DEMOGRAFI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT, Elaeidobius kamerunicus (COLEOPTERA : CURCULIONIDAE)
AMALIA SHOLEHANA
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
ABSTRAK AMALIA SHOLEHANA. Demografi Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera : Curculionidae). Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan TARUNI SRI PRAWASTI Kelapa sawit merupakan tanaman inang spesifik bagi kumbang E. kamerunicus. Kumbang ini hanya dapat makan, bertelur dan berkembang biak pada bunga jantan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan mempelajari demografi E. kamerunicus sebagai penyerbuk kelapa sawit yang meliputi biologi, neraca kehidupan dan kurva ketahanan hidup. Sepasang E. kamerunicus dimasukkan dalam kotak pemeliharaan yang diisi spikelet bunga jantan. Bagian pangkal spikelet bunga kelapa sawit direndam dalam botol film berisi air. Perkembangan telur-imago diamati dengan mencatat lama tiap fase, ukuran tubuh, dan jumlah jantan dan betina. Kemudian dianalisis demografi meliputi laju reproduksi kotor (G), laju reproduksi bersih (R0), waktu generasi (T), laju pertumbuhan intrinsik (r). Penelitian dilakukan dalam 3 ulangan. Kumbang E. kamerunicus memiliki lama hidup rata-rata 33 hari, yang meliputi fase telur 2.5 hari, larva 12 hari, pupa 5 hari, imago jantan 15 hari, imago betina 18 hari. Nilai demografi E. kamerunicus ialah G= 6 individu, Ro= 3 individu, T= 15 hari, dan r= 0.06. Tingkat fekunditas sebesar 27 telur per imago betina dalam satu siklus hidupnya dan mortalitas dari telur-imago sebesar 72.9%. Berdasarkan pada kurva ketahanan hidup, kematian konstan setiap hari pada fase awal dan terjadi peningkatan pada fase imago. Kata kunci: Demografi, Elaeidobius kamerunicus, kelapa sawit
ABSTRACT AMALIA SHOLEHANA. Demography of Oil Palm Weevil Pollinators, Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera: Curculionidae). Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI SRI PRAWASTI. Oil palm is a specific host plant for the weevil E. kamerunicus. These weevils can only eat, lay eggs, and breed in oil palm male flowers. This study aimed to study demographics of E. kamerunicus as oil palm pollinators, such as biology, life table, and the survivorship. A pair of E. kamerunicus were reared in the box contained male flowers spikelet. At the base of spikelet were immersed by water at film bottle. Body and sex ratio were observed during development of egg to adult. Demographic study were analyzed based on gross reproductive rate (G), net reproductive rate (R0), generation time (T), and intrinsic growth rate (r). In average life cycle of E. kamerunicus was 33 days i.e. 2.5 days of egg, 12 days of larvae, 5 days of pupae, and 15 days of male and 18 day of female adult, respectively. Demography of the weevil were: gross reproductive rate was 6 individuals, net reproductive rate was 3 individuals, generation time was 15 days, and intrinsic growth rate was 0.06. In a life cycle, fecundity of E. kamerunicus was 27 eggs and mortality from egg to adult was 72.9%. Based on the survivorship curve, mortality in early phase was constant and increase at adult phase. Key words: Demography, Elaeidobius kamerunicus, oil palm
DEMOGRAFI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT, Elaeidobius kamerunicus (COLEOPTERA : CURCULIONIDAE)
AMALIA SHOLEHANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul
: Demografi Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera : Curculionidae) : Amalia Sholehana : G34052688
Nama NIM
Menyetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Dr. Tri Atmowidi, M.Si) NIP 196708271993031003
(Dra. Taruni Sri Prawasti) NIP 195511301983032003
Mengetahui: Ketua Departemen
(Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M. Si) NIP 196410021989031002
Tanggal Lulus:
PRAKATA Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat serta rizki-Nya, dan rencana-Nya yang Maha Indah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tema penelitian penulis yaitu tentang Elaeidobius kamerunicus, dengan judul Demografi Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera : Curculionidae). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai September 2009 di Bagian Ekologi dan Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Tri Atmowidi, M.Si dan Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti selaku pembimbing atas saran, motivasi, dan bimbingannya dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terimakasih disampaikan juga kepada Ir. Agustin Wydia Gunawan, M.S. selaku wakil komisi pendidikan atas saran dan masukan yang diberikan pada ujian karya ilmiah. Terimakasih juga kepada PT. Astra Agro Lestari Tbk. Atas sebagian dana penelitianya. Terima kasih juga kepada Monika Novalia, Ednan Setryawan, Amin Kristanto, Pak Yana, Pak Nunu, Pak Adi, ibu Tini, Apria, Nurhamida atas kerjasama dan semangat yang telah diberikan selama penelitian. Teman-teman seperjuangan Zoologi dan seluruh teman-teman Biologi 42 atas semangat dan kebersamaanya yang indah. Seluruh Dosen dan staf Departemen Biologi. Ucapan terima kasih yang sangat besar penulis sampaikan kepada kedua orang tua atas segala doa dan kasih sayang, pengorbanan serta pengertiannya, kepada kak Anis, kak Intan, dan Bramantyo atas semangat dan inspirasi yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Februari 2010
Amalia Sholehana
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 3 September 1987 dari Ayah yang bernama Mohammad Sholichin dan Ibunda yang bernama Miftahul Jannah. Penulis merupakan putri ke tiga dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1992 di TK Kuncup Pertiwi Kendari, kemudian melanjutkan pendidikan di dua Sekolah Dasar (SD) yang berbeda yang dimulai dengan SDN Kuncup Pertiwi pada tahun 1993. Pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan dasarnya di SDN Kejaksaan Rangkasbitung, Banten. Selanjutnya pada tahun 1999 melanjutkan pendidikan menengahnya di SLTPN 4 Rangkasbitung dan tahun 2002 di SMUN 1 Rangkasbitung. Pada tahun 2005 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan barulah di tahun 2006 diterima sebagai mahasiswa Mayor di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Minor Manajemen Fungsional, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Struktur Hewan untuk S1 Biologi, FMIPA, IPB pada tahun 2009. Tahun 2007 penulis mengikuti kegiatan Studi Lapang (SL) di Wana Wisata Cangkuang, Tahun 2008 penulis mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Budidaya Chrysanthemum sp di PT Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas-Bogor.
v
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .....................................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ...................................................................................................................... Tujuan ................................................................................................................................... Waktu dan Tempat ................................................................................................................
1 1 1 1
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat ..................................................................................................................... Pemeliharaan Kumbang ....................................................................................................... Biologi dan Siklus Hidup ..................................................................................................... Demografi .............................................................................................................................
1 1 1 1 2
HASIL Biologi dan Siklus Hidup E. kamerunicus ............................................................................ Neraca Kehidupan ................................................................................................................ Demografi ............................................................................................................................. Kurva Ketahanan Hidup ......................................................................................................
2 2 3 3 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................
3
SIMPULAN ...............................................................................................................................
4
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................
5
LAMPIRAN ...............................................................................................................................
6
vi
DAFTAR TABEL Halaman 1 2
Ukuran tubuh dan lama hidup E. kamerunicus fase larva, pupa dan imago ........ Neraca kehidupan E. kamerunicus ......................................................................
3 3
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 2
Fase hidup kumbang E. kamerunicus, larva (a), pupa (b), imago jantan (c), imago betina (d) ................................................................................................... Kurva ketahanan hidup pada E. kamerunicus …..................................................
2 3
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 2 2
Neraca kehidupan E. kamerunicus ulangan pertama ........................................... Neraca kehidupan E. kamerunicus ulangan kedua .............................................. Neraca kehidupan E. kamerunicus ulangan ketiga ..............................................
7 8 9
PENDAHULUAN Latar Belakang Elaeidobius kamerunicus merupakan kumbang penyerbuk kelapa sawit yang efektif karena bersifat spesifik dan beradaptasi sangat baik pada tanaman kelapa sawit (Siregar 2006). Kumbang ini hanya dapat makan, bertelur, dan berkembang biak pada bunga jantan kelapa sawit, walaupun kumbang ini dapat makan pada tanaman yang lain, seperti kelapa (Cocos nucifera), bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis), bunga kanna (Cana indica), dan ubi kayu (Manihot utilisima) (Hutaharuk et al. 1982). Kumbang E. kamerunicus memiliki pergerakan lincah, mampu terbang jauh, dan berkembang biak dengan cepat. Penyerbukan yang dilakukan oleh kumbang E. kamerunicus dapat menghasilkan panen lebih baik dibandingkan dengan penyerbukan alamiah maupun penyerbukan dengan bantuan manusia. Hutaharuk (1982) melaporkan penyerbukan yang dilakukan oleh E. kamerunicus meningkatkan buah kelapa sawit dari 44% menjadi 75%. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berumah satu yang artinya bunga jantan dan bunga betina dihasilkan dalam satu pohon yang sama. Waktu pematangan bunga jantan dan pematangan bunga betina terjadi di waktu yang berbeda. Pada dasarnya semua ketiak daun pada tanaman kelapa sawit menghasilkan bakal karangan bunga, tetapi sebagian di antaranya mengalami aborsi pada stadium dini sehingga tidak semua ketiak daun menghasilkan bunga. Waktu yang dibutuhkan sejak terbentuknya bakal karangan bunga sampai terlihatnya karangan bunga ialah sekitar 20 bulan dan untuk sampai pada pematangan bunga sekitar 33-34 bulan (Mangoensoekarjo & Semangun 2005). Perbedaan waktu matang bunga kelapa sawit membuat bunga kelapa sawit melakukan penyerbukan silang, yaitu bunga betina diserbuki oleh bunga jantan dari pohon yang lain. Penyerbukan silang kelapa sawit memerlukan perantara yang efektif, salah satunya ialah kumbang E. kamerunicus. Populasi kumbang E. kamerunicus perlu ditingkatkan untuk menunjang produktivitas perkebunan kelapa sawit. Pemahaman tentang aspek biologi dan neraca kehidupan kumbang E. kamerunicus perlu diketahui melalui studi demografi. Syed (1982) melaporkan setiap imago betina E. kamerunicus dapat menghasilkan rata-rata 35 telur dalam satu kali siklus hidupnya. Kematian larva instar
dua dan tiga mencapai 60%, total kematian generasi 94%, laju pertumbuhan intrinsik (r) ialah 0.0085, waktu generasi (T) ialah 15.4 hari, dan laju reproduksi bersih (R0) 3.46 (Hussein & Rahman 1998). Dari hasil tersebut beberapa data belum berhasil diketahui seperti biologi dan kurva ketahanan hidup dari kumbang E. kamerunicus, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menentukan biologi dan ketahanan hidup dari kumbang E. kamerunicus. Tujuan Penelitian ini bertujuan menentukan demografi E. kamerunicus sebagai penyerbuk kelapa sawit yang meliputi biologi, neraca kehidupan, dan ketahanan hidup. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai September 2009 di Bagian Ekologi dan Sistematika Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan ialah spikelet bunga jantan kelapa sawit yang telah disungkup sebelum mengalami pematangan dan kumbang dewasa E. kamerunicus yang berasal dari pertanaman di Seameo Biotrop. Alat-alat yang digunakan ialah kotak pemeliharaan ukuran 12cmx10cmx18cm, botol film, kain kasa, styrofoam, lux-meter, termometer maksimum- minimum. Pemeliharaan Kumbang Sepasang imago E. kamerunicus dimasukkan dalam kotak pemeliharaan. Dalam kotak pemeliharaan diletakkan spikelet bunga jantan yang bagian pangkalnya direndam dalam air pada botol film. Bagian atas kotak pemeliharaan ditutup dengan kain kasa. Pengamatan perkembangan telur, larva, pupa, dan imago pada spikelet bunga jantan dilakukan mulai 2 hari setelah kumbang dimasukkan. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai imago yang telah dihasilkan dari sepasang kumbang mati. Biologi dan Siklus Hidup Telur, larva, pupa, dan imago yang dihasilkan dari sepasang imago diamati setiap hari dengan mencatat lama waktu pada setiap fase, ukuran tubuh, dan jumlah jantan dan betina. Percobaan dilakukan dalam 3 kali
2
ulangan. Pengamatan terhadap telur pada spikelet bunga jantan dilakukan di hari ke-2 pemeliharaan. Individu yang ditemukan kemudian diamati setiap hari dan dipindahkan ke spikelet bunga jantan segar. Pengukuran suhu maksimum-minimum dan kelembapan udara laboratorium dilakukan setiap setiap hari sejak diletakkanya sepasang imago E. kamerunicus ke dalam kotak pemeliharaan. Demografi Demografi merupakan analisis karakteristik suatu populasi yang mengkaji pola pertumbuhan dan penurunan populasi yang berhubungan dengan fekunditas, mortalitas, maupun ketahanan hidup (Price 1984). Siklus hidup kumbang, yaitu telur, larva, pupa, dan imago kemudian dianalisis melalui studi demografi meliputi G: laju reproduksi kotor (∑mx), Ro: laju reproduksi bersih (∑ lxmx), T: waktu generasi (∑ xlxmx/∑ lxmx), r: laju pertumbuhan intrinsik ( ln Ro)/ T. Parameter tersebut dapat dihitung meng-gunakan rumus sebagai berikut, x: kelas umur (hari), ax: banyaknya individu yang hidup setiap umur pengamatan, lx: proporsi yang hidup pada umur x (lx = ax/ ao), dx: banyaknya individu yang mati di setiap kelas umur, qx: proporsi mortalitas pada masingmasing umur (qx = dx/ ax), Lx: jumlah rata-rata individu pada kelas umur x dan kelas umur berikutnya (Lx = (lx+ lx+1)/2), Tx: jumlah individu yang hidup pada kelas umur x (Tx = ∑Lx), ex: harapan hidup pada setiap kelas umur x (ex = Tx / lx), mx: jumlah anak betina yang lahir pada umur x. Proporsi kumbang yang hidup (lx) dengan hari pengamatan (x) kemudian diplotkan dalam kurva ketahanan hidup.
HASIL Biologi dan Siklus Hidup E. kamerunicus Siklus hidup kumbang E. kamerunicus terdiri atas fase telur, larva, pupa, dan imago. Karena sulitnya mengamati telur, maka jumlah telur diasumsikan sama dengan jumlah larva yang hidup. Larva berwarna kuning terang, licin dan permukaanya terdapat rambut-rambut halus (Gambar 1a). Fase pupa dapat diamati dari bentuknya yang menyerupai imago. Organorgan tubuh seperti mata, sayap, moncong, dan tungkai sudah mulai terbentuk. Pupa berwarna kuning terang (Gambar 1b). Pada fase imago penentuan jenis kelamin jantan dan betina dengan mudah dilakukan. Imago
jantan memiliki moncong pendek, terdapat tonjolan pada pangkal elitra dan rambutrambut halus pada permukaan elitra (Gambar 1c), sedangkan imago betina memiliki moncong panjang, tidak terdapat tonjolan pada pangkal elitra dan sedikit rambut-rambut halus di permukaan elitra (Gambar 1d).
1 mm
1 mm
1mm 1mm
(b)
(a)
1 mm
1 mm
1mm
(c)
(d)
Gambar 1 Fase hidup kumbang E. kamerunicus: larva (a), pupa (b), imago jantan (c), dan imago betina (d).
Lama hidup hidup E. kamerunicus pada kondisi laboratorium mulai dari fase telur sampai imago mati ialah 33 hari (26-39 hari). Fase larva berlangsung selama 12 hari (8-12 hari), pupa berlangsung selama 5 hari (4-6 hari), imago jantan 15 hari (10-20 hari), imago betina 18 hari (14-25 hari) (Tabel 1). Ukuran rata-rata larva ialah 2.75 mm, pupa ialah 3.05 mm, dan ukuran tubuh imago ialah 3.35 mm (Tabel 1). Suhu laboratorium pada saat pengamatan ialah 28.59 oC (27-30 oC), suhu minimum 26.67 oC (25-28 oC), suhu maksimum 30.25 o C (29-31 oC), dan kelembapan udara 84.52% (77-92%).
3
Tabel 1
Fase
Ukuran tubuh dan lama hidup E. kamerunicus fase larva, pupa, dan imago Panjang Tubuh (mm) 2.7 (2.5-3.0) 3.0 (2.9-3.2)
Waktu (hari)
Larva 12 (08-12) Pupa 5 (04-06) Imago Betina 3.3 (3.2-3.5) 18 (14-25) Imago Jantan 3.3 (3.2-3.5) 15 (10-20) Total imago jantan: 13 individu Total imago betina: 18 individu Keterangan : Angka tanda dalam kurung adalah kisaran nilai.
Neraca Kehidupan Tingkat fekunditas E. kamerunicus sebesar 27 individu yang artinya jumlah telur yang dihasilkan setiap imago betina dalam satu siklus hidupnya ialah 27 telur. Tingkat mortalitas sebesar 17 individu atau 72.9% yang artinya sebanyak 17 individu tidak dapat bertahan hidup sampai fase imago. Harapan hidup paling tinggi terjadi pada fase telur, yaitu 2.35 dengan asumsi tidak ada mortalitas, fase larva 1.35, fase pupa 1.29, dan fase imago 0.50 (Tabel 2). Tabel 2 Neraca kehidupan E. kamerunicus dx ax qx (%) ex (individu) (individu) Telur 27 0 0 2.35 Larva 27 14 52.4 1.35 Pupa 13 3 20.5 1.29 Imago 10 0.50 Total 17 72.9 Keterangan : ax= jumlah hidup, dx= jumlah mati, qx= % kematian, ex= harapan hidup. Fase
Demografi Berdasarkan pada neraca kehidupan E. kamerunicus diperoleh nilai rata-rata laju reproduksi kotor (G), yaitu 6 individu (4-8 individu) yang berarti total anak betina yang dihasilkan dalam satu generasi ialah 6 individu. Laju reproduksi bersih (Ro), yaitu 3 individu (2-3 individu) artinya ada 3 keturunan betina yang akan menggantikan induk betina. Waktu generasi (T), yaitu 15 hari (13-18 hari) hal ini menunjukkan dalam waktu 15 hari dapat dihasilkan 3 individu betina. Laju pertumbuhan intrinsik (r) ratarata, yaitu 0.06 kali peningkatan (0.05-0.06 kali peningkatan) nilai tersebut menunjukkan akan terjadi peningkatan populasi E. kamerunicus sebesar 0.06 kali dalam satu kali siklus hidupnya (Lampiran 1, 2 dan 3).
Kurva Ketahanan Hidup Ketahanan hidup E. kamerunicus yang terbentuk ialah kurva tipe I. Kurva tipe I menunjukkan kematian konstan dan tidak terjadi peningkatan kematian yang drastis pada hari ke-3 sampai hari ke-28 (fase larva dan pupa). Kematian yang tinggi terjadi pada usia imago di hari ke-29 sampai keseluruhan imago mati di hari ke-39 (Gambar 2).
Pengamatan hari ke-
Gambar 2 Kurva ketahanan hidup E. kamerunicus
PEMBAHASAN Kumbang E. kamerunicus termasuk holometabola, yaitu kumbang yang mengalami metamorfosis sempurna. Pada penelitian ini telur tidak berhasil ditemukan sehingga diasumsikan semua larva yang ditemukan hidup merupakan jumlah telur yang dioviposisi oleh induk betina. Susanto et al. 2007 melaporkan telur E. kamerunicus berwarna keputih-putihan, berbentuk lonjong dan kulitnya licin. Lama hari telur untuk mancapai larva berkisar 2-3 hari dengan panjang tubuh berkisar 0.3-0.6 mm. Kendala dalam pengamatan telur ialah ukurannya yang kecil dan bentuknya yang menyerupai sebuk sari bunga kelapa sawit. Kemungkinan telur tidak diletakkan di permukaan spikelet bunga jantan, namun diletakkan di bagian dalam bunga oleh induk betina pada saat oviposisi dan bercampur dengan massa serbuk sari. Penentuan instar larva pada penelitian ini sulit dilakukan karena ciri dari ketiga instar sangat mirip. Susanto et al. (2007) melaporkan larva E. kamerunicus terdiri atas tiga instar. Larva instar pertama berwarna putih kekuningan dan berada di sekitar tempat peletakan telur. Setelah 1-2 hari larva menjadi larva instar kedua yang kemudian pindah ke pangkal bunga jantan yang sama. Kemudian larva menjadi instar ketiga sekitar 5-9 hari. Larva instar ketiga berwarna kuning terang dan dapat memakan lima sampai enam bunga jantan. Berdasarkan pada pengamatan, larva
4
E. kamerunicus hidup di dalam bunga jantan kelapa sawit. Selain berfungsi sebagai tempat hidup, larva juga memakan bagian dalam bunga jantan tersebut (Howard et al. 2001). Rambut-rambut pada kumbang dewasa E. kamerunicus menyebabkan serbuk sari yang menempel pada tubuh E. kamerunicus lebih banyak sehingga kumbang ini efektif membawa serbuksari (Howard et al. 2001). Perbedaan bagian tubuh kumbang jantan dan betina mempengaruhi jumlah serbuk sari yang dibawa. Kumbang jantan dapat membawa 985 serbuksari dan kumbang betina dapat membawa 446 serbuksari (Syed 1982). Hasil penelitian menunjukkan lama hidup imago betina lebih lama, yaitu berkisar 14-25 hari dibandingkan dengan lama hidup imago jantan, yaitu berkisar 10-20 hari. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Siregar (2006), yaitu lama hidup imago jantan 8-21 hari dan imago betina 9-24 hari. Perbedaan lama hidup kumbang jantan dan betina karena peranan kumbang betina dalam menghasilkan keturunan. Berdasarkan pada Tabel 2 diketahui bahwa jumlah telur yang dioviposisi oleh imago betina rata-rata sebanyak 27. Angka tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil yang dilaporkan Syed (1982) bahwa setiap imago betina dapat meletakkan rata-rata 35 telur dalam satu kali siklus hidupnya. Kematian pada fase telur ialah 0 karena pada saat pengamatan telur tidak berhasil ditemukan sehingga diasumsikan jumlah larva yang ditemukan merupakan jumlah telur tanpa ada kematian. Kematian pada fase larva lebih besar dibandingkan dengan pupa. Hal ini disebabkan karena tubuh larva masih rentan sehingga perlakuan fisik pada saat pengamatan dan pengukuran membuat larva tidak dapat beradaptasi dengan baik yang akhirnya mati. Kematian pada fase imago umumnya terjadi karena imago telah mencapai umur maksimum. Parameter laju reproduksi kotor (G) menunjukkan jumlah keturunan betina secara kasaran karena tidak diukur dengan jumlah keturunan betina yang mampu bertahan hidup sehingga laju reproduksi kotor tidak dapat digunakan untuk menentukan pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi yang sebenarnya bergantung pada jumlah imago betina yang mampu bertahan hidup, yaitu laju reproduksi bersih (Ro). Diketahui dari nilai Ro yang diperoleh akan terjadi peningkatan jumlah induk betina sebanyak 3 individu pada generasi berikutnya. Tobing et. al (2007) melaporkan nilai Ro menggambarkan
peningkatan ataupun penurunan populasi. Jika Ro > 1 menunjukkan terjadinya peningkatan artinya populasi kumbang meningkat dan tidak akan mengalami kepunahan. Waktu generasi (T) rata-rata E. kamerunicus ialah 15 hari. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Syed (1982) dan tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhileepan (1994), yaitu 18 hari. Laju pertumbuhan intrinsik (r) rata-rata hasil penelitian ialah 0.06 kali peningkatan lebih besar jika dibandingkan dengan nilai r yang diperoleh Syed (1982) yaitu 0.0085 kali peningkatan. Perbedaaan nilai tersebut disebabkan oleh perbedaan kondisi perlakuan pada saat pengamatan. Nilai r ini menunjukkan bahwa mortalitas lebih rendah dari natalitas karena nilai r merupakan selisih antara laju kelahiran dengan laju kematian. Pola pertumbuhan E. kamerunicus juga dapat dilihat dalam kurva ketahanan hidup sebagai hasil dari jumlah individu hidup dalam satu generasi setiap waktu. Ciri dari kurva ketahanan hidup tipe I ialah angka kematian yang rendah selama awal dan pertengahan fase hidup serta tinggi pada fase yang lebih tua (Price 1984). Jumlah individu E. kamerunicus yang mampu bertahan pada setiap hari semakin menurun, tetapi penurunan tersebut masih dalam batas normal. Pada fase imago terjadi kematian yang tinggi sehingga tampak penurunan kurva yang tajam sampai mencapai angka 0, yaitu seluruh individu mati karena imago telah mencapai usia maksimum.
SIMPULAN Kumbang E. kamerunicus memiliki lama hidup rata-rata, yaitu 33 hari yang meliputi lama hari larva 12 hari, pupa 5 hari, imago jantan 15 hari, dan imago betina 18 hari. Nilai Demografi E. kamerunicus ialah G = 6 individu, Ro = 3 individu, T = 15 hari, dan r = 0.06 kali peningkatan. Tingkat fekunditas sebesar 27 telur per imago betina dalam satu siklus hidupnya. Mortalitas dari telur sampai imago sebesar 73%. Ketahanan hidup yang terbentuk ialah kurva tipe I, yaitu kematian rendah pada fase awal dan meningkat di usia imago.
5
DAFTAR PUSTAKA Dhileepan K. 1994. Variation in population of the introduced pollinating weevil (Elaeidobius kamerunicus) (Coleoptera: Curculionidae) and it’s impact on fruitset of oil palm (Elaeis guineensis) in India. Bull Entomol Res 84: 477-485. Handayani L. 2007. Pendugaan parameter genetik progeny kelapa sawit (Elaei Guineensis Jacq) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Howard FW, Abad RG, Moore D. 2001. Insect on Palms. New York: CABI Publishing. Hussein MY, Rahman WHA. 1998. Life tables for Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) in oil palm. Planter 67: 3-8. Hutaharuk CH, Sipayung A, Soedharto PS. 1982. Elaeidobius kamerunicus hasil uji kekhususan inang dan perananya sebagai penyerbuk kelapa sawit. BuI PPM 3: 721. Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ Press.
Price WP. 1984. Insect Ecology Ed. Ke-2. Canada: John Willey & Sons. Siregar AZ. 2006. Kelapa sawit : minyak nabati berprospek tinggi. USU Repository.http://library.usu.ac.id/downlo ad/fp/06002525.pdf [22 Juni 2009]. Southwood TRE. 1978. Ecological Methods. Cambridge: The University Printing House. Sunarko. 2006. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta : Agro Media Pustaka. Susanto A, Purba RY, Prasetyo AE. 2007. Elaeidobius Kamerunicus: Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit. Jakarta : PPKS. Syed RA. 1982. Insect Pollination of Palm Oil: Feasibility of Introducing Oil Palm in Agriculture in The Eighties. Kuala Lumpur: Incoporated Society of Planters. Tobing MC, Nasution DB. 2007. Biologi predator Cheilomenes sexmaculata (Fabr.)(Coleoptera: Coccinellidae) pada kutu daun Macroshiponiela sanborni Gilette (Homoptera: Aphididae). Agritrop 26: 99-104.
6
LAMPIRAN
7
Lampiran 1 Neraca kehidupan E. kamerunicus pada ulangan pertama x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 ratarata
Stadia
G R T r
: 6.000 : 2.630 : 15.268 : 0.063
Telur Larva
Pupa Imago
ax * * 27 27 27 25 25 22 22 22 21 19 17 15 14 12 11 11 11 11 11 11 10 9 9 8 8 8 7 6 6 5 5 4 3 2 2 2 2 0
lx * * 1.000 1.000 1.000 0.926 0.926 0.815 0.815 0.815 0.778 0.704 0.630 0.556 0.519 0.444 0.407 0.407 0.407 0.407 0.407 0.407 0.370 0.333 0.333 0.296 0.296 0.296 0.259 0.222 0.222 0.185 0.185 0.148 0.111 0.074 0.074 0.074 0.074 0.000
dx * * 0 0 2 0 3 0 0 1 2 2 2 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 2 0 1 0 0 0 2 0
qx * * 0.000 0.000 0.074 0.000 0.120 0.000 0.000 0.045 0.095 0.105 0.118 0.067 0.143 0.083 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.091 0.100 0.111 0.111 0.000 0.000 0.125 0.143 0.000 0.167 0.000 0.400 0.000 0.333 0.000 0.000 0.000 1.000 *
Lx * * 1.000 1.000 0.963 0.926 0.870 0.815 0.815 0.796 0.741 0.667 0.593 0.537 0.481 0.426 0.407 0.407 0.407 0.407 0.407 0.389 0.352 0.333 0.315 0.296 0.296 0.278 0.241 0.222 0.204 0.185 0.167 0.130 0.093 0.074 0.074 0.074 0.037 0.000 16.426
Tx * * 16.426 15.426 14.426 13.463 12.537 11.667 10.852 10.037 9.241 8.500 7.833 7.241 6.704 6.222 5.796 5.389 4.981 4.574 4.167 3.759 3.370 3.019 2.685 2.370 2.074 1.778 1.500 1.259 1.037 0.833 0.648 0.481 0.352 0.259 0.185 0.111 0.037 0.000
ex * * 16.426 15.426 14.426 14.540 13.540 14.318 13.318 12.318 11.881 12.079 12.441 13.033 12.929 14.000 14.227 13.227 12.227 11.227 10.227 9.227 9.100 9.056 8.056 8.000 7.000 6.000 5.786 5.667 4.667 4.500 3.500 3.250 3.167 3.500 2.500 1.500 0.500 *
mx * * 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
lxmx * * 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.519 0.889 1.222 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
xlxmx * * 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 7.259 13.333 19.556 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
6
2.630
40.148
px * * 1.000 0.963 0.962 0.940 0.936 1.000 0.977 0.930 0.900 0.889 0.906 0.897 0.885 0.957 1.000 1.000 1.000 1.000 0.955 0.905 0.947 0.944 0.941 1.000 0.938 0.867 0.923 0.917 0.909 0.900 0.778 0.714 0.800 1.000 1.000 0.500 0.000 *
8
Lampiran 2 Neraca kehidupan E. kamerunicus pada ulangan kedua x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 ratarata G R T r
Stadia
Telur Larva
Pupa
Imago
ax * * * 39 39 39 35 35 33 30 30 29 28 25 23 21 20 20 17 13 13 13 12 12 11 10 10 10 9 7 4 1 1 0
lx * * * 1.000 1.000 1.000 0.897 0.897 0.846 0.769 0.769 0.744 0.718 0.641 0.590 0.538 0.513 0.513 0.436 0.333 0.333 0.333 0.308 0.308 0.282 0.256 0.256 0.256 0.231 0.179 0.103 0.026 0.026 0.000
dx * * * 0 0 4 0 2 3 0 1 1 3 2 2 1 0 3 4 0 0 1 0 1 1 0 0 1 2 3 3 0 1 0
qx * * * 0.000 0.000 0.103 0.000 0.057 0.091 0.000 0.033 0.034 0.107 0.080 0.087 0.048 0.000 0.150 0.235 0.000 0.000 0.077 0.000 0.083 0.091 0.000 0.000 0.100 0.222 0.429 0.750 0.000 1.000 *
Lx * * * 1.000 1.000 0.949 0.897 0.872 0.808 0.769 0.756 0.731 0.679 0.615 0.564 0.526 0.513 0.474 0.385 0.333 0.333 0.321 0.308 0.295 0.269 0.256 0.256 0.244 0.205 0.141 0.064 0.026 0.013 0.000 14.603
: 8.000 : 3.410 : 17.490 : 0.068
Tx * * * 14.603 13.603 12.603 11.654 10.756 9.885 9.077 8.308 7.551 6.821 6.141 5.526 4.962 4.436 3.923 3.449 3.064 2.731 2.397 2.077 1.769 1.474 1.205 0.949 0.692 0.449 0.244 0.103 0.038 0.013 0.000
ex * * * 14.603 13.603 12.603 12.986 11.986 11.682 11.800 10.800 10.155 9.500 9.580 9.370 9.214 8.650 7.650 7.912 9.192 8.192 7.192 6.750 5.750 5.227 4.700 3.700 2.700 1.944 1.357 1.000 1.500 0.500 *
mx * * * 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
lxmx * * * 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.538 0.872 0.667 0.333 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
xlxmx * * * 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 26.154 15.692 12.667 6.667 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
8.0
3.410
61.179
px * * * 1.000 0.949 0.946 0.971 0.926 0.952 0.983 0.966 0.930 0.906 0.917 0.932 0.976 0.925 0.811 0.867 1.000 0.962 0.960 0.958 0.913 0.952 1.000 0.950 0.842 0.688 0.455 0.400 0.500 0.000 *
9
Lampiran 3 Neraca kehidupan E. kamerunicus pada ulangan ketiga x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 ratarata G R T r
Stadia
Telur Larva
Pupa Imago
ax * * * 16 16 16 15 15 12 11 10 9 9 7 7 7 7 6 5 3 3 2 2 1 1 1 0
lx * * * 1.000 1.000 1.000 0.938 0.938 0.750 0.688 0.625 0.563 0.563 0.438 0.438 0.438 0.438 0.375 0.313 0.188 0.188 0.125 0.125 0.063 0.063 0.063 0.000
dx * * * 0 0 1 0 3 1 1 1 0 2 0 0 0 1 1 2 0 1 0 1 0 0 1 0
qx * * * 0.000 0.000 0.063 0.000 0.200 0.083 0.091 0.100 0.000 0.222 0.000 0.000 0.000 0.143 0.167 0.400 0.000 0.333 0.000 0.500 0.000 0.000 1.000 *
Lx * * * 1.000 1.000 0.969 0.938 0.844 0.719 0.656 0.594 0.563 0.500 0.438 0.438 0.438 0.406 0.344 0.250 0.188 0.156 0.125 0.094 0.063 0.063 0.031 0.000 10.813
: 4.000 : 2.000 : 12.656 : 0.062
Tx * * * 10.813 9.813 8.813 7.844 6.906 6.063 5.344 4.688 4.094 3.531 3.031 2.594 2.156 1.719 1.313 0.969 0.719 0.531 0.375 0.250 0.156 0.094 0.031 0.000
ex * * * 10.813 9.813 8.813 8.367 7.367 8.083 7.773 7.500 7.278 6.278 6.929 5.929 4.929 3.929 3.500 3.100 3.833 2.833 3.000 2.000 2.500 1.500 0.500 *
mx * * * 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
lxmx * * * 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.125 0.438 0.438 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
xlxmx * * * 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 13.500 5.688 6.125 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
4
2.000
25.313
px * * * 1.000 0.969 0.968 0.900 0.852 0.913 0.905 0.947 0.889 0.875 1.000 1.000 0.929 0.846 0.727 0.750 0.833 0.800 0.750 0.667 1.000 0.500 0.000 *