Pertumbuhan dan Hasil Mentimun Akibat Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Gandasil B
PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN GANDASIL B (Application Chicken Manure and Gandasil B on Growth and Yield of Cucumber) Rafli Munir dan Yusmanidar Arifin Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat.
ABSTRACT The experiment has been done at farmer land at practice garden SPMA Padang, which started at March until May 2008 and arranged in Randomize Complete Design (RAL) with 2 factors and 3 replications. First factor treatment is manure from chicken feces (A) which consist of 4 levels; A1 = 5 ton/hectare equal with 0,11 kg/plant; A2 = 10 ton/hectare equal with 0,22 kg /plant; A3 = 15 ton/ hcktare equal with 0,33 kg /plant; A4 = 20 ton /hectare equal with 0,44 kg/plant. Second treatment is Gandasil B Leaves Manure (B) distribution which consist of 2 levels; B1 = without Gandasil, B2= 3 g/l water. It use local variety. The purpose of this experiment is to get Chicken Manure & Gandasil B dosage a long with their correct interactions from both factors toward growth and production of Cucumber. The observed data are; 1.plant length (cm), 2.Stem diameter (cm), 3.Female flower amount (sheet), 4.Blossoming age (days), 5. Quantity amount which fulfill the criteria (pcs), 6. Quantity amount which not fulfil the criteria (pcs), 7.Per plot and per hectare production (kg). The experiment result showed that there is no interaction between chicken manure and Gandasil B toward growth and production of cucumber. By distributing 5 ton/ha chicken manure is consider sufficient for growth and production of cucumber, and Gandasil B has no effect toward growth and the production yield of cucumber. Key words : chicken manure, Gandasil B, cucumber
PENDAHULUAN
T
anaman mentimun merupakan salah satu sayuran buah yang banyak di konsumsi segar oleh masyarakat Indonesia. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan salah satu sumber mineral dan vitamin. Pada umumnya mentimun disajikan dalam bentuk olahan segar, seperti acar, asinan, kinchi, salad, dan lalap. Selain itu timun juga dikonsumsi sebagai minuman segar berupa jus. Mentimun dapat juga digunakan sebagai bahan baku kosmetika untuk dijadikan Cleansing Cream dan lulur (Sumperna, 2001). Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat (2004); Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura Departemen Pertanian RI (2000) melaporkan bahwa produksi mentimun rata-rata di Sumatera Barat adalah 5,72 ton per hektar, produksi ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata produksi secara nasional yang telah mencapai 9,67 ton per
ISSN 1979-0228
hektar (Departemen Pertanian RI, 2000). Rendahnya produksi mentimun di Sumatera Barat disebabkan keterbatasan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan budidaya mentimun, mulai dari mendapatkan bibit yang baik dan sehat, teknologi budidaya, pengendalian hama dan penyakit, dan penanganan pascapanen. Dengan demikian peningkatan hasil produksi harus segera diupayakan, sehingga produksi mentimun dapat mengimbangi produksi per hektar secara nasional. Untuk mengatasi hal tersebut di atas perlu adanya teknologi budidaya yang mengarah kepada perbaikan produktivitas dan kualitas hasil, dan pemecahan masalah produksi yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Pada saat sekarang, dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial akibat pertanian dengan input tinggi menjadi semakin jelas, seperti menurunnya kesuburan tanah dan semakin sulitnya sumber air pengairan. Pemupukan dengan pupuk kimia hanya mampu menambah unsur hara tanah tanpa
63
Jerami Volume 3 No. 2, Mei - Agustus 2010
memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanah. Penggunaan pupuk kimia berkadar hara tinggi seperti Urea, ZA, TSP atau SP-36, dan KCl secara terus menerus dapat menyebabkan lingkungan menjadi tercemar jika tidak menggunakan aturan yang semestinya. Musnawar (2003), menambahkan bahwa penggunaan pupuk sintetis yang tinggi pada tanah akan mendorong hilangnya hara, polusi lingkungan, dan rusaknya kondisi alam. Kandungan bahan organik yang rendah di dalam tanah merupakan salah satu kendala dalam penyediaan air, udara, dan unsur hara bagi tanaman sehingga menghambat pertumbuhan dan produksi mentimun. Sebaliknya, kandungan bahan organik dalam tanah yang cukup tinggi akan membuat kondisi tanah menjadi kondusif untuk pertumbuhan akar tanaman. Dengan demikian, serapan hara oleh tanaman, baik yang berasal dari tanah maupun yang berasal dari pupuk, lebih efektif sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman lebih baik dan penggunaan pupuk lebih efisien. Diharapkan dengan penerapan bioteknologi seperti pemberian pupuk kandang kotoran ayam, sumberdaya alam akan tetap terpelihara. Menurut Lingga dan Marsono (2006) pemberian bahan organik kedalam tanah dapat memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah. Pupuk kandang kotoran ayam, termasuk pupuk dingin yang penguraiannya secara perlahan-lahan dengan unsur yang terkandungan 1,00% N, 0,80% P dan 0,40% K. Dilihat dari komposisi haranya pupuk kandang kotoran ayam mempunyai kandungan hara yang rendah, namun kandungan unsur haranya lengkap dan C/N ratio yang tinggi memyebabkan terurai lebih lama karena aktifitas biologi mikroorganisme berkurang. Ditinjau dari efesiensi pemanfaatan unsur hara yang dibutuhkan untuk tanaman mentimun yang berumur pendek perlu dikombinasikan dengan pupuk anorganik seperti pupuk daun dengan nama dagang Gandasil B. Gandasil B adalah pupuk daun anorganik makro dan mikro berbentuk serbuk, berfungsi untuk merangsang pertumbuhan bunga dan buah. Kandungan unsur hara makro dan mikronya lengkap. Lingga dan Marsono (2006), menjelaskan kandungan unsur makro pupuk daun Gandasil B yaitu; 6% N; 20% P; 30% K; 3% Mg, dan unsur mikro seperti Cu, Mn, B, Zn,
64
dan Co, kepekatan larutan adalah 2 – 3 g/l air dengan aplikasi penyemprotan pagi hari sekitar pupuk 08.00 – 10.00 atau sore hari 15.00 – 17.00. Keuntungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman, disamping itu mengandung unsur mikro. Pada umumnya dalam budidaya tanaman mentimun petani hanya mengandalkan pupuk akar yang mayoritas berisi hara makro. Dengan pemberian pupuk daun Gandasil B yang mengandung hara mikro diharapkan kebutuhan hara mikro oleh tanaman mentimun dapat terpenuhi dan yang terpenting dengan pemakaian pupuk daun maka tanah akan terhindar dari kelelahan atau kerusakan. Beberapa hasil pemupukan dengan pupuk kandang ayam mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga akan meningkatkan produksi tanaman sayuran. Penggunaan pupuk kandang ayam untuk tanaman mentimun belum banyak informasinya, sehingga perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan uraian di atas penulis telah melakukan percobaan dengan judul “Pengaruh takaran pupuk kandang ayam dan dosis gandasil B terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)”. Tujuan percobaan ini adalah 1.Untuk mendapatkan takaran pupuk kandang ayam yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi mentimun. 2. Untuk mendapatkan dosis Gandasil B yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil mentimun. 3. Untuk mendapatkan interaksi antara pupuk kandang ayam dan Gandasil B untuk pertumbuhan dan hasil mentimun.
BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan pada lahan milik petani di kebun praktik SPMA Padang, dimulai bulan Maret - Mei 2008. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih mentimun varietas lokal, pupuk kandang kotoran ayam, pupuk daun Gandasil B, 150 kg NPK per hektar, plastik gula, dan Furadan 3 G, lanjaran dari bambu, tali rafia. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, ayakan pasir, gunting pangkas, parang, timbangan, label, ajir meteran, sprayer, tugal dan alat tulis. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam faktorial 4 x 2
ISSN 1979-0228
Pertumbuhan dan Hasil Mentimun Akibat Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Gandasil B
dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pupuk kandang kotoran ayam (A) terdiri dari 4 taraf yaitu; A1 = 5 ton/hektar setara 0,11 kg/tanam; A2 = 10 ton/hektar setara 0,22 kg /tanam; A3 = 15 ton/hektar setara 0,33 kg /tanam; A4 = 20 ton/hektar setara 0,44 kg/tanam. Faktor kedua adalah pemberian pupuk daun Gandasil B (B) yang terdiri dari 2 taraf yaitu; B1 = Tanpa Gandasil B; B2 = 3 g/l air. Pengamatan yang dilakukan adalah pertumbuhan tanaman, komponen hasil, dan hasil. Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Panjang Tanaman Panjang tanaman mentimun tidak bergantung pada pemberian beberapa takaran pupuk kandang ayam dengan beberapa dosis Gandasil B, sedangkan beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B secara tunggal juga tidak berpengaruh terhadap panjang tanaman (Tabel 1).
Pengaruh beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B terhadap panjang tanaman mentimun
Pupuk kandang ayam (ton/hektar)
Gandasil B (g/liter air) 0
3 Panjang tanaman (cm)
5
182,17
171,33
10
153,67
184,17
15
193,00
206,33
20
180,53
208,33
KK = 2,30 % Angka pada baris dan lajur panjang tanaman yang sama berpengaruh tidak nyata menurut uji F 5 %.
Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian 5-20 ton/hektar pupuk kandang ayam belum menunjukkan peningkatan panjang tanaman mentimun. Hal ini disebabkan pemberian 5 ton/ha pupuk kandang ayam telah mencukupi kebutuan tanaman mentimun untuk melakukan pertumbuhan, sehingga peningkatan takaran sampai 20 ton/ha pupuk kandang ayam tidak berpengaruh lagi terhadap pertumbuhan panjang tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Musnamar (2003) bahwa dengan cukupnya kebutuhan hara tanaman baik unsur makro maupuan mikro, akan membantu metabolisme tanaman berjalan lancar, selanjutnya akan berguna dalam memacu pertumbuhan tanaman, baik daun, batang maupun akar. Pemberian 0-3 gandasil B tidak berpengaruh terhadap peningkatan panjang tanaman mentimun, hal ini disebabkan tanaman telah mendapat sumbangan hara yang cukup dari pupuk kandang ayam untuk
ISSN 1979-0228
melakukan pertumbuhan panjang tanaman, sehingga pemberian gandasil B tidak berpengaruh lagi. Lingkaran Batang Lingkaran batang pada perlakuan beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B tidak berpengaruh. Beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B juga tidak berpengaruh terhadap lingkaran batang (Tabel 2). Hal ini bisa disebabkan karena sifat genetis tanaman mentimun lebih besar perananannya dalam menentukan panjang tanaman, sehingga pemberian pupuk kandang ayam dan Gandasil B tidak berpengaruh. Setyamidjaja (1990) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan perkembangan yang progresif dari suatu organisme dan sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan dimana faktor lingkungan yang utama adalah pengaruh perlakuan pemupukan yang diberikan.
65
Jerami Volume 3 No. 2, Mei - Agustus 2010
Tabel 2.
Pengaruh beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B terhadap lingkaran batang tanaman mentimun
Pupuk kandang ayam (ton/hektar)
Gandasil B (g/liter air) 0
3 Lingkaran batang (cm)
5 10 15 20 KK = 0,92 %
2,98 3,03 3,22 3,25
3,15 3,03 3,23 3,27
Angka pada baris dan lajur lingkaran batang yang sama berpengaruh tidak nyata menurut uji F 5 %.
Menurut Lakitan (2000) pertumbuhan terkonsentrasi pada jaringan meristem yang terdiri dari sel-sel baru yang dihasilkan dari proses pembelahan sel dan yang menyebabkan bertambahnya ukuran tanaman adalah pembesaran sel yang dihasilkan oleh pembelahan sel tersebut. Jaringan meristem ini ditemukan pada bagian ujung akar, ujung batang dan juga terdapat pada pangkal batang dan pangkal daun. Heddy (1996) menerangkan bahwasanya semua sel-sel tanaman kecuali yang selamanya bersifat meristemik mempunyai 3 fase dalam pertumbuhan yakni pembelahan, pembesaran, dan perpanjangan. Selanjutnya karakteristik lingakaran batang erat kaitannya dengan ketersediaan hara P dalam media tanam, dimana salah fungsi P adalah untuk memperkuat batang supaya tidak mudah roboh, sedangkan dalam puuk kandang ayam hara yang banyak terkandung adalah N. Dengan tersedianya N yang tinggi bagi tanaman akan mendorong pertumbuhan vegetatif terutama pertumbuhan daun tanaman. Pendapat ini diperkuat oleh Lingga dan Marsono (2006), bahwa nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman seperti batang, cabang, dan daun tanaman, pembentukan hijau daun serta membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Pemberian pupuk kandang ayam juga tidak berpengaruh untuk media tanam mentimun. Hal ini dimungkinkan karena pupuk kandang ayam lebih dominan fungsinya memperbaiki sifat fisik tanah. Sesuai dengan pendapat Rinsema (1993), bahwa pemberian bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air dan penambahan bahan makanan.
66
Jumlah Bunga Betina Jumlah bunga betina pada perlakuan beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B memperlihatkan interaksi tidak nyata, sedangkan beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B secara tunggal juga berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bunga betina Rata-rata jumlah bunga betina disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 memperlihatkan bahwa pemberian 5-20 ton/hektar pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata dalam menigkatkan jumlah bunga betina tanaman mentimun, hal yang sama juga terjadi pada pemberian 0-3 g/liter air gandasil B. Hal ini dapat dihubungkan dengan panjang tanaman (Tabel 1) bahwa jumlah bunga betina sangat ditentukan oleh panjang tanaman. Semakin panjang tanaman maka jumlah daun yang dihasilkan akan semakin banyak, sehingga jumlah bunga juga akan semakin banyak dan sebaliknya semakin pendek tanaman maka jumlah daun yang dihasilkan akan semakin sedikit, sehingga jumlah bunga juga sedikit. Menurut Sumperna (2001) menyatakan bahwa bunga mentimun ke luar dari ketiak-ketiak daun. Bunga yang lebih dulu muncul adalah bunga jantan dalam jumlah banyak, kemudian bunga betina yang letaknya pada ketiak lain. Kuntum bunga yang menghsilkan buah, umumnya terjadi pada setiap 7 ruas. Pada percobaan ini panjang tanaman yang dihasilkan dengan pemberian pupuk kandang ayam dan gandasil B tidak berbeda nyata, dengan demikian jumlah bunga betina yang dihasilkan juga tidak berbeda.
ISSN 1979-0228
Pertumbuhan dan Hasil Mentimun Akibat Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Gandasil B
Tabel 3.
Pengaruh beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B terhadap jumlah bunga betina tanaman mentimun
Pupuk kandang ayam (ton/hektar)
Gandasil B (g/liter air) 0
3 Jumlah bunga betina (buah)
5 10 15 20 KK = 2,21 %
12,50 11,50 15,50 13,67
11,50 11,50 13,33 12,83
Angka pada baris dan lajur jumlah bunga betina yang sama berpengaruh tidak nyata menurut uji F 5 %.
Umur Berbunga Umur berbunga pada perlakuan beberapa takaran pupuk kandang ayam dengan beberapa dosis Gandasil B tidak memperlihatkan interaksi, sedangkan secara tunggal lamanya umur berbunga ditentukan
Tabel 4.
oleh pemberian beberapa takaran pupuk kandang ayam dan juga pemberian beberapa dosis Gandasil B berpengaruh terhadap umur berbunga (Tabel 4).
Pengaruh beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B terhadap umur berbunga tanaman mentimun
Pupuk kandang ayam (ton/hektar)
Gandasil B (g/liter air) 0
3 Umur berbunga (hari)
5 10 15 20 KK = 1,19 %
29,17 27,83 29,17 29,33
29,50 29,17 28,67 28,17
Angka pada baris dan lajur umur berbunga yang diikuti huruf sama berpengaruh tidak nyata menurut BNJ 5 %.
Tabel 4 menunjukkan pemberian pupuk kandang ayam mempengaruhi umur berbunga tanaman mentimun. Lebih rendah takaran pupuk kandang ayam yang diberikan (5 ton/hektar) umur berbunga lebih panjang (29,33 hari setelah tanam). Panjangnya umur berbunga pada perlakuan pemberian 5 ton/hektar pupuk kandang ayam erat hubungannya dengan keseimbangan hara di dalam tanah, karena untuk berproduksi, tanaman membutuhkan hara yang seimbang, seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan unsur mikro lainnya. Sedangkan pada pemberian 5 ton/hektar pupuk kandang ayam keseimbangan tersebut tidak didapatkan oleh tanaman, sehingga umur muncul bunga lebih lama, tetapi pada pemberian 10 -20 ton/hektar, umur mucul bunga lebih cepat, karena penambahan kompos mampu
ISSN 1979-0228
menyumbangkan hara, seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan unsur mikro lainnya, sehingga keseimbangan hara untuk munculnya bunga lebih cepat. Seperti yang dinyatakan oleh Setyamidjaja (1990) bahwa fosfor berperan mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji. Selain itu kompos juga mengandung mikro organisme yang menguntungkan tanaman dan mampu memperbaiki struktur tanah sehingga tanah memiliki aerase yang baik dan agregat tanah lebih mantap, selanjutnya akan merangsang perkembangan akar dan penyerapan unsur hara dan air lebih meningkat. Umur berbunga mempunyai hubungan yang erat dengan panjang tanaman, karena semakin meningkatnya panjang tanaman, jumlah daun juga akan meningkat, dengan meningkatnya jumlah daun akan mampu
67
Jerami Volume 3 No. 2, Mei - Agustus 2010
menghimpun makanan dan energi yang cukup sehingga tanaman setelah mencapai fase vegetatif optimal akan segera memasuki fase generatif. Hal yang sama tidak dicapai pada tanaman yang mendapatkan pemberian pupuk kandang ayam sedikit, muncul bunga lebih lambat disebabkan kurangnya unsur hara, jumlah daun juga berkurang, akibatnya makanan dan energi yang dihimpun oleh daun menjadi sedikit, sehingga fase vegetatif tanaman lebih panjang. Sesuai pendapat Rismunandar (1992) bahwa dengan cukupnya kebutuhan hara tanaman baik unsur makro maupun mikro, maka perkembangan dan produktivitas tanaman akan berjalan lancar. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan selalu terjadi kompetisi antar organ vegetatif dan generatif
Tabel 5.
dalam pemakaian hara terutama dalam perkembangan bunga dan buah, terutama buah muda. Menurut Mungirisjah dan Setawan (1990), perkembangan kuncup bunga menjadi bunga dan bakal biji yang dibuahi tergantung dari air, nutrisi dan cahaya yang diterimanya. Jumlah Buah yang Memenuhi Kriteria Jumlah buah yang memenuhi kriteria pada perlakuan beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B memperlihatkan interaksi tidak nyata, sedangkan beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B secara tunggal juga berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah buah yang memenuhi kriteria Ratarata jumlah buah yang memenuhi kriteria ditampilkan pada Tabel 5.
Pengaruh beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B terhadap jumlah buah yang memenuhi kriteria tanaman mentimun
Pupuk kandang ayam (ton/hektar)
Gandasil B (g/liter air) 0
3 Jumlah buah yang memenuhi kriteria (buah)
5 10 15 20 KK = 4,57 %
4,33 5,00 5,33 4,00
3,67 4,33 5,00 4,33
Angka pada baris dan lajur jumlah buah yang memenuhi kriteria yang sama berpengaruh tidak nyata menurut uji F 5 %.
Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian 5-20 ton/hektar pupuk kandang ayam tidak berpengaruh terhadap jumlah buah yang memenuhi kriteria, hal yang sama juga terjadi pada pemberian 0-3 g/liter air gandasil B. Hal ini dapat dihubungkan dengan Tabel 3, bahwa jumlah buah sangat ditentukan oleh jumlah bunga betina. Semakin banyak bunga betina maka buah yang dihasilkan akan semakin banyak, karena buah akan terbantuk dari bunga betina dan sebaliknya semakin sedikit jumlah bunga betina maka buah yang dihasilkan juga semakin sedikit. Menurut Cahyono (2003) bahwa bunga betina akan menghasilkan buah, karena pada percobaan ini jumlah bunga betina yang
68
dihasilkan relatif sama, maka jumlah buah yang dihasilkan tidak berbeda. Selanjutnya buah yang memenuhi kriteria adalah ukuran buah 10-15 cm, warna hijau keputihan, bentuk buah lurus dan kulit mulus (Cahyono, 2003). Jumlah buah yang tidak memenuhi kriteria Jumlah buah yang tidak memenuhi kriteria pada perlakuan beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B memperlihatkan interaksi tidak nyata. Beberapa takaran pupuk kandang ayam dan dosis Gandasil B berpengaruh tidak nyata, teradap jumlah buah yang tidak memenuhi kriteria .Rata-rata jumlah buah yang tidak memenuhi kriteria disajikan pada Tabel 6.
ISSN 1979-0228
Pertumbuhan dan Hasil Mentimun Akibat Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Gandasil B
Tabel 6.
Pengaruh beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B terhadap jumlah buah yang tidak memenuhi kriteria tanaman mentimun. Gandasil B (g/liter air) Pupuk kandang ayam (ton/hektar) 0 3 Jumlah buah yang tidak memenuhi kriteria (buah) 5 10 15 20 KK = 6,94 %
4,00 4,00 5,67 5,00
5,33 5,33 5,67 4,33
Angka pada baris dan lajur jumlah buah yang tidak memenuhi kriteria yang sama berpengaruh tidak nyata menurut uji F 5 %.
Tabel 6 menunjukkan bahwa beberapa takaran pupuk kandang ayam dan Gandasil B tidak nyata meningkatkan jumlah buah yang tidak memenuhi kriteria. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah buah yang memenuhi kriteria (Tabel 5), pada percobaan ini pemberian beberapa takaran pupuk kandang ayam dan Gandasil B menghasilkan jumlah buah yang memenuhi kriteria yang relatif sama, sehingga pemberian beberapa takaran pupuk kandang ayam dan Gandsil B juga menghasilkan jumlah buah yang tidak memenuhi kriteria relatif sama. Selanjutnya buah yang tidak memenuhi kriteria adalah ukuran buah yang kurang dari 10 cm, warna kulit buah kuning tua dan bentuk buah tidak sempurna (Cahyono, 2003). Hasil Per Plot dan Per Hektar Hasil per plot dan perhektar pada perlakuan beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B
memperlihatkan interaksi tidak nyata, sedangkan beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B secara tunggal juga berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per plot dan perhektar Rata-rata produksi per plot dan perhektar disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam berbeda tidak berpengaruh dalam meningkatkan hasil per plot dan perhektar tanaman mentimun. Hal yang sama juga terjadi pada pemberian gandasil B. Hal ini diduga hasil per plot dan perhektar tidak hanya dipengaruhi oleh perlakuan pupuk kandang ayam dan gandasil B yang diberikan, tetapi juga dipengaruhi sifat genetis tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan. Sebagaimana menurut Mulyani Sutejo dan Kartasapoetra (1990) pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleh genetis tanaman dan faktor lingkungan.
Tabel 7.
Pengaruh beberapa takaran pupuk kandang ayam dan beberapa dosis Gandasil B terhadap hasil per plot dan per hektar tanaman mentimun. Gandasil B (g/liter air) Pupuk kandang ayam (ton/hektar) 0 3 Hasil per plot (kg) 5 10 15 20
2,35 2,51 2,78 2,87
2,63 2,69 2,58 2,78 Hasil per ektar (ton)
5 10 15 20 KK = 1,47 %
32,64 34,86 38,61 39,86
36,52 37,36 35,83 38,61
Angka pada baris dan lajur produksi perplot dan perhektar yang sama berpengaruh tidak nyata menurut uji F 5 %.
ISSN 1979-0228
69
Jerami Volume 3 No. 2, Mei - Agustus 2010
Hasil tanaman akan dapat optimal apabila syaratnya terpenuhi seperti tersedianya unsur yang cukup dan faktor lingkungan yang sesuai. Sesuai pendapat Rismunandar (1992) bahwa dengan cukupnya kebutuhan hara tanaman baik unsur makro maupun mikro, maka pertumbuhan dan produktivitas tanaman akan berjalan lancar. Suryatna (1990) menjelaskan hasil per satuan luas sangat dipengaruhi oleh varietas, umur, kesuburan tanah, dan keadaan air. Disamping itu jumlah populasi tanaman per satuan luas juga mempengaruhi hasil, dengan semakin banyaknya populasi tanaman maka akan mampu memberikan kenaikan hasil yang lebih tinggi.
KESIMPULAN Dari hasil percobaan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa: 1. Tidak terdapat interaksi antara pupuk kandang ayam dan Gandasil B untuk pertumbuhan dan hasil mentimun. 2. Pemberian 5 ton/hektar pupuk kandang ayam sudah mencukupi untuk pertumbuhan dan hasil mentimun. 3. Gandasil B tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun. Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil mentimun, dapat menggunakan 5 ton/hektar pupuk kandang ayam dan tidak perlu memberikan Gandasil B.
DAFTAR PUSTAKA Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat.
2004. Laporan tahunan 2003. Padang. 235 hal. Cahyono, B., 2003. Timun. Semarang. 122 hal.
aneka
ilmu.
Heddy, 1996. Hormon tumbuh. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. 195 hal. Lakitan
B., 2000. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 203 hal.
Lingga
P dan Marsono. 2006. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Mugnisjah. G. Wahyu, dan A. Setiawan. 1990. Pengantar Produksi benih. Rajawali Press. Jakarta. 214 hal. Mulyani Sutejo dan Kartasapoetra, 1990. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hal. Musnawar. 2003. Pupuk organik cair dan padat pembuatan aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal. Rinsema, W.T, 1993, Pupuk dan pemupukan, Bhatara Karya Aksara,Jakarta, 235 hal. Rismunandar. 1996. Tanah dan seluk-beluknya Bagi Pertanian. Sinar Baru. Bandung. 107 hal. Salisbury B.F and C.W. Ross. 1995. Plant physiology. Wadsworth Publishing Co. In. Belmont. California. 235 p. Setyamidjaya, 1990. Pupuk dan pemupukan. CV. Simplek. Jakarta .122 hal. Suryatna, S. 1990. Pupuk dan pemupukan. PT. Melton Putra. Jakarta. 64 hal.
------------------------------oo0oo------------------------------
70
ISSN 1979-0228