weight Arm Length Left Arm Length Right Forearm Length Left
1 0,917 0,908 0,907 0,893 0,766 0,755 0,514 0,293
2 0,268 0,292 0,330 0,360 0,532 0,564 0,239 0,881
Component 3 4 -,042 0,120 -,060 0,129 -,039 0,101 -,042 0,104 -,009 0,162 -,012 0,135 0,210 0,085 0,059 0,132
0,239 0,338 0,368 0,336 0,386 0,519
0,854 0,837 0,823 0,807 0,741 0,704
-,050 0,108 0,195 0,269 0,034 0,170
-,043 0,195 0,088 0,108 0,004 0,230
0,079 0,171 0,102 0,098 0,277 0,199
0,169 0,131 0,181 0,161 -,123 0,126
0,038 0,038 -,092 -,266
0,696 0,158 0,121 -,057
0,314 0,931 0,907 0,860
0,343 -,034 0,038 0,067
0,089 0,060 -,009 0,077
0,043 -,009 0,048 -,109
5 0,022 0,016 0,021 0,044 0,086 0,088 0,380 0,095
6 0,156 0,155 0,148 0,120 0,157 0,147 -,352 0,130
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
Tabel 4.2 Rotated Component Matrix (lanjutan)
Body Height Forearm Length Right Upper Arm Length Right Upper Arm Length Left Neck at Base Girth Mid Neck Girth Shoulder Width Left Shoulder Width Right Wrist Girth Right Wrist Girth Left
1 0,359 -,365 0,287
2 0,177 -,070 0,247
Component 3 4 0,846 0,026 0,836 0,044 0,745 -,053
0,604 0,249 0,117 -,089 0,156 0,408 0,389
0,120 0,192 0,196 0,232 0,158 0,387 0,426
0,627 -,122 0,155 0,263 0,019 -,031 0,016
-,038 0,804 0,784 0,065 0,086 0,128 0,122
5 0,164 0,020 0,169
6 0,055 -,082 0,036
0,054 -,061 0,285 0,749 0,733 0,157 0,161
0,064 0,014 0,131 -,011 0,181 0,730 0,726
Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor 1 merupakan faktor yang berhubungan dengan ukuran lingkar lengan, faktor 2 berhubungan dengan ukuran lingkar tubuh, faktor 3 berhubungan dengan ukuran panjang lengan, faktor 4 berhubungan dengan ukuran lingkar leher, faktor 5 berhubungan dengan ukuran lebar bahu, dan faktor 6 berhubungan dengan ukuran lingkar pergelangan tangan. 4.2
Pengolahan Data dengan Two-stage Cluster Analysis Setelah mendapatkan hasil dengan factor analysis, maka pengolahan data selanjutnya
dilakukan dengan two-stage cluster analysis yang terdiri dari metode hierarchical dan nonhierarchical cluster analysis. Hierarchical cluster analysis digunakan untuk mendapatkan solusi optimal mengenai jumlah pembentukan cluster berdasarkan variabel yang digunakan sebab dalam penelitian tidak terdapat asumsi dan pengetahuan mengenai jumlah cluster yang akan terbentuk. Adapun variabel yang digunakan dalam two-stage cluster analysis adalah sebanyak 6 variabel yang masing-masing mewakili tiap faktor yang telah terbentuk sebelumnya. Keenam variabel yang digunakan adalah upper arm girth right, maximum belly circumference, arm length left, neck at base girth, shoulder width left, dan wrist girth right. Hasil pengolahan data dengan hierarchical cluster analysis memberikan beberapa alternatif solusi pembentukan cluster, dimana solusi yang paling optimal berdasarkan tingkat homogenitas dalam cluster, tingkat heterogenitas antar cluster, serta karakteristik anggota
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
pada tiap cluster merupakan pembentukan 3 cluster. Berikut merupakan karakteristik anggota dalam pembentukan 3 cluster:
CM
3 clusters 95.0 90.0 85.0 80.0 75.0 70.0 65.0 60.0 55.0 50.0 45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0
cluster 1 cluster 2 cluster 3
Gambar 4.2 Karakteristik Anggota dalam 3 Cluster Setelah mendapatkan jumlah cluster yang optimal, selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan non-hierarchical cluster analysis untuk mendapatkan final cluster center yang akan menjadi acuan utama dalam merumuskan standar ukuran pakaian. Jenis metode non-hierarchical cluster analysis yang dipilih dalam penelitian ini adalah K-means. Pada metode ini, cluster seed untuk tiap cluster akan otomatis terbentuk, kemudian objek-objek yang memiliki kemiripan karakteristik akan bergabung dalam suatu cluster. Berikut merupakan hasil akhir dari non-hierarchical cluster analysis: Tabel 4.3 Final Cluster Center Variable Neck at Base Girth Shoulder Width Left Max Belly Circumference Arm Length Left Upper Arm Girth Right Wrist Girth Right
1 41.07 11.64 95.64 44.24 29.50 18.05
Cluster 2 38.64 10.84 71.51 43.04 25.28 15.45
3 35.68 10.35 58.59 41.29 20.05 13.38
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa cluster 1 terdiri dari keenam variabel yang memiliki ukuran terbesar dan cluster 3 terdiri dari keenam variabel dengan ukuran terkecil, sehingga cluster 3 dapat dinyatakan sebagai ukuran S, cluster 2 dinyatakan sebagai ukuran M, dan cluster 1 dinyatakan sebagai ukuran L. 4.3
Perumusan Standar Ukuran Pakaian Anak Laki-Laki Hasil yang didapatkan dengan menggunakan cluster analysis belumlah dapat langsung
dirumuskan sebagai standar ukuran. Hal ini dikarenakan adanya permasalahan size interval. Secara umum, size interval yang optimal untuk ukuran lingkar tubuh adalah 4 hingga 6 cm (Eberle dan Kilgus, 1996 ; Chung et al, 2007). Sedangkan size interval yang optimal untuk tinggi badan adalah 5 hingga 10 cm (ISO/TR 10652). Dengan memperhatikan size interval yang optimal dan final cluster center, didapatkan kelompok ukuran sebagai berikut: Tabel 4.4 Perumusan Standar Ukuran Pakaian Anak Laki-Laki Dimensi Tubuh
S
M
L
1
2
3
1
1
2
3
4
Lingkar Leher
26
30
34
38
42
46
50
54
Lebar Bahu
8
9
10
11
12
13
14
15
Lingkar Perut
54
60
66
72
78
84
90
96
Panjang
37
39
41
43
45
47
49
51
Pendek
22
23
24
25
26
27
28
29
Lingkar Lengan
13
17
21
25
29
33
37
41
Lingkar Pergelangan Tangan
10
12
13
15
17
19
21
23
Panjang Lengan
4.4
Analisis Control dimension dan size interval merupakan dua hal penting dalam membuat
standar ukuran pakaian. Control dimension yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah lingkar leher, lebar bahu, lingkar perut, panjang lengan, lingkar lengan, dan lingkar pergelangan tangan. Keenam variabel tersebut dipilih berdasarkan hasil dari factor analysis dan mewakili tiap faktor yang terbentuk. Sedangkan size interval yang digunakan didasarkan atas studi literatur, dan juga peraturan yang termuat dalam ISO/TR 10652 serta penerapannya dalam SNI 08-0555-1995. Selain itu, Size interval yang digunakan dalam penelitian ini
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
konstan antar ukuran untuk mempermudah proses produksi dan juga mempermudah konsumen dalam memilih ukuran. Validasi hasil pada penelitian ini dilakukan dengan cover factor untuk melihat persentase populasi atau sampel yang dapat terakomodasi dengan perumusan standar ukuran pakaian yang dihasilkan melalui penelitian ini. Adapun cover factor yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebesar 95,48% yang menandakan bahwa standar ukuran pakaian yang terbentuk dapat mengakomodasi 95,48% populasi. Cover factor untuk pakaian sebaiknya berkisar antara 65-80% yang berarti dapat mengakomodasi 65-80% populasi (Zakaria, 2011). Oleh karena itu, berdasarkan cover factor yang didapatkan, maka hasil penelitian dinyatakan sudah valid karena dapat mengakomodasi lebih dari 80% populasi atau sampel yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan
yang cukup signifikan dengan ISO
3636:1977 serta SNI 08-0555-1995. Perbedaan dengan ISO 3636:1977 terletak pada control dimension, dimana dalam ISO 3636:1977 tertulis bahwa dimensi yang sebaiknya dijadikan acuan dalam pembuatan pakain bagian atas untuk anak laki-laki adalah tinggi badan, lingkar pinggul, dan lingkar dada. Perbedaan tersebut sangat wajar mengingat ISO dirumuskan secara global dan tidak spesifik untuk suatu negara sehingga tidak mempertimbangkan terdapatnya perbedaan antropometri antar suku dan ras. Selain itu, ISO 3636 dirumuskan pada tahun 1977 dan tentunya antropometri manusia kini telah banyak berubah karena diakibatkan oleh dimensi waktu. Perbedaan hasil penelitian dengan SNI 08-0555-1995 pada aspek control dimension dan size interval juga terjadi karena adanya perbedaan antropometri yang disebabkan oleh dimensi waktu. Selain itu, penggunaan alat ukur juga dapat mempengaruhi hasil penelitian, sebab perumusan SNI menggunakan alat ukur antropometri manual. Perbedaan juga dapat disebabkan karena perbedaan jumlah dan karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian. 5.
Kesimpulan dan Saran Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil
penelitian. Selain itu, pada bagian ini juga akan dimuat saran untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
5.1
Kesimpulan Penelitian ini telah membuktikan adanya perbedaan antropometri antar kelompok
umur yang berbeda maupun dalam kelompok umur yang sama. Hal tersebut dipengaruhi karena adanya pertumbuhan yang pesat dan acak pada tiap anak. Selain itu, hasil penelitian juga membuktikan adanya perbedaan antropometri anak berdasarkan dimensi waktu, sehingga database antropometri haruslah selalu diperbarui terutama jika data tersebut akan digunakan untuk merancang suatu produk. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah berupa rancangan standar ukuran pakaian untuk kemeja anak laki-laki yang terdiri dari 8 kelompok ukuran dengan cover factor sebesar 95,48%. Adapun hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan ISO 3636:1977 serta SNI 08-0555-1995 pada aspek control dimension dan size interval. Perbedaan hasil penelitian dengan SNI 08-0555-1995 antara lain disebabkan karena adanya perbedaan dimensi waktu, alat ukur yang digunakan, serta jumlah dan karakteristik responden dalam penelitian. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa SNI memang haruslah diperbarui dari waktu ke waktu. Sedangkan perbedaan hasil penelitian dengan ISO 3636:1977 disebabkan karena adanya perbedaan suku/ras serta dimensi waktu, dimana ISO dirumuskan secara global dan tidak spesifik untuk suatu negara. Hal tersebut menunjukkan bahwa perancangan produk di suatu negara tidak dapat langsung mengadopsi ketentuan yang berlaku dalam ISO. 5.2
Saran Absennya database antropometri di Indonesia menimbulkan berbagai masalah,
terutama dalam hal perancangan produk. Oleh sebab itu, penelitian antropometri di Indonesia haruslah semakin sering dilakukan terkait dengan ingin dibentuknya database antropometri penduduk Indonesia. Pengembangan penelitian ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain penambahan jumlah dan karakteristik responden yang tentunya akan mempengaruhi hasil penelitian, penelitian terkait untuk beberapa jenis pakaian lainnya, memasukkan aspek warna dan desain ke dalam penelitian, serta pembuatan software database antropometri untuk standar ukuran pakaian. 6.
Daftar Pustaka
Ariadurai, S. Ambahan, et al. (2009). An Anthropometric Study on Sri Lankan School Children for Developing Clothing Sizes. Journal of Social Science : 19(1) , 51-56.
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
Bagherzadah, R., Latifi, M., & Faramarzi, A.R. (2010). Employing a Three Stage Data Mining Procedure to Develop Sizing System. World Applied Sciences Journal 8 : 923929Chuan, T.K., Hartono, Markus., & Kumar, Naresh. (2010). Anthropometry of the Singaporean and Indonesian populations.International Journal of Industrial Ergonomics 40 : 757-766 Boden, et al. (2004). New Consumer? The social and cultural significance of children’s fashion consumption. Culture of Consumption Programme Working Paper. Diakses di : http://www.consume.bbk.ac.uk/researchfindings/newconsumers.pdf Cahyadi, Edwin. (2012). “Pengukuran Data Dimensi Tubuh Mahasiswa di DKI Jakarta dengan Instrumen Anthroscan”. Tugas Akhir Sarjana. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UNIKA Atma Jaya Jakarta. Chuan, T.K., et al. (2010) Anthropometry of the Singaporean & Indonesia Populations. International Journal of Industrial Ergonomics 40 (2010) 757e766 Chung, M. J., Lin, Hai-Fen., & Wang, M. J. (2007). The Development of Sizing Systems for Taiwanese Elementary and Highschool Students. International Journal of Industrial Ergonomics: 37, 707-716. Ciputra, E. (2012). “Pengembangan Basis data Antropometri Posisi Berdiri Pelajar Sekolah di SDN 04, SDN 05, SDN 06 Srengseng Sawah, Jakarta Selatan dengan Menggunakan Anthroscan”. Tugas Akhir Sarjana. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UNIKA Atma Jaya Jakarta. Coon S.C., S.M.Garn, J.B. Birdsell. (1950). Races : A Study of Race Formation in Man. Gita, Astriana. (2011). “Pedoman rancangan tas sekolah yang ergonomis untuk anak sekolah dasar”. Skripsi. Fakultas Teknik, DepartemenTeknik Industri Universitas Indonesia, Depok. Gumilar, Dwiki D. (2012). “Perhitungan Luas Tubuh Manusia Indonesia dengan Metode Interpolasi”. Skripsi. Fakultas Teknik, DepartemenTeknik Industri Universitas Indonesia, Depok. Hair, J., Black, W., Babin, B., & Anderson. (2009). Multivariate Data Analysis 7th Edition. Prentice Hall. Hidayat, Taufik.dan Nina Istiadah. (2011). Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 untuk Mengolah Data Statistik Penelitian. Jakarta: Penerbit Media Kita. Hsu, Chih-Hung. (2009). Data Mining to improve industrial standards and enhance production and marketing: An empirical study in apparel industry. Expert Systems with Application : 36, 4185-4191. ISO 3636. (1997). Size Designation of Clothes – Men’s and Boy’s Outerwear Garments. International Organization for Standardization, Geneva.
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
ISO 3637. (1997). Size Designation of Clothes – Women’s and Girl’s Outerwear Garments. International Organization for Standardization, Geneva. ISO 8559. (1989). Garment Construction and Anthropometric Surveys – Body Dimensions. International Organization for Standardization, Geneva. ISO/TC 133, 1991. Size Systems and Designation for Clothes. International Organization for Standardization, Geneva. ISO/TR 10652, 1991. Standard Sizing Systems for Clothes. International Organization for Standardization, Geneva. Kang, Y., Choi, H S., & W.H. Do. (2001). A Study of the Apparel Sizing of Children’s Wear : An Analysis of the Size Increments Utilized in Children’s Wear Based on an Anthropometric Survey. J Korean HomeEco Assoc Eng, 2(1) 96. Mustafa, P. (1992). Fundamental of Industrial Ergonomics. Englewood Cliffs, NewJersey: Prentice Hall. Nurmianto, Eko. (1998). Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Penerbit Guna Widya. Nurtjahyo, Boy M., Yanto, Mangido, D. (2012). Pengukuran Antropometri Siswa SDN 02 Ujung Menteng, Cakung Jakarta Timur Menggunakan Anthroscan. Seminar Nasional Ergonomi 2012, Jakarta. Otieno, R. (2008). Approaches in Researching Human Measurement: MMU Model of Utilising Anthropometric Data to Create Size Charts. EuroMed J Business : 3 (1) 63. Pheasant, S. (1997). Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics, and the Design of Work. London: Taylor & Francis. Pheasant, S., Haselgrave, C.M. (2006). Body Space : anthropometry, ergonomics and design 3rd edition. London: Taylor and Francis. Purnomo, Hari. (2013). Antropometri dan Aplikasinya. Jakarta: Penerbit Graha Ilmu. SNI
08-0555-1995. (1995). Jakarta.
Ukuran kemeja pria anak. Badan Standardisasi Nasional,
SNI 08-4985-1999. (1999). Karakteristik tubuh manusia (antropometri) untuk pembuatan pakaian jadi. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Widyanti, A., dan Mahachandra. (2012). Indonesian Workers Anthropometry : An Overview of Past and Present. Proceedings of the Asia pacific Industrial Engineering & Management Systems Conference.
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013
Widyanti, A., dan Mahachandra. (2012). On the Development of Indonesian Anthropometry Database : Does Occupation of Subjects Really Matter?. Proceedings of the Asia pacific Industrial Engineering & Management Systems Conference. Workman, J. E. (1991). Body Measurement Specification for Fit Models as a Factor in Apparel Size Variation. Cloth Text Res. J., 10(1): 31-36. Zakaria, Norsaadah. (2011). Sizing system for functional clothing – Uniforms for Chilren. Indian Journal of Fibre & Textile Research : 36, 348-357.
Perancangan standar ukuran..., Nauli Dwi Fileinti, FT UI, 2013