DEMOGRAFI, NERACA KEHIDUPAN DAN FEKUNDITAS KUMBANG LEMBING, Epilachna dodecastigma Wied PADA PEMBERIAN DAUN LABU DAN MENTIMUN
INKA NURMAN
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Demografi, Neraca Kehidupan dan Fekunditas Kumbang Lembing, Epilachna dodecastigma Wied pada Pemberian Daun Labu dan Mentimun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2015 Inka Nurman NIM G34090083
ABSTRAK INKA NURMAN. Demografi, Neraca Kehidupan dan Fekunditas Kumbang Lembing, Epilachna dodecastigma Wied pada Pemberian Daun Labu dan Mentimun, Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan SIH KAHONO. Kumbang lembing Epilachna dodecastigma Wied (Coccinellidae; Epilachninae) adalah kumbang pemakan daun spesialis pada tanaman famili Cucurbitaceae. Di banyak daerah di Indonesia, kumbang ini merupakan hama penting tanaman pertanian, seperti labu dan mentimun. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari demografi, neraca kehidupan dan fekunditas kumbang E. dodecastigma yang diberi pakan daun labu dan mentimun. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan penyiapan tanaman pakan, koleksi kumbang dewasa, pengumpulan massa telur, pengamatan pertumbuhan dan durasi stadia muda. Dalam penelitian ini dilakukan penghitungan demografi, neraca kehidupan dan fekunditas kumbang betina. Pemberian pakan daun mentimun lebih mendukung pertumbuhan dan fekunditas kumbang. Dari hasil analisis demografi diperoleh laju reproduksi kotor, laju reproduksi bersih, dan laju pertumbuhan intrinsik kumbang yang diberi pakan daun mentimun memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun labu. Ketahanan hidup dan fekunditas kumbang yang diberi pakan daun mentimun lebih tinggi dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun labu. Kata kunci : Epilachna dodecastigma, fekunditas, keperindian
ABSTRACT INKA NURMAN. Demography, Survivorship and Fecundity of a Ladybird Beetle, Epilachna dodecastigma Wied Fed by Leaves of Pumpkin and Cucumber. Supervised by TRI ATMOWIDI dan SIH KAHONO. A ladybird bettle Epilachna dodecastigma Wied (Coccinellidae; Epilachninae) is a leaf-eating beetle, especially leaves of plants from the family of Cucurbitaceae. In many regions of Indonesia, this species is an important pest for agricultural plants, such as pumpkin and cucumber. The study aimed to determine the demography, life table, and fecundity of E. dodecastigma beetle fed by pumpkin and cucumber leaves. The steps of the study were preparing food plants, collecting mature beetles, collecting egg-masses, and observing the growth and duration of young stadia. In this reseach, we measured demography, life table, and fecundity of beetle. Based on demography analysis, gross and net reproductive rate, intrinsic growth rate, and fecundity of beetle fed by cucumber leaves was higher than beetle fed by pumpkin leaves. Keywords : Epilachna dodecastigma, fecundity, performance
DEMOGRAFI, NERACA KEHIDUPAN DAN FEKUNDITAS KUMBANG LEMBING, Epilachna dodecastigma Wied PADA PEMBERIAN DAUN LABU DAN MENTIMUN
INKA NURMAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah Demografi, Neraca Kehidupan dan Fekunditas Kumbang Lembing Epilachna dodecastigma Wied pada Pemberian Daun Labu dan Mentimun. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Tri Atmowidi, M Si. dan Bapak Dr. Sih Kahono, M Sc. selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Mamat, Bapak Adi, dan Bapak Sutisna yang telah membantu pengamatan di rumah kaca. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, mamah, adik (Muhammad Farhan Nurman dan Adzkia Aftani Nurman ), suami (Khoerul Umami) serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Dan terakhir ucapan terimakasih tiada terkira penulis ucapkan kepada teman-teman Nuansa Sakinah dan keluarga besar Biologi 46 yang selalu memberikan dukungan serta orang- orang yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk kalian yang selalu ada dalam setiap keadaan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015 Inka Nurman
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
vi vi vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode HASIL PEMBAHASAN SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
1 1 2 2 2 2 2 4 7 9 9 10
DAFTAR TABEL 1
2 3 4
Perkembangan stadia dari telur - pupa kumbang lembing E. dedocastigma yang diberi perlakuan pakan daun labu dan mentimun Demografi kumbang E. dodecastigma yang diberi perlakuan pakan daun labu dan mentimun Neraca kehidupan kumbang E. dodecastigma yang diberi pakan daun labu dan mentimun Periode reproduksi dan fekunditas kumbang lembing E. dodecastigma yang diberi perlakuan pakan daun labu dan mentimun
3 3 3
3
DAFTAR GAMBAR 1
Kurva ketahanan hidup (survivorship) kumbang E. dodecastigma yang diberi perlakuan pakan daun labu dan mentimun pada stadia telur-pupa. 2 Rata-rata produksi telur per hari oleh satu betina kumbang lembing E. dodecastigma yang diberi perlakuan pakan daun labu. 3 Rata-rata telur yang dihasilkan oleh satu betina kumbang lembing E. dodecastigma yang diberi perlakuan pakan daun mentimun.
3 3 7
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kumbang Epilachna dodecastigma termasuk dalam famili Coccinellidae. Dua subfamili dari Coccinellidae yang terkenal, yaitu Coccinellinae dan Epilachninae. Kumbang Coccinellinae bersifat predator bagi serangga kecil, misalnyansisik dan kutu daun. Kumbang Epilachninae dilaporkan bersifat fitofag bagi tumbuhan liar atau tanaman budidaya. Kumbang E. incauta sebagai pemakan daun dari famili Urticaceae, seperti Boehmeria spp. Sebagian besar kumbang herbivor sebagai pemakan daun tumbuhan liar (Katakura et al. 2001). Beberapa spesies Epilachna bersifat khusus paling tidak pada tingkatan famili tertentu (Kahono 1999; Katakura et al. 2001). Kumbang E. septima bersifat spesialis pada daun dan buah pare (Momordica chordatia). Kumbang E. vigintioctopunctata pemakan daun dan buah tanaman dari famili Solanaceae, seperti takokak (Solanum torvum), terung (S. melongena), leunca (S. nigrum), bunga terompet (Brugmansia spp.), S. eriathum, dan kecubung (Datura metel) (Katakura et al. 2001). Kumbang lembing E. dodecastigma termasuk salah satu spesies dari subfamili Epilachninae (Kalshoven 1981) dengan ciri-ciri : bentuk membulat, berwarna merah bata, dan memiliki pola bercak hitam pada elitra. E. dodecastigma merupakan pemakan daun spesies dari kelompok tanaman labulabuan (Kalshoven 1981). Di India, kumbang E. vigintioctopunctata dilaporkan menimbulkan kerusakan cukup serius pada tanaman Solanaceae. Kumbang ini juga ditemukan pada tanaman famili Cucurbitaceae (Alam 1969). Kumbang lembing E. dodecastigma memiliki siklus hidup sempurna dengan perkembangan telur, larva, pupa, dan imago (Partosoedjono 1985). Kumbang betina dapat dibedakan dari jantan, yaitu ukuran betina lebih besar dari pada jantan (Pracaya 2008). Ciri khas lainnya kumbang ini akan menjatuhkan diri seolah olah mati, ketika mengalami ancaman serta gangguan dari lingkungan sekitar, yang dilanjutkan dengan mengeluarkan cairan berwarna kuning sebagai bentuk pertahanan dari predator (Kalshoven 1981). Selama hidupnya, kumbang betina mampu memproduksi 800 telur (Pracaya 2008). Populasi hama juga dipengaruhi ketersedian pakan (Kalshoven 1981; Abbas et al. 1988). Perilaku makan kumbang E. dodecastigma pada tanaman inang dapat dipengaruhi oleh faktor fisik serta kandungan bahan kimia pada tanaman inang (Jones et al. 1981). Selain itu, peranan bahan kimia dan kesesuaian tanaman memberikan proses pembelajaran pada serangga fitofag, walaupun pada kasus tertentu, asosiasi tersebut merupakan respon bawaan pada serangga (Chapman dan Bernay 1989). Fase larva awal serangga membutuhkan kandungan nitrogen yang tinggi dibandingkan instar akhir (Chapman 1998). Kandungan nutrisi dan senyawa kimia pada tanaman pakan dapat memberikan pengaruh pada performance dari serangga yang memakannya, termasuk siklus hidup, mortalitas, bobot, ukuran dan fekunditas. Keberadaan kumbang lembing E. dodecastigma yang memakan berbagai jenis tanaman pertanian famili Cucurbitaceae belum diketahui pengaruhnya terhadap keperidiannya. Pada penelitian ini dipelajari
2 pengaruh pemberian pakan yang berbeda, yaitu daun tanaman labu dan mentimun terhadap demografi, neraca kehidupan dan fekundtas E. dodecastigma. Data siklus hidup dan fekunditas kumbang E. dodecastigma dibutuhkan untuk menyusun strategi pengendalian hama tanaman secara biologi.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari demografi, neraca kehidupan dan fekunditas kumbang lembing E. dodecastigma pada pemberian daun labu dan mentimun.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai September 2013 di Laboratorium Perilaku Hewan dan Rumah Kaca, Departemen Biologi, FMIPA IPB.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan ialah kumbang lembing E. dodecastigma sebagai objek pengamatan. Alat yang digunakan adalah kotak pemeliharaan (ukuran 20cmx15cmx15cm) yang ditutup kain kasa, gunting, kertas tissu, termohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan dan alat tulis. Metode Penanaman Tanaman Pakan. Penanaman tanaman pakan kumbang lembing, yaitu labu (Cucurbita moschata) dan mentimun (Cucumis sativus) dilakukan di rumah kaca. Kedua tanaman tersebut digunakan sebagai sumber pakan bagi E. dodecastigma. Koleksi Kumbang E. dodecastigma Dewasa dari Lapangan. Koleksi kumbang lembing dewasa dilakukan pada tanaman labu di daerah Ciapus, Bogor. Kumbang yang telah ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam kotak pemeliharaan berukuran 20cmx15cmx15cm yang sebelumnya telah diberi kertas tissu basah dan satu helai daun labu. Penyedian Telur Kumbang E. dodecastigma. Setiap massa telur yang dihasilkan dari kumbang yang dikoleksi dipisahkan dalam kotak pemeliharaan yang di
3 dalamnya diberikan satu helai daun labu. Massa telur yang lain dipelihara dalam kotak pemeliharaan dengan pakan daun mentimun. Setelah massa telur menetas menjadi larva, daun pakan diganti setiap hari. Perkembangan telur diamati sampai menjadi imago. Pengamatan meliputi morfologi, persentase hidup, lama hidup dan perkembangan dari fase telur, larva instar 1-4, pupa, dan imago. Pemeliharaan dan pengamatan kumbang dilakukan dalam lima kali ulangan.
Studi Demografi dan Neraca Kehidupan E. dodecastigma. Perkembangan stadia kumbang diamati. Studi demografi dihitung, laju reproduksi kasar (G), laju reproduksi bersih (Ro), laju pertumbuhan intrinsik (r), dan waktu generasi (T). Rumus yan digunakan ialah : G=∑ total mx.; Ro= ∑ total 1x mx (Southwood 1978) ; r=(ln.Ro) /T; T= ∑ x l x.m x/ ∑ l xm x) (Young 1978). Neraca kehidupan disusun dengan menghitung jumlah individu yang hidup (qx), jumlah yang mati (dx), proporsi yang hidup (%), proporsi yang mati (%), dan harapan hidup (ex). Kurva ketahanan hidup dibuat berdasarkan nilai rata-rata proporsi hidup (lx) dan waktu (x) sejak telur sampai menjadi pupa. Pengamatan neraca kehidupan dan studi demografi dilakukan dalam lima kali ulangan. Pengukuran Fekunditas. Seekor kumbang E. dodecastigma betina dipasangkan dengan seekor jantan dalam wadah berukuran 20cmx15cmx15cm, yang diberi daun labu. Pasangan kumbang E. dodecastigma lain diberi pakan daun mentimun. Setiap hari kumbang betina, diamati peletakan telur dan dihitung jumlah telurnya, sampai selesai masa peneluran. Pengamatan dilakukan sampai kumbang betina mati. Dalam pengukuran ini diamati durasi umur dewasa jantan dan betina, periode pre-reproduksi, reproduksi, dan post-reproduksi. Fekunditas diukur dari rata-rata jumlah telur yang dihasilkan setiap hari dan jumlah total telur yang dihasilkan oleh seekor kumbang lembing betina selama hidupnya. Pengukuran fekunditas dilakukan dalam lima kali ulangan.
Analisis Data. Data biologi kumbang disusun dalam tabel siklus hidup, penyusunan demografi, tabel kehidupan, dan kurva kehidupan. Data fekunditas ditunjukkan dalam grafik garis.
4
HASIL Demografi dan Neraca Kehidupan Kumbang Lembing E. dodecastigma Hasil pengamatan durasi stadia muda (telur-pupa) kumbang lembing E. dodecastigma di laboratorium menunjukkan bahwa kumbang yang diberi perlakuan pakan daun labu memiliki waktu perkembangan yang lebih panjang (27,2 hari) dibandingkan yang diberi pakan daun mentimun (26,1 hari) (Tabel 1). Hasil perhitungan demografi E. dedocastigma menunjukkan bahwa kumbang yang diberi pakan daun mentimun memiliki laju reproduksi bersih, laju reproduksi kotor dan laju pertumbuhan intrinsik yang lebih tinggi (G=3; Ro= 0,272 ; r=-0,006). dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun labu (G= 4,4; Ro= 0,442 ; r=- 0,028). Waktu generasi (T) antara kumbang yang diberi pakan daun labu dan mentimun memiliki waktu yang relatif sama (T=23,8 dan T= 23,4) ( Tabel 2). Harapan hidup tertinggi terdapat pada fase imago pada kumbang yang diberi perlakuan pakan daun labu (ex=0,50), harapan hidup terendah (ex=0,013) terdapat pada fase imago yang diberi perlakuan pakan daun mentimun (Tabel 3). Tabel 1 Perkembangan stadia dari telur - pupa kumbang lembing E. dedocastigma yang diberi perlakuan pakan daun labu dan mentimun Tanaman Pakan
Lama Perkembangan ( Hari ) Telur
Labu 6 (3-9) Mentimun 6.5 (2-5)
L1
L2
L3
4 (2-5) 4 (2-5)
4 (4-7) 4.4 (3-6) 3.6 (0-6) 4 (2-7)
Total
L4
Pupa
4.4 (4-6) 4 (3-5)
4.4 (4-6) 4 (2-7)
27,2 (3-7) 26.1 (2-6)
Keterangan : L= Larva ( Angka dalam kurung menunjukkan nilai minimun dan maksimum)
Tabel 2 Demografi kumbang E. dodecastigma yang diberi perlakuan daun labu dan mentimun Demografi G Ro T r
pakan
Tanaman Pakan 3 0.272 23.8 -0.006
4.4 0.442 23.4 -0.028
Keterangan : G = laju reproduksi kotor, Ro = laju reproduksi bersih, T = waktu generasi , r = laju pertumbuhan intrinsik
5 Tabel 3 Neraca kehidupan kumbang E. dodecastigma yang diberi pakan daun labu dan mentimun Tanaman Pakan Labu
Mentimun
Fase Hidup Telur Larva 1 Larva 2 Larva 3 Larva 4 Pupa Imago Telur Larva 1 Larva 2 Larva 3 Larva 4 Pupa Imago
∑Hidup (ax)
∑ Mati (dx)
% Mati (qx)
34 30 12.4 8.8 5.2 3 2.4 32 24.6 16.4 11 8.2 7 4
0 4 17.6 8.8 3.6 0.6 0 0 7.4 8.6 2.4 5.8 1.2 2.8
0.00 0.206 0.625 0.57 0.66 0.334 0.66 0 0.31 0.49 0.39 1.72 0.43 0.15
Harapan Hidup (ex) 0.14 0.017 0.091 0.105 0.122 0’160 0.50 0.125 0.29 0.118 0.097 0.096 0.059 0.013
Kurva ketahanan kumbang E. dodecastigma sebagai plot antara proporsi yang hidup (lx) dengan lama hidup (x) menunjukkan bahwa proporsi hidup kumbang yang diberi perlakuan pakan daun mentimun lebih tinggi dibandingkan dengan kumbang yang diberi perlakuan pakan daun labu. Hal ini menunjukkan kecocokan kumbang terhadap inang berupa daun mentimun yang menjadikan proporsi hidupnya semakin tinggi (Gambar 1). 1.20
lx(proporsi hidup)
1.00 0.80 Labu 0.60
Mentimun
0.40 0.20 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Hari
Gambar 1 Kurva ketahanan hidup (survivorship) kumbang E. dodecastigma yang diberi perlakuan pakan daun labu dan mentimun pada stadia telur-pupa.
6 Rata-rata periode reproduksi kumbang yang diberi pakan daun mentimun lebih lama (49,4 hari) dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun labu (44 hari). Hal ini menunjukkan kecocokan kumbang terhadap pakan daun mentimun dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun labu. Rata-rata fekunditas kumbang yang diberi pakan daun mentimun lebih tinggi (255,2 telur) dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun labu (237,8 telur) ( Tabel 4). Tabel 4 Periode reproduksi dan fekunditas kumbang lembing E. dodecastigma yang diberi perlakuan pakan daun labu dan mentimun. Periode reproduksi Rata-rata periode pre reproduksi Rata-rata periode reproduksi Rata-rata periode postreproduksi Rata-rata fekunditas/ekor Rata-rata jumlah telur/massa telur
Labu 9.4 (5-11) hari
Tanaman pakan Mentimun 14.4 (10-18) hari
44 (31-58) hari
49.4 (34-77) hari
24.6 (11-52) hari
13.4 (6-22) hari
237.8 (189-341) butir
255.2 telur (205-281)
20.43 (1-50) butir, n = 67 massa telur
17.97 (1-40) butir, n=47 massa telur
Kemampuan reproduksi kumbang E. dodecastigma yang diberi pakan daun labu menunjukkan konsentrasi produksi telur mulai hari ke 7-37. Pada periode tersebut, jumlah telur yang dihasilkan paling banyak dibandingkan hari lainnya. Selanjutnya, penurunan jumlah telur yang dihasilkan terjadi pada hari ke 41-45 dan hari ke 66-70 dan seterusnya kumbang tidak bertelur (Gambar 2).
jumlah telur/ betina
25 20 15 10 5 0 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64 67 70 73 76 79 82 85 88 hari
Gambar 2 Rata-rata produksi telur per hari oleh satu betina kumbang lembing E. dodecastigma yang diberi perlakuan pakan daun labu.
7 Kemampuan reproduksi kumbang E. dodecastigma yang diberi pakan daun mentimun menunjukkan periode waktu produksi yang lebih panjang (hari ke-13 55). Selanjutnya produksi telur terus menurun sampai pada hari ke-56 dan berhenti pada hari ke-89. Hal ini menunjukkan kecocokan kumbang terhadap pakan daun mentimun. Periode reproduksi yang lebih panjang menyebabkan jumlah telur yang dihasilkan lebih banyak (Gambar 3).
jumlah telur/ betina
25 20 15 10 5 0 1 4 7 1013161922252831343740434649525558616467707376798285889194 hari
Gambar 3 Rata-rata telur yang dihasilkan oleh satu betina kumbang lembing E. dodecastigma yang diberi perlakuan pakan daun mentimun.
PEMBAHASAN Kumbang E. dodecastigma memiliki siklus hidup sempurna dari telur, larva, pupa, dan imago. Kumbang ini makan berbagai spesies tumbuhan liar dan tanaman pertanian yang termasuk famili Cucurbitaceae atau tanaman labu-labuan. Tumbuhan liar yang menjadi pakan kumbang E. dodecastigma, antara lain Melothria spp., paria liar (Momordica sp.), labu dan waluh (Cucurbita spp.), mentimun (Cucumis sativus), mentimun jepang (Cucumis sp.), melon (C. melo), semangka (Citrullus lanatus), blustru atau bestru (Luffa cyiindrica), dan ceme (L. acutangula). Kumbang E. dodecastigma termasuk fitofag khusus pada level famili. Di lapangan, kumbang E. dodecastigma memiliki karakter khas dalam memakan daun, yaitu memotong bentuk melingkar pada helaian daun yang akan dimakannya. Hal ini dilakukan untuk memutus aliran getah beracun yang dikeluarkan oleh daun sebagai bentuk pertahanan dari perlukaan oleh kumbang lembing. Dampak kerusakan pada daun yang ditimbulkannya bervariasi dari ringan sampai sangat berat. Kumbang lembing E. dodecastigma memiliki kemampuan merusak tanaman pertanian sampai mencapai level hama, namun kumbang ini tidak termasuk hama utama pada tanaman pertanian (Iskandar 1978; Kalshoven 1981; Kahono 2006). Perkembangan stadia muda (telur-pupa) kumbang lembing E. dodecastigma yang diberi perlakuan pakan daun labu lebih lama (27 hari) dibandingkan dengan yang diberi perlakuan pakan daun mentimun (26 hari). Walaupun perbedaanya
8 tidak begitu nyata, tetapi data ini menunjukkan kesesuaian pakan kumbang terhadap pemberian daun mentimun. Fase larva mengalami pertumbuhan yang tinggi, dengan aktivitas makan yang tinggi. Larva kumbang E. dodecastigma berwarna putih seperti benang, terdapat bercak hitam, permukaannya halus dan ditumbuhi rambut halus. Larva terdiri dari tiga instar, yaitu instar 1, instar 2,instar 3 dan instar 4. Dari hasil pengamatan, penentuan setiap fase instar dicirikan oleh warna, ukuran dan bentuk tubuh yang berbeda. Instar 1 dan 2 memiliki bentuk yang lebih ramping dan bulu yang lebih banyak, sedangkan bentuk instar 3 dan 4 memiliki bentuk yang lebih bundar, besar dan permukaannya memiliki lebih sedikit bulu (Howard et al. 2002). Pada fase pupa terjadi perkembangan organ-organ tubuh, seperti organ reproduksi dan sayap. Pupa memiliki ciri berwarna kuning agak pucat dengan bentuk menyerupai imago. Fase imago dari kumbang ini dapat dibedakan antara jantan dan betina. Imago jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan imago betina, dan terdapat belahan pada segmen terakhir bagian ventral. Berdasarkan hasil demografi yang diperoleh laju reproduksi bersih, laju reproduksi kotor serta laju pertumbuhan intrinsik lebih tinggi pada kumbang yang diberi pakan daun mentimun. Waktu generasi antara kumbang yang diberi pakan daun labu dan mentimun memiliki nilai yang relatif sama. Harapan hidup tertinggi terdapat pada fase imago pada kumbang yang diberi pakan daun labu sedangkan harapan hidup terendah terdapat pada fase imago kumbang yang diberi pakan daun mentimun. Dari hasil penelitian, kelangsungan hidup kumbang E. dodecastigma sebagai plot antara proporsi yang hidup dengan lama hidup, menunjukkan bahwa kematian tertinggi terjadi pada fase muda yang ditunjukkan dengan kurva tipe III (Gambar 1). Ketahanan hidup pada kumbang yang diberi pakan daun mentimun lebih tinggi dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun labu. Dalam penelitian ini, rata-rata periode reproduksi kumbang yang diberi pakan daun labu lebih pendek dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun mentimun. Hal ini kemungkinan terjadi kesesuaian pakan daun mentimun terhadap pakan kumbang sehingga masa reproduksi telur lebih lama, sehingga jumlah telur yang dihasilkannya lebih banyak. Rata-rata fekunditas kumbang yang diberi pakan daun mentimun lebih banyak dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun labu.
SIMPULAN Kumbang yang diberi pakan daun mentimun memiliki nilai laju reproduksi bersih, laju reproduksi kotor serta laju pertumbuhan intrinsik yang lebih tinggi dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun labu. Waktu generasi kumbang yang diberi pakan daun labu dan daun mentimun relatif sama. Pakan daun mentimun lebih mendukung perkembangan kumbang E. dodecastigma. Kumbang yang diberi pakan daun mentimun mempunyai kelangsungan hidup dan fekunditas yang lebih tinggi dibandingkan kumbang yang diberi pakan daun labu.
9 DAFTAR PUSTAKA Abbas I, Nakamura K, Katakura H, Sasaji H. 1988. Geographic variation of elytral spot patterns in the phytophagus ladybird, Epilachna vigintioctopunctata (Coleoptera: Coccinellidae) in the province of Sumatera Barat, Indonesia. Res Pop Ecol. 30:43-56. Alam MZ. 1969. Insect pests of vegetables and their control in East Pakistan. [report]. Dhaka (IN): Agriculture Information Service, Department of Agriculture. 146 hlm Chapman RF. 1998. The Insects: Structure and Function. Ed ke-4. Australia (AUS): Cambridge University Press. Chapman RF, EA Bernays. 1989. Insect behavior at the leaf surface and learning as aspects of host plant selection. Cellular and Molecular Life Sciences 45: 215-222 Howard FW, Abad RG, Moore. 2002. Fruit set and oil palm bunch componens. J Oil Palm Res.14:24-33. Iskandar S. 1978. Penelitian biologi Epilachna sp. (famili Coccinellidae ordo Coleoptera) [skripsi].Bogor: Institut Pertanian Bogor. Jones CG, Hoggard MP, Blum MS. 1981. Pattern and process in insect feeding behaviour: a quantitative analysis of the Mexican bean beetle, Epilachna varivestis. Ent Expt AppI. 30: 254-264 Kahono S. 1999. Ecological study of phytophagous Ladybeetle (Coccinellidae : Epilachninae) in Java, Indonesia, with special reference to population dynamics. Dissertation. Kanazawa University, Japan. Kahono S. 2006. Respon adaptif kumbang lembing pemakan daun Henosepilachna vigintictopuchtata (Fabricius) (Coleoptera: Coccinellidae:Epilachninae) dan tumbuhan inangnya terhadap musim kemarau di daerah beriklim tropis kering Pasuruan dan Malang – Jawa Timur. BeritaBiologi 8: 193-200. Kalshoven LGE.1981. Pets of Crops in Indonesia. Jakarta (ID): PT.Ichtiar BaruVan Hoeve. Katakura H, Nakano S, Kahono S, Abbas I, Nakamura K . 2001. Epilachnine ladybird beetles (Coleoptera, coccinellidae) of Sumatra and Java.Tropics, Vol. 10 : 325-352. Maurice N, Kumar A. 2012. Oviposition of Epilachna vigintioctopunctata (Fab.) on a wild weed, Coccinia grandis (Linnaeus) (Cucurbitales: Cucurbitaceae). J Agric Ext Rural Dev. 4:41-45. Partosoedjono S. 1985. Mengenal Serangga. Bogor (ID): Agromedia. Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman (Ed Rev). Depok (ID): Penebar Swadaya. Soutwood TRE. 1978. Ecologycal Methods. Cambridge :The Univer sity Printing House Young AM.1978. Population Biology Of Tropical Insect. New York dan London : Plenium Pr.
10
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Maret 1991 dari Ayah Suparman dan Ibu Nurhasanah. Penulis Merupakan putri pertama dari dua bersaudara yaitu Muhamad Farhan Nurman danAdzkia Aftani Nurman. Pada tahun 2003 penulis lulus dari Sekolah Dasar Muarasari 1, tahun 2006 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Ciawi, tahun 2009 penulis lulus dari MAN 2 Bogor, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke IPB melalui jalur Undangan Seleksi masuk IPB (USMI). Penulis juga aktif dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) sebagai badan pengawas yang bertugas sebagai bendahara sekaligus pengawas divisi Bioword (2011- 2012). Selama mengikuti pendidikan di IPB penulis pernah mempublikasikan beberapa karya ilmiah seperti Kelelawar di Gua Putih, di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Cara Pengujian Ketahanan Bambu Andong Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering dan Rayap tanah yang dilakukan di Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor (Pustekolah). Penulis pernah menjadi staf pengajar pada salah satu tempat bimbingan belajar (ALUMNI), mengajar pada kursus privat dan di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT) INSANTAMA.